• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Incest (Studi Putusan Nomor : 1349 Pid.Sus 2015 PN.Mdn) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Incest (Studi Putusan Nomor : 1349 Pid.Sus 2015 PN.Mdn) Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT DARI TERJADINYAHUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DAN

UPAYA PENANGGULANGGANNYA

1. Faktor-faktor Penyebab Incest

Di masa sekarang ini, sangatlah sulit untuk menggeneralisir penyebab terjadinya kasus incest. Setiap kasus memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dan penyebab yang berbeda pula. Dalam skripsi ini akan mencoba digolongkan penyebab terjadinya kasus incest ini menjadi dua golongan utama yaitu Faktor penyebab yang sifatnya ekstern dan faktor penyebab yang sifatnya intern.

(2)

dituntut adanya penghukuman terhadap pelaku yang seberatberatnya karena dampak yang ditimbulkan dapat merugikan si korban baik secara fisik dan psikis. Hal ini akan menghambat tumbuh kembang si anak korban. Sehingga telah melanggar hak-hak anak. Sudah sepatutnya setiap anak mendapatkan perlindungan sebagai bentuk nyata penghargaan kita terhadap hak anak

Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya tindak pidana incest adalah sebagai berikut: 51

1. Faktor rendahnya pendidikan dan ekonomi.

Rendahnya tingkat pendidikan formal dalam diri seseorang dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan yang bersangkutan mudah terpengaruh melakukan suatu kejahatan tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Salah satu delik yang berhubungan karena pelakunya memiliki pendidikan formal yang rendah adalah tindak pidana kesusilaan terutama incest. pelaku tindak pidana incest pada anak pada umumnya mempunyai pendidikan yang rendah, bahkan ada pelaku yang tidak merasakan bangku sekolah, dan pendidikan yang paling tinggi hanya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. Karena memiliki tingkat pendidikan yang rendah para pelaku tidak berpikir bahwa dengan melakukan perbuatan tersebut dapat merusak keluarga dari pelaku tersebut dan watak anak yang menjadi korban.Karena pendidikan yang rendah maka berhubungan dengan taraf ekonomi, dimana ekonomi juga merupakan salah satu penyebab seseorang melakukan suatu perbuatan yang melanggar norma hukum. Menurut Aristotelesbahwa : “kemiskinan menimbulkan kejahatan dari pemberontakan, kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk memperoleh apa yang

51

(3)

perlu untuk hidup, tetapi untuk kemawahan” Lebih lanjut Thomas Aquino mengemukakan bahwa: Pengaruh kemiskinan atas kejahatan yaitu orang kaya yang hidup untuk kesenangan dan memboros-boroskan kekayaanya, jika suatu kali jatuh miskin, maka mudah menjadi pencuri. Dari pendapat para ahli di atas dilihat bahwa faktor ekonomi juga ikut berpengaruh terjadinya kejahatan termasuk tindak pidana incest, bahwa terdapat pelaku yang tidak mempunyai pekerjaan dan lainnya bekerja sebagai petani dan wirausaha. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan yang rendah dan ekonomi mempengaruhi keadaan jiwa, tingkah laku terutama intelegensinya sehingga mereka dapat melakukan kejahatan dalam hal ini tindak pidana incest pada anak.

2. Faktor lingkungan atau Tempat tinggal.

(4)

3. Faktor alkohol.

Kasus incest juga terjadi karena adanya stimulasi diantaranya karena dampak alkohol. Orang yang dibawah pengaruh alkohol sangat berbahaya karena ia menyebabkan hilangnya dengan sekonyong-konyong daya menahan diri dari si peminum. Diluar beberapa hal yang terjadi, dimana si peminum justru untuk menimbulkan kehilangan daya menahan diri, bahwa alkohol jika dipergunakan akan membahayakan manusia pertama jiwanya paling lemah. Begitu seseorang yang mempunyai gangguan-gangguan dalam seksualitasnya, dimana minuman alkohol melampui batas yang menyebabkan dirinya tak dapat menahan nafsunya lagi, dan akan mencari kepuasan seksualnya, bahkan dengan memperkosa anaknya sendiri atau keluarganya.

4. Faktor kurangnya pemahaman terhadap agama.

(5)

mengakibatkan dia tidak mampu membedakan mana yang baik dan buruk, serta mana yang halal dan haram, jadi kurangnya pemahaman seseorang terhadap agama akan mengakibatkan control sosialnya tidak kuat sehingga mudah melakukan kejahatan.

5. Peranan Korban.

Peranan korban atau sikap korban sangat menentukan seseorang untuk melakukan kejahatan terhadapnya termasuk kejahatan asusila. pelaku tindak pidana incest bahwa si korban masuk kedalam kamar mandi disaat si pelaku sedang buang air kecil dan si korban memakaipakaian yang kurang sopan, sehingga muncul keinginan si pelaku untuk mencabuli si korban.Jadi, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa korban adalah pihak yang dapat membuat orang menjadi penjahat dan melakukan kejahatan.

Sawitri Supardi Sadarjoen menyatakan terdapat lima kondisi gangguan keluarga yang memungkinkan terjadinya inses, yaitu:52

52

Sawitri Supardi Sadarjoen Op.cit hal. 74-75

1. Keadaan terjepit, dimana anak perempuan menjadi figure perempuan utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.

2. Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan seksualnya.

3. Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah karena kebutuhan untuk mempertahankan kestabilan sifat seksualnya.

(6)

5. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan peranan seksual sebagai istri.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, penulis dapat mengambil faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kejahatan incest di atas meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Keadaan terjepit;

2.Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan seksualnya.

3.Pengawasan dan didikan salah satu orang tua yang kurang karena kesibukan bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orang tua bisa terjad incest.

Selain penyebab incest ada juga alasan mengapa keluarga melakukan incest, alasannya berupa:53

(1) Ayah sebagai pelaku. Kemungkinan pelaku mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa kecilnya. Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang, pasif, dan cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan diri/hasratnya, kurang dapat berfikir secara realistis, cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku adalah pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.

(2) Ibu sebagai pelaku.

53

(7)

Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan melindungi anak.. (3) Saudara kandung sebagai pelaku.

Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan mendominasi/menghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara angkat.

2. Akibat dari Terjadinya Incest

(8)

dapat berupa sikap atau persepsi yang negatif terhadap laki-laki atau terhadap seks.

Dampak yang terjadi akibat Perkawinan Sedarah (Incest) yang terdiri dari :54

Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan rusaknya alat reproduksi anak dan resiko tertular penyakit menular seksual. Korban dan pelaku menjadi stress yang akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari hubungan incest adalah kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia, gangguan penglihatan pada anak umur 4 – 7 tahun yang bias berakibat buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar 13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih berpeluang muncul a. Dampak psikologis Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis.

Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan keluarga.Tetapi jika terjadi kasus Incest, maka status ayahnya tersebut menjadi ganda, ayah sekaligus kakek.

b. Dampak terhadap fisik

Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Incest memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis.

54

(9)

dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan.

Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih besar pada anak yang dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit genetika yang berpeluang muncul lebih besar, contoh :

a. Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Penyakit ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala – gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi social, fungsi kerja, dan perawatan diri.penyakit ini mempunyai beberapa tipe yaitu: Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala – gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala – gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia, penyakit ini terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang Sama.Gejala – gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja awal atau dua puluhan.Pada pria sering mengalami penyakit ini lebih awal di bandingkan dengan wanita.

(10)

c. Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down.Karena cirri – cirri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongoloid maka sering juga di kenal dengan mongolisme.

d. Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu. Gangguan emosional yang dialami si ibu akibat kehamilan yang tidak di harapakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janian pra dan pasca kelahiran dan pada akhirrnya bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan – kelainan genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi tersebut.

e. Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah yang mengakibatkan anak harus menerus mendapatkan transfuse darah. Penyakit ini merupakan gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan factor pembekuan.55

Nurani kemanusiaan universal ( secara umum ) yang beradab sampai hari ini, detik ini mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai – nilai kemanusiaan. Meskipun dilakukan secara suka sama suka ( sukarela ) dan tidak ada yang merasa menjadi korban, incest telah mengorbankan persaan moral public. Dengan terjadinya incest ini moral – moral kemanusiaan akan hilang dan masa depan bangsa kita ( indonesia) akan terpuruk apabila generasi masa depannya saja c. Dampak dari segi kemanusiaan

(11)

mempunyai moral – moral yang tidak manusiawi dan tidak melihat pada kaca mata agama.

d. Dampak dari segi sosial

peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat di kucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat.Masalah yang lebih penting di cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak menghamili anak perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak perempuan tersebut maka status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus kakek. Hal inilah yang nantinya akan berdampak sosial dari hubungan incest.

3. Upaya-upaya Penanggulangan dari Hubungan Seksual Sedarah

UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Definisi korban menurut Undang-undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Pengertian korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita.56

Penanggulangan kejahatan incest terhadap anak di bawah umur dapat dilakukan dengan cara yang bersifat preventif maksudnya adalah upaya penanggulangan yang lebih dititikberatkan pada pencegahan kejahatan yang a. Upaya Preventif

56

(12)

bertujuan agar kejahatan itu tidak sampai terjadi. Kejahatan dapat dikurangi dengan melenyapkan faktor-faktor penyebab kejahatan itu sebab bagaimanapun kejahatan tidak akan pernah habis. Dalam hal ini usaha pencegahan kejahatan tersebut lebih diutamakan, karena biar bagaimanapun usaha pencegahan jelas lebih baik dan lebih ekonomis daripada tindakan represif. Disamping itu usaha pencegahan dapat mempererat kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat. Dalam usaha pencegahan kriminalitas, kata pencegahan dapat berarti antara lai mengadakan usaha perubahan yang positif, dalam hal perkosaan khususnya perkosaan terhadap anak dibawah umur, seperti memberikan perlindungan terhadap anak karena anak merupakan orang yang paling mudah dibujuk dan selain itu anak belum dapat memberontak seperti yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Penanggulangan secara non penal kejahatan perkosaan terhadap anak di bawah umur adalah dengan meningkatkan kesadaran hukum bagi anggota keluarga untuk lebih memahami kepentingan anak di masa depan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap terjadinya kasus incest ini, yaitu : 57

Semua hal di atas berpulang pada kemampuan memahami dan melaksanakan ajaran agama. Penanaman nilai-nilai agama sejak dini akan sangat membantu proses pencegahan incest ini ajaran agama selalu menanamkan kasih sayang, welas asih, kesabaran dan ketaatan, maka bila tiap individu dibekali 1. Meningkatkan Pemahaman tentang Agama

57

(13)

ajaran agama ini seutuhnya, tidak akan ada lagi penyelewengan-penyelewengan tingkah laku.

2. Perbaiki Masalah Ekonomi

Sungguh tepat ungkapan yang menyebutkan bahwa kemiskinan membawa kepada kekufuran. Masalah ekonomi, seperti yang telah disebutkan dalam faktor penyebab incest memang merupakan faktor utama dalam terjadinya kasus incest. Untuk itu sebagai upaya pencegahan; bila seseorang merasa belum mempunyai kemampuan untuk mensejahterahkan keluarga, janganlah berumah tangga atau kawin. Masih menurut bahwa Islam mendorong umatnya, terutama kepala keluarga untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Itu dimaksudkan agar bisa lebih tenang beribadah kepada Allah SWT. Sebelum calon suami-istri melangsungkan pernikahan, terlebih dahulu ditanyakan kesanggupan baik moril, maupun materiil. Dan bila tidak sanggup, Islam mengajarkan agar berpuasa. 3. Menyediakan Tempat Tinggal Yang Layak

Masalah tempat tinggal atau rumah yang layak ini juga perlu dikedepankan, dengan tersedianya tempat tinggal yang layak huni bagi anggota keluarga, akan dapat menjadi pencegah sebelum terjadinya incest.

b.UpayaRepresif

(14)
(15)

BAB IV

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DAN UPAYA

PENANGGULANGAN DARI TERJADINYA KASUS INCEST

A. Kasus

1.Kronologis

(16)

Umum Daerah dr. Pirngadi Nomor: 52/OBG/2015 dengan kesimpulan Hymen tidak utuh.

Dakwaan

Pertama Primer

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 81 ayat (2) jo pasal 76 huruf (d) undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Subsider

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 81 ayat (3) jo pasal 76 huruf (d) undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Atau Kedua Primer

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 82 ayat (1) jo pasal 76 huruf (e) undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Sekunder

(17)

Tuntutan

1. Menyatakan terdakwa SAMSURI Alias SURI terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ dengan sengaja memaksa, anak untuk melakukan perbuatan persetubuhan oleh orangtua” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (3) Pasal 76 huruf (d) Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dan denda Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) subsidair selama 2(dua) bulan penjara

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan

Menetapkan supaya Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah)

Fakta Hukum

1. Bahwa terdakwa telah melakukan persetubuhan terhadap saksi korban yang merupakan anak kandung terdakwa pada hari senin tanggal 16 maret 2015 sekitar pukul 08.30 Wib di rumah terdakwa di jalan sehati No.76 Medan Timur;

(18)

dan selanjutnya terdakwa tetap melakukan perbuatannya dengan memasukkan jari terdakwa ke alat kelamin korban kemudian memasukkan alat kelamin terdakwa kea lat kelamin korban dan kemudian mengeluarkannya kembali;

3. Bahwa setelah melakukan persetubuhan dengan korban lalu terdakwa memakaikan kembali celana korban;

4. Bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut terhadap korban sebanyaqk 3 (tiga) kali;

5. Bahwa berdasarkan Visum Et Repertum ternyata keperawanan saksi korban telah rusak;

6. Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban mengalami trauma;

7. Bahwa terdakwa merasa bersalah dan menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi lagi dan terdakwa belum pernah di hukum;

Bahwa terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternative dan subsidaritas, maka Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas harus membuktikan dakwaan pertama Primer sebagaimana diatur dalam Pidana dalam Pasal 81 ayat (2) pasal 76 huruf (d) Undang-undang No.35 Tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang no. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Unsur Barang Siapa

(19)

Bahwaterhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:

Unsur Barang Siapa

Bahwa yang dimaksud barang siapa adalah semua manusia yang mempunyai kemampuan untuk mempertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang dilakukan.

Bahwa dalam persidangan terdakwa telah membenarkan seluruh identitas dirinya dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum dan apabila dihubungkan denagan keterangan saksi-saksi, maka yang dimaksud setiap orang dalam unsur ini adalah SAMSURI ALIAS SURI

Bahwa selama pemeriksaan dipersidangan terdakwa dapat mngikuti persidangan dengan baik dan tenang serta dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan lancar, oleh karenanya Majelis Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, sehingga terdakwa dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya

Bahwa dengan demikian maka unsur setiap orang telah terpenuhi menurut hukum

Unsur Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain

(20)

Timur dimana saksi korban merupakan anak kandung terdakwa bersama dengan 3 (tiga) saudara saksi korban sedang tidur bersama terdakwa sedangkan istri terdakwa sedang pergi kepasar untuk berjualan sate, ketika sedang tidur saksi korban dibangunkan oleh terdakwa untuk pergi ke sekolah, namun pda saat itu saksi korban malas untuk bangun pergi ke sekolah kemudian terdakwa langsung membuka celana dalam saya tetapi pda saat itu saksi korban menahan tangan terdakwa dan berkata “Jangan Pak...”namun terdakwa tetap membuka celana dalam saksi korban lalu meremas dan mencium buah dada saksi korban, kemudian terdakwa membuka celananya dan membuka selangkangan saksi korban dan memasukkan jari dan batang kemaluan terdakwa ke dalam vagina saksi korban

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian dengan keterangan terdakwa dipersidangan, didapat kenyataan bahwa perbuatan tersebut disaksikan oleh saksi ISMAWATI dan saksi DASMI dan terdakwa sebelumnya sudah pernah melakukan perbuatan yang sama terhadap saksi korban sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 23 Februari 2015 sekitat pukul 08.00 Wib

Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban melami trauma

(21)

Bahwa oleh karena salah satu unsur dari dakwaan Pertama Primer tidak terpenuhi menurt hukum,maka dakwaan Pertama primer harus dinyatakan tidak terbukti dan oleh karenanya terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan Pertama primer tersebut

Bahwa oleh karena dakwaan pertama primer tidajk terbukti maka selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan pertama subsider yaitu melanggar Pasal 81 ayat (3) jo Pasal 76 huruh (d) Undang-undang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang-Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang usnur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Unsur Barang Siapa

2. Unsur dengan sengaja memaksa anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan persetubuhan oleh orang tua

Bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:

Ad.1 Unsur Barang Siapa

Bahwa yang dimaksud barang siapa adalah semua manusia yang mempunyai kemampuan untuk mempertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang dilakukan.

(22)

Bahwa selama pemeriksaan dipersidangan terdakwa dapat mngikuti persidangan dengan baik dan tenang serta dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan lancar, oleh karenanya Majelis Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, sehingga terdakwa dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya

Bahwa dengan demikian maka unsur setiap orang telah terpenuhi menurut hukum

Unsur Dengan sengaja memaksa anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan persetubuhan oleh orang tua

(23)

memasukkan jari dan batang kemaluan terdakwa ke dalam vagina saksi korban

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian dengan keterangan terdakwa dipersidangan, didapat kenyataan bahwa perbuatan tersebut disaksikan oleh saksi ISMAWATI dan saksi DASMI dan terdakwa sebelumnya sudah pernah melakukan perbuatan yang sama terhadap saksi korban sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 23 Februari 2015 sekitat pukul 08.00 Wib

Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban melami trauma

Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka dengan sengaja memaksa, anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan persetubuhan oleh orang tua telah terpenuhi menurut hukum

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka semua unsur-unsur dakwaan pertama subsider telah terpenuhi menurut hukum

E. Putusan Hakim

(24)

mengingat Pasal 81 ayat (3) No. 23 Tahun 2002 jo Pasal 76huruf (d) Undang-undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan mengadili :

1. Menyatakan terdakawa SAMSURI ALIAS SURI telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Dengan sengaja memaksa anak untuk melakukan perbuatan persetubuhan oleh orang tua”

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan apabila denda tidak dibayar, diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah lama dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan;

5. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 1000 (seribu rupiah)

(25)

pada Kejaksaan Negeri Mataram dan Terdakwa tanpa dihadiri oleh Penasihat Hukumnya.

Analisis Putusan

A. Dakwaan

Dakwaan merupakan dasar penting dalam hukum acara pidana, karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu. Pemeriksaan didasarkan kepada surat dakwaan dan pemeriksaan tidak batal jika batasan-batasan nya dilampaui, namun putusan hakim hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batasan-batasan itu, dalam hal ini ada beberapa pengertian surat dakwaan menurut para ahli sebagai berikut:

1) M. Yahya Harahap

Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik kesimpulan dari hasil penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

2) Harum H Husein

(26)

Surat dakwaan menempati posisi sentral dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana di pengadilan, karena itu surat dakwaan sangat dominan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas penututan. Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana, maka fungsi surat dakwaan dapat dikategorikan:

-Bagi pengadilan/ hakim, surat dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam penjatuhan keputusan;

-Bagi penuntut umum, surat dakwaan merupakan dasar pembuktian/analisis yuridis, tuntutan pidana dan penggunaan upaya hukum;

-Bagi terdakwa/ penasihat hukum, surat dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaan.

(27)

B. Tuntutan

Tuntutan merupakan sebuah permintaan oleh jaksa penuntut umum untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa berdasarkan surat dakwaan dan hasil dari pada pemeriksaan di muka persidangan.

Tuntutan adalah sebuah dakwaan yang di anggap jaksa penuntut umum memenuhi unsur untuk dijatuhkannya hukuman berdasarkan pemeriksaan di muka persidangan, oleh jaksa penuntut umum tuntutan dibacakan di muka persidangan setelah pemeriksaan saksi dan alat bukti selesai.

Berdasarkan surat tuntutan jaksa penuntut umum yang memeriksa berkas perkara yang penulis jadikan bahan untuk penulisan skripsi ini adalah dakwaan alternatif, yakni terdakwa melanggar pasal 81 ayat (3) No. 23 Tahun 2002 jo pasal 76 huruf (d) Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 sudah tepat, hal ini perlu diperhatikan oleh Jaksa Penuntut Umum, bahwasannya dakwaan alternatif adalah dakwaan yang sudah tepat agara terdakwa tidak dapat bebas dari tuntutan.

C. Putusan Hakim

Putusan ialah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari pemeriksaan perkara. Putusan dijatuhkan kepada pelaku yang terbukti bersalah, putusan yang dijatuhkan berupa pemidanaan sebagaimana yang di atur dalam pasal 10 KUHP, yaitu

(28)

c. Pidana Kurungan d. Pidana Denda 9. Pidana Tambahan

a. Pencabutan Hak Tertentu b. Perampasan Hak Tertentu c. Pengumuman Putusan Hakim

(29)

(sepuluh) tahun dan denda RP. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), menurut analisis penulis berdasarkan tindak pidana yang dilakukan terdakwa sudah tepat. Berdasarkan fakta-fakta hukum yang diperoleh dalam persidangan, hakim sudah mempertimbangkan perbuatan terdakwa, penulis sependapat dengan hakim karna dalam perbuatan terdakwa mengetahui bahwa korban adalah anaknya, maka dalam putusan hakim terhadap terdakwa sudah memenuhi rasa keadilan.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari berbagai permasalahan yang terdapat dalam tulisan ini adalah :

Untuk pasal 287 KUHP kurang tepat untuk pengaturan incest. Sedangkan bagi pasal 294 ayat (1) dan pasal 295 ayat (1) butir (1) masih relevan mengatur incest. Kasus incest bukanlah kasus perkosaan biasa, melainkan juga menyangkut kepercayaan, kelangsungan sebuah keluarga, masa depan anak, dan kondisi psikologi yang terbentuk. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika Undang-undang Indonesia memperlakukan pelaku incest sama dengan korban perkosaan biasa. Pertanggungjawaban pidananya terhadap pelaku incest, menurut KUHP hanya relevan dengan pasal 294 ayat (1) dan pasal 295 ayat (1) butir (1). Dalam kedua pasal ini tidak dikenal pidana penjara dan denda paling sedikit/ minimalnya, hanya mengenal pidana penjara paling banyak /maksimal saja, yaitu: 7 (tujuh) tahun pada pasal 294 ayat (1) dan 5 (lima) tahun pada pasal 295 ayat (1) butir (1)

(31)

2. Akibat dari incest

Akibat yang ditimbulkan kekerasan seksual hubungan sedarah (incest) bagi korban secara umum, pada kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak-anak, korban akan mengalami dampak jangka pendek (short term effect) dan dampak jangka panjang (long term effect).Dampak jangka pendek biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelah kejadian. Dampak jangka pendek ini termasuk segi fisik korban, seperti ada gangguan pada organ reproduksi (infeksi, kerusakan selaput dara, robek dan sebagainya) dan luka-luka pada bagian tubuh yang lain, akibat perlawanan atau penganiayaan fisik.Dampak jangkapanjang itu dapat berupa sikap atau persepsi yang negatif terhadap laki-laki atau terhadap seks.

3. Upaya pencegahan kasus incest,

(32)

ia dapat menerima kenyataan serta melupakan hal yang pernah dialaminya untuk menuju masa depannya yang lebih baik, dan terapi keluarga, incest yang terjadi menunjukkan adanya ketidaksesuaian fungsi keluarga, jadi sepantasnya keluargapun mengalami perbaikan. Upaya pemindahan korban dari lingkungannya juga pantas untuk dilakukan sebagai upaya pemulihan mental yang bersangkutan.

Perlindungan hukum terhadap anak korban incest, upaya perlindungan hukum terhadap anak korban incest dimulai dari kepolisian, tersedianya RPK (Ruang Pelayanan Khusus) sangat dirasakan manfaatnya, korban dapat mengadukan masalah yang dihadapinya secara bebas, kepolisian juga dapat segera melakukan penanganan kasus dengan sistem jemput bola, yaitu melakukan upaya hukum tanpa menunggu adanya laporan dari korban, Posyandu atau Pusat Pelayanan Terpadu, memberikan kemungkinan terciptanya kemudahan dan terjaminnya kelangsungan penanganan kasus-kasus susila umumnya dan incest pada khususnya.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah :

(33)

pemahaman mengenai dampak kejahatan dari sudut pandang agama, moral etika dan juga menganai dampak yang ditimbulkan.

2. Selain upaya represif, aparat kepolisian juga harus lebih mengintensifkan upaya tindakan preventif agar dapat menekan jumlah kejahatan.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku anak yang melakukan perbuatan cabul terhadap anak dalam Putusan PN Nomor:

akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK (STUDI PUTUSAN. NOMOR 132/PID. IM)” Skripsi ini

Berkaitan dengan adanya tindak pidana pencabulan dalam keluarga atau incest yang sebagian besar korbannya adalah anak seperti yang dilakukan oleh paman kandung

Berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dengan keterangan saksi dan alat bukti yang begitu banyak bahwa tepat dikenakan Terdakwa Yudi hasmir Siregar dengan pasal 112 ayat (2) UU No

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis berpendapat bahwa penerapan hukum terhadap tindak pidana secara tanpa hak membawa atau menyimpan senjata tajam yang dilakukan oleh

Namun  yang  perlu  diperhatikan,  bilamana  pelaku  perbuatan  pecabulan  tersebut  dilakukan  oleh  anak  di  bawah  umur,  undang­undang  tersebut  belum 

Medan Petisah Kota Medan para saksi mendekati mobil tersebut dan melihat mobil tersebut ditumpangi oleh 2 (dua) orang yaitu Terdakwa dan saksi Winda Sari

Para fuqaha berpendapat bahwa hukuman potong tangan yang dijatuhkan dalam kejahatan pencurian apabila perbuatan tersebut dilakukan menurut sifat - sifat yang telah