JOURNAL OF
Economic
Management
& Business
ISSN: 1412-968X Volume 15, Nomor 1, Januari 2014
Pengaruh Capacity, Equity dan Empowerment terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
Anwar, Rudi Irawan dan Elvina 1
Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global pada Negara Indonesia, Cina dan India
Anwar Puteh 9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Terkonsentrasi pada Pasar-Pasar di Lhokseumawe
A z h a r 17
Persepsi Kaum Perempuan pada Simpan Pinjam Perempuan PNPM Studi Kasus Kelompok Perempuan Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara
Ghazali Syamni, Rasyimah dan Muammar 27
Analisis Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Nilai Produksi pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh
H i s m e n d i 37
Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan Studi pada Program Pembangunan Jalan di Desa Darussalam Kecamatan Nisam Antara
Khairil Anwar 47
Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia
R i s t a t i 57
Bauran Pemasaran Jasa dan Hubungannya dengan Kepuasan serta Loyalitas Nasabah PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe
Roslinda dan Mariyudi 65
Analisis Pengaruh Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Utara
Umaruddin Usman 81
Pengaruh Kepribadian dan Kepercayaan Diri terhadap Produktivitas Usaha Kecil di Kota Lhokseumawe
Y a n i t a 89
JOURNAL OF
Economic
Management
& Business
ISSN: 1412-968X Volume 15, Nomor 1, Januari 2014
Pengaruh Capacity, Equity dan Empowerment terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
Anwar, Rudi Irawan dan Elvina 1
Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global pada Negara Indonesia, Cina dan India
Anwar Puteh 9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Terkonsentrasi pada Pasar-Pasar di Lhokseumawe
A z h a r 17
Persepsi Kaum Perempuan pada Simpan Pinjam Perempuan PNPM Studi Kasus Kelompok Perempuan Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara
Ghazali Syamni, Rasyimah dan Muammar 27
Analisis Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Nilai Produksi pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh
H i s m e n d i 37
Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan Studi pada Program Pembangunan Jalan di Desa Darussalam Kecamatan Nisam Antara
Khairil Anwar 47
Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia
R i s t a t i 57
Bauran Pemasaran Jasa dan Hubungannya dengan Kepuasan serta Loyalitas Nasabah PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe
Roslinda dan Mariyudi 65
Analisis Pengaruh Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Utara
Umaruddin Usman 81
Pengaruh Kepribadian dan Kepercayaan Diri terhadap Produktivitas Usaha Kecil di Kota Lhokseumawe
Y a n i t a 89
Diterbitkan Oleh :
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Dewan Penasehat/Advisory Board
Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Ketua Penyunting/ Chief Editor
Wahyuddin
Pengelola Penyunting/Managing Editor Khairil Anwar (Chief)
Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni, Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/
Editorial Advisory and Review Board
Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal), Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),
Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK), Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),
Jeliteng Pribadi, MA (USK), Sirkulasi & Secretary :
Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail Kantor Penyunting/Editorial Ofice
Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941 E-mail : [email protected] - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis
Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000
Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi, Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan
Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.
ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012
E-MABIS
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Daftar Isi
Pengaruh Capacity, Equity dan Empowerment terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
Anwar, Rudi Irawan dan Elvina 1
Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global pada Negara Indonesia, Cina dan India
Anwar Puteh 9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Terkonsentrasi pada Pasar-Pasar di Lhokseumawe
A z h a r 17
Persepsi Kaum Perempuan pada Simpan Pinjam Perempuan PNPM Studi Kasus Kelompok Perempuan Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara
Ghazali Syamni, Rasyimah dan Muammar 27
Analisis Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Nilai Produksi pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh
H i s m e n d i 37
Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan
Studi pada Program Pembangunan Jalan di Desa Darussalam Kecamatan Nisam Antara
Khairil Anwar 47
Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia
R i s t a t i 57
Bauran Pemasaran Jasa dan Hubungannya dengan Kepuasan serta Loyalitas Nasabah PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe
Roslinda dan Mariyudi 65
Analisis Pengaruh Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Utara
Umaruddin Usman 81
Pengaruh Kepribadian dan Kepercayaan Diri terhadap Produktivitas Usaha Kecil di Kota Lhokseumawe
PENGARUH CAPACITY, EQUITY DAN
EMPOWERMENT TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
JOURNAL OF ECONOMIC MANAGEMENT & BUSINESSVolume 15, Nomor 1, Januari 2014 ISSN: 1412 – 968X
Hal. 1-8
ANWAR
1, RUDI IRAWAN
2DAN ELVINA
1 1Dosen pada Politeknik Negeri Lhokseumawe2Pegawai Setdakab Simeulue
This study aims at determining the effect of capacity, equity and empowerment to employees performance of Secretariat of Regency Simeulue. Respondent of this study were 62 employees. The data were taken by spreading out questionnaire and
analized statistically in Multiple Linier Regression.The study ind that the capac -ity, equity and empowerment effects the employees performance of Secretariat of Regency Simeulue. The result showed that F test > F table, and t test > t table. It means that simultaneously and partially, the capacity, equity and empowerment have
signiicant effect on the employees performance.
LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan nasional, oleh karena itu kualitas sumber daya manusia senantiasa harus dikem-bangkan dan diarahkan agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Sumber daya manusia dapat dil-ihat dari 2 aspek yaitu aspek kuantitas dan aspek kualitas. Aspek kuantitas mencakup jumlah sum-ber daya manusia yang tersedia sedangkan aspek kualitas mencakup kemampuan sumber daya ma-nusia baik isik maupun non isik yaitu kecerdasan dan mental dalam melaksanakan pembangunan, Kedua aspek tersebut sangat diperlukan dalam proses pengembangan sumberdaya manusia, sebab kuantitas sumber daya manusia yang besar tanpa didukung kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan bagi suatu bangsa.
Agar pembangunan sumber daya manusia di daerah lebih tepati sasaran, terdapat tiga aspek yang terkandung dalam pengembangan sumber daya manusia yaitu pertama, memberikan pene-kanan pada kapasitas (capacity), yaitu upaya meningkatkan kemampuan beserta energi yang diperlukan. Kedua, penekanan pada aspek pemer-ataan (equity) dalam rangka menghindari perpeca-han didalam masyarakat yang dapat mengperpeca-hancur- menghancur-kan kapasitasnya. Ketiga, pemberian kekuasaan dan wewenang (empowerment) yang lebih besar kepada masyarakat, dengan maksud agar hasil pembangunan dapat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, karena aspirasi dan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dapat terus meningkat. Disamping itu perlunya wewenang untuk memberikan koreksi terhadap keputusan yang diambil tentang alokasi sumber daya.
Pelaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue berjalan sedikit lambat dari daerah lain-nya. Kendala utamanya adalah masih rendahnya pendapatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah, masih kurangnya pen-erimaan daerah yang disebabkan karena belum banyak berkembang kegiatan usaha atau penana-man modal, masih rendahnya infrastruktur jalan, sarana transportasi baik laut dan udara, kurangnya kualitas sumber daya manusia dan kemampuan pemerintah daerah untuk memberdayakan kegia-tan investasi.
Implementasi UU No. 22 Tahun 1999 menge-nai Pemerintah Daerah memiliki implikasi yang serius bagi pelayanan publik di daerah. Peningka-tan tuntuPeningka-tan publik harus disertai dengan pening-katan kapasitas daerah dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Namun demikian, yang paling utama dalam menentukan kapasitas daerah adalah kemampuan sumber daya manusia, khu-susnya sumber daya manusia pemerintah daerah.
Untuk memperbaiki berbagai kelemahan sum-ber daya aparatur di lingkungan birokrasi pemer-intah daerah kabupaten Simeuleu dan menganti-sipasi tuntutan pelayanan publik yang semakin beragam, maka diperlukan pemikiran untuk mem-bangun perilaku birokrasi yang memiliki pro-fesionalisme, etos kerja yang baik, menjunjung tinggi nilai kejujuran dan etika yang baik dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai penyelen-gara nepenyelen-gara dan pelayanan masyarakat.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan pemer-intah dalam meningkatkan kualitas sumber daya aparaturnya yaitu melalui upaya peningkatan ke-mampuan, pengetahuan dan ketrampilan secara kontinyu dan berkesinambungan. Hal ini dimak-sudkan agar birokrasi senantiasa mampu mem-berikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat serta dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, yang men-jadi rumusan masalah adalah apakah terdapat pen-garuh capacity, equity dan empowerment terhadap kinerja pegawai.
TINJAUAN TEORITIS
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu or-ganisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuan secara efektif dan eisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes).
dalam Herdiana (2012), “Capacity Building se-bagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada”.
Menurut Soeprapto (2010), World Bank, me-nekankan perhatian capacity building pada: 1. Pengembangan sumber daya manusia,
train-ing, rekruitmen dan pemutusan pegawai pro-fesional, manajerial dan teknis,
2. Keorganisasian, yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya manajemen, 3. Jaringan kerja (network), berupa koordinasi,
aktivitas organisasi, fungsi network serta in-teraksi formal dan informal,
4. Lingkungan organisasi, yaitu aturan (rule) dan undang-undang yang mengatur pelayanan publik, tanggung jawab dan kekuasaan antara lembaga, kebijakan yang menjadi hambatan bagi development tasks serta dukungan keuan-gan dan anggaran.
5. Lingkungan kegiatan lebih luas lainnya, meli-puti faktor-faktor politik, ekonomi dan situasi-kondisi yang mempengaruhi kinerja.
Sedangkan UNDP memfokuskan pada tiga di-mensi, yaitu;
1. Tenaga kerja (dimensi human resources), yaitu kualitas SDM dan cara SDM dimanfaatkan 2. Modal (dimensi isik), menyangkut sarana
ma-terial, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan dan ruang/gedung,
3. Teknologi, yaitu organisasi dan gaya manaje-men, fungsi perencanaan, penentuan kebija-kan, pengendalian dan evaluasi, komunikasi, serta sistem informasi manajemen (Edralin, 2007).
Dari penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan capacity building dilakukan pada berbagai aspek dimulai dari sumber daya manusia yang ada sampai dengan sistem yang mengatur proses kerjanya.
Equity merupakan konsep keadilan dan
per-lakuan yang sama terhadap orang lain yang ber-perilaku sana dengan cara yang serupa. Merurut Adams (2013), dalam konsep ini menekankan bahwa bawahan membandingkan usaha mereka dan imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain dalam iklim kerja yang sama. Dasar dari teori motivasi ini dengan di-mensi bahwa individu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil. Dalam pekerjaan, individu bekerja untuk memperoleh imbalan. Ada 4 hal yang penting dalam teori keadilan adalah : a. Orang; orang yang secara individu merasa adil
atau tidak adil
b. Perbandingan dengan pihak lain; siapa saja atau kelompok yang dibandingkan sebagai ra-sio masukan dan hasil.
c. Masukan (input); karaktaeristik individu sese-orang dari pekerjaaan (misalnya : keterampi-lan, keahlian, pendidikan) atau bisa juga umur, jenis kelamin atau ras, dan sebagainya. d. Hasil (outcome); apa yang diterima yang
ber-sangkutan dari pekerjaan (penghargaan, tun-jangan, gaji dan upah, dsb).
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesen-jangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artin-ya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
1. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.
2. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tang-gung jawabnya.
Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat macam hal sebagai pembanding antara lain: 1. Harapannya tentang jumlah imbalan yang
di-anggapnya layak diterima berdasarkan kualii-kasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
3. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di or-ganisasi lain di kawasan yang sama serta mel-akukan kegiatan sejenis
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai yang bersangkutan.
Empowerment (Pemberdayaan)
Priyono dan Pranarka (2005:55) menjelaskan bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemam-puan dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Lebih lanjut Priyono dan Pranarka (2005:56) memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pemberdayaan. Secara teoritis dapat dike-mukakan beberapa deinisi pemberdayaan yaitu: 1. Alat/teknik manajemen untuk memperbaiki
kinerja organisasi melalui penyebaran pem-buatan keputusan dan tanggung jawab, sehing-ga akan mendorong keterlibatan (sekaligus rasa memiliki) dari seluruh anggota organisasi, serta membawa rasa kedekatan antara organ-isasi dengan masyarakat atau pelanggannya. 2. Upaya untuk membangun potensi (sumber
daya) organisasi dengan cara mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya.
3. Upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab semakin sfektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa empowerment merupakan perubahan yang ter-jadi pada falsafah manajemen yang dapat mem-bantu menciptakan suatu lingkungan bagi setiap individu untuk menggunakan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan organisasi. Atau dengan kata lain, pemberdayaan merupakan me-tode untuk mendorong inisiatif dan respon, se-hingga semua permasalahan dapat dipecahkan secepatnya dan secara leksibel.
Kinerja
Hasibuan (2003:94) mendeinisikan kinerja sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibeban-kan kepadanya yang didasardibeban-kan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja merupakan gabungan dari tiga fak-tor penting yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penje-lasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat moti-vasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga fak-tor diatas, semakin besar pula kinerja pegawai.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja sangat penting bagi suatu or-ganisasi. Dengan penilaian kinerja tersebut, maka suatu organisasi dapat melihat sampai sejauhmana faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu or-ganisasi.
Menurut Panggabean (2002), penilain ki-nerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi kin-erja seseorang secara periodik. Proses penilaian prestasi kerja ditujukan untuk memahami kinerja seseorang, dimana kegiatan ini terdiri dari identi-ikasi, observasi, pengukuran dan pengembangan hasil kerja pegawai dalam sebuah organisasi.
Faktor Penilaian Kinerja
Menurut Gomes (2003:142), penilaian kinerja dapat dilakukan berdasarkan deskripsi perilaku yang spesiik, yaitu:
1. Quality of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. 2. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan ke-siapannya.
3. Job knowledge, luasnya pengetahuan menge-nai pekerjaan dan ketrampilan.
4. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang tim-bul.
5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain.
7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tu-gas-tugas baru dan dalam memperbesar tang-gung jawabnya.
8. Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan dan integri-tas pribadi.
Sementara itu William dalam Hasibuan (2003:48), menyatakan ada 9 kriteria faktor pe-nilaian kinrja, yaitu:
1. Reliable, harus mengukur kinerja dan hasilnya secara eobjektif.
2. Content valid, secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.
3. Deined spesiic, meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentiikasi-kan.
4. Independent, perilaku kerja dan hasil kerja yang penting tercakup dalam kriteria yang komprehensif.
5. Non-overlaping, tidak tumpang tindih antar kriteria.
6. Comprehensive, perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus dikeluarkan.acces-sible, kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif.
7. Compatible, kriteria harus sesuai dengan tu-juan dan budaya organisasi.
8. Up to date, sewaktu-waktu kriteria perlu ditin-jau ulang untuk menilik kemungkinan adanya perubahan organisasi.
Kinerja dihasilkan oleh adanya 3 hal, yaitu: 1. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai
kapasitas berprestasi (capacity to perform). 2. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi
dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk ber-prestasi (willingness to perform).
3. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform) kinerja sebaai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya perilaku kerja serta lingkungan kerja tertentu yang kondusif.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitan ini adalah semua pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue yang berjumlah 160 orang. Jumlah
sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dan besarnya sampel sebanyak 62 orang pegawai yang dibagi berdasarkan 4 golongan yaitu golongan I, II, III, IV serta pegawai honorer daerah.
Pengambilan sampel menggunakan teknik stratiied random sampling dimana sampel di-ambil secara proporsional untuk masing-masing golongan. Alokasi sampel dapat dilihat pada ta-bel berikut:
Tabel 1 Proporsi Alokasi Sampel
Golongan Populasi Jumlah Sampel Golongan IV
Sumber : Setdakab. Simeulue, 2012.
Data dianalisis dengan menggunakan alat ana-lisis regresi linier berganda dan dilakukan dengan bantuan program aplikasi SPSS (Statistical Prod-uct and Service Solution). Adapun persamaan re-gresinya adalah:
Y = a + b1x1+b2x2+b3x3+e
Dimana:
Y = Kinerja Pemerintah Daerah a = Konstanta
Berdasarkan model regresi tersebut dapat di-lakukan bebearapa pengujian statistik, yaitu: 1. Uji t (uji parsial). Uji –t dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen (X1, X2, X3) secara individu terha-dap variabel dependen (Y) dengan asumsi vari-abel lainnya adalah konstan. Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formula hipotesis sebagai berikut:
Ha : b1 ≠ 0 artinya secara parsial ada pengaruh antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Keputusan yang di-ambil adalah:
Ho : diterima bila thitung < ttabel dan Ha ditolak. Ha : diterima bila thitung > ttabel dan Ho ditolak. 2. Uji F (uji simultan). Uji F digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh variabel independen (X1, X2, X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formula hipotesis sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 = b3 = 0 artinya variabel inde-penden secara bersama-sama tidak berpen-garuh terhadap variabel dependen. Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 artinya variabel
inde-penden secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Keputusan yang diambil adalah:
Ho diterima bila Fhitung < Ftabel dan Ha ditolak. Ha diterima bila Fhitung > Ftabel dan Ho ditolak.
PEMBAHASAN
Hasil pengujan data dengan menggunakan program SPSS seperti terlihat pada Tabel 2, maka model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh dari hasil pengujian sebagai berikut:
Y = 1,295 + 0,280X1 + 0,264X2 + 0,169X3
Pengujian Korelasi dan Determinasi
Besarnya variabel independen terhadap varia-bel dependen, dapat dilihat berdasarkan nilai koe-isien korelasi (R) dan determinasi (R2) berikut:
Berdasarkan hasil pengujian yang terlihat poa-da Tabel 3, diperoleh nilai koeisien sebesar 0,730. Hal ini berarti terdapat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebesar 73,0%. Artinya terdapat hubungan yang cukup kuat anta-ra kinerja dengan capacity (X1), equity (X2) dan empowerment (X3).
Koeisien determinasi (R2) sebesar 0,533. Ini berarti bahwa sebesar 53,3% kinerja pegawai dipengaruhi oleh oleh variabel capacity (X1), eq-uity (X2) dan empowerment (X3), sedangkan sele-bihnya yaitu sebesar 46,7% dipengaruhi oleh vari-abel lain diluar penelitian ini.
Pengujian Hipotesis secara Parsial(Uji t) Pengaruh kinerja pegawai terhadap capacity, equity dan empowerment secara parsial dapat dili-hat dari hasil uji t. Hasil pengujian yang diperli-hatkan pada tabel 2 diatas, dapat diketahui t hitung pada masing-masing variabel dengan tingkat sig-niikansi sebesar α = 5%. Hasil penelitian menun-jukkan nilai t hitung untuk variabel capacity (X1) sebesar 3,079, variabel equity (X2) , nilai t hitung sebesar 3,371 dan nilai t hitung untuk variabel em-powerment (X3) sebesar 2,278.
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Β Standar Error T hitung Sig
Constanta (a) 1,295 0,363 3,566 0,001
Capacity (X1) 0,280 0,091 3,079 0,003
Equity (X2) 0,264 0,078 3,371 0,001
Empowerment (X3) 0,169 0,074 2,278 0,026
t tabel = 2,010 F hitung = 22,073 F tabel = 2,77
Sumber : Data Primer, 2012 (diolah).
Tabel 3
Nilai Korelasi dan Koeisien Determinasi
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the estimate
0,730 0,533 0,509 0,32564
Hasil pengujian menunjukkan variabel capac-ity (X1), equity (X2) dan empowerment (X3) berpen-garuh terhadap kinerja pegawai (Y). Dengan de-mikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara capacity, equity dan empowerment secara parsial terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daer-ah Kabupaten Simeulue terbukti (Ha diterima dan Ho ditolak).
Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F) Hasil pengujian secara simultan menunjuk-kan nilai F hitung sebesar 22,073 sedangmenunjuk-kan Ftabel dengan tingkat signiikansi α = 5% adalah sebesar 2,77. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan tingkat signiikansi 0,000. Dengan de-mikian Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa variabel capacity (X1), equity (X2) dan empower-ment (X3) secara bersama-sama berpengaruh se-cara signiikan terhadap kinerja pegawai Sekre-tariat Daerah Kabupaten Simeulue (Y).
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kapasitas (capacity) berpengaruh secara sig-niikan terhadap kinerja pegawai Sekretariat
Daerah Kabupaten Simeulue. Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan pengem-bangan sumber daya manusia baik berupa pelatihan, pengaturan struktur, koordinas, atu-ran dan kondisi-kondisi yang kondusif akan mampu meningkatkan kinerja pegawai. 2. Pemerataan (equity) berpengaruh secara
sig-niikan terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue. Ini menunjuk-kan dengan diterapmenunjuk-kannya prosedur secara seragam kepada pegawai, kebijakan untuk kepentingan setiap pegawai tidak bias, semua prosedur didasarkan pada informasi yang ak-tual, prinsip-prinsip moral yang sudah disepa-kati harus dapat mendukung proses penerapan prosedur dan semua pegawai memiliki kesem-patan yang sama untuk meningkatkan kinerja mereka.
REFERENSI
Brown, Lisanne; LaFond Anne; Macintyre, Kate. (2001) Measuring Capacity Building, Carolina Population Centre/University of North Carolina, Chapel Hill.
Edralin, J.SI. (2007) The New Local Governance and Capacity Building: A Strategic Approach. Regional Development Studies, Vol. 3.
Gomes, Faustin Cardosa. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu. (2003) Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Bumi Ak-sara, Jakarta.
Herdiana, Dikdik. 2012. Konsep Umum Pengembangan Kapasitas. http://kapasitas.blogspot.com. (Online). Diakses 23 Maret 2014.
Liveintranet.blogspot.com. Teori Harapan Vroom. (2013) (Online). Diakses 2 Maret 2014.
Panggabean, S. Mutiara. (2002) Pengaruh Keadilan dalam Pengggajian dan Perilaku Individu ter-hadap Kinerja Dosen pada Perguruan Tinggi Swasta. Kajian Bisnis No. 26. Mei-Agustus.
Priyono, Onny S dan A.M.W. Pranarka. (2005) Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implemen-tasi. CSIS, Jakarta.
Soeprapto, H.R. Riyadi. 2010. The Capacity Building for Local Goverment Toward Good Govern-ance. World Bank.
Sugiyono. (2002) Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
INTEGRASI PASAR KEUANGAN PASCA
KRISIS FINANSIAL GLOBAL
PADA NEGARA INDONESIA, CINA DAN INDIA
JOURNAL OF ECONOMIC MANAGEMENT & BUSINESSVolume 15, Nomor 1, Januari 2014 ISSN: 1412 – 968X
Hal. 1-15
ANWAR PUTEH
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
This study examines the integration of inancial markets in Indonesia with China and India after the global inancial crisis. Results of Vector Error Correction Model (VECM) tends to support the hypothesis that indicates, Indonesia’s inancial market is integrated with the Chinese and Indian markets keuagan relationship meaning both short-term and long-term (disequilibrium).
PENDAHULUAN
Krisis inansial global yang berpusat di nega-ra-negara maju dengan cepatnya menyebar ke se-luruh dunia. Kecepatan penyebaran ini didukung oleh struktur pasar keuangan global yang telah terintegrasi dengan baik. Terintegrasinya pasar keuangan global ini, di satu sisi memberikan man-faat yang besar bagi perekonomian suatu negara karena mempercepat proses pengembangan pasar keuangan domestik, meningkatkan eisiensi pasar, dan membuka akses yang besar terhadap sumber pembiayaan luar negeri. Tapi si sisi lain, integrasi ini menjadikan pasar keuangan domestik lebih rentan terhadap kejutan eksternal.
Semua Negara merasa kekwatiran terhadap pembalikan dana oleh pemilik modal akibat krisis inansial global tersebut. Pemilik modal akan me-narik dananya dari tempat yang dianggap rentan terhadap krisis inansial tersebut dan menginves-tasikan kembali ke tempat yang lebih aman. In-donesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang dianggap aman dan mampu keluar dari krisis inansial dalam jangka waktu yang relatif cepat, karena berhasil meningkatkan perekonomiannya ditengah badai krisis inansial global yang beraw-al dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat. Krisis inansial tersebut turut mempen-garuhi stabilitas ekonomi global, karena hampir semua Negara menganut sistem pasar bebas, ter-masuk Indonesia. Sehingga semua Negara saling terkait dalam ekonomi global yang terintegrasi al-iran dana bebas keluar masuk dari satu Negara ke Negara lain tanpa batas. Hal ini pertanda bahwa pasar modal Indonesia saling terintegrasi dengan pasar modal Negara lain
Terintegrasinya struktur pasar keuangan Indo-nesia dengan pasar keuangan global, juga mem-berikan dampak negatif terhadap kecepatan krisis inansial global ke pasar domestik. Seperti yang terjadi pada Oktober 2008, volume perdagan-gan saham dan Indeks Harga Saham Gabunperdagan-gan (IHSG) mengalami tekanan kuat hingga memaksa otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menghenti-kan perdagangan (blackout). Selain itu, gejolak di pasar saham domestik tidak terlepas dari cukup tingginya proporsi asing dalam perdagangan sa-ham selama ini. Kerugian yang dialami investor
di pasar keuangan global menyebabkan banyak investor asing yang mengalami kesulitan likuidi-tas, sehingga terpaksa menarik dananya ( delever-aging). Selain disebabkan oleh kesulitan likuiditas yang memicu deleveraging, jatuhnya pasar saham juga disebabkan perilaku risk aversion dari inves-tor yang kemudian memicu terjadinya light to quality dari aset yang dipandang berisiko ke aset yang lebih aman. Walaupun sebenarnya kead-aan fundamental ekonomi di negara berkembang khususnya Indonesia masih dapat dikatakan baik, namun penarikan dana tersebut memberikan efek buruk terhadap kinerja pasar saham di Asia.
Di sisi lain, pasar keuangan yang terintegrasi dapat membantu memberikan informasi yang leb-ih lengkap dan mutakhir akan peluang investasi, dan dapat membantu mengembangkan pendeka-tan baru untuk membiayai kebutuhan investasi in-frastruktur. Tingkat integrasi antar pasar yang satu dengan yang lain berbeda. Secara teori, hubungan dengan pasar global dapat menyediakan seluruh manfaat integrasi keuangan, memberikan peluang bagi peningkatan modal, beragam pilihan produk investasi, dan diversiikasi risiko.
Bagi pasar keuangan global di Negara-negara maju, dengan adanya terintegrasi pasar modal para investor dapat melakukan investasi maupun diversiikasi internasional di mana saja tanpa hambatan. Namun kebanyakan bursa saham di kawasan Asia-Pasiik (regional) tergolong kurang terintegrasi, bahkan menjurus segmented, karena pembentukan harga lebih dipengaruhi oleh kondi-si pasar domestik dibanding pasar internakondi-sional (Dewi, 2009). Zona waktu yang sama dan kedeka-tan geograis memudahkan aliran informasi dan kontak personal serta dapat membantu menguran-gi informasi yang tak selaras. Pasar yang lebih be-sar, pada gilirannya, dapat mengarah pada layanan keuangan yang lebih eisien dan kompetitif.
luar negeri. Akan tetapi di sisi lain, integrasi pasar keuangan ini menjadikan pasar keuangan domes-tic sangat dipengaruhi oleh berbagai perkem-bangan yang terjadi di pasar keuangan global. Bahkan, pasar keuangan domestik juga menjadi vulnerable terhadap external shocks, seperti krisis subprime mortgage di AS (paro kedua 2007) yang mengakibatkan gejolak di pasar keuangan domes-tik (Kurniati et al. 2008)
Pasar keuangan menjadi lebih eisien, dan mampu membuat saling tergantungan antar Ne-gara, khususnya dalam satu kawasan. Sehingga mendorong masuknya modal asing (capital in-low), disamping membaiknya faktor eksternal dan domestik, seperti kondisi ekses likuiditas yang cukup besar di pasar keuangan global, pere-konomian emerging markets relatif lebih baik dibanding perekonomian negara maju, serta im-bal hasil (yield) investasi yang lebih tinggi men-dorong investor global untuk menempatkan kel-ebihan likuiditasnya pada instrumen investasi di emerging markets (Imran, 2009). Didasarkan pada fenomena dan temuan studi di atas ditemukan ba-hwa pasar keuangan di kawasan Asia-pasiik be-lum terintegrasi, jika dibandingkan dengan pasar keuangan global. Oleh karena ini, studi ini akan menguji integrasi pasar keuangan di Asia-Pasiik khususnya pasar keuangan ekonomi baru ( Emerg-ing Market Countries) yaitu Indonesia, India dan Cina.
TINJAUAN TEORITIS
Pasar modal terintegrasi juga dapat membantu mengembangkan pendekatan baru untuk mem-biayai kebutuhan investasi infrastruktur yang be-sar dari kawasan itu. Ada tiga faktor yang men-dukung terjadinya integrasi pasar keuangan, yaitu: (1). Deregulasi atau liberalisasi pasar keuangan; (2). Kemajuan teknologi yang memungkinkan pengawasan terhadap pasar keuangan global; dan (3). Peningkatan institusionel pasar keuangan (Fabozzi, 1995). Jika pasar modal benar-benar ter-integrasi, maka aset inansial akan mencerminkan harga yang sama di manapun. Pendekatan inte-grasi di Asia adalah ramah pasar, melalui berbagai jalur (multi-track) dan dengan berbagai kecepatan (multi-speed), yang memungkinkan dosis yang
se-hat akan pragmatisme di antara suatu kelompok dengan kepentingan bersama dari negara-negara di kawasan itu.
Terjadinya integrasi antar pasar keuangan di sebabkan adanya kesamaan pasar dalam pola pen-dapatan, dan ini memberikan kontribusi positif terhadap makroekonomi dalam negeri, dapat men-fasilitasi aliran modal daerah ke pasar multina-sional, transformasi teknologi, deregulasi keuan-gan memungkinkan investor untuk memperluas portofolio mereka secara internasional, dan per-dagangan internasional dan mendorong hubungan ekonomi yang lebih kuat.
Arshanapalli dan Doukas (1993) mengguna-kan unit root dalam menguji hubungan dan inter-aksi antara pasar saham New York, Jepang, Paris, Frankfurt, dan London, dari Januari 1980 sampai Mei 1990. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa telah terjadi interdependensi antar pasar saham setelah tahun 1987, kecuali untuk pasar sa-ham Jepang. Pasar Perancis, Inggris, dan Jerman sangat dipengaruhi oleh pasar AS. Kinerja pasar Jepang tidak memiliki link sama sekali dengan pasar Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Ing-gris. Ini menunjukkan bahwa pasar saham Jepang belum terintegrasi dengan pasar saham lainnya.
Serletis dan King (1997) menemukan bukti dari dua tren stokastik pada sepuluh pasar saham di Uni Eropa dengan menggunakan data kuarta-lan 1971-1992. Serletis dan King berpendapat bahwa adanya integrasi atau kecenderungan tung-gal di pasar daham Uni Eropa, hal ini disebabkan adanya beberapa perbedaan pada kebijakan iskal dan moneter di seluruh negara Uni Eropa. Dengan menggunakan estimasi variasi waktu, studi Ser-letis dan King menemukan adanya peningkatan konvergensi harga saham dari waktu ke waktu, ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pasar saham Uni Eropa dan ini memperkuat konvergen-si pada periode yang akan datang.
Zuhri dan Endri (2008) menguji intergrasi pasar saham ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina selama periode Januari 1999 – Januari 2008. Pengujian dilakukan secara bivariate co-integration dan multivari-ate co-integration. Hasilnya secara multivariate co-integration test menyimpulkan bahwa kelima Negara ASEAN memiliki kointegrasi pada vector 1 dengan tingkat signiikansi 5%. Sedangkan pen-gujian dengan bivariate co-integration test men -emukan bahwa pasar saham Indonesia terintegrasi dengan pasar saham ASEAN, akan tetapi pasar saham Malaysia-Singapura, Malaysia –Thailand, Malaysia –Filipina dan Thailand – Filipina tidak terintegasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada-lah data indeks harga saham gabungan harian dari 3 pasar modal di Asia-Pasiik. Periode yang digu-nakan adalah pasca krisis inansial global yaitu tahun Januari 2009 – Februari 2011. Pasar modal yang diamati adalah Indonesia (BEI), Jepang (NIKKEI), dan India (BSE). Pemilihan sampel penelitian ini didasari pada negara yang berhasil keluar dari krisis inansial global secara cepat dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa krisis.
Unit Root Test
Pada penelitian ini, uji stasioneritas dilakukan dengan menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller Test (ADF). Uji stasioneritas ini didasarkan
atas hipotesis nol variabel stokastik memiliki unit root. Jika nila probabilitas pasar saham tidak sig-niikan pada taraf keyakinan 90%, maka kesimpu-lan dari hasil pengujian unit root pada ordo nol se-mua data penelitiantersebut adalah tidak stasioner. Hal ini menunjukkan bahwa data time series pada umumnya bersifat nonstasionary (Gujarati, 1999). Pengambilan keputusan terhadap stasioneritas data didasarkan pada nilai kritis MacKinnon se-bagai pengganti uji-t dari hasil model uji ADF test. Selanjutnya nisbah t tersebut dibandingkan dengan nilai kritis statistik pada t tabel ADF un-tuk mengetahui ada atau tidaknya akar-akar unit. Jika hipotesa diterima berarti variabel tersebut tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji derajat integrasi. Uji derajat integrasi dimaksudkan untuk melihat pada derajat atau order diferensi ke berapa data yang diamati akan stasioner.
Coointegration Test dan Error Correction Model
Kombinasi dari dua seri yang tidak stasioner, akan bergerak ke arah yang sama menuju ekuilib-rium jangka panjangnya dan diferensiasi diantara kedua seri tersebut akan konstan. Jika demikian halnya, seri ini dikatakan saling berkointegrasi. Tes kointegrasi berdasarkan pendekatan vector autoregressions (VAR) Johansen. Jika vektor Xt adalah vektor variabel endogen dalam VAR den-gan panjang lag p, maka:
Dimana:
Yt = vector k dari variabel I(1) non-stasioner Xt = vector d dari variabel deterministic et = vector inovasi.
Spesiikasi VAR ini dapat dinyatakan dalam bentuk irst difference (Widarjono, 2009).
Notasi.
dan
Hubungan jangka panjang (kointegrasi) dije-laskan di dalam matrik dari sejumlah p variable. Karena 0 < rank = r < (Π) = r = p maka Π terdiri dari matrik Q dan R dengan dimensi p * r sehing-ga Π = QR’. Matrik R terdiri dari r, 0<r<p vector kointegrasi, sedangkan Q merupakan vektor pa-rameter error correction. Johansen menyarankan estimator maximum likelihood untuk Q dan R dan uji statistic untuk menentukan vector kointegrasi r. ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji like-hood ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR, maka menerima adanya koin-tegrasi dan sebliknya jika nilai hitung LR lebih ke-cil dari nilai kritisnya maka tidak ada kointegrasi. Jika tidak terdapat hubungan kointegrasi, model unrestricted VAR dapat diaplikasikan. Tetapi jika terdapat hubungan kointegrasi antar seri, model Vector Error Correction (VECM) yang dipergunakan (Enders dalam Inggrid, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mengestimasikan model Autoregres-sion (VAR) adalah melakukan uji stasioneritas data. Pengujian dilakukan dengan unit root test dengan prosedur Augmented Dickey-Fuller Test (ADF-Test). Pengujian ini dilakukan untuk meng-etahui data penelitian menunjukkan fenomena
random walk yang merupakan series data yang tidak stasioner. Hasil pengujian unit root dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengujian unit root terhadap variabel pe-nelitian pada level (ordo nol) terdapat bahwa data penelitian tidak stasioner, agar variabel penelitian (BEI, NIKKEI dan STI) terbebas dari masalah unit root, maka variabel-variabel tersebut selan-jutnya perlu dilakukan dengan proses diferencing
melalui uji unit root ADF pada tingkat diferensiasi pertama (ordo satu). Pengujian stasioneritas ter-hadap data level dilakukan dengan menggunakan model intercept seperti uji ADF ordo nol terha-dap data level sebelumnya. Output hasil uji unit root pada tingkat diferensi pertama (ordo satu) pada tabel diatas menunjukkan adanya perubahan tingkat signiikansi dari nilai probabilitas, statis-tik ADF dan serta critical value (α) pada semua variabel. Hasil uji unit root dengan nilai absolut statistik ADF yang lebih besar dibandingkan den-gan nilai absolut critical value tabel Mac Kinnon. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel pe-nelitian dalam kondisi stasioner atau sudah tidak mengandung unit root lagi pada ordo satu. Selain itu kondisi stasioner ini juga didukung oleh nilai probabilitas statistik ADF semua variabel yang signiikan pada α =1%.
Keseluruhan variabel penelitian sudah stasion-er pada irst difference, maka pengujian kointe-grasi dilakukan untuk melihat hubungan keseim-bangan jangka panjang atau terdapat kesamaan pergerakan dan stabilitas hubungan antar variabel penelitian. Dari hasil pengolahan data (Tabel 4) diperolah bahwa pasar modal Indonesia terkoin-tegrasi dengan pasar modal asia, ini menunjuk-kan bahwa terdapat hubungan kointegrasi, maka estimasi yang tepat adalah VEC, namun jika tidak terjadinya kointegrasi maka model yang cocok di-gunakan adalah VAR (Enders, 2004 dan Granger dalam Wong et al, 2005).
Pengujian kointegrasi menggunakan metode
Johansen Cointergation Test, seperti yang ditun-jukkan pada Table 2 memperlihatkan bahwa ada-nya kointegrasi antar variabel, maka model yang sesuai digunakan adalah Vector Error Correction Model atau VECM (Widarjono, 2009).
Tabel 1
Unit Root Test of Variables
Variables
Critical Values ADF test
Error Correction Model (Tabel 3) menunjuk-kan perubahan pasar keuangan Indonesia signii-kan. Ini membuktikan bahwa perubahan pasar keuangan Cina dan India dalam jangka pendek akan menganggu equilibrium pasar keuangan In-donesia. Sebelum mencapai equilibrium dalam jangka panjang ke arah disequilibrium speed of adjustment merupakan ukuran seberapa cepat suatu pasar keuangan bergerak kembali ke arah equilibrium jangka panjang. Speed of adjustment yang signiikan menunjukkan bahwa guncangan disequilibrium.
Table 2
Johansen Cointegration Test
Hypotheses Eigenvalue Likehood Ratio
Critical Values
1% 5%
r = 0 0,033277 53,61717** 60,16 53,12
r ≤ 1 0,014981 24,24105 41,07 34,91
r ≤ 2 0,011294 11,13879 24,60 19,96
r ≤ 3 0,001474 1,28021 12,97 09,24 ** signiicant at 5% level
Table 3
Vector Error Correction Model
Variabel Error Correction
ΔBEI -0.046066***
(-4.59496) [0.01003] ΔNIKKEI -0.154315**
(-2.95214) [0.05227]
ΔSTI -0.016024**
(-1.42604) [0.01124] *** dan ** signiicant at 1% dan 5% level
KESIMPULAN
REFERENSI
Arshanapalli, B. dan Doukas, J., (1993), International Stock Market Linkages: Evidence from the pre- and post-1987 period, Journal of Banking and Finance.
Bank Indonesia, (2009),Outlook Ekonomi Indonesia 2009 – 2014, Edisi Januari 2009
Dewi, Shinta, (2009), Analisis Hubungan Kausalitas Bursa Global Terhadap Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Inggrid, Maret, (2006), Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia:Pendekatan. Kausali-tas dalam Multivariate Vector Error Correction Model,Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8. No. 1, hlm. 40-50
Fabozzi, Frank J. (1995), The Handbook of Mortgage Backed Securities, Probus Publishing Co; Chicago
Friedman, J. and Shachmurove, Yochanan, (1996), International Transmission of Innovations Among European Community Stock Markets, in Research in International Business and Finance,, Vol. 13, hlm. 35-64.
Gallagher, L., (1995), Interdependencies among the Irish, British and German Stock Markets, The Eco -nomic and Social Review.
Gujarati, (1999), Basic Econometrics, Mc-Graw Hill Publishing
Knif, J. dan Pynnonen, S., (1999), Local and Global Price Memory of International Stock Markets, Journal of International Financial Markets, Institutions and Money.
Koutmos, G., (1996), Modeling the Dynamic Interdependence of Major European Stock Markets,
Journal of Business Finance and Accounting.
Kurniati Y., Permata M., dan Yanitri, (2008), Struktur dan Produktivitas Ekspor serta. Potensinya dalam Mendorong Pertumbuhan. Ekonomi di Indonesia, Bank Indonesia
Murtini, Umi dan Ekawati, Erni, (2003), Integrasi Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek di ASEAN (Setelah Penghapusan Batas Pembelian Bagi Investor Asing), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 3 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Serletis, A. dan King, M., (1997), Common Stochastic Trends and Convergence of European Union Stock Markets, The Manchester SchoolTucker, et al. 1991),
Widarjono, Agus, (2009), Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, Penerbit Ekononisia, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PEDAGANG TERKONSENTRASI
PADA PASAR-PASAR DI LHOKSEUMAWE
JOURNAL OF ECONOMIC MANAGEMENT & BUSINESS Volume 15, Nomor 1, Januari 2014
ISSN: 1412 – 968X Hal. 17-26
A z H A R
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
The purpose of this study was to examine the factors that affect income traders concentrated in Lhokseumawe. The data used in this study is primary data clothing merchants in Lhokseumawe markets and analize using multiple regression method. The study found that the experience of working capital and income affect traders. This indicates an increase in merchant revenue, capital is an important factor be-cause the merchant capital to deepen its business so that all required public needs.
Latar BeLakang
Pada awalnya para pedagang sektor informal seperti pedagang kaki lima muncul satu persatu dan terus bertambah setelah adanya reaksi pasar yang positif dan tanpa disadari semakin bertam-bah banyak yang pada akhirnya menciptakan “pasar kaget” dan berkembang menjadi pasar tradisional dalam hal ini menjadi suatu realitas sosial yang tidak dapat dipungkiri dalam kehidu-pan masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar. Pada umumnya para pedagang sektor in-formal seperti pedagang kaki lima memiliki latar belakang sosial yang beraneka ragam baik tingkat pendidikan formal yang rendah dan keterampilan yang sederhana serta berasal dari keluarga yang secukupnya, akan tetapi memiliki semangat juang dan daya tahan untuk hidup ditengah-tengah masyarakat kota dengan tujuan mencari atau me-nambah pendapatan keluarga.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang, seperti: Puspasari (19990; Suharto (1994); Handayani (2007) dan Tampubo-lon (2008). Penelitian Suharto mengatakan jum-lah tanggungan, status migrasi, lama usaha, sta-tus pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan curahan jam kerja mempengaruhi pendapatan pedagang. Handayani (2007) menyebutkan bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif
dan signiikan terhadap pendapatan pekerja sektor
informal di kota Binjai. Tampubolon (2008) men-gatakan modal dan lokasi mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang sayur. Penelitian Puspasari (1999) menemukan besarnya modal sendiri mem-pengaruhi tingkat pendapatan pengusaha keramik.
Lhokseumawe merupakan salah satu kota di Propinsi Aceh yang merupakan pemekaran dari Aceh Utara. Hampir sama dengan Kota lainnya di Indonesia yang memilki banyak pengusaha kecil dan menengah ke atas. Bagi para pedagang kecil usaha untuk meningkatkan pendapatan dilakukan dengan peningkatan pendapatan melalui keun-tungan dari penjualan produknya. Beberapa pro-duk memungkinkan diperdagangkan dalam lokasi yang sama (terkonsentrasi) antara lain; pedagang buah-buahan, sayur-sayuran, ikan dan aneka ma-kanan ringan siap saji.
Berdasarkan observasi awal yang penulis la-kukan di pasar Kota Lhokseumawe, perbedaan yang terjadi antar pedagang ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya; Pertama dari segi kon-tinuitas usaha, pedagang yang terkonsentrasi lebih terjamin karena mereka memiliki tempat yang tetap sehingga dari segi pelanggannya juga telah tersegmentasi dan kualitas dari produk yang dip-erjualbelikan juga lebih terjamin. Kedua, dari segi jenis produk yang diperdagangkan juga berbeda, bagi pedagang yang terkonsentrasi menjual ba-rang yang lebih beranekaragam sedangkan peda-gang tidak terkonsentrasi cenderung menjual ba-rang satu jenis. Ketiga dari segi waktu berjualan, bagi pedagang yang terkonsentrasi waktu untuk berjualan lebih lama sedangkan pedagang yang tidak terkonsentrasi waktu yang digunakan untuk berjualan lebih sedikit.
Dari beberapa penelitian di atas ditemukan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang terkonsen-trasi dengan menambah variabel jumlah produk dan pengalaman.
tinjauan teoritis
Pasar (tradisional)
Pada dasarnya pasar dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yakni; pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, dan pasar pemerintah. Pasar penjual adalah suatu pasar yang terdiri atas individu-individu dan organisasi yang membeli barang-barang dengan maksud untuk dijual lagi atau disewakan agar mendapat laba. Seseorang yang membeli suatu barang atau jasa akan terlibat dalam suatu transaksi pembelian. Transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli. Kejadian ini berlangsung pada saat tertentu se-hingga pasar dapat dianggap sebagai suatu tempat (Swastha, 1995:191).
Bentuk isik pasar tradisional biasanya terdiri dari
bangunan los dan kios sederhana, relatif kurang terawat dan terkesan kumuh. Suasana pasar kurang menyenangkan, ruang belanja sempit, penerangan kurang baik, tempat parkir kurang memadai, dan pelayanan kurang memuaskan (Sinungan, 1987).
Salah satu karakteristik yang menonjol dari pasar tradisional adalah banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dan jasa yang sama. Se-lain itu, penentuan harga dilakukan melalui proses tawar menawar. Walaupun harga barang relatif murah namun kualitas dan kebersihan barang kurang diperhatikan. Kebanyakan pedagang pasar tradisional tidak mempunyai catatan penjualan. Biaya produksi maupun ongkos-ongkos lainnya jarang sekali dihitung dengan seksama. Didalam mengelola usaha dan khususnya dalam menyedia-kan persediaan barang dagangan, para pedagang pasar berjalan sendiri-sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan modal biasanya berhubungan dengan sumber perkreditan informal (Sinungan, 1987 dan Alexander, 1987).
Sebagai pusat perdagangan kota, pasar meru-pakan unsur penggerak kegiatan perekonomian kota dan sebagai unsur utama pembentuk struk-tur tata ruang kota. Oleh karena itu, kawasan perdagangan kota pada umumnya tumbuh dan berkembang dari adanya pasar, dimana intensitas kegiatannya semakin meningkat sesuai dengan perkembangan kota dan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya, pasar dapat berkembang lebih luas lagi sebagai pusat perdagangan yang melayani se-luruh kota atau bahkan kawasan regional.Namun demikian pasar dapat pula berfungsi hanya seba-gai pusat pelayanan lingkungan kota (Ali, 1994).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pasar tradisional adala suatu tempat yang mem-perdagangkan kebutuhan masyarakat dimana lokasinya sangat sederhana, dan telah ditentukan oleh pemerintah pada tempat tertentu pada lokasi lokasi yang telah disiapkan oleh pemerintah, dan aktivitas perdagangan mulai subuh ataupun sore hari saja.
Pedagang dan Pendapatan
Pedagang kaki lima dideinisikan oleh adalah
orang yang memperjualbelikan barang yang mel-ayani penjualan di tempat public, di pinggir jalan
atau trotoar McGee yang dalam Young (1977). Manning dan Effendi (1996) menyebutkan bah-wa pedagang kaki lima adalah salah satu peker-jaan yang paling nyata dan penting di banyak kota di Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin. Menurut Breman (1998), pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji har-ian) dan mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan peker-jaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu.
Semua pedagang yang melakukan aktivitas tentu saja bertujuan untuk meningkatkan penda-patan bagi keluarganya. Boediono (1992) menge-mukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikin-ya kepada sektor produksi. Sedangkan Winardi (1992) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada peng-gunaan faktor-faktor produksi.
Rahardja dan Manurung (2001) mendeinisi -kan pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selam periode tertentu. Menurutnya juga, pendapatan uang (money income) adalah sejumlah uang yang diterima keluarga pada priode tertentu sebagai balas jasa faktor produksi yang diterima. Masih menurut Rahardja dan Manurung (2001) mengatakan pendapatan personal adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak indi-vidu-individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan pendapatan dalah hasil atau imbalan yang didapatkan oleh se-orang (pedagang) selama dia beraktivitas di tem-pat dan waktu tertentu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapa-tan Pedagang
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisional di Kota Yogyakarta adalah jumlah modal usaha yang digunakan, jumlah tenaga ker-ja, dan lama usaha yang dijalankan. Nauly (1999) mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayur keliling di Kecama-tan Ciputat, Kabupaten Tangerang. Faktor kondisi lingkungan internal yang dilihat dari fungsi fungsi pemasaran dan strategi pemasarannya dan ekster-nal langsung dari usaha pedagang sayur keliling serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling di Ke-camatan Ciputat, Kabupaten Tangerang. Dan Pra-bawati (2012) mengatakan bahwa mempengaruhi pendapatan pedagang meliputi umur, pendidikan, curahan waktu dan jenis barang.
Tentu saja usaha tersebut berkaitan dengan lokasi usaha, jenis produk, modal usaha, jam kerja. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Suharto (2004); Tampubolon (2008); Akhirmen (1993); Harun (1997); Diliana (2005); dan Ilha-muddin (2006) yang mengatakan bahwa lokasi usaha, jenis produk, modal usaha dan jam kerja mempengaruhi pendapatan pedagang. Dari ber-bagai faktor yang telah dikemukakan di atas se-cara umum faktor yang paling banyak disebutkan dan mempengaruhi pendapatan pedagang adalah berkaitan dengan faktor lokasi, jenis produk, mod-al usaha, jam kerja.
MetoDe PeneLitian
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan mewawancarai re-sponden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), meliputi batasan variabel dan data yang mendukung penelitian ini. Dalam hal ini penulis membawa daftar pertanyaan untuk diisi dengan keterangan-keterangan yang diperoleh dari pedagang yang menjadi sampel. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah para pedagang yang menjual pakaian di pasar-pasar yang ada di kota Lhokseumawe yaitu pasar In-pres, pasar Kota, pasar Cunda dan Pasar Batuphat dengan total sampel 100 orang.
Deinisi Operasional Variabel
Pendapatan adalah jumlah hasil yang diterima
oleh pedagang berupa keuntungan dari penjualan produk-produk. Ukuran yang digunakan untuk mengukur pendapatan ini dalam satuan rupiah. Modal Usaha adalah jumlah dana yang dikeluark-san oleh pedagang baik pedaagang terkonsentrasi dan tidak terkonsentras untuk berdagang yang di-ukur dalam satuan rupiah. Jam kerja adalah waktu yang digunakan untuk berdagang yang terkon-sentrasi dan tidak terkonsentras selama hari kerja yang diukur dalam nominal. Jenis produk adalah ragam produk yang diperjualbelikan. Dalam pe-nelitian ini jenis produk dibagi dalam kelompok, yaitu; buah-buahan, sayur-sayuran, ikan, dan ma-kanan yang diukur dalam skala nominal. Pengala-man adalah lalamnya waktu yang telah dilakukan untuk melakukan penjualan atau usahanya yang diukur dengan skala nominal.
normalitas dan asumsi klasik
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan uji one sample Kolmogrov-Smir-nov test (Ghozali, 2012:160). Hasil normalitas
diketahui bila nilai signiikansi > 0,05 berarti data
berdistribusi normal.
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ghozali (2012:105) menga-takan jika nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF
≥ 10
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk men-guji model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ghozali, 2012:139). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji scatter plot. Jika gambar plotnya menyebar maka tidak terjadi heteroskedastistas.
Model Penelitian
X3= jumlah produk, X4= pengalaman variabel de-penden adalah pendapatan (Y). Maka model pe-nelitiannya adalah
µ
+
+
+
+
+
=
1 1 2 2 3 3 4 41
a
b
X
b
X
b
X
b
X
Y
,
Dimana:
Y1 = pendapatan
X1 = modal usaha
X2 = jam kerja
X3 = Jenis produk
X4 = pengalaman usaha
a = konstanta
b = koeisien regresi
e = error.
PeMBaHasan
Deskrispi responden seperti yang terlihat dalam Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 101 orang atau 84,2% dari total responden berjenis kelamin laki-laki. Untuk responden yang berjenis kelamin perempuan ada 19 responden atau 15,8% dari total responden berjenis kelamin perempuan. responden yang berusia 21–30 tahun berjumlah 8 orang atau 6,7% dari total responden memiliki usia antara 21-30 tahun. Usia 31-40 tahun ada 66 responden atau 55% dari total responden memiliki usia antara 31-40 tahun. Untuk usia 41-50 tahun ada 24 responden atau 20% dari total responden
Tabel 1
Deskripsi responden
memiliki usia 41 - 50 tahun. Sedangkan untuk usia
> 50 tahun ada 22 responden atau 18,3% dari total responden memiliki usia > 50 tahun. responden
yang berusia 21 – 30 tahun berjumlah 8 orang atau 6,7% dari total responden memiliki usia antara 21-30 tahun. Untuk usia 31-40 tahun ada 66 re-sponden atau 55% dari total rere-sponden memiliki usia antara 31-40 tahun. Untuk usia 41-50 tahun ada 24 responden atau 20% dari total responden memiliki usia 41-50 tahun. Sedangkan untuk usia
> 50 tahun ada 22 responden atau 18,3% dari total responden memiliki usia > 50 tahun.
Responden yang berstatus kawin berjumlah 92 orang atau 76,7% dari total responden berstatus kawin. Untuk status belum kawin ada 9 responden atau 7,5% dari total responden berstatus belum kawin. Untuk status janda ada 11 responden atau 9,2% dari total responden berstatus janda. Sedan-gkan untuk status duda ada 8 responden atau 6,7% dari total responden berstatus duda. Dari Tabel diatas diketahui bahwa pedangang tidak sekolah sebanyak 33 orang atau 27.5% dari responden berlatar belakang dengan tidak bersekolah. Untuk pendidikan terakhir SD sebanyak 26 orang atau 21,7% dari responden berlatar belakang dengan pendidikan terakhir SD, kemudian pendidikan terakhir SMP sebanyak 31 orang atau 25.8% dari responden berlatar belakang dengan pendidikan terakhir SMP, selanjutnya pendidikan terakhir SMA sebanyak 30 orang atau 25% dari responden berlatar belakang pendidikan terakhir SMA.
Hasil uji normalitas dan asumsi klasik
Dari Tabel 1 dapat dijelaskan nilai Kolmog-orov-Smirnov Z sebesar 0,793 dengan tingkat
signiikan sebesar 0,555. Nilai signiikan lebih
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada model persamaan regresi untuk lokasi terkonsentrasi terdistribusi normal. Disamping itu juga menunjukkan model regresi tidak mengala-mi permasalahan multikolinieritas, karena nilai Tolerance untuk masing-masing variabel tidak ada yang kurang dari 0,10. Dan nilai VIF untuk masing-masing variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sedangkan uji hetereoskedastisitas juga men-unjukkan tidak ditemukan heteroskedastisitas data karena titik plotnya menyebar (Gambar 1).
Gambar 1. Uji Heteroskedastistas
Faktor faktor yang mempenagruhi Pendapatan Pedagang terkonsentasi
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa hanya dua faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Lhokseumawe, yaitu modal usaha dan pengalaman. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai t hitung modal usaha 8,479 yang signiikan
1%. Begitu juga pengalaman dimana nilai t
hi-tungnya 4,034 dengan signiikansi 1%. Sedangkan
dua variabel lainnya yaitu jam usaha dan jumlah produk tidak mempengaruhi pendapatan usaha pedagang terkonsentrasi di Lhokseumawe karena
nilai t hitungnya tidak signiikan pada 1%, 5%
ataupun 10%.
Dari Tabel 3 tersebut dapat diketahui model penelitian tersebut adalah:
Y = 6,955 + 0,472modal kerja +
0,088 jam usaha - 0,065jumlah produk + 0,177 Pengalaman
Model persamaan tersebut dapat dijelaskan
bahwa koeisien konstanta 6,955 artinya variabel
modal kerja, jam usaha,jumlah produk dan pen-galama tetap maka pendapatan pedagang
terkon-sentrasi adalah 6,955. Koeisien modal kerja ada -lah 0,472 diartikan bahwa setiapa penambahan modal kerja 1000 rupiah akan meningkatkan pen-dapatan 472 rupiah.
Jam usaha koeisiennya adalah 0,088 artinya
Tabel 1
Hasil uji normlitas dan multikolinieritas
Sumber: Data diolah
Tabel 2
Hasil regresi faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Lhokseumawe
Coeficientsa
Model
Unstandardized
Coeficients Standardized Coeficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.955 .839 8.286 .000
Modal Kerja .472 .056 .601 8.479 .000
Jam Usaha .088 .082 .097 1.081 .282
Jumlah Produk -.065 .045 -.125 -1.436 .154
Pengalaman .177 .044 .271 4.034 .000
a. Dependent Variable: Pendapatan Sumber: Data diolah
Tabel3
Uji F dan Koeisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate F Sig.
1 .720a .518 .501 .33201 30.884 .000b
Sumber: data diolah
kan penurunan pendapatan sebesar 0,65 rupiah. Sedangkan pengalaman yang meningkat 1000 jam akan menambah pendapatan sebanyak 177 rupiah. Temuan ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menghasilkan hasil penelitian yang beragam, seperti; Dewi, 2012; asakdiah dan sulistyani, 2004; nauly, 1999; Suharto; 2004; Tam-pubolon; 2008; Akhirmen, 1993; Harun, 1997; Di-liana, 2005; dan Ilhamuddin, 2006.
Meskipun secara parsial terlihat hanya dua va-riabel yang mempengaruhi pendapatan pedagang yaitu modal kerja dan pengalaman.
Berdasarkan Tabel 3, menemukan nilai F
hi-tung adalah 30,884 dengan signiikansi 1%. Hal
ini menjelaskan bahwa semua variabel independ-en yang diteliti (modal kerja, jam usaha, jumlah produk dan pengalaman) mempengaruhi
pendapa-tan pedagang terkonsentrasi. Di samping itu juga, kekuatan dan keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen kuat.
Koe-isien korelasi (R) pada tabel di atas memiliki nilai
720 jadi hubungannya kuat. Sedangkan adjuster R square tidak kuat yaitu 0,501. Dengan demikian dapat disimpulkan variabel independen penelitian ini yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependen dengan baik.
Temuan ini mengindikasikan bahwa variabel modal kerja dan pengalaman merupakan variabel yang penting untuk diperhatikan oleh pedagang terkonsentrasi. Modal kerja yang banyak akan
membantu mereka mendiversiikasi produknya
akan meningkatkan penjualan dan akhirnya me-nambah pendapatan. Di samping itu, pengalaman juga dibutuhkan oleh para pedagang terkonsentra-si. Pengalaman yang dimilikinya akan membantu pedagang terkonsentrasi memahami lingkungan usahanya.
Sedangkan dua variabel lainnya yaitu jumlah produk dan jam kerja tidak mempengaruhi penda-patan pedagang terkonsentrasi. Hal ini mengindi-kasikan bahwa para pedagang harus memahami jam kerja dipasar manapun sangat terbatas atau tidak sepanjang waktu (ada waktu mulai ramai dan sepi). Batasan jam kerja ini mempengaruhi pada waktu belanja masyarakat sehingga sedikit mengurangi permintaan produk yngg akan dibelanjai.
kesiMPuLan
Kesimpulan penelitian ini menjelaskan bahwa pentingnya modal kerja dan pengalaman dalam melakukan perdagangan bagi pedagang terkon-sentrasi. Temuan ini mengindikasikan bahwa
modal kerja yang cukup membantu pedagang membuat produknya lebih dalam. Namun jumlah produk yang banyak juga berakibat kemungki-nan busuknya produk karena tidak habis terjual. Artinya pedagang harus memilih produk yang benar-benar diminati oleh masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengalaman. Pen-galaman ini membuat pedagang mengetahui per-ilaku konsumen untuk membeli. Perper-ilaku tersebut seperti permintaan konsumen terbanyak, bulan apa permintaan meningkat jam-jam sibuk waktu belanja.
reFerensi
Akhirmen. (1993), Pengaruh Karakteristik Terhadap Pendapatan Pedagang Kecil Sektor Informal Di Pasar Raya Kota Padang. (Laporan Penelitian). IKIP. Padang.
Alexander, (1987), Alexander, J. (1987), “Batas Minimum Kredit Untuk Pedagang Kecil” Prisma, No. 7 Th. XVI, h. 49-81.
Ali, T.H (1994), “Keterpaduan Pembangunan Pasar dengan Penataan Kota di Indonesia,” dalam Depar-temen Koperasi dan Pembinaan Pengusahaan Kecil, Pola Pikir Penataan Pasar dan Pedagang Kaki Lima, Jakarta
Asakdiyah dan Sulistyani (2004), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, STIE YKPN Yogyakarta
Breman, L. Bery.(1998), Geliat Sektor Informal di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Boediono. (2002), Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta
Dewi, Vera Laksmi, Setiawina, N. Djinar dan Indrajaya (2012), “Analisis Pendapatan Pedagang Canang di Kabupaten Badung” http://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/download/.../227.
Diliana, Fransisca Bonita. (2005), Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Ru-mah Tangga di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Magelang. (Laporan Penelitian). STIS. Jakarta.
Ghozali, Imam. (2012), Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Pener-bit Universitas Diponogoro. Semarang.
Handayani, Neni (2006), Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proitabilitas pada Usaha Home
Industri Kue dan Roti di Surakarta. Tesis. Program Studi Magister Manajemen.Universitas Muham-madiyah Surakarta.
Harun, Tommy. (1997), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Migran di Indonesia. (Tesis). PPS-UI. Jakarta.
Ilhamuddin, Tasdiq. (2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga di Nanggroe Aceh Darussalam. (Tesis). PPS-Unsyiah. Banda Aceh.
Manning, Chris dan Effendi, Tadjuddin Noer (1996), Urbanisasi,Pengangguran, dan Sektor Informal
di Kota. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.