• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renaldo Trisatria Putra, Atik Nurwahyuni. Program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Renaldo Trisatria Putra, Atik Nurwahyuni. Program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta JPK Jamsostek tentang

Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir

Tahun 2012

Renaldo Trisatria Putra, Atik Nurwahyuni

Program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstrak: JPK merupakan suatu program yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara asuransi sosial yaitu PT Jamsostek (Persero) dan diselenggarakan secara terstruktur dan komprehensif. Program JPK Jamsostek menggunakan prinsip managed care. Program ini harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, peserta program ini harus memahami dan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang sudah ditetapkan oleh PT Jamsostek (Persero). Pada tahun 2012, PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir membayarkan klaim perorangan rata-rata 75 klaim/bulan. Hal ini menandakan bahwa masih rendahnya pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir Tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional dan dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada 97 responden di PT Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza dan Kopposindo Jakarta Pusat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan, pengalaman menggunakan JPK, sosialisasi SDM perusahaan, dan sosialisasi JPK Jamsostek dengan pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Kata Kunci: Pemahaman; prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Abstract: JPK is a program organized by the social insurance administrators, PT Jamsostek (Persero) and organized in a structured and comprehensive. JPK Jamsostek using managed care principles. This program shall be implemented in accordance with the procedures of health care. Therefore, participants should understand and follow health care procedures that have been established by PT Jamsostek (Persero). In 2012, PT Jamsostek (Persero) Gambir Branch paying individual claims an average of 75 claims/month. This indicates that there is still lack of understanding of JPK Jamsostek participants about health care procedures of PT Jamsostek (Persero). This study aims is to determine the factors that influencing the JPK Jamsostek participant’s comprehension about health care procedure in PT Jamsostek (Persero) Gambir branch office in 2012. This research is a quantitative study with cross-sectional design and carried out by filling out the questionnaires. Questionnaires were distributed to 97 respondents at PT Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza and Kopposindo Jakarta Pusat. The results of this study indicate that a significant relationship between age, educational level, experience of using JPK, corporate HR socialization, and JPK Jamsostek socialization with the JPK Jamsostek participant’s comprehension about health care procedure in PT Jamsostek (Persero).

(2)

Pendahuluan

Program JPK Jamsostek menggunakan prinsip managed care. Managed care merupakan sistem yang mengintegrasikan pembiayaan dan penyediaan perawatan kesehatan dalam suatu sistem yang mengelola biaya, dan kemudahan dalam mengakses pelayanan bagi pesertanya (PAMJAKI, 2008). Dalam pelaksanaan program JPK, diharapkan peserta mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan PT Jamsostek (Persero). Tetapi masih ada peserta yang tidak mengikuti prosedur. Jika peserta tidak mengikuti prosedur, bukan berarti peserta harus menanggung biaya pengobatannya sendiri. Peserta dapat melakukan klaim ke PT Jamsostek (Persero) yang disebut Klaim Perorangan (reimbursement). Berdasarkan daftar pembayaran klaim perorangan JPK yang ada di Monitoring Customer Service Officer sejak bulan Januari hingga September 2012, diketahui rata-rata klaim perorangan yang dibayarkan sekitar 75 klaim. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada peserta JPK Jamsostek yang tidak mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh PT Jamsostek (Persero). Artinya, pemahaman peserta program JPK Jamsostek terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) masih rendah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti pemahaman dari peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Dari data diatas, peserta yang melakukan klaim perorangan berasal dari berbagai perusahaan. PT Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza dan Kopposindo Jakarta Pusat diambil sebagai populasi yang akan diteliti, karena karyawan perusahaan tersebut cukup banyak mengajukan klaim perorangan pada tahun 2012 sehingga dinilai mengandung permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir tahun 2012.

Tinjauan teoritis

Menurut A. Wawan dan Dewi. M (2010), pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor-faktor internal terwujud dalam umur, tingkat pendidikan, lama kepesertaan, pengalaman, pekerjaan dan sebagainya.

(3)

a. Umur

Menurut Pro Health (2009), umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup:

 Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

 Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Pro Health, 2009).

b. Tingkat Pendidikan

Menurut Pro Health (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

(4)

c. Lama Kepesertaan

Lama kepesertaan diduga berkaitan erat dengan pemahaman prosedur pelayanan kesehatan. Peserta yang baru memasuki organisasi memerlukan berbagai bentuk penyesuaian karena setiap organisasi mempunyai ciri-ciri khas atau kebiasaan-kebiasaan yang mungkin hanya berlaku dalam organisasi tersebut. Setiap orang baru tidak merta bisa berkarya seproduktif mungkin sesuai dengan yang diharapkan karena belum adanya pengalaman dan pembelajaran (Siagian, 1989). Menurut Almayda (1998) masa kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalamannya. Sehingga dapat dikatakan semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak pengetahuan dan pengalamannya, ini dapat berarti pula semakin lama kepesertaan seseorang mengikuti program JPK Jamsostek, semakin banyak pula pengetahuan dan pengalaman yang diterima (Rahmadhani, 2005).

d. Pengalaman Menggunakan JPK

Menurut Pro Health (2009) pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Pengetahuan seseorang merupakan hasil dari pengalaman, yaitu dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya dan oleh kebutuhan individu (Swansburg, 2001). Pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan dan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman. Seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Orang tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal terwujud dalam sosialisasi, sumber informasi, lingkungan, sosial budaya, dan sebagainya.

(5)

a. Sosialisasi SDM perusahaan dan petugas JPK Jamsostek

Proses pemberian informasi yang dilakukan oleh petugas (CSO JPK, AO, SDM Perusahaan) adalah dengan memberikan suatu informasi dan penjelasan tentang prosedur kepada peserta agar peserta paham terhadap prosedur tersebut. Informasi yang diberikan pun harus tepat, artinya informasi yang dibutuhkan dapat tersedia tepat waktu sesuai dengan yang ada, setelah informasi tersedia memang digunakan secara efektif (Mudahar, 2005 dalam Triodora, 2012). Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).

b. Sumber Informasi

Menurut Rakhmat (1993), dikutip oleh Kartika (2004), kelompok dapat mempengaruhi kita. Kelompok dapat menentukan cara kita berkata, berpakaian, bekerja, dan bahkan keadaan emosi serta suka duka kita. Komunikasi kelompok dipergunakan untuk bertukar informasi, meningkatkan pengetahuan, atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran. Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa juga diperoleh dari keluarga/teman. Dengan merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka seseorang akan menyebarkan ide tersebut pada orang lain (Depkes RI, 2007) dalam Ajunk (2009). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Pro Health, 2009).

Metode penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT

(6)

Jamsostek (Persero) maka diasumsikan ada tiga faktor yang mempunyai hubungan dengan pemahaman karyawan. Pertama yaitu faktor karakteristik peserta, yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama kepesertaan JPK, dan pengalaman menggunakan JPK. Selanjutnya faktor perusahan, yaitu sosialisasi oleh SDM perusahaan dan yang terakhir faktor dari PT Jamsostek (Persero), yaitu sosialisasi JPK Jamsostek dan sumber informasi program JPK di perusahaan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi

cross-sectional, dengan tujuan untuk melihat pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur

pelayanan kesehatan program JPK Jamsostek serta hubungan antara variabel dependen dan independen yang diteliti secara bersamaan. Penelitian dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh tenaga kerja yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah karyawan PT Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza dan karyawan Kopposindo Jakarta Pusat yang menjadi peserta JPK Jamsostek. Jumlah kedua karyawan perusahaan tersebut ada 173 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Berdasarkan pada tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sehingga rumus besar sampel yang digunakan yaitu berdasarkan rumus estimasi sebuah proporsi populasi dengan presisi mutlak, sebagai berikut (Lemeshow, 1997):

n =

( )

Keterangan:

n : Besar sampel

Z1-⍺/2 : 1,96 (Nilai Z pada derajat kemaknaan ⍺ = 0,05) P : Proporsi populasi (0,5)

d : Absolute presisi (0,1)

Sesuai dengan rumus diatas, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan software pengambilan besar sampel, yaitu sebesar 97 orang. Pada saat peneliti menyebarkan kuesioner, ada beberapa kuesioner yang tidak kembali (missing system). Sehingga jumlah sampel yang berhasil didapatkan ada 93 orang. Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari semua variabel-variabel yang diteliti. Analisis bivariat akan dilakukan dalam penelitian ini karena dengan analisis bivariat dapat diketahui hubungan antara umur, tingkat pendidikan, lama kepesertaan JPK, pengalaman menggunakan JPK, sosialisasi SDM perusahaan, sosialisasi

(7)

JPK Jamsostek, dan sumber informasi program JPK di perusahaan terhadap pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Uji yang akan dilakukan adalah uji Chi-Square, dikarenakan skala pada variabel independent dan variabel dependent adalah kategorik.

Hasil penelitian

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia muda. Responden yang tergolong muda, yaitu yang berusia dibawah 35 tahun sebanyak 48 orang (51,6%). Sedangkan responden yang tergolong tua, atau yang berumur diatas 35 tahun, sebanyak 45 orang (48,4%). Menurut tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan dari SD sampai dengan SLTA yaitu sebanyak 68 orang (73,1%). Responden yang pendidikannya sampai perguruan tinggi ada 25 orang (26,9). Menurut lama kepesertaan JPK, sebagian besar responden adalah peserta lama yaitu sebanyak 51 orang (54,8%). Responden yang baru menjadi peserta JPK ada 42 orang (45,2%). Menurut pengalaman menggunakan JPK, tidak ada perbedaan yang mencolok antara responden yang pernah menggunakan JPK dengan yang tidak pernah. Responden yang pernah menggunakan JPK ada 46 orang (49,5%), sedangkan yang tidak pernah menggunakannya ada 47 orang (50,5%). Menurut sosialisasi SDM perusahaan, ada 46 orang (49,5%) yang pernah mengikuti sosialisasi dari SDM perusahaan, sedangkan ada 47 orang (50,5%) yang tidak pernah mengikutinya. Menurut sosialisasi JPK Jamsostek, ada 40 orang (43%) yang pernah mengikuti sosialisasi dari JPK Jamsostek, sedangkan sisanya ada 53 orang (57%) yang tidak pernah mengikuti sosialisasi tersebut. Menurut sumber informasi program JPK di perusahaan, ada 46 responden (49,5%) yang mengatakan bahwa ada sumber informasi program JPK Jamsostek di perusahaan tempat mereka bekerja. Sedangkan sisanya, sebanyak 47 responden (50,5%) mengatakan tidak ada sumber informasi program JPK Jamsostek di perusahaannya. Dari 93 responden, sebanyak 55 orang (59,1%) tidak paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Responden yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) ada 38 orang (40,9%).

(8)

Tabel 1

Hubungan Antara Umur Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Hasil analisis hubungan antara umur karyawan dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 14 orang (29,2%) yang berusia muda (≤35 tahun) paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang berusia tua (>35 tahun), ada 24 orang (53,3%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,031 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur karyawan dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Tabel 2

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Tingkat Pendidikan Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % n % n % SD - SLTA Perguruan Tinggi 46 9 67,6 36 22 16 32,4 64 68 25 100 100 0,012 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 22 orang (32,4%) yang berpendidikan dari SD sampai dengan SLTA paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang pendidikannya perguruan tinggi, ada 16 orang (64%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,012 maka

Umur Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % n % n % Muda (≤ 35 Tahun) Tua (> 35 Tahun) 34 21 70,8 46,7 14 24 29,2 53,3 48 45 100 100 0,031 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

(9)

dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Tabel 3

Hubungan Antara Lama Kepesertaan JPK Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Lama Kepesertaan JPK Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % n % n % Baru (0 - 5 Tahun) Lama (> 5 Tahun) 29 26 69 51 13 25 31 49 42 51 100 100 0,121 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

Hasil analisis hubungan antara lama kepesertaan JPK dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 13 orang (31%) karyawan yang baru menjadi peserta JPK PT Jamsostek (Persero) paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang sudah lama menjadi peserta JPK PT Jamsostek (Persero), ada 25 orang (49%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,121 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kepesertaan JPK dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Tabel 4

Hubungan Antara Pengalaman Menggunakan JPK Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Pengalaman Menggunakan JPK Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % n % n % Pernah Tidak Pernah 21 34 45,7 72,3 25 13 54,3 27,7 46 47 100 100 0,016 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

(10)

Hasil analisis hubungan antara pengalaman menggunakan JPK dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 25 orang (54,3%) karyawan yang pernah menggunakan JPK paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang tidak pernah menggunakan JPK, ada 13 orang (27,7%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,016 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengalaman menggunakan JPK dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Tabel 5

Hubungan Antara Sosialisasi SDM Perusahaan Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Sosialisasi SDM Perusahaan Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % n % n % Pernah Tidak Pernah 20 35 43,5 74,5 26 12 56,5 25,5 46 47 100 100 0,005 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

Hasil analisis hubungan antara sosialisasi SDM perusahaan dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 26 orang (56,5%) karyawan yang pernah mengikuti sosialisasi dari SDM perusahaan paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang tidak pernah mengikuti sosialisasi dari SDM perusahaan, ada 12 orang (25,5%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sosialisasi SDM perusahaan dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

(11)

Tabel 6

Hubungan Antara Sosialisasi JPK Jamsostek Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Sosialisasi JPK Jamsostek Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % N % n % Pernah Tidak Pernah 18 37 45 69,8 22 16 55 30,2 40 53 100 100 0,028 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

Hasil analisis hubungan antara sosialisasi JPK Jamsostek dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 22 orang (55%) karyawan yang pernah mengikuti sosialisasi dari JPK Jamsostek paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang tidak pernah mengikuti sosialisasi dari JPK Jamsostek, ada 16 orang (30,2%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,028 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sosialisasi JPK Jamsostek dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Tabel 7

Hubungan Antara Sumber Informasi Program JPK Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)

Sumber Informasi Program JPK Pemahaman Total p value Tidak paham Paham n % n % n % Ada Tidak Ada 31 24 67,4 51,1 15 23 32,6 48,9 46 47 100 100 0,164 Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100

Hasil analisis hubungan antara sumber informasi program JPK dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 15 orang (32,6%) yang mengatakan bahwa ada sumber informasi program JPK di perusahaan, paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

(12)

Sedangkan pada karyawan yang mengatakan bahwa tidak ada sumber informasi program JPK di perusahaan tempat mereka bekerja, ada 23 orang (48,9%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,164 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi program JPK dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, diketahui bahwa p value = 0,031. Data ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur karyawan dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Dari tabel 1, diketahui bahwa karyawan yang umurnya tergolong tua lebih banyak yang paham tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) (53,3%) jika dibandingkan dengan karyawan yang umurnya muda (29,2%). Hal ini sesuai dengan pendapat Pro Health. Menurut Pro Health (2009), semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Untuk sampai pemahaman, seseorang harus memiliki pengetahuan dan pengetahuan diperoleh dari hasil belajar (Notoatmodjo, 2012). Namun, penelitian ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Lunardi. Menurut Lunardi (1984), kemampuan belajar seseorang yang makin tua akan berkurang. Karena proses belajar dipengaruhi keadaan kondisi individu baik faktor fisiologis (terutama penglihatan dan pendengaran) maupun psikologis misalnya pengamatan, tanggapan, ingatan, motivasi, intelegensia, bakat, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Pro Health (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Dari hasil penelitian, pada tabel 2 diketahui bahwa sebanyak 32,4% karyawan yang pendidikannya dari SD – SLTA paham terhadap prosedur pelayanan

(13)

kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan yang pendidikannya sampai perguruan tinggi ada 64% yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada, bahwa makin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula pemahamannya terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Pada penelitian ini juga terbukti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) dengan nilai p = 0,012.

Siagian (1989) mengatakan lama kepesertaan diduga berkaitan erat dengan pemahaman prosedur pelayanan kesehatan. Peserta yang baru memasuki organisasi memerlukan berbagai bentuk penyesuaian karena setiap organisasi mempunyai ciri-ciri khas atau kebiasaan-kebiasaan yang mungkin hanya berlaku dalam organisasi tersebut. Setiap orang baru tidak serta merta bisa berkarya seproduktif mungkin sesuai dengan yang diharapkan karena belum adanya pengalaman dan pembelajaran. Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa 31% karyawan yang baru menjadi peserta JPK Jamsostek paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan karyawan yang sudah lama menjadi peserta JPK Jamsostek, 49% paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Terlihat bahwa karyawan yang sudah lama menjadi peserta JPK lebih banyak yang paham jika dibandingkan dengan karyawan yang baru menjadi peserta JPK. Berdasarkan uji chi

square yang telah dilakukan, didapat p value = 0,121. Data ini menunjukkan bahwa penelitian

ini tidak dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara lama kepesertaan JPK dengan pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Siagian. Berdasarkan tabel 4, diketahui p value= 0,016. Dari data ini diperoleh bahwa penelitian ini dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengalaman menggunakan JPK dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Pro Health. Pro Health (2009) mengatakan bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa orang tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman.

(14)

Berdasarkan tabel 5, diketahui p value = 0,005. Dari data ini diperoleh bahwa penelitian ini dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara sosialisasi SDM perusahaan dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Mudahar (2005), yaitu proses pemberian informasi yang dilakukan oleh petugas (CSO JPK, AO, SDM Perusahaan) adalah dengan memberikan suatu informasi dan penjelasan tentang prosedur kepada peserta agar peserta paham terhadap prosedur tersebut. Informasi yang diberikan pun harus tepat, artinya informasi yang dibutuhkan dapat tersedia tepat waktu sesuai dengan yang ada, setelah informasi tersedia memang digunakan secara efektif.

Berdasarkan tabel 6, diketahui p value = 0,028. Dari data ini diperoleh bahwa penelitian ini dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara sosialisasi JPK Jamsostek dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil penelitian ini juga didukung oleh Oktaviani (2009) dan Triodora (2012) bahwa sosialisasi JPK Jamsostek mempengaruhi pengetahuan peserta JPK tentang prosedur pelayanan kesehatan. Usaha agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan tabel 7, di ketahui p value = 0,164. Data ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara sumber informasi program JPK dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Dalam proses pendidikan kesehatan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan media pendidikan sebagai sarana. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan. Berdasarkan fungsinya, salah satu jenis media sebagai penyalur pesan kesehatan yaitu media cetak (Notoatmodjo, 2012). Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

(15)

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Pro Health, 2009).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari 93 responden, sebanyak 55 orang (59,1%) tidak paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan yang paham ada 38 orang (40,9%). Menurut hasil penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Diantaranya adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman menggunakan JPK, sosialisasi SDM, dan sosialisasi JPK Jamsostek.

Saran

Diharapkan kepada PT Jamsostek (Persero) kantor cabang Gambir, membuat database tentang karakteristik peserta JPK Jamsostek dari masing-masing perusahaan. Misalnya seperti umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dll. Database tersebut berguna untuk ketika akan melakukan sosialisasi JPK ke perusahaan. Caranya yaitu ketika ada peserta yang datang mengajukan klaim perorangan, pihak JPK meminta peserta tesebut untuk mengisi biodata. Setelah itu, dikelompokkan ke dalam masing-masing perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Lama-kelamaan, akan terlihat karakteristik karyawan dari masing-masing perusahaan. Setelah itu, database tersebut dapat digunakan sebagai patokan oleh JPK Jamsostek ketika ingin melakukan sosialisasi. Sebelum sosialisasi, dilihat dulu karakteristik karyawannya, apakah pendidikannya lebih banyak yang tinggi atau rendah, apakah jenis kelaminnya lebih banyak pria atau wanita, apakah umurnya lebih banyak yang tua atau muda, dll. Setelah mengetahui karakteristik karyawannya, JPK Jamsostek dapat menyesuaikan metode, isi, atau konten dari materi sosialisasi yang akan dilakukan.

Diharapkan kepada PT Jamsostek (Persero) menyerahkan media informasi berupa

banner atau poster yang berisi informasi mengenai prosedur pelayanan kesehatan kepada

masing-masing perusahaan dan menyarankan mereka untuk meletakkan banner atau poster tersebut di tempat yang strategis seperti di kantin, di lift, atau di area khusus merokok di perusahaan mereka masing-masing agar mudah dilihat oleh karyawannya.

(16)

Pada responden yang berpendidikan rendah (SD – SLTA), lebih banyak karyawan yang tidak paham terhadap prosedur pelayanan PT Jamsostek (Persero). Oleh karena itu, diharapkan kepada PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir, ketika melakukan sosialisasi, jangan disamaratakan isi atau konten dari sosialisasi tersebut antara karyawan yang pendidikan tinggi dan karyawan yang pendidikannya rendah. Diharapkan sebelum melakukan sosialisasi, dilihat terlebih dahulu karakteristik dari karyawan perusahaan tersebut. Apakah pendidikannya tinggi atau rendah, atau apakah karyawannya banyak yang berusia tuda atau muda, dll. Jika lebih banyak karyawan yang pendidikannya rendah, maka sebaiknya metode dalam sosialisasi atau konten materi dalam sosialisasi tersebut jangan dibuat terlalu rumit. Dibuat saja metode yang simpel sehingga dapat dimengerti dan mudah dipahami oleh karyawan yang pendidikannya rendah. Karena dalam hasil penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman peserta JPK terhadap prosedur pelayanan kesehatan, maka penting bagi PT Jamsostek (Persero) untuk memperhatikan hal tersebut. Kepustakaan

Ajunk. 2009. Filosofi Pengeahuan. http://ajunkdoank.wordpress.com

Kartika, Meilani Diana. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Siswa

SMU Putra Bangsa di Depok tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2003. Skripsi.

FKM UI Depok.

Lemeshow, Stanley dkk. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (drg. Dibyo

Pramono, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lunardi, A. G. 1984. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perlikau

Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Oktaviani, Tri. 2009. Faktor-faktor yangBberhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta

Tentang Cakupan Layanan dan Prosedur Klaim Reimbursemen Perorangan/Emergensi di PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Salemba Tahun 2009. Skripsi. FKM UI Depok

PAMJAKI. 2008. Managed Care Bagian A. Jakarta: PAMJAKI. Pro Health. Pengetahuan dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi. www.forbetterhealth.wordpress.com

(17)

Rahmadhani, Nurul Saptorini. 2005. Analisis Pengetahuan Peserta Program JPK Terhadap

Prosedur Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di PT Jamsostek (Persero) Kacab. Grogol Jakarta Barat Tahun 2005. Skripsi. FKM UI Depok.

Siagian, Sondang P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara Swansburg, Russel C. 2001. Pengembangan Staff Keperawatan: Suatu Komponen

Pengembangan SDM. Jakarta: EGC

Triodora, Agnes. 2012. Pengetahuan Karyawan PT Samafitro Tentang Cakupan Pelayanan

dan Prosedur Klaim Perorangan JPK Jamsostek Tahun 2012. Skripsi. FKM UI Depok.

Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Jamsostek (Persero) Cabang Belawan dan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor seperti birokrasi, fasilitas, pelayanan, sosialiasi, besarnya iuran,

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan program JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) berupa rawat jalan oleh

Matias Siagian, Tingkat Kepuasan Karyawan Perusahaan Swasta dalam Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

JAMSOSTEK sebagai Badan Usaha Millk Negara secara prinsip telah di tunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jamsostek yang merupakan penjabaran pasal 25 UU No .3

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Juhariah (2012) tentang pengalaman pasien di rawat inap sebagai upaya perencanaan bauran pemasaran (studi

Judul Laporan : Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor Laporan ini telah

Untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan , peneliti memilih PT Brantas Abipraya (Persero) sebagai

Perusahaan-perusahaan penyelenggara asuransi kesehatan dan juga dengan PT JAMSOSTEK (Persero). Klinik Yakesti Group menjadi perusahaan yang telah teruji profesionalitasnya