• Tidak ada hasil yang ditemukan

(RAPAT DIBUKA WIB) Saudara Menteri, Para Anggota Pansus serta Para Hadirin yang kami hormati,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(RAPAT DIBUKA WIB) Saudara Menteri, Para Anggota Pansus serta Para Hadirin yang kami hormati,"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KETUA RAPAT (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN, S.H., LL.M):

... beserta seluruh jajarannya pada Rapat Kerja hari ini dalam rangka pembahasan DIM RUU tentang Hak Cipta dan lain-lain sesuai dengan undangan yang telah kami kirimkan. Menurut catatan sekretariat, daftar hadir pada malam hari ini telah ditandatangani oleh 17 Anggota dari 30 dari 9 fraksi. Dengan demikian, maka kuorum telah tercapai dan dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim Rapat Kerja Pansus Hak Cipta DPR RI kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA 21.05 WIB)

Saudara Menteri, Para Anggota Pansus serta Para Hadirin yang kami hormati,

Selanjutnya untuk mempersingkat waktu kita memasuki acara pertama yaitu menetapkan mekanisme pembahasan RUU tentang Hak Cipta. Mengenai mekanisme ini sudah ada di dalam lampiran. Kepada kawan-kawan mohon dilihat, saya tidak perlu bacakan satu per satu ya. Manakala ada hal-hal yang kira-kira perlu tambahan, perlu lanjutan tolong disampaikan kepada Raker ini, saya tidak akan membacakan satu per satu.

Bagaimana dari rekan-rekan ada, kalau sekiranya sudah oke, saya lanjut ya. Jadi sehubungan dengan mekanisme in, saya menyatakan sah dan kita lanjutkan ya.

(RAPAT : SETUJU)

Demikian kira-kira mekanisme kerja Pansus RUU tentang Hak Cipta. Selanjutnya, kami meminta persetujuan Anggota dan Saudara Menteri apakah mekanisme kerja Pansus tersebut dapat disetujui dan menjadi pedoman dalam pembahasan DIM RUU tentang Hak Cipta?

Pihak Pemerintah setuju ya? MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Saudara Pimpinan Pansus serta Anggota Pansus RUU Hak Cipta, Pemerintah setuju apa yang telah disampaikan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Saudara Menteri Hukum dan HAM.

Demikian kira-kira mekanisme kerja Pansus RUU tentang Hak Cipta. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih.

Saudara Menteri, Para Anggota Dewan serta Hadirin yang kami hormati,

Selanjutnya sesuai dengan Pasal 139 Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib disebutkan bahwa Rapat Kerja antara Komisi, Gabungan Komisi, Panitia Khusus atau Badan Anggaran bersama dengan Menteri yang mewakili Presiden terlebih dahulu menyepakati jadwal pembicaraan tingkat I pembahasan Rancangan Undang-Undang serta waktu penyusun dan penyerahan DIM.

Oleh karena itu, acara berikutnya adalah menetapkan jadwal rapat pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Hak Cipta. Kami persilakan kepada Rekan-rekan melihat susunan jadwal rapat. Manakala ada masukan, kami persilakan dan juga dari pihak Pemerintah melihat jadwal rapat manakala sudah tidak ada masalah, kami lanjutkan.

F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng): Ya, terima kasih Pak Ketua.

Jadwal ini pada dasarnya kita setuju, namun saya kira persetujuan ini harus lengkap dengan catatannya. Artinya, bahwa acara ini bersifat tentatif dan bisa berubah sewaktu-waktu. Jadi saya kira itu yang perlu disepakati.

(2)

KETUA RAPAT:

Saya kira kami dari meja Pimpinan akan menyesuaikan dengan jadwal yang ada, sebab kita akan memasuki masa reses selama 1 bulan 1 minggu dan mengingat waktu kita sangat singkat, mohon perkenan kawan-kawan manakala diperlukan di waktu reses kita siap untuk mengadakan konsinyering ataupun rapat sehubungan dengan hal ini ya, karena waktu kita tinggal 1 bulan, setelah reses ini tinggal 1 bulan 2 minggu mungkin ya. Kami khawatir jangan sampai tidak selesai di periode kita, karena Undang-Undang inikan harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik sesuai dengan jadwal yang kita rencanakan.

Selanjutnya, dari pihak Pemerintah mengenai jadwal apakah ada saran dan masukan. MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Pihak Pemerintah dalam hal ini bisa memahami dan mengikuti sepenuhnya jadwal acara dari Pansus Hak Cipta ini walaupun harus melalui acara-acara di masa reses sekalipun pihak Pemerintah dapat menyesuaikan apabila itu diperlukan.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik.

Terima kasih.

Dengan demikian, jadwal kita tetapkan dari Pak, silakan Pak. F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng):

Terima kasih Pimpinan.

Karena kita menggunakan masa reses, saya mengusulkan agar kalau memang kita mentargetkan ada 3 pertemuan konsinyering di masa reses, alangkah baiknya kita jauh-jauh hari sudah memberikan jadwal waktunya sehingga kita bisa mengatur dengan tugas konstitusi kita juga pada masa reses, sehingga dengan pengaturan katakan 11 Juli sampai dengan 14 Agustus kita tentukan kapan mau konsinyering, kan tidak mungkin dekat lebaran begitu, atau mungkin sesudah lebaran juga, beberapa komisi punya banyak kegiatan begitu ya, sesudah reses apalagi. Nah karena itu mungkin jauh-jauh hari Pimpinan dengan Kementerian membuat jadwal sehingga kita bisa mendapatkan, sehingga diharapkan efektivitas pertemuan menjadi optimal karena kesertaan dari Anggota Pansus yang optimal. Kami juga bersyukur karena sudah mendapat kompilasi DIM walaupun kelihatannya banyak tetapi yang substansial 85. Mudah-mudahan yang 85 ini dalam waktu yang tidak lama bisa kita selesaikan.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Baik.

Terima kasih Pak Mardani.

Kami dari meja Pimpinan telah mendiskusikan. Rencananya ini kan mengingat ini ada Lebaran, lalu juga berbagai kesibukan harus ke Dapil masing-masing, kami mengusulkan sebelum tanggal 16 karena tanggal 16 inikan Rapat Pidato Kenegaraan. Jadi antara tanggal 10, 11, 12, 13, 14 acara ini. Manakala kawan-kawan setuju, kami akan menanyakan kepada pihak Pemerintah. Agustus ya pada tanggal 10, 11, 12, 13, 14, 15 diantara itu kita adakan konsinyering. Juli tidak ada, saya pikir ya karena Juli ada perhitungan Pilpres, ada yang ke Dapil.

Baik.

Kalau kawan-kawan setuju, selanjutnya saya menanyakan kepada pihak Pemerintah apakah dengan usulan kami dari DPR bisa disetujui?

MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Dari pihak Pemerintah tidak ada keberatan asal diperjelas saja tanggal-tanggal masa persidangan di masa reses tersebut.

(3)

KETUA RAPAT: Baik.

Terima kasih.

Nanti saya kira dari Sekretariat DPR dan Pemerintah saling berembug menyesuaikan jadwal, kami juga akan saling menyesuaikan sehingga benar-benar bisa efektif rencana pembahasan Panja tersebut. Terima kasih.

Baik.

Mengenai rapat, tidak ada masalah ya? Sudah ya. Dengan ini, saya nyatakan rapat disetujui.

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

Saudara Menteri dan Anggota Pansus yang kami hormati,

Berikutnya, marilah kita memasuki acara berikutnya yaitu Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah RUU tentang Hak Cipta. Jumlah DIM RUU tentang Hak Cipta sebanyak 504 DIM dengan klasifikasi sebagai berikut:

1. Jumlah DIM Tetap sebanyak 267 DIM; 2. Jumlah DIM Redaksional sebanyak 152 DIM; 3. Jumlah DIM Substansional sebanyak 85 DIM.

Selanjutnya sesuai dengan mekanisme yang telah kita sepakati tadi, maka DIM Tetap sebanyak 267 DIM tersebut apakah dapat disetujui?

Setuju?

Mengenai lampirannya sudah, saya pikir sudah dipelajari oleh masing-masing fraksi ya. Kalau disetujui, saya nyatakan, baik ya, dengan demikian saya setujui, kami kira setujui.

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

Saudara Menteri dan Anggota Pansus yang kami hormati,

Sebelum kami akhiri, dari meja Pimpinan kami menawarkan kepada Pemerintah apakah masih ada perlu disampaikan lagi? Dengan hormat, kami persilakan pihak Pemerintah.

MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Terima kasih Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus Hak Cipta DPR RI. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Malam; dan

Salam Sejahtera bagi kita semua.

Pimpinan dan Anggota RUU Hak Cipta yang terhormat; serta Hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama izinkan kami dengan segala kerendahan hati mengajak kita semua untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas Rahmat dan Karunia-Nya kita dapat berkumpul pada hari ini di Bulan Suci Ramadhan ini guna melaksanakan Rapat Kerja (Raker) II antara Pemerintah dan Pansus untuk membahas Rancangan Undang-Undang Hak Cipta dan tidak lupa pula kami mengucapkan “Selamat Menjalankan Ibadah Puasa bagi yang

(4)

melaksanakannya”. Pada kesempatan yang berbahagia ini, izin kami menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sebagaimana kita ketahui bersama, Pemerintah telah menyampaikan keterangan Presiden atas RUU tentang Hak Cipta dalam Raker I tanggal 13 Februari 2014.

2. Pemerintah memberikan apresiasi atas Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Hak Cipta yang disampaikan oleh Pansus kepada Pemerintah dan selanjutnya DIM tersebut akan menjadi acuan utama bagi Pemerintah dan DPR untuk melakukan pembahasan RUU tersebut. Pemerintah menyambut baik dan siap melanjutkan pembahasan RUU tentang Hak Cipta dalam Rapat-rapat berikutnya sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Tata Tertib DPR RI.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Pimpinan dan Anggota Pansus RUU tentang Hak Cipta yang terhormat, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita bersama.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

An. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

AMIR SYAMSUDDIN KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Sebelum saya mengakhiri, kami dari meja Pimpinan ada beberapa hal penegasan saja bahwa di dalam DIM ini ada 3 hal yang akan dibahas:

1. DIM Tetap sebanyak 267, saya kira sudah tidak ada masalah. 2. DIM Perubahan Redaksional yang akan dibahas di dalam Timus. 3. DIM Perubahan Substansi akan dibahas di dalam Panja sebanyak 85. Jadi seluruhnya ada, jumlah DIM 504 DIM.

Baik.

Terima kasih.

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; Yang terhormat Saudara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Yang terhormat Saudara Menteri Komunikasi dan Informatika; Yang terhormat Saudara Menteri Perdagangan;

Yang terhormat Saudara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Para Pimpinan dan Anggota Pansus yang kami hormati; serta Hadirin sekalian yang kami muliakan.

Dengan demikian, selesailah acara rapat kerja pada hari ini. Selaku Pimpinan Rapat, perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Perdagangan serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beserta seluruh jajarannya dan para Anggota Pansus yang kami hormati atas kebersamaan, kesabaran serta ketekunannya di dalam mengikuti rapat pada hari ini.

Dengan ini, rapat saya tutup dengan ucapan alhamdulillahirrabil’alamin. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

(5)

KETUA RAPAT (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., LL.M): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang, dan

Salam sejahtera untuk kita sekalian.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada siang hari ini kita dapat menghadiri rapat panja dalam rangka pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah RUU Hak Cipta dalam keadaan sehat walafiat. Berdasarkan catatan dari Sekretariat, daftar hadir pada rapat panja hari ini telah ditandatangani oleh 8 dari 30 Anggota Panja dan sudah mewakili minimal keberadaan fraksi. Jadi sudah lebih dari 5 fraksi. Oleh karenanya seizin Bapak-bapak dan Ibu serta saudara sekalian, rapat panja dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 11.20 WIB) Saudara Pimpinan,

Pak Dirjen beserta jajaran Kementerian Hukum dan HAM yang saya hormati.

Sebelum memasuki materi acara, ada baiknya kita melakukan review secara sekilas bahwa pada rapat kerja 8 Juli 2014 kita telah menyepakati dan menegaskan kepada Panja untuk membahas 85 DIM substansional dan selanjutnya kita akan mengawali dan Pak Dirjen sudah hadir, kemudian Bapak-bapak Anggota Panja, jadi ini adalah RUU dari Pemerintah, nah jadi DIM-nya tadi fraksi-fraksi begitu. Namun demikian barangkali kita awali dengan penjelasan dari pihak Pemerintah, kemudian nanti bagaimana tanggapan dari fraksi-fraksi begitu ya Pak ya.

Begitu Pak Ketua.

Jadi kita mulai dari DIM 6.

Kami persilakan ini konsideran, kami persilakan Pak Dirjen untuk menyampaikan penjelasan. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak Pimpinan Panja dan Anggota Panja yang kami hormati,

Barangkali sebelum memulai pembahasan DIM ini perlu kami sampaikan bahwa penyusunan RUU Hak Cipta ini mempunyai urgensi yang sangat tinggi saat ini karena pertama adalah adanya perubahan-perubahan dalam konvensi internasional bidang hak cipta dan yang kedua, adanya perlindungan yang harus dilakukan lebih intensif di bidang ini dan RUU yang kami susun ini adalah RUU yang berbasis pada standard-standard yang telah ditetapkan secara internasional karena membuat RUU Hak Cipta memang agak berbeda dengan RUU yang lain, karena kita adalah contracting state atau Anggota dari WTO Agreement dan juga beberapa konvensi di bidang hak cipta, sehingga kita terikat kepada ketentuan-ketentuan konvensi dan prinsip-prinsip dimaksud.

Kemudian berkenaan dengan pembahasan pada hari ini, tadi dikatakan kita akan mulai dari DIM 6 tetapi barangkali kalau boleh kami usul Pak Pimpinan, mungkin DIM No. 1 pun itu harus kita bahas sedikit karena di DIM No. 1 ada usulan dari Pansus dimana Undang-Undang Republik Tahun yang akan kita tetapkan ini diubah menjadi bukan tentang Hak Cipta tetapi tentang Hak Karya Cipta. Ini saya kira ada usulan dari Demokrat. Perlu kami sampaikan disini bahwa kami memang memilik nama hak cipta ini dengan beberapa pertimbangan. Yang pertama bahwa kata hak cipta itu adalah terjemahan resmi dari copyright yang juga menjadi kesepakatan internasional sehingga kata karya memang mungkin baik tetapi sudah tercover dalam kata hak cipta itu sendiri. Kemudian sebagai sejarah kalau hak cipta ini sebetulnya dulu istilahnya adalah hak pengarang tetapi pada Tahun 1951 pada saat kongres Bahasa Indonesia dan Kongres Kebudayaan di Bandung, Prof. Sutan Muhammad Syah itu mengusulkan istilah hak cipta dan sejak saat itulah hak cipta dianggap sebagai terjemahan resmi dari istilah copyright dan untuk haki yang lain itu juga kita tidak pernah menggunakan kata karya memang. Misalnya paten tidak pernah disebut hak karya paten tetapi cukup paten, merk juga cukup hak merk, desain juga cukup desain. Jadi kalau kami

(6)

boleh mengusulkan dan supaya sama dengan standard internasional, maka istilah hak cipta mungkin akan lebih baik kalau kita pertahankan.

Terima kasih Pak Pimpinan. KETUA RAPAT:

Kami ucapkan terima kasih Pak Dirjen.

Kemudian yang mengusulkan ini dari Demokrat dan PKB ya disini ya kan. Barangkali dari Demokrat, dari Anggota.

Ya, silakan.

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M): Saya klarifikasi dulu Pimpinan.

Coba kita lihat lapsing, kalau memang kita sudah putuskan, saya rasa inikan tidak perlu dibahas kembali tetapi kalau hanya mereview penjelasan Pemerintah adalah mengatakan copyright adalah equivalen dengan hak cipta, ya selesai, begitu saja. Makanya kita tolong mohon berkenan Pimpinan melihat lapsing apa yang telah kita putuskan dengan 267 DIM tetap, 152 DIM Perubahan Redaksional dan 85 DIM perubahan substansi.

Itu yang pertama.

Yang kedua, hanya menggugah komitmen kita. Kalau memang ini akan kita selesaikan masa sidang yang akan datang ya kita harus cepat dengan konsekuensi logis yang terhormat Pak Ramli beserta Teman-teman juga jangan bicara ideal Undang-Undang ini. Artinya, harus ada perkembangan yang lebih baik daripada Undang-Undang yang lalu saja sudah cukup. Itu yang kami ingin klarifikasi dulu kepada juga Pemerintah, kita juga jangan bicara terlalu ideal dengan waktu singkat, juga pada Teman-teman Dewan sehingga yang penting lebih baik daripada Undang-Undang yang lalu, itu sementara sudah cukup dulu daripada nanti ada beberapa hambatan oleh pelaku hak cipta ini tidak bisa, masyarakat kasihan juga kan begitu.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Ferdi. Jadi, begini.

Jadi dalam kluster memang DIM 1 dan 2 ini masuk pada perubahan redaksional begitu, tetapi Pemerintah barangkali kalau tidak salah perlu memberikan penjelasan terkait dengan ini. Jadi karena ini juga menyangkut substansi juga barangkali, perubahan ini, perubahan judul RUU ini. Oleh karenanya kalau memang Bapak-bapak sepakat, jadi kita sisir saja begitu kebutuhannya dan kemudian langsung kita bisa sepakati begitu sejauhmana fraksi pengusul ini bisa menerima, memahami dan mengikuti, bisa menerima penjelasan dari Pemerintah.

Kedua, saya sepakat dengan Pak Ferdi. Ya tentu yang diharapkan ini, tetapi yang paling ini sebetulnya ada urgensi yang juga dari sisi timing juga Pak ya, sehingga barangkali mudah-mudahan bisa lebih ideal tetapi kalau pun tidak, pasti ini akan lebih baik dari yang sebelumnya begitu.

F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng): Pimpinan. KETUA RAPAT: Ya, baik. F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng): Izin Pimpinan. Bismillahirrahmanirrahim.

(7)

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Pansus;

Pak Dirjen dan seluruh rekan-rekan yang hadir.

Dari kemarin kita sepakat bahwa Undang-Undang ini adalah Undang-Undang yang sangat kental nuansa nasionalismenya, bagaimana kita mampu membangun pondasi landasan yang kuat bagi terwujudnya iklim kreatif inovasi dari seluruh pelaku. Nah karena kita punya beberapa limitasi wabil khusus waktu, saya mengusulkan 2 hal Pimpinan.

Yang pertama, karena kemarin waktu kita paksain tanggal 8 Juli kita tanggal 2115 sudah ketuk tentang tetap dan perubahan redaksional, mungkin paling baik untuk yang redaksional itu kita punya resume dari kerja sama tenaga ahli kita dengan Pemerintah, apa saja yang diusulkan, disepakati oleh second layer kita ini terkait dengan redaksional dan kalau bisa ini tidak dibahas di awal tetapi yang dibawah sekarang ini adalah perubahan substansinya, karena yang substansi ini saya mendukung Pak Ferdi walaupun kita agak kejar tayang tetapi dalam era demokrasi seperti sekarang tetap terbuka peluang bahwa Undang-Undang kita diyudisial-review. Nah karena itu, pandangan yang tajam terhadap konstruksi hukum untuk perubahan substansial harus segera kita selesaikan, sehingga kalaupun ada yudisial review itu tidak masuk kepada yang substansial, karena ini yang kita sepakati ini menjadi landasan pokok bagi iklim kreativitas, inovasi kita tetapi kalau yang lain yudisial review ya tidak ada masalah. Saya pikir yang substansial ini yang kita sudah sepakat ruhnya harus segera kita selesaikan. Jadi usul saya karena biar kita bisa cepat, yang redaksional kedua tim ini kita punya resume. Kan ada 152-nya, mungkin tadi Pak Dirjen sudah mengangkat bisa substansi bahwa Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Karya Cipta karena kemarin waktu dalam pembahasan dengan beberapa RDP kita juga muncul tentang ini yang difokuskan karyanya begitu, bukan ciptaannya begitu, tetapi kita sepakat bahwa substansi inilah yang harus dikejar untuk mencapai target agar masa sidang yang akan datang kita dapat mengesahkannya.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Baik, begini.

Kalau Pak Dirjen setuju begitu tanpa mengurangi penjelasan yang akan disampaikan, kita bisa paham dan nampaknya juga dari Teman-teman Pengusul itu juga bisa memahami begitu dan itu masuk kategori perubahan redaksional dalam perspektif Tim Ahli di kami begitu, sehingga masuk kluster yang 152 ini Pak. Jadi usul Pak Mardani tadi kita mulai dari DIM No. 6 begitu tanpa, tentu kita akan menyisir lagi kembali pada hal-hal yang kita masukan redaksional tetapi sebetulnya nanti ada pandangan lain dan kita akan diskusikan lebih lanjut.

Bagaimana supaya kita bisa jalan?

Bisa Pak?

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Kami prinsipnya setuju Pak Pimpinan.

Barangkali mungkin boleh kami sampaikan bahwa DIM ini memang yang terkait dengan usulan penggunaan kata hak karya cipta itu setelah kami sisir itu ada 155 DIM sehingga kami menganggap mungkin kalau redaksionalnya kita sepakati kembali ke istilah umum, 155 itu bisa langsung kita drop. Jadi ini hal yang sangat strategis saja.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ya karena memang judul ya, judul ini tentu lebih ke soal substansi, begitu prinsip, sehingga mudah-mudahan bisa disepakati ya. Jadi judulnya begitu, tetap ya RUU Hak Cipta.

Bagaimana Pak Mardani. F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng):

(8)

Saya sih setuju, tetapi inikan usulan dari Teman Demokrat dan Teman PKB. PKB ini ada Pak Otong.

KETUA RAPAT: Ya silakan.

Setelah Pak Otong, natni Pak Didi, kemudian nanti. F-PKB (Drs. H. OTONG ABDURRAHMAN):

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Panja yang saya hormati; Dari Pemerintah dan seluruh jajaran juga saya hormati.

Pada dasarnya/pada prinsipnya, dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa sesungguhnya dengan Undang-Undang Hak Cipta ini kalau kita perhatikan redaksi dari usulan PKB ini sebenarnya hanya memperkuat saja kan ini. Jadi tetap dengan nama Undang-Undang Hak Cipta. Jadi dengan penjelasan yang tertulis disini, sesungguhnya inikan penegasan dari PKB ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Otong dari PKB. Kami persilakan Pak Ketua kebetulan. Silakan.

KETUA PANSUS (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN, S.H., LL.M): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Setelah mendengarkan penjelasan Pak Dirjen, tentu saya mempertimbangkan hal ini karena ini sesungguhnya usulan dari Fraksi Demokrat yang tentu saya harus sampaikan disini. Kalau saya pribadi prinsipnya memang hak-hak cipta tetapi usulan ini tentu harus saya sampaikan disini dan tadi telah disampaikan demikian panjang lebar dengan Pak Dirjen, jadi saya kira yang memang tepat kita gunakan Hak Cipta saja. Jadi ini saya hangus instruksi Teman-teman di Fraksi Demokrat kebetulan sekian orang, rasanya tidak elok kalau saya tidak sampaikan di forum ini, tetapi setelah mendengarkan penjelasan Pak Dirjen, saya pikir kita kembali menggunakan Hak Cipta karena tidak terlalu substansi juga persoalan ini dan lebih tepat rasanya menggunakan hak cipta.

Demikian Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik.

Kalau demikian, untuk DIM 1 dan seterusnya terkait dengan usulan Hak Karya Cipta yang diusulkan oleh Fraksi Partai Demokrat, saya kembalikan kepada Bapak-bapak Anggota Panja begitu, apakah penjelasan Pemerintah bisa kita terima kemudian langsung kita bisa sepakati?

Terima Pak?

Setuju?

(RAPAT : SETUJU) Baik.

Dengan begitu, seterusnya begitu mutatis begitu atau terkait dengan usulan ini dengan memperhatikan usulan Fraksi Demokrat dan Fraksi PKB kita sepakati untuk tetap usulan Pemerintah dari Pemerintah, setuju ya?

(9)

Jadi kita langsung sekarang ke DIM 6 ya Pak ya. Kami persilakan Pak Dirjen.

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI: Terima kasih Pimpinan.

Dalam DIM 6 ini sebetulnya ada usulan, tetapi saya kira yang usulan tentang istilah karya itu sudah selesai tadi. Kemudian yang kedua ada usulan yang terkait dengan dari F-PPP bahwa menambahkan kata-kata, sehingga setelah itu berbunyi bahwa pemilik hak cipta dan yang terkait perlu mendapatkan perlindungan yang pasti dari Negara. Sebetulnya kalau kami boleh sampaikan terkait dengan kepastian dan perlindungan ini sudah dicover di huruf b dari RUU ini. Jadi dalam RUU sebetulnya dalam huruf b sudah dikatakan bahwa perkembangan hak cipta ini sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan seni sastra, teknologi informasi dan komunikasi sudah demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta, pemegang hak cipta dan pemilik hak yang berkaitan dengan hak cipta. Jadi sebetulnya sudah inklusif disana. Jadi kalau seandainya pun tidak ditambahkan, sebetulnya sudah tercover tetapi kalau seandainya ada pertimbangan lain dari para Anggota Panja, kami tentunya akan bersedia untuk membicarakan hal ini.

KETUA RAPAT: Baik.

Terima kasih Pak Dirjen atas penjelasannya.

Karena pengusul ini belum hadir dari F-PPP, namun demikian tadi ada dari Pak Dirjen, kemudian saya putar barangkali kepada Anggota apa ada yang mau menanggapi begitu.

Baik.

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M):

Pimpinan yang kami hormati dan Bapak/Ibu Saudara Pemerintah dan Anggota Panja yang kami hormati.

Coba kita lihat soal di Undang-Undang 12/2011, apakah konteks konsideran ini perlu dibuat demikian detailnya. Tentu dari pihak Kumham lebih harus hapal. Terkait tadi juga penjelasan Pak Ramli, kalau kaidah itu sudah dimasukan ke bagian huruf d, saya rasa memang tidak perlu tetapi inikan adanya keinginan dari PPP ini perlu direspon dengan baik adalah bukan saja perlindungan, tetapi jaminan kepastian. Jadi ada hal bahwa di dalam konteks yang butir b ada bunyi jaminan kepastian atau tidak. Kalau perlindungan kan sudah pasti tetapi kepastian di dalam hal melindungi pelaku yang di kons. Jadi disini konsideran ini menggambarkan bahwa Undang-Undang ini juga memberikan perlindungan dan kepastian hukum. Ini yang diinginkan, saya walaupun bukan, cuman karena ini untuk mempercepat saja Pimpinan kalau ingin Pimpinan menuntaskan DIM 6 tetapi kalau tidak ya kita pending.

Oleh karena itu, saya bertanya juga kembali kepada Pemerintah, harus dilihat daripada perintah Undang-Undang, tata cara peraturan perundang-undangan, Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, apakah konsideran ini perlunya dibuat seperti ini. Kalau memang tidak ya kita juga mahami pun bahwa ini memang yang lebih paham adalah Pemerintah dalam konteks ini tetapi kalau tidak ada jaminan itu berarti memang harus ada kata-kata itu untuk jaminan. Yang dibutuhkan disini adalah jaminan. Ada 2 hal Pak Ramli, satu perlindungannya, yang kedua jaminan. Itu 2 substansi yang berbeda.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Pak Ferdi mengajukan pertanyaan dan untuk ini supaya ini bisa ditampung, ada respon, sekaligus juga kalau memang ada yang bisa ditanya, saya persilakan Pak Ichsan barangkali, atau belum?

Silakan.

F-PDIP (ICHSAN SOELISTIO): Terima kasih Pimpinan.

(10)

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan dan Pak Dirjen beserta jajarannya semua, dan Para hadirin yang hadir dalam Panja hari ini.

Saya kira memang kalau mau memberikan masukan, mungkin pada dalam konsideran ini, dalam poin b pada kalimat demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta bla-bla, mungkin bisa digantikan dengan sehingga memberikan kepastian dan perlindungan bagi pencipta pemegang hak cipta dan pemilik hak yang berkait. Jadi poin b-nya diganti kata-katanya sedikit.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Jadi perubahannya tidak di huruf e, jadi pendapatnya Pemerintah tetapi mengusulkan ada kebutuhan soal jaminan tadi, persediaannya masuk pada Diktum Konsideran Huruf b dari Pak Ichsan ini.

Pak Mardani barangkali?

Pak Otong, setuju dengan Pak Ichsan?

Pak Taslim?

Pak Ichsan setuju ya?

Sudah kelihatan ini, sudah mulai kita setuju-setuju ini, apa ini Pak Ichsan ini, Pak Nurdin. Jadi kita berharap memang Pak Nurdin, jadi kalau ada Kapolri dari pensiunan jenderal, Pak Nurdin ini kelihatannya.

Bagaimana Pak Ketua?

Silakan barangkali Pak Dirjen untuk merespon. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Kami sebetulnya tadi sudah mengatakan bahwa sudah tercover tetapi karena usulan ini juga menurut kami adalah usulan yang sangat baik dan rata-rata sudah sepakat, susah buat kami untuk mengelaknya ini, hanya barangkali kalau boleh kami usulkan itu tidak terletak di DIM 6 karena DIM 6 itu sudah berbicara huruf a, b, c, d dan seterusnya. Jadi itu akan kita insert ke DIM No. 3, sehingga atau misalnya menambahkan setelah huruf b itu ditambahkan huruf c yang isinya adalah bahwa Pemilik Hak Cipta dan Hak terkait perlu mendapatkan perlindungan yang pasti dari Negara. Itu menurut saya konsideran yang sangat cantik sebetulnya dan tidak kami pikirkan sebelumnya. Jadi saya kira terima kasih sekali untuk usulan yang sangat baik ini.

KETUA RAPAT:

Supaya cantik dan manis, jadi langsung saja, ditambahkan di huruf c. (RAPAT : SETUJU)

Huruf c jadi huruf d. Jadi 1 kalimat ya. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Nanti tulisannya saya kira di Timsin. KETUA RAPAT:

Di Timsin ya, nanti kita bikin rekomendasi saja untuk masuk di Timus ya.

Timus ya?

Baik.

(RAPAT : SETUJU) Tayangkan redaksi ya tadi.

(11)

Tolong Pak Dirjen juga menyampaikan. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Bunyinya menjadi bahwa Pemilik Hak Cipta dan hak terkait perlu mendapatkan perlindungan yang pasti dari Negara.

F-PDIP (Drs. M. NURDIN, M.M):

Di DIM yang 3 itu yang huruf b, nah inikan perlindungan dan penjaminan kepastian hukum itu disatukan saja. Jadi seperti masuk di pertimbangan Nomor b. Jadi tidak ada ini baru.

Ya Pimpinan di DIM 3 itu usulan itu bahwa perkembangan hak cipta yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, disini sastra, teknologi, teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian rupa sehingga memerlukan peningkatan perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta, pemegang hak cipta dan mengenai hak cipta yang berkaitan dengan hak cipta.

KETUA RAPAT:

Ya Pak Kapolri siap.

Jadi DIM 6 kita sudah sepakati ya, ketok.

(RAPAT : SETUJU) Silakan DIM 19.

Silakan Pak Dirjen. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Baik Pak.

Ini yang DIM 16 ini memang ada usulan untuk menjelaskan bahwa sebagaimana prinsip dasar hak cipta, bahwa hak cipta itu melindungi hak pencipta, pemegang hak cipta dan hak terkait dimana memberikan perlindungan terhadap pelaku, produser rekaman dan lembaga penyiaran. Oleh karena itu, usulan untuk menambahkan kata pencipta lagu pada rumusan pelaku, hal tersebut sebetulnya tidak perlu lagi ditambahkan. Jadi artinya, karena dia sudah tercover di istilah yang pertama itu Pak. Jadi ada pelaku, produser rekaman dan lembaga penyiaran.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Tanggapan sekaligus sementara dari Anggota, tetapi dimulai dari Demokrat sebagai pengusul, belum datang atau yang lain dulu.

F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng):

Boleh saya klarifikasi Pak daripada bengong-bengong.

Terima kasih Pak Ramli tadi memberikan penjelasan seperti itu tetapi kami juga hanya mengklarifikasi ulang. Jadi kan disini adalah yang menjabarkan apa yang dikategorikan pelaku. Nah kerap kali yang jadi keinginan, saya jadi melihat pandangannnya dari Demokrat, bahwa kerap kali ini justru yang mencipta lagu itu terlewatkan karena yang nomor yang terekspos adalah penyanyinya. Ini kerap kali. Jadi memang kami memahami itu apa yang disampaikan Pak Ramli itu benar adanya tetapi inikan kembali lagi karena tadi konsideran itu yang berkaitan dengan perlindungan jaminan, justru setelah dilindungin dijamin bahwa si pelaku tidak akan tertinggal terhadap hak-haknya. Kan itu yang kalau kita ambil latar belakang yang seperti itu. Sekali lagi, dengan saya sampaikan ini bahwa DIM 16 adalah mengategorikan ataupun menguraikan terhadap apa yang disebut dengan pelaku pertunjukan. Kemudian kerap kali ini hanya juga sampaikan masalah-masalah yang terjadi di lapangan, kerap kali juga yang terkenal adalah atau diaku adalah penyanyinya, pencipta lagunya terlewat, sehingga kalau kita lihat kembali dalam hal definisi hak cipta, masuklah disini si pencipta lagu. Nah saya hanya minta jaminan yang kepastian tadi karena kita

(12)

sudah sepakat di konsideran butir b itu dimana letak kalimat yang lebih diyakinkan untuk bahwa pencipta lagu masuk kategori pelaku pertunjukan, yang lebih tegas begitu maksud kami Pak. Jadi saya tidak membantah apa yang disampaikan oleh Pak Ramli tadi tidak, menegaskan bahwa pencipta lagu adalah memang bagian dari para pelaku itu, penunjukannya dimana.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Baik.

Ini substansi begitu untuk mempertanyakan sebetulnya perlindungan hak cipta ini mau kemana termasuk kemarin kita sudah sepakat bahwa ini adalah pencipta. Nah kalau kita simak penjelasan disini dari Pemerintah ini, pelaku pertunjukan, jadi pada saat tampil ya tetapi kita ingin ada penjelasan dari Pemerintah pencipta lagu itu dimana begitu kalau di perlindungannya.

Kami persilakan. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI: Baik.

Bapak Pimpinan yang kami hormati dan Anggota yang kami hormati,

Sebetulnya dalam hal cipta ini memang terbagi 2. Ada pencipta yang menciptakan lagunya dan ada juga yang disebut dengan related right yang terkait dengan performance, kemudian produser, musisi, penyanyi dan lain-lain. Nah kemudian ketika kita mendefine apa yang dimaksud dengan pencipta, itu sebetulnya sudah diatur di DIM 12. DIM 12 mendefinisikan tentang pencipta itu siapa dan itu yang paling utama sebetulnya. Jadi ketika kita berbicara DIM 16 itu hanya berbicara untuk mendefinisi pelaku itu saja. Jadi pelaku pertunjukannya. Jadi kalau kita memasukan kata pencipta lagu lagi didefinisi tentang pelaku pertunjukan maka akan ada miss sedikit karena dia justru adanya khususnya sendiri dia, dia berbeda dengan pelaku.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Saya bacakan “Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersamaan menciptakan suatu ciptakan. Jadi termasuk juga lagu jenis. Jadi sudah disitu.

Ya Pak Nurdin barangkali ada. F-PDIP (Drs. M. NURDIN, M.M):

Bukan, saya wacana saja. Pencipta lagu juga kan pertunjukan bisa walaupun, bisa jadi pelaku juga. Jadi apa tidak perlu, pelaku pertunjukan itu selain apa, penyanyi juga pencipta lagu, penciptannya sudah masuk disitu maksudnya.

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Kalau seandainya pencipta itu kemudian menjadi penyanyi seperti Kang Sam yang lakukan, maka posisi disitu dia sudah sebagai pelaku pertunjukan tetapi hak sebagai penciptanya tidak hilang. Jadi lihat dua-dua saja, karena begitu kita definisikan pelaku itu juga menjadi pencipta lagu, …

KETUA RAPAT: Jelas?

(RAPAT : SETUJU) Lanjut DIM 17.

(13)

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI: Baik.

Bapak Pimpinan dan Anggota yang saya hormati,

Disini ada usulan sebetulnya ada kata-kata menambahkan istilah korporasi dari PPP. Sebetulnya boleh kami sampaikan bahwa subyek hukum itu yang paling umum kita gunakan adalah orang dan badan hukum. Jadi kalau mendefinisikan orang, orang termasuk badan hukum didalamnya dan kemudian ketika kita berbicara korporasi maka korporasi itu juga bisa termasuk ke dalam orang atau badna hukum sendiri. Jadi badan usaha itu seringkali orang menyebut sebagai korporatif dan badan usaha itu ada 2 jenis, ada badan usaha yang berbadan hukum seperti PT, kemudian koperasi dan lain-lain, ada juga badan usaha yang tidak berbadan hukum seperti CV, Firma dan lain-lain. Jadi ketika kita akan mendefinisikan orang untuk badan usaha yang tidak berbadan hukum, otomatis dia akan masuk ke dalam istilah orang dan kemudian yang berbadan hukum otomatis dia akan termasuk badan hukum. Jadi tidak perlu barangkali untuk menambahkan istilah korporasi karena akan menjadi rendanden.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT:

1 pembicaraan saja supaya lebih afdol, Draft di Pasal 12 setuju seperti usulan Pemerintah, Fraksi PKS, Fraksi calon dari PDI Perjuangan.

(RAPAT : SETUJU)

DIM 18.

Nah ini dari PKS soalnya, silakan Pemerintah dulu kemudian nanti. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Pada prinsipnya sebetulnya yang diusulkan oleh PKS adalah menambah suatu definisi baru yaitu tentang lembaga penerbitan. Kami sebetulnya tidak keberatan kalau seandainya kata lembaga penerbitan ini berulang beberapa kali, karena saya kira kalau kita harus mendefinisikan dalam ketentuan umum itu untuk 1 istilah yang diulang-ulang beberapa kali, tetapi seandainya itu hanya sekali, barangkali tidak perlu kita definisikan. Barangkali nanti ini Tim Timus akan melihat apakah perlu didefinisikan atau tidak, tetapi menurut kami istilah penerbitan tidak banyak dimunculkan sehingga barangkali tidak didefinisikan itu sudah tidak perlu lagi kita tambahkan.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ya terima kasih Pak Dirjen.

Barangkali dari PKS apakah ada penjelasan ulang atau bisa menerima penjelasan dari Pemerintah, sehingga mencabut usulan.

F-PKS (Dr. H. MARDANI, M.Eng):

Terima kasih Pimpinan, Pak Dirjen.

Sebetulnya di dalam perspektif kami ketika mengusulkan poin baru ini trend ke depan dengan tingkat produktivitas penerbitan kita yang sangat rendah. Kami berharap ada iklim yang lebih kondusif karena trend di kita ini agak berbeda dengan trend di Negara-negara maju dimana produktivitas buku baik cetak maupun digital itu menunjukan pertumbuhan yang eksponansial karena apalagi sekarang dengan mappizen journalism itu ya dimana setiap orang bisa menjadi jurnalis dimana setiap orang dapat menulis buku begitu ya. Jadi tadinya berharap bahwa lembaga penerbitan juga termasuk ke dalam poin tetapi ketika Pak Dirjen katakan perlu disisir, saya pribadi belum menyisir adakah poin ini dapat dimasukan ke dalam berbagai DIM yang ada. Nah kalau memang ada kajian dari tenaga ahli atau sudah timsin nanti,

(14)

kami tidak keberatan bahwa ini kita jadikan … untuk dilihat ada atau tidak. Kalau ternyata cuman 1, nanti kita coba cari cara masuknya dimana, tetapi kalau memang berulang bisa kita masukan kembali.

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M):

Pemerintah dan kita sepakat bahwa pertama kita akan melihat, menyisir begitu, ini masuk pada rekomendasikan untuk dibahas lebih lanjut di Timus dan Timsin dan prinsipnya kalau memang ini membutuhkan karena berulang begitu sehingga dengan berdasarkan ketentuan yang berlaku Undang-Undang 12 Tahun 2011 itu kan bisa menjadi definisi kan, tetapi kalau hanya sekali ya tidak perlu.

KETUA RAPAT: Begitu Pak ya?

(RAPAT : SETUJU) Baik.

DIM 20 ya, baik.

20 ini ada usul dari Gerindra, tetapi barangkali Pemerintah bisa menjelaskan. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Baik.

Bapak Pimpinan dan Anggota yang kami hormati,

Ini memang ada usulan terkait dengan potret dimana bahwa potret tidak harus orang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, potret adalah gambar yang dibuat dengan kamera, foto atau gambaran lukisan dalam bentuk paparan dan seterusnya. Jawaban kami adalah bahwa usulan tentang rumusan kata potret tersebut adalah pengertian secara bahasa yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun dalam praktek fotografi, kata potret diartikan sebagai berikut “Potret adalah sebuah lukisan, foto , patung atau representasi seni dari seseorang yang mana wajah atau ekspresinya adalah hal yang utama dimaksudkan untuk menampilkan personalitas dan juga kadang perasaan seseorang. Untuk alasan ini fotografi potret pada umumnya bukanlah foto spontan atau snapsot namun komposisi seseorang dalam kondisi diam dan dipersiapkan. Sebuah potret seringkali menampilkan seseorang yang melihat langsung ke pelukis atau ke fotografer dengan tujuan yang berkaitan antara subyek dengan yang melihat potret tersebut. Ini kita ambil dari Wikipedia. Dalam Kamus Bahasa Inggris, itu juga ada beberapa istilah potret. Jadi sebuah wajah seseorang terutama yang menunjukan wajah misalnya yang dibuat oleh seorang pelukis atau fotografer. Ini kemudian usulan tentang rumusan potret sebagaimana disampaikan oleh Hanura, diusulkan dengan menambahkan kalimat diciptakan dengan cara dan menggunakan alat apapun baik berupa wajah bersama, bagian tubuh lainnya atau tidak maupun suatu realitas perlu dijelaskan secara rinci atas usulan tersebut mengingat potret merupakan representasi seni dari seseorang yang mana wajah atau ekspresinya adalah hal yang utama, dimaksudkan untuk menampilkan personalitas dan kadang juga perasaan seseorang, sehingga cara yang digunakan adalah dengan kamera atau lukisan.

Ini saya kira yang kami sampaikan, sehingga definisi yang dibuat dalam RUU ini menurut kami sudah mengcover seluruhnya Pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Dirjen.

Ini sayang memang dari Pengusul ini baik Fraksi Partai Gerindra maupun Fraksi Partai Hanura belum hadir begitu, tetapi kita sudah sangat memahami penjelasan yang komprehensif dari Pak Dirjen nantinya definisi yang draft Pemerintah inikan sudah mewakili persentasikan semua baik dari sisi bahasa maupun dan kebutuhan hukum begitulah kira-kira tentang makna potret ini.

Baik.

(15)

F-PDIP (ICHSAN SOELISTIO): Terima kasih Pimpinan.

Tidak, tadi cuman ada sedikit komentar dari Pak Nurdin. Jadi kalau tidak ada wajahnya bukan potret begitu Pak.

KETUA RAPAT:

Gambar wajahnya ada. Potret adalah gambar wajah, sudah jelas. Orang, ya jadi sudah sangat jelas.

Kemudian Pak Mardani apa ada comment. F-PKS (DR. H. MARDANI M. Eng):

Saya tadi tertarik dengan yang dibacakan oleh Pak Dirjen terkait definisi yang dibuat oleh Wikipedia. Kalau saya tidak salah tangkap Wikipedia tadi tidak perlu focus ke wajah Pak Dirjen betul tidak ya? Nah karena itu, saya mencoba memahami yang diusulkan oleh Hanura, Hanura lebih menyeimbangkan antara wajah dan bagian tubuh lainnya atau tidak maupun sesuatu realitas begitu ya. Itu kalau yang saya coba tangkap dari Hanura. Artinya yang Hanura tangkap itu, yang saya tangkap dari Hanura agak mampu mengcapture apa yang tadi Wikipedia sampaikan tetapi bagaimana pun saya tetap melihat potret ini memang melulu, proporsinya kalau boleh diangkat, di atas 60% itu wajah begitu ya. KETUA RAPAT:

Baik.

Yang difoto setengah badan maupun seluruh badan. Inikan disini ada bagian tubuh lainnya, begitu kira-kira sehinga bisa mewakili.

Ya, baik Pak Ferdi. Kalau disini Golkar tetap. F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M):

Ya, Golkar kosong Pak bukan tetap. Kosong itu berarti menunggu sikap fraksi yang lain. Demikian.

DIM 18, jadi kami berpandangan begini saja Pak, hanya mengklarifikasi daripada yang telah disampaikan.

KETUA RAPAT:

Menteri Hukum dan HAM juga ini, Pak Martin, Prof. Martin. Disini silakan dengan Pak Otong.

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M):

Jadi kami ulangi melalui Pak Pimpinan, hanya kami mengklarifikasi ulang supaya nanti keputusannya pada prinsipnya akan juga mengikuti yang disampaikan Pak Ramli tetapi sebelum mengikuti kami mengklarifikasi ulang bagaimana di luar definisi potret ini yang telah disampaikan. Artinya, tidak masuk ruang lingkup yang ada disini. Kan supaya sama Pak Ramli persepsinya bahwa yang membaca Undang-Undang ini kan tidak semuanya berlatar belakang sarjana, kita asumsikan kira-kira yang lulusan SMA ini para pelaku seniman ini mengerti atau tidak membaca ini. Itu saja, sehingga nanti ketika Undang-Undang ini kita sosialisasikan, ini pemahamannya sama. Jangan sampai ada pemikiran bahwa yang disampaikan oleh Wikipedia itu tidak nampak, tidak tergambar yang disampaikan oleh kita. Hanya klarifikasi itu saja. Kalau memang itu diyakini, ya oleh karena selanjutnya yang kedua kalau ada pertanyaan di luar konteks ini bagaimana disebut potret itu.

(16)

KETUA RAPAT: Baik.

Apa kita tamping dulu Pak Harry?

Pak Otong barangkali DIM sambil menunggu nanti Pak Pengusul dari Fraksi Partai Gerindra sebetulnya, ini DIM 20 ini.

Silakan Pak Otong.

F-PKB (DRS. H. OTONG ABDURRAHMAN):

Keterangan dari Pemerintah seperti dari pengusul ini perlu kita dengarkan Pak. KETUA RAPAT:

Kira-kira Pak Martin sudah siap?

Ini kita sudah masuk pada pembahasan DIM 20 atau sambil Pak Martin ini barangkali tadi ada permohonan klarifikasi dari Pak Ferdi, barangkali Pak Dirjen bisa menjelaskan.

Silakan.

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Terima kasih Bapak Pimpinan dan Anggota yang terhormat.

Perlu barangkali kami jelaskan tentang background karya-karya yang terkait dengan hasil penggunaan kamera itu. Jadi kita membedakan betul antara karya fotografi dengan potret. Kalau karya fotografi ini sebetulnya mengcover untuk hal-hal yang tidak hidup sekalipun, hanya pemandangan yang difoto dan lain-lain. Tetapi ketika orang melakukan pemotretan untuk orang maka kita sebutkan dengan istilah potret. Jadi potret itu hanya digunakan untuk istilah foto orang, karena akan ada perlakuan yang sangat berbeda, memotret binatang misalnya atau memotret pemandangan dengan orang, karena ketika memotret orang dan potret itu akan dipublikasikan itu mesti minta izin ke orang itu, berbeda kalau kita potret kucing, itu tidak perlu minta izin, ya gunung tidak perlu.

Jadi kenapa disini ada kata-kata orang, nah itu karena kita ingin membedakan antara karya fotografi dan potret dan tentang karya fotografi diatur sendiri sebetulnya di pasal-pasal tentang jenis-jenis ciptaan. Jadi usulan dari Partai Gerindra sebetulnya sudah tercover di istilah karya fotografi itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Dirjen.

Jadi kembali kepada Pengusul dari penjelasan tadi 2 putaran. Pemerintah sudah menyampaikan bahwa ini berbeda dan sudah dicover katanya.

Silakan Pak Martin.

Kita ingin mendengar suara Pak Martin yang terakhir. F-GERINDRA (MARTIN HUTABARAT):

Saudara Ketua dan Saudara-saudara sekalian,

Pada dasarnya, keterangan Pak Dirjen itu sebenarnya sudah bisa menangkap maksud kami. Yang kami ingin tegaskan adalah agar pengertian gambar itu jangan rancu. Ternyata memang potret itu maksudnya hanya kepada manusia, sedangkan di luar manusia itu boleh dengan istilah lain. Saya kira kalau itu sudah keterangan yang baik ya ini kita drop saja, tidak ada masalah saya kira.

Terima kasih Saudara Ketua. KETUA RAPAT:

Lain kalau negarawan. Baik.

(17)

Kalau demikian, Ketua Fraksi MPR, Calon Pimpinan MPR.

Baik, kita setujui, kita bisa paham apa yang diberikan penjelasan oleh Pemerintah dan Pak Martin sudah menyampaikan. Jadi apa yang diusulkan oleh Fraksi Partai Gerindra sudah tertangkap maksudnya dan sudah diakomodasi pada DIM-DIM yang lainnya.

Baik.

(RAPAT : SETUJU) Lanjut DIM 28, kita substansi Pak, masih di Panja. Silakan Pak Dirjen DIM 28.

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI: Baik.

Bapak Pimpinan dan Anggota yang kami hormati,

Ada usulan disini untuk memasukan bahwa mengingat aspek hukumnya lebih dominan, maka sebaiknya kuasa merupakan orang atau badan hukum yang menguasai aspek hukum atas hak kekayaan intelektual. Untuk yang pertama ini barangkali boleh kami sampaikan bahwa konsultan Haki itu tidak selalu harsu sarjana hukum karena misalnya untuk paten, paten itu justru yang sangat dominan adalah lebih pada sisi teknik, apakah farmasi, apakah teknik kimia, elektro dan lain-lain. Oleh karena itu, ketika kita membatasi hanya untuk sarjana hukum, maka akan dikhawatirkan konsultan ini menjadi tidak expert lagi di bidangnya. Kemudian ada usulan juga disini tentang kuasa dan konsultan memiliki perbedaan makna dari sisi tata bahasa atau filosofis. Kami ingin sampaikan bahwa penggunaan istilah kuasa digunakan secara berulang dalam RUU ini terkait dengan pengajuan permohonan pendaftaran HAKI dan proses administrasi yang dilakukan oleh Konsultan HAKI, sehingga kami mendefinisikan kuasa itu sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik.

Terima kasih Pak Dirjen.

Kami persilakan barangkali respon balik dari pengusul dari FPD, Fraksi Demokrat dan Hanura tetapi kita mulai dari Pak Harry.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Terima kasih Pak Ketua.

Sebelumnya beberapa hal yang ingin kami tegaskan dulu disini bahwa Konsultan Hukum ini pendidiknya memang pasti sarjana hukum Pak. Jadi kalau kita minta disini kan ini aspek hukum dalam kehidupan maka sebaiknya Kuasa merupakan orang atau badan hukum yang menguasai badan hukum. Maksudnya, menguasai aspek hukum itu artinya yang pernah mendapatkan pendidikan hukum. Itu yang pertama Pak.

Yang kedua, seperti kita ketahui kan kalau tidak salah mohon dikoreksi hak paten atau merk yang harus melalui kursus tersendiri loh Pak, iya kan Pak. Nah apakah ini juga harus melalui forum itu? Kalau menurut saya sih harusnya tidak harus melalui forum itu, tinggal dia sarjana hukum atau bukan, sebab yang saya tahu kalau tidak salah Pak Didi nanti tolong ralat ya, ada kursus itu kan, kursus yang buat konsultan Haki ya. Makanya saya minta klarifikasi dulu, kebetulan Pak Ketua ini adalah Konsultan Haki Pak Dirjen, kalau saya belum tetapi artinya kalau Hak Cipta ini agak berbeda ya. Nah apakah juga harus melalui forum itu? Ini sekaligus buat Pak Didi kalau mau jawab boleh.

Jadi sebelum saya lebih jauh itu dulu Pak. Terima kasih.

(18)

Ya sebelum Pak Dirjen menjelaskan, barangkali kami persilakan Pak Ketua. KETUA PANSUS (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN, S.H., LL.M):

Terima kasih Pak Ketua. Jadi begini Pak Ketua.

Ini memang usulan dinamika di Fraksi Demokrat. Jadi sesungguhnya seperti yang Pak Dirjen katakan bahwa Konsultan ini tidak harus sarjana hukum sesungguhnya tetapi ada masukan inikan tidak apa-apa usulan biar dijelaskan disini. Saya lebih sependapat dengan apa yang disampaikan, karena dengan pengalaman saya juga bahwa Konsultan itu tidak harus Konsultan Hukum khusus di bidang hak cipta ini, apalagi tadi disampaikan di bidang paten, bahkan itu orang-orang teknik kalau di paten ya. Jadi mungkin itu tambahan dari saya. Saya kira apa yang sudah dijelaskan dari Pak Dirjen tadi sudah cukup jelas begitu ya.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Dirjen. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Memang yang namanya Konsultan Haki itu bukan Konsultan Hukum. Jadi berbeda dengan Konsultan Hukum yang menangani hanya soal-soal hukum tetapi dia menangani pendaftaran-pendaftaran dan kasus-kasus hak kekayaan intelektual dan Konsultan Haki itu tidak membedakan antara Konsultan Hak Cipta, Paten, Merk, namanya cuman 1 Konsultan Haki dan untuk bisa menjadi Konsultan Haki itu memang ada Peraturan Pemerintah yang mewajibkan harus mengikuti kursus Konsultan Haki yang dilakukan oleh Dirjen Haki bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan kemudian lulusan itu setelah lulus ujian akan dilantik oleh Menteri Hukum dan HAM sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual. Jadi untuk Hak Cipta sebetulnya ini kita di DIM 28 itu hanya berbicara tentang pengertian istilah Kuasa, siapa yang boleh menjadi Kuasa. Disinilah kemudian kita hanya menyebut Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual, hanya definisinya saja.

KETUA RAPAT:

Walaupun definisi, tetapi arahnya nanti politik hukumnya kemana Pak wacana dari Pemerintah, akan dibikin kayak hak paten juga melalui suatu kursus atau pendidikan atau bagaimana, sebab kan nanti kan bisa ini dibikin PP-nya kan, kan ini Undang-Undang hanya umum-umum kan, dalam PP-nya nanti dipisah. Nah kita tidak tahu tolong ini minta penjelasan Pak.

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Jadi prinsipnya tidak ada perubahan sistemnya, bahwa semua Konsultan HAKI itu harus tetap mengikuti pelatihan, karena ketika misalnya tidak akan ada pelatihan, kami khawatir siapa yang akan boleh menjadi Konsultan itu menjadi tidak terseleksi.

Terima kasih Pak.

Jadi baik yang berlatarbelakang sarjana hukum maupun yang non sarjana hukum. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Tidak, pertanyaan saya yang hak cipta Pak. Tadi HAKI sudah, hak cipta ini apakah harus nanti melalui, harus melalui Forum atau pendidikan semacam itu juga atau tidak. Politik hukumnya bagaimana Pemerintah?

Harus juga?

(19)

Harus Pak, karena kita tidak membedakan antara hak cipta dan hak-hak yang lainnya. Kalau Konsultan Hukum, Konsultan HAKI wajib mengikuti pelatihan terlebih dahulu, ya sama. Kurikulumnya itu pelatihan Konsultan Haki itu mengcover seluruh Haki, hak cipta, paten, merk, desain, dan lain-lain sehingga kalau kita pisahkan misalnya Konsultan Hak Cipta sendiri, maka dia akan mempunya ruang lingkup yang sangat terbatas tetapi kalau dia mengcover seluruhnya, seluruh Haki dia layan, masuk, included.

KETUA RAPAT:

Menjadi Anggota Panja termasuk juga kurikulum. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Kurang Pak, ini joke saja Pak.

Mungkin Pak Didi sih oke ya, Pak Didi sudah ikut ya, sudah tenang saja, ayemlah. Saya terus terang belum ikut. Ya otomatis kalau demi hukum … langsung kesana ya tidak apa-apa. Tidak begini Pak, ini keluhan dari Teman-teman.

…:

Tetapi tetap tertulis Pak itu. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Tetapi kan kami sebentar lagi kan kami akan retime dari disini, bukan kembali ke … lagi. Ini keluhan dari beberapa Teman-teman. Satu kursusnya itu mahal, kedua kemungkinan kecil lulusnya begitu loh. Nah dari segi ini bagus oke, tetapi ini teman-teman, ya kita kan ribuan Konsultan Hukum dan Pengacaranya Pak Didi. Mungkin Pak Didi sudah menikmati ya. Ini beberapa teman-teman ini menitipkan kepada saya, ini bukan menitip harus jadi, begini Ketua maksudnya apa politik hukum Pemerintah sehingga bisa mengakomodir Teman-teman Konsultan Hukum yang konsen di bidang itu tetapi diberi tempat. Jadi, ujiannya susah, ujiannya susah tetapi mahal. Mahal Pak ya? Dulu zaman saya saja masih 17,5 tidak tahu sekarang, mungkin 35 kali ya. Pak Didi sih sudah tidak ada masalah, makanya Pak Didi pasti mendukung walaupun saya 1 fraksi ya, tetapi beda fraksi ini karena Beliau memang spesialis di bidang itu, kalau saya bukan.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT:

Nanti mungkin sebelum Pak Dirjen Pak Ketua berbagi pengalaman. KETUA PANSUS (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN, S.H., LL.M):

Ini sekedar bagi pengalaman, bukan posisi ketua, bukan bertentangan juga ya. Nanti kan kita sama-sama mengkaji. Jadi sesungguhnya sejak 2005 kalau tidak salah Pak Dirjen, mohon dikoreksi, sejak Pak Hamid Awaluddin itu dibuka semuanya. Tadinya itu seingat saya tidak sampai 50 Konsultan yang dimonopoli benar sebelumnya susah sekali dapat izin, susah banget. Pas 2005 eranya Pak Hamid Awaluddin pada saat itu karena juga banyak masukan-masukan semacam Pak Harry ini, akhirnya dibuka benar-benar tabir melalui pendidikan dan pelatihan, ada tesnya. Jadi jauh lebih baik. Kalau dulu yang namanya Konsultan Haki ini sangat ekslusif sekali, Konsultan Paten begitu Pak Dirjen kalau tidak salah sebut, sehingga orang tidak bisa masuk, dimonopoli dan mereka tidak bisa diganggu gugat, akhirnya jadi bisnis yang luar biasa dimonopoli oleh segelintir lawyer saja pada saat itu, bahkan tidak aktif ya di zaman itu, hanya bayangkan saja sedemikian lawyer-lawyer yang tidak punya izin hanya minta tanda tangannya saja zaman itu, padahal mereka itu sebagian tidak praktek tetapi karena punya sertifikat sebagai Konsultan Paten. Jadi ini sudah jauh lebih baik. Namun tadi usulan dari Pak Harry soal biaya, saya pikir ke depan mungkin kalau inikan biaya bisa lebih menjangkau lagi, bisa bikin itu bagus ya tetapi soal ini kemajuan sejak 2005 memang dibuka seluas-luasnya. Mungkin itu. Kalau saya ada kurang mohon dikoreksi Pak Dirjen.

(20)

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Silakan Bapak. F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M):

Jadi kalau saya sebelum Pak Dirjen karena ini juga bagian daripada yang perlu kita diskusikan nanti di pasal-pasal berikutnya karena inikan definisi. Jadi catatannya kalau kami menganggap ini kita setujui tetapi catatannya adalah tidak terpisah dari diskusi pada hari ini. Artinya ketika nanti kita membahas bicara tentang Kuasa, itu harus diterjemahkan apa yang diskusi hari ini kan begitu. Jadi itu saja Pimpinan catatannya, sehingga ketika misalnya apakah Kuasa itu harus Konsultan harus berbadan hukum atau Kuasa yang harus berkonsultan hukum, kemudian juga bagaimana teknisnya, tentu ketika menyampaikan itu misalnya perintah Undang-Undang ini mengenai Kuasa ya ataupun Konsultan tentang Haki yang lebih lanjut diatur dalam apa, model Perpres atau PP kan begitu Pak ya. Nah itu yang kami juga minta gambarannya ketika itu PP-nya seperti apa gambarannya, jangan sampai nanti kan kita beli kucing dalam karung kan begitu saja.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Jadi tadi sudah saya akan seperti itu Pak Ferdi. Jadi sebetulnya tidak ada hal yang prinsip. Nampaknya Teman-teman dari Fraksi ini, seluruh fraksi ini bisa memahami, karena kita bicara definisi, jadi kita bisa setujui dengan catatan bahwa pembahasan rancangan termasuk aspirasi yang disampaikan oleh bahan ini menjadi bahan pertimbangan nanti ketika kita membahas DIM-DIM terkait atau nanti ketika kita mengaddress elaborasi dari Undang-Undang ini di Peraturan Pemerintah ataupun Perpres dan sebagainya.

Begitu Pak Dirjen.

Jadi aspirasinya sudah tertampung atau masih memerlukan penjelasan. Baik, silakan Pak.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Tidak, belum dijawab. Kita belum tahu ditampung atau tidak ini. Cuman maksud saya yang jelas saya dari mewakili fraksi praktisi juga nantinya itu menyampaikan Pak. Jadi ada beberapa Teman-teman misalnya begini, mereka banyak bergerak di litigasi, tetapi ketika mau menjadi, inikan maksudnya Pak Didi kan kalau jadi non lit-nya kan harus melalui suatu pendidikan. Nah ini mereka tidak bisa, padahal mereka sudah paham benar dengan ketika litigasi soal ini. Kan ini terjadi case ini bukan hanya di non lit Pak, di litigasi kan hampir setiap hari terjadi sengketa semacam itu. Mungkin Pak Didi lebih banyak non litigasi ya Pak Didi ya, ini kita dari barisan litigasi Pak. Jadi maksud saya bukan saya bilang minta dihilangkan, tetapi paling tidak jangan menutup terlalu rapet bahwa Teman-teman yang mau bergerak di bidang ini jadi tidak, justru menurut saya ini sekarang malah terjadi kesan tetap monopoli Pak, itu yang main di hak intelektual itu-itu saja, kalau saya tidak perlu sebutkan beberapa teman-teman lawyer yang di sekitar Sudirman dan sekitarnya, itu-itu saja orangnya tetapi Teman dari daerah atau yang baru muncul padahal dia juga kalau saya bilang ini belum tentu bisa masuk. Satu karena tesnya mahal dan yang kedua, dan itu kecil kemungkinan untuk lulusnya. Jadi malah lebih susah daripada ujian advokat sendiri kalau menurut saya. Inikan kita juga sedang membahas Undang-Undang Advokat Pak, ini Pak Didi ya, itu teman-teman pada teriak di daerah Pak, bahwa soal sumpah atau tidak sumpah, soal, Pak Nurdin kalau tidak salah ikut juga di Undang-Undang Advokat Pak ya, kita banyak keluhan itu Pak, bahkan Polisi juga pada complain ini kita bisa atau tidak kalau dari Polisi langsung jadi Advokat. Kalau saya ambil jalan tengah, ya jangan langsung jadi Advokat-lah, ada masa Jeddah. Maksud saya begini Pak, lebih baik seleksinya di administrative. Misalnya, orang mau bergerak di non litigasi ini, paling tidak sudah pernah memegang perkara ini berapa kali begitu seperti di Advokat saja, atau kalau pun tes ya tesnya jangan dipersulit, bisa jadi nanti saya pun masuk kesitu tidak lulus Pak walaupun saya Panja Undang-Undang ini, bisa jadi saya tidak lulus Pak. Nah ini jangan sampai nanti saya datang … teman-teman ah lo Anggota Panja juga kagak lulus seperti itu loh.

(21)

Padahal kita menggolkan Pak Syam ya, kita janji, kita punya komitmen di Korea kemarin, Mas Harry, Kang Syam mari kita berjuang sama-sama. Kita yang berjuang ini akhirnya tidak dapat apa-apa juga. Nah itu loh Pak, Pemerintah sebentar lagi berganti. Pak Martin barangkali sebentar lagi akan menyiapkan jadi Menkumham barangkali. Inikan repot juga ini.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT:

Sebelum Pak Dirjen ini kita soal waktu, kita sepakati sampai pukul 14.00 WIB ya? (RAPAT : SETUJU)

Baik.

Baik Pak Dirjen barangkali selintas saja kami persilakan terkait penting ini aspirasi dari Aspirator. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Terima kasih.

Jadi kami barangkali perlu jelaskan bahwa untuk pelatihan hak intelektual ini Peraturan Pemerintah memang mengamanatkan harus dilakukan oleh Perguruan Tinggi, bekerja sama dengan Dirjen Haki. Jadi selama ini yang saya lakukan adalah kami membuat MoU dengan Perguruan Tinggi dan Perguruan Tinggi itulah yang melaksanakan kegiatannya. Kemudian karena Pemerintah dalam PP kami tidak ada force pos penerimaan PNBP dari pelatihan konsultan Haki, kami tidak pernah berani untuk mengutip apapun dari situ, sehingga itu semua menjadi kegiatan Perguruan Tinggi yang dimanage oleh Perguruan Tinggi dan kami hanya menerima hasilnya. Kami hanya mengirimkan tenaga dosennya, seluruh pengelolaan anggaran dan lain-lain itu dikelola oleh Perguruan Tinggi yang bersankutan karena buat kami akan jadi persoalan ketika kami memungut itu, mengumumkan dalam website kami berapa biaya untuk itupun kami tidak berani, karena kami tidak punya PP tentang pemungutan PNBP dari pelatihan ini.

Kemudian kenapa harus dilakukan pelatihan Konsultan Haki, karena ini berbeda dengan kemampuan litigasi seseorang yang sebetulnya walaupun dia sudah jadi Konsultan Hukum. Karena ketika pelatihan ini, kurikulumnya salah satunya adalah misalnya bagaimana caranya membuat drafting paten. Drafting Paten itu adalah yang paling banyak kurikulumnya dan paling panjang. Misalnya kapan seseorang membuat klaim misalnya taruhlah ada injection dalam mobil, cara kerjanya apa dan seterusnya, itukan sulit sekali. Saya sendiri mungkin kalau suruh drafting paten tidak sanggup juga. Itu adalah pemeriksa-pemeriksa paten yang mengajarkan kepada mereka bagaimana membuat drafting paten kalau seseorang menemukan suatu paten tertentu, dia bisa mengklaim mana-mana saja yang bisa diklain sebagai paten yang akan dia daftarkan. Begitu juga untuk desain kemudian untuk merk, itu saya kira Konsultan Hukum tidak pernah akan cukup tahu itu. Sehebat apapun seorang advokat tidak akan mengerti membuat drafting paten yang baik kalau dia tidak mengikuti pelatihan ini.

Jadi mohon, barangkali ini informasi saja bahwa sangat perlu untuk itu tetapi yang kami juga ingin sampaikan bahwa rasanya memang tidak terlalu, tidak ada kesulitan untuk mereka yang telah mengikuti pelatihan ini untuk menjadi Konsultan, karena ketika ada beberapa juga yang tidak lulus itu mereka boleh her beberapa kali, sehingga akhirnya mereka lulus juga. Itu berbeda barangkali dengan advokat yang mungkin lebih sulit mereka daripada kita. Jadi betul-betul Perguruan Tinggi kami minta untuk coba diher beberapa kali sampai dengan mereka akhirnya lulus begitu. Jadi tidak ada istilah tidak lulus, belum lulus barangkali. Tidak Pak, kalau her tidak. Kami minta Perguruan Tinggi juga untuk tidak komersial, tetapi ke depan kalau seandainya Perguruan Tinggi bisa menekan biaya ini jauh lebih murah, apalagi misalnya untuk Konsultan-konsultan UKM dan lain-lain, buat kami itu adalah sesuatu yang sangat baik. Kami juga ingin menyampaikan kepada Bapak dan Ibu sekalian bahwa tahun ini Menteri Hukum dan HAM itu sudah menggagas atas usulan kita semua untuk memberikan insentif bagi paten-paten. Jadi paten itu untuk UKM, untuk Perguruan Tinggi, untuk Lembaga-lembaga Riset itu cukup membayar setengah harga untuk pendaftarannya dan kalau paten setelah dia didaftar, itu biaya tahunan paten itukan mahal sekali, malahan ada setahunnya sampai ratusan juta itu orang bayar dan itu menjadi PNBP kita tetapi di PP kami yang baru yang sudah disahkan oleh Presiden, 5 tahun pertama untuk Perguruan Tinggi, untuk Lembaga Riset untuk sekolah-sekolah, universitas itu dizerokan biayanya. Jadi kalau Perguruan Tinggi menciptakan paten, 5 tahun pertama dia bebas dari biaya paten dan PP ini sudah berlaku per Juli ini.

(22)

Jadi buat kami masuknya PNBP itu tidak lebih penting daripada inovasi itu makin banyak di masyarakat, karena bagi kami perolehan paten nasional yang meningkat, karena sekarang itu Pak di bawah 10% saja paten kita, 90% lebih itu paten asing, sehingga kami berpikir oh mungkin ini urusannya adalah dengan biaya, sehingga kami drop ke bawah, malah kita gratiskan 5 tahun pertama dan itu kita harapkan untuk mendongkrak perolehan paten nasional.

Jadi ini saya kira sama sekali tidak ada unsur memberatkan masyarakat, malah ketika yang lain ramai-ramai membuat PNBP itu meningkat lebih tinggi, justru kami mendowngrade ini menjadi lebih rendah asal di masyarakat bisa bekerja lebih bagus untuk menghasilkan inovasi yang baru.

Terima kasih Pak.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH): Terakhi Pak.

Oke kalau itu saya bisa paham Pak. Yang terakhir, ini beberapa saya tidak tahu Pak, ini dalam rangka pengawasan juga. Saya dengar katanya walaupun tidak ikut kursus Pak seperti itu, tetapi nanti jatuhnya ke kantor-kantor merk, law firm yang di bidang merk yang itu-itu lagi. Saya dengar katanya ini Pak, jangan sampai nanti Pak, artinya sudah ikut kursus tetapi kalau tidak punya hubungan baik dengan Dirjen Haki dan segala macam atau jajarannya itu tidak akan dapat pekerjaan semacam itu, karena yang gede-gede pasti mereka-mereka saja. Saya tidak perlu menyebutkan namanya. Artinya sudah pegang license ini dengan biaya mahal, dengan ujian yang cukup sulit tetapi juga tidak ada dampak positif ke teman-teman juga kan complain Pak.

Begitu loh Pak. Terima kasih. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Barangkali perlu kami jelaskan bahwa kalau dia bertindak atas Konsultan Haki dan dia tidak punya briven Konsultan walaupun dia sebagai Advokat itu pasti kita tolak, oh sudah punya license.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Itu saya dapat informasi, dalam prakteknya itu-itu lagi yang dapat proyek-proyek besar Pak. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Perlu kami jelaskan disini bahwa yang memberikan proyek itu bukan Dirjen Haki.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Tetapi ada masukan, referensi dari sana begitu loh Pak, oh ini kamu tidak bisa perorangan, begitu loh Pak walaupun tidak tertulis.

DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Kalau ada oknum di tempat kami yang mengarahkan kepada Konsultan tertentu, menurut kami itu adalah salah tetapi intinya saya mengambil kebijakan bahwa semua Konsultan Haki kita perlakukan sama dan rata-rata yang datang kepada kami itu adalah mereka yang ditunjuk oleh kliennya masing-masing. Memang bisa saja ada orang yang konsultasi misalnya ketika kasus itu terjadi, mereka datang ke kantor kami, dan mereka menanyakan kantor Advokat mana yang bisa membela kami.

Nah untuk itu, kami biasanya memberikan seluruh list of Advokat yang ada.

Jadi dengan demikian, sebetulnya perlakuan yang berbeda untuk 1 konsultan lainnya tidak kami lakukan. Jadi kebijakan-kebijakan itu lebih pada pilihan-pilihan yang dilakukan oleh para klien itu sendiri.

Terima kasih.

(23)

Terima kasih catatan kritisnya begitu. Nah ini penting, ya menjadi aspirasi Pak ini, ribuan pengacara dan itu sangat berperan dalam pembangunan bidang hukum, tetapi ada baiknya nanti sebelum melangkah ke DIM berikutnya Pak Ketua, Pak Martin ada?

KETUA PANSUS (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN, S.H., LL.M): Baik.

Ini sedikit saja ya, ini agak sedikit keluar dari konteks kita, tetapi rasanya perlu dijelaskan. Jadi begini. Di dunia hak kekayaan intelektual ini, intelektual property right HAKI ini sesungguhnya tadi kan Pak Harry bertanya mengenai kerjaan kok itu-itu terus begitu ya, tetapi ya non litigasi, sesungguhnya bukan di Dirjen Haki yang klien itu dapat bukan dari sana, tetapi sesungguhnya hubungan kita di dunia internasional, biasa itu ada beberapa organisasi, kayak APAA, lalu INTA, ada organisasinya, ada EKTA dan sebagainya itu. Jadi lawyer yang bisa tembus kesana itu yang cenderung bisa punya klien-klien itu yang di jaringan internasional. Sebagai contoh pengalaman saya ini, saya terpaksa cerita pengalaman awal-awal pendidikan tahun, kantor ini Tahun 1999 sangat sulit dapat klien apalagi waktu itu ada monopoli yang ada sekitar 50 pemegang yang tidak bisa diganggu gugat sementara aktif tidak sampai 10 pada saat itu, ini ada Buyus ya jadi sahlia. Kami itu merintis dari bawah, membangun jaringan di seluruh dunia karena inikan banyak seperti Pak Dirjen bilang merk paten itu kebanyakan dari perusahaan-perusahaan asing. Ini membangun tidak mudah. Kami dapat jaringan pun harus secara tidak langsung izin dari yang Konsultan yang aktif maupun tidak aktif yang memonopoli tadi. Jadi yang Pak Harry dengar ini mungkin dari orang-orang yang belum berkecimpung atau belum mengetahui panjang lebar di dunia ini.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Bukan begitu Pak, ilustrasi saya juga punya dasar. Jadi jangan sampai kita ambil contoh Pak ya, Inper pasar modal. Ini memang menyimpangn sedikit Pak, tetapi ini juga buat masukan saja. Inper Konsultan Pasar Modal sejak Tahun 2000 saya sudah punya Pak license dan bahkan kita juga terpapang di HKPN tetapi ketika zaman BPPN masing booming segala macam, itu yang dapat untuk urusan-urusan legal audit segala macam, ya itu-itu lagi ke lawyer ya. Jadi benar yang Pak Didi bilang, 1 hal saya benarkan, ada sindikasi bahwa ada jaringan, itu benar jaringan dalam arti kadang-kadang bisa negative, kadang positif Pak. Jadi terima kasih Pak informasinya juga hanya menyampaikan saja.

Terima kasih.

KETUA PANSUS (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN, S.H., LL.M):

Sedikit saja saya tambahkan biar tidak mis, karena kuncinya sebenarnya ini itu bukannya, kadang-kadang lawyer litigasi berpikir begini, seringkali ya, ini tidak salah juga siapa yang dekat dengan Polisi misalnya kalau kasus criminal, pasti banyak dapat kerjaan, itu banyak bisa terjadi juga tetapi dalam dunia Haki ini agak beda begitu ya, jaringannya itu keluar begitu ya. Dirjen Haki ini hanya, Direktorat Jenderal Haki ini pelaksana saja. Mungkin 1, 2 orang disana bisa merekomen yang punya jaringan internasional, harus hubungan kemana-kemana tetapi lebih jauh lebih kerjanya para lawyer-lawyer ini, karena kita harus masuk organisasi dan itu cukup lama bisa membina itu, karena masalah kepercayaan kan orang luar kalau sudah pegang kantor-kantor besar di Indonesia apalagi orang-orang Jepang, Barat sangat sulit dia pindah. Jadi ini jaringan bagaimana menyakinkan pihak luar begitu ya. Ini logika ini mungkin teman-teman dari daerah itu memakai logika wah kalau dekat dengan Polisi, Jaksa maaf saya kalau ada unsur Polisi Jaksa ya memang seperti itu. Jadi wah suka dikasih pekerjaan begitu loh, kasus-kasus apa juga, ini agak beda walaupun namanya jaringan juga begitu, Pilbi keluar.

Mungkin begitu Pak Harry, nanti kita lebih. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Sebenarnya belum puas, bukan itu masalahnya. Kalau soal itu tidak usah diajarilah Pak. Maksud saya bukan kesitu, saya hanya masukan kepada Pemerintah supaya Pemerintah.

KETUA RAPAT:

(24)

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Kalau soal itu kita sudah tahu, bukan berarti saya minta disamakan bahwa non litigasi dengan litigasi itu sama cari kerjanya, bukan, justru saya pikir kalau litigasi juga jangan kayak litigasi, litigasi, beda itu Pak. Maksud saya, saya mendengar masukan, ini harus terima Pak, inikan masukan. Mudah-mudahan juga nanti Pak Prabowo atau Pak Jokowi yang menang pun juga kita masukan, masukan ini masyarakat bukan hanya rakyat jelata, pengacara kan juga masyarakat, ada masukan Teman-teman itu referensi itu tidak tertulis dan itu jangan dibaca. Jadi begini. Mungkin barangkali jalan tengahnya dalam hal ini Pemerintah bisa membikin kategori misalnya, Teman-teman yang baru dapat brevat itu barangkali, itu dikasih di kluster divisi dualah, dikasihlah, tidak apa-apa referensi dalam arti positif tidak apa-apa, kasih, sehingga mereka ketika punya juga tidak … pekerjaan, jangan kayak AKPM sekarang, yang dapat ya itu-itu saja. Ini Pak Didi benar Pak Didi, ini fakta Pak, mungkin Pak Didi tidak banyak berkecimpung di organisasi dengan Teman-teman daerah dan teman-teman pengacara berbagai macam, saya ini bercampur, kantor saya juga di Daerah Sudirman juga tetapi saya berteman dengan beberapa teman yang memakai masukan semacam itu.

Jadi kesimpulannya Pemerintah harus lebih, apa yang maksud saya, ya kalau perlu ya dikasih tetapi divisikan saja. Ini kalau yang baru lulus atau apa dikasih apalah, referensi, referensi kan tidak mengikat atau kalau tidak ya saya agak susah ini jadi mau menyampaikan atau melaporkan kepada teman-teman nanti.

Begitu loh Pak. Ini hanya masukan Pak, masukan tetapi ini benar kenyataan dan harus disikapi. Kalau tidak, nanti kita begitu-begitu saja.

Terima kasih Pak Didi. KETUA RAPAT:

Boleh jadi sebetulnya tadi Professor Martin juga sudah ini, tetapi bagaimana ini? Sebetulnya kita sudah putus ya. Nah ini sudah cukup ini. Ya jadi sebetulnya barangkali kalau saya mengajak soal ini kita diskusikan nanti lebih lanjut tetapi pesannya Pak Harry, masukannya Pak Harry, aspirasinya Pak Harry ini ditampung, bukan sudah ditampung tetapi diperhatikan bagaimana ada perubahan yang lebih progressif begitu dengan mengakomodasi aspirasi yang berkembang ini tanpa harus melanggar ketentuan karena Pemerintah tidak mungkin, secara ini juga mengarahkan begitu ya.

Begitu.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Saya mengerti bahwa untuk ... harus punya kemampuan, itu saya mengerti, paham, apa jadinya kalau seorang lawyer yang tidak punya kemampuan itu belum mengurusi itu memang bahaya. Ini maksud saya, juga ada kebijakan-kebijakan. Jadi kayak UKM saja yang baru Pengusaha Lebah dikasih juga, dia urus saja kecil dulu atau apa. Jadi referensi. Jadi di Dirjen Haki itu punya list lawyer Pak untuk kategori 1 okelah Wijio CS misalnya, saya sebut nama ini, Didi Irawadi Syamsudin tetapi yang pemuncul-pemuncul baru tolong dong. Jadi ini yang mau cari makan di bidang ini banyak begitu loh. Apalagi saya nanti, saya pembuat Undang-Undangnya tetapi malah tidak lulus begitu dengan tidak dapat klien lagi.

Terima kasih. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Ini Pimpinan ini PT Rindu Water perlu diperhatikan. KETUA RAPAT:

Dari Pak Dirjen ya, soal terakhir soal ini ya. DIRJEN HAKI KEMENKUMHAN RI:

Gambar

Gambar wajahnya ada. Potret adalah gambar wajah, sudah jelas. Orang, ya jadi sudah sangat  jelas
Ilustrasi saja melalui Ketua.

Referensi

Dokumen terkait

Gubernur dan Hadirin yang kami hormati; Sebagaimana yang kita ketahui bersama, sebagai tindak lanjut dari penetapan KUPA-PPAS Perubahan Tahun 2021, pada Rapat Paripurna

Keuangan penulis juga semakin menipis dengan adanya kuliah daring ini penulis terus-terusan membeli kuota yang biasanya satu kali dalam sebulan kini menjadi tiga kali

Skripsi ini merupakan penelitian pengembangan pada media pop-up book dan permainan Ludo, sehingga peneliti menciptakan suatu produk berupa media Arabic Ludo Pop-up Book “My Daily

Segala Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dengan rahmat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENERIMAAN ANGGOTA ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang

Kegiatan menggambar pada anak dipercaya sebagai salah satu bentuk penyaluran emosia yang efektif dan kegiatan menggambar juga dapat sebagai bentuk terapi yang

dan Adriana Parera yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materi, serta selalu mendoakan dan mengingatkan penulis agar menyelesaikan karya tulis

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui risiko yang bersifat dominan dari hasil perhitungan nilai risiko antara lain keruntuhan/terjatuhnya girder dengan nilai