• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KARAKTERISTIK PELAKU USAHA KULTUR JARINGAN SKALA RUMAH TANGGA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA KONSERVASI NOVAN AKBAR PRATAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KARAKTERISTIK PELAKU USAHA KULTUR JARINGAN SKALA RUMAH TANGGA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA KONSERVASI NOVAN AKBAR PRATAMA"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK PELAKU USAHA

KULTUR JARINGAN SKALA RUMAH TANGGA SEBAGAI

SALAH SATU UPAYA KONSERVASI

NOVAN AKBAR PRATAMA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

DKSHE Analysis The Characteristic

Producer Of Tissue Culture In Home Industry To Effort Conservation

By

Novan Akbar Pratama1, Ir. Edhi Sandra , M.Si2

High demand of scarce plants and adorned plants in the market and less concern conservation of gene plasma given occasion to extinct the plants. High demand of scarce plants and adorned plants also stimulated the researcher of tissue culture to find the new simple method of produce tissue culture plant. Finally, the researcher of tissue culture found the tissue culture of home industry in the simple method. The new find give us more benefit not only in financial form but also in conservation of scarce plants.

The researcher used primary data and secondary data. Observation of data, carried at February 2009 until june 2009 in tissue culture lab, Agricultural Institute of Bogor. To collect the data, researcher used direct interview and indirect interview with the producer of tissue culture in home industry. The number of researcher respondents being sample are 80 persons. Researcher used purposive method in this research.

From the data, researcher find the financial capital factor is not more significant than high quality of human resources that gain 59% of influence. In significant test showing that three independent variables is influence as significant concerning the producer, to made the decision of his exertion. The three variables are long standing variable, education variable, and income variable. Not related variables of tissue culture in home industry are age variable and sex variable.

The result of analyst logistic regression with five variables, showing that three variables (long standing variable, education variable, and income variable) are have a powerful influence in producer of tissue cultural home industry. The other way showing that age variable and sex variable are have not significant influence. In addition to the factors have significant influence, the production of tissue cultural in home industry face failure not only causes by financial capital but also by source of high quality of human resources.

1

Student of Forest Resources Conservation and Ecotourism Department, Faculty of Forestry IPB

2

Lecturer of Forest Resources Conservation and Ecotourism Department, Faculty of Forestry IPB

INTRODUCTION

METHOD

RESULT AND DISCUSSION

(3)

RINGKASAN

NOVAN AKBAR PRATAMA. E34102075. Analisis Karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya konservasi. Dibimbing oleh Ir. Edhi Sandra, M.Si.

Semakin meningkatnya permintaan pasar akan tanaman hias dan langka serta kurangnya perhatian pada pelestarian plasma nutfah menyebabkan lenyapnya sumber genetik dalam jumlah yang cukup besar terutama bagi tanaman-tanaman yang tidak mantap atau belum jelas pemasarannya seperti tanaman-tanaman langka. Pelestarian secara konvensional membutuhkan tenaga dan biaya yang cukup besar.Teknik kultur jaringan merupakan alternatif untuk penyimpanan plasma nutfah dalam bentuk jaringan atau organ tanaman di laboratorium, sehingga pelestarian plasma nutfah dapat lebih efisien. Dengan adanya kultur jaringan skala rumah tangga ini diharapkan kebutuhan akan finansial masayarakat terpenuhi dan secara tidak langsung dapat menekan angka pencurian tanaman hutan baik tanaman hias maupun langka dan juga merupakan usaha pelestarian plasma nutfah.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya dilihat dari karakteristik pengusaha tersebut, (2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di Lab Kultur Jaringan Tumbuhan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Data bersumber dari beberapa responden. Responden yang digunakan untuk mengetahui analisis karakteristik pelaku usaha kultur jaringan skala rumah tangga terdiri dari pengusaha kultur jaringan yang telah mengikuti pelatihan kultur jaringan skala rumah tangga. Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah 80 orang. Pengambilan sample 80 orang menggunakan metode purposive sample dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan sulitnya mendapatkan responden dikarenakan masih jarang yang melakukan pengusahaan kultur jaringan skala

(4)

rumah tangga. Data yang didapat dianalisa dalam bentuk deskriptif dan kuantitatif. Data dianalisis secara kualitataif menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil analisis regresi logistik dengan memasukkan lima variabel diketahui terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringannya. Ketiga variabel tersebut yaitu variabel lama usaha, pendidikan terakhir dan pendapatan.Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan melanjutkan usahanya yaitu variabel jumlah umur dan jenis kelamin.

Model regresi logistik yang terbentuk untuk menggambarkan keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya adalah: -12,23 + 0,0416 Jenis kelamin (P/L) - 0,0027 Usia (Tahun) + 2,9097 Pendidikan terakhir (SMU/SMK,Diploma,Sarjana) + 1,3656 Lama usaha (Tahun) + 2,06 Pendapatan. Pengujian kelayakan model tersebut, dapat dilihat nilai -18.087 log Likelihood yaitu menghasilkan statistik G sebesar 57.933 dan nilai p–

value sebesar 0.000. Nilai p-value lebih kecil dari α = 0.1, sehingga dapat

disimpulkan paling sedikit terdapat βi ≠ 0

Nilai Log Likelihood sebesar -18.087 maka model tersebut dapat dikatakan sudah baik. Pengujian kebaikan model dapat dilihat juga dari nilai Somers’ D, Goodman-Kruskal Gamma dan Kendall’s Tau-a merupakan ringkasan asosiasi tabel cocordant dan discordant yang bernilai 0-1. Komponen nilai tersebut menjelaskan bahwa semakin mendekati nilai satu (nilai 1), maka model sudah dikatakan baik. Nilai yang diperoleh yaitu Somers’ D 0.92, Goodman-Kruskal Gamma 0.92 dan Kendall’s Tau-a 0.37. Berdasarkan nilai ringkasan tersebut antara 0.37 sampai 0.92 yang mendekati nilai satu dapat dikatakan bahwa daya prediksi model yang didapatkan sudah baik.

Faktor modal tidak terlalu signifikan jika di bandingkan dengan SDM pengkultur yang mencapai 59%.Selain itu pemasaran juga berpengaruh dalam pengusahaan kultur jaringan dalam segi bisnis yang mencapai 30%.

(5)

SUMMARY

AKBAR NOVAN PRATAMA. E34102075. Perpetrator Characteristics Analysis of Tissue Culture Household Scale as one of the conservation effort. Guided by Ir. Edhi Sandra, M.Si.

The increasing market demand for ornamental and rare plants and the lack of attention to the gene plasma conservation of genetic resources led to the disappearance of large quantities especially for plants that are not yet clearly established or marketing as rare plants. Conventional preservation requires energy and more cost .technique of tissue culture is an alternative to storing gene plasma in the form of plant tissue or organ in the lab, so that the gene plasma preservation can be more efficient. Given the scale of tissue culture is expected to household financial needs of the community are met and can indirectly pressing either the theft of forest plants and rare plants and also the gene plasma conservation efforts.

This study aims to (1) analyze the factors that significantly influence the business decision-scale tissue culture households to remain in business seen from the characteristics of these entrepreneurs, (2) Determine factors affecting business success rate scale tissue culture households .The study was conducted in February 2009-June 2009 in Plant Tissue Culture Lab, Department of Forest Resources Conservation, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University.

Data derived from several respondents. Respondents who used to know the analysis of business characteristics scale tissue culture of households consisting of entrepreneurs who have tissue culture tissue culture training household scale. The number of sampled respondents is 80 people. Decision of 80 samples using purposive sample method due to time constraints, cost and difficulty of getting the respondents are still rare due to the scale tissue culture cultivation households. The data obtained were analyzed in the form of descriptive and quantitative. Qualitative analyzed data using logistic regression analysis.

The results of logistic regression analysis by including the five unknown variables are the three free variables are real or significant impact on business decision-scale tissue culture households to remain in business network culture.

(6)

These three variables are the variables of business a long time, income variable and education variable, the variables that does not have real impact on the decision to continue his efforts variable amount of age and gender. Logistic regression model was formed to describe the entrepreneur's decision-scale tissue culture households to remain in business is: -12.23 + 0.0416 Gender (P / L) - 0.0027 Age (Years) + 2.9097 last Education ( Senior High School / Senior Vocational School, Diploma, Bachelor) + 1.3656 duration efforts (Year) + 2.06 Income. Testing the feasibility of the model, can be seen the value of Log Likelihood -18,087, to produce statistics for 57,933 G and the value of p-value for 0000. The p-value smaller than α = 0.1, so it can be concluded there are at least βi ≠ 0

Log Likelihood value of -18,087 for the model can be said is good. Good test model can be seen also from the value of Somers' D, Goodman-Kruskal Gamma and Kendall's Tau-a is a summary table cocordant associations and discordant value 0-1. Component values explains that getting closer to the value of one (1 value), then the model is well said. The value obtained is Somers' D 0.92, Goodman-Kruskal Gamma 0.92 and Kendall's Tau-a 0:37. Based on these summary values between 0:37 to 0.92 which approaches the value one can say that the model predictions are well earned.

Capital factor is not too significant when compared with that achieved human resources 59%. In addition, marketing is also influential in the tissue culture business in business terms that reached 30%.

Keywords: Plasma cum, logistic regression, purposive sample method.

(7)

RINGKASAN

NOVAN AKBAR PRATAMA. E34102075. Analisis Karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya konservasi. Dibimbing oleh Ir. Edhi Sandra, M.Si.

Semakin meningkatnya permintaan pasar akan tanaman hias dan langka serta kurangnya perhatian pada pelestarian plasma nutfah menyebabkan lenyapnya sumber genetik dalam jumlah yang cukup besar terutama bagi tanaman-tanaman yang tidak mantap atau belum jelas pemasarannya seperti tanaman-tanaman langka. Pelestarian secara konvensional membutuhkan tenaga dan biaya yang cukup besar.Teknik kultur jaringan merupakan alternatif untuk penyimpanan plasma nutfah dalam bentuk jaringan atau organ tanaman di laboratorium, sehingga pelestarian plasma nutfah dapat lebih efisien. Dengan adanya kultur jaringan skala rumah tangga ini diharapkan kebutuhan akan finansial masayarakat terpenuhi dan secara tidak langsung dapat menekan angka pencurian tanaman hutan baik tanaman hias maupun langka dan juga merupakan usaha pelestarian plasma nutfah.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya dilihat dari karakteristik pengusaha tersebut, (2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di Lab Kultur Jaringan Tumbuhan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Data bersumber dari beberapa responden. Responden yang digunakan untuk mengetahui analisis karakteristik pelaku usaha kultur jaringan skala rumah tangga terdiri dari pengusaha kultur jaringan yang telah mengikuti pelatihan kultur jaringan skala rumah tangga. Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah 80 orang. Pengambilan sample 80 orang menggunakan metode purposive sample dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan sulitnya mendapatkan responden dikarenakan masih jarang yang melakukan pengusahaan kultur jaringan skala

(8)

rumah tangga. Data yang didapat dianalisa dalam bentuk deskriptif dan kuantitatif. Data dianalisis secara kualitataif menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil analisis regresi logistik dengan memasukkan lima variabel diketahui terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringannya. Ketiga variabel tersebut yaitu variabel lama usaha, pendidikan terakhir dan pendapatan.Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan melanjutkan usahanya yaitu variabel jumlah umur dan jenis kelamin.

Model regresi logistik yang terbentuk untuk menggambarkan keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya adalah: -12,23 + 0,0416 Jenis kelamin (P/L) - 0,0027 Usia (Tahun) + 2,9097 Pendidikan terakhir (SMU/SMK,Diploma,Sarjana) + 1,3656 Lama usaha (Tahun) + 2,06 Pendapatan. Pengujian kelayakan model tersebut, dapat dilihat nilai -18.087 log Likelihood yaitu menghasilkan statistik G sebesar 57.933 dan nilai p–

value sebesar 0.000. Nilai p-value lebih kecil dari α = 0.1, sehingga dapat

disimpulkan paling sedikit terdapat βi ≠ 0

Nilai Log Likelihood sebesar -18.087 maka model tersebut dapat dikatakan sudah baik. Pengujian kebaikan model dapat dilihat juga dari nilai Somers’ D, Goodman-Kruskal Gamma dan Kendall’s Tau-a merupakan ringkasan asosiasi tabel cocordant dan discordant yang bernilai 0-1. Komponen nilai tersebut menjelaskan bahwa semakin mendekati nilai satu (nilai 1), maka model sudah dikatakan baik. Nilai yang diperoleh yaitu Somers’ D 0.92, Goodman-Kruskal Gamma 0.92 dan Kendall’s Tau-a 0.37. Berdasarkan nilai ringkasan tersebut antara 0.37 sampai 0.92 yang mendekati nilai satu dapat dikatakan bahwa daya prediksi model yang didapatkan sudah baik.

Faktor modal tidak terlalu signifikan jika di bandingkan dengan SDM pengkultur yang mencapai 59%.Selain itu pemasaran juga berpengaruh dalam pengusahaan kultur jaringan dalam segi bisnis yang mencapai 30%.

(9)

SUMMARY

AKBAR NOVAN PRATAMA. E34102075. Perpetrator Characteristics Analysis of Tissue Culture Household Scale as one of the conservation effort. Guided by Ir. Edhi Sandra, M.Si.

The increasing market demand for ornamental and rare plants and the lack of attention to the gene plasma conservation of genetic resources led to the disappearance of large quantities especially for plants that are not yet clearly established or marketing as rare plants. Conventional preservation requires energy and more cost .technique of tissue culture is an alternative to storing gene plasma in the form of plant tissue or organ in the lab, so that the gene plasma preservation can be more efficient. Given the scale of tissue culture is expected to household financial needs of the community are met and can indirectly pressing either the theft of forest plants and rare plants and also the gene plasma conservation efforts.

This study aims to (1) analyze the factors that significantly influence the business decision-scale tissue culture households to remain in business seen from the characteristics of these entrepreneurs, (2) Determine factors affecting business success rate scale tissue culture households .The study was conducted in February 2009-June 2009 in Plant Tissue Culture Lab, Department of Forest Resources Conservation, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University.

Data derived from several respondents. Respondents who used to know the analysis of business characteristics scale tissue culture of households consisting of entrepreneurs who have tissue culture tissue culture training household scale. The number of sampled respondents is 80 people. Decision of 80 samples using purposive sample method due to time constraints, cost and difficulty of getting the respondents are still rare due to the scale tissue culture cultivation households. The data obtained were analyzed in the form of descriptive and quantitative. Qualitative analyzed data using logistic regression analysis.

The results of logistic regression analysis by including the five unknown variables are the three free variables are real or significant impact on business decision-scale tissue culture households to remain in business network culture.

(10)

These three variables are the variables of business a long time, income variable and education variable, the variables that does not have real impact on the decision to continue his efforts variable amount of age and gender. Logistic regression model was formed to describe the entrepreneur's decision-scale tissue culture households to remain in business is: -12.23 + 0.0416 Gender (P / L) - 0.0027 Age (Years) + 2.9097 last Education ( Senior High School / Senior Vocational School, Diploma, Bachelor) + 1.3656 duration efforts (Year) + 2.06 Income. Testing the feasibility of the model, can be seen the value of Log Likelihood -18,087, to produce statistics for 57,933 G and the value of p-value for 0000. The p-value smaller than α = 0.1, so it can be concluded there are at least βi ≠ 0

Log Likelihood value of -18,087 for the model can be said is good. Good test model can be seen also from the value of Somers' D, Goodman-Kruskal Gamma and Kendall's Tau-a is a summary table cocordant associations and discordant value 0-1. Component values explains that getting closer to the value of one (1 value), then the model is well said. The value obtained is Somers' D 0.92, Goodman-Kruskal Gamma 0.92 and Kendall's Tau-a 0:37. Based on these summary values between 0:37 to 0.92 which approaches the value one can say that the model predictions are well earned.

Capital factor is not too significant when compared with that achieved human resources 59%. In addition, marketing is also influential in the tissue culture business in business terms that reached 30%.

Keywords: Plasma cum, logistic regression, purposive sample method.

(11)

ANALISIS KARAKTERISTIK PELAKU USAHA

KULTUR JARINGAN SKALA RUMAH TANGGA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA KONSERVASI

NOVAN AKBAR PRATAMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya konservasi.

Nama : Novan Akbar Pratama NIM : E34102075

Menyetujui: Pembimbing

NIP. 196610191993031002 Ir. Edhi Sandra, M.Si.

NIP. 131 612 471

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan IPB,

NIP. 131 578 788 Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr

(13)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga sebagai salah Satu Upaya Konserasi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing Ir. Edhi Sandra, M.Si dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2009

Novan Akbar Pratama NRP E34102075

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 15 Juni 1984 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Nurcholish dan Nurjannah. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 103 Jakarta kemudian diterima sebagai mahasiswa di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di lembaga kemahasiswaan di lembaga kemahasiswaan sebagai anggota AFSA (Asean Forestry Students

Association), UKF (Uni Conservation of Animal). Penulis juga aktif di luar

lingkup IPB sebagai anggota Forum Provesional Marketer Muda angkatan 10 sejak tahun 2008, anggota Tianshi Indonesia sejak tahun 2007.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Karakteristik Pelaku Usaha Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya Konservasi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra M.Si.

(15)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Karakteristik Pelaku Usaha Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya Konservasi” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra M.Si.

Pembibitan merupakan salah bidang yang menunjang sektor kehutanan di Indonesia terutama dalam aspek rehabilitasi lahan, pelestarian dan juga pengusahaan hutan. Oleh sebab itu pertumbuhan dari sektor ini perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang bersangkutan mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga keuangan, sampai pada pelaku bisnis itu sendiri.

Penelitian mengenai Analisis Karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga sebagai salah satu Upaya konservasi ini ditulis sebagai sarana dalam memberikan gambaran awal mengenai peluang usaha yang menunjang pelestarian tanaman hutan, hias, langka serta tanaman komersial.

Demikianlah penelitian mengenai Analisis Karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga sebagai Salah Satu Upaya Konservasi dibuat sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai karakteristik pelaku kultur jaringan skala rumah tangga dan beberapa saran mengenai masalah yang ada dalam usaha kultur njaringan tersebut. Akan tetapi atas segala kekurangannya dalam penulisan skripsi ini penulis memohon maaf sebesar-besarnya.

Bogor, Desember 2009 Penulis

(16)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kajian Kelayakan Invesatasi Usaha ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Kajian Kelayakan Investasi Usaha, terutama kepada :

1. Kedua orang tua penulis atas kasih sayang dan dukungan moril maupun materiil serta ridho yang telah diberikannya selama ini.

2. Ir. Edhi Sandra, MSi. selaku Dosen Pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan.

3. Bapak Akbar, sebagai nara sumber yang telah banyak memberikan masukan dan arahannya.

4. Bapak Rudiansyah, sebagai staf ahli yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan serta bantuan selama penelitian.

5. Sekretariat Program Studi S1 Konservasi Sumberdaya Hutan yang telah banyak membantu.

6. Rekan-rekan seperjuangan di KSH E 39 atas semangat, motivasi dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini.

7. Novianti Pranawati atas semangat dan motivasi yang diberikan untuk penulis. 8. Adik-adiku tercinta (Devina Nissa Zakira, Annisa Ayu Listianing Diah, Arif Fuad

Nurichsan)

9. Teman-teman seperjuangan LID (Rismol, Rusak, Rudy, Firman, Lampe, Marwoto) dan Febri, yang memberi semangat dan juga motivasi kepada penulis.

10. Bapak Udi Kusdinar, Neneng, Wie, Asrie, dan teman-teman seperjuangan (Jumadi, Ulil Amri, Maja) memberi semangat dan juga motivasi kepada penulis. 11. Teman-teman di Centium Computer yang selalu memberikan dorongan pada

penulis.

(17)

13. Rekan-rekan Mahameru Recident yang selalu memotivasi penulis. 14. Terimakasih untuk semua rekan-rekan yang telah mensupport penulis.

Bogor, Desember 2009

(18)

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 1 1.3. Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Perbanyakan Tanaman secara Kultur Jaringan. ... 3

2.1.1. Pengertian Kultur Jaringan... ... 3

2.1.2 Sejarah Budidaya Kultur Jaringan Tumbuhan ... 5

2.1.3. Landasan Kultur Jaringan... ... 6

2.1.4. Tipe-tipe Kultur Jaringan ... 7

2.1.5. Manfaat Kultur Jaringan ... 8

2.1.5.1. Hortikultura ... 9

2.1.5.2. Agronomi ... 10

2.1.5.3. Pemuliaan Tanaman ... 10

2.1.6. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kultur jaringan ... 11

2.1.6.1. Media Kultur ... 11

2.1.6.2. Bahan Tanaman (eksplan) ... 12

2.1.6.3.. Faktor Lingkungan ... 12

2.1.6.3. Zat pengatur Tumbuh ... 13

2.1.7. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 15

2.1.8. Penggunaan Metode Translog ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1.Waktu dan Tempat ... 17

3.2. Alat dan Bahan ... 17

3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan ... 17

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 17

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

3.5.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Karakteristik Pengusaha Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Responden ... 25

(19)

iii

4.1.1. Umur Pengusaha Kultur Jaringan Responden ... 25

4.1.2. Tingkat Pendidikan Pengusaha Kultur Jaringan Responden ... 26

4.1.3. Pendapatan Pengusaha Kultur Jaringan Responden ... 29

4.1.4. Jenis Kelamin Pengusaha Kultur Jaringan Responden ... 29

4.1.5. Lama Usaha Pengusaha Kultur Jaringan Responden ... 30

4.1.6.Minat Pengusaha Kultur Jaringan Responden Akan Mengkultur Tumbuhan Langka ... 31

4.2. Hambatan dalam Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 32

4.2.1. Hambatan Secara Teknis ... 34

4.2.1.1.Kontaminasi ... 34

4.2.1.2. SDM (Sumberdaya Manusia ... 39

4.2.1.3. Modal ... 40

4.2.2. Hambatan Secara Bisnis ... 40

4.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 42

4.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 43

4.3.2. Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Eksistensi Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 46

4.3.3. Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Eksistensi Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(20)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kelompok umur pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga ... 25

2. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 26

3. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan pendapatan...27

4. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan jenis kelamin ... 28

5. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan lama usaha...29

6. Minat pengusaha kultur jaringan responden akan mengkutur tumbuhan langka... ... 30

7.Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan jenis hambatan dalam pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga ... 32

8. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan jenis hambatan teknis ... 33

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga (α = 10%) ... 43

(21)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Diagram kelompok umur pengusaha kultur jaringan

skala rumah tangga ... 26 2. Diagram pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan

tingkat pendidikan ... 27 3. Diagram pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan pendapatan...28 4. Diagram pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan

jenis kelamin ... 29 5. Diagram pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan

lama usaha...30 6. Diagram minat pengusaha kultur jaringan responden akan mengkutur

tumbuhan langka... ... 31 7. Diagram pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan jenis hambatan dalam pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga ... 32 8. Diagram pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan

jenis hambatan teknis ... 33

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuisioner pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga ... 54 2. Hasil analisis regresi logistic keberlanjutan versus jenis kelamin, usia,

pendapatan, lama usaha dan tingkat pendidikan ... 56 3. Data Hasil Wawancara Dengan Responden untuk Analisis Translog

Factor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dalam Pengusahaan

Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga ... 58 4. Data Wilayah Pengambilan Sampel Responden Pengusahaan Kultur

Jaringan Skala Rumah Tangga ... 60

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin meningkatnya permintaan pasar akan tanaman hias dan tanaman langka serta kurangnya perhatian pada pelestarian plasma nutfah menyebabkan lenyapnya sumber genetik dalam jumlah yang cukup besar terutama bagi tanaman-tanaman yang belum jelas pemasarannya seperti tanaman-tanaman langka.

Pelestarian secara konvensional membutuhkan tenaga dan biaya yang cukup besar. Teknik kultur jaringan merupakan alternatif untuk penyimpanan plasma nutfah dalam bentuk jaringan atau organ tanaman di laboratorium, sehingga pelestarian plasma nutfah dapat lebih efisien.

Semakin tingginya tingkat permintaan pasar ini, mendorong peneliti kultur jaringan untuk mencari metode yang sederhana untuk pengusahaan kultur jaringan tumbuhan, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Sampai akhirnya muncul metode kultur jaringan skala rumah tangga yang dalam segi modal tidak terlalu mahal dan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga.

Dengan adanya kultur jaringan skala rumah tangga ini diharapkan kebutuhan akan finansial masyarakat terpenuhi dan secara tidak langsung dapat menekan angka pencurian tanaman hutan baik tanaman hias maupun tanaman langka dan juga merupakan usaha pelestarian plasma nutfah.

Disisi lain kultur jaringan masih memiliki beberapa kelemahan yang diantaranya masalah modal, SDM dan Konservasi. Faktor modal yang dihadapi umumnya pada permodalan awal, sedangkan dalam hal SDM yaitu kekurangan SDM yang terampil dalam teknis pengkulturan hingga menjadi produk kultur jaringan. Untuk masalah konservasi terletak pada erosi genetik akan tetapi menurut Mac Kinnon dalam Alikodra (2000), sistem konservasi dapat dicapai melalui cara berikut (1) menjaga proses dan menopang kehidupan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan, (2) melestarikan keanekaragaman plasma nutfah yang penting bagi program pemuliaan, dan (3) menjamin kesinambungan pendayagunaan spesies dan ekosistem oleh manusia

(24)

2

yang mendukung kehidupan jutaan penduduk pedesaan serta dapat menopang sejumlah besar industri.

Berdasarkan hal-hal diatas dapat dikatakan kultur jaringan penting untuk di kembangkan sehingga perlu dilakukan analisis kerakteristik pelaku usaha kultur jaringan skala rumah tangga.

1.2. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya dilihat dari karakteristik pengusaha tersebut.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga

1.3. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengusaha kultur jaringan tumbuhan untuk menangani kendala-kendala yang dihadapi selama menjalani usahanya sehingga ada keberlanjutan dalan menjalankan usahanya dan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga dilihat dari karakteristik pelaku usaha Keberhasilan kultur jaringan skala rumah tangga ini ikut berperan dalam melestarikan plasma nutfah.

(25)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perbanyakan Tanaman secara Kultur Jaringan 2.1.1. Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe

kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur

(Belanda). Kultur jaringan adalah metode yang sangat diperlukan dalam perbaikan tanaman non-konvensional. Kelebihan lain dari teknik ini, jumlah perolehan tanaman baru hasil kultur jaringan ini banyak, serta lebih aman dari serangan virus dan dalam waktu relatif singkat.

Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas). Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.

Perbanyakan tanaman dengan kultur in vitro telah banyak diusahakan secara komersial di negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa. Pemanfaatan teknologi tersebut untuk pengadaan bibit pada awalnya berdasarkan hasil percobaan Morel tahun 1960 pada anggrek Cymbidium.Dalam waktu yang singkat dari bahan tanaman yang sangat terbatas dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang banyak. Keberhasilan tersebut mendorong dimanfaatkannya in vitro sebagai teknologi perbanyakan yang banyak memberikan keunggulan daripada teknologi konvensional.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Menurut George dan Sherrington (1984) dan Yusnita (2003), kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel,jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut

(26)

4

dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Meskipun pada prinsipnya semua sel dapat ditumbuhkan, sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh seperti anakan atau mata tunas.

Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Penggunaan kultur jaringan untuk pembiakan klonal didasarkan pada anggapan bahwa jaringan secara genetik tetap stabil jika dipisahkan dari tumbuhan induk dan ditempatkan dalam kultur. Pendapat ini sebahagian besar berlaku jika tumbuhan dibiakkan dengan kuncup ketiak atau tunas liar yang secara langsung dipisahkan dari tanaman. Walaupun demikian, apabila tunas terbentuk dari jaringan kalus, sering terjadi penyimpangan (Chaleff, 1984).

Rice et al. (1992) mengatakan bahwa kultur meristem mampu meningkatkan laju induksi dan penggandaan tunas, mampu memperbaiki mutu bibit yang dihasilkan, serta mampu mempertahankan sifat-sifat morfologi yang positif.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sitat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Pierik (1987) menyatakan bahwa dalam upaya perbanyakan melalui kultur jaringan untuk tujuan komersial maka jumlah bibit yang dihasilkan harus dalam jumlah banyak. Produksi bibit dalam jumlah terbatas menyebabkan biaya produksi tinggi karena teknik kultur jaringan memerlukan suatu laboratorium dengan segala perlengkapannya yang membutuhkan biaya tinggi. Dengan demikian, metode perbanyakan yang digunakan merupakan salah satu faktor yang

(27)

5

dapat menentukan keberhasilan baik ditinjau dari segi biaya, kestabilan genetik, dan faktor multiplikasi yang tinggi.

Pada prinsipnya kultur jaringan merupakan dua kegiatan utama: yang pertama yaitu mengisolasi atau memisahkan bagian tanaman dari tanaman induk dan yang ke dua yaitu menumbuhkan dan mengembangkan bagian tanaman tersebut di dalam media yang kondisinya steril dan mampu mendorong pertumbuhan bagian tanaman menjadi tanaman yang sempurna. Dasar dari metode tersebut adalah teori Schwan dan Schleiden yang mempunyai konsep “totipotency” (total genetic potential), yang artinya: setiap sel mempunyai potensi genetik yang menurunkan tanaman baru yang sama seperti induknya, atau setiap sel tanaman akan menjadi tanaman lengkap jika ditumbuhkan pada media yang sesuai. Perbanyakan tanaman melalui metode atau teknik kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman yang serupa dengan induknya atau tanaman yang mempunyai sifat baru dari tanman induknya. Hal ini tergantung dari tujuan dan teknik yang dilakukan. Bagian yang diisolasi dan ditumbuhkan jika berasal dari bagian vegetatif maka akan menghasilkan tanaman yang serupa dengan induknya, sedangkan jika berasal dari bagian generatif maka akan menghasilkan tanaman yang mempunyai sifat berbeda dengan tanaman induknya.

2.1.2 Sejarah Budidaya Kultur Jaringan Tumbuhan

Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah dimulainya pengetahuan kultur jaringan antara lain adalah:

1. Orang yang melakukan kultur jaringan adalah Gottlieb Haberlant pada tahun 1902.

2. Tahun 1904 Hannig melakukan kultur embrio pada tanaman cruciferae. 3. Knudson berhasil mengecambahkan anggrek secara in vitro di tahun

1922, pada tahun yang sama Robbins mengkulturkan ujung akar secara in vitro.

4. Gautheret, nobecourt dan White yang menemukan auxin dan telah berhasil membudidayakan kalus pada tahun 1939.

5. Skoog dkk. telah menemukan sitokinin dan orang pertama yang sukses dalam melakukan kultur jaringan pada tahun 1939.

(28)

6

6. Tahun 1940 Gautheret melakukan ku.ltur jaringan kambim secara in vitro pada tanaman Ulmus untuk study pembentukan tunas adventif.

7. Tahun 1941 Penggunaan air kelapa untuk campuran media dalam kultur

Datura oleh van Overbeek.

8. Pembentukan tunas adventif pertama pada kultur tembakau secara in vitro oleh Skoog pada tahun 1944.

9. Baru pada tahun 1946, tanaman lengkap pertama dapat dihasilkan dari eksplan kultur tunas ujung pada Lupinus dan Tropaeolum oleh Ball.

10. Pada tahun 1950 Ball mencoba menanam jaringan kalus tanaman Sequoia

sempervirens dan dapat menghasilkan organ.

11. Muir berhasil menumbuhkan tanaman lengkap dari kultur sel tunggal pada tahun 1954.

12. Tahun 1955 Miller dkk. Menemukan kinetin yang dapat memacu pembelahan sel.

13. Produksi tanaman haploid pertama dihasilkan oleh Guha pada tahun 1964.

14. Laminar air flow digunakan pertamakali pada akhir tahun 60-an.

15. Power mencoba melakukan penyatuan (fusi) protoplas pertama kali pada tahun 1970.

16. Pada tahun 1971 tanaman lengkap dihasilkan dari eksplan protoplas oleh Takebe.

17. Untuk mendapatkan tanaman yang tahan penyakit, Larkin pada tahun 1981 mengadakan penelitian variasi somaklonal yang pertama kali.

18. Salah satu cara untuk mendapatkan kultuvar unggul adalah dengan melakukan transformasi. Transformasi sel pertama dilakukan oleh Horch pada tahun 1984.

19. Trasformasi tanaman pertama dilakukan oleh IPTC pada tahun 1986. 20. Transformasi wheat oleh Vasil pada tahun 1992.

(29)

7

2.1.3. Landasan Kultur Jaringan

Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:

1. Totipotensi

Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan sesuai. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.

2. Rediferensiasi

Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ baru.

3. Kompetensi

Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu. Cantohnya embrioagenikali kompeten cel adalah kemampuan untuk berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.

2.1.4. Tipe-tipe Kultur Jaringan

Kultur jaringan (tissue culture) sampai saat ini digunakan sebagai suatu istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro yang artinya sebenarnya adalah kultur di dalam gelas. Dalam pelaksanaannya dijumpai beberapa tipe-tipe kultur, yakni:

1. Kultur biji (seed culture)

(30)

8

2. Kultur organ (organ culture)

Merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda,

inflorescentia, buku batang, akar dll. 3. Kultur kalus (callus culture)

Kultur kalus merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.

4. Kultur suspensi sel (suspension culture)

Kultur suspensi sel adalah kultur yang menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.

5. Kultur protoplasma

Eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).

6. Kultur haploid

Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

2.1.5. Manfaat Kultur Jaringan

Pierik (1987) menyatakan bahwa perbanyakan melalui kultur in vitro dapat dikatakan berhasil bila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: 1) tidak merubah sifat genetik pohon induk, 2) seleksi kuat pada bahan tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan agar bebas penyakit, 3) teknik perbanyakan yang tidak terlalu rumit, 4) kemampuan regenerasi yang tetap tinggi, dan 5) ekonomis.

(31)

9

Keuntungan pemanfaatan teknik kultur jaringan, seperti: 1) Pengadaan bibit tidak tergantung musim, 2) Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyakdengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam satu tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit), 3)Bibit yang dihasilkan seragam, 4)Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu), 5)Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah, 6) Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkunganlainnya.

Beberapa kelebihan dapat diambil dari aplikasi kultur jaringan sebagai sarana perbanyakan bibit unggul, di antaranya:

1. Faktor perbanyakan yang sangat tinggi (terutama pada tanaman herba). 2. Dapat dihasilkan setiap waktu tergantung kebutuhan/permintaan.

3. Dapat dihasilkan bibit yang bebas penyakit, sehingga memudahkan apabila dilakukan pertukaran antar negara.

4. Bahan tanaman yang diperlukan dari pohon induk jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perbanyakan secara konvensional.

5. Tempat yang digunakan relatif lebih kecil untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak.

6. Apabila eksplan (bahan tanaman yang ditanam secara kultur jaringan)sudah berhasil dibiakkan dalam botol maka untuk selanjutnya bibit dapat diproduksi secara besar-besaran.

Kultur jaringan tumbuhan sangat berperan pada beberapa bidang, seperti hortikultura, agronomi dan pemuliaan tanaman.

2.1.5.1. Hortikultura.

Kultur jaringan sudah diakui sebagai metode baru dalam perbanyakan tanaman. Tanaman yang pertama berhasil diperbanyak secara besar-besaran melalui kultur jaringan adalah tanaman anggrek, menyusul berbagai tanaman hias, sayuran, buah-buahan, pangan dan tanaman hortikultura lainnya. Selain itu juga saat ini telah dikembangkan tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan melalui teknik kultur jaringan. Terutama untuk tanaman yang secara ekonomi menguntungkan untuk diperbanyak melalui kultur jaringan, sudah banyak dilakukan secara industrial. Namun ada beberapa tanaman yang tidak

(32)

10

menguntungkan bila dikembangkan dengan kultur jaringan, misalnya: kecepatan multiplikasinya terlalu rendah, terlalu banyak langkah untuk mencapai tanaman sempurna atau terlalu tinggi tingkat penyimpangan genetik.

Dalam bidang hortikultura, kultur jaringan sangat penting untuk dilakukan terutama pada tanaman-tanaman yang:

1. Prosentase perkecambahan biji rendah.

2. Tanaman hibrida yang berasal dari tetua yang tidak menunjukkan male

sterility.

3. Tanaman hibrida yang mempunyai keunikan di salah satu organnya (bentuk atau warna bunga, buah, daun, batang dll).

4. Perbanyakan pohon-pohon elite dan/atau pohon untuk batang bawah.

5. Tanaman yang selalu diperbanyak secara vegetatif, seperti: kentang, pisang, stroberry dll.

2.1.5.2. Agronomi

Kultur jaringan sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen. Dengan metode ini dapat dipilih bagian atau sel-sel yang tidak mengandung sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus dan menumbuhkan sel-sel tersebut serta meregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang sehat. Secara konvensional tidak ada cara yang efektif untuk menghilangkan virus dari bahan tanaman. Kultur meristem yang disertai perlakuan temperatur 38-40oC selama beberapa waktu, dapat menghilangkan virus dari bahan tanaman. Bahan yang bebas patogen ini juga memudahkan pertukaran plasma nutfah internasional.

Seleksi tanaman merupakan kegiatan agronomi yang telah ada sejak manusia mulai membudidayakan tanaman. Pada metode konvensional, seleksi tanaman memerlukan jumlah tanaman yang banyak sekali pada lahan yang luas, dengan pemeliharaan yang intensif serta waktu yang lama. Dengan berkembangnya kultur jaringan, ditemukan hasil yang tidak terduga. Dalam kultur yang membentuk sel-sel bebas, terjadi variasi somaklonal dalam hal morfologi, produksi, pola pertumbuhan dan resistensi terhadap penyakit. Dengan media seleksi, beberapa lini-lini sel ini dapat dibedakan dari sel-sel lini yang biasa dalam beberapa petri-dish.

(33)

11

2.1.5.3. Pemuliaan tananaman

Dalam bidang pemuliaan tanaman yang komersial, banyak ditemui kegagalan pembentukan embrio yang viable. Kegagalan disebabkan oleh hambatan pada polinasi, pertumbuhan pollen-tube, fertilisasi dan perkembangan embrio atau endosperm. Setelah kultur protoplasma berkembang, diharapkan hambatan ini dapat dikurangi dengan metode fusi protoplasma atau injeksi organel dan sitoplasma dari sel yang satu ke sel lain.

Teknik kultur jaringan dapat diterapkan dalam bidang pemuliaan tanaman terutama untuk mempercepat pencapaian tujuan dan membantu jika cara-cara konvensional menemui rintangan alamiah. Melaui teknik kultur jaringan dapat dilakukan manipulasi sebagai berikut:

1. Manipulasi jumlah kromosom melalui bahan kimia atau meregenerasikan jaringan tertentu dalam tanaman seperti: endosperma yang mempunyai kromosom 3n.

2. Tanaman haploid dan double haploid yang homogeneous melalui kultur anther atau mikrospora.

3. Polinasi in vitro dan pertumbuhan embrio yang secara normal abortif.

4. Hibridisasi somatik melalui teknik fusi protoplasma baik intraspesifik maupun interspesifik.

5. Variasi somaklonal.

6. Transfer DNA atau organel untuk memperoleh sifat tertentu.

2.1.6. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kultur jaringan

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam teknik kultur jaringan

(in-vitro). Faktor-faktor tersebut antaralain : 2.1.6.1. Media Kultur

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang

(34)

12

dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

Mata rantai pertama dalam pelaksanaan kultur in vitro adalah persiapan media tanam. Dalam media diberikan berbagai garam mineral, air, gula, asam amino, zat pengatur tumbuh, pemadat media untuk pertumbuhan dan perkembangan, serta kadang-kadang arang aktif untuk mengurangi efek penghambatan dari persenyawaan polifenol (warna coklat-hitam) yang keluar akibat pelukaan jaringan pada jenis-jenis tanaman tertentu, Gula, asam amino, dan vitamin ditambahkan karena eksplan yang ditanam tidak lagi sepenuhnya hidup secara autotrof (hidup dari bahan-bahan anorganik dari alam). Dalam kultur in vitro, segmen tanaman hidup secara heterotrof (mendapat suplai bahan organik) (Gunawan, 1995).

Media kultur adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan sumber bahan tanaman menjadi bibit. Media kultur terdiri dari garam anorganik, sumber energi (karbon), vitamin, dan zat pengatur tumbuh. Selain itu, dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya. 2.1.6.2. Bahan Tanaman (eksplan)

Eksplan adalah sisik (scale) yang diisolasi dari umbi dewasa. Eksplan merupakan bagian tanaman yang akan dikulturkan. Eksplan dapat berasal dari meristem, tunas, batang, anter, daun, embrio, hipokotil, biji, rhizome, bulbil, akar atau bagian-bagian lain. Ukuran eksplan yang digunakan bervariasi dari ukuran mikroskopik (±0,1 mm) sampai 5 cm. Jenis eksplan akan mempengaruhi morfogenesis suatu kultur in-vitro (Wattimena et.al., 1992)

2.1.6.3.. Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan kultur jaringan antara lain pH, kelembaban, cahaya dan temperatur. Faktor lingkungan tersebut berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan diferensiasi. Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif sempit, yaitu 5,0 - 6,0. Bila ekspian mulai tumbuh, pH dalam kultur umumnya akan naik apabila nutrien habis terpakai. Senyawa phospat dalam media kultur mempunyai peran yang penting dalam menstabilkan pH. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter atau dengan

(35)

13

kertas pH, Bila pH medium rnasih kurang dari normal dapat ditambahkan KOH, sedangkan apabila pH-nya melampui batas normal maka dapat dinetralkan dengan HCL.

Beberapa kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan fase-fase gas mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam kultur in vivo, karena faktor-faktor tersebut diduga mempunyai pengaruh yang penting pada bagian tanaman dalam mikropropagasi. Mikropropagasi adalah penggunaan eksplan atau organ tumbuhan untuk tujuan percambahan/pengklonan anak benih menggunakan teknik kultur tisu.

2.1.6.3. Zat Pengatur Tumbuh

Dalam kultur jaringan sangat diperlukan zat pengatur tumbuh untuk merangsang pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ (Gunawan, 1987). Zat pengatur tumbuh pada kultur jaringan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis kultur sel, organ, dan jaringan. Jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih besar dibanding auksin maka tunas akan tumbuh (Gunawan,1987).

Pemberian zat pengatur tumbuh tanaman untuk pertumbuhan akar, tunas, batang dan bunga membutuhkan konsentrasi optimum. Konsentrasi yang lebih rendah dari optimum kurang efektif, tetapi lebih dari optimum akan menghambat bahkan bila berlebihan akan mematikan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia maka ditemukan banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). Tentang senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore (2) mencirikannya sebagai berikut:

1. Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< ImM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

(36)

14

2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman.

3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah sitokinin dan auksin. Sitokinin yang biasa digunakan 6-Benzil Amino Purin (BAP) dan kinetin, sedang auksin yang digunakan adalah IAA, NAA dan IB A. Zat pengatur

tumbuh ini diperlukan untuk pertumbuhan eksplan. Menurut Hendaryono dan Wijayanti (1994) pembentukan kalus, jaringan kuncup dan jaringan akar ditentukan oleh penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat baik macam maupun konsentrasinya.

Penggunaan hormon tumbuh diperlukan untuk pengembangan dan penumbuhan planlet, namun produksi in vivo hormon tersebut belum cukup sehingga perlu penambahan ZPT ke dalam media kultur.

Menurut Suryowinoto (1996), penggunaan kombinasi beberapa ZPT akan mempercepat dan meningkatkan hasil induksi tunas daun dalam kultur. Pierik (1987) menyatakan bahwa pertumbuhan kalus tidak terlepas dari media tanam yang dilengkapi dengan unsur-unsur hara dan zat pengatur tumbuh. 2.3. Zat Pengatur Tumbuh BAP

BAP adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang berperan anjara lain dalam pembelahan sel dan morfogenesis sedangkan NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang mampu mengatur berbagai proses pertumbuhan dan pemanjangan sel (George dan Sherrington, 1984).

Menurut Heddy (1986), hormon pengatur tumbuh BAP, walaupun dengan konsentrasi rendah, dapat mengatur proses fisiologis tumbuhan. Hal ini disebabkan hormon pengatur tumbuh dipengaruhi oleh asam nukleat sehingga langsung mempengaruhi sintesis protein dan mengatur aktivitas enzim. Menurut Kusumo (1984), zat pengatur tumbuh sitokinin berperanan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedang auksin berperanan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Pemanjangan sel, pembelahan sel, morfogenesis dan pengaturan

(37)

15

pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam pembetukan kalus dan selanjutnya diikuti pembentukan tunas.

2.1.7. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga

Kultur jaringan ini dapat dilakukan diluar laboratorium dalam hal ini dapat dilakukan di rumah kita sendiri dengan biaya yang tidak mahal, orang awam pun dapat melakukannya setelah mengikuti pelatihan-pelatihan kultur jaringan ini. Kebanyakan kendala pengusahaan ini terdapat dalam proses sterilisasi. Sering didapatkan eksplan sudah kelihatan tumbuh tetapi masih terkontaminasi bakteri.

Proses sterilisasi eksplan sebelum ditanam, misalkan pada batang yang bermata tunas, potongan batang bermata tunas dicuci dengan air mengalir dan deterjen. Kemudian di-shaker dalam larutan fungisida dan dibilas dengan air stern. Dilanjutkan direndam larutan fungisida, dibilas air stern sampai bersih. Ketiga langkah itu dilakukan masing-masing 30 menit. Terakhir direndam dalam larutan alkohol 70% sambil digoyang dan dibilas 5 kali dengan air.

Proses kultur jaringan skala rumah tangga mengapa dikatakan lebih murah karena bisa menggunakan peralatan yang terjangkau. Semisal Laminar air flow, semacam kotak stern, bisa diganti dengan incase yang bisa dipesan pada tukang kaca. Autoclaf bisa diganti dengan panci presto, asalkan suhunya bisa melebihi 100 °C. Penggunaan media padat tak perlu mesin shaker. Kalau menggunakan media beli jadi, tak perlu timbangan dan alat ukur. Perlengkapan botol juga bisa diganti. Namun perlu ruang sejuk untuk menyimpan kultur yang sudah diisolasi. Bagi pemula bisa memanfaatkan kamar ber-AC. Proses kerja dasar kultur jaringan tumbuhan skal rumah tangga ini bisa dipelajari hanya dalam satu hari, selebihnya lewat praktik langsung.

Tahapan kultur jaringan tumbuhan skala rumah tangga secara singkat sebagai berikut:

1. Media masak masuk botol, dimasukkan ke autoclaf selama 1 jam. Pastikan steril sampai 3 hari.

2. Alat yang hendak digunakan disterilisasi dulu dalam autoclaf.

3. Sterilisasi alat, kalau menggunakan laminar, letakkan dalam laminar tertutup dan lampu UV menyala sejam.

(38)

16

5. Bahan dan alat disemprot alkohol.

6. Memotong bahan eksplan dari induk yang sehat.

7. Sterilisasi dan pemotongan eksplan diluar dan di dalam alat kerja (laminar atau in case).

8. Eksplan ditanam, gunakan pinset yang telah dibakar api bunsan dan

dicelup air steril. Mulut botol juga dibakar api bunsan. 9. Botol diletakkan di ruangan steril bersuhu sejuk sampai siap dimultifikasi

lewat jalan stek mikro.

4. Penggunaan Metode Translog (regresi logistik)

Faktor-faktor yang mempengeruhi eksistensi pengusahaan kultur jaringan Skala Rumah Tangga akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hosmer dan Lemeshow dalam Saphira (2003) mendefinisikan metode regresi logistik adalah suatu metode analisis statistika yang mendeskripsikan hubungan antara peubah respons yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval. ). Regresi logistik biner (binary logistik regression) digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen X1,X2,…,Xk terhadap variabel dependent Y.

Penggunaan metode regresi logistik ini merupakan analisis kualitatif untuk mendukung analisis secara deskriptif . Pada dasarnya, pemanfaatan regresi logistik sudah banyak digunakan untuk menganalisis prilaku konsumen, perusahaan dalam pengambilan keputusan. Penggunaan metode regresi logistik dalam penelitian mengenai pengambilan keputusan dalam hal pengusahaan kultur jaringan belum banyak dilakukan, akan tetapi banyak penelitian sejenis hanya berbeda produk maupun bidang yang di jadikan penelitian. Penellitian sejenis yang menggunakan metode ini antara lain Analisis Manfaat dan Faktor-aktor yang Mempengaruhi “Keputusan Petani terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan”, “Analisis Karakteristik Konsumen Juice Belimbing

Picco” dsb. Namun aplikasi metode regresi logistik untuk analisis karakteristik

(39)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden pelaku usaha kultur jaringan skala rumah tangga

3.2 Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu perangkat keras berupa seperangkat komputer dan perangkat lunak menggunakan MINITAB

release 14.1 untuk pengolahan data statistik dan Microsoft Excell 2007. 3.3. Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan merupakan data hasil wawancara yang berupa:

1. Data pribadi responden (jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan,pengalaman usaha)

2. Kendala- kendala dalam pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga.

3. Faktor-faktor yang mempegaruhi pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga.

Data sekunder yang dikumpulkan adalah literatur yang digunakan untuk mendukung data lapangan dan analisis data.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan bersumber dari data wawancara. Wawancara dilakukan kepada pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengenali lebih dalam mengenai kultur jaringan tumbuhan skala rumah tangga yang didapat melelui literatur-literatur yang didapat melalui media-media informasi seperti: perpustakaan,website.

(40)

18

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap beberapa pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga yang mengikuti pelatihan kultur jaringan yang berasal dari Jakarta, Depok, Bogor, Banjarmasin, beberapa wilayah di Sumatera, Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang meliputi:

a. Aspek-aspek apa saja yang berpengaruh dalam pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga

b. kendala apa saja yang dialami selama menjalankan usaha kultur jaringan c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tesebut

Teknik wawancara pada pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga dilakukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk kuesioner. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran (1).

Wawancara dengan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk memperoleh informasi mengenai data pengusaha tersebut, hambatan kendala usaha untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi keputusan untuk tetap melanjutkan usaha kultur jaringan skala rumah tangga. Pencarian informasi mencakup karakteristik pengusaha responden, minat atau motivasi, kendala-kendala dalam pelaksanaan pengkulturan serta pendapatan selama menjalani pengusahaan kultur jaringan.

Data sekunder bersumber dari penelitian terdahulu, studi literatur di perpustakaan IPB yang mencakup skripsi, buku-buku dan majalah yang berkaitan dengan kegiatan usaha kultur jaringan skala rumah tangga. Responden yang digunakan untuk mengetahui eksistensi pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga terdiri dari pengusaha kultur jaringan yang telah mengikuti pelatihan kultur jaringan skala rumah tangga. Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah 80 orang, dapat dilihat pada lampiran (4). Pengambilan sampel 80 orang menggunakan metode purposive dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan sulitnya mendapatkan responden dikarenakan masih jarang yang melakukan pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga.

Responden yang dipilih berasal dari berbagai latar belakang dan lokasi yang berbeda. Jumlah responden pengusaha kultur jaringan yang diambil

(41)

19

diharapkan dapat menggambarkan kondisi usaha kultur jaringan skala rumah tangga yang ada saat ini.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya akan diolah untuk dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mampengaruhi eksistensi dari pengusahaan kultur jaringan.

3.5.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Pengusahaan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga

Faktor-faktor yang mempengeruhi eksistensi pengusahaan kultur jaringan Skala Rumah Tangga akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hosmer dan Lemeshow (1982) dalam Saphira (2003) mendefinisikan metode regresi logistik adalah suatu metode analisis statistika yang mendeskripsikan hubungan antara peubah respons yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan computer dengan bantuan program Minitab. Bentuk data yang dikumpulkan merupakan data biner, sehingga jenis penggunaan regresi yang sesuai adalah regresi logit. Binary model merupakan model sederhana untuk regresi dengan variabel tak bebas non metrik (Supranto, 2004). Regresi logistik biner (binary logistik regression) digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen X1,X2,…,Xk terhadap variabel dependent Y.

Responden pada penelitian ini dikategorikan hanya untuk pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga. Keputusan untuk tetap menjalankan usahanya tersebut dianggap sebagai variable dependent atau tak bebas. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga mengambil keputusan berlanjut atau tidak, mencakup motivasi, penilaian dan kebutuhan pribadi masing-masing.

Keadaan ini diduga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pengalaman, tingkat pendidikan, pendapatan. Hal-hal tersebut digunakan karena memberi kontribusi yang besar terhadap sikap individu sebagai pribadi yang berperan

(42)

20

dalam proses pengambilan keputusan untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga.

Analisis faktor-faktor keputusan untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga seperti yang dijabarkan, akan diketahui faktor-faktor penting yang mempengaruhi keputusan untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga tersebut. Model regresi logistik biner ini akan dimasukkan lima variabel independen X atau peubah respons yang diduga berpengaruh terhadap keputusan.

Pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga tersebut. Lima variabel yang dimasukkan tersebut diantaranya adalah:

X1 = Umur : Umur pelaku usaha responden (tahun)

X2 = Pengalaman : Pengalaman menjalankan usaha kultur jaringan skal rumah tangga (tahun)

X3 = Pendidikan : Tingkat pendidikan akhir pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga (SMU= 1, Diploma= 2, PT=3) X4 = Keuntungan : Keuntungan pelaku usaha per bulan

X5 = Jenis kelamin : Laki-laki atau Perempuan

Variabel-variabel diatas sebagian besar diduga memiliki koefisien positif terhadap eksistensi artinya dapat menjadi faktor pendorong yang mempengaruhi keputusan untuk tetap melanjutkan usaha. Nilai yang semakin besar dari suatu variabel maka cenderung peluang pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk menjadi tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga menjadi lebih besar. Akan tetapi ada juga variabel yang berpengaruh negatif terhadap keputusan untuk menjadi tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga. Nilai yang semakin besar variabel yang bersangkutan akan memberikan pengaruh yang menghambat pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya.

Variabel yang diperkirakan mempunyai koefisien positif yaitu variable X1, X2, X3, X4. Nilai yang semakin besar dari variabel tersebut maka akan menjadi peluang pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap menjalankan usahanya. Artinya, semakin tinggi nilai variable independent (X1, X2, X3, X4)

(43)

21

maka menjadi faktor pendorong untuk tetap menjalankan usaha kultur jaringan skala rumah tangga.

Umur diduga mempunyai koefisien positif karena biasanya semakin tinggi umur atau semakin tua seseorang akan semakin matang dalam mengambil keputusan dalam usahanya.

Tingkat pendidikan seseorang yang semakin tinggi akan lebih rasional dalam mengambil keputusan. Pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi akan berpikir dengan menjalin jangka panjang, tidak hanya jangka pendek saja dan itu merupakan salah satu motivasi untuk tetep menjalankan usahanya.

Pengalaman pengusaha kultur jaringan semakin lama berkecimpung dalam dunia kultur jaringan semakin lihai baik dalam hal-hal teknis maupun hal-hal yang menyangkut pemasaran produk.

Tingkat pendapatan yang semakin tinggi dalam pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga ini mendorong pelaku usaha untuk tetap melanjutkan usahanya bahkan memperbesar wilayah usahanya, mungkin dengan menambah tempat untuk pengusahaan kultur jaringan skala rumah tangga. Jenis kelamin diduga berpengaruh negatif terhadap keputusan pengusaha kultur jaringan skala rumah tangga untuk tetap melanjutkan usahanya.

Variabel-variabel independent X tersebut akan berpengaruh terhadap variabel dependent Y. Variabel dependent Y ini mempunyai dua kemungkinan nilai yaitu 1 dan 0. Nilai Y yang dilambangkan dengan 1 = tetap eksis dan 0 = berhenti. Probabilitas pengusaha kultur jaringan melanjutkan usahanya adalah P(Y=1) = pi dan P(Y=0) = 1- pi dengan nilai harapan E(Y) = 1(pi) + 0(1- pi) = pi. Bentuk umum fungsi logit untuk variabel dependen Y, dengan k variabel

independent, yang mempunyai probabilitas pi adalah sebagai berikut :

Logit (pi) =

pi

pi

1

ln

= β0 + β1 Xj1 + β2 Xj2 +…+ βk Xjk ……….... (1)

Dimana : β0 = konstanta, βi = koefisien, xji = prediktor ke-i, dan pi = probabililitas bahwa faktor atau covariate ke-j mempunyai response 1.

Gambar

Tabel 2. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan keuntungan
Tabel 4. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5. Pengusaha kultur jaringan responden berdasarkan lama usaha
+4

Referensi

Dokumen terkait

artikel ini adalah untuk memaparkan perawatan seorang perempuan berusia 17 tahun 10 bulan dengan maloklusi klas II dengan kondisi gigi atas berjejal berat dan kista jinak

Pada perancangan akan dibahas tentang bentuk dan realisasi robot beroda, pengontrol mikro dan sistem kontrol gerak robot beroda menggunakan pengontrol PID, dan kombinasi dua

Pada tabel Hasil Perhitungan Model Summary Regresi Linier Variabel Kualitas Sistem Informasi terhadap Kepuasan Pelanggan terdapat R Square sebesar 0,382 dari koefisien korelasi

Unit Tujuan Tujuan Sasaran Sasaran audit audit (Kegiatan/ (Kegiatan/ Proses yang Proses yang diaudit) diaudit) Auditor Standar/kriteri Auditor Standar/kriteri a yang menjadi a

Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar LCD.. Setiap jenis memori

Guru memandu merangkum isi pembelajaran hari ini menginformasikan garis besar isi kegiatan pada pertemuan berikutnya, yaitu perkalian dan pembagian bilangan bulat (siswa diminta

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 43.. Untuk menganalisis adakah hubungan antara perhatian orang tua dan

Gambar 3.6 menunjukkan peningkatan fluiditas dengan bertambahnya ketebalan rongga, tren peningkatan dapat dilihat pada ketebalan rongga 1.5 mm bahwa logam cair