SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
SELFIANA HERMAN 105331115416
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Selfiana Herman Stambuk : 105331115416
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2020 Yang Membuat Perjanjian
Selfiana Herman NIM: 105331115416
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Selfiana Herman Stambuk : 105331115416
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya. 4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat, dengan penuh kesadaran.
Makassar, Agustus 2020 Yang Membuat Perjanjian
Selfiana Herman NIM: 105331115416
vi MOTTO
“Manusia yang sukses adalah manusia yang mau bersabar dan berusaha Walau itu harus berlari, berjalan, bahkan merangkak sekalipun
Asal jangan pernah berhenti Sukses itu butuh perjuangan…”
~Penulis~
Kupersembahkan karya ini buat: Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii ABSTRAK
Selfiana Herman. 2020. Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono. Skripsi. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh, Rahman Rahim dan Anin Asnidar.
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono.
Peneltian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan teknik baca dan catat. Teknik baca dan catat adalah teknik yang digunakan dengan cara membaca teks tertulis, selanjutnya dicatat yang telah disediakan sesuai permasalahan yang akan dideskripsikan.
Berdasarkan hasil penelitian pertama diperoleh kesimpulan bahwa nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono terdiri dari tiga wujud nilai moral: moral individual, terdiri atas: menerima kenyataan, pantang menyerah, jujur, tanggung jawab siswa terhadap pendidikan, keikhlasan, bekerja keras, kesabaran, teguh pada pendirian, percaya diri, mengakui kesalahan, sadar diri, berjanji, penyesalan. Moral sosial, meliputi: kasih sayang antar teman atau saudara, kasih sayang orang tua kepada anak, tanggung jawab orang tua kepada anak, nasihat orang tua kepada anak, kasih sayang anak kepada orang tua, nasihat antar teman atau saudara, berbagi atau memberi, berterima kasih, tolong menolong, peduli sesama, rela berkorban, berbakti kepada orang tua, menghargai, sopan santun, tidak memaksakan kehendak, menghormati. Serta moral religi, terdiri dari: bersyukur kepada Tuhan, memanjatkan doa, berserah diri kepada Tuhan, memuji keagungan Tuhan.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Sebagai manusia ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala, sudah sepatutnyalah peneliti memanjatkan ke hadirat-Nya atas segala kelimpahan rahmat dan karunia serta kenikmatan yang diberikan kepada peneliti berupa nikmat iman, nikmat kesehatan, nikmat waktu, nikmat alam. Nikmat Allah itu sangat banyak dan berlimpah. Bahkan jika peneliti ingin melukiskan nikmat Allah Subhanahu Wata’ala menggunakan semua ranting pohon yang ada di dunia sebagai penanya dan seluruh air dilautan sebagai tintanya, maka semua ranting-ranting pohon dan air di lautan akan habis dan belum cukup untuk menuliskan nikmat-Nya yang senantiasa berbuat baik dan bermanfaat.
Shalawat serta salam tak lupa pula peneliti ucapkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya yang senantiasa berpegang teguh terhadap ajaran sunnahnya hingga akhir zaman. Manusia yang menjadi sang revolusioner islam yang telah menggulung tikar-tikar kebatilan dan membentangkan permadani-permadani islam hingga saat ini. Nabi yang telah membawa misi risalah islam sehingga peneliti dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Sehingga, kejahiliyaan tidak dirasakan oleh umat manusia di zaman yang serba digital ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian pendidikan pada program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasssar. Skripsi ini juga
ix
disusun agar dapat memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai nilai moral yang terdapat pada novel Selembar Itu Berarti.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Pada kesempatan ini segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang teramat tulus dari relung hati yang paling dalam dipersembahkan kepada kedua orang tua Ayahanda Herman dan Ibunda Sarnawiah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan dan mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Serta keluarga lainnya yang telah memberi dukungan, motivasi dan sumbangsinya selama peneliti menuntut ilmu.
Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika tidak adanya keterlibatan dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan arahannya. Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dr. A. Rahman Rahim, M. Hum., selaku pembimbing I dan Anin Asnidar, S. Pd., M. Pd., selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, semangat, serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., selaku rektor Univeritas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, serta Ibunda Dr. Munirah, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
x
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali peneliti dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga peneliti ucapkan kepada teman-teman seperjuanganku terkhusus Fatimah, Sunarti, Rasdiana Rahman, Nur Rahmah Alfiyyah Ulfa, Sri Ayu Warsari, Selviana Putri dan Dewi Rezkyana Bahtiar karena telah berpartisipasi dan selalu menemaniku dalam suka dan duka dalam penyelesaian skripsi ini. Sahabat-sahabatku terkasih Jhoin Sarjono, Indra Dewi, Humayrah Abbas dan Nur Alam yang juga selalu memberikan motivasi dan dukungan serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2016 terkhusus kelas E atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi cahaya dalam hidupku.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun, karena peneliti yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berhenti sama sekali tanpa adanya kritikan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Amin Ya Rabbal Alamin
Makassar, Agustus 2020
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Penelitian Relevan ... 8
2. Pengertian Novel ... 11
3. Ciri-ciri Novel ... 12
4. Unsur-unsur yang Membangun Novel ... 13
5. Pengertian Nilai ... 19
6. Pengertian Moral ... 20
xii
B. Kerangka Pikir ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus dan Desain Penelitian ... 27
B. Definisi Istilah ... 28
C. Data dan Sumber Data ... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
E. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 33
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 68 B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan. Menurut Soemarjo (dalam Kurniadi, 2019: 1), sastra merupakan ungkapan pengalaman manusia dalam bentuk bahasa yang ekspresif dan mengesan.
Secara Etimologis dalam Bahasa Indonesia, kata sastra itu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuna yang berarti tulisan. Istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti “tulisan-tulisan utama”. Sementara itu, kata “sastra” dalam khazanah Jawa Kuna berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kehidupan. Akar kata bahasa Sansekerta adalah sas yang berarti mengarahkan, mengajar atau memberi petunjuk atau instruksi. Sementara itu, akhiran tra biasanya menunjukkan alat atau sarana. Dengan demikian, sastra berarti alat untuk mengajar atau buku petunjuk atau buku instruksi atau buku pengajaran. Disamping kata sastra, kerap juga kata susastra kita di beberapa tulisan, yang berarti bahasa yang indah-awalan su pada kata susatra mengacu pada arti indah (Emsir dan Rohman, 2016: 5).
Karya sastra merupakan hasil cipta masyarakat atau sastrawan yang lahir dari fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat, sehingga dengan membaca dan memahami karya sastra berarti membaca dan memahami fenomena kehidupan. Berbagai fenomena kehidupan tersebut dituangkan
dalam bentuk karya sastra sesuai dengan konsep, pandangan, kemampuan, dan kreativitas pengarang meramu realitas kehidupan ke dalam suatu bentuk karya imajinatif yang mampu memberi kenikmatan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Karya sastra merupakan kreatifitas seorang pengarang terhadap realita kehidupan sosial. Oleh karena itu, karya sastra bagian dari seni yang berusaha menampilkan nilai-nilai keindahan dan kepuasan batin rohani pembacanya. Jabrohim (2012: 14), mengatakan sastra dipahami sebagai satu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan.
Karya sastra sebagai potret kehidupan dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebuah karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau problem yang menarik sehingga muncul gagasan dan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan (Wicaksono, 2014: 1).
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 2), salah satu genre sastra adalah prosa. Dalam sastra, pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (naratif text) atau wacana naratif (naratif discourse). Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual, sesuatu yang benar-benar terjadi sehingga tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata, salah satu karya fiksi yaitu novel.
Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita
pendek dalam bentuk prosa (Nurgiyantoro, 2010: 9). Adapun novel menurut Tarigan (2015: 167) adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
Novel dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang dimaksud misalnya tema, penokohan atau perwatakan, latar atau setting, alur, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu dari luar. Oleh karena itu, analisis ini mengambil unsur ekstrinsik (nilai moral). Disamping itu nilai-nilai moral juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, bagaimana keseharian tokoh, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Darmadi (2009: 20) menjelaskan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan, dan disepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai harus kita bina terus menerus karena nilai merupakan aspek masalah kewajiban yang timbul tenggelam atau pasang surut. Nilai sangat berarti bagi manusia karena nilai merupakan suatu pokok dasar yang wajib dimiliki pada diri manusia berupa akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan. Sesuatu dikatakan sebagai nilai apabila sesuatu dapat berguna (nilai kegunaan), indah (nilai estetik), baik (nilai moral), dan benar (nilai kebenaran). Nilai dapat kita miliki pada diri kita
apabila diri kita memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya moral adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (Nurgiyantoro, 2010: 320). Jenis moral dalam karya sastra memiliki banyak persoalan hidup maupun persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia yang dapat diangkat sebagai suatu ajaran nilai moral dalam sebuah karya sastra. Persoalan hidup manusia itu dapat dibedakan menjadi banyak persoalan yang tentunya banyak terjadi pada diri manusia seperti hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan hidup sosial yang termasuk lingkungan alam (Nurgiyantoro, 2010: 323).
Pendidikan moral mempunyai peranan penting di sekolah, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Zuriah, 2011: 26).
Pemilihan novel Selembar Itu Berarti sebagai bahan penelitian karena cerita ini banyak menampilkan persoalan hidup dan kehidupan yang menarik terutama dalam hal pendidikan, serta banyak terdapat nilai moral yang sangat bermanfaat bagi pembaca. Cerita yang menampilkan berbagai aspek
kehidupan dan permasalahannya disampaikan dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami, dengan demikian akan memudahkan pembaca untuk menemukan nilai moral yang dimaksud.
Novel Selembar Itu Berarti, berkisah seputar dunia pendidikan yang dilalui oleh kakak beradik yang bersekolah di sekolah dasar (SD) di sebuah sebuah Desa di Langkat, Sumatera Utara, namun memiliki nasib yang kurang beruntung. Mereka harus mengumpulkan lembar demi lembar kertas yang sudah terbuang kemudian dijadikannya satu untuk mereka gunakan bersekolah, karena keterbatasan ekonomi yang membuat mereka tak mampu membeli buku tulis. Hidup kedua anak ini semakin berat karena harus ditinggal kedua orang tuanya yang telah berpulang. Kini mereka harus belajar bertahan hidup dan mengejar impian.
Alasan penulis memilih mengkaji nilai moral karena setelah membaca Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono, penulis banyak menemukan nilai-nilai moral yang dapat memberikan inspirasi yang positif dalam menghadapi beraneka ragam masalah kehidupan. Seperti hubungan antar manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Prngalaman tokoh mulai pada permulaan cerita, dan mulai pengalaman-pengalaman yang lain dan rintangan-rintangan hingga ke puncaknya, yang merupakan akhir cerita. Selain karena nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel tersebut, alasan lain yang melatarbelakangi penulis memilih judul “Nilai Moral dalam Novel Selembar
Itu Berarti” karena novel ini belum pernah diteliti khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, pemilihan novel Selembar Itu Berarti sebagai bahan penelitian merupakan hal yang tepat untuk menyampaikan informasi tentang moral kepada pembaca.
Penulis bermaksud menelaah nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti. Mengangkat judul “Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono”. Hasil penelitian ini nantinya di harapkan dapat mengungkap nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut. Dengan memahami nilai moral yang di sajikan pengarang dalam novelnya baik itu hadir secara tersirat maupun tersurat, akan membantu pembaca atau penikmat sastra lebih mudah memahami nilai moral yang terkandung dalam novel tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah Nilai Moral yang terdapat Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mendeskripsikan nilai Moral yang terdapat dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengarang, penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan terutama bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam analisis novel dengan tinjauan nilai moralnya.
b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa dan guru, khususnya Program Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengkaji dan menelaah novel.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan meambah khazanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Keberhasilan sebuah penelitian tergantung pada teori yang mendasarinya, karea teori merupakan landasan suatu penelitian yang berkaitan dengan kajian pustaka yang memunyai korelasi dengan masalah yang akan dibahas. Teori yang dipandang bernilai praktis sebagai pohon penunjang dalam pelaksanaan penelitian ini adalah yang berhubungan dengan sastra. 1. Penelitian Relevan
Keberhasilan sebuah penelitian tergantung pada teori yang mendasarinya, karena teori merupakan landasan suatu penelitian yang berkaitan dengan kajian pustaka yang mempunyai korelasi dengan masalah yang akan dibahas. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan tindak lanjut dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang menganalisis novel sudah banyak dilakukan para peneliti sebelumnya, namun dalam penelitian ini mengangkat novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono yang tergolong novel baru dan belum pernah ada penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian relevan yang dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini antara lain:
a. Penelitian Salfia (2015) yang berjudul Nilai Moral dam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro.
b. Penelitian Nugroho (2017) yang berjudul Analisis Nilai Moral Novel Sandiwara Bumi Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Rencana Pembelajarannya di Kelas XII SMA.
c. Penelitian Setyawati (2014) yang berjudul Analisis Nilai Moral dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan Karya Agnes Davonar.
Salfia (2015), dengan penelitian jurnalnya yang berjudul “Nilai Moral Dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pentingnya arti nilai dan fungsi moral suatu karya sastra terhadap pola pikir yang dapat mendewasakan pembacanya (siswa) yang disuguhkan karya pengarang secara tersirat maupun tersurat, maka sudah sewajarnya pembelajaran sastra disekolah harus dikembangkan dan memiliki sikap yang positif terhadap karya sastra pada umumnya dan novel pada khususnya, dalam jurnalnya peneliti membahas unsur intrinsik novel beserta aspek-aspek moral yang terdapat dalam novel 5 CM. Aspek-aspek tersebut antara lain: (1) asepek hubungan manusia dengan diri sendiri, (2) aspek hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dan persahabatan. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif menganalisis nilai moral dalam sebuah novel, sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut sekedar di analisis dan belum dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran.
Nugroho (2017), dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai Moral Novel Sandiwara Bumi Karya Taufiqurrahman
Al-Azizy Dan Rencana Pembelajarannya Di Kelas XII SMA”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan moral untuk mengkaji novel Sandiwara Bumi karya Taufiqurrahman al-Azizy. Penelitian ini untuk mendeskripsikan keadaan moralitas novel Sandiwara Bumi karya Taufiqurahman al-Azizy yang lebih banyak mencerminkan nilai moral yang positif dari pada nilai moral yang negatif dan dapat dijadikan sebagai contoh bagi siswa untuk belajar. Persamaan penelitian penulis adalah menganalisis nilai moral dalam novel dan perbedaannya adalah subjek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan novel Sandiwara Bumi Karya Taufiqurrahman al-Azizy, sedangkan penelitian yang dilakukan pada skripsi ini menggunakan novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono.
Setyawati (2013), dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai Moral dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Penelitian ini membahas permasalahan tentang masalah nilai moral, moral tokoh, dan bentuk penyampaian nilai moral dalam novel Surat Kecil untukTuhan. cerita ini banyak menampilkan persoalan hidup dan kehidupan yang menarik, serta banyak terdapat nilai moral yang sangat bermanfaat bagi pembaca. Cerita remaja yang menampilkan berbagai aspek kehidupan dan permasalahanya disampaikan dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami, dengan demikian akan memudahkan pembaca untuk menemukan nilai moral yang dimaksud. Surat Kecil untuk Tuhan, terkenal dengan kisah kehidupan nyata seorang
gadis remaja yang menderita kanker jaringan lunak pertama kali di Indonesia dan ceritanya yang ringan sehingga lebih disukai masyarakat pembaca, terutama para remaja. Persamaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu terkait dengan nilai moral yang akan dibahas dan pendekatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan pragmatik. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikaji dalam artian novel yang dianalisis.
2. Pengertian Novel
Abrams (dalam Nugiyantaro, 2010) mengatakan bahwa novel berasal dari Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia-berasal dari bahasa Italia novella (yang berasal dari bahasa Jerman: Novella). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil. yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Wicaksono (2014) menyatakan bahwa novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang (setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen) dan luasyang di dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya.
Segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu. Di pihak lain,
kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”. Hal ini berarti membaca sebuah novel menjadi lebih mudah sekaligus lebih sulit daripada membaca cerpen. Ia lebih mudah karena tidak menuntut kita memahami masalah yang kompleks dalam bentuk (dan waktu) yang sedikit. Sebaliknya, ia lebih sulit karena berupa penulisan dalam skala yang besar daripada cerpen. Hal inilah, yang menurut Stanton, merupakan perbedaan terpenting antara novel dengan cerpen. (Nurgiyantoro, 2010: 11).
Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) (Ginanjar, 2012: 7). Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekadar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur padu. Novel menceritakan suatu peristiwa pada waktu yang cukup panjang dengan beragam karakter yang diperankan oleh tokoh.
Sehubungan dengan uraian diatas maka penulis berkesimpulan bahwa novel adalah suatu karya sastra yang berbentuk cerita kehidupan manusia hingga terjadi konflik di dalamnya yang memiliki tokoh, alur dan unsur lainnya yang dikarang dalam sebuah buku yang sifatnya imajinatif.
3. Ciri-ciri Novel
Sebagai salah satu hasil karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan sastra lain. Dari segi jumlah kata atau
kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaannya lebih relatif jauh lebih muda daripada memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias. Berkaitan dengan masalah tersebut, Sumardjo (dalam Nasir, 2014: 15) memberikan ciri-ciri novel sebagai berikut: (1) Plot sebuah sebuah novel berbentuk tubuh cerita, dirangkai dengan plotplot kecil yang lain, karena struktur bentuk yang luas ini maka novel dapat bercerita panjang dengan persoalan yang luas, (2) Tema dalam sebuah novel terdapat tema utama dan pendukung, sehingga novel mencakup semua persoalan, (3) Dari segi karakter, dalam novel terdapat penggambaran karakter yang beragam dari tokoh-tokoh hingga terjalin sebuah cerita yang menarik.
Kalau ditinjau dari segi kata-kata, biasanya novel mengandung kata-kata yang berkisar antara 3500 sampai tidak terbatas. Sedangkan jika diukur dengan kertas kuarto yang jumlah barisnya 3 buah dan tiap baris 10 kata maka jumlah kata dalam satu lembar kuarto adalah 35 x 10 = 350 buah. Novel yang paling pendek 100 halaman, berarti 35 x 10 x 100 = 35000 kata. Jika diukur dengan kecepatan membaca maka untuk membaca sebuah novel diperlukan dua jam.
4. Unsur-unsur yang Membangun Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengam yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Secara garis besar pembagian unsur ini
dibagi menjadi dua bagian yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut banyak para kritikus dalam rangka mengkaji dan membicarakan novel atau karya sastra. (Nurgiyantoro, 2010: 23).
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur instrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur-unsur instrinsik tersebut menurut Nurgiyantoro yaitu tema, plot atau alur, latar, tokoh dan penokohan, serta gaya bahasa.
1) Tema
Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2010: 67) menyatakan tema adalah makna yang mendasari sebuah cerita. Tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam satu tulisan atau karya fiksi. Pengertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat) pengarang kepada pembaca. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah pokok yang mendasari pada sebuah cerita.
Tema dibedakan menjadi dua bagian yaitu, (1) tema utama yang disebut tema mayor yang artinya makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya ini. Tema mayor ditentukan dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol, yang paling banyak konflik dan waktu penceritaannya. (2) Tema tambahan disebut juga dengan tema
minor. Tema minor merupakan tema yang kedua yaitu makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu pada sebuah cerita dan dapat diidentifikasi sebagai makna bagian atau makna tambahan (Nurgiyantoro, 2010: 82-83).
2) Alur (Plot)
Stanton 1965:14 (dalam Nurgiyantoro 2010:113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. (Nurgiyantoro, 2010 : 136) menjelaskan plot adalah sebuah karya fiksi dikatakan memberi kejutan-kejutan jika sesuatau yang dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan menyimpang atau bahkan bertentangan dengan harapan kita sebagai pembaca.
Selanjutnya, alur dibedakan berdasarkan kriteria urutan waktu ada 3 macam yaitu (1) alur lurus ( alur maju atau alur progesif), alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisakan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti peristiwa selanjutnya atau ceritanya runtut dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir. (2) Alur sorot balik, alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan secara kronologis (tidak runtut ceritanya). (3) Alur campuran, alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progesif (Nurgiyantoro, 2010:153-155).
3) Tokoh dan Penokohan
Abram (dalam Nurgiyantoro 2010: 165) mengemukakan tokoh adalah cerita orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tarigan (dalam Wicaksono 2014: 212) menjelaskan bahwa penokohan adalah proses yang digunakan oleh seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Tokoh fiksi harus dilihat sebagai yang berada pada suatu masa dan tempat tertentu dan harus diberi motif-motif yang masuk akal untuk segala sesuatu yang dilakukannya.
4) Latar
Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar cerita itu berkaitan dengan di mana, kapan, dan bagaimana suasana peristiwa itu berlangsung. Latar yang berkaitan dengan di mana disebut latar tempat. Latar cerita yang berhubungan dengan kapan dikenal latar waktu. Selain itu, latar yang menggambarkan bagaimana suasana peristiwa dalam cerita berlangsung disebut latar sosial.
Nurgiyantoro (2010: 227-233) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:
(a) Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya perisiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah dan sebagainya;
(b) Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, malam, dan jam;
(c) Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap.
5) Sudut Pandang
Menurut Tarigan (dalam Wahyuni, 2017: 18), sudut pandang adalah posisi fisik, tempat personal/pembicara melihat dan menyajikan gagasan-gagasan tau peristiwa-pertistiwa merupakan perspektif pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh penulis bagi personannya, serta mencakup kualitas-kualitas emosioal dan mental persona yang mengawasi sikap dan nada.
Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam sebuah cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 248) menjelaskan bahwa sudut pandang adalah cara yang digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. Aku berkemungkinan pengarangnya, tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2) metode orang kedua (dia), yaitu pengarang
menceritakan kisah dia atau mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu. Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat pula sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).
6) Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari cerita atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2010: 250).
b. Unsur Ekstrinsik
Menurut Kosasih (dalam Gunawan, 2018: 11-12) unsur-unsur ekstrinsik novel adalah unsur luar yang berpengaruh isi novel itu. Adapun beberapa unsur ekstrinsik novel sebagai berikut.
1) Sejarah/biografi pengarang biasanya berpengaruh pada jalan cerita di novelnya.
2) Situasi dan kondisi secara langsung maupun tidak langsung, situasi dan kondisi akan berpengaruh kepada hasil karya.
3) Nilai-nilai dalam cerita. Dalam sebuah karya sastra terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain: (a) Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi
pekerti baik dan buruk.
(b) Nilai sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat misalnya, saling memberi, menolong, dan tenggang rasa.
(c) Nilai budaya, yaitu konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia misalnya, adat istiadat, kesenian, kepercayaan, dan upacara adat.
(d) Nilai estetika, yaitu nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra tentang bahasa, alur, dan tema.
5. Pengertian Nilai
Kandungan nilai suatu karya sastra adalah unsur esensial dari karya itu secara keseluruhan. Pengungkapan nilai-nilai yang terdapat dalam suatu karya sastra, bukan saja akan memberikan pemahaman tentang latar belakang sosial budaya si pencerita, akan tetapi mengandung gagasan-gagasan dalam menanggapi situasi-situasi yang terjadi dalam masyarakat tempat karya sastra itu lahir. Hal ini seperti yang diungkapkan Damono (dalam Salfiah, 2015: 6), bahwa sastra mencerminkan norma, yakni ukuran perilaku yang oleh anggota masyarakat di terima sebagai cara yang baik untuk bertindak dan menyimpulkan sesuatu. Sastra juga mencerminkan nilai-nilai yang secara sadar di formulasikan dan diusahakan oleh warganya dalam masyarakat.
Sehubungan dengan konsep nilai, (Baso dan Hasan, 2016: 30) menjelaskan bahwa nilai adalah suatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi, yang berfungsi medorong, mengarahkan sikap dan perilaku.
Secara umum karya sastra mengungkapkan isi kehidupan manusia dengan segala macam perilakunya dalam bermasyarakat. Kehidupan tersebut diungkapkan dengan penggambaran nilai-nilai terhadap perilaku manusia dalam sebuah karya sastra. Oleh karena itu, sebuah karya sastra selain sebagai pengungkapan estetika, di sisi lain juga berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sastra dan tata nilai adalah dua fenomena yang saling melengkapi dalam keberadaan mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sebagai bentuk seni, pelahiran sastra bersumber dari kehidupan yang bertata nilai, dan pada gilirannya sastra juga akan memberi sumbangsi bagi terbentuknya tata nilai. Selain itu, juga memberikan semacam penekanan bahwa cipta seni tersebut merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri (Salfiah, 2015).
6. Pengertian Moral
Menurut Budiningsi (2013: 6), moral adalah kesadaran moral, rasionalitas moral atau alasan mengapa seseorang harus melakukan hal itu. Dengan mengambil suatu keputusan berdasarkan nilai-nilai moral, seringkali disebut dengan penalaran moral atau pemikiran moral atau pertimbangan moral, yang merupakan segi kognitif dari nilai moral.
Menurut Bertens (2011: 37), moral atau moralitas berasal dari kata sifat latin moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya saja terlihat lebih abstrak. Misalnya kita berbicara mengenai moralitas suatu perbuatan‖, artinya kita berbicara mengenai baik atau
buruknya suatu perbuatan, yang berarti moralitas merupakan sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk.
Setiap perbuatan manusia pasti berkaitan dengan baik dan buruk, akan tetapi tidak semua, yang berarti ada juga beberapa perbuatan yang netral dari segi etis. Misalnya, sesuatu yang baik akan selalu diawali atau menggunakan tangan kanan atau kaki kanan, namun seseorang yang tebiasa memakai sepatu diawali dengan kaki kiri karena sudah menjadi kebiasaan, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang tidak baik atau melanggar moral, akan tetapi hal tersebut dapat dikatakan amoral. Berbeda dengan seorang kepala rumah tangga yang lebih dulu membelanjakan uangnya untuk kepentingan sendiri seperti main judi, dan lain sebagainya, dan sisa uang tersebut barulah ia serahkan untuk keperluan keluarga, maka tindakan tersebut termasuk tindakan immoral.
7. Nilai Moral dalam Karya Sastra
Menurut Nurgiyantoro (2010: 429) seperti halnya tema, dilihat dari segi dikotomi aspek isi karya sastra, moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Adakalanya, moral diidentikkan pengertiannya dengan tema walau sebenarnya tidak selalu menyaran pada maksud yang sama. Karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung, dapat ditafsirkan, dan diambil dari cerita, moral dan tema dapat dipandang sebagai memiliki kemiripan. Namun, tema bersifat lebih kompleks daripada moral di
samping tidak memiliki nilai langsung sebagai saran yang ditujukan kepada pembaca. Dengan demikian, moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan moral.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Jadi, pada intinya moral merupakan representasi ideologi pengarang. Karya sastra yang berwujud berbagai genre yang notabene adalah “anak kandung” pengarang pada umumnya terkandung ideologi tertentu yang diyakini kebenarannya oleh pengarang terhadap berbagai masalah kehidupan dan sosial, baik terlihat eksplisit maupun implisit (Nurgiyantoro, 2010: 430).
Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan), lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.
Menurut Nurgiyantoro (2010: 323-324), wujud dari penyampaian moral secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu mencakup hubungan manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia
lain (orang lain), dan manusia dengan Tuhan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Hubungan manusia dengan diri sendiri (Moral Individual)
Persoalan manusia dengan diri sendiri dapat bermacam-macam jenis dan tingkat intensitasnya. Persoalan tersebut dapat berhubungan dengan persoalan seperti menerima kenyataan, pantang menyerah, jujur, tanggung jawab siswa terhadap pendidikan, keikhlasan, bekerja keras, kesabaran, teguh pada pendirian, percaya diri, mengakui kesalahan, sadar diri, berjanji, penyesalan, dan hal lain yang lebih berhubungan dengan diri individu itu sendiri.
b. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial (Moral Sosial)
Dalam kehidupan ini, mansusia pun sering berhubungan dengan manusia lain. Seperti, kasih sayang antar teman atau saudara, kasih sayang orang tua kepada anak, tanggung jawab orang tua kepada anak, nasihat orang tua kepada anak, kasih sayang anak kepada orang tua, nasihat antar teman atau saudara, berbagi atau memberi, berterima kasih, tolong menolong, peduli sesama, rela berkorban, berbakti kepada orang tua, menghargai, sopan santun, tidak memaksakan kehendak, menghormati.
c. Hubungan manusia dengan Tuhan (Moral Religi)
Permasalahan lain yang sering dialami manusia dalam kehidupan adalah permasalahan antara dirinya dengan Tuhannya. Permasalahan ini
berhubungan dengan aspek ketuhanan, misalnya permasalahan yang berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Seperti, bersyukur kepada Tuhan, memanjatkan doa, berserah diri kepada Tuhan, memuji keagungan Tuhan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis ingin menjadikan ketiga wujud penyampaian pesan moral di atas sebagai landasan dalam menganalisis nilai moral dalam novel Selembar Itu Berarti. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dalam proses analisis dapat mempermudah penulis dalam menentukan nilai moral yang ada dalam novel Selembar Itu Berarti sehingga batasan analisisnya pun akan semakin jelas.
Kebenaran moral dalam novel bukanlah yang seperti keadaan hidup sehari-hari, tetapi kebenaran dan moral yang dituju adalah yang tidak hanya bertumpu pada kenhidupan nyata melainkan yang sepatutnya terjadi dan diinginkan.
Dalam novel Selembar Itu Berarti, selain mengandung unsur moral dalam hal ini sikap atau perbuatan yang juga mengandung nilai pendidikan. Sebab pada dasarnya pendidikan merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seseorang di dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Novel ini juga memang berlatar belakang pendidikan, karena bercerita tentang kisah anak sekolah yang berjuang untuk menjadi orang yang berpendidikan walau dengan keterbatasan dari segi ekonomi.
Moral dan pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu degan yang lainnya. Oleh karena itu di dalam penelitian
ini keduaya tidak dapat dipisahkan moral dan pendidikan. Nilai pendidikan yang dimaksud adalah suatu yang memunyai sifat dan hal-hal yang sangat dihargai dan berguna dalam memberikan tuntunan hidup guna mengarahkan manusia pada pembinaan sikap atau perbuatan yang mengacu pada pembentukan kepribadian kearah yang lebih baik.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian-uraian yang terdapat pada tinjauan pustaka diatas, maka pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir berikutnya. Landasan tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini, guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan.
Karya sastra dibedakan atas tiga bagian yakni, puisi, prosa dan drama. Namun penelitian ini hanya terfokus pada karya sastra yang termasuk dalam kategori prosa. Prosa dalam hal ini ialah novel dengan judul Selembar Itu Berati Karya Suryaman Amipriono.
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel. Kemudian pada tahap analisis secara rinci diuraikan tentang nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono yakni moral individual, sosial, dan religi. Terakhir adalah penarikan temuan, yang dilakukan setelah diketahui hasil dari analisis novel dan mengambil simpulan yang menjadi tujuan utama penelitian ini.
Bagan 2.1 Kerangka Pikir Moral
Individual
Karya Sastra
Puisi Prosa Drama
Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Amipriono
Nilai Moral Analisis Temuan Moral Sosial Moral Religi
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus dan Desain Penelitian 1. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian analisis nilai moral dalam novel Selembar Itu Berarti maka fokus dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terkandung di dalam novel Selembar Itu Berarti.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian dengan kemungkinan munculnya kontaminasi yang paling kecil dan variabel lain.
Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara objektif tentang nilai-nilai moral dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono, langkah yang ditempuh penulis adalah mengadakan studi kepustakaan yang mengidentifikasi pemilihan dan perumusan masalah, menyelidiki variabel-variabel yang relevan melalui telaah kepustakaan.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subjek atau non objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan moral. Lagkah yang dilakukan adalah menganalisis teks sastra (novel) untuk menemukan permasalahan yang berhubungan dengan nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono.
B. Definisi Istilah 1. Analisis
Analisis adalah uraian karya sastra dengan tujuan untuk memahami pertalian unsur-unsurnya. Analisis bisa diartikan sebagai kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.
2. Nilai
Nilai adalah kesadaran yag secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
3. Moral
Moral adalah kelakuan yag sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tidakan) tersebut.
4. Novel
Novel merupakan suatu karya prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dan kehidupan orang-orang (tokoh cerita), dan kejadian ini menimbulkan konflik suatu pertikaian yang mengalihkan urusan nasib mereka.
5. Novel Selembar Itu Berarti
Novel Selembar Itu Berarti merupakan novel karangan Suryaman Amipriono, yang menceritakan megenai perjalanan peuh liku dua kakak beradik dari keluarga miskin yang mengumpulkan lembar demi lembar kertas bekas untuk biaya sekolah.
C. Data dan Sumber Data 1. Data
Data dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono. Dengan mengutip kata, kalimat, dan ungkapan-ungkapan yang dianggap sesuai dengan judul yag diteliti.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono Penerbit Literatur Media Sukses, Cetakan pertama Tahun 2019. Tempat terbit Mekarsari, Cimanggis, Depok.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai nilai-nilai moral yaitu dengan melakukan penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan mengumpulkan standar acuan yang dijadikan acuan dalam penelitian secara sistematis dan struktur agar tidak menjadi kesalahan akan subjek yang diteliti.
2. Membaca novel Selembar Itu Berarti secara keseluruhan. 3. Memahami maksud dan tujuannya
4. Meganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan pengklasifikasian.
5. Mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral.
E. Teknik Analisis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan nilai moral yang dijadikan acuan penelitian meliputi:
1. Menelaah seluruh data yag telah diperoleh berupa nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono.
2. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis berupa nilai moral, selanjutnya dikutip untuk memperkuat analisis data.
3. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap sebagai hasil akhir.
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengkajian terhadap novel Selembar Itu berarti, penulis mencari data-data yang berkaitan dengan nilai moral, selanjutnya dilakukan analisis sehingga mendapatkan hasil penelitian, dan kemudian dilakukan pembahasan. Hasil penelitian yang diperoleh dari mengkaji novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono yang diterbitkan Literatur Media Sukses di Jakarta memperoleh hasil sebagai berikut: Wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono. Hasil penelitian kemudian disusun dalam bentuk tabel untuk selanjutnya dideskripsikan pada pembahasan.
Berdasarkan hasil penelitian, wujud nilai moral yang terkandung dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono mencakup hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Jenis-jenis nilai moral tersebut selanjutnya disampaikan melalui wujud-wujud moral dalam karya sastra. Wujud moral tersebut disampaikan melalui rangkaian cerita novel Selembar Itu Berarti. Berikut ini tabel penjabaran hasil penelitian dari mengkaji nilai moral novel Selembar Itu Berarti.
Tabel 1. Wujud Nilai Moral dalam Novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono.
No. Jenis Nilai Moral Wujud Halaman
1. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri (Moral Individual) a. Menerima kenyataan 6, 118, 124 b. Pantang menyerah (optimis) 26, 43, 44, 90, 181 c. Jujur 45 d. Tanggung jawab siswa terhadap pendidikan 53, 87 e. Keikhlasan 53 f. Bekerja keras 56, 72 g. Kesabaran 65 h. Teguh pada pendirian 72 i. Percaya diri 73, 90 j. Mengakui kesalahan 88, 91, 103 k. Sadar diri 118 l. Berjanji 118, 157 m. Penyesalan 155 2. Hubungan Manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial (Moral Sosial)
a. Kasih sayang antar teman/saudara
6, 110, 111, 149, 166, 179
b. Kasih sayang orang tua kepada anak
9, 36, 48, 123, 142 c. Tanggung jawab
orang tua kepada anak
10, 122
d. Nasihat orang tua kepada anak
12, 36, 54, 123, 130, 142, 157
e. Kasih sayang anak kepada orang tua
17, 46 f. Nasihat antar teman/saudara 19, 44, 58, 60 , 86, 123, 167 g. Berbagi atau memberi 21, 134 h. Berterima kasih 21, 49, 72, 149 i. Tolong-menolong 27, 75, 84, 149
j. Peduli sesama 39, 53, 72, 104, 155 k. Rela berkorban 44, 103 l. Berbakti kepada orang tua 46, 177, 181 m. Menghargai 63 n. Sopan santun 98, 162 o. Tidak memaksakan kehendak 100, 105 p. Menghormati 120, 122 3. Hubungan Manusia dengan Tuhan (Moral Religi) a. Bersyukur kepada Tuhan 10, 163, 165, 167, 180 b. Memanjatkan do’a 13, 20, 62, 117, 175 c. Berserah diri kepada Tuhan 35 d. Memuji keagungan Tuhan 137, 137, 137
Hasil penelitian berdasarkan kajian nilai moral pada novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Amipriono, selanjutnya dijabarkan melalui penjelasan deskriptif secara lebih lugas dan jelas. Hasil penelitian ini menjadi acuan analisis deskriptif terhadap karya fiksi ini.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Selembar Itu Berarti dapat dikatagorikan berdasarkan sifat dan kelakuan manusia yang melekat dalam menjalani hidup. Berbagai persoalan hidup dan penyelasaian yang muncul dapat memberikan sebuah gambaran tentang sesuatu yang diidealkan oleh pengarang. Wujud nilai moral dalam novel Selembar Itu Berarti yaitu wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri (moral individual), wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial (moral sosial) dan wujud nilai moral manusia dengan
Tuhan (moral religi). Berikut akan dibahas mengenai wujud nilai moral dalam novel Selembar Itu Berarti.
1. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri (Moral Individual)
Hubungan manusia dengan diri sendiri sebagai bentuk nilai mawas diri dimana manusia seharusnya mengenali, adil dan bijak pada dirinya sendiri. Hal ini bertujuan untuk menjadikan manusia lebih baik dalam hal moral dengan mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Dalam novel ini ditunjukan hubungan manusia dengan diri sendiri yaitu: menerima kenyataan, pantang menyerah (optimis), jujur, tanggung jawab siswa terhadap pendidikan, keikhlasan, bekerja keras, kesabaran, teguh pada pendirian, percaya diri, mengakui kesalahan, sadar diri, berjanji, dan penyesalan. Berikut ini penjelasan wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri.
a. Menerima Kenyataan
Menerima kenyataan merupakan salah satu nilai moral yang menunjukkan hubungan manusia dengan diri sendiri. Menerima kenyataan merujuk pada kemampuan diri menerima apa yang sudah menjadi kenyatan bagi dirinya. Beberapa kutipan novel yang merujuk pada nilai menerima kenyataan.
(1) “Meskipun kondisinya serba kekurangan, kami bahagia kok. Kan, bahagia itu nggak melulu harus punya harta. Bahagia itu, ketika kita berada dekat dengan keluarga,” gumamnya. Tangan mungil Putri merapikan buku, lalu menyusunnya kertas putih yang warna-nya kian lusuh. (Amipriono, 2019: 6)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Putri dengan berlapang dada menerima kenyataan bahwa keluarganya memang tak punya harta melimpah, namun ia bahagia bisa dekat dengan keluarga. (2) “Ayah… Ibu. Maafin Putri, ya. Putri terpaksa harus melepas Diaz untuk dirawat orang lain. Beraaaat rasanya. Karena hanya Diaz satu-satunya darah daging Putrisaat ini.” (Amipriono, 2019:118)
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Putri berusaha menerima kenyataan bahwa sang adik harus diadopsi oleh orang lain. (3) “Namun kini, Putri terpaksa mengalah dengan kondisi. Takut
berkompromi dengan ekonomi, dengan merelakan Diaz diasuh orang lain supaya hidupnya lebih baik dan bisa terus sekolah.” (Amipriono, 2019: 124)
Kutipan di atas menggambarkan keadaan Putri yang terpaksa dan harus menerima kenyataan untuk merelakan adiknya diasuh orang lain agar bisa mempunyai hidup yang layak dan tetap bersekolah.
b. Pantang Menyerah (Optimis)
Salah satu nilai moral yang sangat menonjol pada novel ini adalah pantang menyerah. Ada banyak bagian dari novel ini yang menunjukkan nilai pantang menyerah dari tokoh utama maupun pendukung. Pantang menyerah disini dimaksudkan pada pribadi yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah. Membangun pribadi pantang menyerah berasal dari diri sendiri sebagai hubungan antara manusia dengan diri sendiri. Berikut ini kutipan yang menunjukkan nilai pantang menyerah.
(1) “Ketika ia melihat sebuah buku tulis yang menggenang di sungai kecil, Diaz berusaha keras untuk mengambilnya. Padahal lokasinya sulit dijangkau.” (Amipriono, 2019: 26)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Diaz tidak pantang menyerah demi mengumpulkan buku tulis, walaupun harus mengambilnya diatas air yang menggenang di sungai.
(2) “Nggak kok, Kak. Diaz nggak akan menyerah. Tapi Diaz kepikiran dengan sakitnya Ibu. Harusnya, kita sudah ada di rumah untuk menjaganya”. (Amipriono, 2019: 43)
Kutipan di atas jelas menggambarkan sosok Diaz yang pantang menyerah mencari buku bekas, terlihat dari bukti dialognya. Walaupun ia tetap kepikiran dengan kondisi ibunya.
(3) “Iya, Kak. Diaz tetap semangat. Kakak nggak usah ragukan itu lagi,” jawab Diaz. Tangannya mengepal. Lengannya diangkat menunjukkan ototnya. (Amipriono, 2019: 44)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Diaz memang tokoh yang pantang menyerah, dibuktikan dengan dialog yang diikuti gerakan mengepal tangan dan menunjukkan ototnya kepada kakaknya.
(4) “Diaz tengah bersiap untuk ke sekolah. Semangat belajarnya masih meladak-ledak meskipun perlengkapan sekolahnya sederhana. Warna seragamnya kian lusuh. Putihnya menguning. Celana pendek merahnya tidak berikat pinggang.” (Amipriono, 2019: 90)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa walaupun dengan perlengkapan sekolah yang sederhana, tetapi Diaz tetap semangat dan pantang menyerah untuk bersekolah.
(5) “Namun, sekarang Kakak tahu. Bahwa Kakak punya kamu. Kakak punya teman. Dan Kakak punya masa depan yang harus Kakak hadapi. Kita harus tetap menjaga semangat ini, ya. Kita harus terus
bersekolah. Apapun keadaannya. Buat kedua orangtua bangga.” (Amipriono, 2019: 181)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Putrid dan Diaz pantang menyerah untuk melanjutkan masa depannya, agar bisa membanggakan orang-orang yang mereka sayangi.
c. Jujur
Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Berikut ini kutipan yang menunjukkan nilai jujur.
(1) “Pak. Ini kantor saya. Tolong yang sopan. Anda boleh punya banyak uang. Tapi tak semua bisa Anda beli. Apalagi kejujuran.” Sergap Pak Lingga saat digoda dengan uang rasuah. Ia naik pitam. (Amipriono, 2019: 45)
Kutipan di atas menggambarkan tokoh pak Lingga yang berusaha menolak sogokan dari orang lain. Karena sikapnya yang jujur, ia sampai memaki orang yang ingin menodai kejujurannya. d. Tanggung Jawab Siswa Terhadap Pendidikan
Tanggung jawab siswa terhadap pendidikan termasuk kedalam hubungan manusia dengan diri sendiri. Tanggung jawab siswa terhadap pendidikan sangat penting dimiliki oleh semua siswa, karena apabila tidak mempunyai tanggung jawab maka siswa tidak akan pernah memikirkan pendidikan dan tidak mau belajar. Berikut ini kutipan yang menunjukkan nilai tanggung jawab siswa terhadap pendidikan.
(1) “Ratusan siswa serentak memasang sikap hormat kepada sang merah putih, yang ditarik menuju langit. Dengan iringan lagu Indonesia Raya dari mulut-mulut mungil penerus bangsa itu.” (Amipriono, 2019: 53)
Kutipan di atas menggambarkan bentuk tanggung jawab siswa terhadap pendidikan, yang ditunjukkan dengan melakukan sikap hormat kepada sang merah putih.
(2) “Buat sekolah Diaz dan Kak Putri, Pak. Buku itu nanti kita rapikan lagi. Mengambil kertas yang belum dipakai. Dan menyusunnya menjadi buku baru,” jawabnya sambil tersenyum. Senyum itu menusuk kalbu Pak Lingga. (Amipriono, 2019: 87)
Kutipan di atas menggambarkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pendidikan. Sikap Diaz yang rela mengumpulkan buku bekas demi digunakannya untuk bersekolah.
e. Keikhlasan
Keikhlasan adalah menerima apapun yang telah diberikan kepada kita dengan sungguh-sungguh tanpa mengharapkan imbalan. Dalam hal ini yang dimaksud keikhlasan adalah menerima takdir yang telah Tuhan berikan. Nilai moral keikhlasan dapat kita lihat pada kutipan berikut. (1) “Dua kali purnama sejak ibunya wafat, Putrid an Diaz terlihat sudah
lebih tegar. Mereka tak lagi dirundung sedih sudah bisa tersenyum dan kembali nyaman bersekolah……” (Amipriono, 2019: 53)
Kutipan di atas menggambarkan nilai keikhlasan yang dimiliki oleh Putri dan Diaz semenjak ditinggal ibunya meninggal. Mereka sudah tegar dan kembali bersekolah.
f. Bekerja Keras
Bekerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sunggu tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Nilai moral bekerja keras dapat kita lihat pada kutipan berikut.
(1) “Diaz kembali menjalani rutinitasnya sepulang sekolah: mencari lembaran kertas di tempat pembuangan sampah. Bedanya, beban pikirannya sudah bertambah. Galau karena mikirin sepatu putihnya itu.” (Amipriono, 2019: 56)
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Diaz adalah individu yang bekerja keras. Walaupun baru beberapa hari ditinggal ibunya, tapi ia tetap melanjutkan rutinitasnya mencari buku bekas digunakannya untuk bersekolah.
(2) “Dan setelah Putri piker-pikir, Diaz harus tetap bersekolah. Dian nggak boleh kehilangan masa depannya. Biarlah Putri bekerja. Mencari uang. Untuk keperluan hidup dan sekolah Diaz.” (Amipriono, 2019: 72)
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Putri yang ingin bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup dan untuk biaya sekolah adiknya.
g. Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Kesabaran adalah sikap individu yang ketika diuji ia menerima semua cobaan dengan ikhlas, tidak marah dan tidak
memaksakan kehendak. Nilai moral kesabaran dapat kita lihat pada salah satu kutipan berikut.
(1) “Iya, Diaz. Kakak paham. Tapi kita nggak punya makanan. Kamu sabar, ya. Mudah-mudahan besok pagi Bu Imah datang membawakan kita makanan,” Putri mengusap-usap rambut adikny. Matanya nanar menatap. Bulir bening membesar dan siap-siap jatuh. (Amipriono, 2019: 65)
Kutipan di atas menggambarkan Putri seorang yang sabar dan berusaha memberikan pengertian kepada adiknya yang sedang kelaparan. Cobaan yang mereka alami tidak membuat mereka berkeluh kesah.
h. Teguh pada Pendirian
Kehidupan tokoh memiliki proses, mulai dari kelahiran menuju kematian. Dalam kehidupannya, setiap tokoh berinteraksi dengan tokoh lainnya. Ketika bersikap, beberapa tokoh berpegang teguh pada pendirian yang berasal dari hati nurani, memiliki prinsip yang kuat dan tidak tergoyahkan meskipun dipengaruhi sikap tokoh lain dan bertanggung jawab terhadap pilihan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
(1) “Putri harus mengambil sikap, Atri. Perjuangan ini cukup berat. Tapi Putri harus kuat menghadapinya,” jelas Putri. (Amipriono, 2019: 72)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Putri adalah individu yang teguh pada pendiriannya. Ia menolak bantuan temannya Atri yang menawarkan tabungannya untuk digunakan Putri. Namun Putri tetap tak ingin merepotkan temannya sendiri.
i. Percaya Diri
Nilai moral selanjutnya yang berhubungan dengan diri sendiri pada novel ini adalah nilai percaya diri. Percaya diri merupakan salah satu nilai yang perlu dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi yang tangguh. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
(1) Diaz mau jadi presiden, Kak,” jawabnya ringan. Air mukanya Nampak datar.” (Amipriono, 2019: 73)
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Diaz yang penuh percaya diri mengatakan kalau cita-citanya ingin jadi Presiden. (2) “Langkah Diaz untuk menuntut ilmu juga makin mantap. Dia
mengabaikan koloid hitam yang menghias sepatunya. Tali pengikatnya sudah disambung-sambung. Kaus kakinya pun yang itu-itu saja.” (Amipriono, 2019: 90)
Kutipan di atas menggambarkan jiwa percaya diri Diaz, yang ditunjukkan oleh sikapnya yang semakin mantap untuk menuntut ilmu, mengabaikan pakaiannya yang serba sederhana.
j. Mengakui Kesalahan
Manusia pasti pernah berbuat kesalahan, namun tidak semua manusia berani mengakui kesalahan yang diperbuat. Nilai moral ini merujuk pada nilai diri sebagai bentuk kelapangan hati dalam mengakui hal yang telah diperbuat. Pada novel ini tokoh yang melakukan kekeliruan atau kesalahan mengakui hal salah yang telah diperbuat. Berapa kutipan mengenai nilai mengakui kesalahan adalah sebagai berikut.
(1) “Pak Lingga terpaku mendengar itu. Mendadak ia malu sebagai kepala desa. Merasa gagal karena melihat langsung penderitaan yang dirasakan warganya.” (Amipriono, 2019: 88)