• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA KARYAWAN"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGARUH LOCUS OF CONTROL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi pada Tenaga Kependidikan Administratif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Budi Yuli Selviana

NIM: 152214171

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

PERAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGARUH LOCUS OF CONTROL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi pada Tenaga Kependidikan Administratif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Budi Yuli Selviana

NIM: 152214171

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

The future is scary but you can't just run back

to the past just because it’s familiar. Yes,

it’s tempting, but it’s a mistake. -Robin to Ted-

in How I Met Your Mother

Sometimes things have to fall apart to make way for better things.

-Ted Mosby-

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

HALAMAN KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Pengaruh Locus Of Control Terhadap Kinerja Karyawan”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku ketua Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Aloysius Triwanggono M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan penuh kesungguhan hati.

4. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda M.Si., selaku dosen pembimbing II yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan penuh kesungguhan hati.

5. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian terhadap karyawan tenaga kependidikan administratif USD kampus Mrican dan Paingan.

6. Segenap Dekan, kepala unit bagian kerja dan karyawan tenaga kependidikan administratif USD kampus Mrican dan Paingan yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian dan telah membantu selama proses penulisan skripsi.

7. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)
(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS...iv

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI...v

HALAMAN KATA PENGANTAR...vi

HALAMAN DAFTAR ISI...viii

HALAMAN DAFTAR TABEL...xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR...xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN...xiv

HALAMAN ABSTRAK...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Pembatasan Masalah...6

D. Tujuan Penelitian...7

E. Manfaat Penelitian...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA...9

A. Landasan Teori...9

(11)

x

C. Kerangka Konseptual...51

D. Rumusan Hipotesis...52

BAB III METODE PENELITIAN...56

A. Jenis Penelitian...56

B. Waktu dan Lokasi Penelitian...56

C. Variabel Penelitian...57

D. Skala Pengukuran Variabel...65

E. Populasi dan Sampel...67

F. Teknik Pengambilan Sampel...68

G. Sumber Data...72

H. Teknik Pengumpulan Data...72

I. Teknik Pengujian Instrumen...73

J. Teknik Analisis Data...75

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN...81

A. Logo Universitas Sanata Dharma...81

B. Sejarah Universitas Sanata Dharma...81

C. Visi, Misi Nilai-Nilai Dasar dan Motto...85

D. Struktur Organisasi Universitas Sanata Dharma...88

E. Sekilas Tentang Kepegawaian Yayasan Sanata Dharma...89

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...95

A. Deskripsi Pengumpulan Data...95

B. Karateristik Responden...97

C. Karateristik Variabel...101

D. Pengujian Instrumen Penelitian...107

E. Pengujian Analisis Data...110

F. Pembahasan...127

(12)

xi A. Kesimpulan...134 B. Saran...134 C. Keterbatasan...137 DAFTAR PUSTAKA...139 LAMPIRAN...145

(13)

xii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

II.1 Tabel Skala Pengukuran Locus of Control Paul E. Spector...24

III.1 Tabel Operasional Variabel Penelitian...60

III.2 Tabel Skala Pengukuran Likert...65

III.3 Tabel Skala Likert Variabel LOC Item Pernyataan No 3-7...66

III.4 Tabel Perhitungan Proporsi (Orang) Masing-masing Unit...70

III.5 Tabel Skala Data Locus Of Control...76

III.6 Tabel Skala Data Kepuasan Kerja...77

III.7 Tabel Skala Data Kinerja Karyawan...78

V.1 Tabel Jumlah Sampel Masing-masing Unit Bagian Kerja...95

V.2 Tabel Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...98

V.3 Tabel Karateristik Responden Berdasarkan Usia...98

V.4 Tabel Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...99

V.5 Tabel Karateristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja di USD...100

V.6 Tabel Skala Data Locus Of Control...101

V.7 Tabel Nilai Rata-rata (Mean) Locus Of Control...102

V.8 Tabel Skala Data Kepuasan Kerja...103

V.9 Tabel Nilai Rata-rata (Mean) Kepuasan Kerja...104

V.10 Tabel Skala Data Kinerja Karyawan...105

V.11 Tabel Nilai Rata-rata (Mean) Kinerja Karyawan...106

(14)

xiii

V.13 Tabel Validitas Kepuasan Kerja...108

V.14 Tabel Validitas Kinerja Karyawan...109

V.15 Tabel Hasil Uji Reliabilitas...110

V.16 Tabel Uji Normalitas...111

V.17 Tabel Hasil Uji t...114

V.18 Tabel Anova Substruktural I...116

V.19 Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)...117

V.20 Tabel Hasil Uji t...119

V.21 Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)...122

V.22 Tabel Anova Substruktural II...123

V.23 Tabel Rangkuman Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung...125

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Nama Gambar Halaman

II.1 Gambar Elemen Balanced Scorecard...33

II.2 Kerangka Konseptual Penelitian...51

IV.1 Gambar Logo Universitas Sanata Dharma...81

IV.2 Gambar Struktur Organisasi Universitas Sanata Dharma...88

V.1 Gambar Grafik Scatterplot...112

V.2 Gambar Bagan Substruktural I Dengan Hasil Koefisien...115

V.3 Struktur Pengaruh Variabel X, M Dan Y Dengan Hasil Koefisien...123

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian ...145

2 Kuesioner Penelitian...147

3 Tabulasi Data Skor Jawaban Responden...154

(17)

xvi ABSTRAK

PERAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGARUH LOCUS OF CONTROL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi pada Tenaga Kependidikan Administratif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Budi Yuli Selviana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) locus of control berpengaruh terhadap kepuasan kerja, 2) locus of control berpengaruh terhadap kinerja karyawan, 3) kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, 4) kepuasan kerja memediasi pengaruh locus of control terhadap kinerja karyawan tenaga kependidikan administratif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel random terstratifikasi proporsional (proportional stratified random). Data diperoleh dengan membagikan kuesioner terkait locus of control dan kepuasan kerja kepada 142 responden. Data terkait kinerja karyawan diperoleh dengan membagikan kuesioner terkait penilaian kinerja karyawan kepada masing-masing kepada bagian unit untuk menilai 142 karyawan yang telah menjadi responden. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis) menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) locus of control berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, 2) locus of control berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, 3) kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, 4) kepuasan kerja memediasi sebagian pengaruh locus of control terhadap kinerja karyawan.

(18)

xvii ABSTRACT

THE ROLE OF JOB SATISFACTION AS INTERVENING VARIABLE IN THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL ON EMPLOYEE

PERFORMANCE

This Study Was Conducted on Educational Administration Staff of Sanata Dharma University in Yogyakarta

Budi Yuli Selviana Sanata Dharma University

Yogyakarta 2020

This study aims to determine wheter: 1) locus of control influences job satisfaction, 2) locus of control influences employee performance, 3) job satisfaction influences employee performance, 4) job satisfaction mediates the influence locus of control on the employee performance of educational administration staff of Sanata Dharma University in Yogyakarta. The sampling technique used proportional stratified sampling. The research data are obtained by distributing questionnaire about locus of control and job satisfaction to 142 respondents. The data on employee performance are obtained from employee’s performance assessment to each part of the unit to assess 142 employees who have been respondents. The data were analyzed using path analysis method using SPSS 16.0. The results show that 1) locus of control influences positively the job satisfaction, 2) locus of control influences positively the employee performance, 3) job satisfaction influences positively the employee performance, 4) job satisfaction mediates the influence of locus of control on employee performance partially.

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini karyawan merupakan aset yang sangat penting dalam

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, oleh karena itu organisasi

di era modern ini memandang pentingnya pengelolaan sumber daya

manusia agar dapat menciptakan koordinasi yang baik di antara setiap unit

kerja dengan bagian kepegawaian. Hal ini sangat penting mengingat bahwa

setiap karyawan dari masing-masing unit lebih mengetahui kebutuhan

pengembangan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan teknis untuk

masing-masing staff lainnya.

CIDA (Canadian International Development Agency) seperti

dikutip oleh Effendi (1993:12) mengemukakan bahwa pengembangan dan

pengelolaan sumber daya manusia menekankan manusia baik sebagai alat

(means) maupun sebagai tujuan akhir untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Dalam jangka pendek, dapat diartikan sebagai

pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segera tenaga

ahli teknik, kepemimpinan dan tenaga administrasi.

Banyak ahli mengemukakan bahwa setiap organisasi apapun

bentuknya senantiasa akan berupaya untuk mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan dengan efektif dan efisien. Efisiensi maupun efektivitas

organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengelolaan dan

(20)

berarti bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut

secara proporsional harus diberikan pelatihan yang sebaik-baiknya bahkan

sesempurna mungkin.

Perkembangan dan perubahan zaman juga menyebabkan terjadinya

perubahan pada sikap, perilaku pola pikir dan cara pandang manusia atas

peristiwa yang terjadi disekitarnya. Beberapa hal tersebut dapat

berpengaruh pada kepuasan kerja. Kepuasan kerja (job satisfaction)

merujuk pada sikap ketimbang perilaku, hal ini merupakan hasil yang

seringkali diamati para manajer karena karyawan yang puas cenderung lebih

sering hadir di kantor, memiliki kinerja yang lebih tinggi serta loyal

terhadap organisasi (Robbins, 2016:63).

Saat bekerja, kemungkinan karyawan mendapatkan masalah dan

kesulitan dalam bertugas. Ketika karyawan tidak merasakan kepuasan

dalam bekerja, hal tersebut akan berdampak pada kinerja karyawan

sehingga menyebabkan produktivitas perusahaan menurun. Berdasarkan

penelitian Hawthrone, manajer meyakini bahwa pekerja yang bahagia

adalah pekerja yang produktif. Karena tidak mudah menentukan apakah

kepuasan kerja menghasilkan produktivitas kerja atau sebaliknya, sebagian

peneliti manajemen merasa bahwa keyakinan ini tidaklah tepat. Namun,

bisa dikatakan dengan pasti bahwa korelasi antara kepuasan dan

produktivitas cukup kuat. Juga, organisasi dengan karyawan yang lebih puas

cenderung lebih efektif daripada organisasi dengan karyawan yang kurang

(21)

Selain kepuasan kerja dan kinerja yang mempengaruhi tingkat

produktivitas dalam organisasi, lokus kendali (locus of control) internal dan

eksternal yang ada dalam masing-masing karyawan juga mempengaruhi

produktivitas yang dihasilkan. Singkatnya, locus of control merupakan

persepsi yang timbul dan dipengaruhi dari internal (diri sendiri) maupun

eksternal (faktor luar, seperti; keberuntungan, nasib dan orang lain).

Meskipun locus of control bukan satu-satunya faktor yang

menentukan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi, namun locus of

control juga mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh karyawan. Karyawan yang berlokus kendali internal, cenderung memiliki inisiatif

untuk menyelesaikan pekerjaan secara mandiri tanpa perintah dari atasan.

Sebaliknya, karyawan berlokus kendali eksternal tidak memiliki inisiatif

untuk menyelesaikan pekerjaan secara mandiri tanpa perintah dari atasan.

Dengan kata lain, karyawan atau individu yang memiliki locus of control

eksternal lebih suka diperintah oleh atasan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi pendidikan

merupakan hal yang sangat wajar karena dalam proses pendidikan, sumber

daya manusia memiliki peran besar baik dalam hal administratif maupun

operasionalnya. Sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik sehingga

dapat berperan sesuai dengan fungsinya.

Penelitian mengenai pengaruh persepsi locus of control terhadap

kinerja dan kepuasan kerja pernah dilakukan oleh Endang Sri Wahyuni

(22)

Control, Stress Kerja Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah dan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Pemerintah

Kabupaten Bengkalis).” Hasil penelitian menunjukkan variabel budaya organisasi, lokus kendali dan stress kerja berpengaruh pada kepuasan kerja

dengan ditunjukkan nilai R2 sebesar 0,556 atau 55,6%. Sementara, pengaruh

budaya organisasi, lokus kendali, stress kerja dan kepuasan kerja terhadap

kinerja pemerintah daerah ditunjukkan dengan nilai R2 0,650 atau 65%.

Di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sumber daya manusia

dibagi menjadi dua bagian, yaitu tenaga bagian kependidikan dan tenaga

kependidikan administratif. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjadikan

tenaga kependidikan administratif Universitas Sanata Dharma sebagai

subyek penelitian. Peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh locus of control

terhadap kinerja dan pengaruh tidak langsung kepuasan kerja terhadap

kinerja tenaga kependidikan administratif Universitas Sanata Dharma,

karena peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh locus of

control terhadap kinerja dan pengaruh tidak langsung kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan administratif Universitas Sanata

Dharma. Peneliti juga ingin menganalisis dan mengetahui apakah karyawan

yang berlokus kendali internal maupun eksternal dapat mempengaruhi

kinerja yang dihasilkan. Serta apakah tinggi rendahnya kepuasan kerja yang

dimiliki oleh karyawan dapat mempengaruhi pengaruh antara locus of

(23)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengamati secara langsung

bagaimana pengaruh locus of control terhadap kinerja tenaga kependidikan

administratif USD dan pengaruh tidak langsung kepuasan kerja terhadap

pengaruh antara locus of control terhadap kinerja tenaga kependidikan

administratif USD.

Atas dasar uraian diatas, maka penulis mengambil judul “Peran

Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Pengaruh Locus of Control Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Tenaga Kependidikan Administratif Universitas Sanata Dharma).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan selain

untuk mencapai tujuan, organisasi juga berusaha untuk mempertahankan

bahkan meningkatkan produktivitas kerja karyawannya. Selain itu, adanya

bukti faktual bahwa persepsi locus of control yang dimiliki oleh setiap

karyawan dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja yang dihasilkan

oleh karyawan itu, sehingga memunculkan pertanyaan apakah pengaruh

locus of control terhadap kinerja karyawan tidak terlepas dari kepuasan kerja sebagai variabel mediasi.

Menggunakan variabel kepuasan kerja sebagai variabel mediasi

dianggap penting mengingat manfaat dari penelitian ini tidak hanya untuk

(24)

pertimbangan bagi bagian personalia Universitas Sanata Dharma. Maka,

penulis dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah locus of control berpengaruh terhadap kepuasan kerja?

2. Apakah locus of control berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

4. Apakah kepuasan kerja memediasi pengaruh locus of control terhadap

kinerja karyawan?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari adanya

penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut

lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan

penelitian akan tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Locus of control yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua

jenis, yaitu locus of control internal dan eksternal.

2. Kepuasan kerja yang diteliti berdasarkan kepuasan kerja terhadap

pekerjaan itu sendiri, pembayaran gaji dan tunjangan, pengakuan

(penghargaan dan kepercayaan atas tugas yang diberikan), benefit yang

diterima, kondisi kerja dan rekan kerja.

3. Kinerja yang diteliti berdasarkan prestasi kerja, tanggung jawab,

(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja.

2. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap kinerja karyawan.

3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.

4. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja memediasi pengaruh locus of

control terhadap kinerja karyawan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Bagian Personalia Universitas Sanata Dharma

Penulis berharap agar penelitian ini dapat digunakan sebagai salah

satu referensi pihak personalia untuk dapat memotivasi tenaga

kependidikan administratif USD. Dengan mengetahui locus of control,

kepuasan kerja dan kinerja, diharapkan tenaga kependidikan

administratif dapat bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang telah

diberikan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

bagi pihak universitas untuk membantu strategi meningkatkan kinerja

(26)

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti. Serta sebagai penerapan ilmu yang telah

didapatkan dan dipelajari selama kuliah ke dalam praktik nyata di

perusahaan sehubungan dengan penciptaan, peningkatan kinerja dan

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep dan Teori 1. Sumber Daya Manusia

SDM (Sumber Daya Manusia) atau tenaga kerja dipandang sebagai

mitra yang terlibat dalam suatu perencanaan, penyisteman dan pemrosesan,

sehingga tujuan perusahaan mudah dicapai (Sodikin, Permana dan Adia

2017:2). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa SDM

menurut Sodikin et al. (2017:2) adalah mereka yang bekerja pada orang lain

dengan menjual jasa, waktu, tenaga dan gagasan/pikiran untuk perusahaan,

serta mendapat kompensasi dari perusahaan tempat mereka bekerja.

Secara konsep, menurut Sodikin et al. (2017:3) MSDM terdiri atas

dua pengertian utama, yaitu manajemen dan sumber daya manusia.

Manajemen berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.

Sedangkan SDM adalah salah satu sumber daya yang ada di dalam

organisasi.

2. Manajemen sumber daya manusia

Human resource management is spesifically charged with programs concerned with people-the employees. Human resource management is the function performed in organizations that facilitates the most effective use of people (employees) to achieve organizational and individual goals (Ivancevich & Konopaske, 2013:4).

(28)

Berdasarkan pengertian diatas, maka definisi manajemen sumber

daya manusia adalah manajemen yang dikenai biaya khusus dengan

program-program yang berkaitan dengan individu (karyawan). manajemen

sumber daya manusia adalah sebuah fungsi yang dilakukan dalam

organisasi yang memfasilitasi penggunaan paling efektif untuk orang

(karyawan) guna mencapai tujuan organisasi dan individu.

Human resource management is the process of aqcuiring, training, appraising and compesating employee, and of attending to their labor relations, health and safety and fairness concerns (Dessler, 2015:36).

Berdasarkan definisi diatas, manajemen sumber daya manusia

adalah proses merekrut, melatih, menilai dan kompensasi karyawan, dan

memperhatikan hubungan kerja, kesehatan dan keselamatan serta

keprihatinan dan keadilan.

Kegiatan yang termasuk dalam fungsi manajemen sumber daya

manusia menurut Dessler adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan: menerapkan tujuan dan standar, mengembangkan

peraturan dan prosedur, mengembangkan rencana dan peramalan.

b. Pengorganisasian: memberikan setiap bawahan tugas tertentu,

mendirikan departemen atau divisi, mendelegasikan wewenang untuk

bawahan, membangun saluran otoritas dan komunikasi, dan

mengkoordinasi bawahan untuk bekerja.

c. Staffing: menentukan jenis orang seperti apa yang cocok untuk bagian

(29)

pengembangan karyawan, pengaturan standar kinerja, mengevaluasi

kinerja, konseling karyawan dan kompensasi karyawan.

d. Memimpin: memimpin orang lain untuk mendapatkan pekerjaan yang

dilakukan, mempertahankan semangat dan memotivasi bawahan.

e. Pengendalian: mengatur standar yang berlaku seperti kuota penjualan,

standar kualitas, mengambil tindakan korektif yang diperlukan.

Menurut Sinambela (2017:19), staffing adalah proses ketika

organisasi memastikan bahwa jumlah pekerja dengan skill semestinya

dalam pekerjaan yang benar, pada waktu yang benar, untuk mencapai tujuan

organisasi. Proses staffing melibatkan analisis kerja, perencanaan SDM,

rekrutmen dan seleksi.

Analisis pekerjaan (job analysis) adalah proses sistematis

menentukan skill, kewajiban dan pengetahuan yang diperlukan untuk

melakukan pekerjaan dalam organisasi. Hal ini berdampak pada setiap

aspek manajemen SDM termasuk perencanaan, rekrutmen dan seleksi.

Human resource planning (perencanaan sumber daya manusia/HRP) adalah proses membandingkan persyaratan sumber daya dengan ketersediaan

mereka dan menentukan apakah organisasi memiliki kekurangan atau

kelimpahan personil. Data yang tersedia menetapkan jenjang untuk

rekrutmen atau aksi sumber daya lain. Rekrutmen adalah proses menarik

individu berkualifikasi dan mendorong mereka mengajukan diri bergabung

(30)

dari grup pelamar, individu yang paling cocok baik bagi posisi yang terbuka

maupun untuk organisasi (Sinambela, 2017:19).

Selain untuk merencanakan, salah satu tujuan manajemen sumber

daya manusia adalah pengembangan sumber daya manusia (human resource

development) adalah fungsi manajemen sumber daya manusia yang utama, yang terdiri tidak hanya pelatihan dan pengembangan, tetapi juga

perencanaan karir individual dan aktivitas organisasi pengembangan,

pengembangan organisasi dan penilaian kinerja, organisasi yang

menekankan kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Karier individual dan

kebutuhan organisasional adalah tidak terpisah dan berbeda. Organisasi

harus membantu pegawai dalam perencanaan karir sehingga kebutuhan

keduanya dapat terpenuhi (Sinambela, 2017:20).

Pengembangan organisasi adalah proses terencana perbaikan

organisasi dengan mengembangkan strukturnya, sistem dan proses untuk

memperbaiki efektivitas dan pencapaian tujuan yang dikehendaki. Penilaian

kinerja adalah sistem formal review dan evaluasi kinerja tugas individu atau

tim. Hal ini mendatangkan peluang bagi pegawai untuk mengkapitalisasikan

atas kekuatan mereka dan menanggulani kelemahan yang teridentifikasi.

Dengan demikian, pengembangan organisasi membantu karyawan untuk

menjadi pegawai yang lebih puas dan produktif (Sinambela, 2017:20).

Sinambela (2017:20) mengemukakan tahap selanjutnya dalam

staffing adalah pemberian kompensasi dan benefit. Sistem kompensasi yang

(31)

(equitable) bagi konstribusi mereka memenuhi tujuan organisasional.

Reward dapat merupakan salah satu atau kombinasi hal berikut; bayaran (uang yang diterima orang untuk melakukan pekerjaan), benefit (reward

finansial tambahan, selain dari pay), reward non finansial (reward on

moneter, seperti kesenangan bekerja yang dilakukan atau kepuasan dengan lingkungan tempat kerja yang memberikan fleksibilitas).

Fungsi manajemen sumber daya manusia setelah staffing adalah memimpin,

dalam tugasnya memimpin bukan hanya memimpin untuk mengarahkan

tugas atau pekerjaan yang harus dikerjakan saja, bahkan manajer harus dapat

mempertahankan dan memotivasi bawahannya agar dapat mempertahankan

bahkan meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi.

Menurut Priansa & Sule (2018:218) motivasi berasal dari bahasa

latin ‘movere’ yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata movere dalam bahasa

Inggris disepadankan dengan ‘motivation’ yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang

menimbulkan dorongan.

Para teoritis seperti Mc. Gregor, Maslow dan para peneliti seperti

Argyris dan Likert melontarkan kritik terhadap model hubungan manusia

dan mengemukakan pendekatan yang lebih sophisticated untuk

memanfaatkan pegawai. Model SDM menyatakan, bahwa pegawai

(32)

mencapai kepuasan, namun juga kebutuhan untuk berprestasi dan

memperoleh pekerjaan yang berarti (Priansa & Sule, 2018:220).

Sumber motivasi yang dapat mendorong karyawan untuk dapat

bekerja adalah sumber motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

intrinsik muncul karena motif yang timbul dari dalam diri karyawan. Motif

ini aktif atau berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, 2 faktor yang

mempengaruhi motif ini adalah (Priansa & Sule, 2018:222-223);

a. Minat: pegawai akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan

jika kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan

minatnya.

b. Sikap positif: pegawai yang mempunyai sikap positif terhadap suatu

pekerjaan akan rela untuk ikut dan terlibat dalam kegiatan tersebut, serta

akan berupaya seoptimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan

dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan motivasi ekstrinsik muncul karena adanya rangsangan dari luar,

2 faktor utamanya yaitu;

a. Motivator: berkaitan dengan prestasi kerja, penghargaan, tanggung

jawab yang diberikan, kesempatan untuk mengembangkan diri, serta

pekerjaan itu sendiri.

b. Kesehatan kerja: merupakan kebijakan dan administrasi organisasi yang

baik, supervisi teknisi yang memadai, gaji yang memuaskan, kondisi

(33)

Produktivitas tidak hanya dipengaruhi oleh variabel cara pekerjaan

dirancang dan bagaimana mereka diberikan imbalan secara ekonomis,

tetapi juga oleh berbagai variabel sosial dan psikologis. Produktivitas

berkaitan langsung dengan intensitas kerja sama individu dan kelompok.

Tingkat kerja tim dan kerja sama pada akhirnya terlihat berhubungan

dengan minat para penyelia dan supervisor dalam kelompok kerja,

kurangnya pendekatan koersif (tindakan yang sifatnya pemaksaan)

terhadap perbaikan yang mempengaruhi mereka (Sinambela, 2017:12).

Pada intinya, organisasi pegawai dilihat sebagai sebuah sistem

sosial, bertolak belakang dengan pandangan Taylor yang melihat

organisasi sebagai sistem ekonomis-teknis. Dilandasi oleh temuan

Howthron, terdapat penelitian yang dilanjutkan tentang faktor-faktor

sosial dan bagaimana individu bereaksi terhadapnya. Temuan lainnya,

bahwa berbagai kebutuhan pegawai haruslah dipahami dan difasilitasi oleh

manajemen agar mereka puas dan produktif (Sinambela, 2017:13).

3. Kepribadian (Personality)

Menurut Pervin et al. (dalam Priansa & Sule, 2018:196) menyatakan

bahwa kepribadian merupakan karateristik seseorang yang menyebabkan

munculnya konsistensi perasaan, pemikiran dan perilaku. Kepribadian

adalah kombinasi unik dari pola emosional, pikiran dan perilaku yang

mempengaruhi bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi dan

(34)

sifat-sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang (Robbins &

Coulter, 2016:70).

Sedangkan menurut Lussier, definisi dari kepribadian adalah:

Personality is a relativity stable set of traits that aids in explaining and predicting individual behavior. As noted, individuals are all different, yet similar, in many ways (Lussier, 2013:30).

Berdasarkan definisi tersebut, pengertian kepribadian adalah satu set

ciri-ciri stabil relatif yang membantu dalam menjelaskan dan memprediksi

perilaku individu. Seperti disebutkan, individu semua berbeda namun dapat

menjadi serupa dalam banyak hal.

Personality will mean how people affect others and how they understand and view themselves, as well as their pattern of inner and outer measurable traits and the person situation interaction (Luthans, 2011:126). Sedangkan menurut Luthans, kepribadian mempunyai arti

bagaimana cara mempengaruhi orang lain dan bagaimana mereka

memahami dan melihat diri mereka, serta pola batin dan sifat-sifat terukur

dan interaksi seseorang sesuai situasi.

Ada dua pendekatan yang paling terkenal untuk mempelajari tentang

kepribadian, yaitu (Robbins & Coulter, 2016:70-71);

a. Myress-Brigss Type Indicator (MBTI)

Salah satu penekatan terpopuler untuk mengklasifikasikan sifat-sifat

(35)

100 pertanyaan yang mengungkap tentang bagaimana orang-orang

biasanya bertindak atau apa yang mereka rasakan ketika menghadapi

situasi. Berdasarkan jawabannya, individu diklasifikasikan sebagai yang

menujukkan suatu preferensi pada empat kategori, antara lain;

extraversion atau introversion (E atau I), sensing (mengindra) atau intuition (intuisi) (S atau N), thinking (memikirkan) atau feeling (merasa) (T atau F) dan judging (menilai) atau perceiving (perseptif) (J

atau P) (Robbins & Coulter, 2016:70).

b. Model Big Five

Belakangan ini penelitian telah menunjukkan bahwa ada lima

dimensi kepribadian dasar yang mendasari semua aspek kepribadian

lain dan meliputi kebanyakan dari variasi yang signifikan dari

kepribadian manusia, antara lain;

a) Extraversion: kadar dimana seseorang itu ramah, senang berbicara,

tegas dan nyaman dalam hubungan dengan orang lain.

b) Agreeableness (dapat disetujui): kadar dimana seseorang itu baik,

koorperatif dan dapat dipercaya.

c) Conscientiousness (kecermatan): kadar dimana seseorang itu

bertanggung jawab, bisa diandalkan, gigih dan berorientasi pada

prestasi.

d) Emotional stability (stabilitas emosi): kadar dimana seseorang itu

tenang, antusias dan aman (positif) atau tegang, cemas, depresif dan

(36)

e) Openess to experience (keterbukaan terhadap pengalaman): kadar

dimana seseorang itu memiliki banyak minat serta imajinatif,

tertarik pada hal baru, peka secara artistik dan berilmu.

Menurut Robbins & Coulter (2016:72) terdapat lima sifat kepribadian

lainnya juga menjadi ukuran yang ampuh untuk menelaah perilaku dalam

organisasi, antara lain;

a) Locus of control (lokus kendali): sebagian orang meyakini bahwa

mereka bisa mengendalikan nasib mereka sendiri. Yang lain melihat diri

mereka sebagai ‘pion’ yang meyakini bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup mereka itu semata-mata karena keberuntungan atau

kebetulan.

b) Machiavellianisme (Mach): diambil dari nama Niccolo Machiavelli,

yang di abad ke-16 menulis tentang bagaimana mendapatkan dan

memanipulasi kekuasaan.

c) Harga diri: setiap orang yang berbeda-beda tingkatannya dalam

menyukai atau tidak menyukai diri masing-masing.

d) Pemantauan diri: mengacu pada kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan perilakunya terhadap faktor-faktor situasi eksternal.

individu dengan pemantauan diri yang tinggi menunjukkan adaptabilitas

yang besar ketika menyesuaikan perilaku mereka.

e) Risk taking (mengambil risiko): setiap orang berbeda dalam

kesediaannya dalam mengambil peluang. Perbedaan dalam

(37)

mempengaruhi lamanya seorang manajer dalam mengambil keputusan

dan sebanyak apa informasi yang mereka perlukan sebelum membuat

pilihan.

Berdasarkan dari penjelasan yang ada, mengenai apa itu kepribadian

dan pendekatannya. Maka sesuai dengan judul penelitian yang telah

disampaikan di halaman judul, peneliti akan menjelaskan lebih dalam

mengenai locus of control (lokus kendali) yang berasal dari Model Big Five.

a. Pengertian locus of control (lokus kendali)

Locus of control atau yang dapat disebut juga lokus kendali merupakan atribut kepribadian yang mengukur derajat di mana orang-orang

percaya bahwa mereka dapat menentukan nasib sendiri (Robbins, 2016:72).

Locus of control is a continum representing one’s belief as to wheter external or internal forces control one’s destiny (Lussier, 2013:31).

Sedangkan menurut Lussier, definisi locus of control adalah sifat

kontinum yang mewakili satu keyakinan bahwa eksternal atau internal

merupakan pasukan kontrol guna menentukan takdir seseorang.

Menurut Robbins & Judge 2008 (dalam Yudina, 2012:12)

menjelaskan bahwa locus of control merupakan tingkat di mana individu

yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Menurut

Lefcourt, locus of control mengacu pada derajat dimana individu

memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi

(38)

sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya, sehingga di

luar kontrol pribadinya (contoh eksternal).

Menurut Benson et al. (dalam Yudina, 2012:13) locus of control

adalah istilah yang mengacu pada persepsi individu tentang pengendalian

pribadi, khususnya berkaitan dengan kontrol atas hasil-hasil yang penting.

Locus of control mengacu pada keyakinan seseorang tentang bagaimana upaya individu dalam mencapai hasil yang diinginkan.

b. Jenis-jenis Locus of Control (Lokus Kendali)

Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk

dalam locus internal atau eksternal. Menurut Rotter (dalam Saputra,

2012:88) menyatakan bahwa locus of control baik internal maupun

eksternal merupakan tingkatan seorang individu berharap bahwa

reinfocement atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri atau karateristik personal mereka. Mereka yang yakin dapat

mengendalikan tujuan mereka, dikatakan memiliki locus of control internal.

Sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan

pihak luar disebut memiliki locus of control eksternal. Menurut London

(dalam Yudina, 2012:17) skala locus of control bersifat kontinum yang

berarti adakalanya seseorang mempunyai kecenderungan internal dan

adakalanya mempunyai kecenderungan eksternal.

Lokus kendali dalam kelompok pertama bersifat internal,

orang-orang ini percaya bahwa mereka bisa mengendalikan nasib mereka sendiri.

(39)

bahwa kehidupan mereka di atur oleh kekuatan dari luar diri (Robbins,

2016:72). Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi locus of control

dapat dibagi menjadi dua, antara lain sebagai berikut:

a) Locus of control internal

Terdiri dari satu kategori, yaitu internality. Adalah individu yang

meyakini bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidupnya meliputi

keberhasilan dan kegagalan ditentukan oleh kemampuan dan usaha yang

dilakukannya secara mandiri. Sikap individu ini dapat diitunjukkan

dengan usaha yang aktif untuk mencapai tujuan dan tanggung jawab

terhadap kegagalan yang dapat terjadi.

b) Locus of control eksternal

Terdiri dari dua kategori, yaitu powerful others dan chance. Kategori

powerful others adalah individu yang meyakini bahwa peristiwa yang dialami dalam kehidupan baik keberhasilan dan kegagalan dipengaruhi

oleh pihak luar dari dirinya yang lebih berkuasa. Sedangkan kategori

chance, adalah individu yang meyakini bahwa peristiwa yang dialami telah ditentukan oleh nasib dan takdir. Kesuksesan dan kegagalan yang

diraih karena faktor kesempatan atau keberuntungan. Hal ini

ditunjukkan dengan sikap pasrah dengan keadaan, tidak berdaya dan

tertekan. Sehingga individu tersebut cenderung kurang dapat

menyesuaikan diri, prestasi lebih rendah, tidak dapat mengontrol emosi

(40)

c. Aspek-aspek Locus of Control (Lokus Kendali)

Menurut Means (dalam Yudina, 2012:19) mengemukakan tentang 4 konsep

locus of control yang dikembangkan oleh Rotter, yaitu:

a) Behavior Potential (potensi perilaku): aspek ini mengacu pada

kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terjadi dalam situasi

tertentu. Kemungkinan tersebut ditentukan dengan referensi pada

penguatan atau rangkaian penguatan yang dapat mengikuti perilaku

tersebut.

b) Expectancy (pengharapan): pengharapan dalam aspek ini merupakan

kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara khusus pada situasi

yang diberikan yang akan diikuti oleh penguatan yang telah

diprediksikan. Kepercayaan ini didasarkan pada probabilitas atau

kemungkinan penguatan yang terjadi.

c) Reinforcement value (nilai penguatan): merupakan aspek yang

menjelaskan tentang tingkat pilihan untuk satu penguatan sebagai

pengganti yang lain. Tiap individu menemukan penguat yang berbeda

nilainya. Tergantung pada aktivitasnya.

d) Psychological situation (situasi psikologi): Rotter percaya bahwa secara

terus-menerus sesorang akan memberikan reaksi pada lingkungan.

Penggabungan ini yang disebut situasi psikologis, di mana situasi

dipertimbangkan secara psikologis karena seseorang merekasi

(41)

d. Karateristik Locus of Control

Menurut Crider (dalam Rosmala, 2014) terdapat perbedaan karateristik

locus of control internal dan eksternal, yaitu:

a) Locus of control internal: suka bekerja keras, memiliki inisiatif yang

tinggi, selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah,

selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin dan selalu

mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin

berhasil.

b) Locus of control eksternal: kurang memiliki inisiatif, mudah

menyerah, kurang suka berusaha karena mereka percaya bahwa

faktor luar yang mengontrol usaha yang mereka lakukan, kurang

mencari informasi, mempunyai harapan bahwa ada sedikit hubungan

antara usaha dan kesuksesan serta lebih mudah dipengaruhi serta

tergantung pada petunjuk orang lain.

e. Indikator Locus of Control

Menurut Paul E. Spector (dalam Purbowaseso, 2008) locus of

control merupakan sesuatu yang berhubungan dengan tingkatan dimana individu meyakini bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa yang

mempengaruhi hidup mereka. Indikator locus of control menurut Paul E.

(42)

Tabel II.1

Skala Pengukuran Locus of Control Paul E. Spector Work Locus of Control Scale

Copyright Paul E. Spector, All rights reserved, 1988

The following questions concern your beliefs about jobs in general. They do not refer only to your present job.

Disag ree very mu ch Disag ree m ode ratel y Disag ree slig ht ly Agree sli ghtl y Agree moderat el y Agree very muc h

1. A job is what you make of it. 1 2 3 4 5 6

2. On most jobs, people can pretty much accomplish whatever they set out to accomplish 1 2 3 4 5 6

3. If you know what you want out of a job, you can find a job that gives it to you 1 2 3 4 5 6

4. If employees are unhappy with a decision made by their boss, they should do something about it

1 2 3 4 5 6

5. Getting the job you want is mostly a matter of luck 1 2 3 4 5 6

6. Making money is primarily a matter of good fortune 1 2 3 4 5 6

7. Most people are capable of doing their jobs well if they make the effort 1 2 3 4 5 6

8. In order to get a really good job, you need to have family members or friends in high places

1 2 3 4 5 6

9. Promotions are usually a matter of good fortune 1 2 3 4 5 6

10. When it comes to landing a really good job, who you know is more important than what you know

1 2 3 4 5 6

11. Promotions are given to employees who perform well on the job 1 2 3 4 5 6

12. To make a lot of money you have to know the right people 1 2 3 4 5 6

13. It takes a lot of luck to be an outstanding employee on most jobs 1 2 3 4 5 6

14. People who perform their jobs well generally get rewarded 1 2 3 4 5 6

15. Most employees have more influence on their supervisors than they think they do 1 2 3 4 5 6

16. The main difference between people who make a lot of money and people who make a little money is luck

1 2 3 4 5 6

f. Hubungan Locus of Control dengan Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja setiap orang dipengaruhi oleh karateristik lokus

kendalinya. Ciri pembawaan locus of control adalah berada dalam

kendalinya dan akan bersikap tidak mudah cemas dan terburu-buru dalam

mengambil keputusan suatu tindakan (Harahap, 2018). Locus of control

(43)

dikontrol secara internal maupun eksternal. Pegawai yang merasa kontrol

internal, merasa bahwa secara individual mereka dapat mempengaruhi hasil

melalui kemampuan, keahlian ataupun atas usaha mereka sendiri. Dengan

begitu akan memberikan kepuasan kerja bagi para pegawai (Harahap,

2018).

4. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja pegawai adalah suatu fenomena yang perlu

dicermati oleh pimpinan organisasi. Kepuasan kerja karyawan berhubungan

erat dengan kinerja karyawan. seseorang yang puas dalam pekerjaannya

akan memiliki motivasi, komitmen pada organisasi dan partisipasi kerja

yang tinggi sehingga akan terus dapat memperbaiki kinerja mereka

(Sinambela, 2017:301). Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan

pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan

kerja juga berkaitan dengan teori keadilan, perjanjian psikologis dan

motivasi (Sinambela, 2017:301).

Menurut Steve M. Jex (dalam Sinambela, 2017:302) kepuasan kerja

adalah tingkat afeksi positif seorang pekerja terhadap pekerjaan dan situasi

pekerjaan, kepuasan kerja berkaitan dengan sikap pekerja atas

pekerjaannya.

Locke gives a comprehensive definition of job satisfaction as involving cognitive, affective and evaluative reactions or attitudes and states it is ‘a pleasure or positive emotional state resulting from the

(44)

appraisal of one’s job or job experience’. Job satisfaction is a result of employees perception of how well their job provides those things that are viewed as important (Luthans, 2011:141).

Berdasarkan pemaparan Locke di atas, Locke memberikan definisi

yang komprehensif tentang kepuasan kerja. Kepuasan kerja disini

melibatkan aspek kognitif, afketif dan reaksi evaluatif atau sikap. Dan

menyatakan itu sebagai ‘kesenangan atau keadaan emosi positif yang dihasilkan dari penelitian atau pengalaman kerja’. Sehingga, kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan tentang seberapa baik pekerjaan mereka

dalam menyediakan hal yang dianggap penting.

Robbins & Coulter (2016:63) menyatakan bahwa kepuasan kerja

merujuk pada sikap yang lazim ditunjukkan karyawan terhadap

pekerjaannya. Meskipun kepuasan kerja cenderung lebih mengacu pada

sikap ketimbang perilaku, hal ini merupakan hasil yang seringkali diamati

para manajer karena karyawan yang puas cenderung lebih sering hadir di

kantor, memiliki kinerja yang lebih tinggi dan loyal terhadap organisasi.

a. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Faktor yang mempegaruhi kepuasan kerja menurut Lussier (2013:64) adalah

sebagai berikut:

a) The work itself (pekerjaan itu sendiri): Orang yang menikmati dan

melakukan pekerjaan itu memiliki pengaruh besar terhadap keseluruhan

kepuasan kerja. Individu yang melihat pekerjaan mereka sebagai

(45)

tersebut tidak menantang, cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja

yang rendah.

b) Pay and benefit (bayaran dan manfaat): Bayaran dan manfaat yang

diterima orang tersebut mempengaruhi keseluruhan kepuasan kerja.

Selain itu meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan dana pensiun

menjadikan manfaat tersebut lebih penting daripada sebelumnya.

c) Growth and upword (pertumbuhan dan mobilitas): Beberapa orang atau

karyawan melihat apakah ada potensi di dalam untuk tumbuh dan

berkembang ‘ke atas’. Banyak orang namun tidak semuanya dapat melihat hal itu, mereka ingin belajar dan ditantang untuk mencoba hal

baru. Selain itu, mereka juga berharap mendapat promosi ke jabatan

yang lebih tinggi.

d) Supervisior (pengawasan): Karyawan yang merasa bos mereka tidak

menyediakan sesuatu yang sesuai arah atau kendali, mungkin membuat

karyawan tersebut menjadi frustasi dan tidak puas dengan pekerjaannya.

e) Co-workers (rekan kerja): Orang-orang yang seperti rekan kerjanya

cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada

karyawan yang tidak menyukai rekan kerja mereka. Sehingga hubungan

manusia dengan rekan kerjanya mempengaruhi keseluruhan kepuasan

kerja.

f) Attitude toward work (sikap kerja): Bagi beberapa orang melihat kerja

(sikap) sebagai hal yang enyenangkan dan menarik. Sementara yang lain

(46)

Sementara yang lain tetap tidak puas dengan situasi pekerjaan yang

banyak.

b. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Luthans (dalam Wulandari, 2017) kepuasan kerja memiliki lima

faktor penting, yaitu:

a) Faktor pekerjaan itu sendiri.

b) Faktor upah atau gaji.

c) Kesempatan untuk kenaikan jabatan atau promosi.

d) Faktor rekan kerja.

e) Faktor kondisi kerja.

5. Kinerja Karyawan

Kinerja adalah hasil akhir dari sebuah aktivitas. Entah aktivitas

tersebut adalah berjam-jam latihan intensif sebalum konser atau balap, atau

melaksanakan kewajiban kerja seefisien dan seefektif mungkin. Kinerja

adalah apa yang dihasilkan dari aktivitas tersebut (Robbins & Coulter,

2016:168).

Job performance is contribution that individuals make to the organization that employs them (Brown & Stewart, 2011:297).

Menurut Brown dan Stewart, kinerja adalah konstribusi yang

(47)

Menurut Mangkunegara (dalam Menezes, 2008) kinerja dapat dibagi

menjadi dua jenis, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja

individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun

kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Sedangkan

kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja

kelompok.

a. Aspek-aspek Kinerja

Menurut Wirawan (dalam Jannah, 2017:10-12) secara umum aspek-aspek

kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang didalamnya

terkandung indikator-indikator kinerja, yaitu:

a) Hasil kerja: Adalah hal yang dihasilkan dari apa yang telah dikerjakan

(keluaran hasil atau keluaran jasa), dapat berupa barang dan jasa yang

dihitung dan diukur kuantitas dan kualitasnya.

b) Sifat pribadi: Adalah sifat yang dimiliki oleh setiap karyawan, sifat

pribadi karyawan diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya. Setiap

manusia memiliki sifat bawaan yang sudah dibawa sejak lahir atau

watak, sifat bawaan ini akan diperkuat oleh pengalaman-pengalaman

yang diperoleh pada saat manusia menjadi dewasa. Untuk dapat

menunjang pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik, maka seorang

karyawan memerlukan sifat pribadi tertentu, seperti kemampuan

beradaptasi dengan baik agar dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan kerjanya, kesabaran yang termasuk didalamnya merupakan

(48)

untuk beberapa saat sampai dapat merasa tenang dan pikiran dapat

berfungsi kembali dengan baik. Serta kejujuran dalam bekerja, seperti

menceritakan informasi atau fenomena yang ada sesuai dengan realitas

tanpa ada perubahan dalam menyelesaikan pekerjaan.

c) Perilaku kerja dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Perilaku pribadi: Adalah perilaku yang tidak ada hubungannya

dengan pekerjaan, contoh: cara berjalan, cara makan siang dan

lain-lain.

b) Perilaku kerja: Adalah perilaku karyawan yang berhubungan dengan

pekerjaannya, contoh: disiplin kerja, perilaku yang disyaratkan

dalam prosedur kerja dan kerja sama, komitmen terhadap tugas,

ramah pada pelanggan. Perilaku kerja juga meliputi insentif yang

dihasilkan untuk memecahkan masalah kerja, seperti ide atau

tindakan yang dihasilkan dan mampu untuk membuat alternatif

solusi demi kelancaran pekerjaan sehingga dapat menghasilkan

kinerja tinggi.

b. Cara Menilai Kinerja Organisasi Nirlaba

Menurut Pramadhany (2011) untuk meningkatkan kinerja

organisasi, maka diperlukan sistem berbasis kinerja. Kinerja yang baik

harus mempunyai sistem pengukuran kinerja yang handal dan berkualitas,

serta diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya

(49)

non keuangan. Hal ini mendorong Kaplan & Norton (dalam Pramadhany,

2011) untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih

komprehensif yang dikenal dengan balanced scorecard. Konsep balanced

scorecard merupakan salah satu metode pengukuran kinerja dengan memasukkan empat aspek di dalamnya, yaitu:

a) Financial perspective (perspektif keuangan).

b) Customer perspective (perspektif pelanggan).

c) Internal bussines perspective (perspektif proses bisnis internal).

d) Learning and growth perspective (perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan).

Balanced scorecard merupakan strategi bisnis yang diterapkan agar

dapat dilaksanakan dan dapat mengukur keberhasilan organisasi. Dengan

demikian, balanced scorecard dapat digunakan sebagai alat untuk

mengimplementasikan strategi. Lebih dari itu, balanced scorecard dapat

menyelaraskan berbagai fungsi (divisi, departemen dan seksi) agar segala

keputusan dan kegiatannya di dalam masing-masing fungsi tersebut dapat

dimobilisasikan untuk mencapai tujuan organisasi.

Pada awalnya, balanced scorecard dirancang untuk digunakan pada

organisasi yang bersifat mencari laba, namun kemudian berkembang dan

diterapkan pada organisasi nirlaba. Terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap penggunaan balanced scorecard pada organisasi laba dan

(50)

a) Pada organisasi laba, perspektif finansial adalah tujuan utama dari

perspektif yang ada. Perspektif finansial dalam organisasi laba dapat

berupa finansial atau keuntungan.

b) Pada organisasi nirlaba, perspektif konsumen merupakan tujuan utama

dari perspektif yang ada. Perspektif finansial dalam organisasi nirlaba

adalah pertanggungjawaban keuangan mengenai penggunaan sumber

daya yang efektif dan efisien dalam rangka memenuhi kebutuhan

masyarakat (Pramadhany, 2011).

Pada organisasi laba, elemen keuangan berada di urutan paling pertama.

Sedangkan di organisasi nirlaba, urutan pertama adalah elemen pelanggan

atau masyarakat. Berikut adalah contoh gambar tabel elemen balanced

scorecard:

Gambar II.1

Gambar Elemen Balanced Scorecard

(Sumber: http://lingkarlsm.com/bagaimana-mengukur-kinerja-sebuah-organisasi-balance-scorecard/ di akses tanggal 12 Desember 2019)

(51)

Elemen pada balanced scorecard (BSC):

a) Beneficiaries dan stakeholders (Elemen Masyarakat)

Organisasi mengidentifikasikan pasar dan segmen dimana

masyarakat atau penerima manfaat layak diberi bantuan yang sesuai

dengan visi, misi dan strategi organisasi. Tujuan pada elemen ini adalah

menjadikan masyarakat menjadi lebih maju dan terpuaskan. Contoh

ukuran yang dapat digunakan adalah kepuasan dan profitabilitas

masyarakat.

b) Elemen Keuangan

Organisasi merumuskan keuangan dan pendanaan yang dibutuhkan

selama beberapa tahun ke depan. Contoh ukurannya yaitu, banyaknya

dana yang diterima dan dana yang dihasilkan oleh organisasi itu sendiri.

c) Elemen Proses Internal

Elemen ini mengidentifikasikan proses yang penting bagi organisasi

untuk dapat membantu masyarakat dengan optimal dan kelangsungan

hidup sebuah organisasi. Komponen utamanya adalah inovasi,

pelayanan dan operasional.

d) Elemen Pembelajaran dan Pertumbuhan

Infrastruktur dasar organisasi ada pada elemen pembelajaran dan

pertumbuhan, karena menggambarkan kemampuan sebuah organisasi

untuk dapat bertumbuh dengan baik dalam waktu jangka panjang.

Elemen ini juga menunjang elemen masyarakat, keuangan dan proses

(52)

karyawan, meningkatkan kapasitas sistem informasi, membuat setiap

karyawan memiliki motivasi yang sama dan peningkatan keselarasan.

Ukuran yang biasa digunakan adalah turnover karyawan, banyaknya

saran yang diberikan oleh karyawan, kepuasan dan peningkatan

keahlian pekerja.

c. Cara Menilai Kinerja Karyawan di Universitas Sanata Dharma

Penilaian kinerja yang dilakukan terhadap karyawan bagian

administrasi USD dilakukan setiap akhir tahun oleh masing-masing kepala

bagian unit kerja atau wakil dekan. Penilaian kinerja karyawan

menggunakan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang

dikeluarkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. DP3 Pegawai

Negeri Sipil adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pelaksanaan

pekerjaan seorang pegawai negeri sipil dalam jangka waktu satu tahun yang

dibuat oleh pejabat yang berwenang. Daftar tersebut digunakan sebagai

bahan dalam melaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain

dalam mempertimbangkan kenaikan pangkat penempatan dalam jabatan,

pemindahan, kenaikan gaji berkala dan lain-lain. Nilai dalam DP3

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan mutasi

kepegawaian dalam tahun berikut, kecuali ada perubahan tercela dari

(53)

d. Tujuan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

Tujuan dari DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) adalah

untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam

pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karir dan sistem

prestasi kerja. Sesuai dengan tujuannya, maka DP3 harus dibuat seobjektif

dan seteliti mungkin berdasarkan data yang tersedia. Untuk itu, maka setiap

pejabat yang berwenang membuat DP3 berkewajiban membuat dan

memelihara catatan mengenai pegawai negeri sipil yang berada dalam

lingkungan kerja masing-masing.

e. Unsur-unsur Penilaian DP3:

Unsur penilaian yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan

berdasarkan DP3 adalah sebagai berikut:

a) Kesetiaan: Dalam arti sempit kesetiaan adalah ketaatan dan pengabdian

kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah. Sedangkan dalam

arti luas, yang dimaksud dengan kesetiaan adalah tekad dan

kesanggupan menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu dengan

disertai penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan

kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku

sehari-hari serta dalam pelaksanaan tugas. Pada umumnya, yang

dimaksud dengan pengabdian adalah penyumbangan pikiran dan tenaga

secara ikhlas dengan mengutamakan kepentingan umum diatas

(54)

b) Prestasi: kerja prestasi adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang

karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada

umunya, prestasi seorang karyawan dipengaruhi oleh kecakapan,

keterampilan, pengalaman dan kesungguhan karyawan yang

bersangkutan.

c) Tanggung jawab: adalah kesanggupan seorang karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaikbaiknya dan tepat pada waktunya serta berani menanggung resiko

atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang diakuinya.

d) Ketaatan: adalah kesanggupan seorang karyawan untuk menaati segala

peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku,

menaati perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta

kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

e) Kejujuran: pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran adalah

ketulusan hati seorang pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas

dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang

diberikan kepadanya.

f) Kerjasama: adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk

bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu

tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna

sebesar-besarnya.

g) Prakarsa: adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk

(55)

tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa

menungggu perintah dari atasan.

h) Kepemimpinan: adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk

menyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal

untuk melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur kepemimpinan hanya

dikenakan bagi pegawai ngeri sipil yang berpangkat pengatur muda

goloongan ruang II/A ke atas yang memangku suatu jabatan.

f. Tujuan Pengukuran Kinerja

Kemampuan untuk memberikan umpan balik yang berharga adalah

salah satu tujuan yang paling penting. Hasil penilaiannya juga digunakan

untuk memutuskan dan membenarkan alokasi penghargaan. Evaluasi

kinerja dapat digunakan sebagai titik awal untuk diskusi mengenai

pelatihan, pengembangan dan perbaikan (Moorhead & Griffin, 2013:154).

Menurut Moorhead & Griffin (2013:154) pemberian umpan balik

kinerja pada pekerjaan adalah kegunaan utama dari informasi penilaian,

informasi tersebut dapat menunjukkan bahwa seorang yang tidak memiliki

keterampilan untuk pekerjaan tertentu dan bahwa ada hal lain yang harus

direkrut untuk mengisi peran tersebut. Kinerja juga dipengaruhi oleh

variabel locus of control, yaitu bahwa individu yang memiliki locus of

control internal akan menunjukkan kinerja yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki locus of control eksternal. Karena individu yang

(56)

memiliki locus of control internal lebih berorientasi pada tugas yang

dihadapinya sehingga akan meningkatkan kinerja (Rosmala, 2014:33).

g. Dasar-dasar Pengukuran Kinerja

Banyak persoalan yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

cara suatu penilaian, tiga dari persoalan yang paling penting adalah siapa

yang melakukan penilaian, seberapa sering penilaian dilakukan dan

bagaimana kinerja diukur (Moorhead & Griffin, 2013:154).

a) Penilai: penilai utama karyawan adalah pengawas, hal ini berasal dari

fakta yang yata bahwa pengawas sekiranya berada dalam posisi terbaik

untuk mengetahui kinerja sehari-hari. Namun terkadang yang menjadi

masalah adalah ketika pengawas atau penilai tidak memiliki informasi

yang lengkap mengenai kinerja karyawan. Salah satu solusi bagi

masalah tersebut adalah menggunakan pendekatan umpan balik

360-derajat (360 degree feedback), sistem manajemen kinerja di mana

orang-orang dapat menerima umpan balik kinerja dari mereka yang berada di

semua sisi mereka dalam organisasi atasan mereka, kolega dan rekan

kerja sebaya serta bawahan mereka. Untuk memperoleh manfaat dari

360 degree feedback, manajer harus bersikap ‘tebal muka’. Manajer

kemungkinan akan mendengar beberapa komentar pribadi pada topik

yang sensitif, bahkan mungkin dapat mengancam. Sehingga, sistem

(57)

berfokus pada hal-hal yang konstruktif bukan pada kritik yang destruktif

(Moorhead & Griffin, 2013:155).

b) Frekuensi penilaian: Tanpa memandang tingkat kinerja karyawan, jenis

tugas yang dilakukan atau kebutuhan karyawan terhadap informasi pada

kinerja, organisasi biasanya melakukan penilaian kinerja secara teratur,

yaitu satu tahun sekali (Moorhead & Griffin, 2013:155). Penilaian

kinerja praktis untuk tujuan-tujuan administratif, seperti penyimpanan

catatan dan prediktibilitas. Manajer dalam situasi internasional harus

memastikan bahwa mereka menerapkan fenomena budaya dalam

strategi penilaian kinerja mereka (Moorhead dan Griffin, 2013:156).

Sementara itu, di negara-negara yang warganya menempatkan

keyakinan terhadap takdir, nasib atau sebentuk kemauan Yang

Mahakuasa, karyawan mungkin tidak dapat menerima umpan balik

kinerja sama sekali, karena mereka percaya bahwa tindakan mereka

tidak relevan dengan hasil yang mengikutinya (Moorhead & Griffin,

2013:156).

c) Mengukur kinerja: beberapa dari metode yang paling populer untuk

mengevaluasi kinerja individual adalah skala peringkat grafis, checklist,

esai atau catatan harian, skala peringkat keperilakuan dan sistem pilihan

paksa. Sistem tersebut sangatlah mudah digunakan bagi kebanyakan

manajer, namun ada dua masalah umum yang terdapat dalam semua

metode individual, yaitu kecenderungan untuk memeringkat sebagian

(58)

untuk mendiskriminasi diantara kinerja variabel. Model komparatif

yang paling populer adalah peringkat, distribusi paksa, perbandingan

pasangan dan penggunaan pemeringkat multipel dalam membuat

perbandingan. Namun, metode komparatif lebih sulit digunakan

daripada metode individual, lebih asing lagi banyak manajer yang

membutuhkan prosedur pengembangan yang rumit dan sistem analitis

terkomputerisasi untuk menyalin informasi yang dapat digunakan

(Moorhead & Griffin, 2013:156).

h. Indikator Kinerja Karyawan

Menurut Robbins (dalam Nurul, 2016) mengemukakan bahwa kinerja

karyawan dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

a) Kualitas kerja: menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu dan

ketepatan dalam melakukan tugas.

b) Kuantitas kerja: menerangkan tentang berapa jumlah produk atau jasa

yang dapat dihasilkan.

c) Waktu kerja: menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan

serta masa kerja yang telah dijalani karyawan tersebut.

d) Komitmen kerja: menerangkan seberapa tinggi karyawan mempunyai

komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap

organisasi.

Gambar

Tabel II.1
Gambar II.1
Gambar II.2
Tabel III. 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya kepada peneliti sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.skripsi dengan judul “STUDI

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi dan

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya, tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengaruh Social CRM terhadap Loyalitas Pelanggan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena senantiasa melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :Peran Predominant Use Of Targets

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : ”Pengaruh LOC

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan KasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan