• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI JALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI JALAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN

TRANSPORTASI JALAN

5.1. K

ONSEP

P

ENGEMBANGAN

5.1.1. Tujuan (Goals)

Tujuan pengembangan transportasi jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: a. Melayani perkembangan wilayah terutama di daerah kota-kota/perkotaan

b. Meningkatkan aktivitas perekonomian di daerah-daerah yang dilalui b. Meningkatkan aksesibilitas sosial, ekonomi dan pemerintahan

c. Mengurangi disparitas pertumbuhan regional antara wilayah tengah dan wilayah barat utara dan timur utara

d. Memperkuat keterkaitan antar wilayah propinsi agar dapat mengembangkan perekonomian di seluruh wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

5.1.2. Sasaran (Objectives)

Sasaran pengembangan transportasi jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dikembangkannya transportasi jalan sebagai sarana pendukung berkembangnya wilayah-wilayah di seluruh Yogyakarta dengan mempertimbangkan beroperasinya sistem transportasi jalan yang terintegrasi, optimal dan sanggup menampung kebutuhan sampai dengan 20 tahun mendatang.

5.1.3. Kebijakan (policy)

Kebijakan pengembangan transportasi jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: a. Penanganan transportasi jalan perlu dilakukan dan atau dikendalikan oleh pihak-pihak

terkait baik oleh pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten sesuai dengan wewenang kerja masing-masing pihak.

b. Pertumbuhan pengembangan didasarkan pada aspek pemerataan untuk mencapai pertumbuhan. Ini berarti prioritas penanganannya tidak didasarkan pada pertumbuhan ekonomis semata-mata, tetapi juga yang tak kalah penting adalah pembukaan keterisolasian dan aksesibilitas

(2)

c. Kebijakan pembangunan daerah digunakan sebagai pertimbangan utama penentuan prioritas penanganan

5.2. K

ERANGKA

P

ENGEMBANGAN

T

RANSPORTASI

J

ALAN

5.2.1. Konsep Pengembangan Transportasi Jalan

Pembangunan transportasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan pada peningkatan ketersediaan dan kualitas pelayanan agar tercapai suatu sistem transportasi antar moda yang erat kaitannya dengan kondisi fisik dan geografi wilayah, mampu meningkatkan efektifitas transportasi antara daerah dan kawasan pertumbuhan, serta mampu memberikan pelayanan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat yang meliputi transportasi darat dan transportasi udara.

Untuk pengembangan transportasi darat, kerangka pengembangan diatas dituangkan dalam bentuk strategi pengembangan transportasi jalan yang mewadahi pola pergerakan intra dan inter wilayah yang menghubungkan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan wilayah lainnya. Secara konseptual sistem transportasi darat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat digambarkan seperti pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Skema Konseptual Pengembangan Transportasi Jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(3)

Salah satu prioritas pembangunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meningkatkan pembangunan daerah. Mengacu pada Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi mengenai program untuk mempercepat pembangunan, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan meningkatkan ekonomi wilayah. Peningkatan tersebut diiringi dengan meningkatkan aksesibilitas hingga ke daerah terpencil dan terisolasi untuk mendukung lancarnya aliran investasi dan produksi antar wilayah.

Sistem transportasi darat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi jalur utama nasional, jalur utama propinsi dan jalur pengembangan. Jalur utama merupakan jalur yang sudah terbentuk dan merupakan bagian dari jalur transportasi nasional. Dari sisi perekonomian, jalur ini akan mempunyai peranan penting dalam memperkuat orientasi arus perdagangan yang berfokus ke tiga arah yaitu timur (Solo, Surabaya), utara (Semarang) dan barat (Purwokerto, Jakarta).

Jalur pengembangan diharapkan mampu memberikan akses untuk mobilitas baik masyarakat dan barang terhadap daerah yang selama ini masih terisolasi. Pembukaan akses ini diharapkan mampu menggerakkan dan mengembangkan perokonomian masyarakat setempat. Dengan semakin meningkatnya perokonomian dan taraf hidup masyarakat, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan penggunaan hasil alam semakin meningkat, sehingga pada akhirnya akan tercapai kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Untuk memahami konsep pengembangan transportasi jalan diatas, perlu dicermati beberapa hal yaitu:

1. Wilayah Sleman bagian utara secara umum merupakan wilayah lindung terhadap area tangkapan air yang berperan sangat vital bagi penyediaan air tanah bagi kawasan-kawasan di wilayah selatannya, sehingga pengembangan transportasi di wilayah ini dilakukan dengan menekankan pada fungsi pelayanan kawasan. Dalam hal ini bukan berarti kawasan ini tidak dikembangkan, akan tetapi dikembangkan sesuai dengan potensi kawasan yang ada yaitu di bidang agro industri (industri yang berbasis pertanian) maupun pariwisata.

2. Wilayah Bantul bagian utara dan tengah merupakan wilayah yang diharapkan menjadi wilayah industri dengan industri yang berbasis sektor kerajinan rakyat yang sangat banyak potensinya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan bagian selatan merupakan wilayah yang dikembangkan untuk pariwisata.

3. Wilayah Kulonprogo bagian barat dan utara, Gunung Kidul bagian utara dan timur dianggap kawasan dengan perkembangan yang lambat dan membutuhkan percepatan pembangunan dengan salah satu dukungannya adalah pengembangan transportasi jalan.

4. Beberapa wilayah Kulonprogo bagian tengah merupakan kawasan lindung (rawan longsor), sedangkan wilayah selatan dan timur merupakan kawasan budidaya dan pariwisata. Beberapa wilayah Gunung Kidul bagian tengah merupakan kawasan budidaya (pertanian, pertambangan, peternakan), sedangkan bagian selatan merupakan kawasan wisata dan budidaya perikanan (penangkapan).

5. Wilayah Kota (dan aglomerasinya) merupakan wilayah pusat pertumbuhan propinsi dan melihat pola pertumbuhan lalu lintasnya dimasa mendatang, diperkirakan akan

(4)

mengalami kepadatan yang luar biasa dan harus diantisipasi oleh pengembangan jaringan jalan yang memadai.

Secara umum konsep pengembangan transportasi jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tulang punggung dari transportasi jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah jalur ke arah timur, utara dan barat yang merupakan jalan nasional yang semuanya menuju kota. Di wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya, selain ring road yang sudah ada sekarang, dibuat suatu outer ring road yang melingkar diluar ring road yang sudah ada. Outer ring road ini terutama diperuntukkan bagi jalur menerus yang akan menuju ke timur dari barat atau sebaliknya tanpa harus melewati wilayah kota.

2. Jalur masuk ke kota dari wilayah lain dibatasi terutama jika hanya untuk melintas saja. Hal ini dilakukan dengan mengalihkan arus semacam ini melewati ring road (baik inner maupun outer ring road). Meski demikian pada prakteknya, hal ini susah dilakukan sehingga jalur-jalur yang ada sekarang (yang menembus kota) harus tetap dipertahankan sebagai arteri dengan status arteri dengan pembatasan-pembatasan ketat terhadap jenis kendaraan yang lewat.

3. Beberapa jalur eksisting yang vital bagi propinsi diperkuat dengan pengembangan geometrik jalan maupun sistem manajemen lalu lintas yang baik. Jalur ini diharapkan menjadi tulang punggung bagi pengembangan transportasi di tingkat kabupaten/kota. 4. Beberapa jalur eksisting yang menembus ke wilayah lain di wilayah Kulonprogo bagian

barat dan utara serta wilayah Gunung Kidul bagian utara dan timur diperkuat dengan peningkatan fungsi dari kolektor menjadi arteri.

5. Jalur selatan dikembangkan sesuai dengan studi yang sudah ada dengan beberapa wilayah yang masih menghadapi kendala topografi (Panggang, Gunung Kidul).

6. Outer ring road di bagian utara (Sleman) dikembangkan secara terbatas dengan diarahkan pada pelayanan terhadap wilayah, bukan sebagai jalur alternatif seperti yang akan difungsikan terhadap outer ring-road selatan. Pengembangan jalan yang dilakukan adalah dengan perbaikan simpang dan geometri jalan sehingga mampu memangkas waktu tempuh. Dukungan yang bisa diberikan untuk sektor agroindustri adalah penurunan waktu tempuh dari sentra produksi menuju wilayah lain sehingga memungkinkan tersedianya produk yang segar dan bermutu tinggi. Sedangkan untuk kepariwisataan, dukungan pengembangan jalan yang ada adalah dalam hal penyediaan jaringan yang memadai untuk kepariwisataan. Disamping itu letak wilayah ini sangat ideal untuk pengembangan pariwisata karena terletak dalam koridor Borobudur – Kaliurang – Prambanan, sehingga pengembangan jaringan jalan dalam koridor ini (Tempel – Turi – Pakem – Cangkringan – Prambanan) yang memadai sangat diperlukan. Skema konsep pengembangan transportasi jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 5.2.

(5)

Gambar 5.2. Konsep Pengembangan Transportasi Jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(6)

5.2.2. Komponen Rencana Umum Jaringan Transportasi

Jalan

Konsep pengembangan tersebut akan diwujudkan dalam suatu Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan yang mampu mewadahi kebutuhan pengembangan transportasi sampai pada level yang ditentukan. Dalam studi ini, rencana yang diajukan adalah rencana jaringan transportasi jalan primer yang dalam pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab Pemerintah Propinsi dan akan menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam menyusun rencana jaringan transportasi jalan sekunder.

Unsur-unsur rencana umum jaringan transportasi jalan terdiri dari: a. Ruang-ruang kegiatan

Penentuan ruang-ruang kegiatan ini baik pada kondisi sekarang maupun yang akan datang diperlukan untuk melihat seberapa besar kebutuhan dukungan transportasi terhadap ruang-ruang yang ada. Dengan mengetahui sebaran ruang-ruang kegiatan akan dapat ditentukan prioritas pengembangan kawasan berdasarkan ruang-ruang kegiatan yang diwadahinya. Ruang-ruang kegiatan ini meliputi:

1. Kawasan andalan nasional yang strategis bagi kepentingan nasional 2. Kawasan andalan propinsi yang strategis bagi kepentingan propinsi 3. Kawasan andalan kabupaten yang strategis bagi kepentingan kabupaten 4. Kawasan andalan propinsi yang strategis bagi kepentingan nasional 5. Kawasan andalan kabupaten yang strategis bagi kepentingan nasional 6. Kawasan andalan kabupaten yang strategis bagi kepentingan propinsi

Pada prakteknya tidak semua kategori diatas dimiliki oleh suatu propinsi dan hanya beberapa saja yang dianggap sesuai.

b. Jaringan jalan

Jaringan jalan adalah serangkaian ruas dan simpul yang terwujud atau diwujudkan untuk melayani pergerakan orang dan barang dari asal ke tujuan. Jaringan jalan dapat dibedakan atas:

1. kewenangan pengelolaan: jalan nasional, propinsi, kabupaten/kota dan desa 2. fungsi jalan : arteri, kolektor dan lokal

3. hirarki pelayanan : primer, sekunder dan tersier c. Simpul Transportasi

Simpul merupakan titik dalam jaringan jalan di mana terjadi perpindahan jenis angkutan, dibedakan atas:

(7)

Terminal (terminal penumpang dan barang) disediakan untuk: menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda, mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum, membongkar dan muat barang.

Terminal penumpang dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe terminal yaitu:

a) Terminal penumpang tipe A, yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

b) Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan atau angkutan pedesaan.

c) Terminal penumpang tipe C 2. Bandar udara

Bandar udara menurut fungsinya merupakan:

a) Simpul dalam jaringan transportasi udara sesuai dengan hirarki fungsinya b) Pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional

c) Tempat kegiatan alih moda transportasi

Bandar udara menurut penggunaannya, dibedakan atas:

a) Bandar udara terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar negeri b) Bandar udara yang tidak terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari

luar negeri 3. Stasiun Kereta Api

Kereta api merupakan bentuk moda lain dari transportasi darat, dimana karakteristiknya sangat khas, karena merupakan komplemen dari transportasi jalan. Disini bisa dikatakan bahwa kereta api dalam beberapa hal merupakan kompetitor utama transportasi jalan terutama untuk angkutan jarak jauh antar kota antar propinsi.

d. Jaringan Trayek

Jaringan trayek adalah jaringan jalan yang digunakan untuk pergerakan angkutan umum. Dalam JTJ primer, angkutan umum yang akan dianalisis adalah angkutan antar kota antar propinsi (AKAP) dan angkutan kota dalam propinsi (AKDP).

Jaringan trayek dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Jaringan trayek utama, menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama yang membangkitkan dan menarik perjalanan relatif besar.

2. Jaringan trayek cabang, melayani pergerakan dari wilayah pusat-pusat kegiatan atau koridor yang dilayani oleh trayek utama ke wilayah disekitarnya.

(8)

3. Jaringan trayek lokal, melayani pergerakan didalam wilayah, baik didalam wilayah dipusat-pusat kegiatan maupun diluar pusat kegiatan.

e. Jaringan Lintas

Jaringan lintas adalah jaringan jalan yang dialokasikan untuk pergerakan kendaraan angkutan barang antar propinsi dan antar kabupaten. Jaringan lintas diklasifikasikan atas:

1. Lintas utama, dengan karakteristik: pelayanan jarak jauh atau sedang, serta menghubungkan antar pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pengumpul yang ditetapkan untuk melayani lintas utama.

2. Lintas cabang, dengan karakteristik: pelayanan jarak sedang atau dekat, serta menghubungkan antar pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pengumpul dengan pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pengumpul atau antar pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pengumpan, yang ditetapkan untuk melayani lintas cabang.

5.3. R

ENCANA

U

MUM

J

ARINGAN

T

RANSPORTASI

J

ALAN

5.3.1. Ruang-Ruang Kegiatan

Ruang-ruang kegiatan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: a. Strategis bagi kepentingan nasional

1. Dalam kerangka pengembangan pulau Jawa, posisi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai pusat pertumbuhan di wilayah selatan bagian tengah pulau Jawa.

2. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata utama di Indonesia

3. Pengembangan wilayah pesisir selatan pulau Jawa melibatkan wilayah pesisir selatan Yogyakarta

b. Strategis bagi kepentingan propinsi

ƒ Kawasan konservasi dan preservasi lingkungan meliputi kawasan lereng Merapi (Sleman) yang merupakan daerah tangkapan air dan beberapa wilayah di Kabupaten Kulonprogo merupakan kawasan lindung dengan kemungkinan longsor yang tinggi.

ƒ Beberapa wilayah di pesisir selatan yang dikembangkan secara terbatas

ƒ Kawasan tertinggal yaitu di beberapa kawasan di Gunung Kidul bagian utara, timur dan beberapa kawasan di bagian selatan barat demikian juga beberapa kawasan di Kulonprogo bagian utara dan barat

ƒ Kawasan budidaya pertanian yaitu di beberapa kawasan kabupaten Sleman bagian selatan, barat dan timur, Kulonprogo bagian timur, Bantul bagian tengah, Gunung Kidul bagian barat utara.

(9)

ƒ Kawasan industri yaitu di beberapa kawasan di Bantul bagian utara, Sleman bagian barat.

ƒ Kawasan pusat pertumbuhan ekonomi propinsi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, sedangkan beberapa pusat pertumbuhan kabupaten meliputi beberapa ibukota kabupaten dan kecamatan-kecamatan unggulan

ƒ Kawasan khusus bandara dan sekitarnya sebagai kawasan dengan kemungkinan pengembangan yang sangat tinggi berkaitan dengan beberapa rencana pengembangan bandara menjadi bandara untuk penerbangan internasional dan rencana pemindahan fasilitas latihan terbang Akademi Angkatan Udara

5.3.2. Jaringan Jalan

Berdasarkan konsep perencanaan transportasi jalan seperti yang telah dikemukakan di bagian awal dari bab ini, maka jaringan jalan yang dikembangkan untuk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 5.1. Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2002-2021

2002 2006 2011 2021 No

ruas Namaruas Pjg (km) Stat

us Fungsi Status Fungsi Status Fungsi Status Fungsi

001 Sleman - Tempel 7,54 N A N A N A N A 002 Yogyakarta - Tempel 7,89 N A N A N A N A 002.K1 Jl. Diponegoro 0,65 N A N A N A N A 002.K2 Jl. Magelang 1,51 N A N A N A N A 003 Yogyakarta - Prambanan 12,15 N A N A N A N A 003.K1 Jl. Jend. Sudirman 1,25 N A N A N A N A 003.K2 Jl. Urip Sumoharjo 1,01 N A N A N A N A 003.K3 Jl. Laksda Adisutjipto 0,37 N A N A N A N A 004.1 Yogyakarta - Sentolo 13,66 N A N A N A N A 004.2 Yogyakarta - Sentolo 1,03 N A N A N A N A 004.K1 Jl. Kyai Mojo 1,15 N A N A N A N A 004.K2 Jl. HOS Cokroaminoto 2,28 N A N A N A N A 004.K3 Jl. RE. Martadinata 0,98 N A N A N A N A 005 Sentolo - Milir 8,32 N A N A N A N A 006 Wates - Toyan 4,88 N A N A N A N A 007 Toyan - Karangnongko 9,89 N A N A N A N A

008 Sentolo - Kalibawang - Klangon 26,38 P K P K P K P K

009 Yogyakarta - Bantul 11,51 P K P K P K P K 009.K1 Jl. Bantul 1,42 P K P K P K P K 010 Bantul - Srandakan 8,77 P K P K P K P K 011 Srandakan - Toyan 14,98 P K P K P K P K 012 Yogyakarta - Parangtritis 25,46 P K P K P K P K 012.K1 Jl. Parangtritis 1,35 P K P K P K P K 013 Yogyakarta - Kaliurang 29,82 P K P K P K P K 013.K1 Jl. C. Simanjuntak 0,94 P K P K P K P K

(10)

Tabel 5.1. Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi D.I. Yogyakarta (lanjutan)

2002 2006 2011 2021 No

ruas Namaruas Pjg (km) Stat Fung Stat Fung Stat Fung Stat Fung 014.1 Yogya-Bibal (Yk-Panggang) 19,60 P K P K P K P K 014.2 Bibal-Panggang (Yk-Panggang) 5,80 P K P K P K P K 014.K1 Jl. Pramuka 0,96 P K P K P K P K 014.K2 Jl. Imogiri 1,39 P K P K P K P K 015 Yogyakarta - Piyungan 9,30 N A N A N A N A 015.K0 Jl. Gedong Kuning 2,02 N K N K N K N K 015.K1 Jl. Kapten Tendean 0,75 N K N K N K N K 015.K2 Jl. Bugisan 0,47 N K N K N K N K 015.K3 Jl. Sugeng Jeroni 0,68 N K N K N K N K 015.K4 Jl. MT. Haryono 0,73 N K N K N K N K 015.K5 Jl. Mayjen Sutoyo 0,60 N K N K N K N K 015.K6 Jl. Kol. Sugiono 0,79 N K N K N K N K 015.K7 Jl. Menteri Supeno 1,14 N K N K N K N K 015.K8 Jl. Perintis Kemerdekaan 0,81 N K N K N K N K 015.K9 Jl. Ngeksigondo 0,80 N K N K N K N K 016 Prambanan - Piyungan 10,30 P K P K P A P A 017.1 Piyungan - Gading 4,13 N A N A N A N A 017.2 Piyungan - Gading 13,70 N A N A N A N A 018 Gading - Gledag 4,79 N A N A N A N A 019 Gledag - Wonosari 4,86 N A N A N A N A 020.1 Paliyan – Panggang 19,16 P K P K P K P K 020.2 Playen – Paliyang 8,92 P K P K P K P K 021 Playen – Gading 2,95 P K P K P K P K 022 Playen – Gledag 3,99 P K P K P K P K 023 Wonosari – Semin 21,41 P K P K P A P A 024 Semin – Bulu 8,41 P K P K P A P A 025 Semin – Blimbing 5,68 P K P K P K P K 026 Milir – Wates 3,91 N A N A N A N A 027 Milir – Dayakan 3,60 P K P K P K P K

028.1 Gedong Kuning – Wonocatur 1,20 P K P K P K P K

028.2 Ring Road Selatan 18,50 N A N A N A N A

029 Pandanan – Candirejo 3,47 P K P K P K P K

030 Wonosari – Ngeposari – Bedoyo 32,20 N A N A N A N A 031 Ngeposari – Pacucak – Bedoyo 6,99 P K P K P K P K 032 Sumur – Tunggul – Sumuluh 2,36 P K P K P K P K

033 Dawung – Makam Imogiri 1,50 P K P K P K P K

034 Wonosari – Tepus 21,44 P K P K P K P K

035 Mulo – Kemiri – Baron 14,58 P K P K P K P K 036.1 Yogya–Ngapak (Yk–Nanggulan) 15,18 P K P K P K P K 036.2 Ngapak–Nanggulan (Yk–Nanggulan) 0,80 P K P K P K P K

037.1 Prambanan – Pakem 20,57 P K P K P K P K

037.2 Tempel – Pakem 13,54 P K P K P K P K

038.1 Jl. Arteri Utara 10,21 N A N A N A N A

038.2 Jl. Arteri Utara Barat 8,50 N A N A N A N A

039 Yogyakarta – Pulowatu 11,00 P K P K P K P K

040 Klangon – Tempel 22,48 P K P K P K P A

(11)

Tabel 5.1. Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi D.I. Yogyakarta (lanjutan)

2002 2006 2011 2021 No

ruas Namaruas Pjg (km) Stat Fung Stat Fung Stat Fung Stat Fung

042 Srandakan – Kretek 19,37 P K P K P K P K 043 Sentolo – Galur 17,33 P K P K P K P K 044 Galur – Congot 24,99 P K P K P K P K 045 Dekso – Samigaluh 16,60 P K P K P K P K 046 Kembang – Tegalsari 11,80 P K P K P K P K 047 Tegalsari – Temon 34,20 P K P K P K P K 048.1 Sambipitu – Nglipar 10,79 P K P K P K P K 048.2 Nglipar – Semin 20,24 P K P K P K P K 049 Wonosari – Nglipar 10,00 P K P K P K P K

050.1 Parangtritis – Batas Kab. 0,15 P K P K P K P K 050.2 Batas Kab. – Panggang 15,02 P K P K P K P K

051 Temanggung – Kemiri 10,07 P K P K P K P K

052 Baron – Tepus 14,89 P K P K P K P K

053 Tepus – Jepitu – Jeruk Wudel 18,20 P K P K P K P K

054 Jepitu – Wediombo 1,06 P K P K P K P K

055 Jeruk Wudel – Baran 8,00 P K P K P K P K

056 Jeruk Wudel – Ngungap 4,04 P K P K P K P K

057 Jeruk Wudel - Sadeng 9,63 P K P K P K P K

058 Palbapang - Barongan 6,72 P K P K P A P A

059 Sampakan – Singosaren 15,91 P K P K P A P A

060 Pandean - Playen 23,15 P K P K P K P K

061 Palbapang - Samas 11,72 P K P K P K P K

062 Sentolo - Pengasih - Sermo 11,10 P K P K P K P K Sumber : Analisis Konsultan, 2002

(12)
(13)
(14)

5.3.3. Simpul Transportasi

a. Terminal

penumpang

Terminal merupakan titik dimana penumpang masuk dan ke luar dari sistem yang merupakan komponen penting dalam sistem transportasi jalan. Jumlah terminal bus di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebanyak 11 buah yang tersebar 4 buah di Kabupaten Sleman, 3 di Kota Yogyakarta, 2 di Bantul dan sisanya masing-masing 1 di Gunung Kidul dan Kulonprogo. Paling kecil kapasitasnya adalah terminal Rejowinangun di Kota Yogyakarta dengan 15 buah bus saja, sedangkan paling besar adalah di terminal Umbulharjo di Kota Yogyakarta dengan kapasitas sebesar 124 bus.

Pada kondisi 20 tahun mendatang diharapkan bahwa masing-masing terminal penumpang di daerah tingkat II sudah dapat menjadi terminal A yang dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkan transportasi umum ke kota lain di luar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu keberadaan terminal yang ada sekarang ditingkatkan kapasitasnya meskipun dengan kelas yang sama. Hal ini penting mengingat bertambahnya kebutuhan akan angkutan umum terutama dalam propinsi akan menjadi sangat vital dalam kerangka pengembangan wilayah kabupaten dan daerah tingkat II lainnya.

Disamping itu, mengantisipasi rencana pemindahan kegiatan latihan penerbangan TNI AU dari Bandara Adisutjipto yang akan meningkatkan kapasitas penerbangan sipil, direncanakan akan ada terminal terpadu di kawasan Bandara Adisutjipto yang merupakan kombinasi dari terminal penumpang, stasiun kereta dan bandar udara. Terminal penumpang ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan angkutan dari dan ke bandar udara dari berbagai kawasan dengan berbagai moda.

b.

Terminal pengumpan (barang)

Terminal barang dalam hal ini merupakan suatu kebutuhan pokok yang telah diungkapkan pada berbagai kesempatan diskusi dengan pihak pemerintah daerah tingkat II. Hal ini merupakan wujud nyata dari keinginan pihak daerah untuk dapat meningkatkan mobilitas barang di wilayahnya masing-masing yang tidak tergantung oleh daerah lain.

(15)

Tabel 5.2. Terminal Penumpang di Propinsi DIY, 2002-2021

Kondisi Eksisting (2002) 2006 2011 2021

No Kabupaten/

Kota Nama Terminal Kelas Kapasitas

(Bus) Lahan Luas (m2)

Kelas Kapasitas

(Bus) Kelas Kapasitas (Bus) Kelas Kapasitas (Bus)

Umbulharjo A 124 16.212 - - - - - -Rejowinangun C 15 1.155 C 19 C 24 C 34 Terban B 57 3.396 - - - - - -1 Yogyakarta Giwangan - - - A 158 A 202 A 279 Imogiri B 35 2.000 B 45 B 57 B 79 2 Bantul Palbapang B 40 4.504 B 51 B 65 B 90

3 Gunung Kidul Wonosari B 46 16.000 A 59 A 75 A 104

4 Kulonprogo Wates B 30 7.348 A 38 A 49 A 68 Jombor B 30 6.150 A 38 A 49 A 68 Pakem B 100 3.250 B 128 B 163 B 225 Condongcatur B 75 1.880 B 96 B 122 B 169 Prambanan B 50 1.200 B 64 B 81 B 113 5 Sleman Adisutjipto (terpadu) C - C - B

-Sumber : Analisis Konsultan, 2002

(16)

Tabel 5.3. Usulan Terminal Barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta , 2006-2021

2006 2011

2021

No Kabupaten/

Kota Terminal Nama Jenis Moda

Angkutan Fasilitas Jenis Angkutan Moda Fasilitas Jenis Angkutan Moda Fasilitas

1 Yogyakarta Giwangan ƒ Trailer ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Parkir ƒ Crane ƒ Gudang ƒ Trailer ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Parkir ƒ Crane ƒ Gudang ƒ Cold storage ƒ Trailer ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Parkir ƒ Crane ƒ Gudang ƒ Cold storage 2 Sleman Patukan ƒ Trailer

ƒ Truk besar ƒ Parkir ƒ Crane ƒ Gudang ƒ Trailer ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Parkir ƒ Crane ƒ Gudang ƒ Cold storage ƒ Trailer ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Parkir ƒ Crane ƒ Gudang ƒ Cold storage 3 Gunung Kidul Sadeng ƒ Truk besar

ƒ Truk sedang ƒ Truk box ƒ Cold storage ƒ Parkir ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Truk box ƒ Cold storage ƒ Gudang ƒ Parkir ƒ Truk besar ƒ Truk sedang ƒ Truk box ƒ Cold storage ƒ Gudang ƒ Parkir 4 Kulonprogo Wates ƒ Truk besar

ƒ Truk box ƒ Parkir ƒ Gudang ƒ Truk besar ƒ Truk box ƒ Parkir ƒ Gudang ƒ Crane ƒ Truk besar ƒ Truk box ƒ Parkir ƒ Gudang ƒ Crane 5 Bantul Piyungan ƒ Truk besar ƒ Parkir

ƒ Gudang

ƒ Truk besar ƒ Parkir ƒ Gudang

ƒ Truk besar ƒ Parkir ƒ Gudang Sumber : Analisis Konsultan, 2002

(17)

c. Stasiun

kereta

api

Pengembangan stasiun kereta api diarahkan pada kemudahan akses dari dan ke stasiun kereta api baik ke stasiun utama seperti Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan maupun di stasiun pembantu seperti di Wates dan Prambanan. Hal ini menuntut adanya angkutan umum dari dan ke stasiun yang berasal dari terminal terdekat.

Penanganan simpul stasiun kereta api ini di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi sangat penting mengingat jalur yang dilewati kereta api yang melalui Yogyakarta adalah merupakan jalur utama bagian selatan dari jaringan kereta api di Pulau Jawa.

Dengan dikembangkannya jalur rel kereta api menjadi jalur ganda dari Solo sampai dengan Kroya, maka potensi perkembangan angkutan rel menjadi sangat besar. Oleh karena itu perlu dikembangkan model angkutan rel jarak dekat (urban railway) antara Wates dan Prambanan, yang berhenti di jarak-jarak yang dekat (stasiun-stasiun yang ada sekarang ditambah beberapa tempat henti).

Selain itu, dengan dikembangkannya terminal terpadu di Bandar Udara Adisutjipto maka Stasiun Maguwo perlu direncanakan ulang agar dapat menjadi bagian dari terminal terpadu tersebut.

d. Bandar

udara

Bandar udara yang melayani Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Bandara Adisutjipto yang letaknya sangat strategis dalam kerangka transportasi daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keinginan untuk pengembangan bandar udara Adisutjipto menjadi bandar udara internasional telah begitu kuat meskipun dari segi teknis pengembangan, penambahan panjang landasan tidak dimungkinkan. Meskipun demikian dari lingkup regional keberadaan Bandar Udara Adisutjipto mampu diakses oleh kota-kota Asia terdekat seperti Singapura, Kuala Lumpur, Bandar Seri Begawan, Manila bahkan dari perhitungan teknis sangat dimungkinkan akses dari Hongkong dengan kondisi landasan yang ada.

Dalam perkembangannya, peran Bandar Udara Adisutjipto sebagai sarana latihan terbang bagi Akademi Angkatan Udara tampaknya akan digantikan oleh fasilitas latihan yang terletak lebih ke timur sehingga mampu meningkatkan kapasitas penerbangan di wilayah bandara Adisutjipto. Hal ini merupakan peluang yang sangat besar dalam rangka meningkatkan akses dari bandara lain terutama dari kawasan Asean.

Pengembangan bandar udara Adisutjipto diarahkan untuk melayani kebutuhan tersebut dan penyediaan jaringan transportasi jalan dari dan ke bandara adalah hal yang mutlak dilakukan. Usulan untuk mengembangkan terminal terpadu mengemuka dengan akan dipindahkan kegiatan latihan penerbangan TNI AU dari Bandara Adisutjipto.

Simpul-simpul transportasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 5.5.

(18)
(19)

5.3.4. Pengembangan Jaringan Trayek

Penetapan jaringan trayek tidak bisa terlepas dari kecenderungan pergerakan orang antar zona di wilayah studi. Jaringan trayek yang ada saat ini secara implisit sudah memperlihatkan pergerakan yang dominan terutama dari dan ke Kota Yogyakarta.

Berdasarkan proyeksi pergerakan orang di masa mendatang diusulkan jaringan trayek sebagai berikut.

a.

Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP)

Jaringan jalan yang melayani trayek AKAP ini diantaranya:

Tabel 5.4. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKAP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2002-2021

Sta

tus Fungsi Jaringan AKAP No

Ruas Nama Ruas (km) Pjg

2021 02 06 11 21 001 Sleman - Tempel 7,5 N A * * * * 002 Yogyakarta - Tempel 7,9 N A * * * * 003 Yogyakarta - Prambanan 12,2 N A * * * * 004.1 Yogyakarta - Sentolo 13,7 N A * * * * 004.2 Yogyakarta - Sentolo 1,0 N A * * * * 005 Sentolo - Milir 8,3 N A * * * * 006 Wates - Toyan 4,9 N A * * * * 007 Toyan - Karangnongko 9,9 N A * * * *

008 Sentolo - Kalibawang - Klangon 26,4 P A * *

009 Yogyakarta - Bantul 11,5 P K * * *

010 Bantul - Srandakan 8,8 P K * * *

011 Srandakan - Toyan 15,0 P K * * *

014.1 Yogyakarta - Bibal (Yogyakarta - Panggang 19,6 P K * * *

015 Yogyakarta - Piyungan 9,3 N A * * * * 016 Prambanan - Piyungan 10,3 P A * * * 017.1 Piyungan - Gading 4,1 N A * * * * 017.2 Piyungan - Gading 13,7 N A * * * * 018 Gading - Gledag 4,8 N A * * * * 019 Gledag - Wonosari 4,9 N A * * * * 022 Playen - Gledag 4,0 P K * * 023 Wonosari - Semin 21,4 P A * * 024 Semin - Bulu 8,4 P A * * 026 Milir - Wates 3,9 N A * * * *

028.2 Ring Road Selatan 18,5 N A * * * *

030 Wonosari - Ngeposari - Sumuluh - Bedoyo 32,2 N A * * * * 038..2 Jl. Arteri Utara Barat 8,5 N A * * * *

038.1 Jl. Arteri Utara 10,2 N A * * * * 041 Sedayu - Pandak 15,4 P A * * * 048.1 Sambipitu - Nglipar 10,8 P K * 048.2 Nglipar - Semin 20,2 P K * 058 Palbapang - Barongan 6,7 P A * * * 059 Sampakan - Singosaren 15,9 P A * * * 060 Pandean - Playen 23,2 P K * *

Sumber : Analisis Konsultan, 2002

(20)

Gambar 5.6. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKAP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2021

(21)

b.

Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP)

Hampir semua jaringan jalan nasional dan propinsi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melayani trayek AKDP, beberapa diantaranya perlu dilakukan peningkatan kelas jalan agar mampu melayani kebutuhan transportasi dengan baik.

Jaringan jalan yang melayani trayek AKDP adalah sebagai berikut.

Tabel 5.5. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKDP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sta

tus Fungsi Jaringan AKDP No

Ruas Nama Ruas (km) Pjg

2021 02 06 11 21 001 Sleman - Tempel 7,5 N A * * * * 002 Yogyakarta - Tempel 7,9 N A * * * * 003 Yogyakarta - Prambanan 12,2 N A * * * * 004.1 Yogyakarta - Sentolo 13,7 N A * * * * 004.2 Yogyakarta - Sentolo 1,0 N A * * * * 005 Sentolo - Milir 8,3 N A * * * * 006 Wates - Toyan 4,9 N A * * * * 007 Toyan - Karangnongko 9,9 N A * * * *

008 Sentolo - Kalibawang - Klangon 26,4 P A * * * *

009 Yogyakarta - Bantul 11,5 P K * * * *

010 Bantul - Srandakan 8,8 P K * * * *

011 Srandakan - Toyan 15,0 P K * * * *

012 Yogyakarta - Parangtritis 25,5 P K * * * * 013 Yogyakarta - Kaliurang 29,8 P K * * * * 014.1 Yogyakarta - Bibal (Yogyakarta – Panggang) 19,6 P K * * * * 014.2 Bibal - Panggang (Yogyakarta - Panggang) 5,8 P K * * * *

015 Yogyakarta - Piyungan 9,3 N A * * * * 016 Prambanan - Piyungan 10,3 P A * * * * 017.1 Piyungan - Gading 4,1 N A * * * * 017.2 Piyungan - Gading 13,7 N A * * * * 018 Gading - Gledag 4,8 N A * * * * 019 Gledag - Wonosari 4,9 N A * * * * 020.1 Paliyan - Panggang 19,2 P K * * * 020.2 Playen - Paliyang 8,9 P K * * * 021 Playen - Gading 3,0 P K * * * * 022 Playen - Gledag 4,0 P K * * * * 023 Wonosari - Semin 21,4 P A * * * * 026 Milir - Wates 3,9 N A * * * * 027 Milir - Dayakan 3,6 P K * * * *

028.2 Ring Road Selatan 18,5 N A * * * *

030 Wonosari - Ngeposari - Sumuluh - Bedoyo 32,2 N A * * * *

033 Dawung - Makam Imogiri 1,5 P K * * *

034 Wonosari - Tepus 21,4 P K * * * *

035 Mulo - Kemiri - Baron 14,6 P K * * * *

036.2 Ngapak - Nanggulan 0,8 P K * * * *

037.1 Prambanan - Pakem 20,6 P K * * * *

037.2 Tempel - Pakem 13,5 P K * * * *

038..2 Jl. Arteri Utara Barat 8,5 N A * * * *

(22)

Tabel 5.5. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKDP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (lanjutan)

Sta

tus Fungsi Jaringan AKDP No

Ruas Nama Ruas (km) Pjg

2021 02 06 11 21 039 Yogyakarta - Pulowatu 11,0 P K * * * * 040 Klangon - Tempel 22,5 P K * * * * 041 Sedayu - Pandak 15,4 P A * * * * 042 Srandakan - Kretek 19,4 P K * * * 043 Sentolo - Galur 17,3 P K * * * 044 Galur - Congot 25,0 P K * * * 045 Dekso - Samigaluh 16,6 P K * * * 046 Kembang - Tegalsari 11,8 P K * * * 047 Tegalsari - Temon 34,2 P K * * * 048.1 Sambipitu - Nglipar 10,8 P K * * * * 048.2 Nglipar - Semin 20,2 P K * * * * 049 Wonosari - Nglipar 10,0 P K * * * *

050.2 Batas Kab. - Panggang 15,0 P K * * *

051 Temanggung - Kemiri 10,1 P K * * * *

052 Baron - Tepus 14,9 P K * * *

053 Tepus - Jepitu - Jeruk Wudel 18,2 P K * * * *

055 Jeruk Wudel - Baran 8,0 P K * * * *

058 Palbapang - Barongan 6,7 P A * * * *

059 Sampakan - Singosaren 15,9 P A * * * *

060 Pandean - Playen 23,2 P K * * *

061 Palbapang - Samas 11,7 P K * * * *

062 Sentolo - Pengasih - Waduk Sermo 11,1 P K * * * Sumber : Analisis Konsultan, 2002

(23)

Gambar 5.7. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKDP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2021

(24)

5.3.5. Pengembangan Jaringan Lintas

Pengembangan jaringan lintas ini terkait dengan keberadaan terminal barang dan pusat-pusat distribusi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengembangan jaringan lintas ini dilakukan dengan menjaga agar jaringan jalan yang ada mampu mendukung kendaraan barang yang melintas di atasnya.

Jaringan jalan yang mampu menjadi jaringan lintas adalah.

Tabel 5.6. Jaringan Lintas untuk Kendaraan Barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2002-2021

Sta

tus Fungsi Jaringan Lintas No

Ruas Nama Ruas (km) Pjg

2021 02 06 11 21 001 Sleman - Tempel 7,5 N A * * * * 002 Yogyakarta - Tempel 7,9 N A * * * * 003 Yogyakarta - Prambanan 12,2 N A * * * * 004.1 Yogyakarta - Sentolo 13,7 N A * * * * 004.2 Yogyakarta - Sentolo 1,0 N A * * * * 005 Sentolo - Milir 8,3 N A * * * * 006 Wates - Toyan 4,9 N A * * * * 007 Toyan - Karangnongko 9,9 N A * * * *

008 Sentolo - Kalibawang - Klangon 26,4 P A * *

009 Yogyakarta - Bantul 11,5 P K * * * *

010 Bantul - Srandakan 8,8 P K * * * *

011 Srandakan - Toyan 15,0 P K * * *

012 Yogyakarta - Parangtritis 25,5 P K * * * * 014.1 Yogyakarta - Bibal (Yogyakarta – Panggang) 19,6 P K * * * * 014.2 Bibal - Panggang (Yogyakarta - Panggang) 5,8 P K * *

016 Prambanan - Piyungan 10,3 P A * * * * 017.1 Piyungan - Gading 4,1 N A * * * * 017.2 Piyungan - Gading 13,7 N A * * * * 018 Gading - Gledag 4,8 N A * * * * 019 Gledag - Wonosari 4,9 N A * * * * 020.1 Paliyan - Panggang 19,2 P K * * * 020.2 Playen - Paliyang 8,9 P K * * * 021 Playen - Gading 3,0 P K * * * 022 Playen - Gledag 4,0 P K * * * 023 Wonosari - Semin 21,4 P A * * * 024 Semin - Bulu 8,4 P A * * * 026 Milir - Wates 3,9 N A * * * *

028.2 Ring Road Selatan 18,5 N A * * * *

030 Wonosari - Ngeposari - Sumuluh - Bedoyo 32,2 N A * * * *

034 Wonosari - Tepus 21,4 P K * * *

035 Mulo - Kemiri - Baron 14,6 P K * * *

038..2 Jl. Arteri Utara Barat 8,5 N A * * * *

038.1 Jl. Arteri Utara 10,2 N A * * * *

039 Yogyakarta - Pulowatu 11,0 P K * * * *

040 Klangon - Tempel 22,5 P K * * *

041 Sedayu - Pandak 15,4 P A * *

(25)

Tabel 5.6. Jaringan Lintas untuk Kendaraan Barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2002-2021 (lanjutan)

Sta

tus Fungsi Jaringan Lintas No

Ruas Nama Ruas (km) Pjg

2021 02 06 11 21

048.1 Sambipitu - Nglipar 10,8 P K * * *

048.2 Nglipar - Semin 20,2 P K * * *

051 Temanggung - Kemiri 10,1 P K * * *

053 Tepus - Jepitu - Jeruk Wudel 18,2 P K * *

055 Jeruk Wudel - Baran 8,0 P K * * *

058 Palbapang - Barongan 6,7 P A * * * *

059 Sampakan - Singosaren 15,9 P A * *

061 Palbapang - Samas 11,7 P K * *

Sumber : Analisis Konsultan, 2002

(26)

Gambar 5.8. Jaringan Jalan yang Melayani Jaringan Lintas di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2021

(27)

5.1. Konsep

Pengembangan...1

5.1.1. Tujuan

(Goals) ...1

5.1.2. Sasaran

(Objectives) ...1

5.1.3. Kebijakan

(policy) ...1

5.2. Kerangka

Pengembangan Transportasi Jalan...2

5.2.1.

Konsep Pengembangan Transportasi Jalan ...2

5.2.2.

Komponen Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan...6

5.3.

Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan ...8

5.3.1. Ruang-Ruang

Kegiatan ...8

5.3.2. Jaringan

Jalan...9

5.3.3. Simpul

Transportasi ...14

5.3.4.

Pengembangan Jaringan Trayek ...19

5.3.5.

Pengembangan Jaringan Lintas...24

Gambar 5.1. Skema Konseptual Pengembangan Transportasi Jalan di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta... 2

Gambar 5.2. Konsep Pengembangan Transportasi Jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 5

Tabel 5.1.

Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2002-2021 . 9

Tabel 5.1. Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi D.I. Yogyakarta (lanjutan)... 10

Tabel 5.1. Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi D.I. Yogyakarta (lanjutan)... 11

Gambar 5.3. Ruang-ruang Kegiatan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 12

Gambar 5.4. Jaringan Jalan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2021 ... 13

Tabel 5.2.

Terminal Penumpang di Propinsi DIY, 2002-2021 ... 15

Tabel 5.3.

Usulan Terminal Barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta , 2006-2021 ... 16

Gambar 5.5. Simpul Transportasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 18

Tabel 5.4.

Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKAP di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, 2002-2021 ... 19

Gambar 5.6. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKAP di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, 2021... 20

Tabel 5.5.

Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKDP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta21

Tabel 5.5.

Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKDP di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(lanjutan) ... 22

Gambar 5.7. Jaringan Jalan yang Melayani Trayek AKDP di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, 2021... 23

Tabel 5.6.

Jaringan Lintas untuk Kendaraan Barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

2002-2021... 24

Tabel 5.6.

Jaringan Lintas untuk Kendaraan Barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

2002-2021 (lanjutan)... 25

Gambar 5.8. Jaringan Jalan yang Melayani Jaringan Lintas di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, 2021... 26

Gambar

Gambar 5.1.  Skema Konseptual Pengembangan Transportasi Jalan di Propinsi  Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel 5.1.  Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi Daerah Istimewa  Yogyakarta 2002-2021  2002 2006 2011 2021 No  ruas  Namaruas Pjg  (km)  Stat us  Fungsi  Status  Fungsi  Status  Fungsi  Status  Fungsi  001  Sleman  -  Tempel  7,54  N A N A N A N A  002
Tabel 5.1.   Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi D.I. Yogyakarta (lanjutan)  2002 2006 2011 2021 No
Tabel 5.1.   Pengembangan Jaringan Jalan di Propinsi D.I. Yogyakarta (lanjutan)  2002 2006 2011 2021 No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik fisik buah merah yang menjadi parameter dalam penelitian ini adalah warna, massa, panjang, bentuk penampang, keliling buah, volume, dan massa

Dengan demikian, penelitian ini berusaha mengetahui dan menganalisis terhadap cita rasa produk, kualitas pelayanan dan tempat yang mempengaruhi loyalitas konsumen

Melihat adanya pengaruh pola keberagamaan terhadap perilaku sosial yang saling mempengaruhi disini peneliti melihat pola keberagamaan melalui demensi-demensi

Pada penelitian ini diperoleh 138 isolat bakteri hasil isolasi yang memiliki potensi penghasil senyawa antimikrob yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp., yaitu 70 isolat

9) Standar Operasional Prosedur (SOP) Lembaga RA Mengapa di RA harus ada SOP ? Bagaimana saudara sebagai kepala menyusun SOP. Siapa yang terlibat dalam penyusunannya. Apa

saat yang sama disajikan juga air es. Penyajian main course , pada umumnya disajikan dengan cara yang sama. Hidangan tersebut diatur dan disusun rapi di atas silver platter

Pada jenjang operator, nilai keselarasan / FI yang tinggi disebabkan lokasi rekrutmen yang 75% berada di dalam wilayah Merauke, walaupun tingkat kesesuaian