• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pembelajaran fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV: studi multi kasus di SD Islam Waru dan MI Ma'arif NU Pucang Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pembelajaran fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV: studi multi kasus di SD Islam Waru dan MI Ma'arif NU Pucang Sidoarjo."

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PEMBELAJARAN

FULLDAY SCHOOL

DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SALAT

SISWA KELAS IV

(Studi Multi Kasus di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma’arif NU Pucang Sidoarjo)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh Nurul Huda NIM F0.2.3.15.077

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nurul Huda (F02315077). Sistem Pembelajaran Fullday School dalam Pembentukan Karakter Disiplin Salat Siswa Kelas IV (Studi Multi Kasus di SDI Raudlatul Jannah

Waru dan MI Ma’arif NU Pucang Sidoarjo). Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. 2017. Nur Fitriatin, M.Ed. Ph.D.

Kata Kunci: Sistem Pembelajaran, Fullday School,Karakter Disiplin Salat.

Penelitian ini dilatarbelakangi karena untuk mengetahui pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma’arif NU (MINU) Pucang Sidoarjo yang memiliki manajemen baik dalam mengelola pendidikan, kedua sekolah ini termasuk sekolah yang unik dan berhasil dalam menerapkan sistem fullday school

yang bertujuan untuk mendidik karakter disiplin salat siswa, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol keberhasilannya, sehingga 2 sekolah ini banyak membantu orang tua dalam mendisiplinkan salat siswa baik di sekolah maupun di rumah. Ada 3 permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana perencanaan, (2) Bagaimana pelaksanaan dan (3) Bagaimana keberhasilan pembentukan karakter disisplin salat siswa kelas IV dalam sistem fullday school di SDI Raudlatul Jannah waru dan MI Ma’arif NU

Pucang Sidoarjo.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data dalam penelitian ini dengan pemilihan data kemudian penyajian data dan selanjutnya penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah dengan membentuk tim TPDS, membuat tata tertib pelaksanaan dan jadwal imam salat tertuang dalam SOP, adanya jobdis setiap penanggung jawab, memberikan fasilitas pelaksanaan salat di sekolah, dan buku penghubung sebagai bentuk monitoring wali kelas terhadap salat siswa baik di sekolah maupun di rumah serta pemberian sanksi dengan sistem Pulsa (pengurangan point). Sedangkan di MINU Pucang Sidoarjo perencanaannya dilakukan dengan membuat tim ketertiban salat (ISNUTA), menyiapkan materi salat, membuat prosedur dan jadwal pelaksanaan salat serta jobdis masing-masing pendamping.

Proses pelaksanaan pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah dilakukan dengan kegiatan rutinitas siswa menjalankan salat wajib maupun sunah dan dilakukan adanya pendampingan, pengawasan, dan monitoring terhadap siswa melalui buku penghubung dan kring hallo sebagai bentuk mengingatkan siswa untuk melaksanakan salat tahajud. Sedangkan di MI Ma’rif NU Pucang hampir sama yang membedakan hanya pada waktu pelaksanaan salat dluha yang dilakukan di awal waktu sebelum pembelajaran. adanya monitoring siswa melalui buku agenda dan pemantauan salat tahajud dengan istilah telpon berantai. serta sanksi berupa hafalan

al-Qur’an dan qadlo salat.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Kegunaan Penelitian ... 14

F. Penelitian Terdahulu ... 15

G. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Fullday School 1. Pengertian Fullday School ... 21

2. Sejarah Fullday School ... 23

3. Unsur dan Tujuan Fullday School ... 27

4. Karakteristik Fullday School ... 35

5. Kurikulum Fullday School ... 36

B. Karakter Disiplin Salat 1. Pengertian Karakter Disiplin Salat ... 40

2. Karakter Disiplin Salat Rasulullah Saw ... 54

3. Fungsi dan Tujuan Disiplin Salat ... 58

(8)

5. Hikmah Berdisiplin Salat ... 66

6. Makna Salat bagi Pembentukan Disiplin ... 69

C. Pembentukan Karakter Disiplin Salat melalui sistem Fullday School 1. Perencanaan Pembentukan Karakter Disiplin Salat ... 77

2. Pelaksanaan Pembentukan Karakter Disiplin Salat... 84

3. Evaluasi Pembentukan Karakter Disiplin Salat... 91

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 96

B. Kehadiran Peneliti ... 99

C. Lokasi Penelitian ... 101

D. Sampel Penelitian ... 105

E. Teknik Pengumpulan Data ... 108

F. Analisis Data ... 110

G. Keabsahan Data ... 113

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. PAPARAN DATA 1. Profil Sekolah ... 115

a. Profil SDI Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo ... 115

1) Sejarah Berdirinya SDI Raudlatul Jannah Waru ... 110

2) Visi Misi dan Tujuan Sekolah ... 118

3) Tenaga Pengajar ... 119

4) Data Jumlah Siswa ... 120

5) Kurikulum Sekolah ... 120

6) Kegiatan Intrakurikuler Sekolah ... 121

7) Kegiatan Penunjang ... 122

8) Sarana dan Prasarana ... 122

b. Profil MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo ... 123

1) Sejarah MI Ma‘arif NU Pucang ... 123

2) Keadaan Lingkungan Madrsah ... 125

(9)

4) Jumlah dan Keadaan Siswa ... 132

5) Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 132

6) Program Pendukung Madrasah ... 133

7) Sarana dan Prasarana Madrasah ... 135

2. Sistem Pembelajaran Fullday School dalam Pembentukan Karakter Disiplin Siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo a. SDI Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo ... 136

1) Perencanaan ... 136

2) Pelaksanaan ... 142

3) Keberhasilan ... 151

b. MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo ... 156

1) Perencanaan ... 161

2) Pelaksanaan ... 168

3) Keberhasilan ... 176

B. ANALISIS DATA 1. Perencanaan Pembentukan Karakter Disiplin Siswa ... 180

2. Proses Pelaksanaan Pembentukan Karakter Disiplin Siswa ... 190

3. Keberhasilan Pembentukan Karakter Siswa ... 202

BAB V: PENUTUP A. Simpulan ... 202

B. Saran ... 204 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakater adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.1 Sebagaimana Zubaedi menyatakan bahwa ―Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.2

Demikian juga, Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara‖.3

Aunilah dalam bukunya yang berjudul Panduan Menerapkan Karakter di Sekolah, mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekait, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil‖.4

1 Addien, ―Penerapan Pendidikan Karakter Disiplin Dalam Meningkatkat Hasil Belajar Siswa Di MTs 2 Muhammadiyah Gandusari Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek,‖ Skripsi IAIN Tulung Agung, (September 4, 2015), 12, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3180/.

2

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 6. 3

Rusdianto, (ed.), Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogjakarta: DIVA Press, 2012), 38.

4

(11)

2

Jadi, dapat dikatakan karakter merupakan kemauan dan kebiasaan melakukan perbuatan baik yang dilakukan secara sadar dan sudah menjadi tabiatnya. pendidikan karakter merupakan proses penanaman nilai-nilai baik sehingga menjadi kebiasaan orang tersebut.

Di dalam implementasinya, pendidikan karakter perlu diwujudkan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah, sehingga, pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah perlu mendapatkan dukungan orang tua dan masyarakat,karena ketiga komponen tersebut secara komplementer saling mempengaruhi pendidikan karakter pada siswa.5

Sekalipun ketiga ranah; keluarga, sekolah dan masyarakat saling memberikan kontribusi di dalam pembentukan karakter siswa, Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, perlu memberikan perhatian khusus/lebih terhadap pendidikan karakter. Hal ini senada dengan pendapat Lickona yang menjelaskan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki wewenang untuk mengembangkan nilai karakter.6

Hal ini dimungkinkan karena saat ini kebanyakan orang tua telah menyerahkan pendidikan anaknya terhadap sekolah, sehingga sekolah memiliki wewenang yang diberikan orang tua untuk mengembangkan nilai karakter terhadap setiap anak yang ada di sekolah. Adapun pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan berbagai kebiasaan-kebiasaan baik kepada siswa agar bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai bangsa dan karakter bangsa.

5

Darmiyati Zuchdi, et, all., Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah (Yogyakarta: CV Multi Presindo, 2013), 28. 6

(12)

3

Sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap penerapan Pendidikan karakter, kementerian pendidikan nasional menetapkan 18 nilai karakter yang dikembangkan, yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan nasional .7

Delapan belas karakter tersebut diantaranya karakter religius, jujur, tanggung jawab, disiplin, demokratis, peduli, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.8

Salah satu karakter yang penting dikembangkan di sekolah adalah karakter disiplin. Dengan karakter disiplin anak akan mengetahui perilaku yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Karakter disiplin merupakan ujung tombak dalam menerapkan pendidikan karakter,9

yang akan mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya. Misalnya, karakter baik lainnya adalah karakter tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, dan sebagainya.10

7 Kementerian Pendidikan Nasional, ―Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter‖, dalam http://repository.unand.ac.id/22742/1/4_Panduan_Pelaks_Pendidikan_Karakter.pdf (26 November 2016), 8.

8

Kementerian Pendidikan Nasional, dalam Suyadi. Strategi Pemebelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 8-9.

9 ―Disiplin Ujung Tombak Pendidikan Karakter,‖

Kliping Sumatera, November 11, 2016, http://klipingsumatera.com/2016/11/11/disiplin-ujung-tombak-pendidikan-karakter/.

10 Wuri Wuryandani et al., ―Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar,‖

(13)

4

Terdapat banyak hal tentang karakter disiplin dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya, disiplin waktu, disiplin menegakkan dan mentaati peraturan, disiplin dalam bersikap, serta disiplin dalam beribadah.11

Kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pembiasaan.12 Misalnya, ketika seorang ingin disiplin waktu ia harus membiasakan diri tepat waktu dalam aktivitasnya termasuk disiplin dalam menjalankan ibadah. Ibadah yang mengajarkan kedisplinan adalah ibadah salat. Ibadah salat mendidik berbagai hal mulai dari kedisiplinan hingga komitmen terhadap ucapan sikap dan perbuatan.13

Maka karakter disiplin yang menjadi pokok bahasan dalam riset ini adalah tentang kedisiplinan salat.

Karena pentingnya pendidikan kedisplinan salat, maka banyak sekolah yang menyediakan fasilitas untuk mengajarkan salat, seperti masjid dan musholla, namun pada kenyataannya fasilitas tersebut belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini sebagaimana dilihat dari sebuah fenomena yang terjadi di sebuah sekolah dasar di daerah sragen. Di sekolah tersebut menyediakan sebuah Mushola yang dapat dikatakan cukup besar, akan tetapi hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan Mushola tersebut untuk ibadah salat, siswa lainnya menghabiskan waktu istirahat mereka untuk jajan saja.14

11 ―Macam-Macam Disiplin dalam Kehidupan Sehari-Hari,‖

Wawasan Pendidikan, accessed January 26, 2017, http://www.wawasanpendidikan.com/2015/12/macam-macam-disiplin-dalam-kehidupan-sehari-hari.html.

12 ―Shalat Sebagai Metode Pembentukan Karakter,‖ Alghazali09class’s Blog

, January 19, 2010, https://alghazali09class.wordpress.com/2010/01/19/shalat-sebagai-metode-pembentukan-karakter/. 13

Ibid.

(14)

5

Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran kedisiplinan salat. Kedisiplinan salat yang dimaksud yaitu bagaimana proses dan upaya pembentukan kedisiplinan salat terhadap siswa, sehingga siswa dapat mengamalkan dan melaksanakan pengamalan ibadah salat dalam kehidupan sehari-hari dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.15

Di dalam ajaran Islam, sekalipun ibadah salat belum diwajibkan atas anak kecil, namun Islam memerintahkan anak kecil untuk menjalankan salat. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadist

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

نب ورمع نع

اورم . ه وسر اق : اق دج نع يبا نع بيعش

م نيب اوقرف و نينس ر عل ا ي ع م وبرضا و نينس ع سل ةًَصلاب م ناي ص

را واا ين ىف ،دواد وبا و دمحا .عجا ملا ىف

٢

:

848

Dari ‗Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ―Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan shalat pada (usia) tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada (usia) sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka pada tempat-tempat tidur‖. (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1)16

Islam menerangkan bahwa anak yang sudah mencapai usia tujuh tahun hendaklah mulai diperintahkan untuk menjalankan salat. Hendaklah dipukul lantaran tidak mau mengerjakan salat, apabila umur mereka sudah mencapai sepuluh tahun agar mereka terlatih bisa mengerjakannya.17 Pada usia ini anak

15 Nur Hanum Asifa, ―Pembentukan Kedisiplinan Shalat Siswa pada Kelas Inklusi di SD Negeri 5 Bukateja Kabupaten Purbalingga‖ (Skripsi—IAIN Purwokerto, Purwokerto, 2015), 3.

16

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 22.

17

(15)

6

juga mulai dididik untuk tertib dan disiplin karena pelaksanaan salat menuntut anak untuk tertib, taat, ajek dan disiplin.18

Pentingnya pembentukan karakter disiplin salat ini karena dalam pendidikan salat, akan mengembangkan kemampuan dasar manusia dengan melalui arahaan dan bimbingan dari orang lain. Maka pembentukan kedisiplinan salat perlu di tanamkan pada siswa semenjak mereka masih kecil agar menjadi kebiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari.19

Agar kedisplinan bisa menjadi kebiasaan yang dapat membentuk karakter displin salat, maka di dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.20 Sehingga Pendidikan formal menjadi pilihan yang sesuai dalam pengimplementasian karakter disiplin salat pada anak.

Diantara empat tingkatan pendidikan formal yaitu TK, SD, SMP, dan SMA, pendidikan di sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan formal yang paling penting dalam penanaman karakter dan yang akan menentukan arah pengembangan potensi yang dimiliki siswa.21

Pada tingkatan ini siswa menjalani proses belajar selama enam tahun, proses pembelajarannya lebih lama dari tiga tingkatan pendidikan lainnya. Oleh karena itu, di sekolah dasar perlu pengembangaan karakter disiplin siswa secara optimal sehingga

18

Ibid., 25.

19 Rois Amnan, ―Pelaksanaan Ibadah Shalat Wajib Siswa Kelas IV, V dan VI SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Tahun Ajaran 2008/2009‖ (Tesis—STAIN Ponorogo, Ponorogo, 2010), 4.

20 Muhammad Iqbal Ansari, ―Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik,‖ Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidaiyah 1, no. 2 (April 10, 2016): 33, http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna/article/view/384.

(16)

7

harapannya di tingkat selanjutnya siswa sudah memiliki bekal karakter disiplin yang kuat.

Selain penerapan di tingkat sekolah, selanjutnya dimaknai penerapan dalam konteks mikro, juga diperlukan pengimplementasian level makro, yakni dilakukan secara massif, seluruh bangsa Indonesia, atau lebih tepatnya disebut konteks nasional.22

Sekolah yang menerapkan kedisplinan salat biasanya adalah sekolah yang menerapkan fullday school, Karena pada umumnya fullday school

disamping bertujuan untuk mendidik karakter siswa, juga memiliki waktu cukup untuk mendidik kedisplinan salat siswa

Menurut Cindy Aditya Pramodawardani dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sistem fullday School dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus Di Mts Asih Putera Cihanjuang Cimahi)‖, menunjukkan

bahwa penerapan sistem fullday school yang membiasakan siswa berada di sekolah sejak pukul 07.00-16.00, untuk mengikuti proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun diluar kelas di sekolah dapat membantu meningkatkan karakter kedisiplinan siswa dalam sholat, ketika berada di sekolah,23

karena para siswa diwajibkan untuk menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal ini tidak lepas dari adanya kerjasama antara kepala sekolah, guru, pegawai, orang tua siswa dan masyrakat dalam meingkatkan karakter kedisiplinan siswa.

22

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspeltif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 38.

(17)

8

Penelitian lain mengenai fullday school yang mempunyai pengaruh terhadap pembentukan karakter disiplin siswa juga dilakukan oleh Budi Winarni menyatakan bahwa adanya pengaruh antara penerapan fullday school

terhadap kedisiplinan siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura tahun ajaran 2014/2015. Kegiatan pembelajaran di sekolah yang menerapkan sistem fullday school dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa baik di sekolah maupun di rumah. Penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dapat mengurangi kebosanan siswa. Selain itu penyediaan sarana dan prasarana yang memadai mendorong pembelajaran lebih optimal. Selanjutnya, guru harus kreatif dan konsisten membimbing siswa agar disiplin mengikuti kegiatan pembelajaran dari pagi sampai sore hari.24

Dari pemaparan di atas dapat diambil sebuah gambaran bahwa sekolah yang menerapkan sistem fullday school dapat mempengaruhi karakter siswa, termasuk kedisiplinan siswa dalam melaksanakan salat.

Hal ini tidak terlepas dari proses pengelolaan fullday school yang meliputi 3 komponen, diantaranya perancanaan berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan,25 kemudian pelaksanaan untuk mengimplemantasikan perencanaan yang telah dibuat dalam membentuk karakter disiplin salat siswa dan kegiatan evaluasi atas program pembentukan karakter. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan sistem fullday school dalam membentuk karakter disiplin siswa.

24 Budi Winarni, ―Pengaruh Penerapan Fullday School terhadap Kedisiplinan Siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015‖ (s1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015), 5–6, http://eprints.ums.ac.id/32909/.

25

(18)

9

Berlatar belakang dari paparan tersebut, maka peneliti berupaya untuk meneliti sehingga mendapatkan gambaran mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan kebehasilan pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo sebagai pendidikan tingkat sekolah dasar yang bersistem Fullday School.

Penentuan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan Madrasah Ibtidaiyah Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo merupakan salah satu madrasah yang menerapkan sistem Fullday school dalam membentuk karakter siswa dengan membiasakan siswanya dalam kegiatan keagamaan seperti tadarus Al-Quran, hafalan surat-surat pendek dan salat fardhu berjamaah di masjid, salat dhuha, dan salat tahajud.

Dengan sistem fullday school yang diterapkan siswa dapat terkontrol dalam bertingkah laku. Selain itu, juga ada pengawasan dan pantauan guru yang ada di sekolah agar siswa dapat berkembang dengan baik, karena tidak hanya kegiatan keagamaan saja yang dapat memberi pendidikan karakter pada siswa, tapi juga membiasakan tolong menolong dengan teman, tanggung jawab, disiplin dan perbuatan baik lainya.26

Hal menarik bagi peneliti di MI Ma‘arif NU ini adalah untuk membentuk karakter disiplin dari proses perencananya yaitu menggunakan sistem Standar Operasional Prosedur (SOP) yang didalamnya membahas tentang kedisiplinan, kepatuhan dan ketaatan dalam beribadah siswa bahkan pendidik, dan tenaga kependidikan Mi Ma‘arif Nu Pucang Sidoarjo.

26

(19)

10

Selain itu, sekolah yang menjadi obyek penelitian ditingkat Sekolah Dasar adalah Sekolah Dasar Islam Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo juga merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem fullday school yang seluruh aktivitas siswanya baik di sekolah maupun di rumah di arahkan untuk membentuk karakter sesuai dengan student profile (taqwa, visioner, thinker, responsibility, though, independent, dicipline, creative-innovative,

communicator, pro active dan patriotic).27

Hal yang berbeda dengan MI Ma‘arif NU pucang, perencanaan atau prosedur yang digunakan SDI

Raudlatul Jannah dalam pembentukan karakter disiplin, yaitu dengan student Dicipline Code SDI Raudlatul Jannah menggunakan sistem PULSA.

Dalam hal ini ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan sistem

fullday school dalam pembentukan karakter disiplin dari sisi pelaksanaannya seperti penelitian yang dilakukan oleh Budi Winarni pada tahun 2015, dalam penelitiannya fokus pada pengaruh penerapan fullday school terhadap kedisiplinan siswa.28 Penelitian yang kedua dilakukan oleh Syarifah pada tahun 2015, penelitiannya fokus pada penerapan sistem fullday school, tingkat kedisiplinan dan pengaruh sistem fullday school terhadap kedisiplinan.29 Kemudian penelitian yang saya temui dilakukan oleh Cindy Aditya Pramodarwadani tahun 2013, yang membahas tentang penerapan fullday school dalam pembentukan kedisiplinan siswa, peran kepala sekolah, pendidik

27

SA, Wawancara Pra Penelitian, Pepelegi, 14 Oktober 2016.

28 Winarni, ―Pengaruh Penerapan Fullday School terhadap Kedisiplinan Siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.‖

(20)

11

dan tenaga kependidikan dalam menerapkan sistem fullday school serta tantangan yang dihadapi.30

Namun, dari beberapa penelitian tersebut belum banyak ditemukan penelitian yang fokus pada bagaimana perencanaan sistem fullday school

dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa. Sehingga penulis ingin melihat dan meneliti sistem fullday school dalam hal ini sejauhmana perencanaan sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa.

Karena pada dasarnya lembaga pendidikan dengan sistem fullday school adalah salah satu alternative dan usaha sekolah / madrasah dalam pembentukan karakter siswa dengan harapan siswa di fullday school memiliki karakter kedisiplinan dalam hal ibadah, namun pada kenyataannya siswa di lembaga pendidikan fullday school kurang memiliki karakter disiplin. Oleh karena itu, dalam riset ini peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian tentang peran sistem pembelajaran fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa di sekolah.

Maka dalam riset ini peneliti akan menjawab persoalan penelitian di atas dengan mengambil judul riset ―Sistem Pembelajaran Fullday School

dalam Pembentukan Karakter Disiplin Salat Siswa kelas IV (Studi Multi Kasus di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo)‖.

(21)

12

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Para generasi muda yang diharapkan, masih sulit memahami sebuah peraturan

2. Pada dasarnya siswa mengetahui bahwa perilaku tidak benar tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiasakan diri menghindari perilaku yang salah tersebut.

3. Sistem fullday school bagi kalangan orang tua khususnya bagi mereka yang sibuk dengan pekerjaan, sehingga akan memudahkan kontrol atas anak-anak mereka khususnya pengawasan pada karakter disiplin salat siswa.

4. Menanamkan karakter disiplin salat siswa melalui proses pembelajaran 5. Tersedianya waktu yang lebih lama dilingkungan sekolah akan

mengurangi waktu bermain anak, bersosialisasi, dan mengurangi waktu kebersamaan anak dengan orang tuanya

6. Dalam merancang sistem fullday school yang kurang detail akan menyebabkan ketidaktepatan dalam proses pelaksanaannya dan akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat.

7. Pihak guru akan lebih bisa mengetahui proses pembelajaran pada siswa 8. Lembaga pendidikan yang masih memiliki keprihatian besar terhadap

(22)

13

penambahan jam pembelajaran melalui pelaksanaan sistem fullday school dalam pembentukan karakter siswa mulai dari dini.

9. Masih banyaknya lembaga pendidikan yang belum berhasil dalam mencetak generasi yang memiliki karakter yang baik khususnya masalah kedisiplinan, hal tersebut dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang membuang sampah sembarangan, datang terlambat, memakai seragam yang tidak sesuai dengan peraturan, salat tidak tepat waktu dan perilaku-perilaku lainnya yang menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak disiiplin.

Berdasarkan identifikasi masalah yang sangat kompleks dan keterbatasan

peneliti, maka peneliti memfokuskan permasalahan pada sistem pembelajaran

fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut

1. Bagaimana perencanaan sistem pembelajaran fullday School dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo?

(23)

14

3. Bagaimana keberhasilan sistem pembelajaran fullday school dalam proses pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo?

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga kegiatan penelitian akan lebih bermakna. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan sistem pembelajaran fullday School dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan sistem pembelajaran fullday School

dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo

3. Untuk mengetahui keberhasilan program pembelajaran sistem fullday school dalam proses pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo di SD

Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sisoarjo.

E. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah kegunaan secara teoretis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoretis

(24)

15

school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa. 2. Secara praktis

a. Bagi guru, sebagai sumbangan bagi para guru di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo untuk membantu dalam pembentukan karakter disiplin siswa di dalam penerapan sistem pembelajaran fullday school.

b. Bagi kepala sekolah, sebagai masukan dalam meningkatkan atau melakukan inovasi intensitas supervisi dan mengambil keputusan dalam mengintergrasikan pendidikan karakter di dalam penerapan sistem pembelajaran fullday school.

c. Bagi orang tua siswa, untuk menambah wawasan dan cakrawala pengetahuan tambahan kepada para orang tua khususnya orang tua yang bekerja fulltime yang tidak bisa mengawasi anak-anak mereka sepenuhnya di rumah.

F. Penelitian Terdahulu

(25)

16

Pertama, ditulis oleh Dwi Setianingsih,31

hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perkembangan psiko-fisik siswa di SD Al-Hikmah Surabaya yang meliputi perkembangan kognitif, perkembangan afektif dan perkembangan social moral cukup baik. Dan guru-guru di SD Al-Hikmah memiliki profesionalisme yang tinggi ditandai dengan adanya kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik yang sangat baik.

Kedua, ditulis oleh Ahmad Suja‘I,32

hasil penelitian menunjukkan bahwa di SD Luqman al-Hakim dengan konsep fullday school nya terdapat inovasi-inovasi dalam mengelola kurikulum, kesiswaan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, humas, dan keuangannya. Model inovasi yang digunakan adalah kategori bottom-up model, sementara dalam prosesnya ada 2 tahap: pertama inisiasi (permulaan) dengan melakukan agenda setting dan

matching (penyesuaian). Kedua, implementasi dengan melakukan re-definisi/ re-strukturisasi, klasifikasi dan rutinisasi.

Ketiga, ditulis oleh Nur Hilalah,33

hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan fullday school di SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan Madura mirip dengan sistem pembelajaran yang diterapkan di pesantren pada umumnya. Perbedaannya terletak pada sistem proporsi pembelajarannya yakni kuantitas pelajaran agama dan umum masing-masing 50%. Perbedaan yang lain adalah siswa tidak diasramakan di sekolah. Masalah yang dihadapi

31 Dwi Setianingsih, ―Fullday School dalam Perspektif Psikologi Pendidikan: Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Islam AL-Hikmah‖ (Thesis--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002).

32 Ahmad Suja‘I, ―Inovasi Pendidikan Fullday School Sekolah Dasar Integral Luqman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya‖ (Thesis–IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

(26)

17

siswa di SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan adalah rendahnya interaksi social dengan masyarakat bila di bandingkan dengan siswa yang sekolah regulardan kurangnya motivasi dari orang-orang disekitarnya untuk bergaul dengan masyarakat.

Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Tri Yulianita,34

menjelaskan bahwa sistem pembelajaran full day school memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses kegiatan belajar mengajarnya, di SDIT Al Uswah Tuban mempunyai beberapa program yang salah satunya pemisahan mapel Al-Quran dari mapel PAI untuk kegiatan pembelajarannya, dan penambahan jam pelajaran untuk mapel Al-Quran lebih banyak, yaitu 10 jam.

Kelima, ditulis oleh Raudlotul Khasanah,35

hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya sistem fullday school dapat meningkatkan akhlaq siswa yang ada di SD PLUS Darul Ulum Jombang. Sehingga sistem fullday school dapat meningkatkan akhlaq siswa yang ada di SD PLUS Darul Ulum Jombang terbukti efektif. Semua itu dilihat dari aspek proses pelaksanaan dan hasil perubahan prilaku siswa, selain itu juga dapat dilihat dari tercapainya beberapa tujuan pendidikan yang telah dirancang oleh pihak sekolah yang berhubungan dengan pembentukan akhlaq.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tesis yang penulis angkat mempunyai perbedaan dengan beberapa penelitian yang sudah ada.

34 Tri Yulianita, ―Peranan Fullday School dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Uswah Tuban‖ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2013).

(27)

18

Adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah pada subyek penelitian, fokus penelitian dan kedudukan sistem tersebut. Penelitian ini menekankan pada pola sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV dalam kegiatan keagamaan di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan alur pembahasan yang mencakup logika penyusunan dan koherensi antara bagian yang satu dengan lainnya.36Agar memperoleh gambaran yang sistematis serta komprehensip dalam penyusunan tesis, maka penulis merincikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Pendahuluan meliputi; Latar Belakang, fokus masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Kerangka Teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan,

BAB II: Kajian Pustaka

Kajian Pustaka: Pertama berisi tentang, fullday school yang meliputi tentang pengertian fullday school, sejarah fullday school, unsur dan tujuan fullday school, karakteristik fulldat school, dan kurikulum

fullday school. Kedua mengenai karakter disiplin salat yang meliputi pengertian karakter disiplin salat, karakter disiplin salat Rasulullah Saw, Fungsi dan tujuan disiplin salat, faktor-faktor pembentukan

36

(28)

19

karakter disiplin salat, hikmah berdisiplin salat, dan makna salat bagi pembentukan didiplin. Kemudian yang ketiga berisikan tentang pembentukan karakter disiplin salat melalui sistem fullday school.

Yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi dalam mencapai keberhasilan pembentukan karakter disiplin salat siswa melalui sisitem pembelajaran fullday school.

BAB III: Motode Penelitian

Metode penelitian ini membahas tentang jenis penelitian, subyek dan objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, polpulasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta keabsahan data.

BAB IV: Penyajian Data dan Analisis Data Penelitian

Membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari:Gambaran Umum Sekolah SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo, penyajian data yang berisis dan analisis data mengenai perencanaan sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo, proses pelaksanaan sistem Fullday

(29)

20

BAB V: Penutup

Dalam bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Fullday School

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik. Karena dengan melaksanakan pendidikan maka seseorang akan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yang akan berguna baginya dimasa yang akan datang dan upaya yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya.1 Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapan kurikulum, sistem

full day school merupakan salah satu bentuk model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pengertian fullday school, sejarah fullday school, unsur dan tujuan fullday school, karakteristik fulldat school, dan kurikulum fullday school

sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengertian Fullday School

Istilah fullday school berasal dari bahasa inggris yang dipetakan menjadi tiga kata, full artinya penuh, day artinya hari, dan school artinya sekolah.2 Jika ketiga kata tersebut digabungkan, maka akan menunjukkan bahwa fullday school merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan

1 Udin Syaefudin Sa‘ud dan Abin Syamsudin Makmun,

Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 6.

2

(31)

22

seharian penuh dari pagi hingga sore hari yang menerapkan dasar

intregrated curriculum dan intregreted activity yang berarti hampir seluruh aktifitas anak berada di sekolah, mulai dari belajar, makan, bermain dan ibadah dikemas dalam dunia pendidikan. Hal itu senada dengan pendapat Yusanto, bahwa SDIT berpola fullday school artinya waktu belajar berlangsung sejak pagi hari hingga sore hari.3

Menurut Nor Hasan dalam jurnal pendidikan Islam, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan fullday school secara istilah yaitu suatu proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif dan transformatif selama sehari penuh bahkan selama kurang lebih 24 jam. Hal yang dimaksud dengan aktif disini yaitu mengoptimalisasikan nseluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sedangkan sisi kreatif terletak pada optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekaligus sistem untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi siswa. Adapun dari segi transformatif dalam pembelajaran fullday school adalah proses pembelajaran yang diabadikan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang. Dan yang dimaksud dengan sistem 24 jam dimaksudkan sebagai ikhtiar bagaimana selama sehari semalam siswa melakukan aktivitas bermakna edukatif.4

Jika dilihat dari makna dan pelaksanaannya, fullday school sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal,

3

Ismail Yusanto et al., Menggagas Pendidikan Islami (Bogor:Al-Azhar Press, 2013), 188.

(32)

23

tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya.5

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem pembelajaran fullday school yaitu program pendidikan yang seluruh kegiatan belajar mengajar berada di sekolah secara aktif, kreatif dan transformatif, dimulai dari pagi hingga sore yaitu pukul 07.00 sampai 16.00.

2. Sejarah Fullday school

Fullday shool awalnya muncul pada tahun 1990-an di Amerika Serikat, sebenarnya pada waktu itu hanya dilaksanakan untuk jenjang taman kanak-kanak saja, namun dengan seiring perkembangan zaman,

fullday school meluas sehingga juga diperuntukkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu SD sampai dengan menengah ke atas.6

Ketertarikan para orang tua untuk memasukkan anaknya ke fullday school dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu karena semakin banyaknya kaum ibu yang bekerja di luar rumah dan mereka banyak yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun, meningkatnya jumlah anak-anak usia prasekolah yang ditampung di sekolah milik publik (masyarakat

5

Addin Arsyadana, ―Penerapan Sistem Fullday School sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan‖, dalam http://lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110206.pdf (10 Oktober, 2015).

(33)

24

umum), meningkatnya pengaruh televisi dan mobilitas para orang tua, serta kemajuan dan kemodernan yang mulai berkembang disegala aspek kehidupan. Dengan memasukkan anak mereka ke fullday school, mereka berharap dapat memperbaiki nilai akademik anak-anak mereka sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan sukses, juga masalah-masalah tersebut di atas dapat teratasi.

Adapun munculnya sistem pembelajaran fullday school di Indonesia diawali dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah yang lebih mengedepankan pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada sistem pembelajarannya.

(34)

25

pengelola di sekolah dasar umum yang dikelola Departemen Pendidikan Nasional.7

Meskipun dalam pembelajaran fullday school memiliki rentang waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi sampai sore, sistem ini masih bias diterapkan di Indonesia dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa setiap jenjang pendidikan telah ditentukan alokasi jam pelajarannya. Dalam fullday school ini waktu yang ada tidaklah selalu dipakai untuk menerima materi pelajaran namun sebagaian waktunya dipakai untuk pengayaan.8

Sistem pembelajaran fullday school jika dilihat dari sejarahnya, sistem pembelajaran yang dilakukan seharian penuh sebenarnya bukanlah hal yang baru. Namun, sudah banyak lembaga-lembaga pendidikan yang sudah menerapkan sistem fullday school dengan model yang berbeda dan sangat variatif. Penggunaan nama lembaga yang digunakan juga sangat beragam, seperti: fullday school, boarding school, dan program ma’had. Dalam tradisi pesantren pun sudah lama menerapkan sistem pembelajaran ini dengan menggunakan sistem asrama atau pondok.9

Namun orang banyak mengira sistem pendidikan sehari penuh atau

fullday school merupakan model atau sistem pendidikan baru. Padahal di

7 Iwankuswandi, ―Fullday School dan Pendidikan Terpadu‖, July 9, 2012, accessed November 7, 2016, https://iwankuswandi.wordpress.com/full-day-school-dan-pendidikan-terpadu/.

8 ―Permendiknas No 22 Tahun 2006.pdf,‖ n.d., accessed November 7, 2016, http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2022%20Tahun%202006. pdf.

9

(35)

26

Indonesia sudah ada model pendidikan seperti ini sejak lama, yaitu di pondok pesantren. Umumnya siswa pondok pesantren akan belajar sehari penuh bahkan sampai larut malam untuk mempelajari Agama Islam selain pengetahuan umum lainnya.10

Di Indonesia sendiri sebenarnya sekolah yang menggunakan sistem seperti ini adalah sekolah-sekolah yang berbasis agama dan sekolah internasional maupun sekolah nasional yang mengharuskan siswanya untuk tinggal diasrama. Menurut salah satu pakar Sismanto Fullday school

merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intersif yaitu memberi waktu tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa, dan biasanya jam tambahan ini berlaku setelah siswa pulang sekolah.11

Pada umumnya pembelajaran disebuah lembaga pendidikan masih menerapkan pembelajaran yang hanya mampu memuwujudkan segi kognitifnya saja, sementara dari segi afektif dan psikomotoriknya masih rendah. Sedangkan di pesantren dengan adanya sistem 24 jam proses pembelajaran, maka ketiga segi tersebut akan dengan mudah diterapkan di dalam proses pembelajaran.

Dengan adanya sistem asrama atau pesantren, banyak sejumlah sekolah-sekolah formal melakukan inovasi dari acuan sistem tersebut.

10 Author-Achmad Maulidi, ―Pengertian Fullday School | Kanal Informasi,‖ n.d., accessed November 10, 2016, http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html, http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html.

(36)

27

Sudah banyak dari sekolah formal yang melakukan inovasi dari acuan sistem tersebut dengan merintis sistem pembelajaran fullday school yang dalam hal tertentu sangat mirip dengan pesantren dengan melakukan banyak modifikasi dari tradisi pesantren.12 Dalam batas tertentu, pesantren kurang menyadari substansi pola kependidikan yang diaplikasikan dikarenakan sudah menjadi sebuah tradisi yang melekat dalam transformasi keilmuannya. Oleh sebab itu, dalam mengaplikasikan sistem

fullday school bisa saja tetap memperhatikan format tradisi pesantren namun yang digunakan hanyalah tradisi yang telah tersadarkan akan substansinya.

Untuk menerapkan model fullday school di Indonesia tidak mudah, banyak factor yang mempengaruhi seperti budaya, kebiasaan, ekonomi dan sebagainya termasuk kesiapan sarana prasarana pendidikan.

3. Unsur dan Tujuan Fullday school

Fullday school dapat dipahami sebagai suatu sistem yang diterapkan oleh sekolah kepada anak didik dimana seluruh aktivitas anak berada di sekolah. Tentunya ada kemauan dari orang tua untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya. Kemauan orang tua disini yaitu harapan akan pembelajaran yang bermutu, akhlak anak didik yang lebih baik serta prestasi yang didapatkan lebih maksimal. Menurut Basuki

12 Nor Hasan, ―Full Day Schoo: Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing”

(37)

28

terdapat beberapa unsur dalam penerapan sistem Fullday school sebagai berikut:13

a. Pengaturan jadwal mata pelajaran untuk ketertiban belajar mengajar b. Strategi pembelajaran yaitu pola umum mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan Pembelajaran.

c. Sarana dan prasarana yang memadai yaitu media pembelajaran yang merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran serta komponen yang terdapat dalam pembelajaran seperti fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran dan bahan pelajaran.

Pendalaman materi yaitu lebih mendalami tentang komponen utama proses pembelajaran yang dapat memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan unsur-unsur dalam penerapan sistem fullday school maka dapat dimaksudkan atau diartikan bahwa unsur yang menunjang dalam penerapan sistem fullday school adalah adanya pengaturan jadwal yang baik, pembelajarannya harus memiliki strategi yang sangat baik dalam melaksanakan suatu pembelajaran, fasilitas yang menunjang serta menggali lebih dalam lagi tentang materi yang akan atau sudah diberikan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Basuki, bahwa sistem

13

(38)

29

pembelajaran Fullday school selain pengembangan kreatifitas juga terdapat 3 ranah belajar yaitu kognitif, akektif, dan psikomotorik.14

Menurut Benyamin S.Bloom, 3 ranah belajar diatas mempunyai arti sebagai berikut: Ranah Kognitif lebih kepada hasil yang berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual.15 Kategori ranah kognitif mencangkup:

a. Pengetahuan, merupakan suatu tindakan mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman, merupakan kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran.

c. Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari dalam situsi yang baru dan konkrit.

d. Analisis, merupakan kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. e. Sintesis mengacu pada kemampuan mengabungkan bagian-bagian

dalam membentuk struktur yang baru.

f. Penilaian, kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujan tertentu.

14

Ibid., 15

(39)

30

Pada ranah afektif, tujuan pembelajaran lebih berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif mencangkup:16

a. Penerimaan, lebih mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.

b. Penanggapan, mengacu pada partisipasi aktif yang terjadi pada diri siswa.

c. Penilaian, mengacu pada harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa.

d. Pengorganisasian, berkaitan dengan perakitan nilai-nilai yang berbeda.

e. Pembentukan pola hidup, siswa mampu mengembangkan karakteristik gaya hidupnya

Tujuan pembelajaran ini mengacu pada penunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori pembelajaran psikomotorik mencangkup:17

a. Persepsi, berkaitan dengan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

b. Kesiapan, mengacu pada pengambilan tipe keputusan tertentu. c. Gerakan terbimbing,

d. berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam

16

Ibid. 17

(40)

31

e. keterampilan kompleks.

f. Gerakan terbiasa, berkaitan dengan tindakan untuk bekerja.

g. Gerakan kompleks, berkaitan dengan kemahiran kerja tindakan motorik pola-pola gerakan yang kompleks.

h. Penyesuaian, berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan persyaratan baru.

i. Kreatifitas, mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru dengan situasi tertentu.

Berdasarkan pembagian ranah belajar diatas bertujuan agar seseorang mampu memperoleh makna dari pembelajaran sehingga bisa menjadi manusia yang kreatif dan mampu bersikap kritis dimana mampu membuktikan apa yang sudah didapatkannya serta memiliki keterampilan dalam mengambil suatu keputusan.18

Fullday school sendiri merupakan satu istilah dari proses pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, aktifitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah dari pada di rumah. Meskipun begitu, proses pembelajaran yang lebih lama di sekolah tidak hanya berlangsung di dalam kelas, karena konsep awal dibentuknya sistem

fullday school ini bukan menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum tersebut, melainkan tambahan jam sekolah digunakan untuk pengayaan

(41)

32

materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak.

Dengan kata lain konsep dasar dari fullday school ini adalah

integrated curriculum dan integrated activity. Penerapan fullday school

merupakan alternatif dari revolusi pendidikan terhadap masalalah-masalah yang ada dan terjadi pada siswa. Sebagai solusi alternatif pelaksanaan full day school ditunjang dengan berbagai alasan yang patut dipertimbangkan dalam pendidikan siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Clark yaitu:

The growing number of all-day programs is the result of a

number of factors, including the greater numbers of single-parent and

dualincome families in the workforce who need all-day programming

for their young children, as well as the belief by some that all-day

programs better prepare children for school”.19 (Dalam

pertumbuhannya program sehari penuh diakibatkan oleh beberapa factor, di dalamnya banyak orang tua tunggal dan orang tua yang keduanya bekerja yang membutuhkan program sehari penuh untuk anak mereka, di samping ada sebagian yang percaya bahwa program

(42)

33

sehari penuh merupakan program sekolah yang dapat mempersiapkan anak-anak lebih baik).20

Sehudin kembali mengatakan bahwa garis-garis besar program

fullday school adalah sebagai berikut:21 a. Membentuk sikap yang Islami

Adapun hal-hal yang terdapat dlam membentuk sikap yang Islami sebagai berikut:22

1) Pembentukan sikap yang Islami

2) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan. 3) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela. 4) Kecintaan kepada Allah dan Rosul-Nya

5) Kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkan b. Pembiasaan berbudaya Islam

Adapun hal-hal yang terdapat dalam Pembiasaan berbudaya Islami sebagai berikut:23

1) Gemar beribadah 2) Gemar belajar 3) Disiplin 4) Kreatif

20 Ida Nurhayati, ―Penerapan Sistem Pembelajaran ‗Fun & Fullday School ‘ untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik di SDIT Al Islam Kudus,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 2, no. 2 (2014): 238, accessed October 27, 2016, http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/tp/article/view/3680.

21

Sehudin. ―Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School terhadap Akhlak Peserta didik‖ (Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya. 2005), 17. (Unpublised).

22 Ibid. 23

(43)

34

5) Mandiri

6) Hidup bersih dan sehat 7) Adab-adab Islam.

8) Penguasaan Pengetahuan dan Ketrampilan

c. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan

Adapun hal-hal yang terdapat dalam pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan sebagai berikut:24

1) Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari. 2) Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al qur'an.

3) Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari.

Pada intinya dapat disimpulkan bahwa tujuan sistem pembelajaran

fullday school ini yaitu membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.

Dengan adanya fullday school dapat membuat siswa sibuk belajar di sekolah dengan berbagai fasilitas menarik yang ditawarkan, sehingga tidak terpengaruh dengan lingkungan di luar sekolah dan rumah yang membawa dampak/pengaruh negative terhadap siswa. Dengan diadakannya sistem

fullday school dapat memanfaaatkan waktu dengan sebaiknya, maka dapat memacu terbentuknya karakter dalam menanamkan nilai-nilai yang positif bagi siswa, tujuan lain dari diadakannya fullday school adalah untuk

24

(44)

35

mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil ard dan sebagai hamba Allah, serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.

4. Karakteristik Fullday School

Sesuai dengan semangat otonomi pendidikan diberikan kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri sesuai dengan semangat yang ada di daerah. Dengan kebijakan semacam ini masyarakat diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan intensiatifnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan di daerah sesuai dengan latar budayanya. Pemerintah pusat cukup memberikan kurikulum standar nasional, sedangkan pengembangannya diserahkan kepada daerah, terutama dalam menentukan muatan lokal.25

Otonomi pendidikan disambut baik oleh lembaga pendidikan swasta dengan membenahi keadaan yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di samping iu juga adanya kebutuhan masyarakat yang disebutkan dengan tugas pekerjaan keseharian dan menginginkan pendidikan yang berkualitas, keadaan semacam ini direspon dengan menyelenggarakan model pembelajaran fullday school, dalam arti kegiatan pembelajaran diperpanjang sampai soree hari. Maka sebagai konsekuensi perlu adanya pengelolaan yang baik, khususnya dalam

(45)

36

pembelajaran yang berhubungan dengan waktu belajar yang efektif, pengajaran terstruktur dan kesempatan untuk belajar.26

Karakteristik yang paling mendasar dalam model pembelajaran

fullday school yaitu proses Integrated curriculum dan integrated activity

yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk siswa yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami.

Sekolah yang menerapkan pembelajaran fullday school, dalam melaksanakan pembelajarannya bervariasi, baik ditinjau dari segi waktu yang dijadwalkan maupun kurikulum lembaga atau lokal yang digunakan, pada prinsipnya tetap mengacu pada penanaman nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia sebagai bekal kehidupan mendatang di samping tetap pada tujuan lembaga berupa pendidikan yang berkualitas.27

Dengan demikian Sekolah dasar fullday school, disyaratkan memenuhi kriteria sekolah efektif dan mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan tujuan lembaga berupa lulusan yang berkualitas secara efektif dan efisien.

5. Kurikulum Fullday School

Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai. Isi materi dan pengalaman

26 Sehudin, ―Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School Terhadap Akhlak Siswa‖ (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2005), 18.

(46)

37

belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.28

Fullday school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah umumnya, namun mempunyai kurikulum local. Dengan demikian kondisi siswa diharapkan lebih matang baik itu dari segi materi akademik maupun non akademik. Fullday school pada dasarnya menggunakan system integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami. Yang mana pembelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya masalah di mana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu yang dapat memacu pembentukan karakter siswa.29

Kurikulum fullday school didesain untuk menjangkau masing-masing dari perkembangan siswa, konsep pengembangannya dengan mengembangkan kreatifitas siswa, yang didasarkan atas aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.30

Dalam perkembangannya, manajemen fullday school mensyaratkan

28

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 9-10. 29

Trianto, Model Pembelajaran Terpada dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), 38.

30

(47)

38

adanya profesionalisme dari seorang pendidik. Pendiidk dituntut untuk peka terhadap perkembangan zaman, selalu terbuka terhadap kemajuan pendidikan serta mengembangkan kurikulum yang modern. Hal itu bertujuan agar konsep kurikulum yang direncanakan bisa tercapai.31

Selain itu dalam pelaksanaan sistem fullday school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendiidkan. Seperti yang sudah diketahui bahwa di Indonesia jenjang formal dibagi menjadi:32

1) TK di peruntukan bagi anak usia 4-6 tahun 2) SD/MI di peruntukan bagi anak usia 7-12 tahun 3) SMP/MTsN di peruntukan bagi anak usia 13-15 tahun 4) SMA/MAN di peruntukan bagi anak usia 15-18 tahun

Mengenai perbedaan jenjang dan jenis pendidikan di atas, maka sudah seharusnya sistem pembekajaran fullday school harus memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. Anak-anak usia SD-SMP tentu porsi beemainnya lebih dari pada belajar. Maka sangat cocok bagi mereka jika konsep belajarnya adalah sambil bermain, jangan sampai sistem pembelajaran fullday school merampas waktu bermain mereka. Waktu yang digunakan untuk belajar memiliki karakter yang baik serta

31

Ibid., 224.

(48)

39

dapat berinteraksi dengan teman sebayanya, orang tua, sanak saudara dan lingkungan sekitar.

Dalam pelaksanaan fullday school sebagian waktunya harus digunakan untuk program-program pembelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, yang tentunya ini memerlukan kreatifitas dan inovasi dari seorang guru.33 Permainan yang di berikan dalam sistem fullday school masih mengandung arti pendidikan, yang artinya bermain sambil belajar. Sebisa mungkin diciptakan suasana yang kreatif dalam pembelajarannya, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani, bosan dan menjenuhkan meski seharian berada di dalam sekolah.

Salah satu kesuksesan pendidikan terletak pada kurikulum, kurikulum yang diterapkan harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tuntutan orang tua, selain itu sekolah harus memiliki ciri khas yang menonjol agar masyarakat tertarik dan yang paling utama adalah sekolah mampu menampilkan dan memastikan bahwa sekolah tersebut benar-benar mempunyai keunggulan dalam berbagai hal, agar banyak diminati oleh masyarakat.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem fullday school memiliki pro dan kontra. Ada masyarakat yang setuju dengan adanya sistem pembelajaran fullday school ini karena anak-anak tetap dalam pengawasan guru karena orang tua yang bekerja seharian yang tidak

33

(49)

40

bisa sepenuhnya mengawasi anak-anak mereka dan proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dengan waktu yang lama di sekolah. Namun tidak menyangkut kemungkinan, masyarakat juga ada yang menilak dengan adanya sistem fullday school ini karena dikhawatirkan akan membuat anak jenuh dalam belajar, dan akan berkurangnya interaksi social anak terhadap orang tua dan masyarakat sekitar.

Hal itu tergantung pada perencanaan awal sistem pembelajaran

fullday school dibentuk, jika dari awal di rencanakan dan didesain sedemikian rupa, agar proses pembelajaran tidak membosankan dan adanya upaya dari pihak sekolah dalam membentuk karakter siswa khususnya. Maka, proses pembelajarannya akan berjalan dengan baik dan lancar dan akan banyak diminati oleh masyarakat.

B. Karakter Disiplin Salat

1. Pengertian Karakter Disiplin Salat

Karakater adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sebagaimana menurut Zubaedi menyatakan bahwa ―Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.34 Istilah karakter memiliki dua pengertian yaitu: Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”.

34

(50)

41

Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral‖.35

―Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara‖.36

―Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai

-nilai karakter pada siswa, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil‖.37

Pelaksanaan pendidikan karakter merupakan hal yang penting dilakukan sedini mungkin dan yang berperan dalam pelaksanaan pendidikan karakter bukanlah hanya tanggung jawab sebagaian orang atau lembaga tertentu saja. Namun, semua komponen bertanggung jawab baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.38 Ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus bekerjasama untuk mendukung

35

Abdul Majid dan Andayani Dian, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 2.

36

Rusdianto, (ed.), Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: DIVA Press, 2012), 38.

37

Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Laksana, 2013), 19.

38 Wuri Wuryandani et al., ―Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar,‖

(51)

42

konsistensi dan kontinuitas pendidikan karakter, sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah perlu mendapatkan dukungan orang tua masyarakat. Hal ini, karena ketiga komponen tersebut secara komplementer saling memberikan pendidikan karakter pada siswa.39

Melalui pendiidkan karakter tersebut akan tertanam nilai-nilai karakter yang baik di dalam individu. Nilai-nilai karakter yang baik akan menuntun seseorang dalam berprilaku sehari-hari. Pendapat tersbeut senada dengan yang disampaikan Wibowo bahwa pendidikan karakter merupkan proses pendidikan yang menanmkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktekkan dalam kehidupannya, baik dilingkungan keluarga, masyarakat, mauoun negara.40

Pendidikan karakter tidak dapat dilakukan di dalam suatu ruang hampa (vacum tube) yang bebas nilai, karena karakter sangat erat (bounded) dengan kehidupan.41 Dari penjelasan tersebut, maka pendidikan karakter di sekolah tidak akan berhasil jika pembelajarannya hanya berupa hafalan secara verbalistik saja. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan karakter di

39

Darmiyati Zuchdi, et all., Panduan Implementasi Pendiidkan Karakter Terintregasi dalam Pebelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah (Yogyakarta: CV Multi Presindo, 2013), 28. 40

A. Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), 36.

41

(52)

43

sekolah hendaknya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran. 42

Mengenai pendidikan karakter, rupanya pendidikan karakter mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk segera diimplementasikan di sekolah-sekolah sebagai program utama.43 Kemendiknas dalam hal ini, menyebutkan terdap

Gambar

Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik dengan teknologi Effective Microorganism 4 (EM4).. Effective Microorganism mengandung

Makna positif dari faidatun adalah memberikan gambaran pada sesuatu bahwa objek baik berupa materi ataupun harta benda yang mana mempunyai nilai guna, manfaat,

Hambatan yang ditemui oleh penulis selama proses kegiatan magang adalah tugas dan peran yang ada pada suatu bagian telah dapat ditangani oleh personel yang ada di bagian tersebut

ekonomi suatu negara. Sektor keuangan yang maju dan berkembang akan memfasilitasi pertumbuhan sektor riil melalui penyediaan pendanaan yang memadai secara efisien. Lebih

Sedangkan syaratnya adalah Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah; kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan; kontrak harus bebas riba; Penjual

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen pada Maret 2021 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm)..

1) Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan. 2) Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien. 3)

Dari segi bahan bangunan hampir semua berupa rumah permanen (tembok bertulang) hanya sedikit rumah di Tinjomoyo yang semi permanen (kayu). Rumah yang semi permanen atau non