• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh Emelia Ajin 141224028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh Emelia Ajin 141224028

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(3)

SKRIPSI

ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY

Oleh: EMELIA AJIN

141224028

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(4)

Dipersiapkan dan disusun oleh: EMELIA AJIN

141224028

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Pada tanggal 12 Juli 2021

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum. Sekretaris : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. Anggota I : Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

Anggota II : Septina Krismawati, S.S, M.A. Anggota III : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd.

SKRIPSI

ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY

Yogyakarta, 12 Juli 2021

Dekan

Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(5)

MOTO

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

(Amsal 1:7)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan, kemudahan dan segalanya kepada saya selama ini.

Kepada orang tua saya yang selalu memberikan semangat kekuatan, doa dan kasih sayang yang tiada henti.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juli 2021 Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Emelia Ajin

Nomor mahasiswa 141224028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS METAFORA DALAM ALBUM LAGU LELAKU KARYA FOURTWNTY

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royality kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 12 Juli 2021 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Ajin, Emelia. 2021. Analisis Metafora Dalam Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Metafora adalah salah satu majas dalam Bahasa Indonesia, dan juga berbagai bahasa lainnya. Metafora didefinisikan sebagai "pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan jenis dan makna metafora dalam album lagu Lelaku karya

Fourtwnty. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan; (1) Jenis metafora

yang terdapat dalam album lagu Lelaku karya Fourtwnty. (2) Makna ungkapan metaforis dalam album lagu Lelaku karya Fourtwnty.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa kutipan frasa dan kalimat pada lirik-llirik lagu dalam album Lelaku karya Fourtwnty. Data penelitian ini berjumlah 35 data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik menyimak dan teknik baca catat. Kegiatan menyimak dilakukan untuk menyimak lirik-lirik lagu yang terdapat dalam album Lelaku, serta mencatat setiap larik atau kalimat yang mengandung metafora.

Analisis data penelitian ini menggunakan metode padan referensial. Metode ini digunakan untuk menentukan jenis metafora dan makna ungkapan metaforis yang terdapat pada satuan lingual yang mengandung metafora dalam album lagu Lelaku. Kemudian teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik pilah unsur penentu. Data kemudian disajikan melalui metode penyajian informal. Dalam menganalisis lagu-lagu pada album Lelaku karya fourtwnty, penulis menemukan 3 jenis metafora yaitu metafora antropomorfik, metafora sinestetik, dan metafora pengabstrakan.

Jenis metafora antropomorfik mengandung makna ungkapan perbandingan dengan cara pengalihan sifat dari benda yang tak bernyawa terhadap objek yang tidak sebenarnya. Metafora sinestetik mengandung makna pengalihan dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, atau dari tanggapan yang satu ke tanggapan yang lain. Jenis metafora ini merupakan suatu pemindahan atau pengalihan (transfer) dari satu indera ke indera yang lainnya, misalnya dari bunyi (indra pendengar) ke pengelihatan, dari sentuhan ke bunyi, dan sebagainya. Metafora pengabstrakan dinyatakan sebagai kebalikan dari hal-hal yang abstrak diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa sehingga dapat berbuat konkret atau bernyawa.

(10)

ABSTRACT

Ajin, Emelia. 2021. Metaphor Analysis in Lelaku song album by Fourtwnty. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

Metaphor is a figure of speech in Indonesian, as well as in various other languages. Metaphor is defined as "the use of words or groups of words which do not their actual meaning, but as paintings based on equations or comparisons. In this study, the author describes the types and meanings of metaphors in Lelaku song album by Fourtwnty. This study aims to describe: (1) The types and meanings of metaphors in Lelaku song album by Fourtwnty. types of metaphors found in Lelaku song album by Fourtwnty. (2) The meaning of metaphorical expressions in Lelaku song album by Fourtwnty.

This research is a qualitative descriptive study. The data of this research are in the form of quotations of phrases and sentences in the song lyrics in the album Lelaku by Fourtwnty. This research data amounted to 35 data. The data collection techniques used were listening techniques and reading notes techniques. Listening activities are carried out to listen to the song lyrics contained in the Lelaku album, and note down any lines or sentences that contain metaphors.

The data analysis of this study used the referential equivalent method. This method is used to determine the type of metaphor and the meaning of the metaphorical expression contained in the lingual unit which contains the metaphor in the Lelaku song album. Then the technique used to analyze the data is the technique of sorting the determining elements. The data is then presented through an informal presentation method. In analyzing the songs on Fourtwnty’s Lelaku album, the writer found 3 types of metaphors, namely anthropomorphic metaphors, synesthetic metaphors, and abstract metaphors.

The type of anthropomorphic metaphor contains the meaning of a comparative expression by means of transferring the nature of an inanimate object to an object that is not in fact. Synesthetic metaphors contain the meaning of the transfer from one experience to another, or from one response to another. The type of metaphor is a transfer from one sense to another, for example from sound (hearing sense) to sight, from touch to sound, and so on. The metaphor of abstracting is expressed as the opposite of abstract things which are treated as animate things so that they can act concrete or animate.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Metafora dalam Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan administrasi selama penulisan skripsi ini.

2. Rishe Purnama Dewi, S. Pd., M. Hum, selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak kritik dan masukan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Danang Satria Nugraha S.S., M.A. selaku dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indoensia yang telah besedia menjadi triangulator dalam penelitian ini.

(12)

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik, membimbing, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. 6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang sabar membantu penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

7. Teman-teman seperjuangan saya, Maria Goreti Stephanie, S.Pd., Frumensius Remi Korebima, S.Pd., Regina Pranatalia Mening, dan Victorianus V.J Jamlean yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan PBSI 2014 kelas A.

10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 Juli 2021 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I ... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Fokus Masalah ... 6 1.3 Rumusan Masalah ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 7 1.5 Manfaat Penelitian ... 7 1.6 Batasan Istilah ... 8

(14)

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penelitian yang Relevan ... 9

2.2 Hakikat Semantik... 11

2.3 Hakikat Bahasa ... 13

2.4 Gaya Bahasa ... 14

2.4.1 Definisi Gaya Bahasa ... 14

2.4.2 Fungsi Gaya Bahasa ... 16

2.5 Metafora ... 17

2.5.1 Definisi Metafora ... 17

2.5.2 Jenis-jenis Metafora dalam Tinjauan Semantik ... 19

2.5.3 Fungsi Metafora ... 22

2.5.4 Makna Ungkapan Metaforis ... 24

2.6 Lirik Lagu ... 27 2.7 Fourtwnty ... 29 2.8 Kerangka Berpikir ... 30 BAB III ... 34 METODOLOGI PENELITIAN ... 34 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Sumber dan Data Penelitian ... 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4 Instrumen Penelitian ... 35

(15)

BAB IV ... 38

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Deskripsi data ... 38

4.2 Analisis Data ... 40

4.2.1 Jenis Metafora dalam Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty ... 41

4.2.1.1 Metafora Antropomorfik ... 42

4.2.1.2 Metafora Sinestetik ... 49

4.2.1.3 Metafora Pengabstrakan ... 54

4.2.2 Makna Ungkapan Metaforis dalam Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty ... 63

4.2.2.1 Lagu Aku Tenang ... 63

4.2.2.2 Lagu Diam-diam Ku Bawa ... 64

4.2.2.3 Lagu Hitam Putih ... 66

4.2.2.4 Lagu Argumentasi Dimensi ... 68

4.2.2.5 Lagu Iritasi Ringan ... 70

4.2.2.6 Lagu Fana Merah Jambu ... 71

4.2.2.7 Lagu Puisi Alam ... 72

4.2.2.8 Lagu Aku Bukan Binatang ... 73

4.2.2.9 Lagu Diskusi Senja ... 74

4.3 Pembahasan ... 75

(16)

BAB V... 79 PENUTUP ... 79 5.1 Simpulan ... 79 5.2 Implikasi ... 80 5.3 Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ... 84

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Berpikir ... 33 Tabel 4.1 Data Metafora dalam Lagu Karya Fourtwnty ... 39 Tabel 4.2.1 Jenis Metafora dalam Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty ... 41

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan satu gejala sosial dan digunakan untuk komunikasi antarsesama manusia. Sebagai satu gejala sosial yang komunikatif, kita perlu membedakan penggunaan bahasa dan tujuan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi antarmanusia. Sebagai makhluk sosial, manusia harus berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari suatu kegiatan komunikasi yaitu menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada pembaca atau pendengar. Dalam berkomunikasi digunakan alat verbal (bahasa) dan non verbal (warna, cahaya, dan gerak tubuh). Pemakai bahasa mengungkapkan segala hasil pemikiran melalui bahasa. Tanpa penguasaan bahasa secara baik manusia tidak dapat melahirkan buah pikirannya dalam bentuk lukisan.

Fungsi utama bahasa adalah alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama.Untuk menjaga hubungan sosial yang terjalin, setiap individu menjaga kontak dengan lingkungan di sekelilingnya, hal itu bisa dilakukan dengan menanyakan kabar atau sekedar menyapa lawan tuturnya. Dalam hal ini, bahasa berfungsi untuk menjaga kontak yang terjalin dengan orang lain, Jakobson menyebutnya dengan fungsi patik (phatische Funktion). Selain itu terdapat juga fungsi yang berkaitan dengan pesan (Nachricht) yang disampaikan seseorang, fungsi tersebut adalah fungsi puitis.

(19)

Fungsi puitis terdapat pada keindahan bahasa yang digunakan oleh penutur.Biasanya fungsi ini digunakan untuk mencapai suatu efek yang diinginkan penutur dalam berbahasa, misalnya efek keindahan. Dengan menerapkan fungsi ini dalam berbahasa, pesan yang disampaikan menjadi lebih indah, padat dan kreatif. Misalnya, pesan yang sebenarnya berisi sindiran atau kritik terhadap suatu topik tertentu dapat menjadi lebih halus tanpa menyinggung perasaan orang lain, karena bahasa yang digunakan menjadi lebih indah dan diungkapkan secara tidak langsung. Fungsi ini tidak terlepas dari gaya bahasa yang digunakan penutur dalam berbahasa, karena gaya bahasa yang digunakan penutur mampu memperindah bahasa yang digunakan. Salah satu gaya bahasa tersebut adalah metafora.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa, linguistik terbagi dalam dua bagian yakni linguistik internal dan linguistik eksternal. Linguistik internal terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik, sedangkan yang termasuk linguistik eksternal meliputi sosiolinguistik, etnolinguistik, psycholinguistic, semiotik, applied linguistic. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian linguistik internal yakni semantik.Menurut Hurford dan Heasley (1983:1), semantik adalah ilmu yang mempelajari ilmu tentang makna.

Semantik berasal dari bahasa Yunani “sema”, kata kerjanya “semaino” yang artinya menandai dan melambangkan.Istilah semantik diartikakn sebagai cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung dalam suatu bahasa, kode,

(20)

atau jenis representasi lainnya. Ilmu ini fokus pada hubungan antara tanda-tanda seperti kata, frase, dan simbol serta apa maknanya.

Metafora adalah salah satu majas dalam Bahasa Indonesia, dan juga berbagai bahasa lainnya. Majas ini merupakan ungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan analogis. Seperti halnya majazi dalam bab kata dan makna (ilmu logika), makna yang terkandung dalam majas metafora adalah suatu peletakan kedua dari makna asalnya, yaitu makna yang bukan mengunakan kata dalam arti sesungguhnya, melainkan sebagai kiasan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan.

Metafora didefinisikan sebagai "pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Misal tulang punggung dalam kalimat "pemuda adalah tulang punggung negara". Metafora adalah majas (gaya bahasa) yg membandingkan sesuatu dengan yang lain secara langsung. Metafora adalah gaya bahasa perbandingan.

Metafora menjadi dan merupakan fenomena terbesar dan terpenting dalam penjelasan tentang hakikat pergeseran dan perubahan makna. Metafora menjadi satu keluaran untuk melayani pikiran dan perasaan pemakai bahasa. Metafora menjadi sumber untuk melayani motivasi yang kuat untuk menyatakan perasaan, emosi yang menadalam, dan sarana berbahasa yang bersifat ekspresif.

(21)

Metafora ini digunakan seseorang untuk mengungkapkan suatu maksud atau pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain, namun pesan itu tidak bisa dipahami secara langsung. Metafora digunakan dengan cara membandingkan apa yang ingin diungkapkan dengan hal lainnya yang biasa memiliki persamaan atau kemiripan wujud fisik, sifat atau karakter, bahkan berdasarkan persepsi seseorang. Dalam istilah lain menurut Richard (dalam Ullman, 2009: 265), sesuatu yang dibandingkan atau yang sedang diperbincangkan itu disebut dengan tenor (unsur pokok) sedangkan unsur kedua atau yang menjadi pembandingnya itu disebut dengan vehicle atau wahana.Pesan atau maksud dari kalimat yang mengandung metafora itu disebut dengan makna ungkapan metaforis.Untuk mengetahui makna ungkapan metaforis ini, seseorang harus mengerti makna kata yang menjadi pembandingnya, agar makna tersebut bisa dimengerti dengan baik.

Dalam perkembangan banyak klasifikasi metafora berdasarkan jenisnya, baik itu dari tinjauan semantik maupun sintaksis.Menurut tinjauan semantik, Ullman (2007: 267) membagi metafora menjadi empat jenis, yaitu metafora antropomorfis, metafora binatang, metafora dari konkret ke abstrak, dan metafora sinestetik. Berikut adalah contoh penggunaan metafora dalam berbahasa.

(1) Langkahnya yang lamban adalah langkah-langkah seorang kakek pikun. (Nurgiyantoro, 2014: 224)

(2) Cintanya bersungut-sungut. (Subroto, 2011:132)

Pada contoh kalimat (1) yang menjadi unsur pokok adalah aktivitas atau

(22)

adalah langkah seorang kakek pikun. Kalimat tersebut mempunyai makna ungkapan metaforis kinerja aktivitas yang dilakukan seseorang itu sangat

lambatnya sehingga sama dengan langkah kakek yang sudah pikun. Kalimat (2)

termasuk ke dalam jenis metafora antropomorfik, karena cinta yang merupakan suatu yang abstrak diperlakukan layaknya manusia.Dalam contoh kalimat tersebut bahasa yang digunakan menjadi lebih indah dan menarik.Itulah salah satu tujuan dari penggunaan metafora dalam berbahasa. Penggunaan bahasa yang indah dan menarik biasanya identik dengan penciptaan puisi maupun lagu, sehingga untuk memperindah karya yang ditulis biasanya banyak sastrawan bahkan penyair yang menggunakan gaya bahasa metafora dalam menciptakan karyanya.

Seorang pengarang lagu menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dialaminya dalam lagu yang ia ciptakan berdasarkan pengalaman, imajinasi, maupun perasaan yang sedang dirasakannya. Dalam menciptakan lagu, ia melakukan permainan kata dan bahasa supaya lagu yang diciptakan memiliki ciri khas tersendiri dengan lagu ciptaan orang lain. Lagu atau musik adalah salah satu hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Ada banyak penyanyi atau grup band musik yang telah menciptakan karya luar biasa, contohnya band Fourtwnty yang berasal dari Indonesia. Fourtwnty adalah grup musik indie asal Indonesia.

Fourtwnty ini memang bisa dikatakan berbeda dari band indie lainnya karena mereka merupakan musisi multi-intstrumentalis yang mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan pesan toleransi, kedamaian, dan pluralisme melalui musik dan

(23)

konsep yang matang. Genre musiknya yaitu pop acoustik folk. Musik folk adalah musik yang penuh dengan kesederhanaan dan keseharian dalam lagunya.

Prestasi yang diraih Fourtwenty diantaranya, mendapatkan ICA (Indonesian Choice Award) dalam kategori breakthrought artist of the year pada tahun 2018. Ini membuktikan bahwa Fourtwnty berhasil menjadi warna baru industri musik di Indonesia. Melalui penghargaan ini Fourtwnty menjadi pendongkrak band indie bergenre musik folk yang berkualitas sehingga kehadirannya saat ini sangat di akui oleh masyarakat Indonesia khususnya pada generasi muda saat ini.

Berdasarkan alasan tersebut, penulis mencoba untuk menemukan fenomena yang menarik dalam album Lelaku karya Fourtwnty. Hal ini berdasarkan sulitnya penulis dalam memahami maksud setiap lagu yang terdapat dalam album tersebut. Dalam mengungkapkan suatu hal atau maksud lagu, Fourtwnty menggunakan suatu perbandingan untuk mengungkapkan apa yang ingin diungkapkannya. Peneliti menyadari bahwa dalam album lagu Lelaku banyak terdapat lirik yang mengandung metafora. Selain mengandung jenis metafora, lirik lagu tersebut juga mempunyai makna ungkapan metaforis yang berbeda-beda.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarka uraian latar belakang tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada gaya bahasa metafora dalam album lagu Lelaku karya Fourtwnty yang terdiri dari jenis dan makna ungkapan metaforis.

(24)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah penelitian dalam penulisan ini adalah :

1. Jenis metafora apa saja yang terdapat dalam album Lelaku karya

Fourtwnty ?

2. Apa makna ungkapan metaforis tersebut dalam album lagu Lelaku karya

Fourtwnty?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan jenis metafora yang terdapat dalam album lagu Lelaku

karya Fourtwnty.

2. Mendeskripsikan makna ungkapan metaforis dalam album lagu Lelaku

karya Fourtwnty.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan berpikir para pembaca dalam bidang linguistik yang berhubungan dengan gaya bahasa, terutama metafora.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan motivasi, khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia maupun sastra yang ingin mempelajari tentang semantik atau ilmu yang mempelajari tentang makna (makna metafora).

(25)

1.6 Batasan Istilah

Batasan istilah ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tanggapan terhadap istilah dalam penelitian. Batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Semantik

Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna.

2. Gaya Bahasa

Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

3. Metafora

Metafora adalah salah satu majas dalam Bahasa Indonesia, dan juga berbagai bahasa lainnya.Majas ini merupakan ungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan analogis.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan digunakan sebagai referensi melengkapi teori-teori dari para ahli yang sekaligus sebagai pembeda dengan penelitian sekarang. Penulis mengambil penelitian yang relevan dengan topik penelitian penulis, yaitu Maria Elisabeth. Luanmas (2015), melakukan penelitian dengan judul Makna Metafora dan Similasi dalam Song of Salomon. Peneliti mengambil data dengan cara membaca Song of Solomon dan menemukan makna metafora dan simili pada beberapa ayat Alkitab. Peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode ini merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988: 63). Setelah penulis menemukan dua puluh delapan untuk diidentifikasi, maka pada tahap ini penulis melakukan analisis data berdasarkan teori dari Lakoff dan Johnson 2003:62. dan teori dari Fromilhague 1994:73 tentang figures of speech.

Selain itu penelitian terdahulu yang juga digunakan sebagai referensi penulis, yaitu Eka Nurlatifah (2012), melakukan penelitian dengan judul Metafora dalam Album Lagu Unter Dem Eis Karya Eisblume. Peneliti mengambil sumber data dari semua lagu yang terdapat dalam album lagu Unter dem Eis karya

(27)

Eisblume.Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif dan

metode yang digunakan yaitu metode simak. Metode simak yaitu dengan menyimak lirik-lirik lagu yang terdapat dalam album lagu Unter dem Eis. Kemudian dilakukan dengan menggunakan teknik dasar yang berupa teknik sadap dan dilanjutkan dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini tidak melibatkan peneliti dalam dialog atau konversasi, atau imbal-wicara yang berlangsung (Sudaryanto, 2015: 204). Peneliti hanya sebagai pemerhati terhadap calon data yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan dengan teknik catat, yaitu dengan cara mencatat setiap larik atau kalimat yang mengandung metafora. Instrumen yang digunakan adalah human instrument, yaitu peneliti sendiri sebagai pengumpul, penafsir, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Dalam pengumpulan data penelitian ini peneliti menentukan masalah yang ingin dikaji, yaitu jenis metafora dan makna ungkapan metaforis pada lirik lagu yang terdapat dalam album lagu Unter dem Eis. Teknik validasi data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan validitas semantik, yaitu dengan membaca berulang-ulang lirik lagu Eisblume kemudian menerjemahkannya.

Hubungan penelitian ini dengan Maria Elisabeth Luanmas yaitu, penelitian Maria Elisabeth Luanmas menganalisis Makna Metafora dan Simili dalam Song

of Salomon pada tahun 2015, sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada Analisis Metafora dalam Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty. Sedangkan

hubungan penelitian ini dengan penelitian Eka Nurlatifah yaitu sama-sama menganalisis mengenai metafora pada album lagu. Hanya saja penelitian milik

(28)

Eka Nurlatifah yaitu menganalisis album lagu dalam bentuk bahasa asing kemudia diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sedangkan penelitian ini menganalisis lagu yang sudah dalam bentuk bahasa Indonesia. Selain itu pengambilan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan lirik lagu yang terdapat dalam album lagu Lelaku, kemudian mencatat lirik-lirik yang terdapat dalam setiap lagu tersebut.

2.2 Hakikat Semantik

Semantik dapat mencakup bidang yang lebih luas, baik dari segi struktur dan fungsi bahasa maupun dari segi interdisiplin bidang ilmu. Tetapi, dalam hal ini ruang lingkup semantik berkisar pada hubungan ilmu makna itu sendiri di dalam linguistik, meskipun faktor nonlinguistik ikut mempengaruhi sebagai fungsi bahasa yang nonsimbolik (emotif dan afektif). Semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas bicara (Ency Britanica, 1965).

Semantik berasal dari bahasa Yunani “sema”, kata kerjanya “semaino” yang artinya menandai dan melambangkan.Istilah semantik diartikakn sebagai cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung dalam suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lainnya. Ilmu ini fokus pada hubungan antara tanda-tanda seperti kata, frase, dan simbol serta apa maknanya.

Menurut Abdul Chaer (1995: 2) kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau

(29)

melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Perancis: signié linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinan de Saussure, bahwa semantik terdiri dari komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang biasanya disebut dengan referen atau hal yang ditunjuk.Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Menurut Palmer (1976), semantik dibagi menjadi dua. Pertama, semantik formal yaitu bagian dari semantik yang menganalisa makna unsur-unsur bahasa yang belum dikaitkan dengan konten dan situasi.Kedua, semantik referensial yaitu bagian dari semantik yang menganalisa makna dengan mengaitkan makna dan situasi.

Semantik mengkaji arti bahasa (arti lingual) yang bersifat bebas konteks atau tidak terikat oleh konteks (Subroto, 2011:10).Berbeda dengan pragmatik, walaupun sama-sama mengkaji tentang arti namun sangat terikat oleh konteks.Misalnya seseorang berkata “saya lapar”.Tuturan itu menyatakan bahwa penutur (siapa pun orangnya) mengungkapkan rasa lapar.

(30)

Jadi semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang arti atau makna tanpa terikat oleh suatu konteks.

2.3 Hakikat Bahasa

Bahasa merupakan sarana penting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Dengan bahasa seseorang mampu menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan yang sedang dialaminya kepada orang lain. Untuk mendapatkan efek yang diinginkan terhadap pesan yang akan

disampaikan, seseorang bisa menggunakan gaya bahasa (stile). Gaya bahasa (stile) merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan dan sekaligus untuk mencapai efek keindahan (Nurgiyantoro, 2014: 42). Salah satu gaya bahasa tersebut adalah metafora.

Metafora merupakan bentuk kreativitas penggunaan bahasa yang banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Metafora digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara membandingkan apa yang ingin diungkapkan ke hal lainnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosial, manusia tidak bisa lepas untuk melakukan interaksi dengan lingkungan di sekelilingnya, tentu saja hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan bahasa yang dimiliki seseorang. Dengan bahasa seseorang mampu mengerti dan memahami maksud orang lain dengan baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Harimurti (2011: 24) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

(31)

Sementara itu Brown (dalam Nurgiyantoro, 2014: 9) pendapat bahwa bahasa merupakan sebuah sistem arbitrer yang dikonveksikan lewat ucapan, tulisan, atau simbol-simbol gestural yang memungkinkan anggota masyarakat dapat mengkomunikasikan sesuatu yang dapat dipahami oleh orang lain. Pernyataan tersebut sama halnya dengan Soejono (2008: 16) bahasa adalah suatu simbol lisan yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.

Jadi, bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang berada dalam lingkungan sosial.

2.4 Gaya Bahasa

2.4.1 Definisi Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah

style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk

menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempeng tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Majas (figure of speech) dibedakan dari style (gaya). Untuk mengkonkretkan dan menghidupkan karangan pengarang dapat menggunakan majas. Arti majasi

(32)

diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencakupi juga denotasi lain bersamaan dengan tautan pikiran lain. Majas mampu menghimbau indera pembaca karena sering lebih konkret daripada uangkapan yang harfiah.

Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemaiakan ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu (Hrimurti, 2011:70). Sementara itu Slametmuljana (dalam Pradopo , 2014: 271) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan dalam hati pengarang yang dengan sengaja atau tidak, menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.

Menurut Guntur Tarigan (2009) Gaya bahasa adalah bentuk retorik, yakni penggunaan kata-kata dalam berbicara maupun menulis untuk mempengaruhi dan meyakinkan pembaca atau penyimak. Jika dilhat dari sisi fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk dalam fungsi puitik yakni membuat pesan lebih terasa berbobot.

Menurut Keraf (2010: 113) gaya bahasa adalah cara yang digunakan seseorang dalam menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan seseorang dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Dengan kata lain gaya bahasa yang digunakan seseorang bergantung pada pengalaman berbahasa yang digunakannya. Semakin banyak pengalaman berbahasa yang dilakukan seseorang, semakin banyak pula variasi penggunaan bahasanya.

(33)

Jadi, gaya bahasa merupakan cara atau upaya yang dilakukan seseorang dalam mengungkapkan ide, perasaan, atau gagasan melalui bahasa untuk mencapai efek tertentu, misalnya mencapai efek keindahan.

2.4.2 Fungsi Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar (Guntur Tarigan, 2009:4). Bertolak dari kenyataan tersebut, dapat dilihat fungsi gaya bahasa yaitu sebagai alat untuk menyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar.

Disamping itu, juga gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana karangan. Madsudnya ialah bahwa gaya bahasa menciptakan keadaan suasana hati tertentu, misalnya kesan baik ataupun buruk, senang, tidak enak dan sebagainya yang diterima pikiran dan perasaan karna pelukisan tempat, benda-benda, suatu keadaan atau kondisi tertentu(Ahmadi, 1990: 169).

Selain pendapat di atas, Guntur Tarigan (2009:4) mengatakan bahwa dengan kata-kata belumlah begitu jelas untuk menerangkan sesuatu, oleh karna itu digunakan persamaan perbandinganserta kata-kata kias lainnya. Bertolak dari beberapa pendapat diatas, dapatlah dilihat fungsi gaya bahasa yaitu sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan, alat untuk memperjelas sesuatu dan alat untuk menciptakan keadaan hati tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang fungsi gaya bahasa yang telah dipaparkan din atas, dapat disimpulkan fungsi gaya bahasa sebagai berikut.

(34)

1) Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, maksudnya gaya bahasa dapat membuat pembaca atau pendengar semakin yakin dan percaya terhadap apa yang disampaikan penulis;

2) Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, maksudnya gaya bahasa dapat menjadikan pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, misalnya kesan baik atau buruk, senang, tidak enak dan sebagainya setelah mengetahui tentang apa yang disampaikan penulis;

3) Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan, maksudnya gaya bahasa dapat membuat pembaca atau pendengar terkesan terhadap gagasan yang disampaikan penulis atau pembicara.

2.5 Metafora

2.5.1 Definisi Metafora

Ullman (dalam Subroto, 2011: 119-120) menyatakan bahwa metafora merupakan suatu perbandingan antara dua hal yang bersifat menyatu (luluh) atau perbandingan yang bersifat langsung karena kemiripan/kesamaan yang bersifat konkret/nyata atau bersifat intuitif/perceptual. Karena perbandingan tersebut bersifat menyeluruh, maka tidak menggunakan kata-kata yang mengungkapkan perbandingan, misalnya: seperti, bak, laksana, bagaikan). Dua hal tersebut adalah the thing we are talking about (sesuatu yang sedang diperbincangkan atau sering disebut tenor) dan the thing that to which we are comparing it (sesuatu/hal yang menjadi perbandingan dengan sesuatu yang pertama). Misalnya dalam kalimat a

(35)

muscle is a little mouse. Yang menjadi tenor dalam kalimat tersebut adalah muscle (otot) sedangkan little mouse (tikus kecil) disebut dengan wahana. Kerena otot serupa dengan tikus kecil, maka kedua hal tersebut sering diperbandingkan.

Metafora adalah sebuah sarana untuk mengerkspresikan imajinasi puitik, sebuah sarana untuk mengekspresikan gaya retorik bentuk ekpresi khusus yang berbeda dibanding yang terlihat pada bahasa biasa. Metafora juga dimaknai sebagi sesuatu yang meresap ke dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya ke dalam bahasa, tetapi juga ke dalam pikiran dan tindakan.Sistem konsep yang digunakan sebagai dasar untuk berpikir dan bertindak, pada dasarnya bersifat metaforis (Lakoff dan Johnson, 1980: 1)

Sebenarnya manusia mengenal konsep mengenai metafora sudah sejak zaman kuno. Aristoteles 384-322 SM (dalam Wahab, 1991: 65) memberi definisi metafora sebagai ungkapan kebahasaan untuk menyatakan hal yang umum bagi hal yang khusus, hal yang khusus bagi yang khusus, yang khusus bagi yang umum. Wahab (1991: 65) mengungkapkan bahwa metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, melainkan dari predikasi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan itu. Keraf (2010: 139) berpendapat bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding, misalnya: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya.

(36)

Menurut Altenbernd (dalam Pradopo, 2014: 217) metafora itu bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Seperti pada salah satu kalimat dalam sajak Chairil yang berjudul Sajak Putih; di hitam matamu kembang mawar dan melati, mawar dan melati merupakan metafora dalam baris tersebut, makna kata tersebut bukanlah makna yang sebenarnya namun memiliki makna yang lain yang berarti indah atau cinta yang murni. Jadi, baris tersebut berarti dalam mata seorang kekasih itu nampak sesuatu (cinta) yang indah atau cinta yang menggairahkan seperti bunga mawar (yang merah) dan murni seperti bunga melati (yang putih).

Selain itu Tarigan (1985: 15) berpendapat, metafora merupakan suatu gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi. Di dalamnya terdapat dua gagasan yang terdiri dari suatu kenyataan/sesuatu yang dipikirkan/yang menjadi obyek dan yang merupakan pembanding terhadap kenyataan tersebut.

Jadi, metafora merupakan suatu ungkapan kebahasaan untuk mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung yang dilakukan dengan cara membandingkan satu hal ke hal lainnya yang memiliki karakteristik sama tanpa menggunakan kata penghubung seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya.

2.5.2 Jenis-jenis Metafora dalam tinjauan Semantik

Metafora menjadi dan merupakan fenomena terbesar dan terpenting dalam penjelasan tentang hakikat pergeseran dan perubahan makna. Metafora menjadi satu keluaran untuk melayani pikiran dan perasaan pemakai bahasa. Metafora

(37)

menjadi sumber untuk melayani motivasi yang kuat untuk menyatakan perasaan, emosi yang mendalam, dan sarana berbahasa yang bersifat ekspresif. Salah satu unsur metafora adalah kemiripan dan kesamaan tanggapan pancaindra.

Dalam menganalisis metafora, banyak peneliti yang melakukan pembagian atau klasifikasi metafora berdasarkan sudut pandangnya baik dalam tinjauan semantik maupun sintaksis. Dalam tinjauan semantik, Ullmann (2009: 266-270) membagi metafora menjadi empat jenis. Berikut adalah jenis metafora menurut Stephen Ullmann.

1) Metafora Antropomorfik (Anthropomorphic metaphor)

Metafora antropomorfik merupakan ungkapan/tuturan/ekspresi yang mengacu pada benda-benda tak bernyawa dibandingkan dengan cara pengalihan (transfer) dari tubuh dan anggota badan manusia atau dari indera dan perasaan manusia. Jadi penciptaan metafora itu bertolak belakang dari tubuh atau bagian tubuh manusia atau dari makna, nilai, dan nafsu atau kesenangan yang dimiliki manusia, kemudian dialihkan/ditransfer untuk benda-benda/objek yang sebenarnya tak hidup atau tak bernyawa itu dipersepsi/dipahami sebagai hidup/bernyawa. Ungkapan seperti itu yang sering dikenal dengan gaya bahasa personifikasi. Berikut adalah contoh jenis metafora antropomorfik:

Cintanya bersunggut-sunggut (Subroto, 2011: 132).

Cinta dalam kalimat metaforis tersebut adalah rasa/nuansa hati yang abstrak, tak bernyawa, bukan yang secara umum dikenal oleh manusia. Ungkapan tersebut mengandung arti bahwa cinta yang dimiliki seseorang kepada orang lain tidak

(38)

selalu sama, kadang menggembirakan ataupun menyedihkan, oleh karena itu ada ungkapan cintanya bersunggut-sunggut.

2) Metafora Sinestetik (synesthetic metaphor)

Metafora jenis ini pada dasarnya adalah suatu pemindahan atau pengalihan dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, atau dari tanggapan yang satu ke tanggapan yang lain. Jenis metafora ini merupakan suatu pemindahan atau pengalihan (transfer) dari satu indra ke indra yang lainnya, misalnya dari bunyi (indra pendengar) ke pengelihatan, dari sentuhan ke bunyi, dan sebagainya. Sebagai contoh kalimat ini:

Kulihat suara merdumu. (Subroto, 2011: 133)

“Suara” secara umum adalah sesuatu yang bisa didengar, namun dalam tuturan ini “suara” diperlakukan sebagai sesuatu yang bisa “dilihat”. Contoh lainnya, kehadirannya disambut dengan senyuman yang manis, pahit getirnya kehidupan, dll.

3) Metafora Pengabstrakan (dari konkret ke abstrak/from concret to abstract metaphor)

Jenis metafora ini dinyatakan sebagai kebalikan dari hal-hal yang abstrak diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa sehingga dapat berbuat konkret atau bernyawa. Berikut adalah contoh kalimat yang mengandungmetafora jenis pengabstrakan atau konkret ke abstrak:

Kejayaannya mulai meredup. (Ullmann, 2009: 269)

Kejayaan berarti kebesaran atau kekuasaan yang dimiliki seseorang. Hal itu dipadankan dengan cahaya yang bisa meredup.Jadi dalam kalimat metaforis

(39)

tersebut bermakna bahwa kekuasaan atau jabatan yang dimiliki seseorang sudah tidak jaya seperti dahulu.

4) Metafora Kehewanan (animal metaphor)

Jenis metafora ini menggunakan binatang, bagian tubuh binatang, atau sesuatu yang berkaitan dengan binatang untuk pencitraan sesuatu yang lain. Pada umumnya didasarkan atas kemiripan bentuk yang cukup jelas sehingga kurang menghasilkan daya ekspresivitas yang kuat. Sebagai contoh:

“Anjing/kerbau/babi kamu!” (Subroto, 2011: 133)

Kalimat tersebut dilontarkan untuk memarahi seseorang karena perbuatannya.Dalam tuturan ini seseorang dipadankan sebagai anjing/kerbau/babi karena watak dan perbuatannya.

2.5.3 Fungsi Metafora

Dalam karya sastra, gaya bahasa akan memperindah, menghidupkan, menghangatkan, mengejek, mengkonkretkan, memadatkan, dan mengintensifkan karya sastra. Hal ini disebabkan karena bahasa sastra ditulis untuk memperoleh efektivitas pengungkapan sehingga bahasa disiasati, dimanipulasi, dan didayagunakan secermat mungkin sehingga bahasa sastra tampil dengan sosok yang berbeda bahasa nonsastra. (Nurgiyantoro, 2009: 271).

Metafora merupakan salah satu gaya berbahasa yang banyak digunakan seseorang dalam berkomunikasi dan menciptakan sebuah karya sastra. Di samping memperindah bahasa yang digunakan, metafora juga memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah beberapa fungsi atau kegunaan metafora menurut Subroto (2011: 126).

(40)

1) Fungsi untuk mengatasi kekurangan atau keterbatasan leksikon. Tidak ada perbandingan satu-satu antara pikiran, ide atau satuan pikiran dengan kekayaan leksikon. Tidak mungkin setiap satuan ide atau pikiran dilabeli dengan satuan leksem. Yang dapat ditangkap adalah terdapatnya kekurangan atau keterbatasan leksikon untuk membahasakan setiap ide atau gagasan, objek atau benda, kejadian atau peristiwa, kuantitas atau kualitas dari sesuatu. Oleh karena itu, dengan adanya metafora semua masalah tersebut dapat teratasi. Misalnya, tatkala kita akan membahasakan bagian bukit yang belakang, namun tak dapat ditemukan nama leksemnya. Maka dari itu banyak yang menyebutnya punggung bukit, karena persamaan antara bagian bukit itu dengan bagian tubuh manusia yang dilabeli dengan punggung.

2) Fungsi metafora yang paling penting adalah fungsi ekspresif. Fungsi inilah yang paling luas dan paling mendasar dalam dunia seni (sastra, syair lagu, lawak/humor). Dengan fungsi ini tuturan metaforis mampu menimbulkan daya pikat, daya tarik, dan daya puitik dari sebuah tuturan.

3) Menghindari atau mengurangi ketunggal-nadaan (monotonitas). Caraberbahasa yang monoton akan menghasilkan kebosanan sehingga akan menimbulkan kekurang menarikan. Fungsi ini sangat berkaitan dengan fungsi ekspresif. Oleh karena itu, setiap penutur akan berusaha menghadirkan tuturan metaforis untuk menghindari kebosanan.

(41)

Metafora juga berfungsi untuk mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung, sehingga makna yang terkandung dalam tuturan metaforis tidak bias langsung dipahami. Seperti yang sudah dikemukakan Subroto, bahwa metafora sangat berfungsi dalam penggunaan bahasa, apalagi dalam menciptakan karya sastra, baik itu puisi, novel, maupun lagu.Dalam penciptaan lagu, fungsi ekspresif adalah fungsi paling dominan berperan dalam setiap lirik yang penyair ciptakan.

Jadi berdasarkan fungsi di atas, metafora sangat berguna untuk tercapainya efek keindahan dalam penciptaan puisi maupun lagu.Ungkapan-ungkapan tersebut mampu memadatkan isi gagasan dengan sedikit kata dan sekaligus membangkitkan berbagai asosiasi makna yang ada.

2.5.4 Makna Ungkapan Metaforis

Setiap jenis metafora mempunyai ungkapan metaforis yang berbeda-beda. Menurut Kreidler (dalam Subroto, 2011: 23) “what a word means depends in

parton its associations with other words, the relational aspect. Lexemes don`t merely ʻhaveʼ meanings; they contribute meanings to the utterances in which they occur, and what meanings they contribute depends on what other lexemes they are associated with in this utterances. The meaning that a lexeme has because of these relationships is the sense of that lexeme”. Kreidler menjelaskan arti

(makna)sebuah kata bergantung pada hubungan atau relasinya dengan kata-kata lain dalamsebuah tuturan.Leksem-leksem dalam sebuah tuturan tidak hanya punya artitetapi juga memberi sumbangan pada arti tuturan itu.Dari uraian tersebut dapatdinyatakan bahwa makna sebuah satuan lingual adalah makna yang

(42)

dimilikisatuan lingual itu dalam kaitannya dengan satuan lingual lain dalam sebuahtuturan.

Jadi makna sebuah satuan lingual ini ditentukan berdasarkan relasinya dengan satuan lingual lain dalam sebuah tuturan. Subroto (2011: 24) memberi contoh yaitu satuan “besar”. Makna kata “besar” dalam “rumah besar” sama dengan makna “besar” dalam “perut besar”. Di dalam tuturan ini makna kata “besar” dipakai dalam arti sebenarnya dan berfungsi menjelaskan tentang suatu keadaan. Berbeda dengan makna kata “besar” pada tuturan ”orang besar”. Makna kata “besar” pada tuturan tersebut berkaitan dengan “kedudukan/jabatan seseorang”.

Sedangkan ungkapan metaforis adalah suatu ungkapan yang ditimbulkan karena adanya unsur perbandingan di antara dua hal yang memiliki persamaan atau kemiripan wujud fisik, sifat, karakter, bahkan berdasarkan persepsi seseorang.Setiap ungkapan metaforis mempunyai makna didalamnya, dan makna tersebut tidak bisa langsung dipahami. Makna-makna yang muncul di dalam ungkapan tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Kesedihan

Kesedihan merupakan perasaan sedih yang dirasakan seseorang. Kesedihan itu bisa berupa perpisahan, ditinggal seseorang yang sangat dicintai, dikhianati seseorang, kehilangan, kesepian, kematian, dan lain-lain.

2) Kebahagiaan

Perasaan bahagia yang membuat seseorang menjadi terlihat. Kebahagiaan bisa dirasakan seseorang karena berbagai hal. Misalnya karena telah mencintai

(43)

seseorang yang sangat baik, menjalin sebuah hubungan yang mampu mengubah seseorang menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, dan sebagainya. 3) Kerinduan

Rasa rindu atau kerinduan itu muncul karena seseorang mempunyai rasa cinta dan sayang kepada hal atau seseorang yang sangat dicintai.

2) Ketulusan

Ketulusan adalah sikap yang dilakukan seseorang tanpa mengharapkan balasan apapun. Karena seseorang yang tulus akan memberikan apapun atau melakukan apapun kepada orang lain tanpa pamrih karena di dalam hati mereka terdapat kepedulian yang tidak perlu dijelaskan namun dilakukan dengan konkret. 3) Kesetiaan

Kesetiaan merupakan bagian dari cinta. Orang yang setia pasti mencintai apa yang dia lakukan dan tidak ingin mengkhianatinya. Kesetiaan itu akan terus ada, karena seseorang yakin terhadap cinta yang dijalaninya, meskipun terkadang orang yang ia cintai mengkhianatinya.

Makna-makna ungkapan metaforis tersebut akan diungkapkan pengarang lagu dengan menggunakan berbagai gaya bahasa yang mampu memperindah dan menekankan makna yang ingin disampaikannya kepada orang lain. Salah satunya dengan gaya bahasa metafora tersebut bisa digunakan menurut jenisnya untuk memperkuat makna yang ingin diungkapkan. Namun pengarang lagu biasanya menggunakan gaya bahasa metafora berdasarkan pengalaman dan imajinasi yang ada dipikirannya, sehingga lagu yang ia ciptakan menjadi indah dan memiliki makna yang sangat menyentuh.

(44)

Jadi makna ungkapan metaforis adalah makna yang terdapat dalam satuan lingual yang mengandung metafora, makna tersebut bisa dipahami berdasarkan satuan lingual yang membentuknya, oleh karena itu ungkapan metaforis ini sejalan dengan apa yang dimetaforiskan antara yang membuat metafor dengan yang membacanya.

2.6 Lirik Lagu

Dalam kehidupan sehari-hari lagu adalah salah satu bentuk hiburan yang tidak asing lagi. Setiap hari, baik disengaja atau tidak kita mendengar sebuah lagu. Selain sebagai bentuk hiburan, lagu juga seringkali dapat mewakili sebuah cerita seperti lagu-lagu tema yang mengiringi sebuah film atau drama. Lagu juga sebagai sebuah wujud ungkapan perasaaan seseorang terhadap sesuatu atau seseorang.

Lirik adalah sebuah teks yang dibuat sebagai tema dan alur cerita dalam sebuah lagu. Sebuah lagu tanpa lirik pasti terasa kurang. Karna nyawa dari sebuah lagu tersebut terdapat pada lirik yang telah dibuat oleh pencipta lagu. Biasanya lirik alam sebuah lagu bertemakan himbauan, percintaan, sosial, religi dan lain- lain tegantung dari inspirasi pencipta lagu dalam membuat lirik lagu tersebut.. liik lagu merupakan ekspresi tentang suatu hal yang dilihat atau didengar seorang atau pengalaman pribadinya. “ Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisikan curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian”(Moeliono,1988, h.582).

Menurut Dictionnaire Hachete (2003: 439) lirik dikatakan sebagai sebuah karya dan seorang penulis yang memberikan kendali bebas untuk mengungkapkan

(45)

perasaan pribadinya. Selain itu lirik dikatakan juga sebuah karya dramatis yang diiringi untuk dinyanyikan‟.

Menurut (Moeliono, 1988: 486) lagu merupakan syair-syair yang dinyanyikan dengan irama yang menarik agar menjadi enak didengar. Lagu bisa menjadi media curahan hati orang yang membuat lagu itu tadi. Dalam fungsinya sebagai media komunikasi, lagu juga sering digunakan sebagai sarana untuk mengajak bersimpati tentang realitas yang seang terjadi maupun atas cerita-cerita imajinatif. Moeliono dalam buku berjudul Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa : “Lagu adalah ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca dan sebagainya)”.

Menurut Banoe (2003: 233) lagu adalah nyanyian, melodi pokok. Selain itu juga berarti karya musik untuk dinyanyikan atau dimainkan dengan pola dan bentuk tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa lagu adalah komposisi musikal yang terdiri dari lirik untuk dinyanyikan dan biasanya dibawakan dengan diiringi instrumen musik.

Lirik lagu merupakan susunan/rangkaian kata yang bernada, lirik lagu memang tidak semudah menyusun karangan, namun dapat diperoleh dari berbagai inspirasi. Inspirasi itu sendiri dapat diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk lirik lagu mirip dengan puisi sehingga banyak puisi yang sering disampaikan dengan iringan musik. Maka dari itu, lirik lagu dapat dianggap

(46)

sebagai puisi atau sebaliknya. Luxemburg (1986: 75) menyatakan bahwa teks-teks puisi tidak terbatas pada karya sastra, melainkan juga ungkapan bahasa yang berupa pepatah, semboyan politik, iklan, lirik-lirik lagu pop, dan doa-doa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lirik lagu merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mengungkapkan ekspresi, perasaan, pikiran, atau imajinasi seseorang terhadap suatu hal yang dilihat, dirasakan dan dialaminya.

2.7 Fourtwnty

Fourtwnty adalah grup musik indie asal Indonesia. Grup ini beranggotakan Ari Lesmana, Nuwi dan Roots ini turut dibentuk oleh Roby Satria, yang juga merupakan personil Geisha. Fourtwnty ini memang bisa dikatakan berbeda dari band indie lainnya karena mereka merupakan musisi multi-intstrumentalis yang mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan pesan toleransi, kedamaian, dan pluralisme melalui musik dan konsep yang matang. Genre musiknya yaitu pop acoustik folk. Musik folk adalah musik yang penuh dengan kesederhanaan dan keseharian dalam lagunya.

Pada tanggal 17 Mei 2015 mereka merilis album pertamanya yang berjudul “Lelaku”. Lelaku merupakan cara seseorang dalam mendefinisikan perdamaian toleransi dan keragaman. Lelaku dijadikan album pertama karena didefinisikan sebagai upaya seseorang untuk menemukan pencerahan dalam menjalani hidup secara sederhana.

Prestasi yang diraih Fourtwenty diantaranya, mendapatkan ICA (Indonesian Choice Award) dalam kategori breakthrought artist of the year pada

(47)

tahun 2018. Ini membuktikan bahwa Fourtwnty berhasil menjadi warna baru industri musik di Indonesia. Melalui penghargaan ini Fourtwnty menjadi pendongkrak band indie bergenre musik folk yang berkualitas sehingga kehadirannya saat ini sangat di akui oleh masyarakat Indonesia khususnya pada generasi muda saat ini.

2.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penjabaran teori di atas dapat diambil kerangka berpikir sebagai berikut:

1) Metafora dalam Album Lagu Lelaku

Lagu merupakan wujud ekspresi dari pengalaman atau perasaan bahkan imajinasi yang pernah dialami dan dirasakan seseorang terhadap suatu hal. Dalam menciptakan lagu, biasanya seorang pengarang lagu akan menggunakan bahasa yang lebih indah daripada bahasa sehari-hari. Hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan gaya bahasa untuk mencapai suatu efek tertentu, misalnya efek yang lebih indah dari bahasa yang digunakannya.

Salah satu gaya bahasa yang biasanya digunakan oleh pencipta lagu adalah metafora. Metafora merupakan suatu ungkapan kebahasaan untuk mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung yang dilakukan dengan cara membandingkan satu hal ke hal lainnya. Selain itu metafora juga merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu konsep dengan menggunakan konsep yang lain atau ada sesuatu yang diperbincangkan dan ada

(48)

sesuatu yang dibandingkan. Metafora yang digunakan oleh pengarang lagu biasanya berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya.

2) Jenis Metafora dalam Album Lagu Lelaku

Klasifikasi metafora berdasarkan jenisnya ada empat jenis yaitu jenis metafora antropomorfik (anthropomorphic metaphor), metafora sinestetik (synesthetic metaphor), metafora pengabstrakan atau konkret ke abstrak (from concret to abstract), dan metafora kehewanan (animal metaphor).

Metafora antropomorfik merupakan ungkapan/tuturan/ekspresi yang mengacu pada benda-benda tak bernyawa dibandingkan dengan cara pengalihan (transfer) dari tubuh dan anggota badan manusia atau dari indera dan perasaan manusia. Metafora sinestetik merupakan suatu pemindahan atau pengalihan (transfer) dari satu indra ke indra yang lainnya, misalnya dari bunyi (indra pendengar) ke pengelihatan, dari sentuhan ke bunyi, dan sebagainya. Metafora pengabstrakan dinyatakan sebagai kebalikan dari hal-hal yang abstrak diperlakukan sebagi sesuatu yang bernyawa sehingga dapat berbuat konkret atau bernyawa. Sedangkan metafora kehewanan merupakan ekspresi atau ungkapan yang menggunakan hewan atau bagian tubuhnya untuk mengungkapkan sesuatu yang lain.

3) Makna Ungkapan Metaforis dalam Album Lagu Lelaku

Makna ungkapan metaforis adalah suatu ungkapan yang ditimbulkan karena adanya unsur perbandingan di antara dua hal yang memiliki persamaan atau kemiripan wujud fisik, sifat, karakter, bahkan berdasarkan persepsi seseorang.Setiap ungkapan metaforis mempunyai makna didalamnya, dan makna

(49)

tersebut tidak bisa langsung dipahami.Misalnya saja makna kesedihan, kebahagiaan, kerinduan, ketulusan, dan kesetiaan.

Makna-makna tersebut diungkapkan pengarang lagu dengan menggunakan gaya bahasa yang mampu menekankan makna yang ingin disampaikan kepada orang lain. Selain mampu menekankan makna yang terdapat dalam ungkapan metaforis, ungkapan-ungkapan tersebut menjadi lebih indah dan lebih menarik penikmat musik.Ungkapan metaforis tersebut terbentuk berdasarkan satuan lingual yang mampu mendukung makna yang ingin disampaikan oleh pengarang lagu. Makna ungkapan metaforis yang terdapat dalam sebuah lagu ini bias dipahami saat peneliti sudah mengetahui konteks lagunya dan juga berdasarkan satuan lingual lain yang membentuk ungkapan metaforis tersebut.

(50)

Semantik

Album Lagu Lelaku Karya Fourtwnty

Jenis Metafora Makna Ungkapan

Metaforis Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kerangka berpikir

Metafora Jenis Metafora Ullmann (2009: 266-270) Makna Ungkapan Metaforis Subroto (2011: 24) Metafora Antropomorfi Metafora Sinestetik Metafora

Pengabstrakan Kehewanan Metafora Kesedihan Kebaha giaan

Kerindu an Ketulu san Keseti aan

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai jenis dan makna ungkapan metaforis yang terdapat dalam album lagu penelitian ini.

Motode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna. Paradigma yang demikian disebut paradigma postpositivisme. Paradigma sebelumnya disebut paradigma positivisme, di mana dalam memandang gejala, lebih bersifat tunggal, statis, dan konkrit. Paradigma postpositivisme mengembangkan metode penelitian kualitatif, dan positivisme mengembangkan metode kuantitatif.

Sugiyono (2014: 1) mengungkapkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2 Sumber dan Data Penelitian

Sumber penelitian ini adalah semua lagu yang terdapat dalam album lagu Lelaku karya Fourtwnty. Album ini dirilis pada bulan Mei 2015. Data tersebut

(52)

berupa lirik lagu dan di unduh melalui www.songtexte.com. Di dalam album ini terdapat 9 judul lagu, yaitu: Aku Tenang, Diam-diam Ku Bawa, Hitam Putih, Argumentasi Dimensi, Iritasi Ringan, Fana Merah Jambu, Puisi Alam, Aku Bukan Binatang, dan Diskusi Senja. Data penelitian ini yaitu satuan lingual yang mengandung metafora dan makna ungkapan metaforis yang terdapat dalam album lagu Lelaku karya Fourtwnty.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan data sebagai bukti yang akurat. Oleh karena itu dibutuhkan teknik pengumpulan data. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode simak, yaitu dengan menyimak lirik-lirik lagu yang terdapat dalam album lagu Lelaku. Kemudian dilakukan dengan menggunakan teknik dasar yang berupa teknik sadap dan dilanjutkan dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini tidak melibatkan peneliti dalam dialog, konversasi, atau imbal-wicara yang berlangsung (Sudaryanto, 2015: 204). Peneliti hanya sebagai pemerhati terhadap calon data yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan dengan teknik catat, yaitu dengan cara mencatat setiap larik atau kalimat yang mengandung metafora.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah human instrument, yaitu peneliti sendiri sebagai pengumpul, penafsir, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Dalam pengumpulan data penelitian ini peneliti menentukan masalah yang ingin

(53)

dikaji, yaitu jenis metafora dan makna ungkapan metaforis pada lirik lagu yang terdapat dalam album lagu Lelaku.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode padan. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015:15). Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial. Metode ini digunakan untuk menentukan jenis metafora dan makna ungkapan metaforis yang terdapat pada satuan lingual yang mengandung metafora dalam album lagu Lelaku. Kemudian teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik pilah unsur penentu. Setiap satuan lingual yang mengandung metafora dan makna ungkapan metaforis dalam lagu Peterpan dianalisis untuk menemukan jenis metafora dan makna ungkapan metaforisnya.

3.6 Triangulasi

Tahap pertama yang dilakukan adalah membuat tabel berdasarkan kajian teori yaitu jenis metafora dan makna ungkapan metaforis. Setelah tabel dibuat, peneliti memilih triangulator. Kemudian peneliti memilih Bapak Danang Satria Nugraha, S.S. M.Hum sebagai triangulator. Peneliti mengirimkan file triangulasi berbentuk tabel ke triangulator tanggal 5 Mei 2020. Triangulator memberi waktu satu minggu untuk mengecek data. Setelah satu minggu, triangulator mengirimkan kembali file triangulasi yang sudah dikoreksi dan ada beberapa bagian yang harus

(54)

direvisi. Setelah direvisi, triangulator meminta agar peneliti segera melanjutkan penulisan skripsi pada bab berikutnya.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penelitian yang telah dilaksanakan meliputi deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasan.

4.1 Deskripsi Data

Pada bagian ini dideskripsi data dari lirik lagu Album Lelaku karya Fourtwnty. Deskripsi data berisi paparan data yang ditemukan dalam album lagu Lelaku karya Fourtwnty. Peneliti memperoleh 35 kalimat yang mengandung metafora yang terdapat dalam album lagu Lelaku yang berjumlah 9 judul lagu karya Fourtwnty. Data penelitian ini adalah penggalan lirik lagu berupa kalimat yang mengandung metafora dalam lirik lagu album Lelaku karya Fourtwnty. Data tersebut mengandung 3 jenis metafora yaitu metafora antropomorfik, metafora sinestetik, dan metafora pengabstrakan dan mengandung 35 makna metaforis dari 9 judul lagu yang tedapat dalam album Lelaku karya Fourtwnty.

Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah dapat dijelaskan bahwa keseluruhan data yang ditemukan dalam 9 judul lagu album Lelaku karya Fourtwnty berjumlah 35 data. Dalam tabel tersebut pengelompokan data menggunakan kode A, B, dan C. Kode A digunakan sebagai kode metafora antropomorfik, kode B digunakan sebagai kode metafora sinestetik, dan kode C digunakan sebagai kode metafora pengabstrakan.

(56)

Tabel 4.1. Data metafora dalam Lagu Karya Fourtwnty

Judul Lagu Data Kode

Aku Tenang ‘Berlari-lari di taman mimpiku’ C1

‘Imajinasi telah menghanyutkan ku’ C2

Diam-diam Ku Bawa ‘Biru telah menungguku’ C3

‘Ingin bercumbu di ranjang pasirmu’ C4

‘Lembayung temanku’ A1

‘Nada yang mendayu, sayupkan mataku, manjakan penatku’

B1

‘Terkuras ideku ... ’ C5

Hitam Putih ‘Bagai langit dan bumi’ B2

‘Bagai hitam dan putih’ B3

‘Walau setengahku bersamanya’ A2

‘Bagai air dan api’ B4

‘Bagai timur dan barat’ B5

Argumentasi Dimensi

‘Terlalu lama mata tenggelam’ C6

‘Terlalu lama dunia terdiam’ A3

‘Berjalan hari dan terbujur kaku’ C7

‘Kami selimut hangat khayalanmu’ A4

‘Jangan gugur dan terbunuh’ B6

Iritasi Ringan ‘Debu yang berterbangan’ B7

Gambar

Tabel 1.1 Kerangka Berpikir ............................................................................
Tabel 1.1 Kerangka berpikir
Tabel 4.1. Data metafora dalam Lagu Karya Fourtwnty

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan guru laki-laki memiliki kepuasan kerja yang lebih rendah bisa disebabkan karena merasa jenuh, dan bosan dengan pekerjaan yang harus diselesaikan, gaji yang tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki sistem full day school tidak akan menimbulkan stres akademik pada siswa jika konsep full day school diterapkan dengan

Penelitian ini dilakukan di MTs Al Washliyah Tembung dengan tujuan untuk mengetahui : 1) Untuk mengetahui kepemimpinan karismatik kepala madrasah dalam membentuk

Tujuan penulisan skripsi ini adalah memenuhi gelar Sarjana Akuntansi pada Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember.. Peneliti sadar

ANALISIS PERBANDINGAN PENGIRIMAN BARANG MENGGUNAKAN METODE NORTH WEST CORNER DAN LEAST COST.. (STUDI KASUS: PT. COCA COLA AMATIL

Media Bola Kecil Berwarna Pada Anak Kelompok A Tk Aisyiyah 26 Surabaya ” ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi

Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S-1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai salah

Tabel 4.2.4.1 Frekuensi Pernyataan Responden Terhadap Tangibles Tabel 4.2.4.2 Frekuensi Pernyataan Responden Terhadap Reliability Tabel 4.2.4.3 Frekuensi Pernyataan Responden