• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Role Salience Pada Karyawan Wanita Yang Sudah Menikah di PT "X" Kota Bekasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Role Salience Pada Karyawan Wanita Yang Sudah Menikah di PT "X" Kota Bekasi."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Role Salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Populasi sasaran penelitian ini adalah 32 karyawan wanita PT. “X” Kota Bekasi.

Alat ukur Role salience ini merupakan terjemahan peneliti dari Life Role Salience Scale (LRSS) (Amatea, 1986) yang berbentuk skala Likert dan terdiri atas 40 item. Setelah dilakukan uji validitas dengan SPSS Statistics 13.0, maka diperoleh 34 item yang valid dengan validitas item berkisar antara 0, 304 – 0, 814. Reliabilitas alat ukur tersebut adalah 0, 895.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh Role Salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” yang tinggi ada pada role marital dan role occupational (masing-masing 34,4%). Selain itu diperoleh juga terdapat karyawan yang salient terhadap dua role sekaligus yaitu role marital homecare dan role marital parent (masing-masing 3,1%).

(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research is carried out to understand the Role Salience of married women employees at Company “X” Bekasi. The methodology used in this research is decriptive approach by administering survey technique. In this research, the targeted population is 32 women employees in Company “X” Bekasi.

The Role Salience questionnaire used in this research is the translation from the Life Role Salience Scale (LRSS) original researcher (Amatea, 1986). This questionnaire consists of 40 statements of Likert scale. The validity of this questionnaire resulted from SPSS Statistics 13.0 where 34 items are valid ranged from 0,304 to 0,814 and the reliability is 0,895.

According to the data processing, the Role Salience of married women employees in Company “X” shows that the highest aspects are role marital and role occupational (34,4%). Moreover, there are some employees salient towards two roles, which are role marital homecare and role marital parent (3,1%).

(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 10

(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha 1.5.1 Bagan Kerangka Pikir... 18

1.6 Asumsi Penelitian... 19

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Peran/Role... 2.1.1 Pengertian Peran/Role... 2.1.2 Aspek Peran/Role... 2.1.3 Marital Roles... 2.1.4 Multi Posisi dan Multi Peran... 2.1.5 Konflik Peran………....

20 20 21 21 22 23 2.2 Teori Role Salience……….. 23 2.2.1 Pengertian Role Salience……….. 25 2.2.2 Dimensi Role Salience……….. 26 2.2.3 Faktor-Faktor Kontekstual yang Memengaruhi Role Salience…. 29 2.2.4 Efek Role Salience... 31 2.3 Perkembangan Dewasa... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian... 35 3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 35 3.3 Definisi dan Variabel Penelitian... 3.3.1 Variabel Penelitian……… 3.3.2 Definisi Konseptual...

(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha 3.3.3 Definisi Operasional... 36

3.4 Alat Ukur... 3.4.1 Alat Ukur Role Salience ... 3.4.2 Data Penunjang... 3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 3.4.3.1 Validitas Alat Ukur... 3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur...

38 38 41 41 41 42 3.5 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi... 3.5.1 Populasi Sasaran... 3.5.2 Karakteristik Populasi... 3.6 Teknik Analisis Data...

43 43 43 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian... 4.1.1 Usia...

4.1.2 Pendidikan Terakhir... 4.1.3 Suku Bangsa...

4.1.4 Penghayatan Status Sosio-Ekonomi... 45 45 46 46 47 4.1.5 Usia Anak Subjek Saat Ini………. 47 4.1.6 Bantuan Dalam Perawatan Anak………. 48 4.2 Hasil Penelitian... 4.2.1 Gambaran Role Salience Subjek dan Dimensinya...

(6)

x

Universitas Kristen Maranatha

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 63 5.2 Saran... 5.2.1 Saran Teoretis... 5.2.2 Saran Praktis...

64 64 64

DAFTAR PUSTAKA... 66

(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Item tiap dimensi Role Salience………... 39

Tabel 3.2 Skor Pilihan Jawaban... 40

Tabel 3.4 Kriteria Validitas... 41

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas... 42

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia... 45

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 46 Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa... 46

Tabel 4.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Sosio Ekonomi... 47 Tabel 4.5 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Anak Subjek Saat Ini... 47 Tabel 4.6 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Bantuan Perawatan Anak... 48 Tabel 4.7 Gambaran Role Salience Subjek Penelitian... 49 Tabel 4.8 Gambaran dimensi-dimensi Role Marital Pada Subjek

Penelitian... 49

Tabel 4.9 Gambaran dimensi-dimensi Role Occupational Pada Subjek Penelitian...

(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.10 Gambaran dimensi-dimensi Role PArental Pada Subjek

Penelitian... 50

Tabel 4.11 Gambaran dimensi-dimensi Role Homecare Pada Subjek Penelitian...

51

Tabel 4.12 Gambaran dimensi-dimensi Role Marital Homecare Pada Subjek Penelitian...

51

Tabel 4.13 Gambaran dimensi-dimensi Role Marital Parental Pada Subjek Penelitian...

(9)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(10)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : LIFE ROLE SALIENCE SCALE LAMPIRAN 2 : HASIL VALIDITAS

LAMPIRAN 3 : KUESIONER SETELAH VALIDITAS LAMPIRAN 4 : IDENTITAS SUBJEK

LAMPIRAN 5 : HASIL SKOR TOTAL

LAMPIRAN 6: HASIL ROLE SALIENCE PER SUBJEK

LAMPIRAN 7: HASIL PER DIMENSI ROLE SALIENCE SUBJEK LAMPIRAN 8 : DISTRIBUSI FREKUENSI

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 3 November 1947 Ir. Soekarno menerbitkan buku dengan judul Sarinah, yang isinya memuat kegundahan Ir. Soekarno yang pada masa itu menganggap tokoh-tokoh pergerakan belum banyak membicarakan wanita. Wanita yang dicita-citakan Ir. Soekarno pada masa itu adalah wanita yang memiliki kemampuan berpikir, bisa bertindak dan bekerja seperti kaum pria misalnya menjadi jaksa, hakim, dokter, tentara, teknokrat dan pemimpin organisasi politik. Peranan wanita harus memiliki kekuatan, sehingga akan bermuara pada peran wanita dalam dua dunia, yaitu wanita sebagai istri dan wanita yang dapat bekerja (Susilantini, 2007). Terbitnya buku Sarinah merupakan salah satu pemicu kesadaran kesetaraan gender di Indonesia. Harapan agar wanita dianggap setara dengan pria.

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha pendapat Karen D. Pyke (1996) dalam Class Based Masculinities; the Interdependence of Gender, Class and Interpersonal Power, Gender and Society, adalah budaya yang memosisikan pria sebagai pihak yang superior sedangkan wanita dianggap sebagai pihak yang inferior dipelbagai sektor kehidupan, baik domestik maupun publik.

Bentuk nyatanya adalah pembagian kerja gender tradisional (gender base division of labour) menempatkan pembagian kerja, wanita di rumah (sektor domestik) dan pria di luar rumah (sektor publik). Pembagian kerja yang demikian ini dianggap baku oleh sebagian masyarakat belum lagi seolah diperkuat oleh Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 (Supartiningsih, 2003). Pembagian kerja gender ini menjadikan kedua jenis kelamin menempati suatu posisi tertentu. Untuk setiap posisi yang ditempati oleh individu ada role expectation (harapan peran) yang diberikan oleh anggota masyarakat mengenai perilaku yang “seharusnya” dilakukan (Krech, 1962). Role expectation adalah suatu peran yang

secara umum dikaitkan dengan sejarah dan budaya (Allport, 1963 dalam Niles, 2001).

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha dan rasional. Hal ini menjadikan individu mulai dapat memikirkan secara lebih baik mengenai isu kesetaraan gender dan role.

Bukan hal yang aneh ketika wanita dalam keluarga pun memiliki role yang sama dengan pria. Di dalam kehidupan rumah tangga, masing-masing pihak baik pria maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas di tempat mereka bekerja.

Salah satu bentuk peran ganda terlihat pada survei awal yang dilakukan oleh peneliti melalui kuesioner terhadap 10 orang karyawan PT. “X” Kota Bekasi

yang berstatus sebagai istri, diperoleh data mengenai alasan memutuskan bekerja. Empat orang (40%) memberikan alasan ingin membantu ekonomi keluarga karena merasa keluarganya perlu memeroleh income dari kedua pihak. Tiga orang (30%) memberi alasan untuk mengaktualisasikan diri, menunjukkan bahwa sebagai wanita mereka pun bisa bekerja dan mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh. Tiga orang (30%) memberi alasan untuk kemandirian finansial atau tidak selalu meminta uang suami untuk kebutuhan-kebutuhan kecil.

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha dalam sektor domestik masih sangat kental terasa. Ketika seorang istri memutuskan untuk berkiprah juga di sektor publik, akan ada konsekuensi yang mengikutinya.

Menurut Catherine D.M. Limansubroto, MSc. (dalam Dharma, 2010) apa pun alasannya, seorang istri yang bekerja pastilah akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Salah satunya adalah bertambahnya role dan role expectation yang diemban seorang wanita. Multi peran seorang wanita tampak dalam sebuah perkawinan, yaitu sebagai istri (marital), menjadi orangtua (parents) dan mengurus rumah tangga (homecare). Belum lagi ketika wanita memutuskan untuk bekerja, bertambahlah satu peran lagi dalam pekerjaan (occupational) (Amatea, 1986). Dari multi peran yang diemban oleh seorang wanita ada masalah yang menyertainya. Seperti yang diungkapkan oleh M. Ali Latief (2010) bahwa multi peran wanita membawa dampak pada pergeseran nilai dalam keluarga, berupa perubahan struktur fungsional dalam kehidupan keluarga seperti pola penggunaan waktu dan kegiatan untuk keluarga, urusan rumah tangga, pekerjaan, sosial ekonomi, pengembangan diri dan pemanfaatan waktu luang.

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha Kepala Keluarga dan istri ibu rumah tangga dan Istri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya pada pasal 34 ayat 2 UU no. 1 tahun 1974 mengenai perkawinan. Kutipan pasal-pasal tersebut seolah menunjukkan bahwa upaya kesetaraan gender masih dipengaruhi oleh harapan terhadap wanita untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga/bekerja di sektor domestik.

Dalam upaya pemenuhan role expectation wanita menunjukkan nilai dan komitmennya baik dalam pekerjaan maupun keluarga secara bersamaan (Amatea, 1986). Nilai, komitmen dan partisipasi terhadap suatu peran tercermin dalam role salience. Role salience didefinisikan sebagai keyakinan yang diinternalisasi dan sikap terhadap kesesuaian antara pribadi dengan peran yang dijalankan, standar kinerja yang ditampilkan oleh peran dan komitmen dalam penggunaan sumber daya pribadi (misalnya waktu, uang dan energi) untuk menampilkan sebuah peran (Journal of Marriage and The Family 48, November 1986 : 831-838). Role salience tercermin dalam pengetahuan, partisipasi dan komitmen yang dimiliki pada peran-peran individu (Super, 1980 dalam Niles, 2001).

Mencermati pemaparan mengenai multi peran, role expectation dan role salience yang ada pada wanita dan fenomena mengenai istri yang merambah sektor publik/bekerja di PT ”X” di Kota Bekasi, maka dilakukan wawancara terhadap 10 karyawan wanita PT. “X” Kota Bekasi. PT ”X” di Kota Bekasi yang

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha 52 karyawan wanita, 32 diantaranya sudah menikah dan mempunyai anak atau berstatus ibu (arsip Human Research Development PT “X” Kota Bekasi 2012).

Dari hasil wawancara diperoleh keterangan mengenai penghayatan sehubungan dengan multi peran yang mereka emban. Empat orang (40%) memaparkan perihal pemeliharaan rumah tangga (homecare). Jika istri yang tidak bekerja memiliki waktu yang cukup banyak untuk membersihkan rumah sehingga rumah selalu rapi dan bersih. Namun karena bekerja ditambah lagi tidak ada pembantu, mereka tidak sempat melakukannya setiap hari. Karena sepulang kerja, badannya sudah lelah dan mereka lebih memilih langsung mengurus anak daripada membersihkan rumah.

Seorang istri (10%) memaparkan hal yang berkaitan dengan perkawinan (marital) atau tugasnya sebagai seorang istri. Mengenai upaya melayani suami dalam beberpa hal seperti memasak dan menyediakan kebutuhan suami yang tidak bisa dilakukan setiap hari. Jika biasanya setiap pagi istri yang tidak bekerja bisa menyiapkan sarapan untuk suaminya yang hendak berangkat kerja atau menyiapkan makan malam, hal tersebut jarang bisa dilakukan karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan istri tiba di kantor lebih awal dan pulang di sore hari. Hal tersebut mengindikasikan jika seorang terlihat lebih salient terhadap peran marital-nya dibanding peran occupational-nya. Namun demikian, tuntutan peran occupational-nya sulit untuk ditinggalkan.

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha pada malam hari ibu harus terjaga untuk menyusui anaknya. Hal tersebut jelas mengganggu kinerja di siang hari yaitu saat bekerja di kantor. Pagi hari sebelum pukul 08.30 sudah ada di kantor dan tiba di rumah baru sekitar pukul 18.00 hingga 19.00 atau mungkin lebih karena macet. Dengan kondisi fisik yang sudah lelah, ibu tetap harus merawat anak anak karena sepanjang hari ibu tidak bersama anaknya. Ketika anak mulai bersekolah, seringkali mereka berupaya bangun lebih pagi untuk menyiapkan keperluan anak sekolah dan mengantar anak ke sekolah. Jika tidak sempat maka waktu bersama anak pun hanya bisa didapat di akhir minggu. Memang tidak sepenuhnya anak telantar karena ada orangtua atau pembantu yang mengurus anak, namun demikian ada rasa bersalah yang dirasakan oleh ibu yang harus meninggalkan anaknya terutama yang masih kecil untuk menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Rasa bersalah yang dirasakan oleh seorang ibu merupakan suatu indikasi bahwa peran parent salient.

Dua orang (20%) memaparkan mengenai tanggung jawabnya di kantor (occupational). Sebagai seorang karyawan, wanita akan mempunyai tugas yang sama dengan karyawan pria. Tuntutan yang sama terhadap hasil pekerjaan, belum lagi waktu lembur. Hampir semua tanggung jawab pekerjan di kantor dapat diatasi, namun memang terkadang ada tuntutan segera pulang ke rumah yang datang ditengah-tengah waktu bekerja karena anak sakit atau keadaan mendadak yang membuat tanggung jawab pekerjaan harus ditunda. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa peran occupational salient.

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha Research Development PT “X” Kota Bekasi Januari hingga Juli 2012, dari 9 kasus pengunduran diri dari pekerjaan (occupational), tiga orang diantaranya adalah wanita. Adapun alasan dari dua orang karyawan wanita yang mengundurkan diri adalah megikuti keputusan suami. Ada suami yang memang menuntut istrinya hanya untuk menjadi istri (marriage), merawat rumah (homecare) dan anak (parent) sehingga istri yang sudah bekerja terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaan (occupational). Ada rasa terpaksa meninggalkan pekerjaan karena sebenarnya karyawan-karyawan ini merasa senang bisa bekerja dan mengaktualisasikan diri dan ilmu yang mereka miliki dibanding sekadar menjadi istri, mengurus dan merawat anak di rumah.

Satu orang karyawan yang mengundurkan diri memiliki alasan telah mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih besar. Seperti yang telah dipaparkan diatas mengenai alasan karyawan wanita PT. “X” Kota Bekasi

memutuskan bekerja, salah satunya adalah ingin membantu ekonomi keluarga karena merasa keluarganya perlu memeroleh income dari kedua belah pihak. Hal ini sejalan dengan suami yang mendukung istrinya bekerja. Seperti wawancara yang telah dilakukan kepada seorang suami dari karyawan wanita PT. “X” Kota

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha Hal positif dari multi peran wanita tidak sekadar memberi tambahan penghasilan bagi keluarga atau kesempatan aktualisasi diri bagi wanita itu sendiri. Perusahaan pun mendapatkan keuntungan dari perambahan wanita ke sektor publik. Divisi Human Research Development PT “X” Kota Bekasi menyatakan bahwa perusahaan merekrut wanita sebagai karyawan dengan pertimbangan kemampuan yang dimiliki oleh wanita itu sendiri dan kebutuhan perusahaan. Beberapa posisi pekerjaan di perusahaan seperti administrasi, Human Research Development, kasir, customer service, dan receptionist ditempati oleh karyawan wanita. Meskipun beberapa posisi mayoritas ditempati oleh wanita, bukan berarti wanita memiliki kualitas kerja yang baik dibanding pria atau sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tetap membutuhkan karyawan wanita dan tetap memberikan kesempatan bagi wanita untuk bekerja.

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha individu mengalami stress karena salah satu peran yang sangat salient terhadap dirinya, maka stress tersebut dipersepsikan sebagai ancaman dan dapat melemahkan kesejahteraan psikologis individu tersebut (Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Mengetahui gambaran role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi.

1.3.2 Tujuan

Mengetahui profile role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi dilihat dari aspek nilai dan komitmen dalam

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1.4.1.1 Memberikan sumbangan informasi bagi pengembangan teori-teori Psikologi khususnya Psikologi Sosial yang berkaitan dengan pengetahuan tentang role salience.

1.4.1.3 Memberikan masukan kepada peneliti lain yang memiliki minat melakukan penelitian lanjutan mengenai role salience.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Memberikan informasi dan masukan pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi, agar mereka dapat mengetahui

gambaran secara umum mengenai komitmen dan nilai dalam menjalankan peran sebagai istri, orangtua, pengurus rumah tangga dan pekerja sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi mereka dalam rangka menyeimbangkan multi perannya guna mencapai kesejahteraan psikologis.

1.4.2.2 Memberikan informasi dan masukan pada PT. “X” Kota Bekasi, untuk menggunakan hasil penelitian mengenai role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah sebagai salah satu faktor yang berkaitan dengan pekerjaan.

1.5 Kerangka Pemikiran

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha konsep yang ditawarkan adalah peran ganda wanita. Wanita harus berkiprah di wilayah domestik maupun publik (Supartiningsih, 2003). Salah satu bentuk sambutan upaya perjuangan kesetaraan gender melalui multi peran tersebut sudah terlihat dari banyak dijumpai wanita yang bekerja. Dalam prosesnya, mereka dihadapkan dengan konflik dalam upaya untuk menyeimbangkan rumah, perkawinan, anak dan pekerjaan (Russell & Fitzgibbons, 1982).

Dalam perkawinan, seorang wanita mempunyai peran sebagai istri (marital), menjadi orangtua (parents) dan memelihara rumah tangga (homecare). Ketika wanita memutuskan untuk bekerja, bertambahlah satu peran lagi dalam pekerjaan (occupational) (Amatea, 1986). Dalam menjalankan keempat perannya, sebagai istri dalam sebuah perkawinan (marital), orangtua (parents), pengurus rumah tangga (homecare) dan karyawan (occupational), membuat karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi menunjukkan nilai dan komitmennya

untuk memenuhi harapan perannya baik dalam pekerjaan dan keluarga secara bersamaan. Nilai dan komitmen ini akan tercermin dalam role salience karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi.

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha dalam pengetahuan, partisipasi, komitmen juga nilai dari harapan-harapan yang dimiliki pada peran-peran (Super, 1980 dalam Niles, 2001).

Dalam Life Role Salience Scale (LRSS), keempat peran dapat diukur melalui dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah role reward value sedangkan dimensi yang kedua adalah role commitment level (Amatea, 1986). Role reward value merupakan kepuasan dari tujuan yang dicari dalam sebuah peran. Hal ini dilihat dari kesetujuan karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi bahwa peran merupakan hal penting bagi arti diri dan kepuasan pribadi. Role commitment level merupakan skor kedekatan emosional dan identifikasi terhadap peran. Hal ini dilihat dari sejauh mana karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi menunjukkan kesediaan dalam berkomitmen

bahwa sumber daya pribadinya digunakan untuk menjamin keberhasilan dan mengembangkan perannya.

Seperti halnya pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X”

Kota Bekasi memiliki empat peran yang diembannya. Sebutan karyawan merujuk pada statusnya sebagai pekerja di PT. “X” dan melakukan peran dalam suatu

pekerjaan (occupational) di PT. “X” Kota Bekasi. Sebagai seorang karyawan di PT. “X”, mereka diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya, tuntutan untuk

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha hingga mereka rela berkorban apa pun demi kemajuan karier dan kepuasan dari peran sebagai karyawan (occupational) yang mereka emban.

Di sisi lain, status karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi merujuk pada peran istri (marital). Karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi yang memiliki skor tinggi pada dimensi role reward value

dan role commitment level pada peran marital akan menjadi lebih salient dalam menjalankan perannya tersebut. Dalam kehidupan perkawinan sebagai seorang istri, istri diharapkan mampu mendampingi suaminya. Banyak suami secara eksplisit dan implisit mengharapkan peran istri menjadi sistem pendukung bagi pekerjaan mereka (Rowatt, 1990 dalam Supriyantini, 2002). Kegiatan merawat, mencintai, mendukung, menghabiskan waktu bersama suami serta keseluruhan kehidupan pernikahan merupakan hal penting yang akan memberikan kepuasan tersendiri. Meskipun dalam keterbatasannya membagi waktu dengan kantor, karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan waktu, tenaga, uang dan segala sumber daya yang dimiliki dalam menjalankan perannya sebagai istri bagi suaminya. Sebaliknya, bila skor role reward value dan role commitment level yang rendah menjadikan mereka tidak tertarik dalam menjalankan perannya sebagai seorang istri (marital). Berbagi waktu, tenaga hingga materi dengan suami dalam hubungan pernikahan dianggap sebagai tanggung jawab yang memberatkan.

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha bahwa memiliki anak dan mencurahkan banyak waktu juga biaya dalam kegiatan merawat anak adalah hal yang penting dan memberikan kepuasan bila dilakukan. Meski menyandang peran occupational, nilai, komitmen dan partisipasi mereka akan tertuju pada anak.

Peran yang terakhir adalah peran sebagai pengurus rumah tangga (homecare), role reward value dan role commitment level yang tinggi akan menjadikan karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi mementingkan urusan pemeliharan tempat tinggal dan merasa puas bila memiliki tempat tinggal yang terawat baik. Sedangkan dalam menjalankan peran sebagai perawat rumah tangga (homecare), role reward value dan role commitment level yang rendah akan menjadikan mereka hanya sebatas membutuhkan tempat tinggal tanpa memperdulikan bagaimana perawatan serta bagaimana tempat tinggal akan terlihat. Bersih, kotor, indah, rapi atau tidak rapi tempat tinggal mereka bukan merupakan suatu hal yang dianggap penting.

Tinggi rendahnya skor role reward value dan role commitment level dipengaruhi oleh faktor kontekstual seperti keluarga, warisan budaya dan tingkat akulturasi, ekonomi, dan kesepatan berperan dalam lingkungan (Bluestein, 1994 dalam Niles, 2001). Secara khusus, faktor keluarga dilihat dari usia anak saat ini dan bantuan perawatan anak yang dimiliki oleh karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi. Usia anak akan memengaruhi peran orangtua

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha maka ada orang lain yang membantu ibu dalam mengurus anak baik itu tenanga professional seperti pembantu rumah tangga atau dari pihak keluarga.

Seringkali role salience dipengaruhi oleh warisan budaya, Warisan budaya tersebut dapat menjadi masalah ketika menanamkan keyakinan berdasarkan gender dan stereotype rasial. Salah satu bentuknya adalah harapan peran tradisional bahwa wanita lebih diharapkan berpartisipasi dalam rumah dan keluarga (Niles, 2001). Harapan peran tradisional terhadap karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi adalah menjadi seorang istri yang siap

melayani suami, merawat anak hingga mengurus urusan rumah tangga. Harapan peran tradisional ini dapat dilihat dari latar belakang suku karyawan.

Faktor yang memengaruhi berikutnya adalah ekonomi. Keadaan ekonomi terkadang memaksa wanita untuk bekerja meski mungkin sebenarnya mereka lebih suka menjadi istri, orangtua dan mengurus rumah. Keadaan ekonomi pun dapat menjadi penunjang bagi para karyawan untuk memiliki kesempatan dalam mengemban pendidikan yang mereka minati dan meniti karir.

Hal terakhir yang memengaruhi role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi adalah kesepatan berperan dalam

lingkungan. Emansipasi memberikan kesempatan bagi wanita untuk menempuh pendidikan tinggi dan merambah sektor publik. Bekal pendidikan dan adanya lowongan pekerjaan bagi wanita menjadikan karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha Keluarga, warisan budaya, tingkat ekonomi, juga kesempatan berperan dalam lingkungan yang berbeda pada setiap setiap karyawan wanita yang sudah menikah di PT. X menjadikan perolehan skor role reward value dan role commitment level yang bervariasi. Perolehan skor role reward value dan role commitment level bervariasi menyebabkan role salience karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi dalam menjalani keempat perannya

sebagai istri dalam suatu perkawinan (marital), orangtua (parents), pengurus rumah tangga (homecare) dan pekerjaan (occupational) bervariasi pula.

(28)

18

Universitas Kristen Maranatha

1.5.1 Bagan Kerangka Pikir

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Dimensi Role Salience :

1. role reward value 2. role

commitment level

Karyawan wanita yang sudah menikah di PT.

“X” Kota Bekasi

Role Salience

Marital

Occupational Faktor yang memengaruhi Role

Salience :

1. Keluarga (Usia anak, bantuan perawatan anak) 2. Budaya dominan (suku

bangsa)

3. Ekonomi (status ekonomi) 4. Kesempatan untuk

berperan (pendidikan)

Parent

(29)

19

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota

Bekasi berbeda-beda, mereka dapat menunjukkan peran mana (marital, parental, homecare, occupational) yang lebih salient bagi dirinya.

Role salience dapat ditentukan berdasarkan dimensi role reward value dan

role commitment level.

 Variasi salient keempat peran karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” Kota Bekasi dipengaruhi oleh usia anak saat ini, suku bangsa,

(30)

63 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai Role Salience yang dilakukan pada karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” kota Bekasi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Role Salience pada sebagian besar karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” adalah role marital dan role occupational. l

2. Selain itu diperoleh juga karyawan yang salient terhadap dua role sekaligus yaitu role marital homecare dan role marital parent masing-masing sebesar 3, 1 %

3. Karyawan wanita yang sudah menikah di PT. “X” kota Bekasi yang mengemban tingkat pendidikan S1 dan berstatus sosio-ekonomi menengah ke

(31)

64

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Kepada peneliti lain yang memiliki minat melakukan penelitian lanjutan mengenai role salience, perlu dipertimbangkan melakukan penelitian work family conflict berdasarkan hasil adanya salient pada role marital homecare dan role marital parent.

2. Kepada peneliti lain yang memiliki minat melakukan penelitian lanjutan mengenai role salience, pembahasan sebaiknya dilakukan per dimensi (role reward value dan role commitment level) tanpa perlu menjumlahkan perolehan skor kedua dimensi.

3. Dalam upaya pengembangan teori Psikologi khususnya Psikologi Sosial yang berkaitan dengan pengetahuan tentang role salience, pemilihan alat ukur life role salience scale perlu ditunjang dengan wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden.

5.2.2 Saran Praktis

(32)

65

Universitas Kristen Maranatha 2. Diharapkan hasil penelitian yang disampaikan oleh perusahaan dapat

(33)

66 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Amatea, Ellen S. 1986. Assesing the Work and Family Role Expectation of Career Oriented Men and Women : The Life Role Salience Scales. Journal of Marriage and The Family 48, 831-838.

Duvall, Evellin Ruth M. 1977. Marriage and Family Development. J. Lippincont Company Philadelphia-New York.

Freidenberg, Liza, 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use, Allyn and Bacon.

Krech, D., Crutchfield, R. S., and Ballachey, E. L. 1962. Individual in Society : A Textbook of Social Psychology. McGraw-Hill Book Co – Singapore for manufacture and export.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology, A Step-by-Step for Beginners. New Delhi : Sage Publications.

Niles, Spencer G., Herr, Edwin L., and Hertung, Paul J. 2001. Achieving Life Balance : Myth, Realities, and Developmental Perspectives Information Series No. 387. Center of Education and Training for employment College of Education The Ohio University Columbus

Noor, N. M. 2004. Work-Family Conflict, Work- and Family-Role Salience, and Women’s Well Being. The Journal of Social Psychology, 144(4), 389-405. Russell, Anne and Fitzgibbons, Patricia. 1982. Career and Conflict A Woman’s

Guide To Making Life Choices. Prentice – Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup Jilid II, Diterjemahkan oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta : Erlangga.

(34)

67 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Bumi Statistika. Alpha Cronbach. (Online).

http://bumistatistika.weebly.com/cronbach-alpha.html, diakses 1 Mei 2012.

Dharma, Iman. 19 Maret 2010. Problema Istri Bekerja. (Online). (http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Problema-Istri-Bekerja, diakses 22 Maret 2012).

Junaedi. 2009. Analisis Faktor. (Online).

http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/analisis-faktor.html, diakses 1 Mei 2012.

Employees, industry, female (% of female employment). (Online).

http://data.worldbank.org/indicator/SL.IND.EMPL.FE.ZS/countries, diakses 20 desember 2012

Muthmainnah, Yulianti. 2010. Perempuan Dalam Budaya Pernikahan di Indonesia; membaca Ulang RUU Hukum Materil Peradilan Agama

Bidang Perkawinan. (Online),

(http://www.komnasperempuan.or.id/2010/07/perempuan-dalam-budaya- pernikahan-di-indonesia-membaca-ulang-ruu-hukum-materil-peradilan-agama-bidang-perkawinan/, diakses 22 Maret 2012)

Pamungkas, Dian K. 2010. Peran Ibu dan Budaya Patriarki. (Online), (http://kampus.okezone.com/read/2010/12/24/367/406772/peran-ibu-dan-budaya-patriarki, diakses 8 April 2012)

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peran Ganda Perempuan Menciptakan Pergeseran Nilai Dalam Keluarga. Mei

2010. (Online),

(http://www.unm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3 0&Itemid=61, diakses 8 April 2012)

Supriyantini, Sri. 2002. Hubungan Antara Pandangan Peran Gender Dengan Keterlibatan Suami Dalam Kegiatan Rumah Tangga. (Online). (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3631/1/psiko-sri.pdf, diakses 22 Maret 2012)

Referensi

Dokumen terkait

harus berupa nas , baik nass Alquran, Hadis, maupun ijmak dan tidak boleh meng- qiyas -kan sesuatu dengan hukum yang ditetapkan dengan qiyas. Al-Far ‟ u , yaitu

Narasumber : Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa) dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi SDIT Al-Muhajirin. Sehingga

Sebagai bangsa religius, bangsa Indonesia perlu belajar kembali dari sejarah para Nabi karena sejatinya kisah para Nabi itu merupakan kesatuan yang utuh, dalam membangun sekolah

[r]

Dari kesimpulan diatas berimplikasi pada perlunya mempertahankan dan melaksanakan strategi pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan pendidikan pesantren DT itu secara lebih baik

Sri Rohmawati, (2013) Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Pada Pelatihan Kewirausahaan (Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di

Penerapan Metode Predict,Organize,Rehearse,Practice,Evaluate Dalam Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial (Penelitian Eksperimen Semu di SMA Negeri 7 Bandung Kelas XI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel tingkat pelayanan ( Level Of Service ) yang mempengaruhi pengguna angkutan umum bus kota di Surakarta dan