• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Membeli Produk Jamu Dayang Sumbi Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Membeli Produk Jamu Dayang Sumbi Sidoarjo."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMEN MEMBELI PRODUK JAMU

“DAYANG SUMBI” SIDOARJO

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Magister

MAGISTER MANAJEMEN AGROBISNIS

Oleh

RN SRI MULYANI

0564020005

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan rencana

penelitian berupa proposal tesis yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Dipertimbangkan Konsumen Membeli Produk Jamu Dayang Sumbi Sidoarjo”.

Tesis merupakan tugas akhir bagi mahasiswa program Pascasarjana pada

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur untuk meraih gelar

Magister Manajemen Agribisnis.

Dalam penulisan Tesis ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, MS sebagai pembimbing utama dan ibu

Ir. Effi Damaijati, MS sebagai dosen pendamping yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menyelesaikan Tesis, selain

itu penulis juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :

1.

Suharto dan Siti Isminah kedua orang tua saya yang telah memberikan doa,

kasih sayang, moril dan spiritualnya dalam penyusunan proposal ini.

2.

Kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan sport dalam menyelesaikan

penyusunan proposal.

(3)

sumbang saran dalam rangka menyelesaikan Program Magister Manajemen

Agribisnis.

5.

Teman-teman mahasiswa angkatan XII Program Pascasarjana MMA UPN

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan dorongan, semangat dan kritik

yang membangun hingga dapat menyelesaikan proposal ini.

6.

Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran demi penyempurnaan tulisan ini akan di terima

dengan senang hati.

(4)

Peneliti persembahan Tesis yng berjudul faktor-faktor yang mempengruhi

konsumen membeli produk Jamu Dayang Sumbi kepada :

1.

Suharto dan Siti Isminah, kedua orang tua penulis beserta keluarga

2.

Sahabat penulis yang Suyati dan Ani Hayati

3.

Perusahaan Jamu Dayang Sumbi

4.

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

(5)

mempengaruhi konsumen membeli produk jamu “Dayang Sumbi” Sidoarjo.

Dibawah bimbingan Dr. Ir. Zainal Abidin, MS, selaku pembimbing Utama dan Ir.

Effi Dumaijati, MS.

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen

dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen membeli produk

jamu Dayang Sumbi. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat membantu

memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen

membeli produk jamu Dayang Sumbi sehingga dapat meningkatkan daya saing

produk. Penelitian ini dilakukan dengan metoda sruvei. Penentuan responden

dengan menggunakan teknik Non Random Sampling dengan metoda Accidental

Sampling dan respondennya adalah pria dan wanita yang mengkonsumsi,

membeli dan datang berkonsultasi paling sedikit dua kali di perusahaan jamu

Dayang Sumbi Sidoarjo. Penelitian dilaksanakan dengan matoda survei dan

pengumpulan data prmer menggunakan kuesioner.

Dari hasil penelitian tentang karakteristik konsumen dan analisis faktor

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

(6)

47,5% dari 40 konsumen.

(7)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

RINGKASAN ... viii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Perumusan Masalah ... 3

1.3

Tujuan Penelitian ... 5

1.4

Manfaat Penelitian ... 6

1.5

Batasan atau Lingkup Penelitian ... 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2

Manfaat dan Prospek Jamu Tradisional ... 10

2.3

Pengertian dan Konsep Pemasaran ... 14

2.4

Teori Perilaku Konsumen ... 19

2.4.1

Definisi dan Pengertian Perilaku Konsumen ... 19

2.4.2

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 21

(8)

BAB III METODA PENELITIAN

3.1

Penentuan Tempat ... 34

3.2

Penentuan Responden ... 35

3.3

Pengumpulan Data ... 36

3.4

Analisis Data ... 36

3.5

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Keadaan Umum Perusahaan Jamu Dayang Sumbi ... 47

4.2

Karakteristik Responden ... 52

4.3

Validitas dan Reliabilitas ... 57

4.4

Analisis Faktor ... 58

4.5

Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan ... 73

5.2

Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Halaman

Nomor

1.

Kuesioner ... 77

2.

Jawaban Responden ... 82

3.

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85

4.

Analisis Faktor ... 93

(10)

Halaman

Nomor

1.

4P Penjual Merupakan Tanggapan 4P Pembeli ... 15

2.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler .. 21

3.

Pengukuran Variabel ... 45

4.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Jenis Penyakit yang Diderita

Konsumen ... 52

5.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

6.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Daerah Asal ... 53

7.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Pekerjaan ... 54

8.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Umur ... 55

9.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Pendidikan ... 55

10.

Karakteristik Konsumen berdasarkan Pendapatan ... 56

11.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

12.

Matrix Korelasi ... 58

13.

Kelayakan Variabel ... 60

14.

Communality ... 61

15.

Eigenvalue ... 62

16.

Komponen Matrix ... 63

17.

Komponen Faktor ... 64

(11)

Halaman

Nomor

1.

Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian ... 27

2.

Tahap – Tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian ... 29

3.

Skema Kerangka Pemikiran ... 32

4.

Struktur Organisasi dan Personalia Perusahaan Dayang Sumbi ... 49

5.

Grafik Scree Plot ... 62

(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia mempunyai beranekaragam tumbuhan obat yang dapat

dimanfaatkan untuk obat tradisional atau jamu yang sudah dikenal oleh masyarakat

luas. Tercatat lebih dari 80.000 jenis ganggang, lumut dan paku-pakuan juga

tumbuhan berbiji di Indonesia, belum lagi tanaman yang berasal dari hutan yang

banyak dieksploitasi manusia untuk pengobatan alternatif melalui toga. Sekarang

ini masyarakat mulai mencari dan membudidayakan toga secara intensif baik di

lahan maupun pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun

untuk komersial.

Tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat telah berabad-abad digunakan oleh

nenek moyang bangsa Indonesia dan memberikan hasil yang baik bagi

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan. Penggunaan tanaman obat dianggap

kuno, tidak masuk akal, tidak higienis, dan berbahaya, tanpa sedikitpun menghargai

bahwa pengobatan dengan tanaman obat ini telah selama berabad-abad menjadi

andalan dalam pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (Anonim, 2006)

Tetapi saat ini bersamaan dengan kecenderungan dunia untuk back to

nature terdapat kecenderungan masyarakat Indonesia untuk kembali ke obat

tradisional yaitu tanaman obat untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.

(13)

kimiawi ini ternyata justru memberikan efek pengobatan yang mudah dicerna dan

efek sampingnya lebih sedikit (Muhlisah dan Hening, 1996).

Pada masa globalisasi yang terjadi sekarang ini persaingan usaha terutama

pada industri jamu yang berlomba-lomba menawarkan keunggulan masing-masing

untuk menarik konsumen membeli di perusahaannya. Untuk memenangkan

persaingan yang semakin tajam, maka perusahaan harus mampu menawarkan hasil

produknya yang mempunyai keunggulan daya saing yang terus berlanjut dari tahun

ke tahun agar umur daur hidup produk menjadi panjang. Keunggulan daya sang

atas produk yang dilempar ke pasar dapat diwujudkan jika perusahaan dapat

memahami keinginan, kebutuhan dan harapan konsumen dalam membeli suatu

produk. Apabila keinginan, kebutuhan dan harapan konsumen terpenuhi maka

konsumen tersebut akan menjadi konsumen yang setia membeli produk tersebut

dan tidak akan meninggalkan perusahaan kita tetapi bisa menjadi agen promosi

(Astuti, 2002).

Selain tentang daya saing produk, perusahaan harus memperhatikan harga

yang kompetitif, memberikan layanan yang memuaskan bagi konsumen. Dengan

terpenuhinya semua keinginan, kebutuhan dan harapan konsumen maka akan

meningkatkan transaksi, sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Tetapi

perusahaan harus selalu memperhatikan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh

konsumen untuk menjadi bahan perbaikan pada waktu yang akan datang agar

konsumen tidak beralih ke perusahaan pesaing. Minat konsumen untuk membeli

jamu sebagai kebutuhan sehari-hari dapat memberikan nilai tambah bagi pihak

(14)

teliti dan dalam penelitian ini juga memberi manfaat bagi perusahaan jamu agar

manajer pemasaran memahami mengapa dan bagaimana konsumen bertindak

dalam membeli atau mengkonsumsi jamu (Astuti, 2002).

Analisis terhadap perilaku konsumen yang membeli jamu sangat penting

untuk keberhasilan di dalam sistem pemasaran suatu organisasi bisnis, karena

tujuan kegiatan pemasaran adalah usaha untuk mempengaruhi orang agar tertarik

untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan pada saat mereka membutuhkan.

Maka pihak perusahaan jamu akan mengetahui keinginan konsumen dalam

membeli suatu barang atau jasa yang diinginkan melalui kegiatan pemasaran yang

tepat atau peluang-peluang yang baru yang berasal dari belum terpenuhinya

kebutuhan konsumen.

Dengan tujuan untuk mengetahui keinginan, kebutuhan dan harapan yang

belum terpenuhi sehingga perlu diadakan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Konsumen Membeli Produk Jamu Dayang Sumbi Sidoarjo”.

1.2. Perumusan Masalah

Jamu merupakan warisan pengobatan tradisional Indonesia yang berumur

ratusan tahun. Merupakan warisan budaya bangsa yang telah dimanfaatkan secara

terus menerus. Pangsa pasar jamu adalah dalam dan luar negeri. Tak dipungkiri

obat tradisional seperti jamu makin hari kian mendapat pengakuan dari masyarakat.

Terlebih pada saat negeri kita dilanda krisis ekonomi harga obatpun semakin

meningkat, lantaran biaya produksinya sudah tidak bisa ditekan lagi. Dari

perkembangan yang ada, masyarakat akhirnya tidak lagi secara terus menerus

(15)

Jamu yang semula hanya milik orang kelas bawah atau masyarakat kecil,

kini tidak lagi menjadi bagiannya. Sebab masyarakat golongan ekonomi menengah

ke atas sekarang ini juga mau mengonsumsi jamu (obat tradisional) karena terbukti

khasiatnya memang manjur. Tak mengherankan bila tempat pengobatan alternatif

dengan tanaman obat keluarga ramai dikunjungi.

Apalagi yang merasa sudah kemana-mana berobat tidak sembuh-sembuh

sementara penyakitnya terus menggerogoti pilihan terakhir tentunya adalah

menggunakan obat alternatif. Salah satu contoh adalah Jamu Dayang Sumbi yang

metoda penyembuhannya menggunakan tanaman obat keluarga.

Seorang pengelola jamu dalam melakukan penjualan dan pemasaran harus

mampu memenuhi kebutuhan dan selera konsumen. Dalam hal ini pengelola harus

melakukan penyesuaian terhadap produk yang di pasarkan agar konsumen merasa

puas setelah membeli produk tersebut sehingga akan membeli ulang dan memberi

informasi kepada orang kualitas produk agar stabil dari waktu ke waktu,

mencantumkan tanggal kadaluwarsa, memperhatikan rasa jamu agar tetap disukai

konsumennya. Jamu yang ditawarkan di perusahaan jamu Dayang Sumbi banyak

macamnya dari jamu untuk pengobatan seperti kanker, ginjal, paru-paru dan lain -

lain, untuk menjaga stamina, yaitu Madu Hitam, untuk minuman kesehatan, sinom,

dan masih banyak produk yang lain.

Karena alasan tersebut maka pihak pengelola jamu akan dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan yang cukup rumit, yaitu dalam persediaan jamu yang

sesuai dengan selera konsumen, harga, pelayanan dan menyediakan berbagai

macam jamu yang ditawarkan dan juga agar jamu Dayang Sumbi mampu bersaing

(16)

adanya minat konsumen dalam membeli jamu sebagai kebutuhan, serta

memberikan nilai tambah bagi pihak swalayan oleh sebab itu pihak perusahaan

jamu arus membuat strategi penjualan untuk menghadapi konsumen yang membeli

jamu khususnya di Perusahaan Jamu Dayang Sumbi.

Agar dapat menanggulangi keadaan yang terus berubah maka perlu

diperhatikan faktor apa yang menyebabkan konsumen tertarik untuk membeli

Jamu. Dalam penelitian ini dikhususkan pada konsumen yang membeli jamu di

kantor Pemasaran Dayang Sumbi Sidoarjo .

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik konsumen Jamu Dayang Sumbi ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumen dalam membeli produk jamu

Dayang Sumbi di Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu Dayang Sumbi yang

meliputi aspek : sakit yang diderita, jenis kelamin, daerah asal, umur,

pendidikan , pekerjaan dan pendapatan.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen membeli produk

jamu Dayang Sumbi meliputi variabel : Budaya (X1), Sosial (X2), Pribadi (X3),

Psikologi (X4), Pelayanan (X5), Harga (X6), Produk (X7), Promosi (X8) 1.4. Manfaat Penelitian

(17)

1. Bagi peneliti hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu

pengetahuan tentang perilaku konsumen dan menambah referensi bagi peneliti

lainnya.

2. Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen membeli

produk jamu Dayang Sumbi.

3. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan

contoh kasus bagi masyarakat yang mempelajari ilmu manajemen pemasaran.

1.5. Batasan atau lingkup Penelitian

1. Penelitian ini mendisagregrasikan jenis jamu menjadi umum artinya macam

jamu yang yang dipilih oleh konsumen dalam penelitian ini adalah semua jenis

jamu atau produk yang dihasilkan perusahaan Dayang Sumbi.

2. Penelitian ini tidak meneliti tentang kesembuhan konsumen tetapi sebatas

kepada keputusan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsinya karena

didasari oleh pemahaman rasional yang dipunyai oleh konsumen tersebut

terhadap produk jamu Dayang Sumbi.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen terhadap pembelian suatu

produk dan jasa dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran untuk

memperjelas kerangka berpikir penelitian ini. Disamping itu juga untuk

mendapatkan bahan acuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen

dalam membeli produk jamu dari perusahaan Jamu Dayang Sumbi Sidoarjo.

Hidayati (2004) mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kepuasan

Pelanggan dan Strategi Pemasaran Jamu : Pusaka II, Obat Kencing Manis (Studi

Kasus di Perusahaan Jamu “Dayang Sumbi” Sidoarjo) diperoleh hasil bahwa :

4. Karakteristik pelanggan jamu sebagian besar adalah perempuan (58%), 42%

adalah laki-laki, dari segi pekerjaan sebagian besar pelanggan adalah PNS

(32%), sebagian besar pelanggan jamu Pusaka II menderita kencing manis pada

usia 35-55 tahun, ditinjau dari segi pendidikan pelanggan jamu Pusaka II cukup

bervariasi mulai dari lulusan SD sampai S2, sedangkan pemasaran jamu sampai

saat ini masih terbatas pada segmen kelas menengah kebawah, hal ini sesuai

dengan pendapatan sebagian besar responden antara Rp. 1.750.000 – 2.000.000

per bulan.

5. Variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan adalah produk, harga

(19)

variabel tersebut dengan kepuasan pelanggan adalah pelayanan, harga dan

produk.

Astuti, (2003) dengan penelitian berjudul Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi konsumen membeli jamu Madura di Kabupaten Sumenep adalah :

1. Pengumpulan data dilakukan dengan accidental sampling pada 30 responden

per satu unit usaha. Responden adalah pemakai jamu yang melakukan

transaksi pembelian di unit usaha jamu Madura.

2. Berdasarkan hasil analisis regresi di peroleh beberapa temuan yang

mendukung strategi untuk meningkatkan penjualan jamu Madura dan terbukti

bahwa harga, distribusi dan produk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan jamu Madura, produk adalah faktor dominan yang

mempengaruhi permintaan jamu Madura.

Menurut Isnaini, (2004) dengan penelitian berjudul Analisis Faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen membeli sayur Hidroponik di pasar Swalayan

Hero Mayjen Sungkono Surabaya di peroleh hasil bahwa :

1. Penelitian menggunakan metoda pengumpulan data Non Random Sampling

dengan cara accidental sampling.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli sayur

hidroponik adalah faktor A dengan indikator pendapatan, motivasi, mutu,

pelayanan, transaksi, keamanan dan situasi belanja. Faktor C dengan indikator

macam sayur hidroponik dan harga. Faktor D dengan indikator kemasan, dan

faktor E dengan indikator kebutuhan. Harga menjadi pertimbangan utama

(20)

berkorelasi positif. Faktor B dengan indikator tradisi, keluarga, nilai loadingnya

rendah, yaitu kurang dari 0,6 sehingga tidak termasuk faktor yang

dipertimbangkan dalam membeli sayur hidroponik.

Menurut Wirayuna, (2004) dengan penelitian berjudul faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras di supermarket

“Bonnet” Surabaya diperoleh hasil bahwa :

1. Penelitian ini menggunakan metoda penentuan sampel non Random Sampling

dengan cara accidental sampling.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan membeli beras organik di

supermarket “Bonnet” Surabaya adalah faktor A (indikator pendidikan,

keamanan dan kemasan), faktor B (indikator motivasi dan brosur), faktor C

(indikator persepsi dan cara pembayaran), faktor D (indikator gengsi dan

harga), faktor E (indikator pekerjaan) dan faktor G (indikator kelompok

teman). Faktor yang dominan adalah faktor D dengan indikator harga, karena

harga beras organik mahal. Dalam hal membeli beras organik faktor harga

sebagai pengambil keputusan utama. Faktor yang tidak termasuk faktor yang

dipertimbangkan dalam membeli beras organik yaitu faktor F (indikator selera)

karena nilai loading rendah yaitu kurang dari 0,6 sehingga tidak termasuk faktor

yang dipertimbangkan.

Djatmiko (2005), mengadakan penelitian dengan judul faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk yang dijual Sentra

Pengembangan Agribisnis terpadu Purwodadi – Pasuruan diperoleh hasil bahwa :

(21)

dijual Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) di Purwodadi-Pasuruan

didasarkan karena lokasi yang strategis, produk yang dijual, pelayanan, fasilitas,

kenyamanan dan keindahan serta harga produk yang dijual.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah disajikan persaman

adalah tentang perilaku konsumen, perbedaannya adalah variabel-variabel yang

digunakan pada penelitian dan mengelompokkan variabel-variabel penelitian

menjadi beberapa faktor.

2.2. Manfaat dan Prospek Jamu Tradisional

Trend gaya hidup yang mengarah kembali ke alam (back to nature) di

jaman yang begitu mengagung-agungkan kemajuan teknologi seperti sekarang ini

membuktikan bahwa hal-hal yang alam, bukanlah bersifat kampungan atau

ketinggalan jaman. Dunia kedokteran modernpun banyak yang kembali

mempelajari obat-obat tradisional. Tanaman-tanaman yang berkhasiat obat ditelaah

dan dipelajari secara ilmiah. Hasilnyapun mendukung bahwa tanaman obat

memang memiliki kandungan zat atau senyawa yang secara klinis terbukti

bermanfaat bagi kesehatan (Muhlisah dan Hening, 1996).

Di sekitar tahun 2000, perkembangan dunia memang amat cepat, termasuk

dalam hal pengobatan. Dunia kedokteran (medis) banyak menemukan obat yang

banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Penemuan kedokteran modern

nyatanya mendukung penggunaan obat tradisional. Banyak obat-obatan modern

yang dibuat dari tumbuhan obat. Hanya saja peracikannya dilakukan secara klinis

(22)

Pada hakekatnya upaya pengobatan tradisional merupakan bagian dari

budaya bangsa yang diturunkan dari generasi yang dulu ke generasi berikutnya,

baik secara lisan maupun secara tertulis atau dibukukan. Salah satu pengobatan

yang trend saat ini adalah ramuan tanaman obat. Secara empirik, ramuan tradisional

tidak hanya untuk menyembuhkan suatu penyakit tetapi juga untuk menjaga dan

memulihkan kesehatan (Sudibyo, 2006).

Adanya dukungan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta yang

berlomba-lomba melakukan berbagai penelitian tentang tanaman obat dapat

menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman obat tersebut mampu

mengobati penyakit ringan seperti batuk hingga penyakit berat seperti kanker

(Mahendra, 2005).

Dari berbagai pustaka diatas dapat disimpulkan bahwa Jamu atau obat

tradisional bukan bersifat kampungan atau ketinggalan jaman. Hal ini dapat

dibuktikan dengan penemuan kedokteran modern yang mendukung penggunaan

obat tradisional, juga adanya dukungan berbagai pihak baik pemerintah maupun

swasta yang melakukan penelitian tentang tanaman obat. Hasilnyapun mendukung

bahwa tanaman obat memiliki kandungan zat atau senyawa yang secara klinis

terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman obat tersebut mampu mengobati

penyakit ringan seperti batuk hingga penyakit berat seperti kanker.

Selain merupakan bahan obat tradisional yang sudah sangat populer di

masyarakat Indonesia, tanaman obat ternyata juga merupakan bahan ekspor

nonmigas yang penting, terutama setelah manusia cenderung lebih senang

(23)

tahun terakhir terjadi peningkatan ekspor obat tradisional Indonesia sehingga

prospek usaha tanaman obat semakin cerah. Oleh karena itu, pengembangan

tanaman obat secara komersial diharapkan memberikan sumbangan (kontribusi)

yang besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan devisa negara.

Di negara maju, minat para peneliti untuk mengeksploitasi potensi

tumbuhan obat yang tersebar di banyak negara, terutama di kawasan tropis, terus

meningkat. Pada tahun 1993, kontribusi ekspor tanaman obat Indonesia dalam

bentuk simplisia di luar jahe memberikan devisa senilai US$ 11,6 juta, RRC

memperoleh US$ 301,56 juta, Korea US$ 106,26 juta dan India US$ 50,81 juta.

Indonesia hanya menempati posisi nomor 39 diantara 113 negara produsen

tanaman obat di pasaran dunia. Jamu-jamu produksi Indonesia yang menggunakan

bahan tradisional dan dikemas secara modern kini mulai diekspor ke luar negeri

misalnya produk untuk perawatan tubuh dan kecantikan. Negara-negara maju

seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Belanda, dan Inggris makin banyak

mengimpor obat-obatan tradisional. Kecenderungan ini tampaknya akan meningkat

di tahun-tahun mendatang dan diikuti oleh banyak negara lainnya, terutama pada

saat perdagangan global berlaku (Muhlisah, 2005).

Pengembangan agroindustri tanaman obat dari Indonesia ini mempunyai

prospek yang baik. Menurut Sampurno pada harian Kompas tanggal 28 Maret

2002, omset penjualan jamu dan obat tradisional mencapai sekitar 1,5 triliun. Jamu

ini dijual dalam bentuk cair, serbuk, pil, seduh, kaplet, sirup, jenang, instan dan

(24)

Seiring dengan kemajuan dunia kedokteran, orang biasa mengkonsumsi

obat-obatan industri farmasi. Obat-obatan yang bereaksi cepat itu membuat

obat-obat tradisional seperti jamu dan ramu-ramuan menjadi ketinggalan jaman.

Namun kenyataan membuktikan bahwa pengobatan tradisional memiliki banyak

kelebihan, misalnya tingkat bahaya lebih rendah daripada obat-obatan kimia.

Penerimaan tubuh manusia terhadap obat dari bahan tumbuh-tumbuhanpun

ternyata lebih mudah (Muhlisah, 2005).

Beberapa jenis tanaman yang berkhasiat obat dapat dipakai secara tunggal,

baik langsung dikonsumsi dalam bentuk segar ataupun diproses terlebih dahulu.

Penggunaan obat tradisional semakin banyak digemari masyarakat dengan semakin

diketahui akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan

modern (Rukmana, 2006).

Dari berbagai pustaka tentang prospek jamu tradisional dapat disimpulkan

bahwa jamu mempunyai prospek yang baik sebagai ekspor non migas yang dapat

menambah devisa negara. Omset penjualan jamu dari tahun ke tahun mulai

meningkat. Jamu mempunyai banyak kelebihan yaitu tingkat bahaya lebih rendah

dari pada pengobatan kimia. Penerimaan tubuh manusia terhadap obat dari

bahan-bahan tumbuh-tumbuhan ampuh ternyata lebih mudah, sehingga

penggunaan jamu semakin banyak digemari masyarakat dengan makin

diketahuinya akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh pengguna obat-obat

(25)

2.3. Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran

Terdapat beberapa pengertian pemasaran yang dapat disajikan dibawah ini

:

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka. dengan menciptakan,

menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler dan

Amstrong, 1997).

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang bertujuan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang

dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun

pembeli yang potensial. Definisi tersebut mempunyai pengertian penting bahwa

seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi ke pasar atau konsumen,

keinginan konsumen harus dipuaskan secara aktif (Stanton, 1993).

Dari berbagai definisi dari pemasaran dapat disimpulkan bahawa pemasaran

adalah suatu proses baik oleh individu maupun kelompok untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan melalui proses merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan

kebutuhan dan keinginan pembeli.

Upaya menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat perusahaan

dituntut mempunyai keunggulan dan bekerja secara efektif dan efisien agar mampu

bertahan dan meningkatkan pangsa pasar yang ada. Untuk melaksanakan hal

tersebut di butuhkan suatu landasan atau falsafah atau sikap yang mendasari

(26)

Konsep pemasaran merupakan suatu falsafah bisnis yang berpendapat

bahwa kunci untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi terdiri dari penentuan

kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan

secara efektif dan efisien dibanding para pesaing. Jadi falsafah konsep pemasaran

bertujuan memberikan kepuasan konsumen terhadap keinginan dan kebutuhan

konsumen serta seluruh kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut

(Rismiati dan Suratno, 2001).

Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui

oleh barang atau jasa sebelum sampai ke tangan konsumen, sehingga ruang lingkup

kegiatan yang luas itu disederhanakan dengan 4 P dalam pemasaran, yang terdiri

dari 4 komponen yaitu Produk (Product), Harga (Price), Distribusi (Place) dan

Promosi (Promotion) yang selanjutnya disebut bauran pemasaran atau marketing

mix.

4 P mencerminkan pandangan penjualan terhadap alat pemasaran yang

tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pembeli setiap alat pemasaran

dirangsang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan. Louterbom dalam Kotler

dan Amstrong (1997), menyarankan agar 4 P penjual merupakan tanggapan

terhadap 4 C pembeli atau keinginan konsumen lebih jelasnya hubungan antara 4C

dengan 4 P disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. 4 P Penjual tanggapan terhadap 4 C Pembeli

4 P 4 C

1. Produk (Product)

2. Harga (Price)

3. Distribusi (Place)

4. Promosi (Promotion)

1. Kebutuhan dan keinginan pembeli (Customer

needs and want)

2. Biaya bagi pembeli (Cost to the customer)

3. Kemudahan memperoleh (Convenience)

4. Komunikasi (Communication)

(27)

Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa berawal dari kebutuhan dan keinginan

pembeli dapat diwujudkan oleh penjual dengan produk, kemudian pembeli harus

mengeluarkan sejumlah biaya untuk memperoleh produk tersebut dengan harga

yang ditetapkan oleh penjul, pembeli memperoleh kemudahan mendapatkan

produk melalui distribusi yang lancar oleh penjual dan mengetahui adanya produk

yang diinginkan dengan komunikasi melalui promosi yang dilakukan penjual

melalui media cetak maupun elektronik.

Dharmesta dan Handoko (2000), mengemukakan konsep pemasaran adalah

sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan

kebutuhan konsumen atau berorientasi pada konsumen (Consumer Oriented).

Segmentasi pasar adalah proses identifikasi sub kelompok konsumen yang

memiliki kesamaan dalam hal keinginan, daya beli, lokasi geografi, sikap membeli

atau kebiasaan membeli (Kotler, 2000). Dalam melakukan segmentasi pasar, ada

empat langkah yang harus diambil menurut Hawkins dkk, 1998 dalam Prasetijo dan

Ihlauw, 2005 :

1. Mengidentifikasi perangkat kebutuhan produk

2. Mengelompokan konsumen yang memiliki perangkat kebutuhan yang serupa

3. Mendiskripsikan setiap kelompok

4. Memilih satu atau lebih segmen yang akan dilayani

Winardi (1995), menyatakan bahwa konsep pemasaran dilandasi oleh

beberapa hal, yaitu :

1. Konsumen dapat di bagi-bagi dalam segmen pasar menurut kebutuhan dan

(28)

2. Konsumen pada tiap-tiap segmen akan memilih produk dari organisasi atau

perusahaan yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan.

3. Kunci keberhasilan perusahaan adalah riset pasar, memilih pasar sasaran,

penawaran produk beserta program pemasaran yang terintegrasi.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa konsep pemasaran

mengajarkan dengan suatu cara mengenal dan memutuskan kebutuhan dan

keinginan konsumennya. Dengan demikian perusahaan harus memutuskan dan

mengatur strategi pemasaran yang tetap serta menjabarkan dalam

program-program pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen (Stanton, 1990).

Kotler (2000), menambahkan bahwa sangatlah penting untuk memuaskan

pelanggan sasaran, karena penjualan perusahaan setiap periode berasal dari dua

kelompok yaitu : pelanggan setia dan pelanggan baru. Pelanggan baru yang tertarik

dapat menimbulkan biaya lima kali lipat dari pada hanya menyenangkan pelanggan

yang ada. Sedangkan biaya kehilangan pelanggan mungkin enam belas kali lipat

biaya menarik pelanggan baru ke tingkat laba yang sama, karena itu

mempertahankan pelanggan lebih penting dari pada menarik pelanggan dan kunci

dari mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan yang

merasa puas terhadap suatu produk atau jasa maka mereka akan :

1. Menjadi pelanggan loyal.

2. Membeli ulang lebih banyak.

3. Memberikan informasi yang memungkinkan perusahaan untuk merancang

(29)

4. Membutuhkan biaya pelayanan lebih kecil dari pada pelanggan yang baru

karena transaksi yang rutin.

Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran disusun dengan memasukkan

tiga unsur pokok (Swastha dan Handoko, 1987).

1. Orientasi pada konsumen.

Perusahaan yang memperhatikan konsumen harus dapat :

a. Menentukan kebutuhan produk (basic need) dari pembeli yang akan

dilayani dan dipenuhi.

b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan

karena perusahaan-perusahaan pada dasarnya tidak dapat memenuhi segala

kebutuhan konsumen.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan

menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik

beratkan kualitas produk, harga murah atau pelayanan yang baik.

2. Menyusun kegiatan pemasaran secara integral (Integrated Marketing)

Pengintegrasian pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam

perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk

memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat

tercapai. Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antar

produk, harga, distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran

yang kuat dengan konsumen artinya harga sesuai dengan kualitas, promosi

(30)

3. Kepuasan Konsumen (Consumer Satisfaction)

Faktor-faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang

akan mendapatkan laba ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang

dapat dipenuhi. Hal ini tidaklah berarti bahwa perusahaan berusaha

memaksimalkan kepuasan pelanggan, tetapi perusahaan harus mendapat laba

dengan cara memberikan kepuasan kepada pelanggan (konsumen).

2.4. Teori Perilaku Konsumen

2.4.1. Definisi Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai

perilaku konsumen tersaji dibawah ini :

Engel, et.all. (1994), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan

individu yang langsung terlibat dalam mendapatkan mengkonsumsi dan

menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan

mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan Bitta (1993), menyatakan bahwa, perilaku konsumen meliputi proses

pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara fisik pada saat mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan atau mendapatkan barang dan jasa. Dari pendapat

tersebut di peroleh dua hal penting yaitu :

1. Sebagai proses pengambilan keputusan.

2. Kegiatan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan barang dan

jasa.

American Marketing Association (Benned dalam Dharmmesta, 1993), perilaku

(31)

pengertian, perilaku dan peristiwa lingkungan dimana manusia melakukan aspek

dengan pertukaran tentang kehidupan mereka.

Dari definisi diatas terdapat tiga hal penting yaitu :

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis.

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara perasaan dan kesadaran

perilaku serta peristiwa lingkungan.

3. Perilaku melibatkan pertukaran.

Ketiga hal tersebut tersirat bahwa perilaku konsumen sangat komplek dan selalu

berubah baik secara individu, kelompok maupun keseluruhan.

Shiffman dan Kanuk (1994), mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen

adalah studi tentang bagaimana individu membuat keputusan untuk

membelanjakan sumber-sumber yang ada (waktu, uang, usaha) dihubungkan

dengan konsumsi, meliputi tentang apa yang mereka beli, mengapa, kapan dan

bagaimana membeli serta bagaimana penggunaannya.

Mangkunegara (1988), merumuskan bahwa perilaku konsumen adalah studi

tentang konsumen yang merupakan kegiatan pertukaran nilai produk atau jasa yang

memuaskan kebutuhannya.

Swastha dan Handoko (1987), mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah

tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh

dan mempergunakan barang-barang dan jasa ekonomis, termasuk didalamnya

proses pengambilan keputusan dan penentuan tindakan-tindakan tersebut.

Dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang

(32)

proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan

barang-barang dan jasa yang dapat di pengaruhi oleh lingkungannya. Dengan

demikian kegiatan pembelian hanyalah merupakan salah satu tahap dari proses

untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar memahami proses pembelian

sangat penting, karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian

masalah pada tindakan manusia untuk membeli suatu produk dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginannya.

2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kotler (2000) secara rinci mengidentifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian meliputi budaya, sosial,

pribadi dan psikologis. Rangkaian unsur-unsur dari masing-masing faktor dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler

Budaya Sosial Pribadi Psikologis

Budaya Kelompok

acuan

Usia dan tahap siklus hidup

Motivasi

Sub Budaya Keluarga Pekerjaan dan

keadaan ekonomi

Gaya hidup

Persepsi

Pembelajaran

Kelas Sosial Peran dan status

Kepribadian dan konsep diri

Keyakinan dan sikap

Sumber : Kotler (2000)

Dari tabel 2 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

adalah budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor budaya meliputi budaya, sub

budaya dan kelas sosial, fktor sosial meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan

status, faktor pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan

[image:32.612.132.515.253.592.2]
(33)

ekonomis, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri dan faktor psikologis meliputi

motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :

a. Faktor Budaya

Budaya, sub budaya dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam

perilaku konsumen.

1. Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.

Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku

dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.

2. Sub budaya

Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang lebih kecil yang

memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi

anggota-anggotanya.

3. Kelas Sosial

Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

permanen, yang tersusun secara hierarkis dan memiliki anggota dengan

nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya

mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan,

pendidikan, dan tempat tinggal.

Charles, et all. (2001) menyatakan bahwa Kelas Sosial adalah sekelompok

orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan di

(34)

bersosialisasi diantara mereka sendiri baik secara formal dan informal, dan

yang membagikan norma-norma perilakunya.

Menurut Mangkunegara (2002), kelas sosial itu dapat dikategorikan sebagai

berikut :

a) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli

barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan

lengkap (toko serba ada, supermarket), konservatif dalam konsumsinya,

barang-barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi warisan bagi

keluarganya.

b) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk

menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang

banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli

barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan,

rumah mewah, perabot rumah tangga.

c) Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan

mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya mereka

membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan

barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.

b. Faktor Sosial

Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi

faktor-faktor kelas sosial seperti : kelompok acuan, keluarga serta peran dan

(35)

1. Kelompok Acuan

Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan, mereka setidak-tidaknya

dalam tiga hal. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku

dan gaya hidup baru, mereka juga mempengaruhi perilaku dan konsep

pribadi seseorang, dan mereka menciptakan tekanan untuk mematuhi apa

yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merk actual seseorang.

2. Keluarga

Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh.

3. Peran dan Status

Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.

Setiap peran memiliki status. Orang-orang memilih produk yang

mengkomunikasikan peran dan status mereka dalam masyarakat.

c. Faktor Pribadi / Karakteristik Konsumen

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik

tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup, pendidikan, pekerjaan, pendapatan

ekonomi, gaya hidup dan konsep diri pembeli.

1. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.

Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga.

2. Pendidikan

Fornel dan Wernerfelt (1987) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

seorang konsumen sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan

(36)

seperti kebiasaan, motivasi dasar dan karakteristik stimulus seperti format

dan isi informasi memberi pengaruh yang berarti terhadap kualitas produk

yang dipilih (Moorman, 1990).

3. Pekerjaan dan Keadaan Ekonomi

Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang.

Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan,

tabungan, dan aktiva, hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas

belanja atau menabung.

4. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan

lingkungannya.

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari

seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan

bertahan lama terhadap lingkungannya.

d. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama

yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan pendirian.

1. Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan- kegiatan tersebut guna

(37)

2. Persepsi

Persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih,

mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk

menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

Charles, et.all. (2001) menyatakan bahwa Persepsi adalah proses dimana

kita memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan tersebut ke

dalam gambaran yang memberi makna dan melekat.

3. Pembelajaran

Saat orang bertindak, mereka bertambah pengetahuannya. Pembelajaran

meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar.

4. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang

tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan

emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan dan bertahan lama dan seseorang terhadap beberapa obyek

atau gagasan.

2.4.3. Keputusan Pembelian Konsumen

Sutisna (2001) menyatakan bahwa pengambilan keputusan oleh konsumen

untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas

pemenuhan kebutuhan dan keinginan.

Kotler dan Armstrong (1997), menyatakan bahwa pemasar perlu

(38)

dimainkan oleh setiap orang. Untuk banyak produk, cukup mudah untuk mengenali

siapa yang mengambil keputusan.

Orang mungkin memainkan beberapa peran dalam keputusan membeli :

1. Pemrakarsa : orang yang pertama menyarankan atau mencetuskan gagasan

membeli produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh : orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi

keputusan membeli.

3. Pengambil keputusan : orang yang akhirnya membuat keputusan membeli atau

sebagian dari itu yaitu apakah akan membeli, apa yang dibeli, bagaimana

membelinya, atau dimana membeli ?

4. Pembeli : orang yang benar-benar melakukan pembelian.

5. Pengguna : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.

Mengetahui peserta utama proses pembelian dan peran yang mereka mainkan

membantu pemasar untuk menyesuaikan program pemasaran.

Menurut Kotler (2000), tahap-tahap proses keputusan pembelian melewati

empat tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif dan

keputusan pembelian dan perilaku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

1.

[image:38.612.128.514.215.622.2]

Sumber : Kotler (2000)

Gambar 1. Tahap-tahap proses keputusan pembelian

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

(39)

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam proses

keputusan pembelian diawali dari adanya masalah yang belum terpenuhi lalu

konsumen tersebut mencari informasi tentang masalah yang timbul setelah itu

mengadakan evaluasi dari informasi yang diperoleh dan terakhir memutuskan

membeli barang atau hasa yang dibutuhkan.

Tahap-tahap proses keputusan pembelian adalah :

a. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau

eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan

tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar

dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat

akan suatu kategori produk.

b. Pencarian informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen dapat digolongkan

menjadi empat kelompok :

1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, pajangan toko, kemasan.

3. Sumber publik : media massa, organisasi peningkat konsumen.

(40)

c. Evaluasi alternatif

Beberapa konsep dasar akan membantu memahami proses evaluasi konsumen

:

1. Pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan.

2. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

3. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan

atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat

yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

d. Keputusan pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merk-merk dalam

kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli

produk yang paling disukai. Namun dua faktor yaitu sikap orang lain dan faktor

situasi yang tidak terantisipasi dapat berada diantara niat pembelian dan

keputusan pembelian. Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar 2.

Sumber : Kotler dan Amstrong (2000)

Gambar 2. Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa keputusan pembelian

diawali dari evaluasi alternatif dalam pemilihan merk-merk produk lalu

membentuk niat untuk membeli produk tersebt yang dapat dipengaruhi oleh

sikap orang lain maupun faktor situasi yang tidak terantisipasi.

Evaluasi Alternatif

Niat Pembelian

Keputusan Pembelian Sikap orang lain

(41)

Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain

mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal

yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai

konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti orang lain. Faktor kedua

adalah faktor situasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

2.5. Kerangka Pemikiran

Dari uraian hasil penelitian terdahulu, teori tentang : manfaat dan prospek

jamu, pengertian dan konsep pemasaran, perilaku konsumen dan kondisi setempat,

maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Permasalahan yang menyebabkan penelitian ini dilakukan adalah persaingan usaha

pada industri jamu yang masing-masing perusahaan menawarkan keunggulan

untuk menarik konsumen membeli di perusahaannya. Didalam memenangkan

suatu persaingan perusahaan harus dapat memenuhi keinginan, kebutuhan dan

harapan konsumen agar konsumen tersebut menjadi konsumen yang setia membeli

produk tersebut dan tidak akan meninggalkan perusahaan kita tetapi bisa menjadi

agen promosi.

Karakteristik konsumen jamu Dayang Sumbi meliputi aspek : sakit yang diderita,

jenis kelamin, daerah asal, umur, pendidikan, alamat, pekerjaan, dan pendapatan .

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Siti Hidayati, 2004 yang

menyatakan bahwa karakteristik pelanggan jamu adalah meliputi jenis kelamin,

umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan.

Sesuai dengan teori pemasaran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian produk dipengaruhi oleh perilaku konsumen, bauran pemasaran dan

(42)

dan Moorman (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah

faktor budaya yang dibagi menjadi budaya, sub budaya, kelas sosial; faktor sosial

yang dibagi menjadi kelompok acuan, keluarga, peran dan status; faktor pribadi

yang dibagi menjadi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi,

gaya hidup, kepribadian dan konsep diri ; dan faktor psikologis yang dibagi

menjadi motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Bauran pemasaran

menurut Kotler dan Amstrong (1997) meliputi 4P yaitu produk (Product), harga

(Price), distribusi (Place), promosi (Promotion). Tahap-tahap dalam proses

keputusan pembelian adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian.

Variabel-variabel yang mempengaruhi konsumen dalam membeli produk

jamu Dayang Sumbi adalah variabel budaya (X1) dengan indikator kebiasaan atau

tradisi ; variabel sosial (X2) dengan indikator pengaruh pihak lain ; variabel pribadi

(X3) dengan indikator umur, pendidikan, pendapatan ; variabel psikologis (X4)

dengan indikator keyakinan; Hal ini sesuai dengan teori perilaku konsumen yang

terdiri dari faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.

Variabel tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Isnaini dan Wirayuna, 2004

yang diperoleh hasil faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian produk dengan

indikator tradisi, pendidikan, pendapatan. Variabel-variabel lain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah variabel pelayanan (X5) dengan indikator waktu tunggu

konsultasi, keramahan karyawan, kenyamanan ruang tunggu, waktu tunggu

pesanan jamu, konsultasi gratis ; variabel harga (X6) dengan indikator harga ;

variabel produksi (X7) dengan indikator manfaat atau khasiat, ketersediaan jamu,

sertiifikasi mutu, kemasan dan rasa ; variabel promosi (X8) dengan indikator

(43)

promosi. Faktor-faktor tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Hidayati

(2004), Wiji Astuti (2003), Isnaini dan Wirayuna (2004) serta Djatmiko (2005)

diperoleh hasil : produk, pelayanan, harga, mutu, kemasan adalah faktor yang

mempengaruhi konsumen dalam membeli produk.

(44)

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Keyakinan (X4.1)

Umur (X3.1)

Pendidikan (X3.2)

Pendapatan (X3.3)

Pribadi (X3)

Psikologis (X4)

Kebiasaan/Tradisi (X1.1)

Pengaruh pihak lain (X2.1)

Budaya (X1)

Sosial (X2)

Waktu Tunggu Konsultasi (X5.1)

Pelayanan (X5)

Keramahan Karyawan (X5.2)

Kenyamanan Ruang Tunggu (X5.3)

Waktu Tunggu Pesanan Jamu (X5.4)

Konsultasi Gratis (X5.5)

Harga (X6.1) Harga (X6)

Manfaat/khasiat (X7.1)

Produk (X7)

Ketersediaan Jamu (X7.2)

Sertifikasi Mutu (X7.3)

Kemasan (X7.4)

Rasa (X7.5)

Efek samping (X7.6)

Kesan pada merek (X7.7)

Promosi (X8.1) Promosi (X8)

Perilaku konsumen

Bauran pemasaran

jamu

(45)

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1. Penentuan Lokasi

Perusahaan Dayang Sumbi mempunyai 2 lokasi yaitu di Mojokerto yang

beralamat di desa Sambilawang, Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto yang

merupakan rumah produksi dari jamu Dayang Sumbi yang terletak di pinggir kota

Mojokerto dengan segmen pasar daerah pedesaan dan daerah sekitarnya. Lokasi

yang kedua terletak di Perum Delta Sari Indah Blok AU No. 1 Waru – Sidoarjo.

Letak perusahaan jamu Dayang Sumbi Sidoarjo di perkotaan dengan populasi

penduduk yang padat, termasuk kawasan perumahan yang elit sehingga penentuan

lokasi penelitian secara sengaja di perusahaan jamu Dayang Sumbi Sidoarjo.

3.2. Penentuan Responden

Penentuan responden dengan menggunakan teknik Non Random Sampling

dengan metoda Accidental Sampling. Sebagai responden dalam penelitian ini

adalah pria atau wanita yang mengkonsumsi jamu, yang membeli jamu dan datang

berkonsultasi paling sedikit dua kali di perusahaan jamu Dayang Sumbi Sidoarjo.

Penelitian dilakukan setiap hari Rabu. Responden di pilih secara langsung pada

saat penelitian terhadap konsumen yang membeli jamu untuk kepentingan diri

sendiri yang bersedia dijadikan responden melalui wawancara secara langsung.

Jumlah responden secara sengaja sebanyak 40 orang dengan pertimbangan sesuai

(46)

3.3. Metoda Pengumpulan Data

1. Jenis Data

b. Data primer

Merupakan data yang diperoleh dengan cara menyebarkan daftar-daftar

pertanyaan (kuisioner) kepada responden. Dengan cara menyebarkan kuisioner

kepada para konsumen jamu Dayang Sumbi. Sedangkan karakteristik konsumen

meliputi aspek : sakit yang diderita, jenis kelamin, daerah asal, umur,

pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Data primer yang terdiri dari 8 faktor

yaitu Budaya (X1), Sosial (X2), Pribadi (X3), Psikologis (X4), Pelayanan (X5),

Harga (X6), Produk (X7), dan Promosi (X8).

c. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari Perusahaan Jamu Dayang Sumbi, yaitu

profil perusahaan, susunan organisasi dan tugas serta tanggung jawab

masing-masing bagian, daftar harga produk, jenis produk yang dijual, jumlah

agen dan lokasi.

2. Sumber Data

Sumber data dapat diperoleh dari :

a. Para Konsumen Jamu Dayang Sumbi sebagai sumber data primer.

b. Dari pihak manajemen produsen Jamu Dayang Sumbi sebagai sumber data

(47)

Teknik Pengumpulan Data

a. Metoda Wawancara

Merupakan suatu teknik dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan

wawancara langsung kepada responden maupun pimpinan perusahaan.

b. Metoda Observasi

Merupakan suatu teknik yang dipakai untuk mendapatkan gambaran secara

langsung dengan cara mengamati hal-hal yang berhubungan langsung dengan

perusahaan.

c. Angket (Kuesioner)

Merupakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden jamu Dayang

Sumbi yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan langsung atas variabel

yang diajukan peneliti.

3.4. Analisis Data

Untuk menguji tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk mengidentifikasi

karakteristik konsumen jamu Dayang Sumbi yang meliputi aspek : sakit yang

diderita, jenis kelamin, daerah asal, umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan,

menggunakan analisis deskriptif. Dan untuk menguji tujuan penelitian yang kedua

yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen membeli

produk jamu Dayang Sumbi meliputi variabel budaya (X1), sosial (X2), pribadi

(X3), psikologis (X4), pelayanan (X5), harga (X6), produk (X7) dan promosi (X8)

dengan menggunakan analisis faktor.

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena

(48)

baik. Ketepatan pengukuran atau hipotesa tentang hubungan variabel penelitian

sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut.

1. Validitas dan Reliabilitas

Alat penelitian menentukan kualitas data yang akan dikumpulkan dan

kualitas data menentukan kualitas penelitian, oleh sebab itu sebelum analisis perlu

dilakukan uji validitas dan realibitas. Sebelum analisis data perlu dilakukan uji

validitas dan reliabitas.

Validitas

Validitas menyatakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur untuk melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang valid memberikan

nilai data hasil pengukuran sebenarnya. Uji validitas ini diperoleh dengan cara

menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor

dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk momen yang rumusnya

sebagai berikut :

r =

  

2 2

 

2 2

. N Y Y

X X N Y X XY N           Dimana :

N = jumlah responden

X = skor total tiap item

(49)

Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal bila jawaban seseorang

terhadap pertanyaan atau pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu ( Nazir,1997 ) Pengukuran reabilitas dapat dilakukan dengan uji Cronbach

Alpha(). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha

() >0.6.

2. Analisis Data

Menurut Supranto, (2002), analisis faktor merupakan nama umum yang

menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data

atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel,

misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang

disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam

variabel asli (original variable). Pada analisis faktor ini, peneliti tidak mempunyai

pengetahuan teori atau hipotesis yang menyusun struktur faktor-faktornya, dengan

demikian pada analisis faktor merupakan teknik untuk membantu membangun

teori.

Didalam analisis regresi salah satu variabel dipastikan sebgai variabel tak

bebas (Y). Didalam analisis faktor, variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel

bebas dan tak bebas, sebaliknya sebagai penggantinya seluruh set hubungan

interdependent diteliti. Hubungan interdependent adalah hubungan secara

bersama-sama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan

variavel .

Menurut Wibowo,( 2007 ) analisis faktor dipergunakan di dalam situasi

(50)

1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying

dimensions) atau faktor yang menjelaskan korelasi antara suatu set pertanyaan

yang diajukan pada responden.

2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi

(independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set

variabel asli yang saling berkorelasi.

Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linear berganda,

yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor

yang mendasari (underlying factors). Jumlah (amount) varian yang disumbangkan

oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut

communality. Kovariasi antar variabel yang diuraikan, dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan faktor yang unik untuk

setiap variabel. Faktor-faktor ini tidak jelas terlihat (not overtly observed).

Kalau variabel-variabel dibakukan (standardized), model faktor bisa ditulis

sebagai berikut :

Xi = i1 F1 + i2 F2 + i3 F3 + … + ij Fj + … + im Fm + VI1

Dimana :

Xi = Variabel ke i yang dibakukan (rata-rata nol, standar deviasinya satu) yaitu

: 1. budaya ; 2. Sosial ; 3. pribadi ; 4. psikologis ; 5. pelayanan ; 6. harga

; 7. produk dan 8. promosi.

ij = Koefisien regresi parsial yang dibakukan untuk variabel i pada common

factor ke j yaitu kebiasaan / tradisi (1.1), pengaruh pihak lain (2.1), umur

(3.1), pendidikan (3.2), pendapatan (3.3), keykinan (3.4), waktu tunggu

konsultasi (5.1), keramahan karyawan (5.2), kenyamanan ruang tunggu

(5.3), waktu tunggu pesanan jamu (5.4), konsultasi gratis (5.5), harga (6.1),

(51)

kemasan (7.4), rasa (7.5), efek samping (7.6), kesan pada merek (7.7), dan

promosi (8.1).

Fj = Common Factor ke j

Vi = Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke i pada faktor yang

unik ke i (unique factor)

1 = Faktor unik variabel ke i

m = Banyaknya common factor

Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga

tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa dinyatakan

sebagai kombinasi linear dari variabel-variabel yang dapat diukur dan tidak dapat

diukur dari hasil penelitian lapangan.

Fi = Wi1 X1 + Wi2 X2 + Wi3 X3 + … + Wi1 Xk

Dimana :

Fi = Perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan

koefisiennya Wi ) yaitu 1. sosial, budaya, psikologi, 2. bauran pemasaran

dan 3. pribadi.

Wi = Timbangan atau koefisien nilai faktor ke i

k = Banyaknya variabel

Pada analisis faktor ada beberapa konsep statistik yang berhubungan, yaitu

:

a. Bartelt’s test of sphericity yaitu suatu uji yang digunakan untuk menguji bahwa

antar variabel tidak berkorelasi atau berhubungan.

b. Corelation matrix yaitu korelasi antar semua variabel yang diteliti.

c. Communality yaitu jumlah varians yang disumbangkan oleh suatu variabel

dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis.

(52)

e. Faktor loading yaitu korelasi sederhana antara variabel dengan faktor.

f. Faktor loading plot yaitu suatu plot dari variabel asli dengan menggunakan

fator loading sebgai koordinat.

g. Faktor scores yaitu skor komposit yang diestimasi untuk setiap responden pada

faktor turunan (devired factors)

h. Kaiser Meyer Oklin (KMO) measure of sampling adequacy yaitu suatu indeks

yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor.

i. Precentage of varians yaitu prosentase varian total yang disumbangkan oleh

setiap faktor.

j. Residual yaitu perbedaan antara korelasi yang terobservasi berdasarkan input

correlation matrix dan korelasi hasil reproduksi yang diperkirakan dari matrix

faktor.

k. Scree plot yaitu plot dari eigenvalue sebagai sumbu tegak (vertical) dan

banyaknya faktor sebagai sumbu datar, untuk menentukan banyaknya faktor

yang ditarik.

Langkah-langkah dalam analisis faktor :

1. Merumuskan masalah dan mengidentifikasi atau mengenali variabel yang telah

dikumpulkn berdasarkan pernyataan dari responden.

2. Membuat matrix korelasi dari variabel-variabel ini dibentuk dan metoda

analisis faktor dipilih.

3. Menentukan banyaknya faktor yang akan disajikan (extraced) dari vriabel yang

banyak tersebut dan metoda rotasi yang akan dipergunakan.

4. Menginterpretasikan faktor hasil rotasi.

Tergantung tujuan penelitian, skor faktor dapat dihitung atau memilih variabel

surrogale (variabel yng menyusun skor faktor dengn loading terbesar atau

(53)

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel yang mempengaruhi konsumen membeli produk

Dayang Sumbi meliputi :

1. Budaya (X1 )

a) Kebiasan atau tradisi (X1.1)

Tradisi adalah bentuk dari cara kebiasaan yang dilakukan oleh konsumen

atau tepatnya kebiasaan.

2. Sosial (X2)

a) Pengaruh pihak lain (X2.1)

Pengaruh pihak lain adalah siapa saja yang berperan mengajak atau

mempengaruhi konsumen membeli produk jamu.

3. Pribadi (X3)

a) Umur (X3.1)

Umur adalah usia hidup konsumen sejak dilahirkan sampai dengan saat

penelitian dilakukan.

b) Pendidikan (X3.2)

Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah diikuti konsumen.

c) Pendapatan Konsumen (X3.3)

Pendapatan responden merupakan taksiran nilai gaji atau imbalan kerja

(54)

4. Psikologi (X4)

a) Keyakinan (X4.1)

Keyakinan adalah pemikiran yang dianut seseorang tentang kesembuhan

penyakitnya.

5. Pelayanan (X5)

Pelayanan merupakan suatu usaha yang dilakukan Dayang Sumbi dalam rangka

menciptakan hubungan baik dengan konsumen.

a) Waktu tunggu konsultasi (X5.1)

Waktu tunggu konsultasi adalah waktu yang dibutuhkan konsumen untuk

menunggu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh Dayang Sumbi.

b) Keramahan Karyawan (X5.2)

Keramahan karyawan adalah sifat yang ditunjukkan karyawan dalam

melayani pembeli.

c) Kenyamanan Ruang Tunggu (X5.3)

Kenyamanan ruang tunggu adalah perasaan yang menyenangkan atau

melegakan yang dirasakan konsumen saat menunggu konsultasi maupun

menunggu pesanan jamu.

d) Waktu Tunggu Pesanan Jamu (X5.4)

Waktu tunggu pesanan jamu adalah waktu yang dibutuhkan konsumen

untuk menunggu pesanan jamu yang dibeli oleh konsumen.

e) Konsultasi Gratis (X5.5)

Konsultasi gratis adalah konsultasi yang dilakukan oleh pihak Dayang

(55)

6. Harga (X6)

a) Harga (X6.1)

Harga adalah sejumlah uang yang diberikan kepada penjual untuk

mendapatkan sejumlah barang tertentu sesuai dengan perjanjian antara

penjual dan pembeli.

7. Produk (X7)

Produk adalah barang yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen.

a) Manfaat atau Khasiat (X7.1)

Manfaat yang diperoleh konsumen bila membeli jamu.

b) Ketersediaan jamu (X7.2)

Mudah tidaknya jamu diperoleh pada saat konsumen membutuhkannya.

c) Sertifikasi Mutu (X7..3)

Kelengkapan tampilan dalam bentuk sertifikat halal, izin Depkes dan

tanggal kadaluwarsa pada kemasan.

d) Kemasan (X5.4)

Kemasan merupakan bungkus atau tampilan dari luar suatu produk.

e) Rasa (X5.5)

Rasa produk jamu Dayang Sumbi menurut konsumen.

f) Efek Samping (X7.6)

Efek samping adalah tingkat bahaya pada tubuh manusia.

g) Kesan pada merek (X7.7)

Kesan pada merek merupakan penilaian konsumen terhadap merek jamu

(56)

8. Promosi (X8)

a) Promosi (X8.1)

Promosi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik

konsumen untuk membeli.

Untuk pengukuran variabel menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah

skala yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel dijabarkan

menjadi indikator variabel. Penentuan skala Likert agar konsisten terutama untuk

setiap item pertanyaan dimulai dari yang penting ke tidak penting dan dari angka

[image:56.612.130.513.247.715.2]

besar ke angka kecil. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 3.

Tabel 3 : Pengukuran Variabel

Variabel (Xi)

Indikator (ij)

Item pertanyaan jawaban dan skor

Budaya (X1) Kebiasaan atau

tradisi (X1.1.)

Mengkonsumsi jamu merupakan tradisi atau kebiasaan konsumen 4. Sangat setuju

3. Setuju 2. Tidak setuju 1. Sangat tidak setuju

Sosial (X2) Pengaruh pihak lain

Gambar

Tabel 1. 4 P Penjual tanggapan terhadap 4 C Pembeli
Tabel 2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler
Gambar 1. Tahap-tahap proses keputusan pembelian
Tabel 3 : Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rifngatul Fikriyah. A Pragmatic Study on the Implementation of Politeness Principles of Directive Utterances in the Dialogue Script of “Up” Film. English Education

Pengaruh media gambar seri dalam mengembangkan pemahaman membaca cerita pada siswa tunarungu kelas III SLB B-C kurnia yplb bakti lemah cai Kabupaten Garut. Universitas

Perusahaan efek adalah pihak yang membawa emiten masuk ke pasar modal, memasarkan efek yang dikeluarkan dan setelah dana terkumpul oleh emiten, perusahaan efek akan beralih

pemotongan ayam terbebani dalam penanganan terhadap bulu ayam Penanganan diserahkan kepada kelompok karang taruna Peralatan dan mesin untuk mengolah limbah bulu

2. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki perbedaan dengan sistem kapitalisme-liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik

sirih dapat berfungsi sebagai pengeras atau memberi tekstur, mengurangi rasa yang menyimpang: sepet, gatal, getir dan citarasa menyimpang (Jarod, 2007 dalam

Tugas Akhir ini adalah perencanaan desain geometrik dan tebal perkerasan kaku pada jalan batas kota Palembang – Tanjung Api-Api STA 41+500 – STA 50+000. Proyek ini terletak pada

Dari hasil kuisioner yang telah disebarkandi Surabaya kepada 100 orang (90 ibu yang memiliki bayi dan 10 pengasuh bayi) diperoleh hasil sebagai beikut: 92% dari respoden mengetahui