P JUR Diaj Un Guna PROGRAM RUSAN PS F UNIV YO ukan kepada Universita ntuk Memen a Memperole Agath NIM
M STUDI BI IKOLOGI AKULTAS VERSITAS N SEPT GYAKART SKRIPSI
a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj
Oleh : a Dita Krist M. 051042440
IMBINGAN PENDIDIK S ILMU PEN
NEGERI Y TEMBER 2 TA lmu Pendidik gyakarta n Persyarata jana Pendidi tsada 073
N DAN KON KAN DAN B
( penulis )
Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan selama itu baik untukmu dan dapat
kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang serta pengorbanannya
yang tiada henti serta doa yang tulus untuk keberhasilan hidupku. Maaf jika
harus menunggu lama hanya untuk melihat sebagian dari keberhasilanku.
2. Almamater FIP UNY
MARSUDI LUHUR I YOGYAKARTA Oleh :Agatha Dita Kristsada
05104244073
Penelitian ini berlatar belakang pada banyaknya siswa siswi yang menunjukkan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) dengan subjek penelitian siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta yang berjumlah 18 siswa yaitu kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dimulai pada tanggal 19 Mei dan berakhir pada tanggal 19 Agustus 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah berupa data deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 6 tindakan. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan siswa berpartisipasi sangat aktif dan tekun pada saat kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok, siswa dapat mengerjakan tugas dengan sangat baik, siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan sangat aktif, dan terlihat siswa sangat senang dengan kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.
tiada henti melimpahkan segala rahmat, nikmat, dan hidayahNya sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Keberhasilan yang penulis capai dalam penyusunan skripsi ini sejak awal sampai
dengan tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan
uluran tangan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin untuk
mengadakan penelitian, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. A. Aryadi Warsito, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Farida Agus Setyawati, M.Si selaku dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
Yogyakarta yang telah memberikan ijin pada penelitian ini.
7. Kedua adikku terima kasih atas doa, dukungan, serta canda tawa kalian yang
bisa membuat kakak bahagia.
8. Semua keluargaku yang telah memberikan doa serta motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Adik-adikku di kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta selaku
subjek penelitian yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005 terima kasih atas kebersamaan
dan kekompakan yang kita jalani sekian lama sangatlah berharga untukku.
11. Semua pihak yang telah menyertakanku dalam setiap doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis
berharap skripsi ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan para pembaca pada
umumnya.
Yogyakarta, Agustus 2010
PENGESAHAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...
iv v vi vii viii x xii xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional ...
1 1 7 8 9 9 9 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Tinjauan Tentang Masalah Minat ... 1. Pengertian Minat ... 2. Pengertian Membaca ... 3. Pengertian Minat Membaca ... 4. Ciri-ciri Orang Yang Mempunyai Minat Membaca ... 5. Aspek-aspek Minat Membaca ... 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat ... 7. Macam-macam Minat ... 8. Peningkatan Minat ………... B. Tinjauan Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ...
1. Fungsi Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ………...
2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia ………...
3. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia ………...
C. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Belajar ...
1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar ………..
2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar ………...
3. Fungsi Bimbingan Belajar ………...
4. Bidang Bimbingan Belajar ………..
5. Langkah-langkah Dalam Bimbingan Belajar ………..
5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok ………..
6. Keuntungan Metode Diskusi Kelompok ……….
7. Kelemahan Metode Diskusi Kelompok ………..
E. Kerangka Berfikir ………... F. Hipotesis Tindakan ……….
47 53 54 55 57
BAB III METODE PENELITIAN ... A. Pendekatan Penelitian ... B. Subjek dan Objek Penelitian ... C. Tempat Dan Waktu Penelitian ... D. Desain Penelitian ... E. Rencana Tindakan …... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H.Teknik Analisis Data ...
58 58 59 59 60 60 65 67 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Hasil Penelitian ... B. Deskripsi Subjek Penelitian ... C. Deskripsi Langkah Sebelum Penelitian ... D. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan ... E. Pembahasan Hasil Penelitian ... F. Keterbatasan penelitian ...
73 73 74 74 82 103 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...
110 110 110
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ………
Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok ……….. 67
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Layanan Bimbingan Belajar
Tindakan 1 …... 117 Lampiran 3. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan
Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 2 .…... 119 Lampiran 4.
Lampiran 5.
Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 2 …... Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 3 .…...
121
123 Lampiran 6.
Lampiran 7.
Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 3 …… Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 4 .…...
125
127 Lampiran 8. Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 4 …… 129
Lampiran 9. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan
Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 5 .…... 131 Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31.
Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 5…… Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 6 .…... Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 6…… Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RA ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial EOVS ……… Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RIAA ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial VKS ……….. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RTAS ………... Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial DP ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial SPRH ……… Hasil Wawancara dengan Guru Pembimbing ……… RPP pada Tindakan 1 ………. RPP pada Tindakan 2 ………...………….. RPP pada Tindakan 3 ………... RPP pada Tindakan 4………...…………... RPP pada Tindakan 5 ………. RPP pada Tindakan 6 ………...……….. Lembar Pedoman Wawancara ………... Foto Kegiatan ………. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ……….. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah DIY ………. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ………
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam segala hal baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi,
maupun kebudayaan merupakan faktor yang paling menentukan. Hanya
manusialah yang mampu menggali, mengembangkan dan mengontrol ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, tepatlah bila salah satu tujuan pembangunan
adalah untuk mencerdaskan bangsa. Untuk dapat mencerdaskan bangsa maka
terlebih dahulu harus dibentuk masyarakat belajar. Tidjan (Anik Tri Rahayu,
1991:1) mengatakan bahwa masyarakat belajar baru dapat tercapai apabila
masing-masing warganya memiliki minat membaca.
Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini baik di negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang minat membaca sangat
memegang peranan penting di dalam kehidupan. Keberhasilan dalam belajar
sebagian besar ditunjang oleh minat membaca. Seorang pelajar yang tidak
berminat untuk membaca mustahil akan menjadi orang yang berhasil.
Membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk
dilaksanakan para siswa karena dengan membaca siswa akan mengetahui
berbagai pengetahuan yang sangat berguna untuk mensukseskan belajarnya.
Dengan membaca, siswa dapat menyesuaikan diri dalam kehidupannya dan
juga menyelesaikan masalah-masalah di sekolah bahkan dapat menunjang
keberhasilan belajarnya yang kelak bermanfaat dan berguna untuk masa yang
Pernyataan tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh
EP.Hutabarat (Anik Tri Rahayu, 1999:2). Semakin banyak ragam pengalaman
yang dimiliki mengenahi sesuatu bahan pelajaran, semakin berhasil dalam
mempelajari dan menguasainya. Pengalaman ini diperoleh dari membaca dari
berbagai sumber, banyak menulis, banyak mengamati, banyak
mempraktekkan, dan banyak memecahkan masalah mengenai pelajaran yang
ingin dikuasai. Pernyataan tersebut cukup memberikan penegasan bahwa
untuk maju dan berkembang menuju manusia Indonesia yang berkualitas
seseorang harus menaruh minat yang besar terhadap aktivitas membaca.
Dalam kenyataannya minat membaca siswa masih belum berkembang secara
optimal atau dapat dikatakan sedang-sedang saja.
Tidjan (Anik Tri Rahayu, 1999:3) mengatakan bahwa secara nasional
minat membaca masyarakat Indonesia belum berkembang dan banyak faktor
yang mempengaruhi, pertama budaya kita bukan budaya membaca tetapi
budaya bicara dan masyarakat pada umumnya belum peka menerima
informasi, kedua adanya sikap orang tua yang kurang memotivasi anak di
dalam belajar, ketiga lingkungan yang kurang mendukung baik itu di rumah
maupun di sekolah. Selain itu juga bisa disebabkan oleh sarana bacaan yang
terbatas seperti perpustakaan sekolah yang kurang mendukung.
Dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya inilah pendidikan
dipandang mempunyai peranan yang sangat penting, melalui pendidikan
manusia dipandang sebagai pengembang tugas dan dituntut untuk selalu
oleh tantangan perkembangan jaman. Kini disadari bahwa pendidikan
memegang peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia.
Pendidikan merupakan kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi
kemampuan kepribadian dan kehidupan individu.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat komplek karena
pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan faktor ektern
seperti kemauan, motivasi, ingatan, minat, sarana dan prasarana atau fasilitas
yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar khususnya untuk peningkatan
minat membaca. Secara umum agar belajar dapat berhasil dengan maksimal
diperlukan kegiatan bimbingan belajar di samping itu juga minat membaca
para siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan bimbingan belajar adalah salah satu
bentuk layanan bimbingan dalam belajar yang bertujuan untuk membantu para
siswa dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
belajar.
Sejalan dengan pernyataan tersebut bidang bimbingan dan konseling
memiliki kewajiban yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa dalam
belajar, termasuk dalam meningkatkan minat membaca. Pengalaman
menunjukkan bahwa selama ini masih banyak siswa yang menganggap guru
Bimbingan dan Konseling adalah orang yang menakutkan, selalu mencari-cari
kejelekan masalah belajarnya. Selain itu rendahnya minat membaca dan
prestasi siswa dalam belajar karena siswa tidak mendapatkan layanan
bimbingan belajar yang memadai. Oleh karena itu, melalui layanan bimbingan
mengubah anggapan tersebut sehingga hubungan guru pembimbing dengan
siswa menjadi lebih dekat dan harmonis.
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar siswa diharapkan dapat
melaksanakan belajar dengan bantuan dari seseorang pembimbing yang juga
memberikan suatu bantuan bagaimana cara belajar yang optimal. Pada
dasarnya proses belajar di sekolah juga dipengaruhi adanya minat membaca
siswa yaitu minat untuk membaca buku-buku yang berhubungan dengan
pelajaran di sekolah.
Minat membaca tersebut akan dapat memberikan rangsangan yang
dapat mendorong siswa untuk memperoleh informasi yang banyak dan
pengetahuan yang lebih dibanding orang lain, sebagaimana pendapat Wood
Worth yang dikutip oleh Johny Killis (1991:2) bahwa apabila seseorang
menaruh minat terhadap sesuatu maka minatnya berfungsi sebagai pendorong
yang kuat untuk terlibat secara aktif pada objek yang menarik baginya. Dalam
hal ini layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok sebagai
salah satu komponen dalam meningkatkan minat membaca siswa.
Namun pada kenyataannya yang terjadi di SMK Marsudi Luhur I
Yogyakarta bahwa pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah belum berjalan
secara sempurna, sehingga proses layanan bimbingan dan konseling termasuk
di dalamnya bimbingan belajar belum dapat terlaksana secara menyeluruh dari
semua program yang telah direncanakan. Ada beberapa kemungkinan yang
menyebabkan belum sempurnanya pelaksanaan bimbingan dan konseling di
memahami secara benar akan pentingnya layanan bimbingan termasuk di
dalamnya yaitu layanan bimbingan belajar terutama pada siswa yang masih
dipengaruhi oleh minat membaca yang rendah. Secara umum minat membaca
dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa siswi dan
dengan guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa siswa
siswi tersebut menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sangat mudah untuk
dipelajari dan belum adanya kesadaran dari diri siswa untuk gemar membaca
terutama membaca pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa siswi menganggap
pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang membosankan dengan
metode belajar yang monoton sehingga banyak siswa merasa malas untuk
mempelajari dan siswa beranggapan bahwa siswa tidak memerlukan
bimbingan. Padahal banyak siswa yang belum menyadari bahwa dengan
membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru yang akan
semakin meningkatkan kecerdasannya.
Menurut pemaparan guru yang mengampu pelajaran Bahasa Indonesia,
di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta proses pembelajaran untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia hanya dilakukan dengan metode ceramah yang
didukung dengan pemberian tugas tanpa diselingi dengan metode yang lain.
Sedangkan, suatu pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika proses
pembelajaran itu dilakukan dengan beberapa metode seperti pembelajaran
pembentukan kelompok belajar agar siswa dapat bertanya dan berdiskusi
dengan teman satu kelompok.
Dengan berdiskusi dalam kelompok siswa dituntut lebih kritis, aktif
dan kreatif untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah belajar serta siswa
dibiasakan melibatkan diri di dalam kelompok dalam menghadapi dan
menyelesaiakan masalah belajarnya dan dapat membantu anggota kelompok
yang mempunyai masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kegiatan
membaca merupakan bagian dari proses belajar yang membangun pemahaman
baik dari teks yang tertulis maupun dari lingkungan belajar siswa.
Hal ini berarti kegiatan membaca berkaitan erat dengan bahan-bahan
bacaan, fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu, dapat
diperkirakan bahwa terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dan
cara mengajar yang bervariasi dengan minat membaca siswa. Siswa dalam
melakukan kegiatan membaca sangat membutuhkan dorongan, rangsangan,
motivasi dan penguatan. Pemberian penguatan membaca pada siswa akan
memberikan dampak positif, yaitu membuat siswa terdorong untuk
mengulangi kegiatan membaca secara kontinyu.
Guru pembimbing di sini diminta dapat lebih memperhatikan siswa
khususnya kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta untuk
memahami kesulitan siswa dan memecahkan masalah serta kesulitan belajar
yang dialami siswa dengan pemberian layanan bimbingan belajar yang
bertujuan agar siswa mudah mempelajari materi pelajaran dan meningkatnya
Bahasa Indonesia, karena minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK
Marsudi Luhur I Yogyakarta pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih
sangat rendah. Untuk itu peneliti dan kolabolator (guru BK) di sini akan
melakukan penelitian secara kolaborasi untuk menemukan cara yang tepat
dalam menerapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok
sehingga dapat meningkatkan minat membaca pada siswa kelas XI AP/AK
SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.
Di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum diterapkan bimbingan
belajar dengan teknik diskusi kelompok yang efektif untuk meningkatkan
minat membaca pada siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti
mengambil judul “Peningkatan Minat Membaca Pelajaran Bahasa Indonesia
melalui Layanan Bimbingan Belajar dengan Teknik Diskusi Kelompok pada
Siswa Kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang timbul yaitu.
1. Minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta
belum terlaksana dengan baik dan banyak faktor yang mempengaruhi.
2. Pelaksanaan bimbingan konseling di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta
belum berjalan dengan sempurna antara lain masih banyak personil
pentingnya layanan bimbingan, sehingga minat membaca siswa kelas XI
AP/AK masih sangat rendah.
3. Siswa siswi kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum
memiliki kesadaran dari diri siswa untuk gemar membaca terutama
membaca pelajaran Bahasa Indonesia, karena siswa siswi belum
menyadari bahwa dengan membaca dapat menambah pengetahuan dan
wawasan yang baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya.
4. Belum diterapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan minat membaca terutama pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI AP/AK SMK
Marsudi Luhur I Yogyakarta.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah minat membaca siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia masih sangat rendah sehingga upaya peningkatan
minat membaca tersebut dilakukan melalui layanan bimbingan belajar dengan
teknik diskusi kelompok pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta
pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut. ”Bagaimana proses layanan bimbingan belajar
dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca pada
siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan
layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dalam
meningkatkan minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I
Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling, dalam
bidang gerak bimbingan kelompok terutama yang berkaitan dengan
peningkatan minat membaca.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan bagi guru Bimbingan dan Konseling bahwa
pelayanan Bimbingan dan Konseling perlu ditingkatkan bagi setiap
dapat segera tertangani dan akhirnya ia dapat terlepas dari kesulitan
yang dihadapinya.
b. Menambah wawasan bagi guru Bimbingan dan Konseling tentang
layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah terhadap aspek belajar
secara kelompok, sehingga siswa akan berhasil dalam belajarnya.
c. Sebagai bahan pengetahuan pentingnya kegemaran membaca
sehingga siswa menyadari bahwa kegemaran membaca dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang baru
G. Devinisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu membatasi istilah yang
digunakan sehingga ruang lingkup penelitiannya jelas. Adapun istilah yang
perlu dibatasi adalah :
1. Minat membaca pelajaran bahasa Indonesia adalah gejala psikologis yang
menunjukkan bahwa adanya perhatian, kesenangan, memfokuskan pikiran,
dan ketekunan subjek terhadap objek tersebut yaitu pelajaran bahasa
Indonesia karena objek tersebut menarik untuk diperhatikan dan dapat
menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung pada objek tersebut
dan melakukan kegiatan dengan mengambil makna kata yang tertulis
melalui komunikasi antara pembaca dengan apa yang dibaca.
2. Layanan bimbingan belajar adalah merupakan bentuk kegiatan yang
dilaksanakan oleh konselor dan bekerjasama dengan seluruh personalia
kesulitan dalam belajarnya, agar siswa dapat mencapai kemampuan serta
hasil yang maksimal dalam belajar.
3. Diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok
yang melibatkan sekelompok orang dalam berinteraksi tatap muka di mana
setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat atau masukan, dan
menyumbangkan pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau
A. Tinjauan tentang Minat 1. Pengertian Minat
Slameto (2003:57) mengatakan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan
senang dan dari situ diperoleh kepuasan karena minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena
minat menambah dorongan untuk belajar.
Dewa Ketut Sukardi (1994:46) mengemukakan bahwa minat
adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan
campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan
kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada
suatu pilihan tertentu.
Sedangkan, pemaparan The Liang Gie (1995:130) minat
merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan suatu sikap batin dari dalam diri seseorang yang
merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang
tercipta dengan penuh kemauan dan perasaan senang yang timbul dari
dorongan batin seseorang. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat
bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan
pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
2. Pengertian Membaca
The Liang Gie (2002:61) mengemukakan bahwa membaca adalah
serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh
perhatian untuk memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan
kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya.
Jadi membaca bukan kegiatan mata memandang serangkaian kalimat
dalam bahan bacaan melainkan terutama adalah kegiatan pikiran
memahami suatu keterangan melalui indera penglihatan.
Mortiner Adler yang dikutip oleh The Liang Gie (2002:61)
mengemukakan bahwa membaca adalah proses penafsiran atau memahami
apa yang disajikan kepada indera dalam bentuk kata-kata atau tanda-tanda
lainnya yang dapat diserap pikiran. Sedangkan, Martinis Yamin
(2007:106) mengatakan bahwa membaca adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan
hasil pendapat, gagasan, teori-teori hasil penelitian para ahli untuk
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dari teks melalui
kegiatan pikiran dan memahami suatu makna melalui indera penglihatan.
Membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung
pada konteks. Orang senang membaca suatu teks yang bermanfaat akan
menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca
seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara
pembaca dan teks.
3. Pengertian Minat Membaca
Slameto (1995:180) mengatakan bahwa minat membaca adalah
minat yang melekat pada diri siswa untuk membaca dengan baik sebagai
hasil dari suatu respon psikis. Jadi, minat yang dimaksud adalah minat
untuk membaca sebagai respon yang diberikan dalam kapasitasnya sebagai
siswa yang dituntut untuk senantiasa membaca.
Lilawati Sandjaja (2005:48) mengartikan minat membaca adalah
suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang
terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk
membaca dengan kemauannya sendiri.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat
membaca dapat diartikan sebagai adanya perhatian dan keinginan yang
mendalam untuk melihat tulisan atau bacaan disertai perasaan senang agar
lebih mendalami apa yang diperoleh dari objek tersebut dengan melakukan
pembaca dengan apa yang dibaca. Minat mempunyai pengaruh yang besar
terhadap membaca, karena bila bahan bacaan atau tulisan yang akan
dibaca tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan
membacanya dengan sepenuh hati dan perasaannya, karena tidak ada daya
tarik dari bahan bacaan tersebut.
4. Ciri – Ciri Orang yang Mempunyai Minat Membaca
The liang Gie (2002:59) menyebutkan ciri-ciri orang yang
mempunyai minat membaca adalah.
1. Memiliki kebiasaan yang baik dalam membaca.
2. Dapat membaca secara cepat dan tepat.
3. Dapat menangkap dan memahami isi bahan bacaannya.
4. Seusai membaca dapat mengingat butir-butir gagasan utama dari bahan
bacaannya.
5. Merasa senang dengan aktivitas membaca.
LD Crow (Tri Wahyudi, 2002:22-23) ciri-ciri orang yang
mempunyai minat membaca adalah.
1. Memanfaatkan waktu luang untuk membaca.
2. Seusai membaca dapat mengambil inti sari dari bacaan tersebut.
3. Banyak mengoleksi buku-buku bacaan.
4. Meringkas hasil bacaan yang telah dibacanya.
Dari beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
orang yang mempunyai minat membaca adalah memanfaatkan waktu
gagasan utama dari bahan bacaannya, memiliki kebiasaan yang baik dalam
membaca, merasa senang dengan aktivitas membaca, dan banyak
mengoleksi buku bacaan.
5. Aspek-Aspek Minat Membaca
Hurlock (1992:4) mengatakan bahwa semua minat membaca
mempunyai dua aspek, yaitu.
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa
anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat.
Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal
yang diminati akan menguntungkan dan akan mendatangkan kepuasan
pribadi kepada siswa.
Aktifitas membaca contohnya, ketika seseorang melakukan
aktifitas membaca, tentu saja mengharapkan sesuatu yang akan didapat
dari proses membaca tersebut, sehingga seseorang yang memilki minat
membaca akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari
aktifitas membaca yang dilakukannya. Jumlah waktu yang
dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh
akibat membaca sehingga aktifitas membaca akan menjadi tetap.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep
yang menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap
kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi, dari
sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung terhadap
aktifitas yang diminati. Seseorang yang memiliki minat membaca yang
tinggi akaibat kepuasan dan manfaat yang didapatkan, serta mendapat
penguatan respon dari orang tua, kelompok dan lingkungan seseorang
tersebut akan sangat fokus pada aktifitas membacanya tersebut,
seseorang akan memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi
yang tinggi untuk membaca.
Pintrich & Schunk (1996:25) menyebutkan bahwa aspek minat
membaca adalah.
a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the
activity)
Perasaan suka atau tidak suka pada aktivitas membaca yang
menyebabkan seseorang akan tertarik secara keseluruhan dalam
sebuah aktivitas membaca.
b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas (spesifik preference for
or liking the activity)
Seseorang akan memutuskan secara pasti, hal apa yang disukainya
yang menyebabkannya tertarik secara keseluruhan dalam sebuah
aktivitas membaca.
c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of activity)
Seseorang akan memiliki perasaan senang terhadap aktivitas
d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu
(personal importance or significance of the activity to the
individual)
Seseorang akan menganggap bahwa aktivitas membaca yang
diminatinya memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting bagi
dirinya.
e. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choice of or participant in
the activity) seseorang yang memiliki minat membaca, tentu saja
akan turut berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Pintrich & Schunk (1996;27) telah mengukur minat dalam ciri
psikologi, yang kemudian dapat mengklasifikasikan tinggi atau
rendahnya minat terhadap objek yaitu sebagai berikut.
a. Melakukan kembali secara berulang-ulang. Seseorang dengan
minat membaca yang tinggi akan terus melakukan aktivitas
membaca secara berulang-ulang.
b. Menghabiskan banyak waktu dengan objek tersebut
dibandingkan dengan objek lain. Seseorang yang memiliki minat
membaca yang tinggi akan menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk aktivitas membaca dibandingkan dengan
aktivitas-aktivitas lainnya.
Berdasarkan beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan
bahwa aspek minat membaca meliputi aspek kognitif didasari pada
dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminati,
sikap umum terhadap aktivitas membaca, pilihan spesifik untuk
menyukai aktivitas membaca, merasa senang dengan aktivitas
membaca, mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktivitas
membaca, membaca memiliki nilai yang lebih dan memiliki arti
penting bagi seseorang, memperoleh manfaat ketika melakukan
aktivitas membaca, membaca memiliki nilai lebih dan memiliki arti
penting bagi seseorang, memperoleh manfaat ketika melakukan
aktivitas membaca, melakukan aktivitas membaca secara
berulang-ulang.
6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada hakekatnya adalah merupakan sebab akibat dari pada
pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada sesuatu kegiatan
yang akan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang
sama. L.D Crow and Alice (Tri Wahyudi,2002:10-11) menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat.
a. The factor inner urge adalah rangsangan yang datang dari lingkungan
atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan
seseorang akan mudah menimbulkan minat.
b. The factor of social motive adalah minat seseorang terhadap obyek atau
sesuatu hal, disamping hal dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
c. Emotional factor adalah faktor perasaan dan emosi mempunyai
pengaruh terhadap obyek misal perjalanan sukses yang dipakai individu
dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang
dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan
tersebut.
Minat bukan merupakan suatu hal yang didapat sejak lahir namun
minat merupakan suatu keseluruhan yang dapat berubah-ubah karena sejak
kecil minat anak itu selalu mengalami perubahan. Menurut Sri Hidayati
(2004:18-20) faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang
dapat mempengaruhi minatnya.
Contoh : lingkungan sekitar tampat belajar, sarana, prasarana, dan
fasilitas yang digunakan dalam belajar.
b. Faktor Internal
Faktor internal yaitu segenap pikiran emosi dan persoalan dari dalam
diri seseorang yang mempengaruhi minat sehingga tidak dapat
dipusatkan.
Contoh : minat, ingatan, motivasi, dan kemauan.
Berdasarkan beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi minat adalah rangsangan yang datang dari
lingkungan ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan seseorang, minat
dari dalam diri manusia dan juga dipengaruhi oleh motif sosial, perasaan
dan emosi mempunyai pengaruh terhadap sesuatu kegiatan tertentu yang
dapat membangkitkan perasaamn senang, faktor yang berasal dari luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya, dan faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya.
7. Macam Minat
M.Buchori (1991:136) menyebutkan minat dapat dibedakan
menjadi 2.
a. Minat primitif yaitu minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan
makan, minum, dan bebas bergaul. Jadi pada minat ini meliputi
kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan
dorongan untuk mempertahankan organisme,
b. Minat kultural dapat disebut juga sebagai minat sosial yang berasal atau
diperoleh dari proses belajar. Jadi minat kultural ini lebih tinggi
nilainya dari pada minat primitif.
Pasaribu (1993:52) menyebutkan minat dibedakan menjadi 2.
a. Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada
suatu saat dan ruangan yang konkrit,
b. Minat disposisional atau arah minat yang dasarnya pembawaan
(disposisi) akan menjadi ciri sikap hidup seseorang.
Dari beberapa penjabaran di atas dapat diketahui macam-macam
minat yaitu minat primitif, minat kultural, minat aktual, dan minat
8. Peningkatan Minat
Amin Hamzah Nasution (1993:47) mengemukakan 5 cara
meningkatkan minat yaitu.
a. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu dari diri seseorang yang mendorong untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Cara menimbulkan
dorongan bisa melalui penerangan segi-segi yang baik terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita ataupun apa yang diharapkan,
b. Training
Tugas setiap melakukan latihan adalah mengingatkan kembali
semangat untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan serta
memperbaiki adanya masalah-masalah untuk dapat berbuat lebih
baik lagi,
c. Rangsangan dari luar juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk
membangkitkan minat,
d. Menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan agar selalu
sadar untuk berminat,
e. Kebiasaan dengan cara membiasakan diri untuk melakukan kegiatan
Sedangkan, Evita Singgih (2006:88) mengatakan ada 3 cara untuk
meningkatkan minat yaitu.
a. Pemberian Ganjaran
Pemberian ganjaran untuk memperkuat perilaku individu. Prinsip
dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa
kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif, yang
dapat dipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang
disenangi. Melalui pemberian ganjaran ini, maka seseorang dapat
mengembangkan minat bacanya secara berkelanjutan,
b. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran sebagai sesuatu yang hendak dicapai, misalnya
menyelesaikan tugas suatu mata pelajaran tepat pada waktunya, lulus
dalam ujian. Makin jelas dan spesifik sasaran yang hendak dicapai,
maka akan lebih besar kemungkinan untuk mencapainya. Selain itu,
perlu adanya penetapan prioritas yang hendak dicapai,
c. Penataan Lingkungan
Yang dimaksud dengan penataan di sini termasuk lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Agar dapat menciptakan minat baca,
perlu memperhatikan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Lingkungan fisik berkaitan dengan tempat atau ruang baca termasuk
sarana yang lainnya. Pada ruangan ini perlu tersedia meja, kursi yang
nyaman, rak buku, penerangan yang cukup, dan bukan merupakan
Lingkungan fisik dan sosial yang tidak mendukung terlaksananya
kegiatan membaca, tidak dapat menimbulkan minat baca seseorang.
Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat
ditingkatkan dengan cara memberikan motivasi, memberikan training,
memberikan rangsangan dari luar yang dapat meningkatkan minat,
menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan, membiasakan
diri untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan minat, pemberian
ganjaran untuk memperkuat perilaku individu, penetapan sasaran sebagai
sesuatu yang hendak dicapai, dan penataan lingkungan yang mendukung
agar dapat menimbulkan minat seseorang.
B. Tinjauan tentang Pelajaran Bahasa Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa pemerintah
daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, pasal 11 ayat (1) juga menyatakan bahwa pemerintah daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara.
1. Fungsi tentang Pelajaran Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan Nasional (2006:471) Bahasa Indonesia
merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai
kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan pendekatan dan
fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan
aspek kinerja atau ketrampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah
pendekatan komunikatif. Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama
bahasa adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat untuk membina
hubungan interpersonal. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi
pemakaian. Bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi
daripada sebuah sistem ilmu. Pada sisi lain bahasa Indonesia merupakan
salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana
kreativitas.
2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan Nasional (2006:471) ruang lingkup mata
pelajaran Bahasa Indonesia mencakup.
a. Kemampuan mendengarkan, berbicara, dan menulis,
b. Keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis,
c. Kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa, linguistic
(kebahasaan), sosiokultural, strategi, dan kompetensi wacana,
d. Pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia sebagai
3. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa digunakan oleh seluruh penduduk di dunia sebagai salah
satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa kita
dapat menyampaikan informasi, pendapat, perasaan, pikiran kita kepada
orang lain.
Pusat Kurikulum dalam Prananto Sukmajaya (2008: 35)
mengemukakan pengertian bahasa Indonesia yaitu “Bahasa Indonesia
merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,
perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kebudayaan.”
Hal tersebut senada dengan pendapat dari Departemen Pendidikan
Nasional (2006:472) yang mengemukakan bahwa “Bahasa Indonesia
merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Pengertian
berkomunikasi dimaksudkan untuk memahami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa tersebut.
Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah
kemampuan berwacana”.
Penulis menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu
cara untuk dapat berkomunikasi pada orang lain baik secara lisan maupun
secara tulisan, dengan mengungkapkan berbagai informasi yang dimiliki,
C. Tinjauan tentang Layanan Bimbingan Belajar 1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar perlu didukung oleh adanya
bimbingan belajar dari guru, bagaimanapun juga siswa perlu diberi
dorongan semangat dan perlu dibantu untuk memperoleh hasil yang baik
dalam belajar. Bimbingan belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri serta mengambil
manfaat dari kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa dapat
mencapai kemampuan yang maksimal dalam belajar sebagaimana
dikemukakan oleh Saring Marsudi (2003:104) bahwa bimbingan belajar
adalah kegiatan bimbingan yang bertujuan membantu siswa dalam
mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
Singgih Gunarsa dalam Abu Ahmadi dan Widodo (2004:109)
mengatakan bahwa yang memberikan penjelasan secara lebih rinci bahwa
bimbingan belajar diartikan suatu proses bantuan kepada anak didik yang
dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami
dirinya sendiri sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku
yang wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
Melihat arti penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi
keberhasilan studi siswa, maka di institusi pendidikan harus dilaksanakan
bimbingan belajar dengan baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
rinci bahwa bimbingan belajar atau akademik adalah bimbingan dalam hal
menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang
sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut bimbingan belajar mempunyai arti
yang sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar yaitu
membantu siswa menemukan cara belajar yang tepat, memilih program
studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran-kesukaran dalam belajar.
Abu Ahmadi & Widodo (2004: 112) mengatakan bahwa pelayanan
bimbingan belajar adalah suatu layanan untuk membantu murid-murid
yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi
belajar yang dihadapinya.
Semakin nampak jelas bahwa bimbingan belajar tidak dapat
dilepaskan dari usaha membantu siswa mengatasi problem-problem
belajar yang dihadapinya, agar siswa dapat mencapai kemampuan belajar
yang optimal.
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan belajar di atas peneliti
dapat menyimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan suatu bentuk
kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor dan bekerja sama dengan
seluruh personalia pada suatu sekolah, dalam rangka memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, agar
yang sesuai dan mencapai kemampuan serta hasil yang maksimal dalam
belajar.
2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar
Dewa Ketut Sukardi (2002: 10) mengatakan bahwa tujuan layanan
bimbingan belajar adalah membantu murid-murid agar mendapat
penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, agar dapat melaksanakan
ketrampilan atau teknik belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan
dan perencanaan pendidikan, mampu belajar secara efektif, mampu
memilih ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi ujian dan dapat
mencapai perkembangan yang optimal.
Abu Ahmadi & Widodo (2004: 111) mengemukakan tujuan
bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar
mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar sehingga
murid-murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.
Abu Ahmadi & Widodo (2004: 111) juga mengemukakan tujuan
pelayanan bimbingan belajar secara lebih rinci yaitu.
a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang
anak atau kelompok anak,
b. Menunjukkan cara-cara mempelajari materi pelajaran yang sesuai dan
menggunakan buku pelajaran,
c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan
d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan
ujian,
e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,
cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan,
f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi
tertentu,
g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya,
h. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran
di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karirnya di masa
depan.
Berdasarkan beberapa tujuan layanan bimbingan belajar yang telah
disampaikan di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa tujuan dari
pelayanan bimbingan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh
konselor atau guru pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan di dalam memasuki proses belajarnya agar siswa dapat mencapai
kemampuan serta keberhasilan belajar yang maksimal. Melihat arti
penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi keberhasilan studi, maka
tanggung jawab bersama seluruh personalia sekolah yang bertujuan untuk
membantu siswa menemukan cara belajar yang menyenangkan dan
memanfaatkan waktu luang utuk membaca buku sehingga dalam diri siswa
3. Fungsi Bimbingan Belajar
Achmad Juntika Nurihsan (2005: 15) menyebutkan fungsi
bimbingan antara lain.
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik,
b. Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih
jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya,
c. Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas-petugas di sekolah,
khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai para peserta didik, guru pembimbing atau konselor dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola memilih materi pelajaran yang tepat maupun dalam mengadaptasikan bahan pelajaran kepada kecepatan dan kemampuan peserta didik,
d. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangnya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan.
Bimbingan merupakan cara dalam membantu murid dalam
mengatasi masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan
pendidikan dan pengajaran. Abu Ahmadi dan Widodo (2004:118)
mengatakan bahwa fungsi bimbingan adalah.
a. Preservatif : memeliuhara dan membina suasana dan situasi yang
baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya
mengajar,
b. Preventif : mencegah sebelum terjadinya masalah,
c. Kuratif : mengusahakan penyembuhan pembentukan dalam
d. Rehabilitasi : mengadakan tindak lanjut sesudah diadakan treatment
yang memadai
Penulis dapat menyimpulkan fungsi bimbingan belajar sebagai
fungsi pemahaman yaitu menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
mengenai pengembangan peserta didik; fungsi penyaluran yaitu membantu
siswa memilih jurusan sekolah, jenis sekolah yang sesuai baginya; dan
fungsi pengadaptasian yaitu membantu mengadaptasikan program sekolah
terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik; fungsi
penyesuaian yaitu membantu siswa menemukan penyesuaian pribadi
dalam perkembangannya secara optimal. Dalam penelitian ini, peneliti
mengacu pada fungsi penyesuaian. Fungsi penyesuain tersebut
dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam menemukan cara
belajar yang baik sesuai dengan dirinya.
4. Bidang Bimbingan Belajar
Dewa Ketut Sukardi (2008: 56-57) menyatakan bahwa bidang
bimbingan belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut.
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian, b. Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok,
c. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian,
d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri,
Selain itu W.S Winkel Dan M.M Sri Hastuti (2004: 116-117)
juga menyatakan bahwa suatu program bimbingan di bidang belajar akan
memuat unsur-unsur sebagai berikut.
a. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan
institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan,
b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara kelompok,
c. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih
beraneka kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
d. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual,
bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup; pengumpulan data tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan di surat kabar, dan sebagainya,
e. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti
kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat diberbagai bidang studi, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain sebagainya,
f. Bantuan dalam bentuk hal membentuk berbagai kelompok belajar
(kelompok tentor) dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.
Penulis menyimpulkan bidang bimbingan belajar yaitu
pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien,
pemantapan sistem belajar dan berlatih, pemantapan penguasaan materi
pelajaran di sekolah, pemantapan pemahaman dan pemanfaatan
lingkungan sekitar dalam rangka pengembangan diri siswa, dan
5. Langkah-langkah dalam Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan kepada
siswa dalam usaha mencegah dan mengatasi dalam kesulitan dalam
belajar. Saring Marsudi (2003:109-112) menyebutkan langkah-langkah
dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi Kasus
Pada dasarnya langkah ini dilakukan untuk menentukan siswa
baik perorangan maupun kelompok yang dikategorikan mengalami
kesulitan belajar dan memerlukan layanan bimbingan belajar. Usaha
ini dapat ditempuh dengan cara memanggil atau suka rela siswa yang
mengalami kesulitan belajar datang sendiri kepada pembimbing agar
siswa secara sukarela datang tanpa harus dipanggil, maka lebih awal
program bimbingan disosialisasikan dulu kepada siswa sehingga
keberadaan bimbingan dan konseling difahami siswa secara
keseluruhan.
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui
masalah kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa secara tuntas,
karena kegiatan ini termasuk layanan bimbingan belajar maka dalam
langkah ini menganalisis tentang :
(a) Kesulitan belajar itu dalam bidang studi.
c. Diagnosis
Langkah diagnosis adalah langkah awal untuk menganalisis
berbagai kemungkinan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan belajar. Untuk diagnosis diperlukan sarana seperti
angket, tes, wawancara, dokumentasi, observasi, dan home visit.
d. Prognosis
Yang dimaksud dengan prognosis ialah suatu estimasi atau
perkiraan apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa itu masih
mungkin untuk diatasi dan kemungkinan alternatif pencegahannya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah.
1) Untuk menentukan kemungkinan yang dapat diatasi atau tidak
harus mengacu pada faktor penyebab kesulitan siswa.
2) Apabila permasalahan itu di luar kewenangan petugas bimbingan
di sekolah maka dapat dilakukan upaya referal. Oleh sebab itu
sekolah harus bekerjasama dengan lembaga lain dalam upaya
kegiatan layanan bimbingan secara profesional.
3) Perlu disusun atau direncanakan bentuk dan mekanisme pemberian
bantuan dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa.
4) Kemungkinan alternative bentuk layanan bimbingan belajar antara
lain : layanan konseling, remedial teaching, bimbingan kelompok
5) Case conference
Kegiatan ini dilakukan dengan sharing langsung dan tanya
jawab seputar permasalahan dalam belajar yang dihadapi oleh
siswa tersebut dan dalam hal ini bersama-sama langsung
menuntun siswa untuk menemukan jalan keluar permasalahan
tersebut.
e. Pemecahan Masalah (treatment)
Pada dasarnya langkah ini ialah penerapan atau pelaksanaan
yang telah dirumuskan pada langkah prognosis. Apabila langkah
prognosis telah dirancang secara jelas maka pelaksanaan langkah
pemecahan masalah akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila
langkah prognosis itu masih belum jelas dan tidak benar secara
profesional maka pelaksanaan pemecahan masalah juga akan terjadi
kesulitan bahkan hasilnya tidak memuaskan.
f. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Langkah ini adalah mengevaluasi hasil pemberian bantuan atau
bimbingan kesulitan belajar yang telah dilakukan pada langkah
treatment. Ada beberapa kemungkinan hasil evaluasi : adanya
peningkatan menjadi lebih baik artinya permasalahan teratasi, sama saja
artinya sebelum dan sesudah diberikan bimbingan tidak ada perubahan,
hasilnya lebih jelek dibanding sebelum diberikan bimbingan artinya
Atas dasar hasil evaluasi inilah diperlukan tindak lanjut
layanan bimbingan. Tindak lanjut yang dilakukan adalah :
(1) Jika ada perubahan peningkatan maka hal ini perlu dipertahankan
artinya jangan sampai kondisi mendorong timbulnya kembali
permasalahan siswa.
(2) Apabila hasilnya sama saja maka perlu diulang kembali kualitas
pemberian bimbingan belajar.
(3) Apabila tidak berhasil maka perlu diulang kembali
langkah-langkah pemberian bantuan belajar secara profesional dan perlu
dicari analisis yang tepat tentang jenis masalahnya, faktor
penyebab, dan pelaksanaan pemberian bimbingan.
Abin Syamsuddin Makmun (2002:284-289) menyebutkan
langkah-langkah dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi Kasus
Pada langkah ini ada beberapa siswa secara sukarela datang
atau bertanya kepada guru pembimbing untuk memperoleh bantuan
pemecahan masalah atau kesulitan dalam belajar yang dirasakannya,
maka lebih awal program ini disosialisasikan dahulu kepada siswa
sehingga siswa mengetahui akan arti penting layanan bimbingan
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini ditujukan kearah menjawab pertanyaan secara
umum permasalahan yang dialami individu atau kelompok individu
yang menyangkut bidang pendidikan, perencanaan, karir, atau
jabatan.
c. Diagnosis
Langkah diagnosis adalah langkah untuk menganalisis atau
untuk memperoleh informasi atau data yang relevan mengenahi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.
d. Mengadakan Prognosis
Suatu perkiraan yang mana masalah yang dihadapi siswa
dapat terpecahkan atau tidak dan berapa lama dan dengan cara apa
masalah yang dihadapi siswa masih mungkin untuk diatasi.
e. Melakukan Tindakan Remedial
Dilakukan apabila prognosanis telah dirancang secara jelas
dan masalah tidak bisa terselesaikan dengan baik maka selayaknya
guru membuat tindakan referal kepada para ahli yang kompeten
dalam bidang tersebut.
f. Evaluasi dan Follow Up
Usaha bantuan remedial itu dilakukan oleh guru
pembimbing yang bersangkutan hendaknya meneliti seberapa jauh
pengeruh tindakan remedial itu telah menunjukkan efek atau
dilakukan tindakan mengevaluasian dari hasil pemberian bantuan
yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.
Berdasarkan beberapa penjabaran di atas langkah-langkah
dalam bimbingan belajar di atas adalah identifikasi kasus,
identifikasi masalah, diagnosis, pemecahan masalah, dan yang
terakhir evaluasi dan follow up.
D. Tinjauan tentang Layanan Diskusi Kelompok 1. Pengertian Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok menurut Sudjana (2005:99) adalah
pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan diantara 2 orang
peserta didik atau lebih tentang poko topik bahasan tertentu, dan dipimpin
oleh seseorang pemimpin diskusi.
Dewa Ketut Sukardi (2008:220) mengatakan bahwa diskusi
kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih yang bertujuan
untuk saling tukar pengalaman dan pendapat dan biasanya menghasilkan
suatu keputusan bersama. Jadi dalam diskusi kelompok ada unsur-unsur:
1) percakapan orang-orang yamg bertemu, 2) tujuan yang ingin dicapai, 3)
proses saling tukar pengalaman dan pendapat, 4) keputusan atau
kemufakatan bersama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka dimana setiap
pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna
pemecahan suatu masalah atau pengambilan keputusan.
2. Tujuan Diskusi Kelompok
Sudjana (2005:100) mengemukakan tujuan diskusi kelompok
adalah untuk tukar menukar informasi tentang topik yang dibahas
sehingga dapat dicapai kesamaan kecocokan dan kesepakatan pikiran
diantara peserta didik. Kesamaan pikiran ini penting dalam menentukan
persetujuan atau kesimpulan tntang gagasan yang bisa diambil atau
tindakan yang akan dilakukan yang berkenaan dengan topik yang
dibicarakan.
Secara umum diskusi kelompok merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk membahas atau membantu memecahkan suatu masalah.
Hal ini sependapat dengan pendapat Roestiyah N. K (2001:6) yang
menyatakan bahwa diskusi kelompok bertujuan untuk.
a. Mendorong siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk
memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang
lain. Jadi siswa dilatih untuk memecahkan masalah sendiri.
b. Melatih siswa agar mampu menyatakan pendapatnya secara lisan
karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis.
c. Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam
Dewa Ketut Sukardi (2008: 221-222) mengatakan bahwa tujuan
diskusi kelompok adalah.
a. Siswa memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan
pembimbing diskusi. Pengalaman yang baik maupun buruk dan
pendapat dari teman, banyak membantu perkembangan pribadi
siswa.
b. Membangkitkan motivasi dan semangat siswa untuk melakukan
sesuatu tugas. Bila siswa mula-mula enggan mengerjakan sesuatu
tugas, misalnya membuat ringkasan tentang isi bacaan setelah
diskusi tentang manfaat membuat ringkasan, maka timbul minat dan
kemauan untuk membuat ringkasan. Begitu juga terhadap hal-hal
yang semula ditolak, kurang diminati, kurang dipahami, bahkan
mungkin yang semula dibenci dapat berubah untuk dicintai dan
dikerjakan.
c. Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, mampu
melakukan analisis dan sintesis atas data atau informasi yang
diterimanya. Dalam diskusi siswa memperoleh berbagai informasi
yang mungkin saling bertentangan, berhubungan, atau saling
menunjang. Siswa secara bertahap akan mampu menanggapi secara
kritis dan lambat laun mampu membuat analisis serta mensistesiskan
informasi yang diterimanya.
d. Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk
siswa dibimbing untuk berani dan terampil menyampaikan
pengalaman dan gagasannya secara teratur, sehingga mudah
dipahami orang lain.
e. Membiasakan kerja sama di antara siswa.
Diskusi pada hakikatnya kerja sama dalam mengumpulkan dan
tukar-menukar pengalaman serta gagasan. Melalui diskusi, siswa
dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat
orang lain, dan menerima keputusan bersama.
Penulis menyimpulkan bahwa tujuan diadakan diskusi kelompok
yaitu siswa mendapatkan informasi yang berharga dari teman dan
pembimbingnya, dapat membangkitkan motivasi dan semangat
mengerjakan tugas, mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
mengembangkan keterampilan dan keberanian peserta diskusi kelompok
untuk mengemukakan pendapatnya, dan dapat membiasakan kerjasama
diantara siswa.
3. Ciri - Ciri Diskusi Kelompok
Dewa Ketut Sukardi (2008: 228-229) menyebutkan ciri-ciri
diskusi kelompok yang dilihat dari segi hasil dan prosesnya adalah :
1. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah.
a. Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.
b. Ada keputusan yang dapat direalisasikan, Makin banyak keputusan
yang dapat direalisasikan makin efektiflah diskusi itu.
d. Semua peserta diskusi menerima dan menghormati keputusan
diskusi.
2. Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif ialah :
a. Semua peserta mengambil bagian secara aktif, pemimpin dan
semua anggota sama-sama aktif.
b. Pertentangan dan pendapat dan ketegangan dapat diatasi, sebelum
diskusi selesai.
c. Diskusi memberikan keputusan emosional (rasa puas) diantara
anggotanya, keinginan untuk diskusi lagi, dan hubungan yang lebih
akrab setelah diskusi.
d. Ketrampilan para siswa sebagai anggota atau pemimpin diskusi
makin bertambah. Hal ini dapat dilihat pada kesempatan diskusi
berikutnya atau dalam percakapan sehari-hari.
W.Gulo (2004:127-129) menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok
ialah:
1. Interaksi
Anggota suatu keolompok terikat pada pembicaraan tertentu.
Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menimbulkan komunikasi
ini terjadi dalam bentuk tatap muka. Di dalam diskusi kelompok agar
terjadi interaksi yang baik seseorang yang berbicara ysng lsin
2. Tujuan
Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersama yang jelas,
tanpa tujuan yang jelas maka diskusi kelompok tidak akan berjalan
dengan semestinya menyebabkan kurangnya motivasi diantara
anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan.
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi
dapat berpindah dari satu ke yang lain. Fungsi kepemimpinan ini
dapat berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus
pembicaraan dalam kelompok dan seharusnya kepemimpinan suatu
kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota-anggota kelompok
itu sendiri.
4. Norma
Setiap anggota dalam kelompok terikat dengan norma-norma
tertentu. Umumnya norma-norma tersebut harus ditaati oleh anggota
kelompok seperti tidak berbicara keras-keras, tidak boleh melarang
orang lain berbicara keras-keras.
5. Emosi
Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan
emosi tertentu. Rasa bosan, emosi, kecewa, senang semuanya bisa
terjadi jika setiap orang aktif di dalam kelompok. Untuk membina
perasaan-persaan positif setiap anggota kelompok harus mengakui
perasaan yaitu persaan individual dan perasaan kelompok. Suatu
kelompok bisa merasa frustasi karena tidak mencapai tujuan yang
diharapkan, gejala seperti ini menunjukkan bahwa kelompok belum
bekerja secara fungsional.
Penulis menyimpulkan ciri-ciri diskusi kelompok yang efektif yaitu
seluruh anggota kelompok berperan aktif mendiskusikan pemecahan suatu
masalah sehingga dari hasil diskusi kelompok adanya keputusan dari
penyelesaian masalah tersebut.
4. Langkah-langkah dalam Diskusi Kelompok
Suprihadi Saputro, dkk (2000: 184-185) menyebutkan langkah –
langkah diskusi kelompok, antara lain.
a. Merumuskan masalah secara jelas.
b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok –
kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi kelompok.
Tugas pimpinan diskusi yaitu:
a) Mengatur dan mengarahkan diskusi. b) Mengatur “lalu-lintas” pembicaraan.
c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu
persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan
Diskusi kelompok yang baik disusun dengan langkah-langkah yang
terstruktur. Hal ini digunakan untuk memudahkan proses berlangsungnya
diskusi kelompok. Supriyadi Saputro, Zainal Abidin dan I Wayan Sutama
(2000:184-185) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam diskusi
kelompok adalah.
a. Merumuskan masalah secara jelas.
b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi. c. Melaksanakan diskusi, setiap diskusi hendaknya tahu persis apa yang
akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tau bahwa mereka mempunyai hak berbicara yang sama.
d. Melaporkan hasil diskusi.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan
hasil laporan diskusi kelompok.
Berbeda dengan pendapat di atas, Hasibuan dan Mo