• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT MEMBACA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI AP/AK SMK MARSUDI LUHUR I YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MINAT MEMBACA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI AP/AK SMK MARSUDI LUHUR I YOGYAKARTA."

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

P JUR Diaj Un Guna PROGRAM RUSAN PS F UNIV YO ukan kepada Universita ntuk Memen a Memperole Agath NIM

M STUDI BI IKOLOGI AKULTAS VERSITAS N SEPT GYAKART SKRIPSI

a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj

Oleh : a Dita Krist M. 051042440

IMBINGAN PENDIDIK S ILMU PEN

NEGERI Y TEMBER 2 TA lmu Pendidik gyakarta n Persyarata jana Pendidi tsada 073

N DAN KON KAN DAN B

(2)
(3)
(4)
(5)

( penulis )

Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan selama itu baik untukmu dan dapat

(6)

kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang serta pengorbanannya

yang tiada henti serta doa yang tulus untuk keberhasilan hidupku. Maaf jika

harus menunggu lama hanya untuk melihat sebagian dari keberhasilanku.

2. Almamater FIP UNY

(7)

MARSUDI LUHUR I YOGYAKARTA Oleh :Agatha Dita Kristsada

05104244073

Penelitian ini berlatar belakang pada banyaknya siswa siswi yang menunjukkan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) dengan subjek penelitian siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta yang berjumlah 18 siswa yaitu kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dimulai pada tanggal 19 Mei dan berakhir pada tanggal 19 Agustus 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah berupa data deskriptif kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 6 tindakan. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan siswa berpartisipasi sangat aktif dan tekun pada saat kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok, siswa dapat mengerjakan tugas dengan sangat baik, siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan sangat aktif, dan terlihat siswa sangat senang dengan kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

(8)

tiada henti melimpahkan segala rahmat, nikmat, dan hidayahNya sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Keberhasilan yang penulis capai dalam penyusunan skripsi ini sejak awal sampai

dengan tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan

uluran tangan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin untuk

mengadakan penelitian, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. A. Aryadi Warsito, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Farida Agus Setyawati, M.Si selaku dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis

(9)

Yogyakarta yang telah memberikan ijin pada penelitian ini.

7. Kedua adikku terima kasih atas doa, dukungan, serta canda tawa kalian yang

bisa membuat kakak bahagia.

8. Semua keluargaku yang telah memberikan doa serta motivasi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Adik-adikku di kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta selaku

subjek penelitian yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005 terima kasih atas kebersamaan

dan kekompakan yang kita jalani sekian lama sangatlah berharga untukku.

11. Semua pihak yang telah menyertakanku dalam setiap doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis

berharap skripsi ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan para pembaca pada

umumnya.

Yogyakarta, Agustus 2010

(10)

PENGESAHAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

iv v vi vii viii x xii xiii xiv

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional ...

1 1 7 8 9 9 9 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Tinjauan Tentang Masalah Minat ... 1. Pengertian Minat ... 2. Pengertian Membaca ... 3. Pengertian Minat Membaca ... 4. Ciri-ciri Orang Yang Mempunyai Minat Membaca ... 5. Aspek-aspek Minat Membaca ... 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat ... 7. Macam-macam Minat ... 8. Peningkatan Minat ………... B. Tinjauan Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ...

1. Fungsi Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ………...

2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia ………...

3. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia ………...

C. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Belajar ...

1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar ………..

2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar ………...

3. Fungsi Bimbingan Belajar ………...

4. Bidang Bimbingan Belajar ………..

5. Langkah-langkah Dalam Bimbingan Belajar ………..

(11)

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok ………..

6. Keuntungan Metode Diskusi Kelompok ……….

7. Kelemahan Metode Diskusi Kelompok ………..

E. Kerangka Berfikir ………... F. Hipotesis Tindakan ……….

47 53 54 55 57

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Pendekatan Penelitian ... B. Subjek dan Objek Penelitian ... C. Tempat Dan Waktu Penelitian ... D. Desain Penelitian ... E. Rencana Tindakan …... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H.Teknik Analisis Data ...

58 58 59 59 60 60 65 67 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Hasil Penelitian ... B. Deskripsi Subjek Penelitian ... C. Deskripsi Langkah Sebelum Penelitian ... D. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan ... E. Pembahasan Hasil Penelitian ... F. Keterbatasan penelitian ...

73 73 74 74 82 103 108

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...

110 110 110

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ………

(12)

Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok ……….. 67

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Layanan Bimbingan Belajar

(13)
(14)

Tindakan 1 …... 117 Lampiran 3. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan

Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 2 .…... 119 Lampiran 4.

Lampiran 5.

Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 2 …... Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 3 .…...

121

123 Lampiran 6.

Lampiran 7.

Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 3 …… Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 4 .…...

125

127 Lampiran 8. Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 4 …… 129

Lampiran 9. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan

Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 5 .…... 131 Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31.

Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 5…… Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 6 .…... Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 6…… Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RA ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial EOVS ……… Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RIAA ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial VKS ……….. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RTAS ………... Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial DP ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial SPRH ……… Hasil Wawancara dengan Guru Pembimbing ……… RPP pada Tindakan 1 ………. RPP pada Tindakan 2 ………...………….. RPP pada Tindakan 3 ………... RPP pada Tindakan 4………...…………... RPP pada Tindakan 5 ………. RPP pada Tindakan 6 ………...……….. Lembar Pedoman Wawancara ………... Foto Kegiatan ………. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ……….. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah DIY ………. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ………

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam segala hal baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi,

maupun kebudayaan merupakan faktor yang paling menentukan. Hanya

manusialah yang mampu menggali, mengembangkan dan mengontrol ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, tepatlah bila salah satu tujuan pembangunan

adalah untuk mencerdaskan bangsa. Untuk dapat mencerdaskan bangsa maka

terlebih dahulu harus dibentuk masyarakat belajar. Tidjan (Anik Tri Rahayu,

1991:1) mengatakan bahwa masyarakat belajar baru dapat tercapai apabila

masing-masing warganya memiliki minat membaca.

Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini baik di negara maju

maupun di negara yang sedang berkembang minat membaca sangat

memegang peranan penting di dalam kehidupan. Keberhasilan dalam belajar

sebagian besar ditunjang oleh minat membaca. Seorang pelajar yang tidak

berminat untuk membaca mustahil akan menjadi orang yang berhasil.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk

dilaksanakan para siswa karena dengan membaca siswa akan mengetahui

berbagai pengetahuan yang sangat berguna untuk mensukseskan belajarnya.

Dengan membaca, siswa dapat menyesuaikan diri dalam kehidupannya dan

juga menyelesaikan masalah-masalah di sekolah bahkan dapat menunjang

keberhasilan belajarnya yang kelak bermanfaat dan berguna untuk masa yang

(16)

Pernyataan tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh

EP.Hutabarat (Anik Tri Rahayu, 1999:2). Semakin banyak ragam pengalaman

yang dimiliki mengenahi sesuatu bahan pelajaran, semakin berhasil dalam

mempelajari dan menguasainya. Pengalaman ini diperoleh dari membaca dari

berbagai sumber, banyak menulis, banyak mengamati, banyak

mempraktekkan, dan banyak memecahkan masalah mengenai pelajaran yang

ingin dikuasai. Pernyataan tersebut cukup memberikan penegasan bahwa

untuk maju dan berkembang menuju manusia Indonesia yang berkualitas

seseorang harus menaruh minat yang besar terhadap aktivitas membaca.

Dalam kenyataannya minat membaca siswa masih belum berkembang secara

optimal atau dapat dikatakan sedang-sedang saja.

Tidjan (Anik Tri Rahayu, 1999:3) mengatakan bahwa secara nasional

minat membaca masyarakat Indonesia belum berkembang dan banyak faktor

yang mempengaruhi, pertama budaya kita bukan budaya membaca tetapi

budaya bicara dan masyarakat pada umumnya belum peka menerima

informasi, kedua adanya sikap orang tua yang kurang memotivasi anak di

dalam belajar, ketiga lingkungan yang kurang mendukung baik itu di rumah

maupun di sekolah. Selain itu juga bisa disebabkan oleh sarana bacaan yang

terbatas seperti perpustakaan sekolah yang kurang mendukung.

Dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya inilah pendidikan

dipandang mempunyai peranan yang sangat penting, melalui pendidikan

manusia dipandang sebagai pengembang tugas dan dituntut untuk selalu

(17)

oleh tantangan perkembangan jaman. Kini disadari bahwa pendidikan

memegang peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia.

Pendidikan merupakan kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi

kemampuan kepribadian dan kehidupan individu.

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat komplek karena

pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan faktor ektern

seperti kemauan, motivasi, ingatan, minat, sarana dan prasarana atau fasilitas

yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar khususnya untuk peningkatan

minat membaca. Secara umum agar belajar dapat berhasil dengan maksimal

diperlukan kegiatan bimbingan belajar di samping itu juga minat membaca

para siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan bimbingan belajar adalah salah satu

bentuk layanan bimbingan dalam belajar yang bertujuan untuk membantu para

siswa dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

belajar.

Sejalan dengan pernyataan tersebut bidang bimbingan dan konseling

memiliki kewajiban yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa dalam

belajar, termasuk dalam meningkatkan minat membaca. Pengalaman

menunjukkan bahwa selama ini masih banyak siswa yang menganggap guru

Bimbingan dan Konseling adalah orang yang menakutkan, selalu mencari-cari

kejelekan masalah belajarnya. Selain itu rendahnya minat membaca dan

prestasi siswa dalam belajar karena siswa tidak mendapatkan layanan

bimbingan belajar yang memadai. Oleh karena itu, melalui layanan bimbingan

(18)

mengubah anggapan tersebut sehingga hubungan guru pembimbing dengan

siswa menjadi lebih dekat dan harmonis.

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar siswa diharapkan dapat

melaksanakan belajar dengan bantuan dari seseorang pembimbing yang juga

memberikan suatu bantuan bagaimana cara belajar yang optimal. Pada

dasarnya proses belajar di sekolah juga dipengaruhi adanya minat membaca

siswa yaitu minat untuk membaca buku-buku yang berhubungan dengan

pelajaran di sekolah.

Minat membaca tersebut akan dapat memberikan rangsangan yang

dapat mendorong siswa untuk memperoleh informasi yang banyak dan

pengetahuan yang lebih dibanding orang lain, sebagaimana pendapat Wood

Worth yang dikutip oleh Johny Killis (1991:2) bahwa apabila seseorang

menaruh minat terhadap sesuatu maka minatnya berfungsi sebagai pendorong

yang kuat untuk terlibat secara aktif pada objek yang menarik baginya. Dalam

hal ini layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok sebagai

salah satu komponen dalam meningkatkan minat membaca siswa.

Namun pada kenyataannya yang terjadi di SMK Marsudi Luhur I

Yogyakarta bahwa pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah belum berjalan

secara sempurna, sehingga proses layanan bimbingan dan konseling termasuk

di dalamnya bimbingan belajar belum dapat terlaksana secara menyeluruh dari

semua program yang telah direncanakan. Ada beberapa kemungkinan yang

menyebabkan belum sempurnanya pelaksanaan bimbingan dan konseling di

(19)

memahami secara benar akan pentingnya layanan bimbingan termasuk di

dalamnya yaitu layanan bimbingan belajar terutama pada siswa yang masih

dipengaruhi oleh minat membaca yang rendah. Secara umum minat membaca

dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa siswi dan

dengan guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa siswa

siswi tersebut menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sangat mudah untuk

dipelajari dan belum adanya kesadaran dari diri siswa untuk gemar membaca

terutama membaca pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa siswi menganggap

pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang membosankan dengan

metode belajar yang monoton sehingga banyak siswa merasa malas untuk

mempelajari dan siswa beranggapan bahwa siswa tidak memerlukan

bimbingan. Padahal banyak siswa yang belum menyadari bahwa dengan

membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru yang akan

semakin meningkatkan kecerdasannya.

Menurut pemaparan guru yang mengampu pelajaran Bahasa Indonesia,

di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta proses pembelajaran untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia hanya dilakukan dengan metode ceramah yang

didukung dengan pemberian tugas tanpa diselingi dengan metode yang lain.

Sedangkan, suatu pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika proses

pembelajaran itu dilakukan dengan beberapa metode seperti pembelajaran

(20)

pembentukan kelompok belajar agar siswa dapat bertanya dan berdiskusi

dengan teman satu kelompok.

Dengan berdiskusi dalam kelompok siswa dituntut lebih kritis, aktif

dan kreatif untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah belajar serta siswa

dibiasakan melibatkan diri di dalam kelompok dalam menghadapi dan

menyelesaiakan masalah belajarnya dan dapat membantu anggota kelompok

yang mempunyai masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kegiatan

membaca merupakan bagian dari proses belajar yang membangun pemahaman

baik dari teks yang tertulis maupun dari lingkungan belajar siswa.

Hal ini berarti kegiatan membaca berkaitan erat dengan bahan-bahan

bacaan, fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu, dapat

diperkirakan bahwa terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dan

cara mengajar yang bervariasi dengan minat membaca siswa. Siswa dalam

melakukan kegiatan membaca sangat membutuhkan dorongan, rangsangan,

motivasi dan penguatan. Pemberian penguatan membaca pada siswa akan

memberikan dampak positif, yaitu membuat siswa terdorong untuk

mengulangi kegiatan membaca secara kontinyu.

Guru pembimbing di sini diminta dapat lebih memperhatikan siswa

khususnya kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta untuk

memahami kesulitan siswa dan memecahkan masalah serta kesulitan belajar

yang dialami siswa dengan pemberian layanan bimbingan belajar yang

bertujuan agar siswa mudah mempelajari materi pelajaran dan meningkatnya

(21)

Bahasa Indonesia, karena minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK

Marsudi Luhur I Yogyakarta pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih

sangat rendah. Untuk itu peneliti dan kolabolator (guru BK) di sini akan

melakukan penelitian secara kolaborasi untuk menemukan cara yang tepat

dalam menerapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok

sehingga dapat meningkatkan minat membaca pada siswa kelas XI AP/AK

SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

Di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum diterapkan bimbingan

belajar dengan teknik diskusi kelompok yang efektif untuk meningkatkan

minat membaca pada siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti

mengambil judul “Peningkatan Minat Membaca Pelajaran Bahasa Indonesia

melalui Layanan Bimbingan Belajar dengan Teknik Diskusi Kelompok pada

Siswa Kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan

masalah-masalah yang timbul yaitu.

1. Minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta

belum terlaksana dengan baik dan banyak faktor yang mempengaruhi.

2. Pelaksanaan bimbingan konseling di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta

belum berjalan dengan sempurna antara lain masih banyak personil

(22)

pentingnya layanan bimbingan, sehingga minat membaca siswa kelas XI

AP/AK masih sangat rendah.

3. Siswa siswi kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum

memiliki kesadaran dari diri siswa untuk gemar membaca terutama

membaca pelajaran Bahasa Indonesia, karena siswa siswi belum

menyadari bahwa dengan membaca dapat menambah pengetahuan dan

wawasan yang baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya.

4. Belum diterapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok yang

efektif dan efisien untuk meningkatkan minat membaca terutama pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI AP/AK SMK

Marsudi Luhur I Yogyakarta.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah minat membaca siswa pada mata

pelajaran bahasa Indonesia masih sangat rendah sehingga upaya peningkatan

minat membaca tersebut dilakukan melalui layanan bimbingan belajar dengan

teknik diskusi kelompok pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I

(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta

pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat

dikemukakan sebagai berikut. ”Bagaimana proses layanan bimbingan belajar

dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca pada

siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan

layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dalam

meningkatkan minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I

Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling, dalam

bidang gerak bimbingan kelompok terutama yang berkaitan dengan

peningkatan minat membaca.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi guru Bimbingan dan Konseling bahwa

pelayanan Bimbingan dan Konseling perlu ditingkatkan bagi setiap

(24)

dapat segera tertangani dan akhirnya ia dapat terlepas dari kesulitan

yang dihadapinya.

b. Menambah wawasan bagi guru Bimbingan dan Konseling tentang

layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah terhadap aspek belajar

secara kelompok, sehingga siswa akan berhasil dalam belajarnya.

c. Sebagai bahan pengetahuan pentingnya kegemaran membaca

sehingga siswa menyadari bahwa kegemaran membaca dapat

menambah pengetahuan dan wawasan yang baru

G. Devinisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu membatasi istilah yang

digunakan sehingga ruang lingkup penelitiannya jelas. Adapun istilah yang

perlu dibatasi adalah :

1. Minat membaca pelajaran bahasa Indonesia adalah gejala psikologis yang

menunjukkan bahwa adanya perhatian, kesenangan, memfokuskan pikiran,

dan ketekunan subjek terhadap objek tersebut yaitu pelajaran bahasa

Indonesia karena objek tersebut menarik untuk diperhatikan dan dapat

menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung pada objek tersebut

dan melakukan kegiatan dengan mengambil makna kata yang tertulis

melalui komunikasi antara pembaca dengan apa yang dibaca.

2. Layanan bimbingan belajar adalah merupakan bentuk kegiatan yang

dilaksanakan oleh konselor dan bekerjasama dengan seluruh personalia

(25)

kesulitan dalam belajarnya, agar siswa dapat mencapai kemampuan serta

hasil yang maksimal dalam belajar.

3. Diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok

yang melibatkan sekelompok orang dalam berinteraksi tatap muka di mana

setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat atau masukan, dan

menyumbangkan pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau

(26)

A. Tinjauan tentang Minat 1. Pengertian Minat

Slameto (2003:57) mengatakan bahwa minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus

yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan

senang dan dari situ diperoleh kepuasan karena minat besar pengaruhnya

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena

minat menambah dorongan untuk belajar.

Dewa Ketut Sukardi (1994:46) mengemukakan bahwa minat

adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan

campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan

kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada

suatu pilihan tertentu.

Sedangkan, pemaparan The Liang Gie (1995:130) minat

merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat

(27)

Kesimpulan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

minat merupakan suatu sikap batin dari dalam diri seseorang yang

merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang

tercipta dengan penuh kemauan dan perasaan senang yang timbul dari

dorongan batin seseorang. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat

bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan

pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

2. Pengertian Membaca

The Liang Gie (2002:61) mengemukakan bahwa membaca adalah

serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh

perhatian untuk memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan

kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya.

Jadi membaca bukan kegiatan mata memandang serangkaian kalimat

dalam bahan bacaan melainkan terutama adalah kegiatan pikiran

memahami suatu keterangan melalui indera penglihatan.

Mortiner Adler yang dikutip oleh The Liang Gie (2002:61)

mengemukakan bahwa membaca adalah proses penafsiran atau memahami

apa yang disajikan kepada indera dalam bentuk kata-kata atau tanda-tanda

lainnya yang dapat diserap pikiran. Sedangkan, Martinis Yamin

(2007:106) mengatakan bahwa membaca adalah suatu cara untuk

mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan

hasil pendapat, gagasan, teori-teori hasil penelitian para ahli untuk

(28)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dari teks melalui

kegiatan pikiran dan memahami suatu makna melalui indera penglihatan.

Membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung

pada konteks. Orang senang membaca suatu teks yang bermanfaat akan

menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca

seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara

pembaca dan teks.

3. Pengertian Minat Membaca

Slameto (1995:180) mengatakan bahwa minat membaca adalah

minat yang melekat pada diri siswa untuk membaca dengan baik sebagai

hasil dari suatu respon psikis. Jadi, minat yang dimaksud adalah minat

untuk membaca sebagai respon yang diberikan dalam kapasitasnya sebagai

siswa yang dituntut untuk senantiasa membaca.

Lilawati Sandjaja (2005:48) mengartikan minat membaca adalah

suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang

terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk

membaca dengan kemauannya sendiri.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat

membaca dapat diartikan sebagai adanya perhatian dan keinginan yang

mendalam untuk melihat tulisan atau bacaan disertai perasaan senang agar

lebih mendalami apa yang diperoleh dari objek tersebut dengan melakukan

(29)

pembaca dengan apa yang dibaca. Minat mempunyai pengaruh yang besar

terhadap membaca, karena bila bahan bacaan atau tulisan yang akan

dibaca tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan

membacanya dengan sepenuh hati dan perasaannya, karena tidak ada daya

tarik dari bahan bacaan tersebut.

4. Ciri – Ciri Orang yang Mempunyai Minat Membaca

The liang Gie (2002:59) menyebutkan ciri-ciri orang yang

mempunyai minat membaca adalah.

1. Memiliki kebiasaan yang baik dalam membaca.

2. Dapat membaca secara cepat dan tepat.

3. Dapat menangkap dan memahami isi bahan bacaannya.

4. Seusai membaca dapat mengingat butir-butir gagasan utama dari bahan

bacaannya.

5. Merasa senang dengan aktivitas membaca.

LD Crow (Tri Wahyudi, 2002:22-23) ciri-ciri orang yang

mempunyai minat membaca adalah.

1. Memanfaatkan waktu luang untuk membaca.

2. Seusai membaca dapat mengambil inti sari dari bacaan tersebut.

3. Banyak mengoleksi buku-buku bacaan.

4. Meringkas hasil bacaan yang telah dibacanya.

Dari beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

orang yang mempunyai minat membaca adalah memanfaatkan waktu

(30)

gagasan utama dari bahan bacaannya, memiliki kebiasaan yang baik dalam

membaca, merasa senang dengan aktivitas membaca, dan banyak

mengoleksi buku bacaan.

5. Aspek-Aspek Minat Membaca

Hurlock (1992:4) mengatakan bahwa semua minat membaca

mempunyai dua aspek, yaitu.

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa

anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat.

Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal

yang diminati akan menguntungkan dan akan mendatangkan kepuasan

pribadi kepada siswa.

Aktifitas membaca contohnya, ketika seseorang melakukan

aktifitas membaca, tentu saja mengharapkan sesuatu yang akan didapat

dari proses membaca tersebut, sehingga seseorang yang memilki minat

membaca akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari

aktifitas membaca yang dilakukannya. Jumlah waktu yang

dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh

akibat membaca sehingga aktifitas membaca akan menjadi tetap.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep

yang menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap

(31)

kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi, dari

sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung terhadap

aktifitas yang diminati. Seseorang yang memiliki minat membaca yang

tinggi akaibat kepuasan dan manfaat yang didapatkan, serta mendapat

penguatan respon dari orang tua, kelompok dan lingkungan seseorang

tersebut akan sangat fokus pada aktifitas membacanya tersebut,

seseorang akan memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi

yang tinggi untuk membaca.

Pintrich & Schunk (1996:25) menyebutkan bahwa aspek minat

membaca adalah.

a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the

activity)

Perasaan suka atau tidak suka pada aktivitas membaca yang

menyebabkan seseorang akan tertarik secara keseluruhan dalam

sebuah aktivitas membaca.

b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas (spesifik preference for

or liking the activity)

Seseorang akan memutuskan secara pasti, hal apa yang disukainya

yang menyebabkannya tertarik secara keseluruhan dalam sebuah

aktivitas membaca.

c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of activity)

Seseorang akan memiliki perasaan senang terhadap aktivitas

(32)

d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu

(personal importance or significance of the activity to the

individual)

Seseorang akan menganggap bahwa aktivitas membaca yang

diminatinya memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting bagi

dirinya.

e. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choice of or participant in

the activity) seseorang yang memiliki minat membaca, tentu saja

akan turut berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

Pintrich & Schunk (1996;27) telah mengukur minat dalam ciri

psikologi, yang kemudian dapat mengklasifikasikan tinggi atau

rendahnya minat terhadap objek yaitu sebagai berikut.

a. Melakukan kembali secara berulang-ulang. Seseorang dengan

minat membaca yang tinggi akan terus melakukan aktivitas

membaca secara berulang-ulang.

b. Menghabiskan banyak waktu dengan objek tersebut

dibandingkan dengan objek lain. Seseorang yang memiliki minat

membaca yang tinggi akan menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk aktivitas membaca dibandingkan dengan

aktivitas-aktivitas lainnya.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan

bahwa aspek minat membaca meliputi aspek kognitif didasari pada

(33)

dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminati,

sikap umum terhadap aktivitas membaca, pilihan spesifik untuk

menyukai aktivitas membaca, merasa senang dengan aktivitas

membaca, mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktivitas

membaca, membaca memiliki nilai yang lebih dan memiliki arti

penting bagi seseorang, memperoleh manfaat ketika melakukan

aktivitas membaca, membaca memiliki nilai lebih dan memiliki arti

penting bagi seseorang, memperoleh manfaat ketika melakukan

aktivitas membaca, melakukan aktivitas membaca secara

berulang-ulang.

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat pada hakekatnya adalah merupakan sebab akibat dari pada

pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada sesuatu kegiatan

yang akan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang

sama. L.D Crow and Alice (Tri Wahyudi,2002:10-11) menyebutkan

faktor-faktor yang mempengaruhi minat.

a. The factor inner urge adalah rangsangan yang datang dari lingkungan

atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan

seseorang akan mudah menimbulkan minat.

b. The factor of social motive adalah minat seseorang terhadap obyek atau

sesuatu hal, disamping hal dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

(34)

c. Emotional factor adalah faktor perasaan dan emosi mempunyai

pengaruh terhadap obyek misal perjalanan sukses yang dipakai individu

dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang

dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan

tersebut.

Minat bukan merupakan suatu hal yang didapat sejak lahir namun

minat merupakan suatu keseluruhan yang dapat berubah-ubah karena sejak

kecil minat anak itu selalu mengalami perubahan. Menurut Sri Hidayati

(2004:18-20) faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah.

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang

dapat mempengaruhi minatnya.

Contoh : lingkungan sekitar tampat belajar, sarana, prasarana, dan

fasilitas yang digunakan dalam belajar.

b. Faktor Internal

Faktor internal yaitu segenap pikiran emosi dan persoalan dari dalam

diri seseorang yang mempengaruhi minat sehingga tidak dapat

dipusatkan.

Contoh : minat, ingatan, motivasi, dan kemauan.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor yang mempengaruhi minat adalah rangsangan yang datang dari

lingkungan ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan seseorang, minat

(35)

dari dalam diri manusia dan juga dipengaruhi oleh motif sosial, perasaan

dan emosi mempunyai pengaruh terhadap sesuatu kegiatan tertentu yang

dapat membangkitkan perasaamn senang, faktor yang berasal dari luar diri

seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya, dan faktor yang berasal dari

dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya.

7. Macam Minat

M.Buchori (1991:136) menyebutkan minat dapat dibedakan

menjadi 2.

a. Minat primitif yaitu minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan

makan, minum, dan bebas bergaul. Jadi pada minat ini meliputi

kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan

dorongan untuk mempertahankan organisme,

b. Minat kultural dapat disebut juga sebagai minat sosial yang berasal atau

diperoleh dari proses belajar. Jadi minat kultural ini lebih tinggi

nilainya dari pada minat primitif.

Pasaribu (1993:52) menyebutkan minat dibedakan menjadi 2.

a. Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada

suatu saat dan ruangan yang konkrit,

b. Minat disposisional atau arah minat yang dasarnya pembawaan

(disposisi) akan menjadi ciri sikap hidup seseorang.

Dari beberapa penjabaran di atas dapat diketahui macam-macam

minat yaitu minat primitif, minat kultural, minat aktual, dan minat

(36)

8. Peningkatan Minat

Amin Hamzah Nasution (1993:47) mengemukakan 5 cara

meningkatkan minat yaitu.

a. Motivasi

Motivasi adalah sesuatu dari diri seseorang yang mendorong untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Cara menimbulkan

dorongan bisa melalui penerangan segi-segi yang baik terhadap

hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita ataupun apa yang diharapkan,

b. Training

Tugas setiap melakukan latihan adalah mengingatkan kembali

semangat untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan serta

memperbaiki adanya masalah-masalah untuk dapat berbuat lebih

baik lagi,

c. Rangsangan dari luar juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk

membangkitkan minat,

d. Menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan agar selalu

sadar untuk berminat,

e. Kebiasaan dengan cara membiasakan diri untuk melakukan kegiatan

(37)

Sedangkan, Evita Singgih (2006:88) mengatakan ada 3 cara untuk

meningkatkan minat yaitu.

a. Pemberian Ganjaran

Pemberian ganjaran untuk memperkuat perilaku individu. Prinsip

dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa

kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif, yang

dapat dipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang

disenangi. Melalui pemberian ganjaran ini, maka seseorang dapat

mengembangkan minat bacanya secara berkelanjutan,

b. Penetapan Sasaran

Penetapan sasaran sebagai sesuatu yang hendak dicapai, misalnya

menyelesaikan tugas suatu mata pelajaran tepat pada waktunya, lulus

dalam ujian. Makin jelas dan spesifik sasaran yang hendak dicapai,

maka akan lebih besar kemungkinan untuk mencapainya. Selain itu,

perlu adanya penetapan prioritas yang hendak dicapai,

c. Penataan Lingkungan

Yang dimaksud dengan penataan di sini termasuk lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial. Agar dapat menciptakan minat baca,

perlu memperhatikan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Lingkungan fisik berkaitan dengan tempat atau ruang baca termasuk

sarana yang lainnya. Pada ruangan ini perlu tersedia meja, kursi yang

nyaman, rak buku, penerangan yang cukup, dan bukan merupakan

(38)

Lingkungan fisik dan sosial yang tidak mendukung terlaksananya

kegiatan membaca, tidak dapat menimbulkan minat baca seseorang.

Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat

ditingkatkan dengan cara memberikan motivasi, memberikan training,

memberikan rangsangan dari luar yang dapat meningkatkan minat,

menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan, membiasakan

diri untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan minat, pemberian

ganjaran untuk memperkuat perilaku individu, penetapan sasaran sebagai

sesuatu yang hendak dicapai, dan penataan lingkungan yang mendukung

agar dapat menimbulkan minat seseorang.

B. Tinjauan tentang Pelajaran Bahasa Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa pemerintah

daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan

pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya, pasal 11 ayat (1) juga menyatakan bahwa pemerintah daerah

wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara.

1. Fungsi tentang Pelajaran Bahasa Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional (2006:471) Bahasa Indonesia

merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai

(39)

kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan pendekatan dan

fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan

aspek kinerja atau ketrampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah

pendekatan komunikatif. Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama

bahasa adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat untuk membina

hubungan interpersonal. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi

pemakaian. Bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi

daripada sebuah sistem ilmu. Pada sisi lain bahasa Indonesia merupakan

salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana

kreativitas.

2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional (2006:471) ruang lingkup mata

pelajaran Bahasa Indonesia mencakup.

a. Kemampuan mendengarkan, berbicara, dan menulis,

b. Keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca,

dan menulis,

c. Kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa, linguistic

(kebahasaan), sosiokultural, strategi, dan kompetensi wacana,

d. Pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia sebagai

(40)

3. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa digunakan oleh seluruh penduduk di dunia sebagai salah

satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa kita

dapat menyampaikan informasi, pendapat, perasaan, pikiran kita kepada

orang lain.

Pusat Kurikulum dalam Prananto Sukmajaya (2008: 35)

mengemukakan pengertian bahasa Indonesia yaitu “Bahasa Indonesia

merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,

perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan

kebudayaan.”

Hal tersebut senada dengan pendapat dari Departemen Pendidikan

Nasional (2006:472) yang mengemukakan bahwa “Bahasa Indonesia

merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Pengertian

berkomunikasi dimaksudkan untuk memahami dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa tersebut.

Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah

kemampuan berwacana”.

Penulis menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu

cara untuk dapat berkomunikasi pada orang lain baik secara lisan maupun

secara tulisan, dengan mengungkapkan berbagai informasi yang dimiliki,

(41)

C. Tinjauan tentang Layanan Bimbingan Belajar 1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar perlu didukung oleh adanya

bimbingan belajar dari guru, bagaimanapun juga siswa perlu diberi

dorongan semangat dan perlu dibantu untuk memperoleh hasil yang baik

dalam belajar. Bimbingan belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang

memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri serta mengambil

manfaat dari kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa dapat

mencapai kemampuan yang maksimal dalam belajar sebagaimana

dikemukakan oleh Saring Marsudi (2003:104) bahwa bimbingan belajar

adalah kegiatan bimbingan yang bertujuan membantu siswa dalam

mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Singgih Gunarsa dalam Abu Ahmadi dan Widodo (2004:109)

mengatakan bahwa yang memberikan penjelasan secara lebih rinci bahwa

bimbingan belajar diartikan suatu proses bantuan kepada anak didik yang

dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami

dirinya sendiri sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku

yang wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga, dan masyarakat.

Melihat arti penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi

keberhasilan studi siswa, maka di institusi pendidikan harus dilaksanakan

bimbingan belajar dengan baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

(42)

rinci bahwa bimbingan belajar atau akademik adalah bimbingan dalam hal

menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang

sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan

dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan.

Berdasarkan pengertian tersebut bimbingan belajar mempunyai arti

yang sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar yaitu

membantu siswa menemukan cara belajar yang tepat, memilih program

studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran-kesukaran dalam belajar.

Abu Ahmadi & Widodo (2004: 112) mengatakan bahwa pelayanan

bimbingan belajar adalah suatu layanan untuk membantu murid-murid

yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi

belajar yang dihadapinya.

Semakin nampak jelas bahwa bimbingan belajar tidak dapat

dilepaskan dari usaha membantu siswa mengatasi problem-problem

belajar yang dihadapinya, agar siswa dapat mencapai kemampuan belajar

yang optimal.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan belajar di atas peneliti

dapat menyimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan suatu bentuk

kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor dan bekerja sama dengan

seluruh personalia pada suatu sekolah, dalam rangka memberikan bantuan

kepada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, agar

(43)

yang sesuai dan mencapai kemampuan serta hasil yang maksimal dalam

belajar.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar

Dewa Ketut Sukardi (2002: 10) mengatakan bahwa tujuan layanan

bimbingan belajar adalah membantu murid-murid agar mendapat

penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, agar dapat melaksanakan

ketrampilan atau teknik belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan

dan perencanaan pendidikan, mampu belajar secara efektif, mampu

memilih ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi ujian dan dapat

mencapai perkembangan yang optimal.

Abu Ahmadi & Widodo (2004: 111) mengemukakan tujuan

bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar

mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar sehingga

murid-murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.

Abu Ahmadi & Widodo (2004: 111) juga mengemukakan tujuan

pelayanan bimbingan belajar secara lebih rinci yaitu.

a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang

anak atau kelompok anak,

b. Menunjukkan cara-cara mempelajari materi pelajaran yang sesuai dan

menggunakan buku pelajaran,

c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan

(44)

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan

ujian,

e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,

cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan,

f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi

tertentu,

g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya,

h. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran

di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karirnya di masa

depan.

Berdasarkan beberapa tujuan layanan bimbingan belajar yang telah

disampaikan di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa tujuan dari

pelayanan bimbingan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh

konselor atau guru pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami

kesulitan di dalam memasuki proses belajarnya agar siswa dapat mencapai

kemampuan serta keberhasilan belajar yang maksimal. Melihat arti

penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi keberhasilan studi, maka

tanggung jawab bersama seluruh personalia sekolah yang bertujuan untuk

membantu siswa menemukan cara belajar yang menyenangkan dan

memanfaatkan waktu luang utuk membaca buku sehingga dalam diri siswa

(45)

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Achmad Juntika Nurihsan (2005: 15) menyebutkan fungsi

bimbingan antara lain.

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik,

b. Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih

jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya,

c. Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas-petugas di sekolah,

khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai para peserta didik, guru pembimbing atau konselor dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola memilih materi pelajaran yang tepat maupun dalam mengadaptasikan bahan pelajaran kepada kecepatan dan kemampuan peserta didik,

d. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangnya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan.

Bimbingan merupakan cara dalam membantu murid dalam

mengatasi masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan

pendidikan dan pengajaran. Abu Ahmadi dan Widodo (2004:118)

mengatakan bahwa fungsi bimbingan adalah.

a. Preservatif : memeliuhara dan membina suasana dan situasi yang

baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya

mengajar,

b. Preventif : mencegah sebelum terjadinya masalah,

c. Kuratif : mengusahakan penyembuhan pembentukan dalam

(46)

d. Rehabilitasi : mengadakan tindak lanjut sesudah diadakan treatment

yang memadai

Penulis dapat menyimpulkan fungsi bimbingan belajar sebagai

fungsi pemahaman yaitu menghasilkan pemahaman tentang sesuatu

mengenai pengembangan peserta didik; fungsi penyaluran yaitu membantu

siswa memilih jurusan sekolah, jenis sekolah yang sesuai baginya; dan

fungsi pengadaptasian yaitu membantu mengadaptasikan program sekolah

terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik; fungsi

penyesuaian yaitu membantu siswa menemukan penyesuaian pribadi

dalam perkembangannya secara optimal. Dalam penelitian ini, peneliti

mengacu pada fungsi penyesuaian. Fungsi penyesuain tersebut

dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam menemukan cara

belajar yang baik sesuai dengan dirinya.

4. Bidang Bimbingan Belajar

Dewa Ketut Sukardi (2008: 56-57) menyatakan bahwa bidang

bimbingan belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut.

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian, b. Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun

berkelompok,

c. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai

dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian,

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri,

(47)

Selain itu W.S Winkel Dan M.M Sri Hastuti (2004: 116-117)

juga menyatakan bahwa suatu program bimbingan di bidang belajar akan

memuat unsur-unsur sebagai berikut.

a. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan

institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan,

b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara kelompok,

c. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih

beraneka kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi,

d. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual,

bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup; pengumpulan data tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan di surat kabar, dan sebagainya,

e. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti

kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat diberbagai bidang studi, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain sebagainya,

f. Bantuan dalam bentuk hal membentuk berbagai kelompok belajar

(kelompok tentor) dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.

Penulis menyimpulkan bidang bimbingan belajar yaitu

pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien,

pemantapan sistem belajar dan berlatih, pemantapan penguasaan materi

pelajaran di sekolah, pemantapan pemahaman dan pemanfaatan

lingkungan sekitar dalam rangka pengembangan diri siswa, dan

(48)

5. Langkah-langkah dalam Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan kepada

siswa dalam usaha mencegah dan mengatasi dalam kesulitan dalam

belajar. Saring Marsudi (2003:109-112) menyebutkan langkah-langkah

dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi Kasus

Pada dasarnya langkah ini dilakukan untuk menentukan siswa

baik perorangan maupun kelompok yang dikategorikan mengalami

kesulitan belajar dan memerlukan layanan bimbingan belajar. Usaha

ini dapat ditempuh dengan cara memanggil atau suka rela siswa yang

mengalami kesulitan belajar datang sendiri kepada pembimbing agar

siswa secara sukarela datang tanpa harus dipanggil, maka lebih awal

program bimbingan disosialisasikan dulu kepada siswa sehingga

keberadaan bimbingan dan konseling difahami siswa secara

keseluruhan.

b. Identifikasi Masalah

Langkah ini pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui

masalah kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa secara tuntas,

karena kegiatan ini termasuk layanan bimbingan belajar maka dalam

langkah ini menganalisis tentang :

(a) Kesulitan belajar itu dalam bidang studi.

(49)

c. Diagnosis

Langkah diagnosis adalah langkah awal untuk menganalisis

berbagai kemungkinan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya kesulitan belajar. Untuk diagnosis diperlukan sarana seperti

angket, tes, wawancara, dokumentasi, observasi, dan home visit.

d. Prognosis

Yang dimaksud dengan prognosis ialah suatu estimasi atau

perkiraan apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa itu masih

mungkin untuk diatasi dan kemungkinan alternatif pencegahannya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah.

1) Untuk menentukan kemungkinan yang dapat diatasi atau tidak

harus mengacu pada faktor penyebab kesulitan siswa.

2) Apabila permasalahan itu di luar kewenangan petugas bimbingan

di sekolah maka dapat dilakukan upaya referal. Oleh sebab itu

sekolah harus bekerjasama dengan lembaga lain dalam upaya

kegiatan layanan bimbingan secara profesional.

3) Perlu disusun atau direncanakan bentuk dan mekanisme pemberian

bantuan dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa.

4) Kemungkinan alternative bentuk layanan bimbingan belajar antara

lain : layanan konseling, remedial teaching, bimbingan kelompok

(50)

5) Case conference

Kegiatan ini dilakukan dengan sharing langsung dan tanya

jawab seputar permasalahan dalam belajar yang dihadapi oleh

siswa tersebut dan dalam hal ini bersama-sama langsung

menuntun siswa untuk menemukan jalan keluar permasalahan

tersebut.

e. Pemecahan Masalah (treatment)

Pada dasarnya langkah ini ialah penerapan atau pelaksanaan

yang telah dirumuskan pada langkah prognosis. Apabila langkah

prognosis telah dirancang secara jelas maka pelaksanaan langkah

pemecahan masalah akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila

langkah prognosis itu masih belum jelas dan tidak benar secara

profesional maka pelaksanaan pemecahan masalah juga akan terjadi

kesulitan bahkan hasilnya tidak memuaskan.

f. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Langkah ini adalah mengevaluasi hasil pemberian bantuan atau

bimbingan kesulitan belajar yang telah dilakukan pada langkah

treatment. Ada beberapa kemungkinan hasil evaluasi : adanya

peningkatan menjadi lebih baik artinya permasalahan teratasi, sama saja

artinya sebelum dan sesudah diberikan bimbingan tidak ada perubahan,

hasilnya lebih jelek dibanding sebelum diberikan bimbingan artinya

(51)

Atas dasar hasil evaluasi inilah diperlukan tindak lanjut

layanan bimbingan. Tindak lanjut yang dilakukan adalah :

(1) Jika ada perubahan peningkatan maka hal ini perlu dipertahankan

artinya jangan sampai kondisi mendorong timbulnya kembali

permasalahan siswa.

(2) Apabila hasilnya sama saja maka perlu diulang kembali kualitas

pemberian bimbingan belajar.

(3) Apabila tidak berhasil maka perlu diulang kembali

langkah-langkah pemberian bantuan belajar secara profesional dan perlu

dicari analisis yang tepat tentang jenis masalahnya, faktor

penyebab, dan pelaksanaan pemberian bimbingan.

Abin Syamsuddin Makmun (2002:284-289) menyebutkan

langkah-langkah dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi Kasus

Pada langkah ini ada beberapa siswa secara sukarela datang

atau bertanya kepada guru pembimbing untuk memperoleh bantuan

pemecahan masalah atau kesulitan dalam belajar yang dirasakannya,

maka lebih awal program ini disosialisasikan dahulu kepada siswa

sehingga siswa mengetahui akan arti penting layanan bimbingan

(52)

b. Identifikasi Masalah

Langkah ini ditujukan kearah menjawab pertanyaan secara

umum permasalahan yang dialami individu atau kelompok individu

yang menyangkut bidang pendidikan, perencanaan, karir, atau

jabatan.

c. Diagnosis

Langkah diagnosis adalah langkah untuk menganalisis atau

untuk memperoleh informasi atau data yang relevan mengenahi

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.

d. Mengadakan Prognosis

Suatu perkiraan yang mana masalah yang dihadapi siswa

dapat terpecahkan atau tidak dan berapa lama dan dengan cara apa

masalah yang dihadapi siswa masih mungkin untuk diatasi.

e. Melakukan Tindakan Remedial

Dilakukan apabila prognosanis telah dirancang secara jelas

dan masalah tidak bisa terselesaikan dengan baik maka selayaknya

guru membuat tindakan referal kepada para ahli yang kompeten

dalam bidang tersebut.

f. Evaluasi dan Follow Up

Usaha bantuan remedial itu dilakukan oleh guru

pembimbing yang bersangkutan hendaknya meneliti seberapa jauh

pengeruh tindakan remedial itu telah menunjukkan efek atau

(53)

dilakukan tindakan mengevaluasian dari hasil pemberian bantuan

yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas langkah-langkah

dalam bimbingan belajar di atas adalah identifikasi kasus,

identifikasi masalah, diagnosis, pemecahan masalah, dan yang

terakhir evaluasi dan follow up.

D. Tinjauan tentang Layanan Diskusi Kelompok 1. Pengertian Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok menurut Sudjana (2005:99) adalah

pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan diantara 2 orang

peserta didik atau lebih tentang poko topik bahasan tertentu, dan dipimpin

oleh seseorang pemimpin diskusi.

Dewa Ketut Sukardi (2008:220) mengatakan bahwa diskusi

kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih yang bertujuan

untuk saling tukar pengalaman dan pendapat dan biasanya menghasilkan

suatu keputusan bersama. Jadi dalam diskusi kelompok ada unsur-unsur:

1) percakapan orang-orang yamg bertemu, 2) tujuan yang ingin dicapai, 3)

proses saling tukar pengalaman dan pendapat, 4) keputusan atau

kemufakatan bersama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok yang

melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka dimana setiap

(54)

pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna

pemecahan suatu masalah atau pengambilan keputusan.

2. Tujuan Diskusi Kelompok

Sudjana (2005:100) mengemukakan tujuan diskusi kelompok

adalah untuk tukar menukar informasi tentang topik yang dibahas

sehingga dapat dicapai kesamaan kecocokan dan kesepakatan pikiran

diantara peserta didik. Kesamaan pikiran ini penting dalam menentukan

persetujuan atau kesimpulan tntang gagasan yang bisa diambil atau

tindakan yang akan dilakukan yang berkenaan dengan topik yang

dibicarakan.

Secara umum diskusi kelompok merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk membahas atau membantu memecahkan suatu masalah.

Hal ini sependapat dengan pendapat Roestiyah N. K (2001:6) yang

menyatakan bahwa diskusi kelompok bertujuan untuk.

a. Mendorong siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk

memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang

lain. Jadi siswa dilatih untuk memecahkan masalah sendiri.

b. Melatih siswa agar mampu menyatakan pendapatnya secara lisan

karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis.

c. Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam

(55)

Dewa Ketut Sukardi (2008: 221-222) mengatakan bahwa tujuan

diskusi kelompok adalah.

a. Siswa memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan

pembimbing diskusi. Pengalaman yang baik maupun buruk dan

pendapat dari teman, banyak membantu perkembangan pribadi

siswa.

b. Membangkitkan motivasi dan semangat siswa untuk melakukan

sesuatu tugas. Bila siswa mula-mula enggan mengerjakan sesuatu

tugas, misalnya membuat ringkasan tentang isi bacaan setelah

diskusi tentang manfaat membuat ringkasan, maka timbul minat dan

kemauan untuk membuat ringkasan. Begitu juga terhadap hal-hal

yang semula ditolak, kurang diminati, kurang dipahami, bahkan

mungkin yang semula dibenci dapat berubah untuk dicintai dan

dikerjakan.

c. Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, mampu

melakukan analisis dan sintesis atas data atau informasi yang

diterimanya. Dalam diskusi siswa memperoleh berbagai informasi

yang mungkin saling bertentangan, berhubungan, atau saling

menunjang. Siswa secara bertahap akan mampu menanggapi secara

kritis dan lambat laun mampu membuat analisis serta mensistesiskan

informasi yang diterimanya.

d. Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk

(56)

siswa dibimbing untuk berani dan terampil menyampaikan

pengalaman dan gagasannya secara teratur, sehingga mudah

dipahami orang lain.

e. Membiasakan kerja sama di antara siswa.

Diskusi pada hakikatnya kerja sama dalam mengumpulkan dan

tukar-menukar pengalaman serta gagasan. Melalui diskusi, siswa

dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat

orang lain, dan menerima keputusan bersama.

Penulis menyimpulkan bahwa tujuan diadakan diskusi kelompok

yaitu siswa mendapatkan informasi yang berharga dari teman dan

pembimbingnya, dapat membangkitkan motivasi dan semangat

mengerjakan tugas, mengembangkan kemampuan berpikir kritis,

mengembangkan keterampilan dan keberanian peserta diskusi kelompok

untuk mengemukakan pendapatnya, dan dapat membiasakan kerjasama

diantara siswa.

3. Ciri - Ciri Diskusi Kelompok

Dewa Ketut Sukardi (2008: 228-229) menyebutkan ciri-ciri

diskusi kelompok yang dilihat dari segi hasil dan prosesnya adalah :

1. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah.

a. Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.

b. Ada keputusan yang dapat direalisasikan, Makin banyak keputusan

yang dapat direalisasikan makin efektiflah diskusi itu.

(57)

d. Semua peserta diskusi menerima dan menghormati keputusan

diskusi.

2. Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif ialah :

a. Semua peserta mengambil bagian secara aktif, pemimpin dan

semua anggota sama-sama aktif.

b. Pertentangan dan pendapat dan ketegangan dapat diatasi, sebelum

diskusi selesai.

c. Diskusi memberikan keputusan emosional (rasa puas) diantara

anggotanya, keinginan untuk diskusi lagi, dan hubungan yang lebih

akrab setelah diskusi.

d. Ketrampilan para siswa sebagai anggota atau pemimpin diskusi

makin bertambah. Hal ini dapat dilihat pada kesempatan diskusi

berikutnya atau dalam percakapan sehari-hari.

W.Gulo (2004:127-129) menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok

ialah:

1. Interaksi

Anggota suatu keolompok terikat pada pembicaraan tertentu.

Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menimbulkan komunikasi

ini terjadi dalam bentuk tatap muka. Di dalam diskusi kelompok agar

terjadi interaksi yang baik seseorang yang berbicara ysng lsin

(58)

2. Tujuan

Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersama yang jelas,

tanpa tujuan yang jelas maka diskusi kelompok tidak akan berjalan

dengan semestinya menyebabkan kurangnya motivasi diantara

anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi

dapat berpindah dari satu ke yang lain. Fungsi kepemimpinan ini

dapat berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus

pembicaraan dalam kelompok dan seharusnya kepemimpinan suatu

kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota-anggota kelompok

itu sendiri.

4. Norma

Setiap anggota dalam kelompok terikat dengan norma-norma

tertentu. Umumnya norma-norma tersebut harus ditaati oleh anggota

kelompok seperti tidak berbicara keras-keras, tidak boleh melarang

orang lain berbicara keras-keras.

5. Emosi

Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan

emosi tertentu. Rasa bosan, emosi, kecewa, senang semuanya bisa

terjadi jika setiap orang aktif di dalam kelompok. Untuk membina

perasaan-persaan positif setiap anggota kelompok harus mengakui

(59)

perasaan yaitu persaan individual dan perasaan kelompok. Suatu

kelompok bisa merasa frustasi karena tidak mencapai tujuan yang

diharapkan, gejala seperti ini menunjukkan bahwa kelompok belum

bekerja secara fungsional.

Penulis menyimpulkan ciri-ciri diskusi kelompok yang efektif yaitu

seluruh anggota kelompok berperan aktif mendiskusikan pemecahan suatu

masalah sehingga dari hasil diskusi kelompok adanya keputusan dari

penyelesaian masalah tersebut.

4. Langkah-langkah dalam Diskusi Kelompok

Suprihadi Saputro, dkk (2000: 184-185) menyebutkan langkah –

langkah diskusi kelompok, antara lain.

a. Merumuskan masalah secara jelas.

b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok –

kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi kelompok.

Tugas pimpinan diskusi yaitu:

a) Mengatur dan mengarahkan diskusi. b) Mengatur “lalu-lintas” pembicaraan.

c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu

persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.

d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan

(60)

Diskusi kelompok yang baik disusun dengan langkah-langkah yang

terstruktur. Hal ini digunakan untuk memudahkan proses berlangsungnya

diskusi kelompok. Supriyadi Saputro, Zainal Abidin dan I Wayan Sutama

(2000:184-185) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam diskusi

kelompok adalah.

a. Merumuskan masalah secara jelas.

b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi. c. Melaksanakan diskusi, setiap diskusi hendaknya tahu persis apa yang

akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tau bahwa mereka mempunyai hak berbicara yang sama.

d. Melaporkan hasil diskusi.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan

hasil laporan diskusi kelompok.

Berbeda dengan pendapat di atas, Hasibuan dan Mo

Gambar

Tabel 1. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok Dilihat dari Berbagai Aspek
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan
Tabel 2. Kisi-kisi pedoman observasi pelaksanaan bimbingan belajar
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara tentang bimbingan belajar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah هللا همحر mengatakan: “Adapun bagi orang yang tidak menyengaja untuk puasa karena hari jum’at atau sabtu, seperti orang yang puasa sehari sebelum

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari yang berjudul “Analisis APBN Mengenai Hutang Luar Negeri

Berdasarkan kondisi perusahaan atas penyajian laporan Laba rugi, maka sesuai dengan Bab 5 dan 6 SAK ETAP, maka terdapat pos-pos minimal yang harus dipaparkan oleh entitas dalam

SYARIP HIDAYAT Laki-laki BOGOR 30-10-1973 Tenaga Guru SMA-D.III KANTOR KEMENAG KAB.. SYARIEFUDDIN Laki-laki BOGOR 04-06-1963 Tenaga Teknis/Administrasi D.IV-S.III KANTOR

7 Nurul Dwi Rohmatuningtyas, Pengaruh Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Dengan Seting Pembelajaran Tipe GI Terhadap Minat, dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs

dan tugas yang diberikan di sekolahnya sehingga sebagian besar responden mengalami nyeri sedang, hal ini sesuai dengan teori Potter (2005) yang menyatakan

3.4.4 Karakterisasi Biomassa Sebelum dan Setelah dikontakkan dengan Cr(VI) ... fusiformis Sebelum dan Setelah dikontakkan dengan Cr(VI)

Sementara user , sebagai pengguna yang melakukan pekerjaan dilapangan dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proyek pembangunan kapal