1. Pendahuluan
Salatiga merupakan kota di tengah-tengah kota besar seperti Solo, Jogja dan Semarang sehingga menjadikan kota Salatiga sebagai kota transit atau tempat untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke kota tujuan. Setelah melakukan wawancara terhadap 30 wisatawan yang datang ke kota Salatiga, pada dasarnya wisatawan bertujuan untuk melepas lelah sembari mengisi perut mereka yang kosong setalah melakukan perjalanan jauh. Salatiga terkenal dengan kuliner-kuliner khas maupun kuliner-kuliner terkenal. Tetapi wisatawan luar kota cenderung kurang mengerti lokasi-lokasi wisata kuliner maupun kuliner yang di jajakan. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah media informasi untuk membantu para wisatawan dalam menemukan lokasi-lokasi wisata kuliner di Salatiga.
Kemajuan dunia teknologi tidak terlepas dengan dunia promosi. Media informasi kota Salatiga disebut juga dengan media promosi, karena selain sebagai alat untuk membantu wisatawan, media informasi juga dapat dijadikan media promosi kota Salatiga bagi wisatawan yang yang mengakses media informasi tersebut.
Media informasi adalah sarana yang digunakan untk memberikan informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada masyarakat umum secara cepat [1]. Media informasi sering digunakan sebagai alat untuk membantu masyarakat dalam melakukan sesuatu atau menemukan sesuatu. Multimedia interaktif adalah sebuah teknologi baru dengan potensi yang sangat besar untuk mengubah cara belajar, cara untuk mendapatkan infromasi dan cara untuk menghibur. [2]
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu tentang Pembuatan Media Informasi Sarana Umum Di Kota Depok dengan menggunakan penjejakan yang telah disesuaikan dengan susunan menu mulai dari informasi tentang kota depok dan kecamatan-kecamatan yang masing-masing kecamatan tersebut dipecah menjadi beberapa kelurahan dan diimplementasikan pada perangkat lunak melalui proses pengolahan gambar (grafik) dan animasi dengan pengaturan garis waktu (timeline) dalam ActionScript perangkat lunak Macromedia Flash MX 2004 [3].
Selanjutnya, penelitian terdahulu tentang Aplikasi Untuk Panduan Wisata Kuliner dengan SAW (Simple Additive Weighting Method) pada Android Mobile yang dibuat dengan menggunakan standarisasi android dan pengaplikasian dengan android. Memudahkan wisatawan untuk menemukan tempat wisata kuliner dengan mudah hanya dengan mencari jenis makanan dan dengan cepat aplikasi tersebut menunjukan arah berupa tampilan peta, memberikan lokasi dimana kita berada dan memberikan arah-arah ke lokasi yang dituju [4].
Pada tahun 2011, penelitian tentang aplikasi multimedia interaktif berbasis
web untuk mengetahui pertumbuhan pada anak balita, yang dapat menghasilkan apakah seorang balita memiliki berat dan tinggi badan yang normal atau tidak. Tujuannya adalah membangun suatu aplikasi multimedia interaktif berbasis web
Pada penelitian media informasi wisata kuliner kota Salatiga, dibuat media informasi berupa aplikasi interaktif berbasis multimedia interaktif. Keunggulan dari media informasi ini, menggunakan video interaktif, sehingga wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan aplikasi yang sudah dibuat.
Di Indonesia istilah pariwisata baru dimulai pada awal tahun 1960-an. Istilah pariwisata diperoleh dari budayawan intelektual atas permintaan Presiden Soekarno (Bung Karno) kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Bung Sultan) selaku Ketua DTI (Dewan Tourisme Indonesia) di tahun 1960 itu. Secara terpisah dua orang budayawan Indonesia waktu itu dimohon pertimbangannya, yaitu Prof. Mr. Moh. Yamin dan Prof. Dr. Prijono, yang memberi istilah tourism atau travel,
yang konotasinya bisa terkait dengan selera rasa pleasure, excitement, entertainment, adventure dan sejenisnya [6].
Salatiga merupakan sebuah kota yang memiliki luas wilayah kurang lebih 60 km. Salatiga mempunyai letak yang strategis diantara kota Semarang dan kota Solo. Kota Salatiga dikenal sebagai kota pendidikan, olahraga, perdagangan, dan transit pariwisata [7]. Adapun beberapa lokasi kuliner dikota Salatiga berdasarkan wawancara terhadap beberapa responden adalah soto esto, pecel madya, joglo bu rini, ronde jago dan masih banyak lainya.
Media Secara etimologi merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang
berasal dari Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium”dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarahpada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi menurunkan ketidakpastian (meningkatkan pengetahuan) informasi menjadi penting karena informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara-cara tertentu. [1]
Potensi Wisata Kuliner ada beberapa potensi produk wisata kuliner yang menjadi daya tarik, yaitu meliputi : Cita Rasa, Harga, Nilai Sejarah, Ragam Makanan dan Pleasure.[8]
Multimedia jika ditinjau dari segi bahasa, terdiri dari 2 suku kata, yaitu"multi" yang memiliki arti banyak atau lebih dari satu dan "media" yang memiliki arti wadah atau alat. Multimedia dapat diartikan sebagai transmisi data dan manipulasi semua bentuk informasi, baik berbentuk kata, gambar, video, musik, atau angka. Teknologi multimedia telah berkembang pesat saat ini hingga di masa depan seiring dengan perkembangan teknologi komputer. [2]
3. Metode Penelitian
makan mana saja yang sering dikunjungi wisatawan. Selanjutnya, dilakukan perancangan sistem. Perancangan sistem menggunakan metode prototyping. Bagan metode penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Metode Penelitian
Menurut Roger S.Pressman, Ph.D (2002:39) Metode Prototyping
merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak digunakan. dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Metode prototype terdapat 3 (tiga) tahapan untuk dapat mengembangkan suatu perangkat lunak. Pertama, pengembang dan pelanggan bertemu dan mendefinisikan objektif keseluruhan dari perangkat lunak, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar dimana definisi lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Kedua, perancangan kilat berfokus pada penyajian dari aspek-aspek perangkat lunak tersebut yang akan nampak bagi pelanggan/ pemakai (contohnya pendekatan input dan format output).Perancangan kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototype. Prototype tersebut dievaluasi oleh pelanggan/ pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan perangkat lunak.[9]. Metode prototype dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Metode Perancangan sistem Prototyping [9]
Pembuatan prototype awal dibuat sebelum mencari data visual. Foto-foto yang dimasukan masih foto-foto hasil download. Hasilnya, wisatawan sudah cukup mengerti dengan yang akan dibuat. Pembuatan prototype yang ke dua, dengan menambahkan foto-foto hasil pengumpulan data visual, namun masih berupa video. Hasilnya, wisatawan cukup mengerti inti dari apa yang akan dibuat. Pada prototype ke tiga, sudah mulai menjadi aplikasi, hanya kurang beberapa data yang melum dimasukan kedalam aplikasi. Oleh karena itu, hasil prototype yang ke tiga sudah dapat dilanjutkan untuk dijadikan aplikasi.
adalah mempermudah dalam mendesain aplikasi panduan wisata kuliner secara rapi dan jelas. Sitemap media informasi panduan wisata kuliner dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Sitemap
Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis kebutuhan yang akan masukkan dalam video. Dilakukan analisa kebutuhan dengan disebar kuisioner sebanyak 30 responden dan melakukan wawancara terhadap 20 wisatawan untuk membantu dalam memberikan data kuliner yang lebih akurat. Responden dikhususkan kepada beberapa orang yang bukan asli dari kota Salatiga dan keluarga yang benar-benar sedang melakukan transit ke kota Salatiga.
Setelah melakukan tahap definisi kebutuhan, tahap yang selanjutnya dilakukan adalah tahap riset. Riset disini adalah proses mencari data lokasi-lokasi dan makanan terkenal di Kota Salatiga dan cukup sering di kunjungi.
Setelah semua data dikumpulkan, termasuk referensi dari kuisioner yang sudah di sebar dan di isi oleh 30 responden beserta wawancara kepada 20 responden, maka proses selanjutnya adalah mencari informasi tentang kuliner tersebut dan dilakukan sedikit interview terhadap pemilik atau pegawai rumah makan tersebut.
Salatiga memiliki beberapa tempat makan yang cukup terkenal dan patut untuk dikunjungi. Berikut adalah tempat rumah makan maupun tempat-tempat jajanan khas Salatiga berdasarkan wawancara terhadap 20 responden.
Pagi : 1.Soto Esto
Jl. Langen Suko No. 04 ( Belakang Hotel Grand Wahid Salatiga ) 2. Tumpang Koyor
Jl. Kesambi No. 1, Salatiga. Halaman Toko Waringin / Seberang Es Kesambi 4
3.Pecel Madya
Jl. Sukowati ( Belakang gereja Mawar Sharon )
Siang :
1. Joglo Bu Rini
Jl. Mawar 5B Salatiga (0298) 321370 2. Pemancingan Mina Kencana
Jl. Raya Salatiga – Beringin Km. 27 (0298) 324665 3. Sate Sapi Suruh
Jl. Jendral Sudirman (Ruko Mimosa) (0298) 315322 4. Es Kesambi
Jl. Kesambi no 04 Salatiga
Malam :
1. Ronde Jago
Jl. Jendral Sudirman No. 09 Salatiga (Pasar Raya 2) 2. Koinonia Coffee House
Jl. Nakula Sadewa No. 47 Dukuh Salatiga. 3. Lotus Coffee and Resto
Jl Hasanudin 132 Bendosari Salatiga (0298) 325419
Untuk mendapatkan data dengan hasil yang valid, kuisioner telah dibagikan kepada 30 responden dan melakukan wawancara kepada 20 responden. Pertanyaan ke- 1 digunakan untuk menentukan waktu banyaknya wisatawan yang datang. Pertanyaan ke- 2 digunakan untuk menentukan patokan mana saja lokasi makanan yang banyak di kunjungi, apakah karena lokasi yang nyaman atau berdasarkan sejarah. Sedangkan pada pertanyaan ke- 3 digunakan pada content
kategori “menu favorit”.
Pada gambar 4 menjelaskan pertanyaan ke-1 yaitu “Wisatawan biasanya sampai di Kota Salatiga pada pagi/siang/malam hari ?” sebanyak 25 (50%) responden menjawab pagi, 13 ( 26% ) responden menjawab siang, 12 ( 23% ) responden menjawab malam.
Gambar 5. Diagram daftar jawaban pertanyaan 2.
Pada gambar 5 menjawab pertanyaan ke-2 yaitu “Dalam mencari suatu kuliner, berdasarkan apa ? Sejarahnya, Lokasinya atau rasanya ?” sebanyak 35 (70%) responden menjawab Sejarah. 10 ( 20% ) responden menjawab lokasi. 5 ( 10% ) responden menjawab Rasa.
Gambar 6. Diagram daftar jawaban pertanyaan 3.
Pertanyaan ke-3 yaitu “makanan dan rumah makan favorit di Kota Salatiga berdasarkan waktu kunjung ?” untuk pagi hari, sebanyak 30 (60%) menjawab di Soto Esto. Kemudian 8 (16%) responden menjawab Tumpang Koyor dan 12 (24%) menjawab Pecel Madya. Untuk siang hari, 12 (24%) responden menjawab Joglo Bu Rini, 8 (16%) responden menjawab Pemancingan Mina Kencana, 25 (50%) responden menjawab Sate Sapi Suruh, dan 10 (20%) responden menjawab Es Kesambi. Sedangkan untuk malam hari, sebanyak 20 (40%) responden menjawab Ronde Jago, 12 (24%) responden menjawab Koinonia, dan 18 (36%) responden menjawab Lotus Café.
Style yang digunakan adalah Futuristic. Futuristik merupakan sebuah kemajuan teknologi yang memiliki ciri simple dan menonjolkan sisi teknologi. Simple yang dimaksud adalah tidak terlalu banyaknya campuran warna yang dipakai didalamnya. Hanya menggunakan satu atau dua warna sehinga tidak terlihat mencolok namun tetap mudah dimengerti dan indah untuk dilihat. Futuristik dapat juga disebut dengan memproyeksikan kejadian-kejadian, situasi-situasi, dan proses-proses yang ada atau menciptakan yang baru dan memfokuskannya pada apa yang akan terjadi [10]. Futuristik sering disebut dengan “masa depan” atau kemajuan teknologi yang mengacu kepada kemajuan masa depan. Warna yang digunakan adalah biru, hitam dan putih yang dapat mewakili waran-warna teknologi dan masa depan [11]. Audio yamg digunakan dalam teknologi futuristik menggunakan genre techno. Musik ini tidak dimainkan dengan alat tradisional seperti gendang, gitar, sasando, dll. Musik techno
menggunakan musik digital seperti Dj Maker. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan asas food photography. Food photography atau istilah lainnya memoto makanan merupakan salah satu cabang dari dunia photography. Tujuan yang ingin dicapai adalah membangkitkan keinginan pemirsa untuk merasakan makanan yang di foto. Tipografi atau typeface yang digunakan dalam video adalah jenis font San Serif, San Serif adalah font tanpa sirip/serif, sehingga huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, simple, dan tegas.
ABCDEFGHIJKLMNOPGRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890,./?!-“&
Huruf-huruf tersebut digunakan karena sesuai dengan konsep futuristik dan teknologi.
Kebutuhan Data Visual
Menampilkan gambar dan foto-foto tempat wisata kuliner berupa menu makanan, makanan favorit, dan lokasi rumah makan yang ada di Kota Salatiga dan kemudian disesuaikan dengan layout pada desain yang sudah dibuat sebelumnya. Gambar dapat dilihat pada gambar 7.
Kebutuhan Data Verbal
Pengumpulan data verbal dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap owner/pemilik rumah makan. Pertanyaan wawancara terkait dengan sejarah rumah makan, lokasi, dan menu faforit yang ada pada ruma makan tersebut. Hasilnya, dimasukan ke dalam informasi rumah makan.
Storyline dan Treatment
Adapun storyline sebagai berikut dimulai dengan munculnya tampilan awal berupa logo kota salatiga beserta teks “Salatiga Hati Beriman” dan kemudian muncul animasi ganesha, padi dan kapas yang bergerak. Lalu masuk ke dalam
scene-scene yang sudah dibuat. Setelah pembuatan storyline, kemudian tahap selanjutnya adalah pembuatan treatment. Treatment disusun berdasarkan hasil riset awal (baik langsung maupun tak langsung) dan berdasarkan rumusan ide dalam bentuk video statement yang diuraikan secara deskriptif (bukan tematis) tentang bagaimana rangkaian cerita atau peristiwa panduan wisata kuliner Kota Salatiga.
Storyboard
Pada proses pembuatan video panduan wisata ini, dibuat storyboard yang mudah dimengerti, sebagai acuan untuk dapat meneruskan perancangan video panduan wisata ini. Storyboard dapat dilihat pada gambar 8.
4. Pembahasan dan Pengujian
Hasil perancangan yang telah dibuat diimplementasikan menjadi sebuah video interaktif yang diharapkan dapat bekerja dengan baik sesuai rancangan serta dibahas bagaimana video tersebut bekerja.
Opening
Pada bagian awal, terdapat opening berupa logo kota salatiga yang maju kemudian diikuti dengan teks “Salatiga Hati Beriman” Opening dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9.Opening
Intro
Pada scene selanjutnya yaitu scene intro, animasi gambar yang berputar dan berjalan menuju pojok kiri bawah. Intro dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10.Intro
Gambar 11.Scene 3
Hasil dari scene 14 adalah keluarnya teks siang diikuti dengan keluarnya foto joglo bu rini beserta content atau penjelasan dari joglo bu rini. Terdapat juga tombol back yang akan menuju scene 13 dan tombol exit yang akan menuju
closing. Scene 14 dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12.Scene 14
Closing
Hasil dari closing adalah keluarnya logo kota Salatiga diikuti dengan teks “Salatiga Hari Beriman” kemudian muncul teks dan animasi “Terima Kasih”.
Gambar 13.Closing
Dari hasil pengujian kuantitatif yang telah dilakukan pada wisatawan yang mengunjungi Kota Salatiga, didapatkan hasil sebagai berikut :
- Wisatawan sebagai orang awam tentang animasi dan kuliner di Kota Salatiga juga menyukai layout dari video interaktif tersebut dikarenakan penggunaan yang mudah dan informasi yang cukup baik.
Penguajian kuantitatif dilakukan dengan membagikan 30 kuisioner kepada 30 responden yang merupakan wisatawan yang sedang melakukan transit ke kota Salatiga. Berikut hasil dari kuisioner dari 30 responden. Kuisioner pengujian dihitung berdasarkan skala kategori. Skala kategori merupakan metode pengukuran sikap yang berisi beberapa alternatif kategori pendapat yang memungkinkan bagi responden untuk memberikan alternatif penilaian.
 Tanggapan responden mengenai pengetahuan tentang kuliner kota Salatiga (Sebelum melihat video ini, apakah anda sudah banyak tahu tentang kuliner di Kota Salatiga ?) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Pengetahuan tentang kuliner Kota Salatiga
Tanggapan mengenai pengetahuan tentang kuliner
kota Salatiga
Jumlah %
Sangat Tahu 4 13
Tahu 4 13
Cukup Tahu 0 0
Kurang Tahu 17 57
Tidak Tahu 5 17
Gambar 14. Diagram pengetahuan responden tentang kuliner kota Salatiga
 Tanggapan responden mengenai sudah/belum pernah melihat media informasi wisata kuliner kota Salatiga (Sebelumnya, apakah sudah ada media informasi wisata kuliner Kota Salatiga ?) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sudah/belum ada media informasi wisata kuliner kota Salatiga
Sudah/belum ada media informasi wisata kuliner kota
Salatiga
Jumlah %
Ada 7 23
Mungkin ada 3 10
Tidak tahu 0 0
Mungkin belum ada 2 7
Belum ada 18 60
Dapat disimpulkan bahwa responden belum pernah melihat media informasi wisata kuliner kota Salatiga karena dari hasil kuisioner diperoleh data sebanyak 60 % menjawab belum ada. Sudah/belum pernah melihat media informasi wisata kuliner kota Salatiga dapat dilihat pada gambar 15.
4
4 0
17 5
Tanggapan mengenai
pengetahuan tentang kuliner
kota Salatiga
Sangat tahu
Tahu
Cukup Tahu
kurang tahu
Gambar 15. Diagram sudah/belum adanya media informasi wisata kuliner kota Salatiga
 Tanggapan responden mengenai perlu/tidaknya membuat media informasi wisata kuliner kota Salatiga (Apakah perlu membuat media informasi wisata kuliner Kota Salatiga ?) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perlu/tidaknya membuat media informasi wisata kuliner kota Salatiga
Perlu/tidaknya membuat media informasi wisata kuliner
kota Salatiga
Jumlah %
Sangat diperlukan 24 80
Diperlukan 5 17
Cukup diperlukan 0 0
Kurang diperlukan 1 3
Tidak diperlukan 0 0
Dapat disimpulkan bahwa responden sangat membutuhkan media informasi wisata kuliner kota Salatiga karena dari hasil kuisioner diperoleh data sebanyak 80 % menjawab sangat diperlukan. Perlu/tidaknya membuat media informasi wisata kuliner kota Salatiga dapat dilihat pada gambar 16.
7
3
0 2 18
Sudah/belum adanya media
informasi wisata kuliner kota
Salatiga
AdaMungkin ada
Tidak tahu
Gambar 16. Diagram perlu/tidaknya membuat media informasi wisata kuliner kota Salatiga
 Tanggapan mengenai pengetahuan responden tentang kuliner kota Salatiga setelah melihat video (Apakah setelah melihat video ini anda lebih banyak mengetahui wisata kuliner Kota Salatiga ?) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pengetahuan tentang kuliner kota Salatiga setelah melihat video
Pengetahuan tentang kuliner kota Salatiga setelah melihat video
Jumlah %
Sangat tahu 18 60
Tahu 12 40
Biasa saja 0 0
Kurang tahu 0 0
Tidak tahu 0 0
Dapat disimpulkan bahwa responden mengetahui tentang kuliner kota Salatiga setelah melihat video karena dari hasil kuisioner diperoleh data sebanyak 60 % menjawab sangat tahu. Pengetahuan tentang kuliner kota Salatiga setelah melihat video dapat dilihat pada gambar 17.
24 5
0 1 0
Perlu/tidaknya membuat media
informasi wisata kuliner kota
Salatiga
Sangatdiperlukan Diperlukan
Gambar 17. Diagram pengetahuan tentang kuliner kota Salatiga setelah melihat video
 Tanggapan mengenai ketertarikan responden terhadap video interaktif tersebut (Apakah kamu tertarik dengan video interaktif tersebut ?) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.Ketertarikan responden terhadap video interaktif
Ketertarikan responden
terhadap video interaktif Jumlah %
Sangat tertarik 22 74
Tertarik 4 13
Cukup tertarik 4 13
Kurang tertarik 0 0
Tidak tertarik 0 0
Dapat disimpulkan bahwa responden sangat tertarik terhadap video interaktif panduan wisata kuliner kota Salatiga karena dari hasil kuisioner diperoleh data sebanyak 74 % menjawab sangat tertarik. Ketertarikan responden terhadap video interaktif dapat dilihat pada gambar 18.
18 12
0 0 0
Pengetahuan tentang
kuliner kota Salatiga setelah
melihat video
Sangat tahuTahu
Biasa saja
Gambar 18. Diagram ketertarikan responden terhadap video interaktif
 Tanggapan mengenai pemahaman responden terhadap informasi yang ditampilkan dalam video tersebut (Apakah informasi yang diberikan sudah cukup dimengerti ?) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. pemahaman tentang informasi yang diberikan dalam video interaktif panduan wisata kuliner kota Salatiga
Pemahaman tentang
informasi yang diberikan Jumlah %
Sangat mengerti 20 66
Mengerti 5 17
Cukup dimengerti 2 7
Kurang mengerti 3 10
Tidak mengerti 0 0
Dapat disimpulkan bahwa responden sangat mengerti terhadap informasi yang diberikan dalam video interaktif panduan wisata kuliner kota Salatiga karena dari hasil kuisioner diperoleh data sebanyak 66 % menjawab sangat mengerti. pemahaman tentang informasi yang diberikan dalam video interaktif panduan wisata kuliner kota Salatiga dapat dilihat pada gambar 19.
22
13 13
0 0
Ketertarikan responden
terhadap video interaktif
Sangat tertarik Tertarik
Gambar 19. Diagram pemahaman tentang informasi yang diberikan dalam video interaktif panduan wisata kuliner kota Salatiga
Setelah menyebarkan kuisioner, kemudian melakukan sedikit Tanya jawab tentang alasan responden menjawab kurang mengerti, dan hasil yang didapat ialah kebanyakan responden kurang menguasai teknologi yang ada, responden kurang antusias untuk melihat aplikasi yang sudah dibuat dikarenakan reponden terburu-buru. Responden tertarik dengan penggunaan warna yang tidak terlalu “ramai” dan penggunaan yang mudah.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian video interaktif panduan wisata kuliner Kota Salatiga berbasis multimedia interaktif yang dirancang sudah memenuhi kebutuhan wisatawan sebagai wadah atau sarana media promosi dan panduan berupa video interaktif yang ada di Kota Salatiga. Media informasi ini telah mencapai tujuan untuk mengenalkan, membantu, menarik minat wisatawan untuk berkunjung atau sekedar singgah di kota Salatiga. Saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap perancangan yang serupa dengan penelitian ini ialah dengan memperluas jangkauan kuliner-kuliner yang banyak di Kota Salatiga dan pengembangan materi yang diperluas tidak hanya kuliner tetapi meliputi objek wisata, bangunan bersejarah kota Salatiga atau kebudayaan yang ada di Salatiga.
6. Daftar Pustaka
[1] Fikri, Gilang. 2012. Booming Media Informasi. http://media.kompasiana.com (Diakses 10 September 2013).
[2] Hasrul, 2010. Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif. Makasar : Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar.
[3] Lilis, Yenni. 2012. Pembuatan Media Informasi Sarana Umum Di Kota Depok. Depok : Fakultas Industri, Universitas Gunadarma
[4] Maulana, Nada. 2012. Aplikasi Untuk Panduan Wisata Kuliner dengan SAW pada Android Mobile. Salatiga : Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
[5] Indrawaty, Youllia. 2011. Aplikasi Multimedia Interaktif Berbasis Web. Bandung : Jurusan Informatik, Institut Teknologi Bandung.
[6] Pendit, Nyoman., 2006, Ilmu Pariwisata; Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: Pradanya Paramita.
[7] Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Salatiga, 2013, Profil dan Visualisasi Potensi dan Produk Kepariwisataan Kota Salatiga, Salatiga: Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata kota Salatiga.
[8] Anshori,Y., & Satya, D., G. (2008). Sparkling Surabaya.
Surabaya: Bayu Media Publishing.
[9] Pressman S. Roger.2002.Rekayasa Perangakat Lunak. Metode
Prototyping.
[10] Sudjana,Nana dan Soessanto,Edy. 1988. Pendekatan Sistem Bagi Administrator. Bandung: Sinar Baru.