ABSTRAK
PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DUE PROFESSIONAL
CARE DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT
Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik Daerah Istimewa Yogyakarta
Lutiari Panggih Hastama NIM : 102114122 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh independensi, pengalaman kerja, due professional care, dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit auditor Kantor Akuntan Publik di DIY.
Penelitian ini merupakan studi empiris. Data diperoleh dengan kuesioner yang disebar kepada para auditor yang terdapat di KAP (Kantor Akuntan Publik) DIY. Kantor Akuntan Publik ini terdaftar pada Directory IAPI di DIY.populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor di DIY, dan sampelnya berjumlah 30 auditor. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa independensi, pengalaman kerja, due professional care dan akuntabilitas auditor memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Variabel pengalaman sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INDEPENDENCY, EXPERIENCE, DUE PROFESSIONAL CARE AND ACCOUNTABILITY TO THE QUALITY
OF AUDIT
Empirical Studies At Public Accounting Firm, Yogyakarta Special Region Lutiari Panggih Hastama
NIM : 102114122 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This study aimed to analyze the influence of independency, work experience, due professional care, and accountability of auditors on audit quality at the public accounting firms at Yogyakarta Special Region.
This study is an empirical study. Data was collected by questionaires that was distributed to the auditors of KAP (Public Accounting Firms). This Public Accounting Firms were registered at the Directory of IAPI in DIY. Population in this research was all auditors at DIY, and the smple were 30 auditors. Data was analysed by multiple linear regression method.
The result showed that independency, work experience, due professional care and accountability of auditors had a significant positive influenced to the audit quality. The experience variable was the most influential variable that influenced audit quality.
PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DUE PROFESSIONAL
CARE, DAN AKUNTABILITAS
TERHADAP KUALITAS AUDIT
Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Lutiari Panggih Hastama
NIM: 102114122
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DUE PROFESSIONAL
CARE, DAN AKUNTABILITAS
TERHADAP KUALITAS AUDIT
Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Lutiari Panggih Hastama
NIM: 102114122
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Motto dan Persembahan
“Perjalanan hidup itu seperti mendaki sebuah gunung, untuk sampai ke
puncak tidaklah mudah perlu tekad dan mengalahkan diri sendiri
untuk mencapainya”
(Panggih)
“
kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah
”
Roma 8 : 28
Karya Sederhana ini kupersembahkan untuk
:
Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menuntun dan menyertai setiap detik waktu dihidupku.
Bapak Timbul Suharyono, ibu Tri Hastuti Mardiningsih dan kakak tercinta Yusti Hestika Indra Suasana sebagai keluarga dan harta terbesar yang aku
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karuniannya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yeng
tak terhingga kepada :
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono , M.Si., Ak., QIA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Antonius Diksa Kuntara S.E., M.F.A selaku dosen pembimbing akademik.
5. Dr. F A Joko Siswanto, MM., Akt., QIA, CA selaku dosen pembimbing
6. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah
menilai dan memberi masukan terhadap skripsi ini.
7. Trisnawati Rahayu., S.E., M.Si., Ak., QIA selaku Dosen Penguji yang
telah menilai dan memberi masukan terhadap skripsi ini.
8. Segenap Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi
yang telah memberikan bantuan selama penulis duduk di bangku kuliah.
9. KAP Indarto, KAP Kuncara, dan KAP Henry Sugeng dan Rekan yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
10.Kedua orangtuaku tersayang atas perhatian, kesabaran, dukungan moral,
finansial yang telah diberikan.
11.Kakak tersayang Yusti yang selalu mengingatkan dan memberi semangat
saya untuk menyelesaikan skripsi.
12.Sahabat ku yang sudah seperti saudara Rahadyan Adi, Edoardo yang
selalu menjadi penghibur dan membantu penyelesaian skripsi.
13.Teman seperjuangan akuntansi Wili, Niko, Ketty, Angga, Yosa, Cleo,
Dhio, Hana, Puput, Yan yang selalu mendukung.
14.Budhe Sishi, Sendy, Frank, Mas Sumir, Andrew, Bang Santos, Bang Bon,
Yosi yang selalu menemani saat di Yogyakarta.
15.Teman seangkatan 2010 yang membuat suasana pembelajaran menjadi
sangat baik.
16.Teman angkatan senior yang selalu berbagi pengalaman tentang suka duka
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang... 2
B. RumusanMasalah ...2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Kualitas Audit ... 5
3. Pengalaman Audit ... 10
4. Due Professional Care ... 14
5. Akuntabilitas ... 15
B. Penelitian Terdahulu ... 17
C. Kerangka Penelitian ... 19
D. Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Metode Penelitian ... 21
1. Jenis Penelitian ... 21
2. Jenis dan Sumber Data ... 21
3. Metode Pengumpulan Data ... 21
4. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ... 22
B. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas instrumen ... 34
B. Karakteristik Responden ... 36
C. Analisis Deskripsi Variabel ... 39
D. Analisis Kuantitatif ... 44
E. Pembahasan ... 47
BAB V PENUTUP ... 51
B. Keterbatasan ... 52
C. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
A. Tabel 3.1 Penilaian Kuesioner ... 22
B. Tabel 3.2 Instrumen Penilitian ... 27
C. Tabel 4.1 Hasil Validitas Item-Item Variabel Penelitian ... 34
D. Tabel 4.2 Hasil Validitas Item-Item Variabel Penelitian ... 36
E. Tabel 4.3 Hasil Uji Reabilitas ... 36
F. Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ... 37
G. Tabel 4.5 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
H. Tabel 4.6 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38
I. Tabel 4.7 Klasifikasi Responden Berdsarkan Jabatan ... 38
J. Tabel 4.8 klasifikasi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 39
K. Tabel 4.9 Penilaian Responden Terhadap Independensi ... 39
L. Tabel 4.10 Penilaian Responden Terhadap Pengalaman ... 41
M. Tabel 4.11 Penilaian Responden Terhadap Due Professional Care ...42
N. Tabel 4.12 Penilaian Responden Terhadap Akuntabilitas ... 42
O. Tabel 4.13Penilaian Responden Terhadap Kualitas Audit ... 43
P. Tabel 4.14 Hasil Regresi Linier Berganda ... 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ABSTRAK
PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DUE PROFESSIONAL
CARE DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT
Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik Daerah Istimewa Yogyakarta
Lutiari Panggih Hastama NIM : 102114122 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh independensi, pengalaman kerja, due professional care, dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit auditor Kantor Akuntan Publik di DIY.
Penelitian ini merupakan studi empiris. Data diperoleh dengan kuesioner yang disebar kepada para auditor yang terdapat di KAP (Kantor Akuntan Publik) DIY. Kantor Akuntan Publik ini terdaftar pada Directory IAPI di DIY.populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor di DIY, dan sampelnya berjumlah 30 auditor. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa independensi, pengalaman kerja, due professional care dan akuntabilitas auditor memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Variabel pengalaman sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INDEPENDENCY, EXPERIENCE, DUE PROFESSIONAL CARE AND ACCOUNTABILITY TO THE QUALITY
OF AUDIT
Empirical Studies At Public Accounting Firm, Yogyakarta Special Region Lutiari Panggih Hastama
NIM : 102114122 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This study aimed to analyze the influence of independency, work experience, due professional care, and accountability of auditors on audit quality at the public accounting firms at Yogyakarta Special Region.
This study is an empirical study. Data was collected by questionaires that was distributed to the auditors of KAP (Public Accounting Firms). This Public Accounting Firms were registered at the Directory of IAPI in DIY. Population in this research was all auditors at DIY, and the smple were 30 auditors. Data was analysed by multiple linear regression method.
The result showed that independency, work experience, due professional care and accountability of auditors had a significant positive influenced to the audit quality. The experience variable was the most influential variable that influenced audit quality.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai
pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat
diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan sikap
profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya
para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta
dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesi. Seorang akuntan
publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata
bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan.
Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam
mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar
untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Menurut
FASB ( Financial Accounting Standards Boards), dua karakteristik terpenting
yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat
diandalkan (reliable). Kedua karakteristik ini sangatlah sulit untuk diukur,
sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor
independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan
dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Saripudin dkk (2012)
yang berjudul Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan
Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit Auditor KAP di Jambi dan Palembang.
Wiratama dan Ketut (2015) yang berjudul Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit Auditor KAP di
Denpasar.
Dari latar belakang, maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit Auditor KAP di DIY”
B. Rumusan Masalah
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan, masyarakat
mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi
yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keunagan.
Kurangnya indipendensi auditor dan maraknya manipulasi akuntan koorporat
membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai
menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan
kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak indipenden.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah independensi Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap kualitas
audit?
2. Apakah pengalaman Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap kualitas
3. Apakah due professional care Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap kualitas audit?
4. Apakah akuntabilitas Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap kualitas
audit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah indipendensi Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap
kualitas audit.
2. Mengetahui apakah pengalaman Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap
kualitas audit.
3. Mengetahui apakah due professional care Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap kualitas audit.
4. Mengetahui apakah akuntabilitas Auditor KAP DIY berpengaruh terhadap
kualitas audit.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik
khususnya bagi para auditor untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kualitas audit, sehingga kualitas audit dan kinerja auditor KAP dapat
meningkat.
2. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan akademisi sehingga
mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Akuntan Publik.
3. Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat umum, khususnya
pihak yang membutuhkan sehingga mengetahui hal-hal apa saja yang
diperlukan sebagai seorang auditor terutama faktor independensi,
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kualitas Audit
Kualitas audit diartikan oleh De Angelo (1981) dalam Annisa
(2004:44) sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat
menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem
akuntansi klien. Menurut Dopouch dan Simunic (1982) dalam Annisa
(2004 : 45) memproyeksi kualitas audit berdasarkan reputasi Kantor
Akuntan Publik, sedangkan menurut Francis dan Wilson (1988) dalam
Annisa (2004 : 45), kualitas audit diproksi dengan reputasi (brand name)
dan banyaknya klien yang dimiliki Kantor Akuntan Publik. Dari ke tiga
pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit sebagai
gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi sistem akuntansi klien dimana
kualitas audit ini diproksi berdasarkan reputasi dan banyaknya klien yang
dimiliki KAP. Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang
terjadi dalam system akuntansi klien tergantung pada independensi auditor.
Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang
tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu
auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan
menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Menurut Boynton dan Kell dalam Hajanto (1999:23), kualitas jasa
sangat penting untuk meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada
klien, masyarakat umum, dan aturan-aturan, sedangkan dalam SPAP
(Standar Profesional Akuntan Publik), yang dikeluarkan oleh IAI tahun
1994 dinyatakan bahwa kriteria atau ukuran mutu mencakup mutu
profesional auditor. Kriteria mutu profesional auditor seperti yang diatur
oleh standar umum auditing meliputi independensi, integritas dan
objektivitas. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas
jasa audit bertujuan meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada
klien dan masyarakat umum yang juga mencakup mengenai mutu
profesional auditor. Hajanto (1999:24) menyebutkan ada 9 elemen
pengendalian kualitas yang harus diterapkan oleh kantor akuntan dalam
mengadopsi kebijakan dan prosedur pengendalian kualitas untuk
memberikan jaminan yang memadai agar sesuai dengan standar profesional
di dalam melakukan audit, jasa akuntansi, dan jasa review. Sembilan elemen pengendalian kualitas tersebut adalah :
a. Independensi
Seluruh auditor harus independent terhadap klien ketika melaksanakan
tugas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah dengan
b. Penugasan personil untuk melaksanakan perjanjian
Personil harus memiliki pelatihan teknis dan profesionalisme yang
dibutuhkan dalam penugasan. Prosedur dan kebijakan yang digunakan
yaitu dengan mengangkat personil yang tepat dalam penugasan untuk
melaksanakan perjanjian serta memberi kesempatan partner memberikan
persetujuan penugasan.
c. Konsultasi
Jika diperlukan personil dapat mempunyai asisten dari orang yang
mempunyai keahlian, judgement, dan otoritas yang tepat. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah mengangkat individu sesuai dengan
keahliannya.
d. Supervisi
Pekerjaan pada semua tingkat harus disupervisi untuk meyakinkan telah
sesuai dengan standar kualitas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan
adalah menetapkan prosedur-prosedur untuk mereview kertas kerja dan
laporan serta menyediakan supervise pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
e. Pengangkatan
Karyawan baru harus memiliki karakter yang tepat untuk melaksanakan
tugas secara lengkap. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah
selalu menerapkan suatu program pengangkatan pegawai untuk
f. Pengembangan profesi
Personil harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi
tanggung jawab yang disepakati. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan
adalah menyediakan program peningkatan keahlian spesialisasi serta
memberikan informasi kepada personil tentang aturan professional yang
baru.
g. Promosi
Personil harus memenuhi kualifikasi untuk memenuhi tanggung awab
yang akan mereka terima di masa depan. Prosedur dan kebijakan yang
diterapkan adalah menetapkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk setiap
tingkat pertanggungjawaban dalam kantor akuntan serta secara periodik
membuat evaluasi terhadap personil.
h. Penerimaan dan kelangsungan kerja sama dengan klien
Kantor akuntan harus meminimalkan kemungkinan penerimaan
penugasan sehubungan dengan klien yang memiliki manajemen dengan
integritas yang kurang. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah
menetapkan criteria dalam mengevaluasi klien baru serta mereview
prosedur dalam kelangsungan kerja sama dengan klien.
i. Inspeksi
Kantor akuntan harus menentukan prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan elemen-elemen yang lain yang akan diterapkan secara efektif.
isi program inspeksi serta menyediakan laporan hasil inspeksi untuk
tingkat manajemen yang tepat. Efisiensi suatu audit menurut Whitaker
dan Western dalam (Hajanto, 1999:25) diukur dengan rasio manfaat
pekerjaan yang dilaksanakan terhadap sumber daya yang disediakan dan
efektifitas suatu audit merupakan suatu ukuran dari manfaat pekerjaan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
2.Independensi
Mulyadi (2002:26-27) menjelaskan bahwa independensi adalah:
“Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak
lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya”. Selain itu, Independensi
(Boynton,2003) adalah dasar dari profesi auditing dimana auditor akan
bersikap netral dan objektif terhadap entitas. Penelitian mengenai
independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu dalam negeri maupun
luar negeri. Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP : 2001) menyebutkan
bahwa independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah
dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak kepada siapapun,
sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimilikinya, ia
akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan untuk
3. Pengalaman Audit
Menurut Loehoer (2002:2) pengalaman audit merupakan
akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan
berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan,
gagasan, dan penginderaan, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002:26), pengalaman audit adalah sesuatu yang pernah
dialami, dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya. Mulyadi (2002:25)
jika seorang memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu
mencari pengalaman audit profesi dibawah pengawasan akuntan senior
yang lebih berpengalaman audit. Bahkan agar akuntan yang baru selesai
menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis
dalam profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman audit kerja
sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di
bidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam
profesi akuntan publik (SK Menteri Keuangan No.43/KMK.017/1997
tanggal 27 Januari 1997). Pengalaman auditor (lebih dari 2 tahun) dapat
menentukan profesionalisme, kinerja, komitmen terhadap organisasi,
serta kualitas auditor melalui pengetahuan yang diperolehnya dari
pengalaman audit melakukan audit. Dari dua pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa seorang auditor paling tidak harus memiliki
pengalaman audit minimal 2 tahun, sebagai akuntan dengan reputasi
kinerja komitmen terhadap organisasi, serta kualitas auditor. Untuk
membuat audit judgement, pengalaman audit merupakan komponen keahlian audit yang penting dan merupakan faktor yang sangat vital dan
mempengaruhi suatu judgement yang kompleks (Mulyadi, 2002:26). Auditor yang tidak berpengalaman audit akan melakukan atribusi
kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman
audit (Mulyadi, 2002:26). Menurut Libby dan Trotman dalam Saputri
(2013:10), seorang auditor profesional harus mempunyai pengalaman
audit yang cukup tentang tugas dan tanggung jawabnya. Pengalaman
auditor akan menjadi bahan pertimbangan yang baik dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya. Pengalaman audit merupakan salah satu
elemen penting dalam tugas audit di samping pengetahuan, sehingga
tidak mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi informasi
yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor
berpengalaman audit dengan yang kurang berpengalaman audit akan
berbeda, demikian halnya dalam mengambil keputusan dalam tugasnya.
Menurut Tubbs (1992:6) menunjukkan bahwa ketika akuntan pemeriksa
menjadi lebih berpengalaman audit maka auditor menjadi sadar terhadap
lebih banyak kekeliruan yang terjadi dan memiliki salah pengertian yang
lebih sedikit mengenai kekeliruan yang terjadi.
Auditor menjadi lebih sadar mengenai kekeliruan yang tidak
lazim serta lebih menonjol dalam menganalisa hal-hal yang berkaitan
mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas
penugasan dihadapi oleh auditor. Arrens dan Loebbeck, (1996: 21),
seorang auditor juga dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman audit dalam bidang industri yang digeluti kliennya.
Penelitian serupa oleh Adi (2005) memberikan simpulan bahwa
pengalaman mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas audit.
Lamanya bekerja sesorang sebagai auditor menjadi bagian penting yang
mempengaruhi kualitas audit. Semakin bertambahnya waktu bekerja bagi
seorang auditor tentu saja akan diperoleh berbagai pengalaman baru.
Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan
lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman dalam hal
penetapan tingkat risiko deteksi. Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor yang sudah diteliti dalam riset keperilakuan adalah mengenai
perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif (auditor attendance to negative and positive information), yang telah ditunjukkan Anderson dan Maletta (1994). Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam
auditing dan psikologi yang menunjukkan pengalaman memainkan peran
penting dalam sejauh mana perilaku konservatif/berorientasi negatif
diperlihatkan. Anderson dan Maletta mendapatkan mahasiswa dan staf
auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif
dibandingkan auditor senior. Auditor yang kurang berpengalaman terlalu
terfokus pada informasi negatif sehingga semakin negatif juga mereka
Hasil studi oleh Kida (1984), Abdolmohammadi dan Wright
(1987), Kaplan dan Reckers (1989) menunjukkan bahwa auditor yang
kurang berpengalaman mempunyai ekspektasi frekuensi kesalahan
populasi secara lebih negatif dibanding mereka yang berpengalaman,
sehingga auditor yang kurang berpengalaman secara umum lebih
berorientasi negatif daripada auditor yang lebih berpengalaman.
Pernyataan itu juga didukung oleh berbagai studi psikologi yang
mengindikasikan bahwa familiaritas tugas mempunyai efek signifikan
terhadap perilaku pengambilan risiko (risk-taking) pada individu di bawah kondisi ketidakpastian. Temuan psikologi seperti diringkas
Anderson dan Maletta (1994) secara spesifik menyatakan individu yang
kurang mengenal atau familiar dengan suatu keputusan berisiko
berperilaku secara lebih berhati-hati dan lebih menghindari risiko
dibanding mereka yang lebih mengenal atau familiar dengan tugas itu.
Dalam konteks auditing, hasil ini berarti auditor yang kurang familiar
atau kurang berpengalaman terhadap suatu tugas pertimbangan akan
lebih berhati-hati (berorientasi negatif) daripada auditor yang mempunyai
pengalaman lebih banyak. Dalam skenario eksperimen yang dilakukan
dalam penelitian ini, mengikuti Haynes et al., (1998), auditor dihadapkan pada dua kondisi dan preferensi klien yakni klien bertindak sebagai
penjual atau pembeli dalam suatu transaksi akuisisi. Auditor partisipan
diminta untuk melakukan pertimbangan audit dalam mengusulkan
yang saling bertentangan (terdapat bukti positif dan negatif. Dengan
kasus audit ini diprediksi bahwa auditor yang kurang berpengalaman
akan bersikap konservatif dibanding auditor berpengalaman dan tidak
tergantung pada posisi klien.
4. Due Professional Care
Due professional care memiliki arti kemahiran professional yang cermat dan seksama (PSA No.4 SPAP 2011). Singgih dan Bawono
(2010) mengatakan kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan
kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme
profesional. Sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit
dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti
audit. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan
oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan
cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati
(prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan professional (professional judgment), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang tidak tepat
ketika
audit sudah dilakukan dengan seksama. Standar umum ketiga
Kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap
petugas audit yang bekerja pada suatu kantor Akuntan Publik untuk
mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan
semestinya.
Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan
dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang
dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang telah
dihasilkan.
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat
seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan
keputusan yang diambil kepada lingkungannya” (Tetcock dalam Mardisar
dan Sari 2007), bahwa peran dan tanggung jawab perusahaan oleh auditor
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP,2001) yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ataupun Statement on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Boards (ASB).
Peran dan tanggung jawab perusahaan oleh auditor adalah sebagai berikut:
(a) Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud),
kekeliruan, dan ketidakberesan. SPAP Seksi 316 pendeteksian terhadap
kekeliruan dan ketidakberesan dapat berupa kekeliruan dan pengumpulan
dan pengolahan data akuntansi, kesalahan estimasi akuntansi, kesalahan
penyajian, penyajian laporan keuangan yang menyesatkan serta
penyalahgunaan aktiva. (b) Tanggung jawab mempertahankan sikap
independensi dan menghindari konflik. SPAP Seksi 220 harus bersikap
jujur, bebas dari kewajiban klien, dan tidak mempunyai kepentingan
dengan klien baik terhadap manajemen maupun pemilik. (c) Tanggung
jawab mengkomunikasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil
proses audit. SPAP Seksi 341 menyatakan bahwa hasil evaluasi yang
dilakukan mengindikasikan adanya ancaman terhadap kelangsungan hidup
perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen untuk
memperbaiki kondisi tersebut. Bila ternyata tidak memuaskan, auditor
boleh tidak memberikan pendapat dan perlu diungkapkan. (d) Tanggung
jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. SPAP Seksi 317
memberikan arti penting tentang pelanggaran terhadap hukum atau
perundang-undangan oleh satuan usaha yang laporan keuangannya diaudit.
Penentuan pelanggaran tersebut bukan kompetensi auditor, tetapi hasil
penilaian ahli hukum. Indikasinya adalah pengaruh langsung yang material
terhadap laporan keuangan sehingga auditor melakukan prosedur audit
yang dirancang khusus agar diperoleh keyakinan memadai apakah
pelanggaran hukum telah dilakukan (Sofryanti dalam Sugiri dan Hidayat,
2003).
Bahwa untuk mengukur akuntabilitas indikator yang digunakan
sebagai berikut: Seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan. Seberapa besar usaha (daya pikir) yang
diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Orang dengan
akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha (daya pikir) yang lebih besar
dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan
pekerjaan. Seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa
oleh atasan. Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa atau
dinilai orang lain dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang
untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas (Mardisar dan Sari
2007).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain:
1. Wiratama dan Ketut (2015)
Wiratama dan Ketut (2015) meneliti tentang ”Pengaruh Independensi,
Pengalaman Kerja, Due Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh independensi, pengalaman
kerja, due professional care, dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit auditor Kantor Akuntan Publik di Denpasar. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode survei dengan kuesioner. Semua auditor Kantor
Akuntan Publik yang terdaftar di Directory IAPI di Denpasarmenjadi
populasi dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan
data dilakukan dengan metode regresi linier berganda. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa secara parsial independensi, pengalaman kerja,
due professional care dan akuntabilitas auditor memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
2. Saripudin, dkk., (2012)
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (survei
terhadap auditor KAP di Jambi dan Palembang”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang
pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit yang dimiliki auditor KAP di jambi dan
palembang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan
kuesioner. Populasi penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar di Directory IAPI, di Jambi dan Palembang. Analisis data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, uji
asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan metode regresi linier
berganda. Penelitian ini menggunakan data primer dan diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepada 73 responden. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas mempengaruhi kualitas audit secara berkelanjutan. Selain itu, penelitian ini
membuktikan bahwa independensi, pengalaman dan akuntabilitas secara
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada jumlah sampel dan objek penelitiannya, lokasi penelitian ini yaitu pada
auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) DIY.
C. Kerangka Penelitian
Model penelitian yang menggambarkan suatu kerangka konseptual sebagai
panduan sekaligus alur berpikir tentang pengaruh independensi, pengalaman,
due professional care, dan akuntabilitas Auditor KAP DIY berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Independensi
(X1)
Due Professional Care
(X3)
Akuntabilitas (X4)
Kualitas Audit (Y) Pengalaman
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Independensi Auditor KAP DIY berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
2. Pengalaman Auditor KAP DIY berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
3. Due Professional Care Auditor KAP DIY berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
4. Akuntabilitas Auditor KAP DIY berpengaruh signifikan terhadap kualitas
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian empiris pada Kantor Akuntan
publik di Yogyakarta. Objek yang diteliti adalah independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan kualitas audit.Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel terikat yaitu kualitas audit (Y), independensi (X1), pengalaman
(X2), due professional care (X3) dan akuntabilitas (X4).
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer
yang merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara dan hasil olah data orang lain) yaitu dengan
menggunakan kuesioner seperti dikatakan Indriantoro dan Supomo (2002). Data
tersebut berasal dari jawaban responden atas kuesioner yang dibagikan kepada
responden dalam hal ini auditor yang bekerja di KAP DIY. Sumber data
penelitian ini diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dikirim kepada
auditor yang bekerja di KAP DIY.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan data primer
yang dilakukan dengan metode survey, yaitu metode pengumpulan data
survey yang digunakan adalah dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden dalam bentuk pertanyaan tertulis.
Masing-masing KAP diberikan 10 kuesioner atau sesuai dengan jumlah
responden di KAP tersebut dengan jangka waktu pengembalian 2 minggu
terhitung sejak kuesioner diterima oleh responden. Setiap responden diminta
untuk memilih salah satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan
persepsinya diantara alternatif jawaban yang telah disediakan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat menggunakan skala Likert dengan rentang 1
sampai 5 untuk mendapatkan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan
jawaban sangat setuju dengan melingkari atau memberi tanda silang pada
jawaban yang akan dipilih oleh responden pada lembar kuesioner.
Tabel 3.1
Penilaian Kuesioner
STS TS N S SS
1 2 3 4 5
4. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel a. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel output/kriteria/konsekuen/endogen/terikat)
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Dalam penenlitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
kualitas audit. Kualitas audit diartikan sebagai probabilitas seorang auditor
dalam menemukan dan melaporkan penyelewengan dalm sistem akuntansi
klien (De Angelo, 1981 dalam Basuki dan Krisna, 2006). Variabel ini diukur
(2004) yang terdiri dari 6 pertanyaan menggunakan skala Likert 1 sampai 5.
Jawaban dari responden digunakan untuk menentukan tingkat kualitas auditor,
tingkat kualitas auditor rendah untuk jawaban pada skala rendah dan sebaliknya
tingkat kualitas auditor lebih tinggi untuk jawaban pada skala tinggi.
b. Variabel Independen
Variabel Independen (variabel stimulus/predictor/antecendent/eksogen /bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009: 39).Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah: independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas.
1)Independensi: independensi adalah sikap bebas dan tidak memihak yang tidak
memihak yang dilmiliki auditor terkait dengan penugasan auditnya. Variabel
independensi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980: 206) yaitu: independensi
penyusunan program, independensi investigatif, dan independensi pelaporan.
2)Pengalaman: pengalaman adalah keterampilan dan pengetahuan yang
diperoleh seseorang setelah mengerjakan sesuatu hal. Variabel pengalaman
akan diukur menggunakan lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan
yang telah dilakukan, seperti yang digunakan oleh Aji (2009) serta ditambah
dengan satu indikator yang juga dapat memproksikan pengalaman seorang
auditor yaitu banyaknya pelatihan yang telah diikutinya, yang diambil dari
dari aspek-aspek kompetensi yang dikembangkan Mansur (2007) yang telah
3) Due professional care: due professional care adalah kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Due profesional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001)
kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan pekerjaan audit agar tujuan
dapat tercapai melibatkan due profesional care.
4)Akuntabilitas: Akuntabilitas adalah bentuk dorongan psikis yang membuat
seseorang bertanggung jawab semua tindakan dan keputusan yang diambil.
Oleh karena itu, pengabdian kepada profesi merupakan suatu komitmen yang
terbentuk dari dalam diri seorang profesional, tanpa paksaan dari siapapun.
Akuntan memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis mereka
kepada organisasi dimana mereka berlindung, profesi mereka, masyarakat,
dan prbadi mereka sendiri dimana akuntan publik mempunyai tanggung jawab
menjaga integritas dan objektivitas.
c. Definisi Operasional Variabel
Untuk menentukan jenis dan indikator variabel-variaebel yang terkait
dengan penelitian, maka diperlukan operasional variabel. Hal ini dilakukan
untuk menentukan skala pengukuran dan masing-masing variabel sehingga
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan benar.
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (dependen) yaitu kualitas
1) Independensi (X1)
Ada dua dimensi yang digunakan dalam variabel ini yaitu dimensi
tekanan klien dan lama kerjasama dengan klien. Terdapat 5 pertanyaan
sebagai indikator yaitu (1) pengungkapan kecurangan klien, (2) besarnya fee
audit, (3) pemberian fasilitas dari klien, (4) penggantian auditor, dan (5)
penggunaan jasa non audit (Alim, 2007).
2) Pengalaman (X2)
Variabel pengalaman audit dilihat dari lamanya bekerja sebagai auditor
dan banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Variabel ini diukur
dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Ida Suraida (2003)
dalam Puspa (2006). Dalam pertanyaan yang disampaikan pada kuesioner
dikombinasi untuk pengalaman audit adalah lama bekerja sebagai auditor
dan berapa banyak penugasan yang pernah ditangani.
3) Due Professional Care (X3)
Due professional care adalah kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Variabel due professional care akan diukur dengan aspek-aspek
due professional care yang dikembangkan oleh Mansur (2007) yaitu sikap skeptis dan keyakinan yang memadai.
4) Akuntabilitas (X4)
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk mempertanggungjawakan sesuatu yang telah mereka
kerjakan kepada lingkungannya atau orang lain. Pada penelitian ini,
Yang terdiri dari 10 pertanyaan, 5 dari motivasi dan 5 dari kewajiban sosial
dengan skala likert 1-5.
5) Kualitas Audit (Y)
De Angelo (1981) dalam Basuki dan Krisna (2006) kualitas audit
diartikan sebagai probabilitas seorang auditor dalam menemukan dan
melaporkan penyelewengan dalm sistem akuntansi klien. Variabel ini
diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Carcello dkk (1992)
dalam Harhinto (2004) yang terdiri dari 6 pertanyaan menggunakan skala
Likert 1 sampai 5. Jawaban dari responden digunakan untuk menentukan
tingkat kualitas auditor, tingkat kualitas auditor rendah untuk jawaban pada
skala rendah dan sebaliknya tingkat kualitas auditor lebih tinggi untuk
jawaban pada skala tinggi.
5. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor dari tingkatan partner,
manajer, senior, dan junior yang bekerja di KAP DIY. Tujuan penelitian
menyampaikannya sendiri kuisioner kepada responden adalah pertama, tingkat
pengembalian (response rate) kuisioner yang telah diisi oleh responden bisa lebih tinggi sehingga memenuhi target sampel yang telah ditentukan. Kedua,
peneliti dapat memahami (tahu persis) lokasi keberadaan KAP yang menjadi
objek dalam penelitian ini. Ketiga, bersamaan dengan menyampaikan kuisioner
peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan beberapa responden yang
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan, dimana sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu melakukan survey atau
penjajakan, kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil
secara acak (random). Penelitian ini menggunakan convenience sampling karena auditor tidak setiap saat berada di KAP dan tidak semua auditor bersedia
mengisi kuesioner yang diberikan. Jadi kuesioner diberikan kepada seluruh
populasi, dari populasi tersebut didapatkan sampel yang dapat digunakan dalam
penelitian.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang dengan
mengacu pada variabel dan indikator yang peneliti ambil dari kuesioner pada
penelitian sebelumnya. Untuk menganalisis jawaban responden, diukur dengan
menggunakan penilian responden tertinggi dengan skor rata-rata 5 dan terendah
denganskor rata-rata 1. Penelitian ini intervalnya adalah sebagai berikut:
skor rata-rata 3.40 – 4.19 Tinggi skor rata-rata 4.20 – 5.00 Sangat Tinggi
7. Uji Instrumen Penelitian
Suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang baik jika data
memiliki kualitas yang baik. Prosedur yang dilakukan untuk menguji kualitas
data dalam penelitian ini adalah :
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur
apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus
korelasi product moment (Sugiyono, 2009:108)
Menurut Djamaludin Ancok, hasil perhitungan korelasi Pearson product
moment dibandingkan dengan r tabel untuk menentukan valid tidaknya
kuesiener. Kuesioner dikatakan valid apabila dalam perhitungan r hitung > r
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah tingkat kebebasan dari variabel random error
sehingga menghasilkan hasil yang konsisten. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang digunakan untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2009:110).
Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Cronbach
Alpha, untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi
merupakan rentang antara beberapa nilai misalnya 0-10, 0-100, atau bentuk
skala 1-3, 1-5, 1-7 dan seterusnya. Adapun rumus Cronbach Alpha adalah:
seberapa jauh resiko Alpha bila diterima sedikit resiko, semakin besar nilai α
yang dihasilkan (lebih besar dari 0,6) berarti butir kuesioner semakin
reliabel.
B. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskripsi
Analisis deskripsi merupakan proses transformasi data penelitian dalam
bentuk tabulasi data responden yang diperoleh dari kuesioner serta
deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi
karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden.
Ukuran yang digunakan dalam statistik diskriptif yaitu frekuensi.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit menggunakan analisis analisis regresi linear berganda. Berikut ini persamaan regresi yang
memasukkan variabel independen yaitu independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas dengan variabel dependen yaitu kualitas audit (Y) menggunakan rumus:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y = Kualitas audit
X1 = Independensi
X2 = Pengalaman
X3 = Due professional care
X4 = Akuntabilitas
β1-β4 = Koefisien regresi
3. Pengujian Hipotesis a). Uji F (F-test)
Uji F adalah uji serempak yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah (Gujarati, 2009:65):
1). Merumuskan hipotesis :
Ho : bi (1,2,3...) = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan).
Ha : bi (1,2,3...)≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan).
2). Menentukan kriteria pengujian
Dengan level of significant (α) 5 % dan df pembilang k-1dan penyebut n-k. -Bila Probabilitas F-statistik < Level of Significant = 0,05, maka Ho di tolak,
artinya secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
-Bila Bila Probabilitas F-statistik > Level of Significant = 0,05, maka Ho di
terima, artinya secara simultan variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
b). Uji t (t-test)
Uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individual dengan asumsi bahwa variabel
yang lain tetap atau konstan. Adapun langkah-langkah dalam uji t untuk
1). Merumuskan hipotesis operasional
Ha : βi = 0 (Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen)
Ho : βi ≠ 0 (Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen)
2). Menentukan kriteria pengujian
Penelitian ini menggunakan uji dua sisi, maka daerah penolakannya
berada di sisi kanan kurva yang luasnya α dan derajat kebebasan (degre
of freedom) yaitu : df = n-k, dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah konstanta.
- Bila probabilitas t-statistik > Level of Significant = 0,05, maka Ha ditolak,
artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
- Bila probabilitas t-statistik < Level of Significant = 0,05, maka Ha
diterima, artinya ada pengaruh signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
c). Pengujian Goodness of Fit
Pengujian Goodness of Fit menggunakan R2 (Koefisien Determinasi) untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 (Koefisien Determinasi) mempunyai
range antara 0-1. Semakin besar R2 mengindikasikan semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel independen
33
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini menjelaskan analisis hasil mengenai “Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit
KAP di DIY”. Pembahasan analisis hasil penelitian ini dimulai dari analisis
kualitatif yang meliputi profil responden, analisis deskripsi variabel penelitian,
analisis Regresi Linier Berganda, dan pengujian hipotesis.
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden
penelitian yaitu auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DIY.
Dalam penelitian ini disebarkan 30 kuesioner pada 30 responden dalam 3 KAP di
DIY yaitu KAP M. Kuncara Budi Santosa SE, AK.MM,CPA, KAP Indarto
Waluyo, dan KAP Drs. Hendry Susanto. Sedangkan KAP yang menolak adalah
KAP Drs.Soeroso Donosapoetro, MM, KAP Dra.Suhartati & Rekan, KAP Drs
Haditori & Rekan, KAP Drs J. Tansil & Associate, dan KAP Drs.Hadiono.
Kuesioner yang dikembalikan sebanyak 30 eksemplar, akan tetapi kuesioner yang
layak diteliti sebanyak 30 eksemplar, jadi respon rate-nya sebanyak 100,0%. Kuesioner yang terjawab lengkap dengan baik dan layak dianalisis dalam
penelitian ini sebanyak 30 kuesioner. Setelah data terkumpul, kemudian data
A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Berikut ini hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian :
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Item-item Variabel Penelitian Item rxy r-tabel Keterangan
independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas adalah valid.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Item-item Variabel Penelitian Item rxy Nilai Kritis Keterangan
Y1.1 0,757 0,361 Valid
Y1.2 0,770 0,361 Valid
Y1.3 0,627 0,361 Valid
Y1.4 0,460 0,361 Valid
Y1.5 0,676 0,361 Valid
Y1.6 0,727 0,361 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Dari Tabel 4.2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa nilai rxy > 0,31,
sehingga seluruh pertanyaan dalam kuesioner pada item-item pertanyaan
kualitas audit adalah valid.
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Nilai Kritis Keterangan Independensi 0,623 0,60 Reliabel Pengalaman 0,857 0,60 Reliabel
Due Professional Care 0,942 0,60 Reliabel
Akuntabilitas 0,901 0,60 Reliabel Kualitas Audit 0,746 0,60 Reliabel Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Dari Tabel 4.3 tersebut di atas dapat diketahui bahwa koefisien
B. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30
responden, maka dapat diidentifikasikan mengenai karakteristik responden
sebagai berikut :
1. Umur
Berdasarkan umur, maka responden dalam penelitian ini
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 4.4
Kasifikasi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Persentase 1 < 25 th 20 66,7% 2 26-35 th 10 33,3% Total 30 100,0% Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini adalah sebagian kecil berusia 26 s/d 35 tahun
sebanyak 10 responden atau 33,3% dan sebagian besar berusia < 25 tahun
sebanyak 20 responden atau 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi
umur auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DIY
kebanyakan usia yang cukup muda (Junior).
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dalam penelitian ini
Tabel 4.5
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Pria 17 56,7% 2 Wanita 13 43,3% Total 30 100,0% Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini sebagian besar adalah pria sebanyak 17 responden
atau 56,7% dan wanita sebanyak 13 responden atau 43,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di DIY lebih banyak dari jenis kelamin pria.
3. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, maka responden dalam penelitian
ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 4.6
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
2 S1 28 93,3%
3 S2 2 6,7%
Total 30 100,0% Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut dapat disimpulkan bahwa
responden dalam penelitian ini adalah sebagian besar berpendidikan S1
sebanyak 28 responden atau 93,3% dan sebagian kecil berpendidikan S2
pendidikan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di
DIY mempunyai pendidikan tinggi (Sarjana).
4. Jabatan
Berdasarkan jabatan, maka responden dalam penelitian ini
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 4.7
Kasifikasi Responden Berdasarkan Jabatan
No Jabatan Jumlah Persentase 1 Senior 14 46,7% 2 Junior Auditor 15 50,0% 3 Lain-lain 1 3,3% Total 30 100,0% Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini adalah sebagian besar dengan jabatan Junior Auditor
sebanyak 15 responden atau 50,0% dan sebagian kecil dengan jabatan
Lain-lain sebanyak 1 responden atau 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
dari segi jabatan kebanyakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di DIY dengan jabatan sebagai Junior Auditor karena masih
rata-rata muda.
4. Masa Kerja
Berdasarkan masa kerja, maka responden dalam penelitian ini
Tabel 4.8
Klasifikasi Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah Persentase 1 < 1 tahun 4 13,3% 2 antara 1-5 tahun 20 66,7% 3 antara 6-10 tahun 6 20,0% Total 30 100,0% Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat disimpulkan bahwa
responden dalam penelitian ini sebagian besar bekerja sebagai lama
kerjanya 1 s/d 5 tahun sebanyak 20 responden atau 66,7% dan sebagaian
kecil lama kerjanya < 1 tahun sebanyak 4 responden atau 13,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa dari segi lama bekerja, auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) di DIY rata-rata sudah cukup lama bekerja
sebagai auditor.
C. Analisis Deskripsi Variabel
1. Variabel Independensi
Tabel 4.9
Penilaian Responden terhadap Independensi
Variabel Min Max Mean STD
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dari 30 responden yang diambil sebagai
sampel, diketahui kebanyakan responden menilai indikator variabel
independensi, Setuju (Mean 3,87). Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan
program audit bebas dari kecurangan klien melalui campur tangan pimpinan
(inspektur) untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi
bagian-bagian tertentu yang diperiksa, pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk
mengesampingkan pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi laporan
pemeriksaan, baik fakta maupun pendapatnya melalui penambahan fee (bonus)
audit, penyusunan program audit bebas dari intervensi pimpinan tentang
prosedur yang dipilih auditor, pemeriksaan dalam menentukan atau menunjuk
kegiatan yang diperiksa, bebas, pemeriksaan bebas dari usaha-usaha manajerial
untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk
menentukan dapat diterimanya masalah pembuktian tanpa mengesampingkan
ancaman manajemen untuk mengganti auditor, dan tidak jarang akuntan publik
memberikan jasa non audit kepada klien selama periode-periode pengauditan
seperti konsultasi manajemen, penyusunan sistem akuntansi, konsultasi
perpajakan, studi kelayakan, pendidikan dan latihan, pemeriksaan khusus, dan
jasa non audit untuk memperlancar usaha klien untuk bisa go publik.
2. Variabel Pengalaman
Tabel 4.10
Penilaian Responden terhadap Pengalaman
Variabel Min Max Mean STD
X2.3 2,00 5,00 3,93 0,45 X2.4 2,00 5,00 3,87 0,57 X2.5 2,00 5,00 4,10 0,76 X2.6 2,00 4,00 3,80 0,48 X2.7 2,00 5,00 3,43 1,07 X2.8 2,00 4,00 3,47 0,90 X2 2,00 4,38 3,80 0,50
Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dari 30 responden yang diambil sebagai
sampel, diketahui kebanyakan responden menilai indikator variabel
Pengalaman, Setuju (Mean 3,80). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
menjadi auditor, semakin mengerti bagaimana menghadapi entitas/obyek
pemeriksaan dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, semakin
lama menjadi auditor, semakin dapat mengetahui informasi yang relevan untuk
mengambil pertimbangan dalam membuat keputusan, semakin lama menjadi
auditor, semakin dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan obyek
pemeriksaan, semakin lama menjadi auditor, semakin mudah mencari
penyebab munculnya kesalahan serta dapat memberikan rekomendasi untuk
menghilangkan/memperkecil penyebab tersebut, banyaknya tugas audit
membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menyelesaikannya, kekeliruan
dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta informasi dapat menghambat
proses penyelesaian pekerjaan, banyaknya tugas yang dihadapi memberikan
kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah
dialami, dan banyaknya tugas yang diterima dapat memacu auditor untuk
3. Variabel Due Professional Care
Tabel 4.11
Penilaian Responden terhadap Due Professional Care
Variabel Min Max Mean STD
X3.1 2,00 5,00 3,87 0,57 X3.2 2,00 5,00 4,00 0,69 X3.3 2,00 5,00 3,73 0,58 X3.4 2,00 5,00 4,03 0,61 X3.5 2,00 5,00 4,07 0,64 X3.6 2,00 5,00 3,87 0,51 X3.7 2,00 5,00 4,07 0,69 X3 2,00 4,71 3,95 0,53 Sumber : Data Primer Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dari 30 responden yang diambil sebagai
sampel, diketahui kebanyakan responden menilai indikator due professional care, Setuju (Mean 3,95). Hal ini menunjukkan bahwa auditor selalu mempertanyakan secara kritis bukti audit, selalu melakukan evaluasi secara
kritis bukti audit, dapat mendeteksi kesalahan pada laporan keuangan klien,
memiliki keahlian dan kecermatan, cermat dan seksama melaksanakan
skeptisme (sikap yang menyeimbangkan antara sikap curiga dan sikap percaya)
professional, mengumpulkan bukti audit dan dinilai selama proses audit, dan
memiliki keyainan yang memadai.
4. Variabel Akuntabilitas
Tabel 4.12
Penilaian Responden terhadap Akuntabilitas
Variabel Min Max Mean STD
X4.2 2,00 4,00 3,73 0,58
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dari 30 responden yang diambil sebagai
sampel, diketahui kebanyakan responden menilai indikator akuntabilitas,
Setuju (Mean 3,84). Hal ini menunjukkan bahwa menyelesaikan kewajibannya
yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya, bertanggung jawab
terhadap profesinya, mengutamakan kepentingan masyarakat, mempunyai
tanggung jawab profesional, mempunyai integritas yang tinggi, obyektif dalam
bekerja, tidak memihak kepada kepentingan siapapun, dan selalu
mengembangkan kemampuannya untuk meningkatkan keahlian dan mutu jasa
yang diberikan.
5. Variabel Kualitas Audit
Tabel 4.13
Penilaian Responden terhadap Kualitas Audit