• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh komposisi jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum) pada pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh komposisi jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum) pada pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PENYULUHAN PEMBUATAN TEH CELUP KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa .l) DAN

JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) DI KELOMPOK TANI IKHLAS DESA KEBONAGUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO

PROGAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

LULUK ARDIANI NINGSIH 04.01.18.099

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PEMBUATAN TEH CELUP KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa .l) DAN

JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) DI KELOMPOK TANI IKHLAS DESA KEBONAGUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P)

PROGAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

LULUK ARDIANI NINGSIH 04.01.18.099

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

Karya ilimiah ini saya persembahkan kepada Almarhum ayahanda Bapak Muhamad Uripan dan Ibu tercinta

Lilis Ernawati Serta kakak dan keluarga besar yang tersayang.

Terimakasih atas segala motivasi, doa dan kasih sayang yang telah diberikan dan dipanjatkan.

Terimakasih kepada Dosen Pembimbing 1 dan 2 yang telah membimbing untuk menyelesaikan Tugas Akhir dari awal hingga dapat menyelesaikan dengan tepat waktu.

Terimakasih kepada Ibu Suci, Ibu Ria dan Ibu Nanik selaku Penyuluh BPP Sukodono Serta Bapak Antonius sekeluarga, Ibu Rw dan Kelompok Tani Ikhlas di Kampung Ibu Sayur yang turut membantu proses dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Dan terimakasih kepada rekan – rekan seperjuangan Pertanian C 2018, partner sejawat yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Semoga tetap sehat selalu dan dilindungi oleh Allah SWT.

(4)

PERNYATAAN

ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah tertulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 26 Juli 2022

Luluk Ardiani Ningsih NIRM. 04.01.18.099

(5)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PEMBUATAN TEH CELUP KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa .l) DAN

JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) DI KELOMPOK TANI IKHLAS DESA KEBONAGUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO

LULUK ARDIANI NINGSIH 04.01.18.099

Malang, 26 Juli 2022

Mengetahui, Pembimbing I

Dr. Acep Hariri, SST., M.Si NIP. 19841007 200604 1 022

Pembimbing II

Yastutik, SST, M.Si NIP. 19820127 200604 2 001

Direktur

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

(6)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PEMBUATAN TEH CELUP KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa .l) DAN

JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) DI KELOMPOK TANI IKHLAS DESA KEBONAGUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO

LULUK ARDIANI NINGSIH 04.01.18.099

Telah dipertahankan didepan penguji Pada tanggal 26 Juli 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Penguji I

Dr. Acep Hariri, SST., M.Si NIP. 19841007 200604 1 022

Penguji II

Yastutik, SST, M.Si NIP. 19820127 200604 2 001

Penguji III

Ainu Rahmi, SP, MP NIP. 19731019 200212 2 001

(7)

RINGKASAN

Luluk Ardiani Ningsih, NIRM 04.01.18.099, Rancangan Penyuluhan Pembuatan Teh Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa l.) dan Jahe Merah (Zingiber officinale var.rubrum) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Dosen pembimbing Dr.

Acep Hariri, SST, M.Si dan Yastutik, SST, M.Si.

Kampung Ibu Sayur Desa Kebonagung merupakan kampung yang memiliki potensi lahan budidaya tanaman hortikultura, ikan dan tanaman biofarmaka.

Tanaman rosella merupakan komoditas unggulan dan produksinya terbilang sangat melimpah di Desa tersebut. Namun, tanaman rosella belum termanfaatkan dengan maksimal karena petani tersebut hanya menjual hasil panen kering bunga rosella saja. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengembangkan hasil pasca panen rosella menjadi produk olahan pangan berupa teh celup. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui komposisi terbaik penambahan jahe merah dalam pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.), (2) Menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, (3) Mengetahui tingkat keterampilan petani dalam pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan ulangan. Penambahan komposisi jahe merah pada pembuatan teh celup kelopak bunga rosella dengan konsentrasi 1:4. Parameter pengamatan yang diuji adalah organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan uji kimia (Ph, kadar air, antioksidan dan rendemen). Hasil kajian terbaik pada perlakuan P1 yaitu dengan kelopak bunga rosella 2g + jahe merah 2g pada parameter uji organoleptik dan uji pH. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Kelompok Tani Ikhlas dengan metode penyuluhan berupa demonstrasi cara dan diskusi kelompok dengan sasaran sebanyak 25 orang anggota Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung. dibantu media penyuluhan berupa leaflet dan benda sesungguhnya.

Kata Kunci: Jahe merah, Bunga Rosella, Teh Celup,

(8)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Rancangan Penyuluhan Pembuatan Teh Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa l.) dan Jahe Merah (Zingiber officinale var.rubrum) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo” dengan baik.

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat adanya Kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Acep Hariri, SST., M.Si selaku Dosen pembimbing I.

2. Yastutik, SST, M.Si selaku Dosen pembimbing II.

3. Dr. Eny Wahyuning Purwaningsih, SP, MP selaku ketua jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan.

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam kesempatan ini yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak beberapa kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik positif sangat diharapkan demi perbaikan Tugas Akhir ini.

Malang, 26 Juli 2022

Penulis

(9)

ii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Tanaman Rosella ... 8

2.2.2 Kandungan dan Manfaat Bunga Rosella ... 9

2.2.3 Jahe Merah ... 10

2.2.4 Pengertian Teh Herbal ... 11

2.2.5 Parameter Penelitian ... 12

2.3 Aspek Penyuluhan ... 17

2.3.1 Penyuluhan Pertanian ... 17

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 18

2.3.3 Materi Penyuluhan Pertanian ... 19

2.3.4 Metode Penyuluhan Pertanian ... 20

2.3.5 Media Penyuluhan Pertanian ... 22

2.3.6 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 23

2.3.7 Keterampilan ... 25

2.3.8 Kerangka Pikir Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu ... 29

3.2 Metode Penelitian ... 29

3.2.1 Alat dan Bahan ... 29

3.2.2 Rancangan Penelitian ... 29

(10)

iii

3.2.3 Proses Pembuatan Teh Celup Dari Kelopak Bunga Rosella ... 31

3.2.4 Diagram Alir Pembuatan Teh Celup Dari Kelopak Bunga Rosella dengan Komposisi Jahe Merah ... 33

3.2.5 Definisi Operasional ... 34

3.2.6 Parameter Pengamatan ... 35

3.2.7 Analisis Data ... 37

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ... 37

3.3.1 Tujuan Penyuluhan ... 37

3.3.2 Sasaran Penyuluhan ... 38

3.3.3 Materi Penyuluhan ... 38

3.3.4 Metode Penyuluhan ... 39

3.3.5 Media Penyuluhan ... 39

3.3.6 Evaluasi Perancangan Penyuluhan ... 39

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan ... 41

3.4.1 Persiapan Penyuluhan ... 41

3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 42

3.4.3 Evaluasi ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Uji Organoleptik ... 44

4.2 Uji pH ... 46

4.3 Uji Kadar Air ... 47

4.4 Uji Antioksidan ... 49

4.5 Rendemen ... 50

BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 52

5.1 Gambaran Umum ... 52

5.1.1 Keadaan Wilayah... 52

5.1.2 Penggunaan Lahan Wilayah Kecamatan Sukodono ... 52

5.1.3 Keadaan Iklim ... 52

5.1.4 Data Karakteristik Penduduk ... 53

5.2 Perancangan Penyuluhan ... 55

5.2.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 55

5.2.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 56

5.2.3 Penetapan Materi Penyuluhan ... 56

5.2.4 Penetapan Metode Penyuluhan ... 56

5.2.5 Penetapan Media Penyuluhan ... 57

5.2.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 57

(11)

iv

5.3 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 58

5.3.1 Persiapan Penyuluhan Pertanian ... 58

5.3.2 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 58

5.3.3 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 59

BAB VI PEMBAHASAN/DISKUSI ... 62

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 62

6.1.1 Karakteristik Sasaran ... 62

6.1.2 Penyuluhan Pertanian ... 65

6.1.3 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 66

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 69

BAB VII PENUTUP ... 70

7.1 Kesimpulan ... 70

7.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 77

(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Penelitian Uji Organoleptik ... 36

2. Rata – rata Variabel Aroma, Warna, dan Rasa ... 45

3. Hasil PH Teh Celup Kelopak Bunga Rosella ... 47

4. Hasil Kadar Air Teh Celup Kelopak Bunga Rosella ... 48

5. Hasil Antioksidan Teh Celup Kelopak Bunga Rosella ... 50

6. Hasil Nilai Rendemen Teh Celup Kelopak Bunga Rosella ... 53

7. Curah Hujan Pertahun di Kecamatan Sukodono ... 54

8. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

9. Data Penduduk Berdasarkan Usia ... 55

10. Data Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan ... 56

11. Karakteristik Sasaran Berdasarkan Usia ... 63

12. Karakteristik Sasaran Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 64

13. Karakteristik Sasaran Berdasarkan Status Pekerjaan ... 65

14. Karakteristik Sasaran Berdasarkan Luas Lahan ... 66

15. Frekuensi Tingkat Keterampilan Responden Berdasarkan Teori .... 68

(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Kerangka Pikir ... 27 2 Diagam Alir Pembuatan Teh Celup ... …Error! Bookmark not defined.33 3 Hasil Data Analisa Uji PH ... 46 4 Hasil Data Analisa Uji Kadar Air ... 47 5 Hasil Data Analisa Uji Antioksidan ... 49

(14)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Penelitian Terdahulu ... 78

Lampiran 2. Format Uji Organoleptik ... 81

Lampiran 3. Hasil Tabulasi Data Uji Organoleptik Warna ... 83

Lampiran 4. Hasil Tabulasi Data Uji Organoleptik Aroma ... 84

Lampiran 5. Hasil Tabulasi Data Uji Organoleptik Rasa ... 85

Lampiran 6. Hasil Data Uji Normalitas Warna, Aroma dan Rasa ... 86

Lampiran 7. Hasil Data Npar Tabel Warna ... 87

Lampiran 8. Hasil Data Npar Tabel Aroma ... 88

Lampiran 9. Hasil Data Npar Tabel Rasa ... 89

Lampiran 10. Hasil Uji Laboratorium Kadar Air dan Antioksidan ... 90

Lampiran 11. Hasil Uji Laboratorium PH ... 91

Lampiran 12. Kisi – kisi Kuisioner dan Kategori Teori Keterampilan ... 92

Lampiran 13. Lembar Checklist Observasi ... 93

Lampiran 14. Matriks Pertimbangan Penetapan Metode ... 95

Lampiran 15. Matriks Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian ... 96

Lampiran 16. Matriks Penentuan Media Penyuluhan Pertanian... 97

Lampiran 17. Karakteristik Sasaran Penyuluhan ... 99

Lampiran 18. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 99

Lampiran 19. Sinopsis ... 101

Lampiran 20. Berita Acara ... 104

Lampiran 21. Daftar Hadir ... 105

Lampiran 22. Leaflet ... 106

Lampiran 23. Dokumentasi Kegiatan ... 107

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rosella (Hibiscus sabdariffa l.) adalah jenis tumbuhan perdu atau semak yang merupakan tanaman musiman dalam jenis famili Malvaceae. Seluruh bagian pada tanaman rosella mulai dari daun, kelopak bunga dan biji dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan yang memiliki banyak manfaat. Salah satu kandungan dari bunga rosela yang penting adalah senyawa fenolat dan antosianin yang berperan sebagai antioksidan (Yang dkk. 2012:4063 – 4068).

Senyawa antosianin mampu menetralisir radikal bebas. Aktivitas antioksidan rosella pada dosis 1000g mampu menghambat efek radikal anion superoksida sebesar 70-80% (Mahadevan dkk. 2009 :77-83). Baru – baru ini bunga rosella menjadi populer dikalangan masyarakat dimasa pandemi saat ini.

Pada masa pandemi ini masyarakat mulai rutin untuk hidup lebih sehat dengan menjaga pola makan dan mengkonsumsi minuman herbal salah satunya yang bersumber dari tanaman rosella. Tanaman rosella tidak hanya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan namun juga memiliki nilai jual ekonomis yang tinggi. Di Indonesia tanaman rosella mulai banyak dikembangkan oleh masyarakat, terutama didaerah Yogyakarta, Kuningan dan Cirebon karena prospeknya yang menjanjikan (Dewi, 2015:46). Di masa pandemi seperti ini tanaman rosella mulai banyak dikembangkan diberbagai daerah salah satunya di Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Desa Kebonagung terdapat satu kampung yang bernama Kampung Ibu Sayur. Kampung tersebut memiliki potensi berbagai lahan budidaya tanaman hortikultura, ikan dan tanaman biofarmaka. Berdasarkan hasil identifikasi potensi wilayah di Desa tersebut, tanaman rosella merupakan komoditas unggulan dan

(16)

produksinya terbilang sangat melimpah. luasan lahan tanaman rosella sebesar 10.000 m2/Ha, jumlah pohon tanaman rosella sebanyak 200 pohon, rata-rata tinggi tanaman rosella hampir mencapai 3m untuk satu pohon tanaman rosella dapat menghasilkan kisaran kurang lebih 5 kg rosella segar, untuk produksi tanaman rosella biasanya mencapai kurang lebih 50 kg dengan setiap minggunya dilakukan pemanenan. Dengan adanya produksi tanaman rosella yang sangat melimpah tersebut maka terdapat upaya pengembangan tanaman rosella dengan memanfaatkan pengolahan pasca panen menjadi produk olahan pangan dari kelopak bunga rosella (Proga BPP Sukodono, 2020:13).

Kelompok Tani Ikhlas yang berada di Kampung Ibu Sayur Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu kelompok tani yang berperan besar dalam pembangunan pertanian salah satunya yaitu dalam kegiatan budidaya tanaman rosella. Setelah dilakukannya kegiatan identifikasi potensi wilayah ditemukan permasalahan pada lokasi tersebut seperti tanaman rosella belum termanfaatkan dengan maksimal dapat diketahui bahwa selama ini petani di Kelompok Tani tersebut hanya menjual hasil panen kering bunga rosella saja tanpa adanya penanganan pengolahan pasca panen lebih lanjut. Kesadaran petani akan pemanfaatan pengolahan pada tanaman rosella masih rendah, hal itu juga disebabkan oleh belum adanya pendampingan secara mendalam terkait penanganan pasca panen tanaman rosella. Hal ini yang mengakibatkan kurangnya tingkat keterampilan petani dalam penanganan pengolahan pasca panen tanaman rosella. Jika petani sekitar dapat mengembangkan hasil pasca panen tanaman rosella menjadi produk olahan pangan, maka kesejahteraan keluarga petani dapat terpenuhi, meningkatkan nilai jual ekonomis serta produk akan dikenal oleh lingkungan sekitar dan masyarakat luas.

(17)

Pengolahan pasca panen tumbuhan rosella menjadi produk olahan memang perlu dikembangkan mengingat nilai jual yang lebih ekonomis dibandingkan bentuk segar atau kering (simplisia). Salah satu bentuk pengolahan tanaman rosella yaitu teh celup dari kelopak bunga rosella. Teh merupakan jenis minuman yang biasanya diminum dalam keadaan panas, hangat dan dingin. Teh memiliki kandungan senyawa aktif berupa polifenol yang dapat bekhasiat sebagai antioksidan alami tubuh dari radikal bebas maka dari itu dapat disebut sebagai minuman fungsional (Rohdiana, 2013:46-49). Teh celup adalah produk olahan teh yang pengemasannya dimasukkan kedalam kantong teh celup (tea bag) yang bahan kantongnya terdiri dari filter paper yang tahan panas dan bisa dihidangkan dengan cepat.

Salah satu upaya untuk mempertahankan produk minuman rosella menjadi produk olahan teh celup agar tetap berpotensi sebagai antioksidan alami, maka dapat dikombinasikan dengan herbal lain yang memiliki khasiat bagi kesehatan, seperti jahe merah. Menurut (Shu dkk, 2014: 152 – 156) kini mulai banyak dikembangkan produk minuman perpaduan antara dua bahan baku, hal ini jahe dan rosella memiliki potensi sebagai produk minuman fungsional. Karena rosella dan jahe memiliki rasa dan aroma yang khas sehingga jika kedua bahan diformulasikan menjadi satu maka akan menjadi produk minuman fungsional yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan potensi diatas, maka dapat dijadikan alternatif penulis untuk menulis penelitian tentang “Rancangan Penyuluhan Pembuatan Teh Celup Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa l.) dan Jahe Merah (Zingiber Officinale Var.Rubrum) di Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo”.

(18)

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa komposisi terbaik penambahan jahe merah dalam pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.)?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

3. Bagaimana tingkat keterampilan petani dalam pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui komposisi terbaik penambahan jahe merah dalam pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.).

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

3. Mengetahui tingkat keterampilan petani dalam pembuatan teh celup kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) di Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat

1. Manfaat bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, menciptakan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dibidang pemberdayaan SDM Pertanian melalui kegiatan pengabdian masyarakat.

2. Manfaat bagi mahasiswa, sebagai referensi terhadap pelaksanaan penelitian tentang pengolahan pasca panen tanaman rosella. Serta dapat

(19)

digunakan sebagai literatur penelitian-penelitian yang mendalam pada masa yang akan datang.

3. Manfaat bagi petani, memberikan inovasi baru kepada masyarakat sekitar dan kelompok tani dalam meningkatkan nilai jual tanaman rosella menjadi produk olahan pangan.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai landasan teori atau pedoman penulis dalam melakukan penelitian, sehingga dalam penelitian yang akan dilakukan tidak terlepas dari penelitian yang dilaksanakan sebelumnya.

Penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dalam penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

Penelitian oleh Aulia S., dkk tahun 2015 dengan judul Pengaruh Minuan Fungsional Jelly Drink Kulit Buah Naga Merah dan Rosella Terhadap Stres Oksidatif. Menggunakan metode (RAK) dua faktor. Faktor 1 perbandingan sari kulit buah naga merah dan sari bunga rosella (70%:30%), dan (60%:40%), (50%:50%). Faktor 2 penambahan karagenan dan konjak glukomanan (80%:20%) dan (60% :40%) dengan 3 kali ulangan, didapatkan 18 percobaan.

Hasil penelitian terbaik minuman fungsional jelly drink kulit buah naga merah dan rosella dengan formulasi sari kulit buah naga merah:sari rosella (50%:50%) dan penambahan karagenan:konjak glukomanan (60%:40%) menunjukkan hasil kadar antioksidan 85.95%, nilai IC50 196.27 ppm, total antosianin 68.08 ppm, kadar serat 0.52%, dan kadar air 93.55%.

Penelitian oleh M. Duweini dan Riza T. tahun 2017 dengan judul Penentuan Formulasi Optimum Pembuatan Minuman Fungsional Dari Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Dengan Penambahan Bawang Dayak Menggunakan Metode RSM. Untuk parameter penelitian meliputi F0 (fo):

kontrol= bunga rosella 100%, F1: bunga rosella 70%+bawang dayak 30%, F2:

bunga rosella 60%+bawang dayak 40%, F3: 40%, f3: bunga rosella 50%+bawang dayak 50%, F4: bunga rosella 30%+bawang dayak 70%. Hasil

(21)

analisa menunjukkan bahwa minuman fungsional bunga rosella yang ditambahkan bawang dayak yang paling diminati yaitu formula 1 (f1), karena pada penelitian ini berada pada level bunga rosella 70%+bawang dayak 30%.

Penelitian oleh M. Yanis, dkk pada tahun 2018 dengan judul Formulasi Minuman Jahe Rosella Celup. Penelitian ini menggunakan perlakuan terdiri atas 3 perbandingan formulasi antara jahe instan, jahe bubuk, rosela bubuk dengan perbandingan Formula 1 (5:2:2), Formula 2 (5:3:2) dan Formula 3 (4:2:2). Untuk parameter pengamatan meliputi uji organoleptic, total padatan terlarut dan uji pH.

Untuk hasil penelitian terhadap analisa formula rosella jahe menunjukkan bahwa uji kesukaan panelis terhadap formula teh jahe rosela celup terbaik adalah formula dengan komposisi 5g jahe instan, 2g jahe bubuk dan 2g rosela kering.

Penelitian oleh S. Aminah, dkk pada tahun 2019 dengan judul Formulasi dan Tingkat Preferensi Konsumen Terhadap Minuman Fungsional Jahe Rosela (ROSEJA). Menggunakan RAL dengan 3 perlakuan dan 7 ulangan. Perlakuan terdiri atas 3 formula konsentrasi perbandingan jahe dan rosela, yaitu 1) Jahe rosella (80:20), 2) Jahe rosela (75:25), dan 3) Jahe rosela (82:18). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula terbaik minuman jahe rosela diperoleh pada Komposisi jahe 75% rosela 25% dengan metode ekstrasi terpisah dengan perebusan selama 30 menit dengan api kecil. Tingkat kesukaan dengan skor nilai 5,15 (suka) rasa, 6,06 (sangat suka) warna, dan 5,35 (suka) aroma pada formula II.

Penelitian oleh Umi K. N. Q. dan Anggun W. pada tahun 2020 dengan judul Penerapan Teknologi Tepat Guna Pebuatan Teh Celup Kulit Jeruk Sebagai Diversifikasi Produk Pertanian. Menggunakan deskriptif kualitatif. Terdapat 4 jenis komposisi yaitu kulit jeruk keprok dengan daun teh yaitu A (100% kulit jeruk), B (75% kulit jeruk: 25% daun teh), C (50% kulit jeruk:50% daun teh) dan D (25% kulit jeruk:75% daun teh). Hasil penelitian terbaik menyatakan bahwa

(22)

formulasi campuran kulit jeruk dan daun teh C (50%: 50%) menghasilkan kualitas rasa teh terbaik dan pembuatan sediaan obat herbal sebagai teh celup diterima dan diterapkan dengan baik.

Hasil dari penelitian yang dijadikan referensi atau acuan tidak terlepas dari topik penelitian yang akan diteliti. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Landasan Teori

Adapun landasan teori yang akan dibahas didalam penelitian ini yaitu mengenai pengertian tanaman rosella beserta khasiat, manfaat dan kandungan yang terdapat pada tanaman rosella, pengertian jahe merah beserta kandungan, manfaat dan khasiat, pengertian teh herbal dan parameter pengamatan yang akan diuji dalam penelitian ini. Berikut landasan teori yang mendasari mengenai penelitian ini:

2.2.1 Tanaman Rosella

Rosella memiliki nama ilmiah Hibiscus sabdariffa linn yaitu anggota famili Malvaceae dan mulai populer dikalangan orang dewasa dan remaja serta banyak digunakan sebagai minuman segar disebabkan aroma yang khas, rosella memiliki kandungan asam sitrat dan malat dan memiliki rasa masam yang segar dan khas dengan warna merah alami yang menarik. Tanaman rosella bisa tumbuh dengan baik di wilayah beriklim tropis dan subtropis. Di Indonesia tanaman rosella sudah banyak dibudidayakan (Dewi, 2015:3-4). Tanaman rosella bisa diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta Superdivisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta

(23)

Kelas: Magnoliopsida Sub-kelas: Dilleniidae Ordo: Malvales Familia: Malvaceae Genus: Hibiscus

Spesies: Hibiscus sabdariffa l.

Salah satu kandungan dari bunga rosela yang utama adalah senyawa antosianin yang bermanfaat sebagai antioksidan (Tsai dkk. 2002:351-356). Aktivitas antioksidan antosianin lebih banyak daripada alfa tokoferol (vitamin E), asam askorbat, dan beta karoten (Kowalczyk dkk. 2003:699-702). Senyawa antosianin dapat menetralkan radikal bebas. Aktivitas antioksidan tanaman rosella pada dosis 1000 g dapat menghambat efek radikal anion superoksida sebesar70-80%

(Mahadevan dkk. 2009 :77-83).

2.2.2 Kandungan dan Manfaat Bunga Rosella

Tingginya nilai manfaat tanaman rosela disebabkan adanya kandungan senyawa fitokimia alami yang potensial di seluruh bagian tanaman, yaitu daun, batang dan bunga rosela. Komponen fitokimia potensial tersebut meliputi fenol, alkaloid, tannin, flavonoid, saponin, asam organik, antosianin, dan polisakarida (Mungole & Chaturvedi, 2011:83-87). Kandungan utama yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah senyawa antosianin yang merupakan bagian dari flavonoid yang bekerja sebagai antioksidan. Flavonoid kelopak bunga rosella terdiri dari flavanol dan pigmen antosianin (Sirajuddin, 2012:1-22).

Tanaman rosela mempunyai banyak khasiat, baik dari segi sumber serat alami juga dapat berpotensi sebagai sumber bahan pangan fungsional dan biofarmaka. Hal ini disebabkan dari banyaknya kandungan, senyawa fitokimia yang berpotensi untuk kesehatan tubuh disebabkan mempunyai aktivitas

(24)

farmakologi yang tinggi (Kao dkk. 2009:385 - 390; Zhen dkk. 2016:673-680).

Oleh sebab itu tanaman rosela berpotensi untuk diolah menjadi produk-produk yang mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga bisa memberikan nilai tambah lebih terutama dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dan produksi nasional tanaman rosela.

Hasil penelitian membuktikan jika komponen-komponen kimia alami yang terdapat pada tanaman rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai macam penyakit dan kaya akan antioksidan. Dikarenakan banyaknya manfaat, tanaman rosella diunggulkan sebagai tanaman biofarmaka anti kanker, anti hipertensi, antidiabetes, anti kolesterol, dapat menurunkan bobot badan, gangguan liver dan asam urat, terdapat khasiat tambahan dan efek samping.

2.2.3 Jahe Merah

Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) merupakan salah satu tanaman jamu-jamuan suku Zingiberaceae yang biasanya dioalah sebagai obat tradisional, manisan, minuman fungsional, dan bahan komoditas ekspor nonmigas. Pasokan jahe merah dari Indonesia ke negara pengimpor beberapa tahun terakhir ini cukup melimpah. Namun, peningkatan permintaan jahe merah belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksinya (Rostiana dkk, 2005:

13).

Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) berdiameter 42-43 mm, tinggi 52-104 mm dan panjang 123-126 mm. Jahe tergolong tanaman biofarmaka, tegak, dapat mencapai ketinggian 40–100 cm dan dapat berusia tahunan.

Batangnya berupa batang semu yang terdiri dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna merah kekuningan. Akar jahe biasanya dinamakan rimpang jahe beraroma harum yang khas dan berasa pedas. Rimpang bercabang tidak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar.

(25)

Bagian dalam berwarna kuning pucat (Windono, dkk.2002:247) Adapun klasifikasi jahe adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae Divisi: Spermathophyta Subdivisi: Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo: Zingiberales

Famili: Zingiberaceae Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale Rosc

Menurut pendapat (Leach 2017:11) menyebutkan bahwa jahe merah sangat ampuh untuk menyembuhkan dan mencegah berbagai macam penyakit karena jahe merah memiliki kandungan senyawa gingerol yang berkhasiat untuk mencegah pembekuan darah pada tubuh.

2.2.4 Pengertian Teh Herbal

Teh merupakan sejenis minuman yang biasanya diminum dalam keadaan panas, hangat dan dingin. Minuman teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena memiliki rasa yang segar dan nikmat. Menurut (Winarsi 2001:281) teh dapat dikelompokka menjadi 2 golongan, yaitu teh herbal dan non herbal. Teh non herbal digolongkan lagi menjadi tiga kelompok yaitu teh hitam, teh hijau dan teh olong. Teh herbal adalah hasil pengolahan dari bunga, kulit, biji, daun, dan akar berbagai tanaman. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai teh adalah kelopak bunga rosella. Teh dikenal dapat digunakan untuk minuman yang terbuat dari daun, rempah-rempah atau bagian tanaman lain seperti kulit, bunga, daun dan akar yang diseduh.

Menurut penelitian (WebMD, 2018:1-16), meminum teh rosela selama 2-6 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol, meskipun hanya sedikit.

(26)

Membiasakan minum olahan rosela juga dapat menurunkan tekanan darah, bahkan diduga sama efektifnya dengan mengkonsumsi obat captopril dan hiydrochlorothiazide. Sebab itu, jika sedang mengonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah, atau mempunyai tekanan darah rendah, sebaiknya dibatasi konsumsi teh ini karena berisiko menyebabkan tekanan darah rendah (hipotensi).

Teh jahe kaya akan kandungan antioksidan yang dapat menstimulasi sistem imun tubuh dan menghilangkan peradangan. Teh jahe dapat efektif mengatasi mual, terutama mual karena mabuk saat perjalanan, morning sickness, atau efek samping pengobatan kanker. Tidak hanya itu, diduga jahe dapat meredakan sembelit dan nyeri haid, serta mencegah tukak lambung.

Bahkan menurut penelitian, teh jahe sama efektifnya dengan obat antinyeri (OAINS) ibuprofen dalam meredakan nyeri haid (Marx, W., Kiss, N., & Isenring, L., 2015: 189-95).

2.2.5 Parameter Penelitian

Adapun parameter pengamatan yang akan diuji dan dianalisis dalam penelitian ini yaitu ada 5 uji diantaranya sebagai berikut:

A. Uji Organoleptik

Organoleptik merupakan salah satu parameter pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan rasa suka dan ingin untuk menciptakan suatu produk. Uji Organoleptik atau uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian dengan menggunakan panca indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk pangan. Pengujian organoleptik memiliki peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik mampu memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk (Shfali Dhinga, Sudesh Jood, 2007:479–488). Dalam uji organoleptik pada penelitian ini dilakukan beberapa uji sebagai berikut:

(27)

1. Warna, merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh panelis. Menentukan mutu bahan makanan lazimnya bergantung pada warna yang dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang semestinya akan memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis.

Disamping itu warna menjadi indikator pencampuran dan cara pengolahan suatu produk sebaagai indikator merata atau tidaknya warna campuran (Winarno, 2002:253).

2. Aroma, merupakan bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada didalam rongga hidung.

Aroma adalah salah satu parameter dalam pengujian bersifat sensori (organoleptik) yang memakai indera penciuman. Sensasi yang dihasilkan bahan makanan ketika diletakkan ke dalam mulut terutama yang ditimbulkan oleh rasa dan bau dapat disebut dengan flavor (Zuhra, 2006:3).

3. Rasa, adalah salah satu faktor yang bisa menentukan suatu produk bisa diterima atau tidak oleh konsumen. Rasa merupakan sesuatu yang diterima oleh lidah. Dalam pengindraan cecapan manusia terbagi empat cecapan penting yaitu manis, pahit, asam dan asin serta ada tambahan respon apabila dilakukan modifikasi (Zuhra, 2006:8).

Adapun persyaratan yang harus ada dalam uji organoleptik yaitu adanya sampel, pernyataan respon yang jujur dan panelis. Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi panelis bertindak sebagai penilai uji hedonik. Panelis terdiri dari orang/kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panelis disebut panel. Berikut macam-macam panelis ada 7 macam yaitu :

a. Panelis Perseorangan

Penelis perseorangan yaitu orang yang sangat ahli dalam kepekaan spesifik yang paling tinggi diperoleh sebab bakat atau latihan-latihan yang lebih

(28)

intensif. Panelis perseorangan sangat mengerti sifat, dan cara pengolahan produk yang akan dinilai dan menguasai teknik analisis organoleptik secara baik.

Kelebihan memakai panelis ini yaitu memiliki kepekaan yang tinggi, dapat menghindari bias, tidak cepat fatik dan penilaian efisien. Panelis perseorangan biasanya dipakai untuk mendeteksi tidak yang tak terlalu banyak dan dapat mengerti penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada perorangan.

b. Panelis Terbatas

Panelis terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang dapat menghindari bias sehingga memiliki kepekaan yang tinggi. Panelis ini dapat mengerti dengan sangat baik cara pengolahan, pengaruh bahan baku pada hasil akhirnya dan faktor-faktor dalam penilaian organoleptik. Keputusan biasanya diambil dengan cara diskusi dengan anggotanya.

c. Panelis Terlatih

Panelis terlatih terdiri dari 15 – 25 orang yang memiliki tingkat kepekaan cukup baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan melakukan pelatihan. Panelis terlatih bisa menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlalu spesifik. Data dianalisis secara bersama sesudah keputusan panelis diambil.

d. Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih terdiri dari 25 orang umum yang bisa dipilih berdasarkan tingkat sosial, suku bangsa dan pendidikan. Panelis tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai uji organoleptik seperti uji hedonik, panelis tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa bisa dari pria maupun wanita.

e. Panelis Konsumen

Panelis konsumen terdiri dari 30 sampai 100 orang yang tergantung pada target pemasaran komoditi. Panelis ini memiliki sifat yang sangat umum dan bisa ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

(29)

f. Panelis Anak-anak

Panelis anak-anak berusia 3 hingga 10 tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim, dll. Cara menggunakan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan menginformasikan atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka biasa atau tertawa. Keahlian seorang panelis biasanya diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang lama.

B. Uji Kadar Air

Kadar air merupakan suatu bahan yang bisa dinyatakan dalam dua cara berdasarkan bahan kering (dry basis) dan bahan basah (wet basis). Kadar air secara dry basis yaitu perbandingan dari berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Bahan kering yaitu berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan mentah (Rachel J.- C. Hsu dkk. 2017:1-7). Penentuan kadar air dengan berbagai bahan dapat dijelaskan dengan metode seperti berikut:

1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu rendah.

2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada berat jenis air.

3. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer.

(30)

C. Uji Antioksidan

Antioksidan termasuk golongan senyawa flavonoid yaitu kelompok terbesar pewarna alami pada tanaman yang larut dalam air dan untuk memberikan pigmen pada bunga buah dan sayuran. Antioksidan rosella dapat juga bermanfaat bagi kesehatan sebagai sumber antioksidan. Hal ini disebabkan senyawa polifenol ini merupakan glikosida turunan polihidroksi dan polimerisasi dari 2-fenil benzoat natrium atau garam flavilium.

Metode untuk mendapatkan senyawa antioksidan yang pernah dilakukan sebelumnya seperti dengan cara ekstraksi air, ekstraksi pelarut organik, dll. cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, supercritical fluid di ketahui lebih ramah lingkungan selektif dan cepat dalam proses ekstraksi tetapi membutuhkan tekanan yang tinggi sehingga biaya ekstraksi lebih mahal dibandingkan dengan ekstraksi pelarut biasa titik oleh karena itu ekstraksi antioksidan dari rosella dilakukan dengan cara yang sederhana. Percobaan ini sangat penting dilakukan mengingat struktur kimia antioksidan cenderung kurang stabil dan mudah mengalami degadasi, stabilitas antioksidan di antaranya dipengaruhi oleh PH dan temperatur. Senyawa antioksidan lebih stabil pada larutan asam dengan nilai ph yang rendah daripada larutan basa dengan ph yang tinggi.

D. Uji Rendemen

Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman aromatik. Rendemen menggunakan satuan persen (%).

Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan maka nilai yang akan dihasilkan semakin banyak. Setiap tanaman memiliki nilai rendamen yang berbeda (Muhammad Fahmi, 2016:1). Faktor produksi yang tidak terkendali, terutama dari iklim dan tanah, yang lebih rendah hasil rendemen disebabkan karena faktor lingkungan (Marco Mazzoncini. 2015:445–451).

(31)

E. Uji PH

Suhu ukuran/intensitas keasaman maupun kebasaan suatu zat atau larutan disebut pH (derajat keasaman). Menurut (Panjaitan dkk 2012: 9-20), suatu zat dapat dikatakan normal jika memiliki nilai pH sebesar 7, nilai pH >7 menunjukkan bahwa suatu zat atau larutan yang diukur tersebut bersifat basa dan nilai pH <7 menunjukkan keasaman. Menurut (Tahir 2008:2-8), bahwa dalam kegiatan pengukuran pH dapat menggunakan Ph meter, kertas lakmus, indikator universal/ kertas indikator pH atau melalui perhitungan secara langsung dengan mengetahui konsentrasi suatu larutan tersebut.

2.3 Aspek Penyuluhan

Adapun aspek penyuluhan dalam pelaksanaan penyuluhan adalah sebagai berikut:

2.3.1 Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang – undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang system penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan (SP3K), Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku uama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Menurut (Van Den Ban 1999:17-24), dapat diistilahkan sebagai keterlibatan seseorang dengan tujuan untuk membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga dapat memberi keputusan yang benar dalam melakukan komunikasi informasi secara nyata. Untuk mendorong pembangunan pertanian pelaksanaan penyuluhan dapat menjadi kegiatan yang efektif bagi petani yang memiliki

(32)

keterbatasan pengetahuan dan wawasan yang tidak mampu untuk mencapai tujuannya.

Penyuluhan pertanian diistilahkan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian agar mereka tahu, mau dan mampu untuk menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses pasar, teknologi pertanian, dan permodalan agar dapat meningkatkan produksi usaha tani serta pendapatan keluarganya. Pendidikan penyuluhan yaitu ilmu pengetahuan yang diterapkan untuk memberi perubahan yang diinginkan pada perilaku manusia melalui prog perubahan dan berbagai strategi dengan mengimplementasikan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru (The Pulse of Indian Agiculture, 2010:73-77).

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan Penyuluhan menurut Undang – undang Nomor 16 Tahun 2006 adalah tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SP3K).

Tujuan pengaturan sistem penyuluhan terdiri dari peningkatan modal sosial dan sistem pengembangan sumber daya manusia. Tujuan penyuluhan dimaksud yaitu sebagai berikut:

a. Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.

b. Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.

c. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan.

d. motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, pendampingan serta fasilitasi.

e. Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.

(33)

f. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan.

g. motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, pendampingan serta fasilitasi.

h. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas kedepan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung jawab,yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

i. Memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan.

j. Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Tujuan penyuluhan pertanian yaitu mengubah perilaku petani mulai dari pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat melakukan usahatani yang lebih baik, hidup lebih sejahtera dan berusaha tani yang lebih bermanfaat, berguna dan bermasyarakat.

2.3.3 Materi Penyuluhan Pertanian

Berdasarkan Undang-undang No 16 Tahun 2006 Tentang SP3K menyampaikan jika materi penyuluhan dilakukan menurut kepentingan dan kebutuhan petani dan para usahatani dengan tetap mengamati kegunaan dan menjaga potensi SDA pertanian, perikanan dan kehutanan. Menurut Mardikanto (2009), menyampaikan bahwa pada hakikatnya materi penyuluhan adalah informasi yang akan disampaikan melewati komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh dengan sang penerima informasi. Macam – macam materi penyuluhan

(34)

terbagi menjadi 3, yaitu: (1) memecahkan masalah (2) memberi sebuah petunjuk tentang sebuah pertimbangan/masukan yang perlu untuk segera dilakukan (3) serta materi penyuluhan yang disampaikan bersifat fungsional. Berbagai ragam sumber materi penyuluhan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sumber resmi dari instansi pemerintah, baik yang berasal dari departemen atau dinas-dinas terkait, lembaga penelitian dan pengembangan, pusat- pusat penelitian, pusat-pusat informasi, pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh.

b. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta atau lembaga swadaya masyarakat, yang khusus bergerak di bidang penelitian, penelitian dan penyebaran informasi.

c. Pengalaman petani, baik dari pengalaman usahataninya sendiri atau hasil dari “petak pengalaman” yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluhnya.

d. Sumber lain dapat dipercaya, misalnya: informasi pasar dari para pedagang, perguruan tinggi.

e. Publikasi (buku teks, jurnal), media masa (majalah, surat kabar, tabloid) intenet.

2.3.4 Metode Penyuluhan Pertanian

Undang-undang No 16 tahun 2006 tentang SP3K, menyatakan bahwa penyuluh menyusun pelaksanaan RKTP berdasarkan proga penyuluhan.

Penyuluhan dilaksanakan dengan berpedoman pada proga penyuluhan.

Penyuluhan dilaksnakan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui kebutuhan serta kondisi dari pelaku utama dan pelaku usaha. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur kerja dan metode penyuluhan ditetapkan dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/Walikota.

(35)

Adapun jenis metode penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009), adalah sebagai berikut:

a. Anjangsana, atau kunjungan merupakan kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan secara langsung kepada sasaran. Kunjungan dapat dilakukan ke tempat sasaran yaitu lahan persawahan petani/ke rumah yang berupa pendekatan individu.

b. Demonstrasi, merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan tujuan agar memperlihatkan suatu inovasi kepada sasaran secara nyata atau konkret.

Demonstrasi menurut jenisnya terdapat ada empat tingkatan yaitu demonstrasi plot, demonstrasi farming, demonstrasi area dan demonstrasi unit.

c. Pertemuan Petani, adalah kegiatan berdialog antara petani dengan penyuluh atau stake holder setempat guna membahas atau menyampaikan informasi. Pertemuan terbagi menjadi empat macam yaitu temu wicara, temu usaha, temu karya, dan temu lapang.

d. Kursus Tani, adalah kegiatan belajar dan mengajar bagi para petani dalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani contohnya adalah mimbar sarasehan.

e. Ceramah dan Diskusi, Ceramah adalah metode penyuluhan dengan menyampaikan pesan langsung di depan para petani dengan tujuan materi dapat dipahami secara kelompok. Sedangkan diskusi merupakan metode penyuluhan yang saling berinteraksi antara petani satu dengan lainnya sehingga terjadi feedback yang diinginkan.

f. Pameran, adalah metode penyuluhan pertanian dengan pendekatan massal. Sifat pengunjungnya beragam, tidak terbatas hanya pada petani tetapi juga masyarakat umum.

(36)

2.3.5 Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan penyuluhan. Media merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas. Macam-macam media penyuluhan menurut Bambang (2019) antara lain:

a. Media penyuluhan tercetak, adalah leaflet, folder, buku, poster. Kelebihan media penyuluhan tercetak adalah relatif tahan lama, dapat dibaca berulang kali, cepat untuk dipahami dan mudah dibawa kemana saja.

Adapun kekurangan media penyuluhan cetak antara lain proses penyampaian hingga pencetakan butuh waktu yang lama, membutuhkan referensi jurnal yang memadai dan cenderung membosankan karena isi materi padat dan panjang.

b. Media penyuluhan audio, contoh media penyuluhan audio adalah kaset, mp3, mp4, cd. Keunggulan media penyuluhan audio antara lain seperti informasi dikemas sudah rapi, tetap sama, tergolong ekonomis dan mudah untuk didistribusikan. Kelemahan media penyuluhan audio antaranya yaitu bila terlalu lama akan membosankan.

c. Media penyuluhan berupa objek fisik atau benda nyata, seperti spesimen tanaman yang dibawa saat pertemuan. Keunggulan media penyuluhan berupa objek fisik atau benda nyata, antara lain dapat menyediakan lingkungan belajar yang amat mirip dengan lingkungan kerja sebenarnya, memberikan stimulasi terhadap banyak indera dan dapat dipakai sebagai latihan kerja, latihan memakai alat bantu atau latihan simulasi. Kelemahan media penyuluhan dapat berupa objek fisik atau benda nyata, yaitu relatif mahal untuk pengadaan benda nyata dan repot untuk dibawa.

(37)

d. Media penyuluhan visual dan audio-visual, Contoh media penyuluhan visual dan audio-visual adalah film, website, ppt, aplikasi pertanian. aplikasi pertanian contohnya sipindo, tani hub serta desa apps. aplikasi ini bisa didownload di play store. Keunggulan media penyuluhan visual dan audio- visual, antara lain yaitu dapat memberikan gambaran yang lebih nyata, baik dari unsur gambar maupun geraknya, lebih atraktif, komunikatif. Adapun kelemahan media penyuluhan visual dan audio-visual, antara lain biaya produksi relatif mahal, produksi memerlukan waktu dan diperlukan peralatan yang tidak murah.

Menurut Mardikanto (2009), salah satu alat peraga yang paling mudah diperoleh adalah berupa benda, untuk memi pengetahuan dan keterampilan penerima manfaat dalam tahap minat, menilai dan mencoba. Berikut ini beberapa jenis benda untuk media penyuluhan:

a. sampel atau contoh, yaitu benda atau barang asli yang dapat dibawa penyuluh untuk menjelaskan kepada penerima manfaat penyuluhannya.

b. Model atau tiruan, ini bisa digunakan sebagai alat peraga jika benda asli sulit didapat, volumenya terlalu besar untuk dibawa ke lokasi penyuluhan atau terlalu kecil untuk mudah diamati oleh penerima manfaatnya tanpa perantara khusus.

c. Spesimen atau benda asli yang telah diawetkan karena benda asli sulit didapat.

2.3.6 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Kegiatan evaluasi penyuluhan Menurut (Wirawan, 2012), adalah suatu proses untuk melakukan pengamatan/pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar atau kriteria pengamatan tertentu. Tujuan kegiatan evaluasi yaitu untuk memperbaiki prog atau kegiatan yang sedang berjalan maupun umpan

(38)

balik untuk memperbaiki prog yang akan datang dan pada saat pengambilan keputusan.

Adapun ragam jenis evaluasi penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009), adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi Formatif dan Sumatif, evaluasi formatif ialah kegiatan evaluasi yang dilakukan pada kegiatan/progam yang telah direncanakan/ditetapkan.

Evaluasi sumatif adalah kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan tersebut terdapat penyimpangan atau tidak terhadap progam yang telah tercapai sesuai denga apa yang akan dituju.

b. On-Going Evaluation dan Ex-Pose Evaluation, on-going evaluation merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan saat suatu prog sedang berlangsung, dapat diartikan untuk mengerti tidak atau adanya penyimpangan saat kegiatan dilaksanakan. Ex-pos evaluation merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan ketika suatu kegiatan/prog yang dirumuskan sudah selesai untuk dilaksanakan.

c. Evaluasi intern dan ekstern, merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat langsung dalam kegiatan evaluasi ditempat tersebut. Sedangkan evaluasi ekstern merupakan pelaksanaan kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh orang luar.

d. Evaluasi teknis, yaitu pelaksanaam evaluasi yang memiliki format dengan mengacu pada ukuran teknis/kuantitatif. Evaluasi ekonomi/keuangan memiliki sasaran yakni yang mengelola bidang keuangan yang memakai pengukuran ilmu ekonomi, contoh: kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh administrasi bidang keuangan yang sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah berlaku.

e. Evaluasi progam, merupakan evaluasi yang dilaksanakan untuk mengulas kembali progam – progam yang telah direncanakan, sebelum progam

(39)

tersebut dilakukan. Kegiatan evaluasi dampak progam yaitu untuk tujuan progam yang akan dievaluasi dan telah mendapatkan hasil dalam pelaksanaan progam yang telah dilaksanakan.

f. Evaluasi hasil, evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh proses yang telah dilakukan agar sesuai dengan pelaksanaan kegiatan yang ingin dicapai. Istilah lain dari evaluasi hasil adalah proses pelaksaan evaluasi yang dapat dilakukan dengan baik secara terstruktur.

2.3.7 Keterampilan

Pengertian keterampilan yaitu kemampuan seseorang ketika melakukan suatu hal yang mempunyai arti. Aspek keterampilan dapat ditingkatkan dengan cara melakukan praktik dan mempelajari secara bertahap. Dalam mengasah keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya melalui pelatihan saja, melainkan juga keahlian dasar yang telah dimiliki seseorang dan bisa menolong untuk mewujudkan sesuatu hal yang mempunyai arti.

Menurut (robbins, 2000:494-495) dalam aspek keterampilan terbagi menjadi empat macam sebagai berikut: 1) Basic literacy skill (keahlian Dasar):

kemampuan dasar yang telah dimiliki seseorang sejak lahir hingga sekarang.

Contoh dari kemampuan dasar yaitu menghitung, mendengar, menulis, dan membaca. 2) Technical skill (keahlian dan teknis): Kemampuan seseorang yang didasarkan pada proses belajar secara bertahap yang dilakukan sesuai dengan keahliannya. Contoh dari keterampilan teknis adalah keterampilan merakit telepon, mengoperasikan laptop, dll. 3) Interpersonal skill (keahlian secara perorangan): Kemampuan dasar pada seseorang yang difokuskan pada keterampilan yang telah dimilikinya untuk berinteraksi baik melalui komunikasi personal/kelompok. Contoh dari keterampilan perorangan ialah menyampaikan pendapat dengan jelas, menjadi pendengar yang baik, bekerja dengan tim. 4) Problem solving (menyelesaikan masalah): Kemampuan seseorang yang bisa

(40)

untuk diterapkan dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari – hari. Contoh dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah adalah kemampuan kognitif dan logika yang baik.

Kemampuan/keterampilan bisa diistilahkan sebagai pengetahuan yang diperoleh dalam melaksanakan beberapa tugas melalui latihan secara instens (Dunette, 1976:33). Dari setiap pandapat para ahli mengenai aspek keterampilan menunjukkan jika setiap kemampuan perorangan dapat dilatih melewati training/latihan secara terus-menerus. Setiap orang biasanya memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda pada pribadi perseorangan. Andaikan ketika keahlian dasar disatukan melalui latihan dengan bertahap dan berkelanjutan maka akan sangat bernilai untuk pribadi dan orang lain.

Menurut Singer dalam (Amung, 2000:61), keterampilan adalah kesuksesan meraih suatu tujuan tertentu dengan efektif. Menurut Hottinger (Hari Amirullah, 2003: 18), keahlian dasar gerak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan genetic yang terbagi menjadi 2 kelompok, yakni: (a) Keterampilan phylogenetic yaitu kemampuan yang sudah dimiliki sejak lahir kemudian dapat tumbuh seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia (b) Keterampilan ontogenetic, yaitu kemampuan dasar yang didapatkan dari hasil praktik belajar serta wawasan pengalaman yang telah didapatkan dari lingkungan luar.

(41)

2.3.8 Kerangka Pikir Penelitian

IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH Keadaan Sekarang

1. Terdapat lahan tanaman rosella seluas 1 Ha di Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono

2. Petani menjual hasil panen kering tanpa adanya pengolahan pasca panen tanaman rosella lebih lanjut. Produksi bunga rosella mencapai ± 50 kg setiap minggu.

3. Belum adanya pendampingan secara mendalam terkait pengolahan pasca panen tanaman rosella.

Keadaan yang Diharapkan

1. Teroptimalkannya tanaman rosella seluas 1 Ha dengan memanfaatkan pengolahan pasca panen bunga rosella. (Ahmad Ali H, 2018) 2. Hasil pasca panen tanaman rosella dapat

berkembang menjadi olahan dari kelopak bunga rosella. (Ningum Dwi H, 2012)

3. Petani dapat menerapkan produksi oalahan tanaman rosella menjadi teh celup dari kelopak bunga rosella. (M. Yanis, 2018)

Rumusan Masalah

1. Bagaimana komposisi jahe merah dalam pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella ?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella ?

3. Bagaimana tingkat keterampilan petani dalam pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella?

4.

Tujuan

1. Mengetahui komposisi penambahan jahe merah dalam pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella.

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella.

3. Mengetahui tingkat keterampilan petani dalam pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella.

Parameter Pengamatan

1. Uji organoleptik: Warna, Rasa, Aroma 2. Uji kimia:

Kadar air Antioksidan PH

Rendemen

Rancangan Penyuluhan Sasaran

Anggota kelompok tani

ikhlas Desa Kebonagung.

Materi Hasil terbaik pembuatan teh

celup kelopak bunga rosella

dengan penambahan jahe

merah.

Media Leaflet dan

benda sesungguhnya.

Metode Demonstrasi cara,

dan diskusi.

Populasi dan Sampel Populasi sebanyak 25

anggota kelompok tani dan sampel jenuh

EVALUASI

Rencana Tindak Lanjut

Kajian

Lokasi Penelitian

Dusun Pandean Desa Banjarkemantren Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo

Metode

Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Analisis Data Penelitian Uji Analisis dilakukan di uji laboratorium Analisis Data Rancangan Penyuluhan

Rating scale

Perlakuan Rosella: 1 Jahe merah:

J0: 0 J3: 2 J1: 1 J4: 2½ J2:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

(42)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Pelaksanaan kegiatan penelitian tentang pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) dengan komposisi jahe merah dilaksanakan pada bulan Februari – April 2022. Lokasi kajian pembuatan di Desa Banjarkemantren Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo dan pelaksanan kegiatan uji analisis di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Balai Rw Kampung Ibu Sayur dengan anggota Kelompok Tani Ikhlas Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo pada bulan April 2022.

3.2 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian dalam pelaksanaan kajian pembuatan teh celup kelopak bunga rosella ialah sebagai berikut:

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian pembuatan teh celup bunga rosella yaitu food dehydrator, talenan, blender, saringan, mangkok, timbangan digital, pisau, gelas kaca, gelas pirex, dan sendok. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu kelopak bunga rosella, rimpang jahe merah dan kantong teh (tea bag).

3.2.2 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan untuk penelitian pembuatan teh celup dari kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l.) dengan komposisi jahe merah menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut:

P0: Bunga rosella 1

P1: Bunga rosella 1: Jahe merah 1

(43)

P2: Bunga rosella 1: Jahe merah 1½ P3: Bunga rosella 1: Jahe merah 2 P4: Bunga rosella 1: Jahe merah 2 ½

Untuk takaran bunga rosella 1 dengan artian 2 g. Menentukan banyaknya perlakuan dan pengulangan tersebut diperoleh hasil 4 perlakuan dengan masing–masing ulangan sebanyak 4 kali. Sehingga didapatkan sebanyak 16 kali satuan percobaan.

3.2.3 Proses Pembuatan Teh Celup Dari Kelopak Bunga Rosella A. Pembuatan serbuk bunga rosella

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan teh celup kelopak bunga rosella.

2. Bunga rosella yang digunakan yaitu yang memiliki kualitas baik, berwarna merah menyala, umur bunga 3,5 – 4 bulan, kulit biji menguning, beraroma masam segar yang khas dan bersih. Setelah dilakukan panen bunga rosella dilakukan sortasi terlebih dahulu dipisahkan antara bunga yang layak digunakan dan tidak.

3. Setelah itu dilakukan pemisahan antara kelopak bunga dan biji dengan cara dikeluarkan terlebih dahulu biji bunga rosella. Kelopak bunga ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai perlakuan.

4. Langkah selanjutnya kelopak bunga rosella dicuci menggunakan air bersih yang mengalir setelah itu ditiriskan.

5. Kemudian bunga rosella dikeringkan menggunakan alat dehydrator.

Pengeringan diusahakan tidak ditumpuk agar pengeringan berhasil secara sempurna. Kelopak bunga rosella diletakkan secara merata didalam rak – rak yang disediakan dan dikeringkan pada suhu 500C dengan waktu 8 jam.

6. Selanjutnya dilakukan penggilingan dengan chopper/blender hingga menjadi serbuk rosella.

(44)

B. Pembuatan serbuk jahe merah

1. Rimpang jahe merah yang digunakan yaitu yang memiliki kualitas bagus, kulit rimpang berwarna merah, masih segar dan bersih. Setelah itu dilakukan penyortiran yang busuk/rusak atau cemaran bahan asing seperti tanah atau kotoran lainnya. Rimpang jahe ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai dengan perlakuan 0, 1, 1½, 2, 2½.

2. Pencucian, dilakukan pada air mengalir atau pada air yang bertekanan tinggi sehingga tanah atau kotoran lainnya yang menempel terangkat semuanya, dan rimpang menjadi bersih.

3. Pengecilan ukuran, rimpang diiris-iris dengan ketebalan 2 – 5 mm.

Kemudian dikeringkan dengan dehidrator sampai kering dan kadar air kurang lebih sekitar 7 – 12%.

4. Kemudian irisan jahe merah dikeringkan menggunakan alat dehydrator.

Pengeringan diusahakan tidak ditumpuk agar pengeringan berhasil secara sempurna. Irisan jahe diletakkan secara merata didalam rak – rak yang disediakan dan dikeringkan pada suhu 500C dengan waktu 7 jam.

5. Selanjutnya dilakukan penggilingan dengan blender hingga menjadi serbuk jahe merah. Kemudian diayak menggunakan 60 mesh, setelah didapatkan tekstur seperti yang diinginkan kemudian dimasukkan kedalam kantong teh (tea bag) yang sudah berisi serbuk kelopak bunga rosella sesuai dengan penambahan komposisi yang telah ditetapkan.

C. Komposisi serbuk rosella dan jahe merah

1. Kelopak bunga rosella dan rimpang jahe yang sudah dilakukan penggilingan dengan chopper hingga menjadi serbuk simplisia, lalu dimasukkan kedalam pengemasan berupa kantong teh.

(45)

2. Serbuk rosella dan serbuk jahe merah dimasukkan ke dalam kantong teh (tea bag) sesuai dengan perlakuan.

3.2.4 Diagram Alir Pembuatan Teh Celup Dari Kelopak Bunga Rosella dengan Komposisi Jahe Merah

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Teh Celup Dari Kelopak Bunga Rosella dengan Komposisi Jahe Merah

Kelopak Bunga Rosella Layu,

bunga berwarna

gelap (tua)

Persortiran

Pencucian

Pengeringan 500C, 8 jam

simplisia

Simplisia Jahe Merah

Layu, rimpang

busuk

Pengeringan 500C, 7 jam Pengirisan

2 -5 mm Pencucian Persortiran

Uji organoleptik, kadar air, ph, antioksidan dan

rendemen Pengemasan

kantong teh

Teh celup rosella dan jahe merah

Analisis Komposisi sesuai

perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal tersebut tentu akan menghambat seorang anak dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, terutama di aspek sosial, yang menuntut mereka untuk dapat menyesuaikan diri, berelasi

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Judul Penelitian : PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT- BENTONIT ALAM SEBAGAI FILTRASI AIR GAMBUT DESA KAYU LABU OGAN KOMERING ILIR.. Nama Mahasiswa : CORNELIUS MANIK Nomor Pokok

24 The Scoring Result of Students’ Achievement Test Use of Comic strip as Media to Improve the Reading Comprehension of Narrative Text for the Tenth Grade Students of SMA N

Kombinasi antara media tumbuh ampas tahu, dedak, ampas kelapa, dan bungkil kelapa sawit adalah perlakuan yang terbaik dalam meningkatkan Densitas Populasi Maggot

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan Ridho-Nya, penulis telah diberikan kemudahan dan kelancaran, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan

Berdasarkan dari data-data yang disebutkan diatas, maka media Mobile Learning Berbasis Android untuk meningkatkan nilai TOEFL mahasiswa angkatan XII di STTAL