• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata (SI) Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata (SI) Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI MAKNA KEKELUARGAAN DALAM FILM WONDER 2017

( PENDEKATAN ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES PEIRCE )

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata (SI) Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:

DANIEL KURNIA NIM. 11840312005

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/ 2022 M

NOMOR SKRIPSI 5494/KOM-D/SD-S1/2022

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK Nama : Daniel Kurnia

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul : Representasi Makna Kekeluargaan Dalam Film Wonder 2017 (Pendekatan Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.

Pada tahun 2017 diproduksi film berjudul “Wonder” dan sudah bisa ditonton melalui Netflix. Film ini diangkat dari novel karya R.J Palacio yang terbit pada tahun 2012. Film ini berkisah tentang Auggie Pullman yang lahir dengan kelainan wajah. Hal itu membuatnya menghindar untuk pergi ke sekolah umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna kekeluargaan yang terdapat dalam film Wonder. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Charles Sander Peirce, dimana analisis penelitian ini menekankan pada pencarian makna dan symbol menggunakan Triangle Meaning dari Charles Sanders Peirce, yaitu Sign,Object dan Interpretant. Hasil yang diperoleh peneliti berkaitan dengan representasi kekeluargaan dalam film

“Wonder 2017” peneliti menemukan adanya nilai kekeluargaan antara Auggie dan keluarganya ketika auggie masuk ke sekolah umum dan keluarganya selalu berada disampingnya yang selalu mensupport saat senang maupun susah itulah representasi makna kekeluargaan dalam film “Wonder 2017”.

Kata Kunci : Representasi, Kekeluargaan, Film, Semiotika Peirce

(7)

ii ABSTRACT

Name : Daniel Kurnia Department : Communication

Title : Representation of Family Meaning in Wonder 2017 Film) (Charles Sanders Peirce's Semiotic Analysis Approach)

Film is an audio-visual communication medium to convey a message to a group of people gathered in a certain place. In 2017 a film titled "Wonder" was produced and can already be watched via Netflix. This film is based on the novel by R.J Palacio, published in 2012. This film tells the story of Auggie Pullman who was born with a facial disorder. It made him avoid going to public schools. The purpose of this study is to identify the meaning of family contained in the Wonder film. This research includes qualitative research with Charles Sander Peirce's semiotic approach, where the analysis of this research emphasizes the search for meaning and symbols using Charles Sanders Peirce's Triangle Meaning, namely Sign, Object and Interpretant. The results obtained by the researcher are related to the representation of kinship in the film "Wonder 2017" the researcher found that there was a family value between Auggie and his family when Auggie entered public schools and his family was always beside him who always supported him when he was happy or in trouble.

Keywords: Representation, Family, Film, Semiotic Peirce

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuata‟ala atas segala kelimpahan rahmat dan karunianya, sholawat beriring salam kepada nabi Muhammad SAW atas segala perjuangan dan suri tauladan bagi umat islam sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Representasi Makna Kekeluargaan Dalam Film Wonder 2017 (Pendekatan Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulis dengan segala keterbatasan ilmu dan pegalaman sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menyusun setiap lembar bab perbab proposal ini sesuai dengan kaedah penelitian ilmiah dan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Walaupun demikian penulis menyadari bahwa pada lembar tertentu dari naskah skripsi ini di temukan berbagai kesalahan dan kekurangan. Untuk memenuhi hal itu penulis berharap kemakluman serta masukan dari pada pembaca.

Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan keridaan Allah SWT, dan penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, terlebih kepada kedua orang tua, Ayahanda Makruf Harahap dan Ibunda Desmawarni yang telah menyemangati, doa, nasehat dan segalanya demi penulis dalam menyelesaikan jenjang strata satu ini. Seterusnya penulis dengan penuh rasa hormat mengucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Hairunas M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, dan Wakil Rektor II Bapak Dr. H.Mas‟ud Zein, M.Pd, Wakil Rektor III Bapak Edi Erwan, S.Pt.,M.Sc.,Ph.D.

2. Bapak Dr.Imron Rosidi, SPd.,M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, Bapak Dr.

Masduki, M.Ag, selaku Wakil Dekan Bagian Akademik dan Pengembangan

(9)

iv

Lembaga, Bapak Dr.Toni Hartono, M.Si, selaku Wakil Dekan Bagian administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr.H. Arwan,M.Ag, selaku Wakil Dekan Bagian Kemahasiswaan dan kerjasama.

3. Bapak Muhammad Badri, SP.,M.Si, selaku ketua Juruan Ilmu Komunikasi dan Bapak Artis, S.Ag., M.I.Kom selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Ibuk Rusyda Fauzana, M.A selaku dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi serta memberikan banyak wawasan dan pengetahuan, yang membimbing penulis di saat penulis kesulitan menyelesaikan tugas akhir akademik ini.

5. Bapak Dr. Elfiandri, M.Si selaku Penasehat Akademik. Terimakasih atas dukungannya, bimbingan, semangat dan doa yang di berikan kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.

7. Teman-teman dan sahabat penulis yaitu Gema Diko Arfal, Otrismon, Muhrifan Alhakim, Maulidi Assykiri, Ade Kurniawan, Muhammad Fakhrel Haqqi, Muhammad Dio, As Ari, Juan Aditya atas support dan dukungannya semoga kita sukses kedepannya dan mampu mengapai mimpi-mimpi kita.

8. Teman-teman Ilkom B dan Broadcasting B yang menemani penulis di perkuliahan yaitu Dafik Naim, Mutia Lady, Aini, Rabudi, Riko, Akre, Ade Julia, Ramadani.

9. Buat Dyah Tri Ayu Murdaningsih yang selalu menjadi support system penulis dalam segala bidang dari awal perkuliahan hingga sekarang dan terimakasih sudah ada hingga saat ini.

10. Dan semua pihak dari A-Z yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu selama perkulihaan hingga penyelesaian penulisaan skripsi.

11. Last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believing in me. I wanna thank me for doing all this hard work. I wanna thank me for having no

(10)

v

days off. I wanna thank me for, for never quitting, I wanna thank me for always being a giver and tryna give more than I receive. I wanna thank me for tryna do more right than wrong. I wanna thank me for just being me at all times.

Semoga bimbingan dan bantuan teman-teman yang telah berikan dibalas oleh Allah SWT. Akhir kata penulis ucapkan Terimakasih dan penulis berharap Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamin.

Wabillahitaufikwalhidayah, Wassalamualaikum Wr.Wb

Pekanbaru, November 2022 Penulis

Daniel Kurnia

(11)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Penegasan Istilah ... 4

a) Representasi ... 4

b) Semiotika... 4

c) Film ... 4

d) Kekeluargaan... 4

e) Film Wonder 2017 ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

a) Manfaaat Teoritis ... 5

b) Manfaat Praktis ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu ... 7

2.2 Kajian Teori ... 13

2.2.1 Representasi ... 13

2.2.2 Analisis Semiotika ... 15

2.2.3 Kekeluargaan... 20

2.3 Konsep Operasional ... 22

2.3.1 Film ... 22

2.3.2 Semiotika ... 23

2.3.3 Representasi ... 23

2.3.4 Kekeluargaan... 24

(12)

vii

2.4 Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Sumber Data Penelitian ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Validitas Data ... 28

3.6 Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Sinopsis Film Wonder 2017 ... 30

4.2 Produksi Film Wonder 2017 ... 31

4.3 Pemeran-Pemeran Dan Crew Film Wonder 2017 ... 32

4.4 Gambaran Umum Lionsgate Entertainment Corporation . 34 4.5 Profil Sutradara Film Wonder 2017 ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 37

a) Nilai Kepercayaan ... 38

b) Nilai Tanggung Jawab... 43

c) Saling Mendukung ... 49

d) Tradisi Keluarga ... 56

e) Toleransi ... 58

5.2 Triangulasi Data ... 64

a) Triangulasi data sumber ... 64

b) Triangulasi Metode ... 65

5.3 Pembahasan ... 66

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pemeran Film Wonder 2017 ... 32 Tabel 4.2 Crew Film Wonder ... 33

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna Peirce ... 18

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 25

Gambar 4.1 Cover Film Wonder 2017 ... 30

Gambar 4.2 Logo Lionsgate34 Gambar 4.3 Foto Stephen Chbosky ... 35

Gambar 5.1 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 38

Gambar 5.2 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 40

Gambar 5.3 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 41

Gambar 5.4 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 44

Gambar 5.5 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 46

Gambar 5.6 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 48

Gambar 5.7 Sumber: Screenshot filmWonder 2017 ... 50

Gambar 5.8 Sumber: Screenshot film Wonder 2017 ... 52

Gambar 5.9 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 54

Gambar 5.10 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 56

Gambar 5.11 Sumber: Screenshot film Wonder 2017 ... 57

Gambar 5.12 Sumber: Screenshot film Wonder 2017 ... 59

Gambar 5.13 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 60

Gambar 5.14 Sumber: Screenshoot film Wonder 2017 ... 62

Gambar 5.15 Sumber: www.youtube.com ... 65

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya film merupakan media hiburan dalam masyarakat.

Perkembangan seni film selalu mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat dan mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan kelayakan alur cerita, keindahan seni pengambilan latar dan sudut kamera, hingga keelokan budaya disuatu tempat. Film merupakan sarana dalam menyampaikan sebuah pesan yang di dalamnya terdapat dua pemaknaan yaitu pemaknaan secara tersirat dan tersurat. Film dapat dimaknai berdasarkan pandangan individu, bukan hanya sekedar baik atau buruknya. Film dapat dimaknai secara sosial, religi dan kultural sehingga film bisa merefleksikan realitas masyarakat pada zamannya.

Menurut Wibowo, film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.1 Film juga berkembang menjadi media komunikasi yang ampuh.

Berbagai macam pesan dapat tersaji dengan baik di dalam sebuah film. Film dapat membawa dampak bagi penikmatnya, dampak tersebut dapat berupa positif dan negatif, tergantung bagaimana cara penonton menyerap dan menonton sebuah film. Selain di anggap sebagai relfleksi dari kehidupan, film juga dianggap sebagai media yang baik untuk merepresentasikan realitas kehidupan bermasyarakat. Realitas kehidupan masyarakat sangatlah banyak dan beragam.

Di dalam film salah satu isu yang sering diangkat adalah isu keluarga, Keluarga merupakan asas penting yang banyak diterapkan di berbagai tempat, aspek, organisasi dan sebagainya. Kekeluargaan merupakan satuan

1 Wibowo Fred, Teknik Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2006).

(16)

2

mendasar dari kekerabatan. Rasa kekeluargaan tidak hanya ada pada kelompok dengan hubungan darah. Apabila suatu perkumpulan masyarakat memiliki rasa solidaritas yang cukup tinggi dan terus dipupuk, maka akan muncul istilah kekeluargaan. Satu keluarga saling memahami dan mengenal anggota keluarganya, serta terikat saling memahami dan mengenal anggota keluarganya, serta terikat dengannya, sehingga hal apapun yang terjadi dengan salah satu anggotanya berarti mengusik satu kesatuan keluarga itu.

Karena keluarga berarti tidak ada yang ditinggalkan atau dilupakan.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, juga wahana yang pertama dan utama bagi setiap orang. Berawal dari keluarga, dan berinteraksi membentuk suatu peradaban, Narwoko dan Suyanto mengatakan bahwa di masyarakat manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dalam kehidupan individu.2

Penelitian ini meneliti film berjudul Wonder yang mengangkat tema kekeluargaan. Fakta-Fakta tentang permasalah keluarga banyak di ungkap dalam film ini. Film Wonder ini diproduseri oleh Michael Beugg, Dan Clark, David Hoberman dan Todd Lieberman. Naskah film ini ditulis oleh Jack Thorne, Steve Conrad dan Stephen Chbosky berdasarkan novel Wonder karya R.J. Palacio.

Hal yang menarik dari film Wonder ini ialah bagaimana seorang anak laki-laki berusia 10 tahun bernama August Pullman (Auggie) yang mengidap sindrom Treacher Collins yang membuat dia selalu menggunakan helm Astronot saat keluar rumah. Banyak tantangan yang dihadapi Auggie dan keluarganya, mulai dari masalah pertemanan, pengkhianatan hingga masalah kasih sayang dalam keluarga auggie itu sendiri. Kekuatan keluarga yang yang selalu ada untuk satu sama lain pun memperkuat film ini, sekaligus memberi pengertian bahwa orang tua adalah salah satu pilar terkuat dalam sebuah keharmonisan keluarga. Film ini dengan pintar membuat penonton terharu bahkan manangis sambil tertawa karena sentuhan humor yang tepat.

2 Saepudin A, “Implementasi Pendidikan Hayat Pada Institusi Keluarga,” Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 4, no. 2 (2009): 859–69.

(17)

3

Film Wonder besutan sutradara Stephen Chbosky, mendapat ulasan dari IMDb sebanyak 8.0, sedangkan situs Rotten Tomatoes memberikan penilaian sebanyak 85%. Wonder berhasil masuk kedalam nominasi penghargaan Piala Oscar 2018, Selaian itu, film „Wonder‟ juga berhasil masuk ke dalam 25 ajang penghargaan bergengsi lainnya.

Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall, Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental masih sesuatu yang abstrak. Kedua, bahasa, yang berperan penting dalam proses kontruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita dapat mengubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.3

Penelitian ini menggunakan analisis semiotika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika menjadi metode alternatif dalam memahami dan memaknai tanda-tanda yang ada pada film Wonder yang berhubungan dengan Kekeluargaan. Jadi, untuk menemukan makna dari pesan yang ada pada film Wonder, Ada beberapa adegan dan bahasa dalam film yang perlu dikaji lebih dalam lagi. Untuk mengetahui itu semua peneliti menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce.

Dari pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Representasi Makna Kekeluargaan Film Wonder 2017 (Pendekatan Analisis Semiotika Charles Peirce)”

3 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Op, Cit, hal. 148.

(18)

4

1.2 Penegasan Istilah a) Representasi

Representasi adalah tindakan menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu baik orang, peristiwa, maupun objek lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Representasi ini belum tentu bersifat nyata tetapi bisa juga menunjukan dunia khayalan, fantasi, dan ide-ide abstrak. Representasi adalah perwakilan.4

b) Semiotika

Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Bila berbicara tentang semiotik, kita tidak dapat berbicara tentang satu semiotik, tetapi semiotik yang di perkenalkan oleh sejumlah ilmuwan. Secara garis besar, pandangan mereka tentang tanda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pandangan dikotomis dan pandangan trikotomis.5

c) Film

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Pesan film komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang- lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.6

d) Kekeluargaan

Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati,

4 KBBI, https://www.kkbi.web.id/representasi/ (diakses pada tanggal 15 maret 2022 pukul 14:42)

5 Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011). hlm 28

6 Onong Uchjana Effendy, Dimensi Dimensi Komunikasi (Bandung, 1986). hlm 34

(19)

5

ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun, damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga Bahagia sejahtera lahir maupun batin.7

e) Film Wonder

Film Wonder menceritakan kisah seorang anak yaitu August

“Auggie” Pullman yang mengidap sindrom Treacher Collins tetapi mencoba menyesuaikan diri. Auggie tinggal di sebuah brownstone di Brooklyn bersama ibunya Isabel, ayah Nate, kakak perempuan Via dan anjingnya bernama Daisy.

Ia dilahirkan dengan kelainan bentuk wajah medis langka yang ia sebut sebagai “disostosis mandibulofasial” dan telah menjalani 27 operasi berbeda agar bisa melihat, mencium, berbicara dan mendengar. Selama ini Auggie bersekolah di rumah tetapi ketika dia mendekati kelas lima orang tuanya memutuskan untuk mendaftarkannya di sebuah sekolah swasta Beecher Prep dan disinilah Auggie mendapatkan banyak pengalaman dan teman yang sanggup menerima dirinya.

1.3 Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang yang sudah di jabarkan, penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah Representasi Makna Kekeluargaan dalam Film Wonder?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna kekeluargaan yang terdapat dalam film Wonder

1.5 Manfaat Penelitian a) Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memperkaya literatur- literatur tentang mempresentasikan film, khususnya kajian semiotika dalam film dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce.

7 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, 1st ed. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004). hlm 16

(20)

6

b) Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah film. Dan dapat bermanfaat bagi praktisi komunikasi dalam memberikan gambaran ideal tentang bagaimana mengkaji ataupun menganalisis makna yang terkandung dalam suatu produk media massa, khususnya film, melalui pendekatan semiotika.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar mengetahui secara jelas keseluruhan terhadap penelitian ini, dapat ditulis susunan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas mengenai latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Dalam bab ini penulis menyajikan: kajian teori, kajian terdahulu, dan kerangka pikir.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan: jenis pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Mencakup Gambaran Umum mengenai film Wonder 2017.

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti mengemukakan representasi makna kekeluargaan dalam film Wonder 2017.

BAB VI : KESIMPULAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan kesimpulan dan saran terhadap film Wonder 2017.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

1. Oni Sutanto dengan jurnal yang berjudul “Representasi Feminisme Dalam Film Spy”, Fenomena feminisme merupakan sebuah fenomena yang sudah beredar cukup lama dalam kalangan masyarakat luas. Bukan hanya dalam kalangan masyarakat saja, isu ini juga terdapat dalam dunia perfilman.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana representasi feminisme yang terdapat dalam film “Spy”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode semiotika televisi John Fiske yang terdiri dari tiga level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Dengan menggunakan metode semiotika televisi John Fiske, peneliti menemukan empat kategori feminisme yaitu feminisme dalam pengambilan keputusan, feminisme dalam kepemimpinan, feminisme dalam intelektualitas dan feminisme dalam penampilan perempuan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana representasi feminisme melalui film “Spy”. Feminisme yang terdapat dalam film “Spy” merupakan feminisme aliran gelombang pertama dengan menggambarkan sosok perempuan yang memiliki intelektualitas dan juga dapat mengambil keputusan. Dalam aspek kepemimpinan perempuan digambarkan sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi. Selain itu dalam film ini representasi feminisme juga melalui perempuan bertubuh besar yang direpresentasikan sebagai sosok yang dapat bekerja di lapangan dan menyelesaikan misinya dengan baik.8

2. Fanny Puspitasari dengan jurnal yang berjudul “Representasi Stereotipe Perempuan Dalam Film Brave”, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana representasi stereotipe perempuan yang ditampilkan film Brave. Brave adalah film animasi bertema putri (Princess) terbaru yang dibuat oleh Pixar Animation Studio dan Walt Disney Pictures. Ada kritik

8 Oni Sutanto, “Representasi Feminisme Dalam Film ‘Spy,’” Jurnal E-Komunikasi 5, no. 1 (2017).

(22)

8

bahwa film ini memunculkan stereotipe perempuan di balik karakter putri yang tidak feminin. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis naratif Vladimir Propp. Subjek penelitian ini adalah film Brave yang dilihat dari struktur narasinya. Sedangkan, objek penelitian yang akan dianalisis adalah representasi stereotipe perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Brave gagal mendobrak pola kerja sistem patriarki. Memang pada awalnya, narasi film Brave berusaha mematahkan stereotipe-stereotipe perempuan yang selalu ditampilkan Disney. Namun, akhir film ini justru mengukuhkannya.

Penelitian ini menunjukkan bagaimana Pixar ikut mengkomodifikasi stereotipe perempuan melalui narasi film Brave dengan mengikuti standardisasi terhadap film-film putri Disney.9

3. Dwi Ratih Puspitasari dengan jurnal yang berjudul “Nilai Sosial Budaya Dalam Film Tilik (Kajian Semiotika Charles Sanders Peirce)”, Tujuan penelitian ini yaitu meneliti dan mendeskripsikan nilai sosial dan budaya yang direpresentasikan dalam film “Tilik”. “Tilik” merupakan sebuah film pendek berbahasa Jawa yang diproduksi oleh Ravacana Film yang lolos kurasi dana istimewa Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2018. Fokus penelitian ini adalah representasi nilai sosial dan budaya. Objek dalam penelitian ini adalah film “Tilik” yang berupa potongan gambar dari adegan atau scene dalam film tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif.

Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu analisis isi. Analisis isi merupakan suatu model yang digunakan untuk meneliti dokumentasi data yang berupa teks, gambar, symbol, dan sebagainya. Metode ini dapat dipakai untuk menganalisa semua bentuk komunikasi, seperti dalam surat kabar, buku, radio, film dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce yang membagi tanda berdasarkan symbol, object, dan interpretant yang dikenal sebagai segitiga triadik.

9 Fanny Puspitasari, “Representasi Perempuan Dalam Film Brave,” Jurnal E-Komunikasi 1, no. 2 (2013).

(23)

9

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Peirce maka ditemukan banyak data yang menunjukkan nilai sosial dan kebudayaan dalam film “Tilik”. film “Tilik”

memiliki nilai sosial budaya yang dapat kita Analisa lebih dalam. Nilai sosial budaya tersebut meliputi sistem bahasa, sikap kekeluargaan, organisasi sosial, kemajuan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, sapaan, mitos yang berkembang dalam masyarakat, status sosial, gotong royong, dan nilai sopan santun. Hal tersebut dapat dilihat melalui data-data temuan yang telah dihadirkan dalam penelitian.10

4. Heri Isnaini dengan jurnal yang berjudul “Analisis Semiotika Sajak

“Tuan” Karya Sapardi Djoko Damono”, Artikel ini membahas analisis semiotika pada sajak “Tuan” karya Sapardi Djoko Damono. Fokus pembahasan artikel ini adalah aspek tanda yang muncul pada keseluruhan sajak tersebut. Tanda-tanda yang muncul kemudian dianalisis berdasarkan konsep semiotika yang dikemukakan oleh Pierce, yakni dengan memperhatikan representament, object, dan interpretant. Selain itu, pembahasan sajak ini akan memperhatikan relasi (hubungan-hubungan) di antara tanda-tanda yang muncul sehingga dapat menunjukkan tanda (sign) yang merepresentasikan sesuatu yang tidak hadir. Sajak “Tuan” memiliki representament yang memiliki relasi dengan objek baik berupa icon, index, dan symbol. Dari relasi ini muncul interpretant yang akan menghasilkan interpretasi dan tafsiran dalam memahami makna sajak “Tuan” secara menyeluruh.11

5. Ayu Purwati Hastim dengan penelitiannya yang berjudul “Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan”. Rumusan Masalah yang digunakan ialah bagaimana representasi makna dalam film Surat Kecil Untuk Tuhan. Penelitian ini berfokus pada analisis teks media, dalam hal ini analisis semiotika film Surat Kecil Untuk Tuhan. Metode penelitian

10 Dwi Ratih Puspitasari, “Nilai Sosial Budaya Dalam Film Tilik (Kajian Semiotika Charles Sanders Peirce),” Jurnal Semiotika 15, no. 1 (2021): 10–18.p

11 Heri Isnaini, “Analisis Semiotika Sajak ‘Tuan’ Karya Sapardi Djoko Damono,” Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia.

(24)

10

yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika sebagai upaya pengembangan pemahaman objek yang diteliti. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan berupa Observasi, Yaitu dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dokumentasi, metode ini diperoleh melalui penulusuran berbagai jenis data yang relevan.12

6. Dewi Nurhidayah penelitiannya yang berjudul “Representasi Makna Pesan Moral Dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika”. Rumusan Masalah yang digunakan oleh peneliti yaitu bagaimana makna pesan moral yang tedapat dalam film Bulan Terbelah Di Langit Amerika. Metode Penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dengan riset deskriptif. Dasar penelitian yang digunakan ialah analisis semiotika yaitu studi tentang symbol atau tanda dan segala yang berhubungan dengannya.

Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai film yang menggambarkan bagaimana perjuangan seorang muslim untuk menjadi agen perdamaian bagi lingkungan sekitarnya.13

7. Savira Salsanabila dengan penelitiannya yang berjudul “Representasi Makna Pernikahan Dalam Islam Pada Film Weeding Agreement”.

Rumusan Masalah yang digunakan ialah bagaimana makna pernikahan dalam Islam yang terdapat dalam film Weeding Agreement direpresentasikan. Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah penggambaran makna pernikahan dalam beberapa cuplikan adegan atau scene dan serta teks cerita dan tokoh yang bersifat nilai keislaman.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kontruktivisme, dan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode riset kualitatif ini menggunakan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa Observasi atau pengamatan

12 Ayu Purwati Hastim, “Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan,” skripsi.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2014.

13 Dewi Nurhidayah, “Representasi Makna Pesan Sosial Dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika,” jurnal. Program Studi Komunikasi. Fisip. Universitas Tadulaku. Sulawesi Tengah 2017.

(25)

11

secara mendalam dengan melihat setiap adegan-adegan atau cuplikan dalam film Weeding Agreement. Dokumentasi bisa berbentuk gambar, tulisan, karya-karya monumental seseorang, disini peneliti mengumpulkan dokumen yang terkait dengan film Weeding Agreement diantaranya ialah Salinan film, beberapa review, resensi, dan literatur film dari internet.14 8. Henny Ayu Purwanda penelitiannya yang berjudul “Pesan Dakwah Dalam

Film Air Mata Surga (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)”.

Aktivitas dakwah yang makin merambah ke dunia perfilman, di antaranya Film Air Mata Surga yang melihatkan bagaimana sikap yang harus dilakukan seorang perempuan dalam menghadapi cobaan hidup. Semangat seorang perempuan dilihatkan dalam film ini, yang mana sekarang banyak perempuan yang mudah putus asa dan tidak bersemangat dalam menghadapi cobaan yang ada, sehingga semangat dan sikap perempuan yang ada dalam Film Air Mata Surga dapat dijadikan pelajaran bagi khalayak. Berangkat dari fenomena tersebut, maka penulis memutuskan untuk melakukan kajian lebih mendalam terhadap film Air Mata Surga dalam rangka memahami pesan dakwah syari‟ah yang terkandung dalam film tersebut menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan dakwah syariah dalam film Air Mata Surga berdasarkan representament, objek dan interpretent. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif, analisis semiotika Charles Sanders peirce yang khusus menelaah representament, objek dan interpretent. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Air Mata Surga berdurasi 119 menit terdapat pesan-pesan dakwah, yakni pesan dakwah syariah yang disampaikan adalah tentang Sikap sabar, Ketulusan dalam persahabatan, istri sholehah, Ikhlas dan Akhlak yang baikSelain pesan dakwah syariah, film ini memberikan kereteria istri yang sholeha, penyabar dan seorang sahabat sejati. Film ini pun tidak hanya ingin menyampaikan pesan syariah, tetapi

14 Savira Salsanabila, “Representasi Makna Pernikahan Dalam Islam Pada Film Weeding Agreement,” skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2014.

(26)

12

juga mentarbiyah khalayak penonton untuk menjadi muslim, istri salehah dan anak yang berbakti kepada orang tuanya.15

9. Adli Abiyyu Karies dan Maulana Rezi Ramadhana, S.Psi., M.Psi dengan jurnal yang berjudul “Representasi Nilai Keluarga Dalam Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”. Sebagai media komunikasi massa yang berfungsi untuk menghibur, film juga dianggap memiliki potensi besar dalam mempengaruhi khalayak luas, baik dalam aspek psikologis, sosial, maupun budaya karena bentukpesan yang disampaikan dalam film dibungkus dengan rekonstruksi realitas yang berkembang dalammasyarakat.

Penelitian ini berfokus pada bagaimana film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) merepresentasikan nilai keluarga sebagai salah satu realita yang ada. Peneliti menganalisis tanda-tanda yang terdapat dalamfilmdengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes yang mencakup tingkatan denotatif dan konotatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film NKCTHI merepresentasikan nilai-nilai keluarga seperti kepercayaan, toleransi, bertanggung jawab, saling mendukung dan memiliki tradisi keluarga dalam tingkat denotatif melalui narasi yang bersifat verbal seperti alur cerita, dialog, perilaku dan tindakan. Sedangkan dalamtingkat konotatif melalui tanda non-verbal yang berperan sebagai unsur pendukung pemaknaan nilai keluarga(makna tambahan). Dalam aspek mitos, ditemukan adanya pemaknaan nilai keluarga yang sesuai dengan maknanilai keluarga berdasarkan realitas yang ada dan berlaku di masyarakat. Terkait dengan kedelapan fungsi keluarga menurut BKKBN, film NKCTHI juga berhasil merefleksikan enam fungsi diantaranya;

fungsi kasihsayang, fungsi perlindungan, fungsi sosial budaya, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, sertafungsi ekonomi.16

10. Miftachurrohmah dan Ahmad Pramegia dengan jurnal berjudul

“Representasi Nilai-Nilai Keluarga Dalam Film Searching (Analisis

15 Henny Ayu Purwanda, “Pesan Dakwah Dalam Film Air Mata Surga (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce),”skripsi. Program Studi Dakwah. Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah. IAIN Bengkulu. 2020.

16 M.Psi. Adli Abiyyu dan Maulana Rezi Ramadhana, S.Psi., “Representasi Nilai Keluarga Dalam Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” 8, jurnal. Prodi S1 Ilmu Komunikasi.

Fakultas Komunikasi dan Bisnis. Universitas Telkom. no. 2 (2021): 2002.

(27)

13

Semiotika Charles Sanders Peirce)”. Mencari film begitu banyak menunjukkan pemanfaatan media sosial yang diizinkan oleh seorang ayah untuk mengungkap kasus penculikan putrinya dengan meneliti jejak digital yang ada di laptop dan sosial putrinya media. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui representasi nilai-nilai kehidupan keluarga dalam pemanfaatan media sosial dalam Mencari film?

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui representasi kehidupan keluarga nilai-nilai dalam pemanfaatan media sosial dalam pencarian film.

Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirce yang berangkat dari tiga unsur utama yaitu tanda, objek, dan penafsir. Teknik analisis yang digunakan adalah kualitatif. Teori dasar yang digunakan dalam hal ini Penelitian tersebut adalah komunikasi massa, media massa, film dan semiotika. Hasil penelitian yang ditampilkan adalah Pencarian film muncul memberi tanda, cara David Kim memperoleh informasi tentang keberadaan anaknya. Melalui media sosial, objek adalah potongan-potongan gambar yang menunjukkan aktivitas David Kim dalam proses menemukan informasi di media sosial, interpretantnya adalah pemanfaatan media sosial menjadi simbol tentang betapa tingginya bermanfaat peran media sosial jika pemanfaatannya menjadi sumber informasi tambahan dalam proses penyelidikan dari kasus penculikan.17

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Representasi

a) Definisi Representasi

Istilah representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompok-kelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik (appearance) dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna (atau nilai) dibalik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi adalah suatu jubah yang menyembunyikan bentuk makna

17 Mifftachurrohmah dan Ahmad Pramegia, Representasi Nilai-Nilai Keluarga Dalam Film Searching (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) (Universitas Budi Luhur, n.d.).

(28)

14

sesungguhnya yang ada dibaliknya.18 Dalam penelitian ini menggunakan konsep representasi dan representasi sendiri dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda seperti gambar, bunyi dan lain-lain. Untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret atau memproduksi sesuatu yang dilihat, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.19

Representasi adalah Tindakan menghadirkan kembali atau merepresentasikan proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda, baik berupa orang, peristiwa ataupun objek. Representasi ini belum tentu bersifat nyata, tetapi dapat juga menunjukkan dunia khayalan, fantasi dan ide-ide abstrak.20

Representasi dalam sebuah film adalah menggambarkan kembali sesuatu hal yang ada pada cerita di sebuah film. Isi atau makna dari sebuah film dapat dikatakan merepresentasikan suatu realita yang terjadi karena representasi itu merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, dan kombinasinya.21

b) Teori Representasi Stuart Hall

Menurut Stuart Hall seperti yang dikutip Nuraini Juliastuti, ada 2 proses representasi: pertama,representasi mental, yaitu tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, “bahasa”, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam “bahasa” yang lazim supaya kita dapat menghubungkan konsep ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan symbol-simbol tertentu.22

18 Graeme Burton, Membincangkan Televisi (Yogyakarta: Humorian Pustaka, 2007) hlm 17.

19 Marcel Danesi, Pesan, Tanda Dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010) hlm 24.

20 Theresa Christya A, Representasi Nasionalisme Dalam Film Soegija 100% Indonesia (Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro. Semarang, 2013).

21 Fiske, 2004: 282

22 Nuraini Juliastuti, “Representasi Budaya Materi” 4 (2000).

(29)

15

Representasi bisa disebut sebagai bahasa dalam kebudayaan dan dapat mengkontruksi makna karena bahasa beroprasi dan berfungsi sebagai sistem representasi. Bahasa yang dimaksud tidak lagi hanya berupa bahasa tertulis dan bahasa lisan (berupa suara dan kata-kata tertulis), namun juga berupa tanda dan simbol seperti gambar, not music, bahkan sebuah benda. Semua hal tersebut digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan atau mempresentasikan konsep, ide, emosinya kepada orang lain.23

Berbicara soal representasi, kita belajar mengenai hubungan antara tanda dan makna. Tanda yang akan direpresentasikan juga bisa berubah seiring dengan manusia itu sendiri yang terus bergerak dan berubah seiring dengan berkembangnya kemampuan intelektual dan kebutuhan dari tanda tersebut.24

2.2.2 Analisis Semiotika a) Pengertian Semiotika

Kata “Semiotika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “semeion”

yang berarti tanda atau “seme” yang berarti penafsir tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Tanda pada masa itu bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya jika asap berarti ada itu tanda adanya api juga.25

Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki makna. Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab dia mempelajari penandaan secara terpisah dari kandungannya.26

23 Stuart Hall, Representation: Cultural Representations and Signifiying Practice (London: Sage Publication, 2003) hlm 156.

24 Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011) hlm 123.

25 Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya, 2013) hlm 17.

26 Roland Barthes, Mitologi, Diterjemahkan Oleh: Nurhadi & A.Sihabul Millah (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004) hlm.156.

(30)

16

Kelahiran semiotika modern mengenal dua tokoh besar dalam penggagas semiotika yaitu Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand Saussure (1857-1913). Keduanya meletakkan dasar-dasar bagi kajian semiotika. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Latar belakang keilmuan Saussure ialah linguistik sedangkan Peirce adalah filsafat.

Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).27 Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya manusia hanya dapat berpikir melalui tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Charles Sanders Peirce terkenal karena teori tandanya di ruang lingkup semiotika. Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan kepertamaan, objeknya adalah kekeduaan, dan penafsirannya-unsur pengantara adalah ketigaan.28

Menurut Roland Barthes, semiologi atau semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal- hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkonsumsi (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda.29

Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.30 Selanjutnya Barthes menggunakan signifiantsignified yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan kontasi.

27 Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2008) hlm 11.

28 Sobur Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Matahari, 2012).

29 Sobur, Alex, “Semiotika Komunikasi,” hlm. 15.

30 Sobur, Alex, Op, Cit, hlm 63.

(31)

17

b) Semiotika Charles Sanders Peirce

Pada umumnya, tanda mengandung dua bentuk. Pertama, tanda dapat menjelaskan (baik secara langsung maupun tidak) tentang sesuatu dengan makna tertentu. Kedua, tanda mengkomunikasikan maksud suatu makna. Jadi setiap tanda berhubungan langsung dengan objeknya, apalagi semua orang memberikan makna yang sama atas benda tersebut sebagai hasil konvensi. Tanda, langsung mewakili realitas.31

Teori Peirce bagi para ahli dianggap sebagai grand theory dalam semiotika, dengan asumsi gagasannya yang bersifat menyeluruh, yakni deskripsi struktural dari semua sistem penandaan.32 Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Charles Sanders Peirce terkenal karena teori tandanya diruang lingkup semiotika. Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan kepertamaan, objeknya adalah kekeduaan, dan penafsirannya- unsur pengantara adalah keketigaan.33

Peirce membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) dalam analisis semiotikanya. Ikon adalah tanda yang berhubungan antara penanda dan pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan pertanda yang bersifat kausal, sementara simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya dan hubungan diantaranya bersifat erbitrer atau semena.34

Dalam usaha mencari makna suatu tanda Peirce membuat teori triangle meaning yang terdiri atas sign, object, interpretant (lihat gambar 1.2). Salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda, sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam

31 Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: LkiS, 2003) hlm 179.

32 Sobur, Alex, Analisis Teks Media, hlm. 97.

33 Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi(Bandung: PT. Matahari, 2012) hlm 41.

34 Sobur, Alex, Op, Cit, hlm. 41.

(32)

18

benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

Gambar 2.1

Teori Segitiga Makna Peirce

Sumber: kompasiana a. Tanda (Sign)

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut object.

b. Acuan Tanda (Object)

Objek adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

c. Pengguna Tanda (Interpretant)

Interpretant adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Tujuan analisis semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena sistem tanda sifatnya amat konteksual dan bergantung

(33)

19

pada penggunaan tanda. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda.35

Makna atau arti adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.36 Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Makna terbagi ke dalam dua kelompok besar: speaker-sense dan linguistic-sense. Yang disebut pertama merujuk pada tujuan atau niat pembicara ketika mengatakan sesuatu.

Sedangkan yang disebut terakhir merujuk pada makna linguistik yakni yang lazim dipersepsi penutur bahasa. Yakni makna secara literal, dan ini merupakan bagian dari semantik. Berikut adalah sejumlah sifat- sifat dan relasi makna yang lazim dibahas oleh semantik: ambiguitas leksikal, sinonimi, hiponimi, overlap dan antonimi. Ambiguitas leksikak terjadi tatkala satu kata memiliki lebih dari dua arti. Sinonimi adalah sejumlah katayang memiliki makna yang sama. Hiponimi adalah satu kata yang artinya mencakupi keseluruhan makna kata lainnya. Overlap adalah fenomena semantis tatkala dua kata atau lebih bertumpang-tindih fitur semantiknya. Antonim adalah dua kata yang berlawanan artinya.37

Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension).

Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.38

35 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Op, Cit, hlm. 266.

36 https://www.scribd.com/doc/53660888/STRUKTUR-MAKNA di akses pada tanggal 23 februari 2022 pukul 14:16

37 A. Chaedar Alwasillah, Filsafat Bahasa Dan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hlm 65.

38 Shipley, 1962;253.

(34)

20

2.2.3 Kekeluargaan

a) Definisi Kekeluargaan

Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu kula dan warga

“kularwarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”.39 Menurut Salim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian keluarga adalah suatu kelompok dalam masyarakat, berisikan orang-orang yang hubungan kekerabatan yang mendasar.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Fungsi Keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas – tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Keluarga dilihat sebagai sistem yang mempunyai fungsi dan saling berhubungan antara keluarga dalam masyarakat, antar anggota – anggota keluarga dan pribadi dari anggota keluarga.40

Dalam lingkungannya, keluarga memiliki nilai yang merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang mempersatukan keluarga. Nilai keluarga juga dapat menjadi suatu pedoman bagi setiap anggota keluarganya untuk mengembangkan karakter, norma, dan peraturan yang terdapat dalam lingkungan keluarga.

b) Nilai-Nilai Kekeluargaan

Dunst, Trivette dan Deal berasumsi bahwa nilai keluarga adalah nilai yang dipercaya, dianut, dan diamalkan oleh setiap anggota keluarganya41.

Nilai keluarga yang dimaksud, antara lain:

39 https://brainly.co.id/tugas/10251404 diakses pada tanggal 27 Februari 2022 01:12

40 Ihromi, (2004, p.270).

41 Fahrudin, A. “Keberfungsian Keluarga: Konsep Dan Indikator Pengukuran Dalam Penelitian” 17, no. 2 (2012).

(35)

21

a) Percaya dan mempunyai komitmen terhadap meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan anggota keluarga dan juga unit keluarga itu sendiri.

b) Nilai, peraturan dan sistem kepercayaan yang jelas menerangkan tingkah laku yang boleh dan tidak boleh diterima.

c) Hidup dengan penuh tujuan baik dalam waktu senang maupun susah.

d) Berbagi tanggung jawab.

e) Menghormati hak pribadi anggota keluarga, f) Mempunyai ritual dan tradisi keluarga.

g) Mempercayai kepentingan untuk menjadi aktif dan mempelajari persoalan baru.

h) Mempercayai bahwa segala sesuatu masalah bisa diselesaikan jika anggota keluarga bekerjasama.

i) Mempertimbangkan tentang integrasi dan kesetiaan keluarga42

Dalam keluarga itu sendiri juga terkadang memiliki beberapa masalah yang mengakibatkan perceraian, menurut data BKKBN dari tahun 2011-2018 angka perceraian meningkat tajam. Dari yang hanya sekita 288.000 menjadi 630.000 lebih kasus. Perceraian ini dipengaruhi beberapa faktor, yang paling tinggi ialah permasalahan ketidakharmonisan pasangan, yaitu sebanyak 97.615 kasus. Kemudian penyebab lainnya adalah ketidak bertanggung jawab 81.266 kasus, masalah ekonomi 74.599 kasus, orang ketiga 25.310, dan cemburu 9.338 kasus. Menurut Hasto, mayoritas atau 80% perceraian diawali dengan pertengkaran. Mulai dari awalnya cekcok atau perdebatan hingga berujung kekerasan fisik.

Ketika nilai keluarga diartikan serta diperkuat, keluarga akan terasa lebih dari sekedar tempat seseorang dilahirkan dan tinggal.

Anggota-anggota keluarga akan merefleksikan satu sama lain; siapa diri mereka dan bagaimana mereka bertindak. Hal itu disebut

42 Fahrudin, A. "Keberfungsian Keluarga: konsep Dan Indikator Pengukuran Dalam Penelitian" 17, no. 2 (2012).

(36)

22

keserasian, yang mana dapat membantu suatu keluarga mencapai tujuannya. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, dan kemudian masyarakat adalah unit yang membentuk suatu negara.

Karenanya, keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi pembentukan karakter seseorang dan bahkan pembangunan kualitas sebuah negara. Maka dari itu, setiap anggota keluarga bertanggung jawab dalam menjalankan serta mengoptimalkan fungsi keluarga itu sendiri.

2.3 Konsep Operasional 2.3.1 Film

a) Definisi Film

Film adalah suatu bentuk komunikasi massa elektronik yang berupa media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra dan kombinasinya. Film juga merupakan salah satu bentuk komunikasi modern yang kedua muncul di dunia.43 Film berperan sebagai sebuah sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, music, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.44

Secara garis besar, film dapat dibagi berdasarkan beberapa hal. Pertama, film dibedakan berdasarkan media yaitu layar lebar dan layar kaca. Yang kedua, film dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu film non fiksi dan fiksi. Film non fiksi di bagi menjadi tiga, yaitu film dokumenter, dokumentasi dan film untuk tujuan ilmiah. Film fiksi sendiri dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu eksperimental dan genre.45

b) Unsur-Unsur Pembentuk Film

Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik.

43 Sobur, 2004. 126.

44 McQuail, 2003, p.13.

45 Kristanto JB, 2007, p.6.

(37)

23

1. Unsur Naratif.

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film.

Dalam hal ini unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu adalah elemen-elemennya.

2. Unsur Sinematik.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Terdiri dari : (a) Mise en scene yang memiliki empat elemen pokok: setting atau latar, cahaya, kostum, dan make-up, (b) Sinematografi, (c) Editing, yaitu transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya, dan (d) Suara, yaitu segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran.46

2.3.2 Semiotika

Dari kajian teori yang telah dipaparkan, penulis menganalisis makna kekeluargaan dalam film Wonder menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce yang terdiri dari beberapa indikator;

a) Tanda, adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri

b) Objek, adalah konteks sosial yang menjadi referensi tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

c) Interpretant, adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

2.3.3 Representasi

Dalam merepresentasikan makna yang terdapat dalam film ini peneliti menggunakan teori representasi Stuart Hall yang terdiri dari beberapa indikator antara lain:

a) Representasi Mental, konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing, representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak.

46 Pratista,2009, 1-2.

(38)

24

b) Representasi Bahasa, bahasa ialah yang berperan penting dalam proses kontruksi makna.

2.3.4 Kekeluargaan

Dalam mendapatkan makna kekeluargaan dalam film ini peneliti menggunakan beberapa nilai kekeluargaan menurut Dunst &

Trivette, antara lain:

a) Nilai kepercayaan b) Nilai tanggung jawab c) Saling mendukung d) Memiliki tradisi keluarga e) Toleransi

2.4 Kerangka Berpikir

Penelitian ini diawali dengan menganalisis setiap adegan scene per scene pada film Wonder 2017. Penulis memilih setiap adegan yang mengandung tanda atau simbol dalam film Wonder 2017, dimana tanda atau simbol tersebut tidak dapat tersampaikan dalam film. Adegan yang dipilih kemudian di analisis menggunakan model utama semiotilka Charles Sanders Peirce, yaitu triangle meaning yang terdiri atas sign, object, interpretant.

Berikut adalah gambaran dari kerangka berfikir penelitian.

(39)

25

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Film Wonder 2017

Sumber : Olahan Peneliti , 2022

Analisis Semiotika

Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

Tanda Objek Interpretant

Nilai-Nilai Makna Kekeluargaan Menurut Dunst & Trivette:

a) Nilai Kepercayaan b) Nilai Tanggung Jawab c) Saling Mendukung d) Tradisi Keluarga e) Toleransi

Representasi Stuart Hall

Mental Bahasa

(40)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.47

Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti tentang Representasi Makna Kekeluargaan Wonder. Menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian ini menggunakan jenis metode kualitatif dengan desain penelitian semiotika Charles Sanders Peirce, dimana metode ini lebih menekankan pada triangle meaning yang terdiri atas sign, object, interpretant.

Semiotika merupakan studi mengenai arti dan analisis kejadian kejadian yang menimbulkan arti. Dipilih sebagai metode penelitian karena semiotika bisa memberikan ruang yang luas untuk melakukan interpretasi terhadap film Wonder. Sehingga akhirnya bisa didapatkan makna yang tersembunyi dalam sebuah tanda atau simbol dalam film Wonder. Terdapat beberapa sequence yang akan di analisis menggunakan konsep semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori representasi dari Stuart Hall, berupa mental dan bahasa. dimana penelitian ini juga mengartikan bagaimana mental yang terdapat dalam film Wonder dan juga mengartikan bahasa yang disampaikan melalui beberapa adegan didalam film tersebut.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika Charles Sanders Peirce sebagai upaya untuk mengembangkan pemahaman atas objek yang diteliti. Penelitian kualitatif

47 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 153.

(41)

27

dipergunakan untuk menemukan atau mengembangkan teori yang sudah ada.

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif dan sifat penelitian yang diambil adalah jenis deskriptif, yaitu peneliti berusaha untuk menganalisa dan menerangkannya dalam rangkaian kata terkait scene-scene yang terdapat makna dalam film Wonder. Melalui metode semiotika Charles Peirce, film dapat dikupas atau dipaparkan dengan sangat detail sehingga pembaca dapat mengerti tanda yang terlihat secara jelas maupun tanda yang tersembunyi dari sebuah film yang dibuat oleh sutradara.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian in dilaksanakan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Adapun penelitian ini dilakukan pada film Wonder yang berupa pemutaran film Wonder dari aplikasi Netflix. Karena penelitian ini merupakan penelitian semiotika dalam bentuk representasi yang tugasnya membaca tanda dan menganalisis makna yang terdapat dalam film tersebut.

b. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus Tahun 2022 dan tempat penelitian sendiri berada di kediaman peneliti di Perumahan Mutiara Mas, Pandau Permai, Kec. Siak Hulu, Kab. Kampar.

3.3 Sumber Data Penelitian a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data yang bersumber dari hasil observasi bahan audio-visual, maupun temuan data dokumentasi. Bahan yang dimaksud adalah film “Wonder” yang di dapat dari aplikasi Netflix.

Sedangkan data dokumentasi di dapat dari kritikus film yang mengomentari soal film “Wonder”, Maupun dari komentar yang terdapat di media sosial mengenai film tersebut.

(42)

28

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan informasi yang telah dikumpulkan orang lain, disini peneliti menggunakan beberapa jurnal maupun artikel yang diambil dari situs internet yang terkait dengan film tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua, yaitu:

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Objek yang dimaksud ialah film “Wonder” yang dapat ditonton dari aplikasi Netflix. Kemudian peneliti menganalisa objek tersebut lalu dituangkan kedalam catatan. Data observasi tersebut akan dianalisis sesuai perspektif semiotika Charles Sanders Peirce.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.48 Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa film Wonder yang ditonton dari Netflix.

3.5 Validitas Data

Menurut Sutopo validitas data adalah jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian.49 Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah Triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau kriteria yang lain diluar data itu, untuk meningkatkan keabsahan data.50

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Peirce, yaitu berupa:

48 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) 70.

49 Sutopo, Op, Cit, hlm. 92.

50 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), hlm 191.

(43)

29

a) Sign

Tanda (sign) adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.

b) Objek

Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

c) Interpretant

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Keberadaan CSSN bertujuan untuk menjadikan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus inklusif yang ditandai dengan sudah melakukanm beberapa kegiatan

1) Identifikasi donator adalah ketika organisasi menentukan siapa dan bagaimana profil dari potensial donator yang akan digalangnya. Berdasarkan jenis sumber

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, Untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai keislaman dalam film tersebut dalam sudut pandang

Kehadiran program Akademi Da‟i Cilik di tengah masyarakat menjadi suatu alternatif bagi anak-anak dalam memahami lebih dalam pengetahuan tentang agama dan

Seorang tour leader harus memiliki pengetahuan yang bagus ter- hadap suatu perjalanan dan lokasi-lokasi yang akan manjadi tempat tujuan wisatawan yang di tawarkan.

mengolah minyak jelantah yang dikumpulkan menjadi sabun, yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, sabun tersebut bahan utamanya terbuat dari minyak jelantah dan

Karena disadari oleh JICT bahwa untuk merubah pola pikir masyarakat wilayah Jakarta Utara khususnya adalah usaha yang dijalankan terus menerus, hal ini sesuai

Bank Syariah Indonesia KCP Bogor Cileungsi Metland merupakan bank yang turun ikut serta atas pengembangan pela- yanan digital banknya (BSI Mobile) demi masa