• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASARKELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASARKELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

DEWI MELIASARI NIM 0903263

PROGRAM S1 KELAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

Oleh:

Dewi Meliasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© DewiMeliasari 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penjelasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA ... 9

B. Pembelajaran IPA di SD ... 10

C. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 13

D. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) ... 20

1. PengertiandanTujuan Model Pembelajaran CLIS ... 20

2. KelebihandanKekurangan Model Pembelajaran CLIS ... 21

3. Tahapan Model Pembelajaran CLIS ... 22

4. TeoriBelajar yang Mendukung CLIS ... 25

E. Model PembelajaranKonvensional ... 26

F. Hasil Belajar ... 27

G. Sifat-sifat Cahaya ... 29

H. Hasil Penelitian yang Relevan... 32

I. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian... 35

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 36

C. VariabelPenelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. ValiditasInstrumen ... 41

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 48

(4)

1. Analisis Data Kuantitatif ... 53

a. Analisis Data HasilPretest ... 53

b. Analisis Data HasilPost Test ... 60

c. AnalisisPeningkatanKeterampilan Proses Sainsdan HasilBelajarSiswa ... 66

d. AnalisisPerbedaanPeningkatanKeterampilanProses SainsdanHasilBelajarSiswa ... 83

e. AnalisisPerbedaanPeningkatanKeterampilanProses SainsdanHasilBelajarpadaKelompokTinggi, Sedang danRendah ... 95

2. Analisis Data Kualitatif ... 97

a. HasilWawancara Guru danSiswa ... 97

b. HasilObservasiAktivitasSiswa ... 98

B. TemuandanPembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Persiapan Mengajar ... 109

B. Tes ... 135

C. Nontes ... 145

D. Hasil Uji Coba Instrumen ... 152

E. Data Hasil Penelitian ... 164

F. Dokumentasi... 247

G. Surat Izin Penelitian ... 257

H. Daftar Monitoring Bimbingan ... 262

(5)

2.1 Keterampilan Proses Sains SD dan Indikatornya……….. 1 8 3.1 Daftar SekolahDasardenganKriteriaSedangKecamatan SiturajaTahun

Pelajaran 2011/2012 ………. 3 6 3.2 Kategori Validitas Butir Soal………. 4

2 3.3 HasilValiditasTesKeterampilan Proses

SainsdanTesHasilBelajar………

……… 42

3.4 Kategori Reabilitas Tes……….. 4 3 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran……….. 4

4 3.6 Hasil Tingkat KesukaranTesKeterampilan Proses Sains

danTesHasilBelajar………. 4 5 3.7 Kategori Daya Pembeda……… 4

6 3.8 HasilDayaPembedaTesKeterampilan Proses SainsdanTesHasilBelajar

……….. 4

6 3.9 HasilValiditas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan

DayaPembedaTesKeterampilan Proses Sains ……… 4 7 3.1

0

HasilValiditas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan

DayaPembedaTesHasilBelajar ………... 4 7 3.1

1

Kriteria tingkat N-Gain……….. 5 0 4.1 StatistikDeskriptifNilaiPretest KPSpadaKeduaKelas………….. 5

4 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest KPS……….. 5

5 4.3 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Pretest KPS……… 5

7 4.4 StatistikDeskriptifNilaiPretestHasilBelajarpadaKeduaKelas………

……… 5

7 4.5 Hasil Uji Normalitas Data PretestHasilBelajar………. 5

(6)

9 4.7 Statistik Deskriptif NilaiPost test KPS pada Kedua Kelas……….. 6

0 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Post Test KPS……….. 6

1 4.9 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Post Test Tes KPS…… 6

2 4.1

0

Statistik Deskriptif NilaiPost testHasilBelajarpada Kedua

Kelas……….. 6 3 4.1

1

Hasil Uji Normalitas Data Post TestHasilBelajar………. 6 4 4.1

2

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Post Test

HasilBelajar………. 6 5 4.1

3

Statistik Deskriptif Gain KPS pada Kedua Kelas………... 6 6 4.1

4

Hasil Uji Normalitas Data PeningkatanKeterampilan Proses

SainspadaKelasEksperimen……… 7 0 4.1

5

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData PeningkatanKeterampilan

Proses SainspadaKelasEksperimen………. 7 1 4.1

6

Hasil Uji Normalitas Data PeningkatanKeterampilan Proses

SainspadaKelasKontrol……… 7 2 4.1

7

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData PeningkatanKeterampilan

Proses SainspadaKelasKontrol……… 7 4 4.1

8

Statistik Deskriptif Gain HasilBelajarpada Kedua Kelas………… 7 5 4.1

9

Hasil Uji Normalitas Data

PeningkatanHasilBelajarpadaKelasEksperimen………

………. 78

4.2 0

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData

PeningkatanHasilBelajarSiswapadaKelasEksperime………

…………. 80

4.2 1

Hasil Uji Normalitas Data

PeningkatanHasilBelajarpadaKelasKontrol………

……… 81

4.2 2

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData

PeningkatanHasilBelajarSiswapadaKelasEksperimen………

………… 82

4.2 3

Hasil Uji Normalitas PerbedaanPeningkatanKeterampilan Proses

(7)

5 Sains……… 8 6 4.2

6

Hasil Uji HomogenitasN-GainKeterampilan Proses Sains………... 8 7 4.2

7

HasilUjiPerbedaan Rata-rata N-gain Keterampilan Proses Sains…. 8 8 4.2

8

Rata-rata Nilai N-gain KelasEksperimendanKelasKontrol……… 8 9 4.2

9

Hasil Uji Normalitas PerbedaanPeningkatanHasilBelajar………... 8 9

Hasil Uji Normalitas N-GainHasilBelajar……… 9 2 4.3

2

Hasil Uji HomogenitasN-GainKeterampilan Proses Sains……….. 9 3 4.3

3

HasilUjiPerbedaan Rata-rata N-gain HasilBelajar……….. 9 4 4.3

4

Rata-rata Nilai N-gain KelasEksperimendanKelasKontrol……… 9 4 4.3

5

HasilUjione way ANOVAKeterampilan Proses SainspadaKelompokTinggi,

(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Rata-rata SkorPretestdanPost test KPS………... 68 4.2 Hasil Perhitungan Gain KPS yang Dinormalisasi pada Kelas

Eksperimen……….. 68 4.3 Hasil Perhitungan Gain KPS yang Dinormalisasi pada Kelas

Kontrol………. 69

4.4 Rata-rata SkorPretestdanPost testHasilBelajar………. 76 4.5 Hasil Perhitungan Gain HasilBelajaryang Dinormalisasi pada

Kelas Eksperimen……… 77 4.6 Hasil Perhitungan Gain HasilBelajaryang Dinormalisasi pada

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Model Pembelajaran CLIS……….. 24 2.2 SkemaPembiasanCahaya………... 31 3.1 Desain Penelitian Pretes Postest Control Group Design……… 35

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi

berkembang kian pesat. Hal ini dapat dirasakan dengan semakin banyaknya

penemuan-penemuan mutakhir yang pada zaman dahulu tak pernah terpikir

bahkan mustahil untuk terjadi, namun semua itu dapat terwujud dengan adanya

ilmu penegtahuan yang kian hari semakin berkembang.

Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut menuntut kualitas sumber daya

manusia yang mumpuni dalam mengahadapi setiap tantangan perubahan zaman.

Tak terpungkiri bahwa perubahan zaman telah menimbulkan berbagai

permasalahan, baik itu permasalahan yang berdampak positif maupun negatif.

Dengan kata lain, manusia dituntut untuk bersikap kreatif, inovatif juga edukatif

untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang pada akhirnya siap untuk

menghadapi berbagai macam perubahan yang terjadi. Salah

satunyamelaluipeningkatanmutupendidikan.

Dalam hal ini, pendidikan merupakan salah satu hal penunjang dan

merupakan wadah pencetak generasi bangsa. Dengan demikian, pendidikan harus

sanggup mencetak generasi bangsa yang siap dalam menghadapi

perubahan-perubahan yang terjadi itu. Pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20 tahun 2003

adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalia diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Tegas sekali disebutkan dalam UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan dari

diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Salah satunya pendidikan di

tingkat Sekolah Dasar. Melalui pendidikan di tingkat Sekolah Dasar siswa

(11)

Dari berbagaimacammatapelajaran yang diajarkan diSekolahDasar (SD),

pembelajaran IPA menjadisalahsatumatapelajaran yang

memberikanbanyakkontribusidalammengembangkanpotensi yang terdapat di

dalamdirisiswa.“IlmuPengetahuanAlam (IPA)

berhubungandengancaramencaritahutentangalamsecarasistematis, sehingga

IPAbukanhanyapenguasaankumpulanpengetahuan yang berupafakta-fakta,

konsep-konsep, atauprinsip-prinsipsajatetapijugamerupakansuatu proses

penemuan” (Depdiknas, 2007).SelainitumenurutBundu (2006:11),“pembelajaran

IPA mencakuptigakomponenyaituproduk, proses dansikapilmiah”.IPA

sebagaiprodukberisiprinsip-prinsip, hukum-hukumdanteori-teori yang

berkaitandenganalamsemesta. IPA sebagai proses

merupakansekumpulanketerampilan yang

dimilikiparaahliSainsdalammenemukanprodukSains. Dan IPA

sebagaisikapmerupakansikap yang

jugadimilikiolehparaahliSainsdalammencaritahudanmengembangkanpengetahuan

yang merekadapatkan.

Uraian di atasmenggambarkanbahwa IPA merupakansalahsatumatapelajaran

yang layakdikuasaiolehsiswakhususnya di SekolahDasar.Dalampembelajaran IPA

siswabelajarmemahamidanberinteraksidenganlingkungantempatiaberada.

Selainitu, melaluipembelajaran IPA, siswadiajakuntukmenjadiseorangahliSains

yang memilikitugasuntukmemecahkanberbagaimacammisteriyang terdapat di

lingkungansekitarnyamelalui proses dansikap yang dimilikiseorangilmuwan.

Secaralebihterperincipembelajaran IPA di

SekolahDasarmemilikibeberapatujuan, seperti yang telahtermaktub di

dalamtujuanKurikulum2006 (Depdiknas,2007)yaitu :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

(12)

3

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari tujuan pembelajaran di atas, terlihatbahwaketerampilan proses sains

siswa menjadi hal penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Hal ini diuraikan oleh Semiawan dalam Bundu (2006:5) bahwa „pentingnya proses sains dikuasai siswa, bahkan dianjurkan sejak di bangku sekolah dasar‟. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa „keterampilan proses akan menjadi pengait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai‟.

Keterampilan proses bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa

dalam belajar, sehingga secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan

kemampuan-kemampuannya. Bila siswa hanya belajar untuk mencapai hasil,

maka mereka akan mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Namun mereka tampak

kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan

maupun sikap dalam situasi lain. Akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna

dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.

Keterampilan proses yang dikembangkan diantaranya: mengamati,

berhipotesis, merencanakan, menafsirkan, serta mengkomunikasikan. Menurut

Samatowa, (2006: 143) “Guru harus dapat menyediakan kegiatan yang dapat

memberikan kesempatan untuk memunculkannya. Kegiatan yang dipandang dapat

memenuhi tujuan itu yaitu practical work atau kerja praktik”. Oleh karena itu, di

dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk terlibat langsung dalam kegiatan

pembelajaran. Artinya, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan

dapat membantu siswa dalam meningkatkan hal tersebut.

Dalampembelajaran IPA selainhasilbelajar yang menjadihalterpenting,

prosesdansikapjugamenjadihalpentingdalammemperolehhasiltersebut. Hal

(13)

lihatdandengar‟.Selanjutnyadikemukakanbahwa

“pengetahuanitutidakdapatdipindahkansecarautuhdaripikiran guru kesiswa, namunsecaraaktifdibangunolehsiswasendirimelaluipengalamannyata” (Samatowa, 2006 : 53).

Sejalandenganhaltersebut, Bundu (2006: 13) mengungkapkanbahwa: “hasilbelajarSainsmelalui proses sainsmenghasilkankesan yang lama, tidakmudahdilupa,

danakandapatdigunakansebagaidasaruntukmemecahkanmasalah yang dihadapi.” Mengingatakanhaltersebut, makadipandangperlumelaksanakanpembelajaran

IPA yang dapatmengembangkanketerampilan proses sainssiswa,

salahsatunyamelalui model pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS).

Model pembelajaranChildren Learning In Science(CLIS) inimerupakan salah satu

model pembelajaran yang inovatif pada pembelajaran IPA yang

berdasarkanteoribelajarkonstruktivisme.

Menurut Ismail (2011:13), “model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa

dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS”.

Sehinggadapatdikatakanbahwa model pembelajaran Children Learning In Science

(CLIS)ini membentuk pengetahuan ke dalam ingatan siswa agar konsep tersebut

dapat bertahan lama, karena model pembelajaran Children Learning In Science

(CLIS) memuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep

yang diajarkanmelaluipengalamanlangsung,

yaitumelaluiprakteklapanganmaupunpengamatan.

Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dipandang

sebagai model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses

sains siswa karena model pembelajaran CLIS yang bersifat minds-on dan

hands-on. Sehinggabukan hanya pemikiran dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA yang ditekankan dalam pembelajaran tetapi juga Keterampilan Proses Siswa yang

dapat dimunculkan dalam pembelajaran melalui kegiatan hands-on atau uji coba

(14)

5

memberikan kesempatan yang besar pada setiap siswa untuk aktif di dalam

pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu,

karakteristik model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang

menggunakan lingkungan sekitar di dalam pembelajaran akan membuat siswa

lebih mudah memahami materi pelajaran dan menerapkannya langsung pada

lingkungan sekitar karena siswa dapat melihat contoh materi yang diajarkan di

kehidupannya sehari-hari.

Hal itu sejalan dengan pendapat Marselina

(http://marselinaportofolio.blogspot.com, Rabu, 5 Desember 2012), yang

menyebutkanbahwa:

Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.

Olehkarenaitu, penerapan model pembelajaran Children Learning In

Science (CLIS) inimerupakan salah satu upaya konkret dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan kualitas pembelajaran yang

meningkat, kompetensi siswa pada pelajaran IPA yang disyaratkan oleh

kurikulum 2006 diharapkan dapat meningkat pula, salah satunya yaitu

keterampilan proses siswa.

Dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti

pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning

In Science (CLIS) sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat

cahaya.

(15)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: “bagaimana pengaruh model

pembelajaran Children Learning In Science(CLIS) terhadap keterampilan proses

sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya?”

Dari rumusan masalah di atas, dapat diuraikan menjadi

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V?

2. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) lebih baik daripada siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Apakah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas V?

4. Bagaimana perbedaanpeningkatanketerampilan proses sains dengan

menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)

pada kelompok tinggi, sedang dan rendah?

5. Bagaimana perbedaanpeningkatanhasilbelajar dengan menggunakan model

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi,

sedang dan rendah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk melihat adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran Children

Learning In Science(CLIS) dalam upaya peningkatan keterampilan proses sains siswa SD.

2. Untuk melihat adanya peningkatan keterampilan proses sains yang lebih baik

antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Children

Learning In Science (CLIS) dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Untuk melihatadanya pengaruh pada hasil belajar siswa dengan menggunakan

(16)

7

4. Untuk melihatperbedaanpeningkatanketerampilan proses sains dengan

menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)

pada kelompok tinggi, sedang dan rendah.

5. Untuk melihatperbedaanpeningkatanhasilbelajar dengan menggunakan model

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi,

sedang dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam melakssiswaan pembelajaran

untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

b. Meningkatkan kreativitas dan kinerja guru dalam melakssiswaan

pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

c. Dapat memperbaiki cara mengajar terutama pada pelajaran IPA.

2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan peran siswa secara penuh di dalam pembelajaran IPA.

b. Meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

3. Bagi Lembaga

Diharapkan dengan proses belajar mengajar menggunakan model

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada pembelajaran IPA

dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan keterampilan proses

sains siswa dan memperbaiki proses belajar mengajar serta meningkatkan

kualitas praktek pembelajaran di sekolah, yang selanjutnya dapat disebarkan

kepada guru-guru dan sekolah lain.

4. Bagi Peneliti

Untukmemperkayahasil-hasilpenelitiantentangpenerapan model CLIS.

Selainitu,

penelitianinibermanfaatsebagaiwahanalatihanpenelitidalammelakukanpenelitiani

(17)

model CLIS,

sertalebihjauhpenelitianinimenghasilkanrekomendasimengenailayaktidaknya

model pembelajaran CLIS inidigunakandalam proses pembelajaran IPA

padamaterisifat-sifatcahaya di masamendatangberdasarkantemuandananalisis

yang telahdilakukan.

E. Penjelasan Istilah

Supayatidak terjadi salah penafsiran terdahadap judul penelitian, maka

berikut ini diberikan penjelasan berkenaan dengan istilah-istilah yang digunakan:

1. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa

tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide

atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.

(http://marselinaportofolio.blogspot.com, 5 Desember 2012).

2. Keterampilan Proses Sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan

pengembangan ilmu itu selanjutnya (Bundu, 2006:12). Pada penelitian ini,

keterampilan proses sains yang dimaksud adalah 5 keterampilan proses dasar

yaitu keterampilan melakukan pengamatan (observasi), keterampilan

menafsirkan (interpretasi), keterampilan meramalkan (prediksi), keterampilan

menerapkan konsep (aplikasi), dan keterampilan mengkomunikasikan.

3. Sifat-sifat cahaya

Cahayamempunyaisifat-sifattertentu yang

sangatbanyakmanfaatnyadalamkehidupan.Sifat-sifat yang

dimilikicahayaadalahcahayamerambatlurus,cahayadapatmenembus benda

(18)
(19)

35

Kelompok eksperimen (R)___ O____ X____ O

Kelompok kontrol (R)___ O__________ O A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah True Eksperimental

dengan desain penelitian Pretes Postest Control Group Designseperti yang

dikemukakan oleh Cresswell (Fawaid, 2009: 243). Menurut Sukmadinata (2010: 212), “penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mengukur pengaruh

suatu atau beberapa variabel terhadap variabel lain”. Pada penelitian eksperimen,

peneliti melakukan suatu manipulasi terhadap variable bebas (satu atau lebih)

kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada variable terikat (Maulana,

2009:20). Sehingga penelitian eksperimen tentunya berbeda dengan penelitian lain

karena di dalam penelitian eksperimen ini terdapat adanya kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen yang dibandingkan.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian untuk melihat hubungan

sebab-akibat yakni untuk melihat pengaruh pembelajaran IPA dengan

menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi sifat-sifat cahaya.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen digunakan

pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning

In Science (CLIS), sedangkan pada kelompok kontrol digunakan pembelajaran secara konvensional.Desain penelitian yang digunakan seperti pada gambar di

bawah ini:

(20)

36

Keterangan:

R = pemilihan kelompok secara acak

O = pretes atau postes berupa tes keterampilan proses sains siswa

X = perlakuan berupa pembelajaran IPA dengan mengunakan model Children

Learning In Science (CLIS).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya populasi dan sampel penelitian

untuk diteliti.Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan subjek ataupun objek

dalam penelitian.Sedangkan sampel merupakan salah satu bagian dari suatu

populasi.Populasi dalam penelitian ini adalah SD yang berada di Kecamatan

Situraja yang berkategori sedang berdasarkan hasil rata-rata UN. Berdasarkan data

yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Situraja rincian data dari SD tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang Kecamatan Situraja Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Nama Sekolah Kategori 1 SDN Babakanbandung Sedang 2 SDN Malaka Sedang 3 SDN Pasirimpun Sedang 4 SDN Pakemitan Sedang 5 SDN Pamulihan Sedang 6 SDN Sukajadi Sedang 7 SDN Sukatali Sedang 8 SDN Neglasari Sedang 9 SDN Sukasari Sedang 10 SDN Tegalsari Sedang 11 SDN Cikadu Sedang

Mengingat bahwa ukuran populasi cukup besar dan relatif homogen, maka

untuk efisiensi biaya, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini menggunakan teknik

sampling random.Dalam pengambilan sampel, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehinga semua subjek dianggap sama dan mendapat

(21)

dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua SD yang berada di Kecamatan Situraja

berkategori sedang yang diambil secara acak, satu SD dijadikan kelas eksperimen

dan satu SD lagi dijadikan kelas kontrol. Sehingga terpilih SDN Sukajadi sebagai

kelas eksperimen dan SDN Sukatali sebagai kelas kontrol.Pada kelas eksperimen

dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CLIS,

sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran biasa atau pembelajaran

konvensional.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel

merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor,

perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil

eksperimen. Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk

mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan

dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental

(treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi

dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental.

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah pembelajaran IPA

dengan menggunakan model pembelajaran CLIS(variabel bebas) dan

keterampilan proses sains siswa pada materi sifat-sifat cahaya sebagai variabel

terikatnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh

peneliti dalam penelitian. Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga kegiatan

yang harus dilakukan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan

evaluasi/ analisis hasil penelitian. Penjelasan dari prosedur penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan pertama yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan persiapan

(22)

38

wawancara dengan pihak sekolah untuk mengetahui permasalahan yang

dihadapi sekolah dalam kegiatan pembelajaran IPA serta keadaan sekolah dan

jumlah siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian juga kegiatan

pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai. Merumuskan masalah dan

alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil temuan studi pendahuluan.

Selanjutnya melakukan studi literatur untuk mengkaji temuan-temuan studi

penahuluan. Studi ini dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan

dengan model CLIS, keterampilan proses sains, hasil belajar serta materi

sifat-sifat cahaya. Menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS serta

menyiapkan alat dan bahan serta menyusunan instrumen tes KPS dan hasil

belajar, lembar observasi dan lembar wawancara. Selanjutnya dilakukan

validasi, uji coba instrumen, revisi dan penetapan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan

pretestkemampuan keterampilan proses siswa dan hasil belajar untuk kedua kelas. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa kedua kelas

tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai jadwal.

Pada saat pembelajaran, aktivitas pembelajaran akan diobservasi oleh

observer. Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilakukan tes

kemampuan keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar (post test) untuk

kedua kelas. Selanjutnya mewawancarai siswa di kelas eksperimen beserta

guru.

3. Tahap Evaluasi/ Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data

kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif berupa pretest dan

postest keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa dari kedua kelas.

Sedangkan pengolahan data kualitatif berupa hasil wawancara dan observasi.

Selanjutnya, dilakukan penyimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan

berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

Untuk lebih jelas bagan alur prosedur penelitian ini disajikan pada gambar

(23)
(24)

40

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen

tes dan non tes. Instrumen tes yaitu tes keterampilan proses sains siswa dan tes

hasil belajar. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari pedoman wawancara dan

pedoman observasi. Penjelasan dari masing-masing instrumen yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tes

Tes merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Menurut Sudjana (2010: 35), “tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari

siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam

bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Instrumen tes dalam penelitian ini yaitu terdiri

dari :

a. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengukur keterampilan

proses sains siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran pada materi

sifat-sifat cahaya. Item soal keterampilan proses sains yang dikembangkan

berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Instrumen tes ini

digunakan pada saat pretest dan postest dengan karakteristik setiap soal pada

masing-masing tes adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas

kontrol.

b. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum

dan sesudah diberikan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya. Tes yang

digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan

jawaban. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan postest dengan

karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik, baik di kelas

(25)

2. Non tes

Selain dengan menggunakan tes, hasil belajar dan proses pembelajaran juga

dapat dinilai oleh alat-alat nontes. Instrumen non tes yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

a. Lembar wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam kegiatan peeneliti ini berisi sejumlah

pertanyaan yang diajukan kepada guru dan siswa. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui tanggapan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran pada

materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran CLIS

sehingga jawaban yang diperoleh dapat dijadikan penguat pada penarikan

kesimpulan.

b. Lembar observasi

Dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa lembar

observasi aktivitas siswa. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini

berupa format observasi berupa check list. Format observasi ini berisikan

serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan

berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda

cek pada daftar kejadian.

F. Validitas Instrumen

Instrumen suatu penelitian yang baik harus diperhatikan kualitasnya. Oleh

karena itu, untuk memperoleh kualitas tes yang baik harus dilakukan validitas

instrumen yang meliputi analisis validitas butir soal, analisis reabilitas, analisis

tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda. Berikut diuraikan penjelasan dari

masing-masing validitas instrumen, yaitu:

1. Validitas Butir Soal

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang

dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana,

2010:12). Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung

koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan

(26)

42

yang tinggi. Untuk menghitung koefisien korelasi tersebut digunakan

rumusProduct Moment Pearson(Arifin, 2009):

rxy =

N XY−( X)( Y)

{N X2 −( X)2{N Y2−( Y)2}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil uji coba

Y = nilai rata-rata harian

Selanjutnya hasil dari koefisien korelasi tersebut ditafsirkan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):

Tabel 3.2

Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kriteria

Perhitungan validitas instrumen tes keterampilan proses sains siswa dan

tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft OfficeExcel

2010 dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.3

Hasil Validitas Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar

No. Item Soal

(27)

2. Reabilitas Tes

Selain memiliki validitas baik, tes yang baik juga harus memiliki suatu

reabilitas. Reabilitas tes merupakan ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam

menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2010: 16). Hal ini dilakukan untuk melihat

apakah hasil dari alat penilaian tersebut jika digunakan akan memberikan hasil

yang relatif sama atau sebaliknya.

Dalam menentukan reabilitas suatu tes dapat dihitung dengan mencari

koefisien konsistensi internal. Koefisien konsistensi internal ini didapat dengan

jalan reabilitas belah dua, yaitu dengan membagi tes yang ada menjadi dua atas

dasar jumlah item-item yang paling umum dengan membagi ganjil dan genap

pada kelompok tersebut. Kemudian korelasikan kedua skor tersebut dengan

menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran.

Selanjutnya, untuk memperoleh angka koefisien korelasi secara menyuluruh dari

tes dapat digunakan rumus Spearman Brown (Sudjana, 2010: 18) sebagai

berikut:

r

xy

=

2 x r

belah dua

1 + r

belah dua

Selanjutnya hasil dari koefisien korelasi tersebut ditafsirkan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):

Tabel 3.4

Kategori Reabilitas Tes

Batasan Kriteria

0,81 – 1,00 Sangattinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,61 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangatrendah

Berdasarkan hasil analisis reabilitas instrument tes keterampilan proses

sains siswa dan tes hasil belajar dengan menggunakan Software Microsoft

OfficeExcel 2010, diperoleh besar koefisien reabilitas (rxy) untuk tes

(28)

44

Sedangkan besar koefisien reabilitas (rxy) untuk tes hasil belajar adalah sebesar

0,65 yang berada pada kategori tinggi.

3. Tingkat Kesukaran

Kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reabilitas,

adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut.Keseimbangan

yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan

sukar secara proposional. Menurut Sudjana (2010:135) disebutkan bahwa “tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat

soal”.Tingkat kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Indek kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung

dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008):

� = ��

Keterangan:

P = tingkat kesukaran item soal tertentu

B = banyaknya siswa yang menjawab benar item soal.

Js = jumlah peserta tes

Adapun kategori penafsiran tingkat kesukaran item soal dapat dilihat pada tabel

berikut (Arikunto, 2008):

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kriteria

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains

siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft

(29)

Tabel 3.6

Hasil Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar

No. Item Soal

Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Tingkat

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu

(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya

(Sudjana, 2010: 141). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi (D) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2008):

�= � − � =

� − �

Keterangan:

D = indeks diskriminasi item soal

PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

(30)

46

Hasil dari daya pembeda di atas ditafsirkan dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut (Arikunto, 2008):

Tabel 3.7

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains

siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft

OfficeExcel 2010 diperoleh hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.8

Hasil Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar

No. Item Soal

Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Daya

Selanjutnya diadakan analisis untuk melihat soal mana saja yang memenuhi

kriteria, serta memilih soal mana saja yang akan digunakan dan tidak digunakan.

Untuk memudahkan dalam mengambil keputusan, hasil analisis instrument tes

keterampilan proses sains yang meliputi hasil validitas, analisis tingkat kesukaran

(31)

Tabel 3.9

Hasil Validitas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan Daya PembedaTes Keterampilan Proses Sains

No.

Sementara itu, hasil analisis instrument tes hasil belajar yang meliputi hasil

validitas, analisis tingkat kesukaran item soal dan daya pembeda dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.10

(32)

48

soal KPS dan soal no 5 pada soal tes hasil belajar. Hal itu disebabkan karena

soal tersebut tidak valid dan memiliki daya pembeda yang jelek.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan post test. Adapun data

kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.Secara terinci analisis dari

kedua data tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dimulai dengan memeriksa hasil tes setiap siswa

sekaligus memeberikan skor pada lembar jawaban tes keterampilan proses sains

dan tes hasil belajar dimana soal dengan jawaban benar diberi skor 1 dan soal

dengan jawaban salah diberi skor 0. Kemudian menentukan nilai tes keterampilan

proses sains dan tes hasil belajar dengan rentang nilai 0-100 dengan rumus

sebagai berikut:

Nilai = skor yang diperoleh

skor ideal x 100

Hasil dari nilai keterampilan proses sains dan hasil belajar tersebut kemudian

dirata-ratakan dan dicari gainnya dengan cara menghitung selisih antara skor post

test dan pretest. Selanjutnya dilakukan uji statistik yang melalui langkah-lagkah berikut ini:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data yang

terkumpul dilakukan uji normalitas dengan test of normality

dariKolmogorof-Smirnovdengan menggunakan software SPSS Versi 16 for windows.Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(33)

Uji normalitas dilakukan dengan α (taraf signifikansi) sebesar 5% (0,05).

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi <0,05 maka

H0 ditolak. Jika kedua data kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan

pengujian homogenitas data dengan menggunakan SPSS 16. Namun jika salah

satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi

normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji statistik

nonparametrik dengan uji Mann Whitney pada SPSS 16.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians ini dilakukan jika data berdistribusi normal, tetapi

bila data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya dilakukan uji

statistik nonparametrik. Uji homogenitas data digunakan untuk menguji

homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama.

Untuk menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam SPSS

16. Rumusan hipotesis pengujian homogenitas, yaitu:

H0 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau

homogen.

H1 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau

tidak homogen.

Taraf signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf

signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai

signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka

H0 ditolak.

c. Uji Beda Rata-rata

Jika data berdistribusi normal dan homogenitas variansnya sama, maka

langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata atau dikenal pula dengan uji-t.Uji

independent sample t-test dilakukan dengan merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretest atau nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan

kelas kontrol, yaitu sebagai berikut ini.

(34)

50

H1 : keterampilan proses sains siswa tidak sama

Selanjutnya, menghitung uji beda dua rata data pretest atau dua

rata-rata data posttest dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Adapun

kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Dari kesimpulan di atas, jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak

homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetapi hasil

dari pengujiannya dapat dilihat pada kolom Equal Variance Not Asumed

(diasumsikan varians tidak sama).

d. Gain normal

Untuk menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah

pembelajaran dapat dilakukan dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain).

Menurut Meltzer (Fauzan,2012) rumus yang digunakan untuk mencari gain

yaitu sebagai berikut:

����= skor postes−skor pretes skor max− skor pretes

Hasil dari gain di atas ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai

berikutHake (Fauzan, 2012):

Tabel 3.11 Kriteria tingkat N-Gain

Tingkat N-Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

e. Analisis Data Anova Satu Jalur (One Way ANOVA)

Anova merupakan singkatan dari "analysis of varian" merupakan bagian

dari metoda analisis statistik yang tergolong analisis komparatif (perbandingan)

lebih dari dua rata-rata (Riduwan, 2006). Atau sering juga dikenal dengan nama

(35)

independen, dalam hal ini yaitu kelompok siswa tinggi, sedang dan

rendah.Untuk menentukan siswa termasuk kelompok tinggi, sedang dan rendah,

diambil dengan cara menentukan siswa dari kelompok rendah dan tinggi 27%

dari banyaknya peserta dan dilakukan berdasarkan peringkat skor yang diperoleh

(Sudjana, 1990).

Dalam melakukan uji-F ini, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu data

dipilih secara random, berdistribusi normal dan variannya homogen (Riduwan,

2006).Jika semua hal tersebut terpenuhi, maka langkah selanjutnya yaitu

menganalisis data dengan menggunakan uji one way ANOVA dalam SPSS 16.

Rumusan hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 = peningkatan KPS tiap kelompok sama satu dengan yang lain

H1 = peningkatan KPS tiap kelompok ada perbedaan satu dengan yang lain.

Taraf signifikansi pada uji one way ANOVA dengan menggunakan taraf

signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai

signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka

H0 ditolak.

f. Uji Non Parametik

Jika syarat uji parametik tidak terpenuhi yakni data berdstribusi normal dan

bervarian homogeny, maka dilakukan uji non-parametik dengan

menggunakan uji Mann-Whitney dengan bantuan software SPSS Statistics v16

for Windows dengan taraf signifikansi 0,05.

2. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dimulai dengan mengelompokkan data ke dalam

kategori tertentu.Selanjutnya sebagian data yang terkait dengan keperluan tertentu

diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Secara terperinci akan diuraiakan sebagai berikut:

a. Wawancara

Data hasil wawancara diolah dengan menganalisis jawaban dari responden

(36)

52

jawaban yang disampaikan responden.Dalam hal ini yaitu pendapat dari guru

dan siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran CLIS.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi aktivitas

siswa selama pembelajaran CLIS.Observasi dilakukan oleh observer dengan

mengisi lembar observasi yang terdiri dari kolom aspek observasi beserta nilai.

Selanjutnya data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap

aktivitas siswa selama pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis

untuk mengevaluasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian data

hasil observasi dilakukan dengan carateknik penskoran terhadap indikator yang

dilaksanakan, kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan. Perolehan nilai dalam

format observasi kegiatan siswa yaitu diperoleh dari kegiatan siswa dalam

keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran. Setiap aspek, skor tertinggi

adalah 3 dan apabila tidak muncul mendapatkan skor 0.

Setelah data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, selanjutnya

diadakan suatu validasi data untuk mendapatkan suatu gambaran dan kesimpulan

yang dapat memperkuat hasil temuan di lapangan. Validasi data pada penelitian

ini merujuk pada pendapat Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005: 168-171) yaitu :

a. Member Check, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pembelajaran.

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.

c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing. d. Expert Opinim, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesulitan temuan

(37)

104 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, hasilanalisis data danpembahasan yang

telahdilakukantentangpenerapanmodel pembelajaran Children Learning In

Science (CLIS) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya,dapatdisimpulkanbahwa:

1. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran

konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan keterampilan proses sains

siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

Selainitu,pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

2. Keterampilan proses sainssiswa yang mengikutipembelajarandenganmodel

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)lebihbaiksecarasignifikandaripadasiswa yang

mengikutipembelajarankonvensionaldengantingkatkepercayaan 95%.

3. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran

konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD

kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

Danpembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning

In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

4. Peningkatanketerampilan proses sainspadakelompoktinggi, sedangdanrendah

di kelaseksperimentidakterdapatperbedaan yang signifikan. Hal

inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,980.

5. Peningkatanhasilbelajarpadakelompoktinggi, sedangdanrendah di

(38)

105

inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,734.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukantentangpenerapanmodel

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya,

makapenelitidapatmemberikan saran sebagaiberikut:

1. Pembelajaran IPA padamaterisifat-sifatcahayadengan model CLIS

dapatmeningkatkan KPS siswa. Olehkarenaitu, alangkahbaiknyajika model

pembelajaraninidijadikansebagaialternatifpembelajaran IPA di SD. Selainitu,

guru dapatmengembangkanpembelajarandenganmerancang LKS

daneksperimen yang lebihkreatifdanmenantangsiswa.

2. Dalampenentuanwaktupembelajarandenganmenggunakan model CLIS

harusdiperhitungkandenganbenar. Mengingat model

initerdiridaribeberapatahapan yang memakanwaktutidaksedikit.

Perhitungkanwaktudalamtiaptahapansehinggatidakmelebihiwaktu yang

diinginkan. Dalampelaksanaannya pun harusdiperhatikansebaikmungkin,

misalnyadenganmenggunakanbantuanstopwatch.

3. Bagipenelitianselanjutnyadapatmengembangkanmodel CLIS

padamateripembelajaran IPA yang lain sertadengantinjauan yang

berbedamisalnyaberpikirkreatif, berpikirlogis,

berpikirkritisdanlainnya.Selainitu, penelitian yang

dilakukanlebihbaikjikadilakukandalambeberapapertemuan, minimal tiga kali

(39)

106

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2008).Dasar-dasarEvaluasiPendidikan (EdisiRevisi). Jakarta: BumiAksara.

Azmiyawati, Choiril dkk.(2008). IPA Salingtemasuntuk Kelas V SD/MI. Jakarta: PusatPerbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Buana.

Devi, Poppy Kamalia, dkk. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses PadaPembelajaran IPA.Tersedia: [Online]: (http://www.bpptkpu-jabar.com/materi/0109_SMA_05.pdf, 15 Mei 2013).

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.

Fawaid, Ahmad. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(40)

107

Inayatul Alifviani. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Tersedia dalam [Online]: (http://id.scribd.com/doc/54419015/abstrak, 5 Desember 2012).

Ismail, Ali. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tersedia dalam [Online]: (http://repository.upi.edu, 5 Desember 2012).

Mahmuddin.(2010). KomponenPenilaianKeterampilanProsesSains.Tersedia [Online]: (http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/, 15 Mei 2013)

Marselina. (2008). Model - Model Pembelajaran Inovatif. Tersedia dalam [Online]: (http://marselinaportofolio.blogspot.com/2008/12/model-model pembelajaran-inovatif.html, 5 Desember 2012).

Matsugino.(2012). Sifat-sifatCahaya.Tersedia [Online]: (http://mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat-cahaya.html, 15 Mei 2013).

Maulana. (2009). Memahami Hakikat,Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ’n Live2Learn.

Nur’aini, Eka. (2011). Kata OperasionalTaksonomi Bloom VersiBaruUntuk Mata

PelajaranBiologi.Tersedia [Online]:

(http://pep-uny.ac.id/2011/-eka-nur’aini.pdf, 15 Mei 2013).

Nuryani, dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta.

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

(41)

Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: Tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana. (1990).Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. (2010).PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar (Cetakan Kelimabelas). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). MetodePenelitianPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.(2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Rosda Karya.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang Kecamatan Situraja
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

influence of Children Learning in science (CLIS) to students’ physics achievement, 2) students science process skills during the learning process are good

(2) dapat atau tidaknya LKS fisika berbasis model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) untuk meningkatkan pemahaman konsep fluida untuk siswa SMA kelas XI.. Tahap

1) Terdapat pengaruh model pembelajaran CLIS terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Marawola pada materi getaran dan

Science ) berbantuan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika. 2) Tingkat efektivitas model pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science )

1) Terdapat pengaruh model pembelajaran CLIS terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Marawola pada materi getaran dan

Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah Sehingga perlu adanya upaya untuk mewujudkan siswa yang mempunyai keterampilan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis discovery learning untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada materi

1, Mei 2022 190 Pengaruh Model Pembelajaran CLIS Children Learning in Science Terhadap Kemampuan Berpikir Induktif IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pakuhaji 2 Kabupaten