SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
DEWI MELIASARI NIM 0903263
PROGRAM S1 KELAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA
Oleh:
Dewi Meliasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© DewiMeliasari 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penjelasan Istilah ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA ... 9
B. Pembelajaran IPA di SD ... 10
C. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 13
D. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) ... 20
1. PengertiandanTujuan Model Pembelajaran CLIS ... 20
2. KelebihandanKekurangan Model Pembelajaran CLIS ... 21
3. Tahapan Model Pembelajaran CLIS ... 22
4. TeoriBelajar yang Mendukung CLIS ... 25
E. Model PembelajaranKonvensional ... 26
F. Hasil Belajar ... 27
G. Sifat-sifat Cahaya ... 29
H. Hasil Penelitian yang Relevan... 32
I. Hipotesis ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian... 35
B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 36
C. VariabelPenelitian ... 37
D. Prosedur Penelitian ... 37
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. ValiditasInstrumen ... 41
G. Pengolahan dan Analisis Data ... 48
1. Analisis Data Kuantitatif ... 53
a. Analisis Data HasilPretest ... 53
b. Analisis Data HasilPost Test ... 60
c. AnalisisPeningkatanKeterampilan Proses Sainsdan HasilBelajarSiswa ... 66
d. AnalisisPerbedaanPeningkatanKeterampilanProses SainsdanHasilBelajarSiswa ... 83
e. AnalisisPerbedaanPeningkatanKeterampilanProses SainsdanHasilBelajarpadaKelompokTinggi, Sedang danRendah ... 95
2. Analisis Data Kualitatif ... 97
a. HasilWawancara Guru danSiswa ... 97
b. HasilObservasiAktivitasSiswa ... 98
B. TemuandanPembahasan ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Persiapan Mengajar ... 109
B. Tes ... 135
C. Nontes ... 145
D. Hasil Uji Coba Instrumen ... 152
E. Data Hasil Penelitian ... 164
F. Dokumentasi... 247
G. Surat Izin Penelitian ... 257
H. Daftar Monitoring Bimbingan ... 262
2.1 Keterampilan Proses Sains SD dan Indikatornya……….. 1 8 3.1 Daftar SekolahDasardenganKriteriaSedangKecamatan SiturajaTahun
Pelajaran 2011/2012 ………. 3 6 3.2 Kategori Validitas Butir Soal………. 4
2 3.3 HasilValiditasTesKeterampilan Proses
SainsdanTesHasilBelajar………
……… 42
3.4 Kategori Reabilitas Tes……….. 4 3 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran……….. 4
4 3.6 Hasil Tingkat KesukaranTesKeterampilan Proses Sains
danTesHasilBelajar………. 4 5 3.7 Kategori Daya Pembeda……… 4
6 3.8 HasilDayaPembedaTesKeterampilan Proses SainsdanTesHasilBelajar
……….. 4
6 3.9 HasilValiditas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan
DayaPembedaTesKeterampilan Proses Sains ……… 4 7 3.1
0
HasilValiditas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan
DayaPembedaTesHasilBelajar ………... 4 7 3.1
1
Kriteria tingkat N-Gain……….. 5 0 4.1 StatistikDeskriptifNilaiPretest KPSpadaKeduaKelas………….. 5
4 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest KPS……….. 5
5 4.3 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Pretest KPS……… 5
7 4.4 StatistikDeskriptifNilaiPretestHasilBelajarpadaKeduaKelas………
……… 5
7 4.5 Hasil Uji Normalitas Data PretestHasilBelajar………. 5
9 4.7 Statistik Deskriptif NilaiPost test KPS pada Kedua Kelas……….. 6
0 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Post Test KPS……….. 6
1 4.9 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Post Test Tes KPS…… 6
2 4.1
0
Statistik Deskriptif NilaiPost testHasilBelajarpada Kedua
Kelas……….. 6 3 4.1
1
Hasil Uji Normalitas Data Post TestHasilBelajar………. 6 4 4.1
2
Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Post Test
HasilBelajar………. 6 5 4.1
3
Statistik Deskriptif Gain KPS pada Kedua Kelas………... 6 6 4.1
4
Hasil Uji Normalitas Data PeningkatanKeterampilan Proses
SainspadaKelasEksperimen……… 7 0 4.1
5
Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData PeningkatanKeterampilan
Proses SainspadaKelasEksperimen………. 7 1 4.1
6
Hasil Uji Normalitas Data PeningkatanKeterampilan Proses
SainspadaKelasKontrol……… 7 2 4.1
7
Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData PeningkatanKeterampilan
Proses SainspadaKelasKontrol……… 7 4 4.1
8
Statistik Deskriptif Gain HasilBelajarpada Kedua Kelas………… 7 5 4.1
9
Hasil Uji Normalitas Data
PeningkatanHasilBelajarpadaKelasEksperimen………
………. 78
4.2 0
Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData
PeningkatanHasilBelajarSiswapadaKelasEksperime………
…………. 80
4.2 1
Hasil Uji Normalitas Data
PeningkatanHasilBelajarpadaKelasKontrol………
……… 81
4.2 2
Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData
PeningkatanHasilBelajarSiswapadaKelasEksperimen………
………… 82
4.2 3
Hasil Uji Normalitas PerbedaanPeningkatanKeterampilan Proses
5 Sains……… 8 6 4.2
6
Hasil Uji HomogenitasN-GainKeterampilan Proses Sains………... 8 7 4.2
7
HasilUjiPerbedaan Rata-rata N-gain Keterampilan Proses Sains…. 8 8 4.2
8
Rata-rata Nilai N-gain KelasEksperimendanKelasKontrol……… 8 9 4.2
9
Hasil Uji Normalitas PerbedaanPeningkatanHasilBelajar………... 8 9
Hasil Uji Normalitas N-GainHasilBelajar……… 9 2 4.3
2
Hasil Uji HomogenitasN-GainKeterampilan Proses Sains……….. 9 3 4.3
3
HasilUjiPerbedaan Rata-rata N-gain HasilBelajar……….. 9 4 4.3
4
Rata-rata Nilai N-gain KelasEksperimendanKelasKontrol……… 9 4 4.3
5
HasilUjione way ANOVAKeterampilan Proses SainspadaKelompokTinggi,
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
4.1 Rata-rata SkorPretestdanPost test KPS………... 68 4.2 Hasil Perhitungan Gain KPS yang Dinormalisasi pada Kelas
Eksperimen……….. 68 4.3 Hasil Perhitungan Gain KPS yang Dinormalisasi pada Kelas
Kontrol………. 69
4.4 Rata-rata SkorPretestdanPost testHasilBelajar………. 76 4.5 Hasil Perhitungan Gain HasilBelajaryang Dinormalisasi pada
Kelas Eksperimen……… 77 4.6 Hasil Perhitungan Gain HasilBelajaryang Dinormalisasi pada
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Model Pembelajaran CLIS……….. 24 2.2 SkemaPembiasanCahaya………... 31 3.1 Desain Penelitian Pretes Postest Control Group Design……… 35
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang kian pesat. Hal ini dapat dirasakan dengan semakin banyaknya
penemuan-penemuan mutakhir yang pada zaman dahulu tak pernah terpikir
bahkan mustahil untuk terjadi, namun semua itu dapat terwujud dengan adanya
ilmu penegtahuan yang kian hari semakin berkembang.
Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut menuntut kualitas sumber daya
manusia yang mumpuni dalam mengahadapi setiap tantangan perubahan zaman.
Tak terpungkiri bahwa perubahan zaman telah menimbulkan berbagai
permasalahan, baik itu permasalahan yang berdampak positif maupun negatif.
Dengan kata lain, manusia dituntut untuk bersikap kreatif, inovatif juga edukatif
untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang pada akhirnya siap untuk
menghadapi berbagai macam perubahan yang terjadi. Salah
satunyamelaluipeningkatanmutupendidikan.
Dalam hal ini, pendidikan merupakan salah satu hal penunjang dan
merupakan wadah pencetak generasi bangsa. Dengan demikian, pendidikan harus
sanggup mencetak generasi bangsa yang siap dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi itu. Pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20 tahun 2003
adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalia diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Tegas sekali disebutkan dalam UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan dari
diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Salah satunya pendidikan di
tingkat Sekolah Dasar. Melalui pendidikan di tingkat Sekolah Dasar siswa
Dari berbagaimacammatapelajaran yang diajarkan diSekolahDasar (SD),
pembelajaran IPA menjadisalahsatumatapelajaran yang
memberikanbanyakkontribusidalammengembangkanpotensi yang terdapat di
dalamdirisiswa.“IlmuPengetahuanAlam (IPA)
berhubungandengancaramencaritahutentangalamsecarasistematis, sehingga
IPAbukanhanyapenguasaankumpulanpengetahuan yang berupafakta-fakta,
konsep-konsep, atauprinsip-prinsipsajatetapijugamerupakansuatu proses
penemuan” (Depdiknas, 2007).SelainitumenurutBundu (2006:11),“pembelajaran
IPA mencakuptigakomponenyaituproduk, proses dansikapilmiah”.IPA
sebagaiprodukberisiprinsip-prinsip, hukum-hukumdanteori-teori yang
berkaitandenganalamsemesta. IPA sebagai proses
merupakansekumpulanketerampilan yang
dimilikiparaahliSainsdalammenemukanprodukSains. Dan IPA
sebagaisikapmerupakansikap yang
jugadimilikiolehparaahliSainsdalammencaritahudanmengembangkanpengetahuan
yang merekadapatkan.
Uraian di atasmenggambarkanbahwa IPA merupakansalahsatumatapelajaran
yang layakdikuasaiolehsiswakhususnya di SekolahDasar.Dalampembelajaran IPA
siswabelajarmemahamidanberinteraksidenganlingkungantempatiaberada.
Selainitu, melaluipembelajaran IPA, siswadiajakuntukmenjadiseorangahliSains
yang memilikitugasuntukmemecahkanberbagaimacammisteriyang terdapat di
lingkungansekitarnyamelalui proses dansikap yang dimilikiseorangilmuwan.
Secaralebihterperincipembelajaran IPA di
SekolahDasarmemilikibeberapatujuan, seperti yang telahtermaktub di
dalamtujuanKurikulum2006 (Depdiknas,2007)yaitu :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
3
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dari tujuan pembelajaran di atas, terlihatbahwaketerampilan proses sains
siswa menjadi hal penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Hal ini diuraikan oleh Semiawan dalam Bundu (2006:5) bahwa „pentingnya proses sains dikuasai siswa, bahkan dianjurkan sejak di bangku sekolah dasar‟. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa „keterampilan proses akan menjadi pengait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai‟.
Keterampilan proses bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa
dalam belajar, sehingga secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan
kemampuan-kemampuannya. Bila siswa hanya belajar untuk mencapai hasil,
maka mereka akan mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Namun mereka tampak
kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dalam situasi lain. Akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna
dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.
Keterampilan proses yang dikembangkan diantaranya: mengamati,
berhipotesis, merencanakan, menafsirkan, serta mengkomunikasikan. Menurut
Samatowa, (2006: 143) “Guru harus dapat menyediakan kegiatan yang dapat
memberikan kesempatan untuk memunculkannya. Kegiatan yang dipandang dapat
memenuhi tujuan itu yaitu practical work atau kerja praktik”. Oleh karena itu, di
dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Artinya, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan
dapat membantu siswa dalam meningkatkan hal tersebut.
Dalampembelajaran IPA selainhasilbelajar yang menjadihalterpenting,
prosesdansikapjugamenjadihalpentingdalammemperolehhasiltersebut. Hal
lihatdandengar‟.Selanjutnyadikemukakanbahwa
“pengetahuanitutidakdapatdipindahkansecarautuhdaripikiran guru kesiswa, namunsecaraaktifdibangunolehsiswasendirimelaluipengalamannyata” (Samatowa, 2006 : 53).
Sejalandenganhaltersebut, Bundu (2006: 13) mengungkapkanbahwa: “hasilbelajarSainsmelalui proses sainsmenghasilkankesan yang lama, tidakmudahdilupa,
danakandapatdigunakansebagaidasaruntukmemecahkanmasalah yang dihadapi.” Mengingatakanhaltersebut, makadipandangperlumelaksanakanpembelajaran
IPA yang dapatmengembangkanketerampilan proses sainssiswa,
salahsatunyamelalui model pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS).
Model pembelajaranChildren Learning In Science(CLIS) inimerupakan salah satu
model pembelajaran yang inovatif pada pembelajaran IPA yang
berdasarkanteoribelajarkonstruktivisme.
Menurut Ismail (2011:13), “model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa
dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS”.
Sehinggadapatdikatakanbahwa model pembelajaran Children Learning In Science
(CLIS)ini membentuk pengetahuan ke dalam ingatan siswa agar konsep tersebut
dapat bertahan lama, karena model pembelajaran Children Learning In Science
(CLIS) memuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep
yang diajarkanmelaluipengalamanlangsung,
yaitumelaluiprakteklapanganmaupunpengamatan.
Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dipandang
sebagai model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses
sains siswa karena model pembelajaran CLIS yang bersifat minds-on dan
hands-on. Sehinggabukan hanya pemikiran dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA yang ditekankan dalam pembelajaran tetapi juga Keterampilan Proses Siswa yang
dapat dimunculkan dalam pembelajaran melalui kegiatan hands-on atau uji coba
5
memberikan kesempatan yang besar pada setiap siswa untuk aktif di dalam
pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu,
karakteristik model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang
menggunakan lingkungan sekitar di dalam pembelajaran akan membuat siswa
lebih mudah memahami materi pelajaran dan menerapkannya langsung pada
lingkungan sekitar karena siswa dapat melihat contoh materi yang diajarkan di
kehidupannya sehari-hari.
Hal itu sejalan dengan pendapat Marselina
(http://marselinaportofolio.blogspot.com, Rabu, 5 Desember 2012), yang
menyebutkanbahwa:
Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.
Olehkarenaitu, penerapan model pembelajaran Children Learning In
Science (CLIS) inimerupakan salah satu upaya konkret dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan kualitas pembelajaran yang
meningkat, kompetensi siswa pada pelajaran IPA yang disyaratkan oleh
kurikulum 2006 diharapkan dapat meningkat pula, salah satunya yaitu
keterampilan proses siswa.
Dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning
In Science (CLIS) sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat
cahaya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: “bagaimana pengaruh model
pembelajaran Children Learning In Science(CLIS) terhadap keterampilan proses
sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya?”
Dari rumusan masalah di atas, dapat diuraikan menjadi
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) lebih baik daripada siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional?
3. Apakah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas V?
4. Bagaimana perbedaanpeningkatanketerampilan proses sains dengan
menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
pada kelompok tinggi, sedang dan rendah?
5. Bagaimana perbedaanpeningkatanhasilbelajar dengan menggunakan model
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi,
sedang dan rendah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk melihat adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran Children
Learning In Science(CLIS) dalam upaya peningkatan keterampilan proses sains siswa SD.
2. Untuk melihat adanya peningkatan keterampilan proses sains yang lebih baik
antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Children
Learning In Science (CLIS) dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Untuk melihatadanya pengaruh pada hasil belajar siswa dengan menggunakan
7
4. Untuk melihatperbedaanpeningkatanketerampilan proses sains dengan
menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
pada kelompok tinggi, sedang dan rendah.
5. Untuk melihatperbedaanpeningkatanhasilbelajar dengan menggunakan model
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi,
sedang dan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam melakssiswaan pembelajaran
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
b. Meningkatkan kreativitas dan kinerja guru dalam melakssiswaan
pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.
c. Dapat memperbaiki cara mengajar terutama pada pelajaran IPA.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan peran siswa secara penuh di dalam pembelajaran IPA.
b. Meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
3. Bagi Lembaga
Diharapkan dengan proses belajar mengajar menggunakan model
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada pembelajaran IPA
dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan keterampilan proses
sains siswa dan memperbaiki proses belajar mengajar serta meningkatkan
kualitas praktek pembelajaran di sekolah, yang selanjutnya dapat disebarkan
kepada guru-guru dan sekolah lain.
4. Bagi Peneliti
Untukmemperkayahasil-hasilpenelitiantentangpenerapan model CLIS.
Selainitu,
penelitianinibermanfaatsebagaiwahanalatihanpenelitidalammelakukanpenelitiani
model CLIS,
sertalebihjauhpenelitianinimenghasilkanrekomendasimengenailayaktidaknya
model pembelajaran CLIS inidigunakandalam proses pembelajaran IPA
padamaterisifat-sifatcahaya di masamendatangberdasarkantemuandananalisis
yang telahdilakukan.
E. Penjelasan Istilah
Supayatidak terjadi salah penafsiran terdahadap judul penelitian, maka
berikut ini diberikan penjelasan berkenaan dengan istilah-istilah yang digunakan:
1. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa
tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide
atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.
(http://marselinaportofolio.blogspot.com, 5 Desember 2012).
2. Keterampilan Proses Sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan
pengembangan ilmu itu selanjutnya (Bundu, 2006:12). Pada penelitian ini,
keterampilan proses sains yang dimaksud adalah 5 keterampilan proses dasar
yaitu keterampilan melakukan pengamatan (observasi), keterampilan
menafsirkan (interpretasi), keterampilan meramalkan (prediksi), keterampilan
menerapkan konsep (aplikasi), dan keterampilan mengkomunikasikan.
3. Sifat-sifat cahaya
Cahayamempunyaisifat-sifattertentu yang
sangatbanyakmanfaatnyadalamkehidupan.Sifat-sifat yang
dimilikicahayaadalahcahayamerambatlurus,cahayadapatmenembus benda
35
Kelompok eksperimen (R)___ O____ X____ O
Kelompok kontrol (R)___ O__________ O A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah True Eksperimental
dengan desain penelitian Pretes Postest Control Group Designseperti yang
dikemukakan oleh Cresswell (Fawaid, 2009: 243). Menurut Sukmadinata (2010: 212), “penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mengukur pengaruh
suatu atau beberapa variabel terhadap variabel lain”. Pada penelitian eksperimen,
peneliti melakukan suatu manipulasi terhadap variable bebas (satu atau lebih)
kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada variable terikat (Maulana,
2009:20). Sehingga penelitian eksperimen tentunya berbeda dengan penelitian lain
karena di dalam penelitian eksperimen ini terdapat adanya kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang dibandingkan.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian untuk melihat hubungan
sebab-akibat yakni untuk melihat pengaruh pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen digunakan
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning
In Science (CLIS), sedangkan pada kelompok kontrol digunakan pembelajaran secara konvensional.Desain penelitian yang digunakan seperti pada gambar di
bawah ini:
36
Keterangan:
R = pemilihan kelompok secara acak
O = pretes atau postes berupa tes keterampilan proses sains siswa
X = perlakuan berupa pembelajaran IPA dengan mengunakan model Children
Learning In Science (CLIS).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya populasi dan sampel penelitian
untuk diteliti.Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan subjek ataupun objek
dalam penelitian.Sedangkan sampel merupakan salah satu bagian dari suatu
populasi.Populasi dalam penelitian ini adalah SD yang berada di Kecamatan
Situraja yang berkategori sedang berdasarkan hasil rata-rata UN. Berdasarkan data
yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Situraja rincian data dari SD tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang Kecamatan Situraja Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Nama Sekolah Kategori 1 SDN Babakanbandung Sedang 2 SDN Malaka Sedang 3 SDN Pasirimpun Sedang 4 SDN Pakemitan Sedang 5 SDN Pamulihan Sedang 6 SDN Sukajadi Sedang 7 SDN Sukatali Sedang 8 SDN Neglasari Sedang 9 SDN Sukasari Sedang 10 SDN Tegalsari Sedang 11 SDN Cikadu Sedang
Mengingat bahwa ukuran populasi cukup besar dan relatif homogen, maka
untuk efisiensi biaya, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini menggunakan teknik
sampling random.Dalam pengambilan sampel, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehinga semua subjek dianggap sama dan mendapat
dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua SD yang berada di Kecamatan Situraja
berkategori sedang yang diambil secara acak, satu SD dijadikan kelas eksperimen
dan satu SD lagi dijadikan kelas kontrol. Sehingga terpilih SDN Sukajadi sebagai
kelas eksperimen dan SDN Sukatali sebagai kelas kontrol.Pada kelas eksperimen
dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CLIS,
sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran biasa atau pembelajaran
konvensional.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel
merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor,
perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil
eksperimen. Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk
mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan
dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental
(treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi
dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah pembelajaran IPA
dengan menggunakan model pembelajaran CLIS(variabel bebas) dan
keterampilan proses sains siswa pada materi sifat-sifat cahaya sebagai variabel
terikatnya.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti dalam penelitian. Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga kegiatan
yang harus dilakukan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan
evaluasi/ analisis hasil penelitian. Penjelasan dari prosedur penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan pertama yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan persiapan
38
wawancara dengan pihak sekolah untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi sekolah dalam kegiatan pembelajaran IPA serta keadaan sekolah dan
jumlah siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian juga kegiatan
pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai. Merumuskan masalah dan
alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil temuan studi pendahuluan.
Selanjutnya melakukan studi literatur untuk mengkaji temuan-temuan studi
penahuluan. Studi ini dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan
dengan model CLIS, keterampilan proses sains, hasil belajar serta materi
sifat-sifat cahaya. Menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS serta
menyiapkan alat dan bahan serta menyusunan instrumen tes KPS dan hasil
belajar, lembar observasi dan lembar wawancara. Selanjutnya dilakukan
validasi, uji coba instrumen, revisi dan penetapan instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan
pretestkemampuan keterampilan proses siswa dan hasil belajar untuk kedua kelas. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa kedua kelas
tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai jadwal.
Pada saat pembelajaran, aktivitas pembelajaran akan diobservasi oleh
observer. Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilakukan tes
kemampuan keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar (post test) untuk
kedua kelas. Selanjutnya mewawancarai siswa di kelas eksperimen beserta
guru.
3. Tahap Evaluasi/ Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data
kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif berupa pretest dan
postest keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa dari kedua kelas.
Sedangkan pengolahan data kualitatif berupa hasil wawancara dan observasi.
Selanjutnya, dilakukan penyimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.
Untuk lebih jelas bagan alur prosedur penelitian ini disajikan pada gambar
40
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen
tes dan non tes. Instrumen tes yaitu tes keterampilan proses sains siswa dan tes
hasil belajar. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari pedoman wawancara dan
pedoman observasi. Penjelasan dari masing-masing instrumen yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Menurut Sudjana (2010: 35), “tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam
bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Instrumen tes dalam penelitian ini yaitu terdiri
dari :
a. Tes Keterampilan Proses Sains
Tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengukur keterampilan
proses sains siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran pada materi
sifat-sifat cahaya. Item soal keterampilan proses sains yang dikembangkan
berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Instrumen tes ini
digunakan pada saat pretest dan postest dengan karakteristik setiap soal pada
masing-masing tes adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas
kontrol.
b. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah diberikan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya. Tes yang
digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan
jawaban. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan postest dengan
karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik, baik di kelas
2. Non tes
Selain dengan menggunakan tes, hasil belajar dan proses pembelajaran juga
dapat dinilai oleh alat-alat nontes. Instrumen non tes yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Lembar wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam kegiatan peeneliti ini berisi sejumlah
pertanyaan yang diajukan kepada guru dan siswa. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui tanggapan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran pada
materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran CLIS
sehingga jawaban yang diperoleh dapat dijadikan penguat pada penarikan
kesimpulan.
b. Lembar observasi
Dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa lembar
observasi aktivitas siswa. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini
berupa format observasi berupa check list. Format observasi ini berisikan
serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan
berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda
cek pada daftar kejadian.
F. Validitas Instrumen
Instrumen suatu penelitian yang baik harus diperhatikan kualitasnya. Oleh
karena itu, untuk memperoleh kualitas tes yang baik harus dilakukan validitas
instrumen yang meliputi analisis validitas butir soal, analisis reabilitas, analisis
tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda. Berikut diuraikan penjelasan dari
masing-masing validitas instrumen, yaitu:
1. Validitas Butir Soal
Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana,
2010:12). Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung
koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan
42
yang tinggi. Untuk menghitung koefisien korelasi tersebut digunakan
rumusProduct Moment Pearson(Arifin, 2009):
rxy =
N XY−( X)( Y)
{N X2 −( X)2{N Y2−( Y)2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N = banyaknya peserta tes
X = nilai hasil uji coba
Y = nilai rata-rata harian
Selanjutnya hasil dari koefisien korelasi tersebut ditafsirkan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):
Tabel 3.2
Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kriteria
Perhitungan validitas instrumen tes keterampilan proses sains siswa dan
tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft OfficeExcel
2010 dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:
Tabel 3.3
Hasil Validitas Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar
No. Item Soal
2. Reabilitas Tes
Selain memiliki validitas baik, tes yang baik juga harus memiliki suatu
reabilitas. Reabilitas tes merupakan ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2010: 16). Hal ini dilakukan untuk melihat
apakah hasil dari alat penilaian tersebut jika digunakan akan memberikan hasil
yang relatif sama atau sebaliknya.
Dalam menentukan reabilitas suatu tes dapat dihitung dengan mencari
koefisien konsistensi internal. Koefisien konsistensi internal ini didapat dengan
jalan reabilitas belah dua, yaitu dengan membagi tes yang ada menjadi dua atas
dasar jumlah item-item yang paling umum dengan membagi ganjil dan genap
pada kelompok tersebut. Kemudian korelasikan kedua skor tersebut dengan
menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran.
Selanjutnya, untuk memperoleh angka koefisien korelasi secara menyuluruh dari
tes dapat digunakan rumus Spearman Brown (Sudjana, 2010: 18) sebagai
berikut:
r
xy=
2 x r
belah dua1 + r
belah duaSelanjutnya hasil dari koefisien korelasi tersebut ditafsirkan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):
Tabel 3.4
Kategori Reabilitas Tes
Batasan Kriteria
0,81 – 1,00 Sangattinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,61 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangatrendah
Berdasarkan hasil analisis reabilitas instrument tes keterampilan proses
sains siswa dan tes hasil belajar dengan menggunakan Software Microsoft
OfficeExcel 2010, diperoleh besar koefisien reabilitas (rxy) untuk tes
44
Sedangkan besar koefisien reabilitas (rxy) untuk tes hasil belajar adalah sebesar
0,65 yang berada pada kategori tinggi.
3. Tingkat Kesukaran
Kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reabilitas,
adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut.Keseimbangan
yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan
sukar secara proposional. Menurut Sudjana (2010:135) disebutkan bahwa “tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat
soal”.Tingkat kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Indek kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung
dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008):
� = ��
Keterangan:
P = tingkat kesukaran item soal tertentu
B = banyaknya siswa yang menjawab benar item soal.
Js = jumlah peserta tes
Adapun kategori penafsiran tingkat kesukaran item soal dapat dilihat pada tabel
berikut (Arikunto, 2008):
Tabel 3.5
Kategori Tingkat Kesukaran
Batasan Kriteria
0,00 ≤ P < 0,30 Sukar
0,30 ≤ P < 0,70 Sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains
siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft
Tabel 3.6
Hasil Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar
No. Item Soal
Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Tingkat
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya
(Sudjana, 2010: 141). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut
indeks diskriminasi (D) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2008):
�= � − � =
� − �
Keterangan:
D = indeks diskriminasi item soal
PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
46
Hasil dari daya pembeda di atas ditafsirkan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut (Arikunto, 2008):
Tabel 3.7
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains
siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft
OfficeExcel 2010 diperoleh hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:
Tabel 3.8
Hasil Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar
No. Item Soal
Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Daya
Selanjutnya diadakan analisis untuk melihat soal mana saja yang memenuhi
kriteria, serta memilih soal mana saja yang akan digunakan dan tidak digunakan.
Untuk memudahkan dalam mengambil keputusan, hasil analisis instrument tes
keterampilan proses sains yang meliputi hasil validitas, analisis tingkat kesukaran
Tabel 3.9
Hasil Validitas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan Daya PembedaTes Keterampilan Proses Sains
No.
Sementara itu, hasil analisis instrument tes hasil belajar yang meliputi hasil
validitas, analisis tingkat kesukaran item soal dan daya pembeda dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.10
48
soal KPS dan soal no 5 pada soal tes hasil belajar. Hal itu disebabkan karena
soal tersebut tidak valid dan memiliki daya pembeda yang jelek.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan post test. Adapun data
kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.Secara terinci analisis dari
kedua data tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif dimulai dengan memeriksa hasil tes setiap siswa
sekaligus memeberikan skor pada lembar jawaban tes keterampilan proses sains
dan tes hasil belajar dimana soal dengan jawaban benar diberi skor 1 dan soal
dengan jawaban salah diberi skor 0. Kemudian menentukan nilai tes keterampilan
proses sains dan tes hasil belajar dengan rentang nilai 0-100 dengan rumus
sebagai berikut:
Nilai = skor yang diperoleh
skor ideal x 100
Hasil dari nilai keterampilan proses sains dan hasil belajar tersebut kemudian
dirata-ratakan dan dicari gainnya dengan cara menghitung selisih antara skor post
test dan pretest. Selanjutnya dilakukan uji statistik yang melalui langkah-lagkah berikut ini:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data yang
terkumpul dilakukan uji normalitas dengan test of normality
dariKolmogorof-Smirnovdengan menggunakan software SPSS Versi 16 for windows.Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dengan α (taraf signifikansi) sebesar 5% (0,05).
Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi <0,05 maka
H0 ditolak. Jika kedua data kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
pengujian homogenitas data dengan menggunakan SPSS 16. Namun jika salah
satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi
normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji statistik
nonparametrik dengan uji Mann Whitney pada SPSS 16.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians ini dilakukan jika data berdistribusi normal, tetapi
bila data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya dilakukan uji
statistik nonparametrik. Uji homogenitas data digunakan untuk menguji
homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama.
Untuk menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam SPSS
16. Rumusan hipotesis pengujian homogenitas, yaitu:
H0 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau
homogen.
H1 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau
tidak homogen.
Taraf signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai
signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka
H0 ditolak.
c. Uji Beda Rata-rata
Jika data berdistribusi normal dan homogenitas variansnya sama, maka
langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata atau dikenal pula dengan uji-t.Uji
independent sample t-test dilakukan dengan merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretest atau nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol, yaitu sebagai berikut ini.
50
H1 : keterampilan proses sains siswa tidak sama
Selanjutnya, menghitung uji beda dua rata data pretest atau dua
rata-rata data posttest dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Adapun
kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Dari kesimpulan di atas, jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak
homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetapi hasil
dari pengujiannya dapat dilihat pada kolom Equal Variance Not Asumed
(diasumsikan varians tidak sama).
d. Gain normal
Untuk menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran dapat dilakukan dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain).
Menurut Meltzer (Fauzan,2012) rumus yang digunakan untuk mencari gain
yaitu sebagai berikut:
����= skor postes−skor pretes skor max− skor pretes
Hasil dari gain di atas ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai
berikutHake (Fauzan, 2012):
Tabel 3.11 Kriteria tingkat N-Gain
Tingkat N-Gain Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
e. Analisis Data Anova Satu Jalur (One Way ANOVA)
Anova merupakan singkatan dari "analysis of varian" merupakan bagian
dari metoda analisis statistik yang tergolong analisis komparatif (perbandingan)
lebih dari dua rata-rata (Riduwan, 2006). Atau sering juga dikenal dengan nama
independen, dalam hal ini yaitu kelompok siswa tinggi, sedang dan
rendah.Untuk menentukan siswa termasuk kelompok tinggi, sedang dan rendah,
diambil dengan cara menentukan siswa dari kelompok rendah dan tinggi 27%
dari banyaknya peserta dan dilakukan berdasarkan peringkat skor yang diperoleh
(Sudjana, 1990).
Dalam melakukan uji-F ini, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu data
dipilih secara random, berdistribusi normal dan variannya homogen (Riduwan,
2006).Jika semua hal tersebut terpenuhi, maka langkah selanjutnya yaitu
menganalisis data dengan menggunakan uji one way ANOVA dalam SPSS 16.
Rumusan hipotesis pengujiannya yaitu:
H0 = peningkatan KPS tiap kelompok sama satu dengan yang lain
H1 = peningkatan KPS tiap kelompok ada perbedaan satu dengan yang lain.
Taraf signifikansi pada uji one way ANOVA dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai
signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka
H0 ditolak.
f. Uji Non Parametik
Jika syarat uji parametik tidak terpenuhi yakni data berdstribusi normal dan
bervarian homogeny, maka dilakukan uji non-parametik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney dengan bantuan software SPSS Statistics v16
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05.
2. Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dimulai dengan mengelompokkan data ke dalam
kategori tertentu.Selanjutnya sebagian data yang terkait dengan keperluan tertentu
diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Secara terperinci akan diuraiakan sebagai berikut:
a. Wawancara
Data hasil wawancara diolah dengan menganalisis jawaban dari responden
52
jawaban yang disampaikan responden.Dalam hal ini yaitu pendapat dari guru
dan siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran CLIS.
b. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi aktivitas
siswa selama pembelajaran CLIS.Observasi dilakukan oleh observer dengan
mengisi lembar observasi yang terdiri dari kolom aspek observasi beserta nilai.
Selanjutnya data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap
aktivitas siswa selama pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis
untuk mengevaluasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian data
hasil observasi dilakukan dengan carateknik penskoran terhadap indikator yang
dilaksanakan, kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan. Perolehan nilai dalam
format observasi kegiatan siswa yaitu diperoleh dari kegiatan siswa dalam
keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran. Setiap aspek, skor tertinggi
adalah 3 dan apabila tidak muncul mendapatkan skor 0.
Setelah data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, selanjutnya
diadakan suatu validasi data untuk mendapatkan suatu gambaran dan kesimpulan
yang dapat memperkuat hasil temuan di lapangan. Validasi data pada penelitian
ini merujuk pada pendapat Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005: 168-171) yaitu :
a. Member Check, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pembelajaran.
b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.
c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing. d. Expert Opinim, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesulitan temuan
104 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data, hasilanalisis data danpembahasan yang
telahdilakukantentangpenerapanmodel pembelajaran Children Learning In
Science (CLIS) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya,dapatdisimpulkanbahwa:
1. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran
konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.
Selainitu,pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.
2. Keterampilan proses sainssiswa yang mengikutipembelajarandenganmodel
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)lebihbaiksecarasignifikandaripadasiswa yang
mengikutipembelajarankonvensionaldengantingkatkepercayaan 95%.
3. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran
konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD
kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.
Danpembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning
In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.
4. Peningkatanketerampilan proses sainspadakelompoktinggi, sedangdanrendah
di kelaseksperimentidakterdapatperbedaan yang signifikan. Hal
inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,980.
5. Peningkatanhasilbelajarpadakelompoktinggi, sedangdanrendah di
105
inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,734.
B. Saran
Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukantentangpenerapanmodel
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya,
makapenelitidapatmemberikan saran sebagaiberikut:
1. Pembelajaran IPA padamaterisifat-sifatcahayadengan model CLIS
dapatmeningkatkan KPS siswa. Olehkarenaitu, alangkahbaiknyajika model
pembelajaraninidijadikansebagaialternatifpembelajaran IPA di SD. Selainitu,
guru dapatmengembangkanpembelajarandenganmerancang LKS
daneksperimen yang lebihkreatifdanmenantangsiswa.
2. Dalampenentuanwaktupembelajarandenganmenggunakan model CLIS
harusdiperhitungkandenganbenar. Mengingat model
initerdiridaribeberapatahapan yang memakanwaktutidaksedikit.
Perhitungkanwaktudalamtiaptahapansehinggatidakmelebihiwaktu yang
diinginkan. Dalampelaksanaannya pun harusdiperhatikansebaikmungkin,
misalnyadenganmenggunakanbantuanstopwatch.
3. Bagipenelitianselanjutnyadapatmengembangkanmodel CLIS
padamateripembelajaran IPA yang lain sertadengantinjauan yang
berbedamisalnyaberpikirkreatif, berpikirlogis,
berpikirkritisdanlainnya.Selainitu, penelitian yang
dilakukanlebihbaikjikadilakukandalambeberapapertemuan, minimal tiga kali
106
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2008).Dasar-dasarEvaluasiPendidikan (EdisiRevisi). Jakarta: BumiAksara.
Azmiyawati, Choiril dkk.(2008). IPA Salingtemasuntuk Kelas V SD/MI. Jakarta: PusatPerbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2010). UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Buana.
Devi, Poppy Kamalia, dkk. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses PadaPembelajaran IPA.Tersedia: [Online]: (http://www.bpptkpu-jabar.com/materi/0109_SMA_05.pdf, 15 Mei 2013).
Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.
Fawaid, Ahmad. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
107
Inayatul Alifviani. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Tersedia dalam [Online]: (http://id.scribd.com/doc/54419015/abstrak, 5 Desember 2012).
Ismail, Ali. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tersedia dalam [Online]: (http://repository.upi.edu, 5 Desember 2012).
Mahmuddin.(2010). KomponenPenilaianKeterampilanProsesSains.Tersedia [Online]: (http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/, 15 Mei 2013)
Marselina. (2008). Model - Model Pembelajaran Inovatif. Tersedia dalam [Online]: (http://marselinaportofolio.blogspot.com/2008/12/model-model pembelajaran-inovatif.html, 5 Desember 2012).
Matsugino.(2012). Sifat-sifatCahaya.Tersedia [Online]: (http://mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat-cahaya.html, 15 Mei 2013).
Maulana. (2009). Memahami Hakikat,Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ’n Live2Learn.
Nur’aini, Eka. (2011). Kata OperasionalTaksonomi Bloom VersiBaruUntuk Mata
PelajaranBiologi.Tersedia [Online]:
(http://pep-uny.ac.id/2011/-eka-nur’aini.pdf, 15 Mei 2013).
Nuryani, dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta.
Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: Tidak diterbitkan.
Sudjana, Nana. (1990).Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. (2010).PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar (Cetakan Kelimabelas). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). MetodePenelitianPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.
Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.(2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Wiriatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Rosda Karya.