• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI NILAI AGAMA DI DALAM HUBUNGAN BISNIS ANTARA NASABAH DENGAN BANK :Studi Kasus pada bank BNI Syariah cabang Buah Batu Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTEGRASI NILAI AGAMA DI DALAM HUBUNGAN BISNIS ANTARA NASABAH DENGAN BANK :Studi Kasus pada bank BNI Syariah cabang Buah Batu Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Isi

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ………..………...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….……1

B. Identifikasi Masalah ……….…….17

C. Rumusan Masalah ……….18

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….…19

E. Metode Penelitian ……….19

F. Lokasi dan Subjek Penelitian ………20

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Konsep Nilai ………. 21

B. Konsep Pendidikan Nilai ……….. 27

C. Tujuan Pendidikan Nilai ………... 29

D. Konsep Agama ……….… 31

E. Konsep Pendidikan Umum ……….……….. 36

F. Hakikat Manusia ……….………….. 48

G. Ekonomi Dalam Pandangan Islam ……….... 63

H. Konsep Pemasaran ………...83

I. Bank Syariah Bagi Nasabah ……… 104

J. Penelitian Terdahulu ……… 107

K. Keterkaitan antara Ekonomi Syariah dengan Pendidikan Umum ... 107

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian………109

B. Definisi Operasional……….………….109

C. Instrumen Penelitian……….………….110

D. Teknik Pengumpulan Data……….………...112

E. Pendekatan Penelitian………...………...113

F. Tahapan-Tahapan Penelitian……….115

G. Langkah-Langkah ……….…………116

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian……….…………117

B. Deskripsi Hasil Penelitian/ Pembahasan...125

B.1. Deskripsi Hubungan Manajemen BNI Syariah dengan Nasabah.…..125

(2)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan……….139 Rekomendasi………...…………...140 Daftar Pustaka

(3)
[image:3.595.120.509.216.600.2]

Daftar Tabel

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Krisis perbankan telah menunjukkan perlunya perbaikan ketentuan yang mengatur lembaga keuangan sekaligus memunculkan pentingnya mengembangkan alternatif investasi melalui lembaga keuangan. Selama ini, masyarakat umumnya mengetahui bahwa suatu bank identik dengan bunga, begitu juga nasabah debitur yang meminjam dana dari bank akan dikenakan bunga, sedangkan bank mendapatkan keuntungan dari imbalan dari jasa-jasanya.

(5)

Lembaga perbankan merupakan financial intermediary yang mempunyai peranan sangat vital dalam struktur perekonomian. Bank menyerap dana masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Sedemikian strategisnya peranan bank dalam pembangunan perekonomian negara, sehingga setiap negara berusaha menciptakan suatu sistem perbankan yang sehat, tangguh dan dapat memelihara kepercayaan masyarakat.

Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya. Hal ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari diri setiap manusia. Kebutuhan hidup manusia itu menurut Maslow ( Deddy Jacobus dan Dwi Prabantini, 2000:20-21) dapat digolongkan dari tingkat sederhana untuk sekedar bertahan hidup (basic needs) hingga tingkat kemewahan untuk aktualisasi diri (self actualization)

Dalam usahanya untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup tersebut, manusia memerlukan bantuan manusia lain. Maka, timbullah interaksi dan pembagian tugas yang diwujudkan dalam bidang-bidang usaha dalam masyarakat. Interaksi dalam masyarakat tersebut diatur oleh kesepakatan yang tercermin dalam norma-norma kemasyarakatan. Ketika manusia saling berinteraksi dengan fungsinya masing-masing, maka terjadilah pertukaran, suatu transaksi, atau dengan kata lain, jual beli.

(6)

Uang sebagai alat tukar memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat modern. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari uang. Karena fungsinya sebagai alat tukar, uang selalu beredar dari satu orang ke orang lainnya, dari satu daerah ke daerah lainnya, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Semakin lama urusan yang menyangkut uang, semakin berkembang dan bertambah rumit, sehingga menyebabkan masyarakat memerlukan suatu lembaga perantara (intermediary) yang dapat memperlancar lalu lintas uang. Lembaga tersebut kini dikenal dengan sebutan bank.

Bank adalah ”suatu badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkat taraf hidup rakyat”(UU Penbankan No,10:1998). Bank biasanya menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan metode bunga. Dalam penerapan metode bunga, bank mengelola kegiatan ekonomi dengan fokus interes differential. Dalam suatu bank konvensional terdapat nasabah penyimpan dan nasabah peminjam dana. Bank mendapatkan penghasilan berupa biaya atas jasa yang diberikan ditambah biaya-biaya cadangan dan yang paling utama selisih (spread) antara bunga tabungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana dengan bunga kredit yang dibebankan kepada debitur( Batubara, 21 November 1999: 4).

(7)

menarik jika lebih tinggi dari pada tingkat inflasi, tingkat bunga riil diluar negeri, dan tingkat bunga bank-bank dalam negeri lainnya(. Perwataatmadja, 1999: 9).

Sebaliknya, bank konvensional dalam upayanya untuk mengembangkan dana yang telah dihimpun mengeluarkan kredit kepada debitur. Agar dana yang dihimpun dapat berkembang pesat, bank konvensional menawarkan bunga kredit yang menarik bagi debitur, yaitu serendah-rendahnya, bahkan kalau bisa lebih rendah daripada bunga simpanan. Bunga kredit yang rendah dapat membuat pengusaha mempergiat usaha yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, tingkat bunga kredit yang tinggi menyebabkan produktivitas masyarakat macet karena pengusaha kekurangan modal.

Orang yang mendukung penerapan metode bunga umumnya berpendapat bahwa bunga atas pinjaman adalah hal yang wajar, bahkan sudah seharusnya ada. Debitur yang meminjamkan uang akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan (opportunity cost), dan menanggung risiko kerugian karena perbuatan dibitur dan keterlambatan pelunasan, bahkan risiko kehilangan uang.( Gilarso,1994:114)

(8)

rendah bila tabungan melimpah, dan bunga akan tinggi bila permintaan akan modal uang melebihi tabungan.

Yang menolak metode bunga, Aristoteles menyatakan menolak pinjam meminjam uang dengan bunga karena membuat orang tergoda untuk mengejar keuntungan dan menumpuk kekayaan sehingga uang menjadi tidak produktif dan hanya menimbulkan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, korupsi, dan pemborosan. Aristoteles juga menyatakan bahwa fungsi uang adalah sebagai alat tukar, bukan untuk menghasilkan tambahan melalui bunga.

Plato juga tercatat dalam kelompok penentang metode bunga. Alasan yang dikemukakannya adalah karena bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat dan dipergunakan oleh orang kaya untuk mengeksploitasi orang miskin.

Thomas Aquinas mengecam bunga atas pinjaman karena uang pada hakikatnya adalah alat tukar, bukan komoditi. Penambahan uang dapat dimaklumi pada penundaan pembayaran (barang diambil baru dibayar).

Soule berpendapat bahwa pertumbuhan akumulasi modal yang didapatkan dari bunga kredit pada kenyataannya tidak hanya merugikan debitur karena penetapan bunga yang semena-mena. Lebih parah lagi hal tersebut akan mengancam struktur masyarakat yang berproduksi bukan untuk mendapat laba tetapi untuk digunakan sendiri sehingga setiap pihak harus mendapatkan bagian yang adil, sebagaimana banyak terdapat pada abad pertengahan di Eropa.

(9)

melanggar keadilan atau kewajaran bisnis, infleksibilitas metode bunga menyebabkan kebangkrutan, bank khawatir tidak bisa mengembalikan tabungan dan bunga kepada nasabah penyimpan dana, metode bunga menghalangi inovasi oleh usaha kecil, dan bank menutup diri dari kemitraan kecuali ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga. ( Arifin, 1999:3)

Dilihat dari aspek sosialnya, penerapan metode bunga terbukti menimbulkan akibat yang kurang baik, karena bunga meningkatkan kecenderungan dikuasainya kekayaan oleh segolongan kecil orang saja, menghilangkan kepedulian terhadap sesama, adanya ketidakadilan karena risiko ditanggung oleh satu pihak saja, dan kekayaan seharusnya diperoleh melalui kerja keras dan usaha pribadi ( Ashari, 1985:46)

Keberadaan bunga atas modal menyebabkan terjadinya penumpukkan kekayaan pada golongan yang lain. Hal ini melahirkan kesenjangan distribusi pendapatan yang semakin lama semakin lebar. Instrumen bunga menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbudakan ekonomi oleh golongan kaya terhadap golongan miskin ( Dalimunthe,2000:46).

(10)

Bunga yang dilarang oleh banyak ahli adalah bunga berganda. Bunga berganda (anatocisme) di negeri Belanda dibatasi oleh undang-undang. De Groot menyebutkan, ”...tetapi menumpuk uang-keuntungan menjadi uang pokok, dan dari itu memperjanjikan keuntungan lagi, dilarang dengan alasan-alasan yang kuat, karena orang tidak memperhatikan akibatnya dan karenanya sangat dirugikan.” (. Asser’s, 1991:313) Dari De Groot diketahui juga bahwa hukum Prancis Kuno melarang bunga-berbunga.

Pendapat ulama yang dominan di Indonesia tampaknya dapat diwakili oleh organisasi Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang memiliki jumlah umat terbesar, yaitu seperti berikut.

1. Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Majlis Tarjih Sidoarjo (1968) memutuskan:

a. Riba hukumnya haram dengan sharih Al-Quran dan As-Sunnah. b. Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba

hukumnya halal.

c. Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku termasuk perkara musytabihat.

d. Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah Islam.

(11)

a. Mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk segera dapat memenuhi keputusan Majlis Tarjih di Sidoarjo tahun 1968 tentang terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah Islam.

b. Mendesak majlis tarjih PP Muhammadiyah untuk dapat mengajukan konsepsi tersebut dalam muktamar yang akan datang. 3. Lajnah Bahsul Masa’il Nahdatul Ulama mencapai kesepakatan, bahwa dalam

kenyataannya memang para penafsir Al-Quran berbeda pendapat mengenai bunga bank, yaitu sebagai berikut.

a. Bunga bank sama dengan riba secara mutlak. • Segala jenis bunga sama dengan riba.

• Bunga sama dengan riba sehingga haram, namun boleh dipungut

sementara sistem perbankan yang Islami belum beroperasi.

• Bunga sama dengan riba sehingga haram, tetapi boleh dipungut

sebab ada kebutuhan yang kuat. b. Bunga bank tidak sama dengan riba.

• Bunga konsumsi sama dengan riba sehingga haram.

• Bunga produktif tidak sama dengan riba sehingga halal.

• Bunga dari giro dan deposito diperbolehkan.

• Bunga bank tidak haram jika ditetapkan terlebih dahulu secara

umum.

(12)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam lokakarya Bunga Bank dan Perbankan pada tanggal 19-22 Agusutus 1990 telah membahas status bunga bank dan merumuskan pro-kontra bunga sebagai berikut.

Alasan pendapat yang mengharamkan ialah karena di dalam bunga bank terdapat unsur-unsur riba, yaitu:

1. unsur tambahan (ziyadah) pembayaran atas modal yang dipinjamkan 2. tambahan tersebut tanpa ’iwad/ muqabil (risiko), hanya karena adanya

tenggang waktu pembayaran kembali 3. tambahan itu disyaratkan dalam akad

4. dapat menimbulkan adanya unsur pemerasan (dzuim) sedangkan alasan pendapat yang menghalalkan ialah:

1. adanya kesukarelaan kedua belah pihak dalam akad 2. tidak adanya unsur pemerasan (dzuim)

3. mengandung manfaat untuk kemaslahatan umum.

(13)

Muhammad Abu Zakrah bahwa rente sama dengan riba nasi’ah yang dilarang dalam Islam, tetapi karena sistem ekonomi sekarang peranan bank sangat penting dengan rente sebagai modus operandinya, maka rente bank tak dapat dihapuskan begitu saja. Sambil menunggu dikembangkannya bank Islam sesuai syariah, umat boleh bertransaksi melalui bank dengan alasan darurat/ terpaksa. ( Daud Ali, 1988:11)

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil di suatu negara memerlukan tingkat bunga kredit yang rendah. Untuk mencapai tingkat bunga kredit yang rendah harus dilakukan penurunan bunga simpanan

Tingkat bunga simpanan yang tinggi di suatu negara sering mencerminkan tingginya tingkat inflasi, tingginya suku bunga bank di luar negeri, dan tingginya persaingan antarbank yang semuanya mengindikasikan tidak sehatnya kondisi ekonomi suatu negara. Penurunan tingkat bunga simpanan sulit dilakukan karena tingkat bunga simpanan dalam pasar yang bebas ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan.

Bank yang menawarkan bunga simpanan yang lebih rendah otomatis akan ditinggalkan oleh nasabahnya. Di lain pihak, bunga kredit yang tinggi jika dinaikkan lagi akan semakin menyengsarakan masyarakat, karena pada akhirnya debitur sebagai produsen akan membebankan biaya tersebut kepada masyarakat. Penerapan metode bunga semacam inilah yang sering menyebabkan perekonomian menjadi tidak stabil.

(14)

mengalami negative spread ”( Sjahdeini, 1999:20). Hal itu disebabkan oleh tingkat bunga simpanan yang sangat tinggi, sedangkan bunga kredit hanya dapat ditentukan di bawah bunga simpanan karena kondisi riil dunia usaha yang masih lemah. Tentu saja pendapatan bank menjadi negatif karena uang yang harus dikeluarkan sebagai bunga simpanan kepada nasabah penyimpan dana lebih besar daripada penghasilan berupa bunga kredit dari debitur. Bank akan semakin merugi jika memiliki banyak kredit yang semula tidak bermasalah berubah menjadi kredit bermasalah yang tidak menghasilkan bunga (nonferforming loans). Fenomena ini menggambarkan bahwa bunga tidak memberikan keseimbangan posisi di antara pelaku, yaitu ”nasabah penyimpan bunga, bank, dan debitur. Bahkan, bank sebagai lembaga intermediary justru berada pada pihak yang dirugikan”. (Tim Syariah Bank IFI)

(15)

oleh Mohammad Ariff ”...Interest is not very effective as a monetery policy instrument even in capitalist economies and have questioned the efficacy of the rate of interest as a determinant of saving and investment.” (http://www.usc.edu/dept/MSA/econimics/islamic-banking.html)

Metode bunga terlepas dari pihak yang mendukung maupun yang menolaknya, dalam kenyataannya memang memberikan pengaruh yang buruk dalam perekonomian.

Kenyataan di atas berbeda dengan bank syariah. Bank dengan manajemen syariah terbukti mampu bertahan pada saat krisis moneter dan ekonomi. ”Hal ini disebabkan karena bank syariah tidak terkena negative spread” ( Sudarmadji,Republika,13 Pebruari 2000:17). Selain itu, prinsip kemitraan yang dianutnya membuat para pihak di dalamnya mementingkan kerja sama yang dilandasi usaha yang halal dan komitmen yang ikhlas. Dengan prinsip ”bagi hasil yang bebas dari bunga bank, bank syariah diarahkan pada pembiayaan sektor produktif berdasarkan syariah untuk meredam kegiatan spekulasi yang kontra produktif ”( Joyosumarto,1999:38). Apalagi sifat sistem ekonomi Islam yang selalu menyentuh sektor riil perekonomian, ”...in Islamic system all rates of return in the financial sector are determined by activities in the real sector.”( Ul Haque,1998:4)

(16)

tidak mungkin memaksa bank syariah untuk melakukan kemunduran kinerja dari transparan menjadi kurang transparan, dari prudent menjadi kurang prudent serta mengurangi upaya tawadu’-nya.

Dalam hal pencatatan transaksi, Al Quran memberikan landasan kokoh, antara lain, ”Hai orang yang beriman, apabila kamu melakukan transaksi utang – piutang untuk jangka waktu yang telah ditentukan, tuliskanlah ” (OS 2: 282), kemudian ”Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertawakal kepada Allah Tuhannya” (QS 2: 283), dan selanjutnya ” tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya esok hari ” (QS 31: 34), serta dasar-dasar lainnya apa yang dipakai sebagai pedoman bagi bank syariah.

Dasar di atas tentu sangat berbeda dengan paradigma para ekonom konvensional yang memiliki pandangan bahwa keuntungan adalah duniawi semata yang tidak berpikir tentang riba, masyir dan gharar. Menyatukan dua paradigma tentu harus ada dasar keimanan, yaitu percaya kepada sustainable untuk masa depan dunia dan akhirat dan menjaga keaslian konsep Islam.

Pendirian bank syariah pada mulanya diaragukan banyak orang karena beranggapan bahwa sistem perbankan tanpa bunga adalah sesuatu yang tak lazim dan mustahil, bahkan untuk membiayai operasionalnya sendiri pun bank syariah diragukan kemampuannya.

(17)

dipahami oleh semua orang yang beragama, bahwa walaupun manusia telah berupaya semaksimal mungkin, tetap ada campur tangan Tuhan yang menentukan berhasil-tidaknya usahanya itu. Semua usahanya itu hanya akan membuahkan hasil jika Tuhan juga menghendakinya dan karenanya, hanya Tuhan yang mengetahui hasil akhir dari suatu usaha. Salah satu fungsi vital perbankan adalah sebagai lembaga intermediasi, yang berperan menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah lain yang membutuhkan dana. Tujuan dari perbankan syariah mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dan prinsip-prinsip Islam, syariah ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait agar umat terhindar dari hal-hal yang di larang Islam.

Pelopor bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat telah menetapkan misinya untuk mengambil bagian sebagai katalisator dalam pengembangan institusi keuangan syariah di Indonesia. Bank Muamalat secara aktif turut memberi masukan dalam merumuskan Undang-Undang No. 10/1998, yang menerapkan prinsip-prinsip syariah sebagai salah satu sistem perbankan Indonesia. Seiring dengan dikeluarkannya peraturan ini, bank-bank syariah lahir dan cenderung bertambah. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah hanya dikatagorikan sebagai bank dengan sistem bagi hasil.

(18)

diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang bank syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sebagian lainnya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengadakan ”Pelatihan Perbankan Syariah” bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian, terutama aparat yang berkaitan langsung. (Antonio, 2001:26)

Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperi Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, dan kota lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia khususnya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM).

(19)

Bank BNI Syariah merupakan bank milik pemerintah yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Sebagai bank yang dimiliki oleh pemerintah, Bank BNI Syariah memiliki asset ratusan triliun dan networking yang sangat luas. Ekonomi Islam sebagai dasar dari perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum Islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Asset, DPK dan Pembiayaan Bank Syariah

111% 110%

107%

124% 108%

112%

96% 97%

88%

0.0 5,000.0 10,000.0 15,000.0 20,000.0 25,000.0

milyar Rp.

Asset 1,790.2 2,728.0 4,086.0 7,944.0 15,211.0 20,880.0 20,546.0 21,902.8 22,700.8

DPK 1,028.9 1,896.4 2,917.7 5,759.0 11,718.0 17,263.0 14,956.0 15,834.7 16,432.7

Pembiayaan 1,271.2 2,049.8 3,276.7 5,530.2 11,324.0 15,232.0 15,997.0 17,366.8 18,162.1

FDR 124% 108% 112% 96% 97% 88% 107% 110% 111%

LDR Konvensional 33% 33% 38% 43% 50% 54% 61% 60.8 61.2%

(20)

untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba, serta larangan investasi untuk usaha yang dikatagorikan haram ( usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak Islam dan lain-lain.), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh perbankan konvensional. (http : //id.wikipedia.org.wiki/Perbankan Syariah).

Dari ungkapan diatas bahwa nilai-nilai Islam sangat esensial dalam kegiatan ekonomi, karena mengandung ajaran kepada manusia untuk menjaga ketaatan, dan harmonisnya hubungan dengan Allah. Dengan dasar nilai agama seorang nasabah perbankan akan sadar tentang hak dan kewajibanya sebagai seorang nasabah dan hamba Allah, serta akan memiliki keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Allah, semuanya akan kembali kepadaNya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan bisnis antara nasabah dengan bank syariah dalam konteks mengintegrasikan nilai agama dalam proses usahanya? Dan bagaimana dampak terhadap nasabah?

B IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan bisnis antara nasabah dengan bank syariah, mencakup pola, prinsip dan mekanisme?

(21)

3. Apakah nilai agama melekat pada nilai-nilai yang terdapat di dalam hubungan bisnis antara nasabah dengan bank syariah?

4. Faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan nilai agama dalam hubungan bisnis nasabah dengan bank syariah?

C RUMUSAN MASALAH

Merujuk kepada identifikasi masalah di atas dan dihubungkan dengan subjek penelitian yang peneliti gunakan yaitu Bank BNI Syariah, maka peneliti membatasi permasalahan yang menyangkut nilai agama ini sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai agama yang tertanam dalam kegiatan bisnis antara nasabah dengan bank syariah?

2. Apakah tujuan utama nasabah dalam hubungan bisnis dengan bank syariah?

3. Cara-cara apa yang digunakan bank syariah dalam pelaksanaan bisnis berbasis nilai agama?

4. Media apa yang digunakan untuk mempublikasikan bisnis bank syariah berbasis nilai agama?

5. Faktor apa yang menghambat dan mendukung penerapan nilai agama dalam hubungan bisnis antara bank syariah dengan nasabah?

(22)

D TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis.

1. Keterkaitan antara kegiatan usaha bank syariah dengan nilai agama dan para nasabahnya.

2. Tujuan nasabah dalam hubungan bisnis dengan bank syariah jika dihubungkan dengan nilai agama.

3. Cara-cara yang digunakan bank syariah dalam berbisnis yang berbasis nilai agama..

4. Faktor-faktor penghambat dan pendukung nilai agama dalam hubungan bisnis antara nasabah dengan bank syariah

5. Manfaat yang diperoleh nasabah dalam kegiatan bisnis dengan bank syariah berbasis nilai agama

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara khusus dapat memberikan gambaran tentang kondisi objektif kegiatan usaha bank syariah.

2. Secara teoretis dapat dijadikan sebagai wahana ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kegiatan usaha bank syariah yang diintegrasikan dengan nilai agama.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di bank BNI syariah Jalan Buah Batu No 155 Bandung.

B Definisi Operasional

1) Integrasi adalah proses pembauran hingga menjadi kesatuan utuh yang bulat (Kamus Besar Bahasa Indonesia :383)

2) Nilai agama adalah nilai yang menekankan tentang prinsip kepercayaan kepada Tuhan, dalam kontek penelitian ini dimaknai sebagai keesaan Allah khususnya yang berhubungan dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (nilai-nilai ekonomi). Karim mengungkapkan terdapat lima dasar yakni: Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma’ad, sedangkan Izzan mengemukakan yaitu: Uluhiyah,Rububiyah, Khilafah, Tazkiyah, dan Al Falah (Izzan, 2007:39). Berdasarkan ungkapan aspek tauhid menjadi derifasi nilai pertama dan utama dalam konsep ekonomi yang berbasis nilai-nilai illahiyah. (Karim 2007 : 34)

(24)

4) Nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan bank. (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 683)

5) Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No:10 Tahun 1998)

6) Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatannya dapat memberikan atau tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.(UU No:10 Tahun 1998) Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah bagaimana nilai agama melekat pada kegiatan bisnis antara nasabah dengan bank syariah yang saling menguntungkan.

C Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, maksudnya bahwa peneliti langsung menjadi pengamat dan pembaca situasi bank BNI syariah.

(25)

menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusialah yang dapat berhubungan dengan responden dan yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan (Moleong,2006:9).

Karena peneliti menjadi instrumen kunci, maka peneliti berusaha sebaik mungkin menunjukkan sikap yang selektif dan sungguh-sungguh dalam menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan, agar informasi yang diperoleh benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya, disamping itu peneliti berusaha

membina hubungan baik dengan orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini. Metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode ini dipilih dikarenakan permasalahan yang dikaji menyangkut nilai-nilai yang melekat dan berlangsung di masyarakat, khususnya di dunia perbankan, kasusnya khusus di BNI syariah, karena metode ini merupakan metode penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.(Moleong,2006:6)

(26)

penyelidikan-penyelidikan hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil individu, tetapi dilakukan secara mendalam.

Sesuai dengan kekhasannya, bahwa pendekatan studi kasus dilakukan pada objek yang terbatas. Oleh karenanya persoalan pemilihan sampel yang menggunakan pendekatan tersebut tidak sama dengan persoalan yang dihadapi oleh penelitian kuantitatif. Sebagai implikasinya, penelitian yang menggunakan pendekatan studi kasus hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, dengan kata lain hanya berlaku pada kasus itu saja.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan empat teknik dalam melakukan pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Sedangkan sumber data yang diperlukan dapat diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari subyek penelitian yaitu perwakilan dari lembaga perbankan syariah.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen resmi maupun tidak resmi yang berhubungan dengan materi penelitian dan mendukung data primer.

1. Teknik Observasi

(27)

sebagai orang luar (Pengamat) dan sebagai orang yang ikut berpartisipasi dalam lingkungan pekerjaan responden.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan dalam rangka melengkapi data-data hasil observasi, wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian yang dalam hal ini wakil dari lembaga bank syariah.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui dokumen tentang bagaimana kinerja bank syariah.

4. Teknik Studi Pustaka

Studi pustaka dilaksanakan untuk mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur yang berhubungan dengan kajian-kajian. E Pendekatan Penelitian

(28)

dengan yang diutarakan oleh Moleong yang menyatakan bahwa: 1) tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman, 2) konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; dan 3) sebagian struktur nilai konstektual bersifat determinatif terhadap apa yang akan dicari (Moleong,2006:8). Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, pertimbangan menggunakan studi kasus karena didasarkan bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada upaya untuk mendapatkan gambaran nyata, yang natural dari subyek yang diteliti. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Yin (2002:1) studi kasus merupakan pilihan yang tepat jika ingin meneliti berkenaan dengan “How” dan “Why” dan apabila fokus penelitian terletak pada fenomena masa kini dan dalam konteks kehidupan nyata. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana (how) integrasi nilai agama di dalam hubungan bisnis antara nasabah dengan bank syariah.

Pertimbangan praktis bahwa dengan mengambil para pelaksana perbankan syariah, pimpinan bank, karyawan, dan nasabah. Sehingga diharapkan memperoleh gambaran mengenai konteks yang akan diteliti.

F Tahapan-Tahapan Penelitian 1. Tahap Orientasi

(29)

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada bank syariah dan mulai mengenal dekat dengan responden. Mengadakan pengamatan permulaan terhadap proses kerja bank syariah selanjutnya meningkat tidak hanya mengamati, melainkan berpartisipasi bersama responden dan mengadakan wawancara dengan beberapa orang karyawan bank untuk mendukung kelengkapan data.

3. Tahap Pencatatan Data

Catatan merupakan rekaman hasil observasi dan wawancara, dilakukan pada saat di lapangan berupa catatan singkat atau catatan kunci maupun setelah selesai dari lapangan. Pencatatan data setelah dari lapangan segera dilakukan pada saat ingatan masih segar. Pencatatan data dapat dibedakan

dalam dua bentuk yakni catatan deskriptif dan catatan reflektif. 4. Analisis Data

Kegiatan menganalisis merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan.

(30)

signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan diantara dimensi uraian-uraian.

Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dilakukan dan secara terus menerus, mulai tahap pengumpulan data sampai akhir. Sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:20) bahwa: ”analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus”. Pada tahap ini teknik-teknik yang digunakan untuk membuktikan atau melacak kebenaran/taraf kepercayaan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan di lapangan (persitent observation), triangulasi (triangulation), dan pengecekan anggota (member chek).

G Langkah-Langkah

1. Melakukan pengamatan dan wawancara tentang hubungan atau interaksi antara manajemen dengan nasabah ini dilakukan dengan observasi dan wawancara hasilnya kemudian dideskripsikan.

2. Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam hubungan manajemen dengan nasabah mengkontruksikan nilai-nilai secara deduktif dalam hubungan manajemen dengan nasabah yang telah dideskripsikan.

3. Mengidentifikasi nilai agama dengan nilai-nilai yang terdapat dalam hubungan antara manajemen dengan nasabah. Karakteristik nilai, baik keseluruhan maupun sebagian, mengkontrksikan dengan karakteristik nilai agama.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Setiap transaksi Bank BNI Syariah dilandasi atas dasar bagi hasil sehingga menghindari adanya penyalahgunaan kredit berspekulasi, berdasarkan nilai-nilai syariah maka pengembangan Bank BNI Syariah akan terwujud sistem perbankan yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian melalui kegiatan pembiayaan bagi hasil dalam kerangka tolong menolong guna mencapai kemaslahatan masyarakat. Dalam fungsi sosial Bank BNI Syariah melakukan kegiatan zakat, infaq dan shodaqoh.

2. kesesuaian dengan syariat Islam sebagai motivasi utama untuk menjadi nasabah Bank BNI Syariah, alasan lainnya ketentraman dan ketenangan hati, memerlukan dana untuk usaha. Manfaat yang diharapkan, bagi nasabah yang menyimpan dan memerlukan dana keuangan sesuai dengan agama dan diharapkan oleh nasabah mencapai manusia yang beriman di dalam berhubungan bisnis dengan Bank BNI Syariah.

(32)

telah disepakati kedua belah pihak, baik keuntungan maupun kerugian akan dibagi bersama.

4. komunikasi pemasaran yang variatif, kreatif dan berkelanjutan melalui iklan di media masa, cetak dan elektronik. Upaya pemasaran harus mampu memberikan kualitas pemahaman yang baik, dalam arti masyarakat bukan sekedar tahu banyak, namun masyarakat harus memilih pemahaman yang benar terhadap konsep dan operasional Bank BNI Syariah.

5. rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap perbankan syariah disebabkan dominasi perbankan konvensional atau masyarakat kita telah terbiasa dengan sistem bunga. Apabila bunga simpanan pada bank konvensional tinggi, nasabah yang dananya besar akan mengambil dananya dari Bank BNI Syariah tetapi nasabah yang dananya kecil tidak demikian karena menjadi nasabah Bank BNI Syariah salah satu syarat mentaati perintah agama atau menjauhi riba lebih utama.

Rekomendasi

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2004. Pengantar Bisnis Edisi Keenam. Alfabeta. Bandung Edisi Revisi. Alfabeta. Bandung

Alwasilah Chaedar (2006). Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Bandung, Pustaka Jaya

Arikunto Suharsimi, 2006, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta

Aziz, Amin. Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Buku 2, Jakarta: Bangkit. Aziz, H.M. Amin. 1992. Mengembangkan Bank Islam di Indonesia. Bangkit,

Jakarta.

Azizy, A.Q., 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Jakarta

Bank Indonesia. (2002). Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2002-2011. Jakarta.

(2007). Laporan Perkembangan Perbankan Syariah. Jakarta. Baz, Syaikh Abdul A, bin Abdullah, (2004), Fatwa-fatwa jual beli. Pustaka Imam

Asy Syafi’i. Bogor.

Bertens, K. (2004). Etika. Jakarta. Gramedia.

Djahiri, Kosasih A. (1985). Strategi Pengajaran Afektif – Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT PMPKN. Bandung. IKIP Bandung.

(1992). Menelusuri Dunia Afektif – Nilai Moral dan Pendidikan Nilai. Bandung. IKIP Bandung.

(1995). Landasan Operasional Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Persekolahan. Bandung. Lab. Pengajar. IKIP Bandung.

Effendy, Mochtar. (1996). Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Bhratama Karya Aksara. Jakarta.

(34)

Info Bank Outlool. (2007). Perkembangan dan Prospek Bank Syariah Tahun 2008. Jakarta.

Jeanni, Siat, Relationship Marketing, Majalah Swa Sembada, Jakarta : no 03/XXVI/Juli 1997.

Jiau, Muhammad Umar Al Haq. (2005). Factors Influencing Customer Satisfaction In The Retail Banking Sector in Pakistan, International Journal of Commerce and Management. Vol.13, No.2, Hal 29-49. Karim, Adiwarman. (2003). Bank Islam. The International Institute of Islamic

Though. Jakarta.

Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Sakir. S. (2006). Syariah Marketing. Cetakan Kedua. PT Mizan Pustaka. Bandung.

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Jakarta : PT Prehalindo, 1997. Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Jakarta : PT Prehalindo, 1997. Marketing Manajemen, Edisi Millenium, 2000.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Principles of Marketing, Fifth Edition, Englewood Ciffs, New Jersey : Prentice Hall int inc, 1991.

Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan, Lokakarya Yang Diadakan di Cisarua Bogor, 19-22 Agusuts, 1992. Maleong, Lexy J., 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Muhammad Antonius Syafi’i, 1999. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Gramedia.

Muhamad, A., 2000. Segi Hukum Lembaga Keungan dan Pembiayaan. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Muhammad Antonius Syafi’i, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Gema Insani, Jakarta

Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung. Alfabeta.

Nykamp, Melinda. 2001. The Customer Differential: The Complete Guide to Implementing Customer Relationship Management. AMACOM: New York.

(35)

Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.

Republika, 9 Januari 2001, Hal. 1 dan 15 11 Januari 2001, Hal. 1 dan 15.

Sauri, Sofyan. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Yasindo Multi Aspek, Bandung.

Sheth, Jagdish N, Atul Parvatiyar & G. Shalnesh. 2002. Customer Relationship Management: Emerging Concepts, Tools, dan Applications. New Delhi: Tata-McGrawhill.

Shihab, M. Quraish. (2000). Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan Umat. Mizan. Bandung.

Storbacka, Kaj & Jarmo R Lethtinen. 2001. Customer Relationship Management: Creating Competitive Advantage Through Win-Win Relationship Strategies. McGraw-Hill : Singapore.

Sumaatmadja, Nursid. (2000). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya. Afabeta: Bandung.

(2003). Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung. Alfabeta.

Syamsulbachri, Asep. (2004). Implementasi Nilai Moral Budaya Sunda Dalam Visi dan Misi di Jawa Barat. (Disertasi). Bandung. UPI Bandung: tidak diterbitkan

Suyatno, dkk., 1999. Kelembagaan Perbankan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tim Syariah Bank IFI, ”Praktik Bank Konvensional dengan Cabang Bank Syariah.” Makalah disampaikan pada Seminar Prospek Bank Syariah sebagai Metode Perbankan Alternatif dalam Menyongsong Era Persaingan Bebas di Indonesia di Kampus Universitas Indonesia, Jakarta, 30 November 1999.

Tiwana, Amrit. 2001. The Essentials Guide to Knowledge Management : Business and CRM Application. Prentice Hall : USA.

Ubaedy, A.N. (2005). Jurus Jurus Meningkatkan Profesionalisme Prestasi Kerja. Khalifa. Jakarta.

(36)

Zeithami, Valarie E., Bitner, Mary Jo, 2000, Service Marketing: Integrating Customer Focus Across the Firm, 2nd edition, McGraw Hill Companies Inc.

Zulkifli, S., 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

, 2000. dan Rilda Murniarti, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Citra Aditya Bhakti, Bandung

, 1999. Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998 Tentang Bank Umum

Gambar

Tabel 1 Perkembangan dan Pembiayaan Bank Syariah ………..……..…………16 Tabel 2 Prinsip-Prinsip Umum Ekonomi Islam ……………….………………...64 Tabel 3 Profesionalisme Islami …………………………..…….………………..95 Tabel 4 Implementing Costumer Relationship …………………………..……...98

Referensi

Dokumen terkait

Sembilan fitur tersebut antara lain : home, user management, project, training, documentation, forum, knowledge map, library dan MoM.. Ke 9 (sembilan) fitur tersebut

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas peserta didik kelas IV di SDN-3 Palangka Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPS setelah menerapkan model

Jl. Raya Branti KM. Bumisari RK II Kec. Raya Bogo Kunjang, Desa Mojoayu RT 08 RW. Kediri, Jawa Timur.. Jl. Raya Bogo Kunjang, Desa Mojoayu RT 08 RW. PT TIRTA

Repatriasi adalah total harta yang dilaporkan dalam Amnesti Pajak oleh wajib pajak yang memiliki harta di luar negeri dan diinvestasikan di Indonesia serta tidak boleh

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

Usaha-usaha yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk mencari kebenaran materiil suatu perkara pidana dimaksudkan untuk menghindari adanya kekeliruan dalam penjatuhan

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, secara berkala, atau apabila diminta, pengelola data dan informasi Kankemenag Kab./Kota menyampaikan rekapitulasi izin operasional

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisa