• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN:Studi Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran dan Budaya Sekolah Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Se Kabupaten Indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN:Studi Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran dan Budaya Sekolah Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Se Kabupaten Indramayu."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Definisi Operasional ... 17

F. Metode Penelitian ... 20

G. Struktur Organisasi Disertasi ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 22

1. Peningkatan Mutu SMK dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 22

2. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pembelajaran ... 50

3. Sistem Manajemen Mutu SMK ISO 9001;2008 dan Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 66

4. Kinerja Kepala Sekolah ... 70

5. Kemampuan Profesional Guru ... 96

6. Media Pembelajaran... 101

7. Budaya Sekolah ... 109

B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 112

C. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 128

D. Asumi dan Hipotesis Penelitian ... 135

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 140

B. Pendekatan Penelitian ... 141

C. Populasi dan Sampel ... 141

D. Teknik Pengumpulan Data ... 143

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Variabel ... 173

1. Gambaran Umum Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) ... 173

2. Gambaran Umum Variabel X2 (Kemampuan Profesional Guru) ... 176

3. Gambaran Umum Variabel X3 (Media Pembelajaran) ... 180

4. Gambaran Umum Variabel X4 (Budaya Sekolah) ... 182

5. Gambaran Umum Variabel Y (Mutu Pembelajaran) ... 185

B. Uji Hipotesis ... 192

1. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 194

2. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 195

3. Pengaruh Media Pembelajaran (X3) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 196

4. Pengaruh Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) .. 196

5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 197

6. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 198

7. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 199

8. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 200

9. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 201

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 204

1. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 205

2. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 216

3. Pengaruh Media Pembelajaran (X3) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 230

4. Pengaruh Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) .. 242

5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 252

6. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 255

7. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 260

8. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2), Media

(3)

9. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4)

terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 265

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 272

B. Rekomendasi... 276

DAFTAR PUSTAKA ... 279

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 Lokasi Penelitian ... 39

3..2 Kisi-kisi Instrumen Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) ... 144

3.3 Kisi-kisi Instrumen Variebel X2 (Kemampuan Profesional guru) .... 149

3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Media Pembelajaran) ... 152

3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel X4 (Budaya Sekolah) ... 155

3.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Mutu Pembelajaran) ... 157

3.7 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert Variabel X1, variabel X2 dan Variabel Y….. ... 159

4.1 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 172

4.2 Gambaran Umum Variabel X1 ... 173

4.3 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X1 ... 175

4.4 Gambaran Umum Variabel X2 ... 176

4.5 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X2 ... 178

4.6 Gambaran Umum Variabel X3 ... 179

4.7 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X3 ... 181

4.8 Gambaran Umum Variabel X4 ... 182

4.9 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X4 ... 183

4.10 Gambaran Umum Variabel Y ... 184

4.11 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada Y ... 185

4.12 Gambaran Umum Keseluruhan Variabel Penelitian ... 185

4.13 Hasil Korelasi Variabel X1Terhadap Y ... 193

4.14 Hasil Korelasi Variabel X2 Terhadap Y ... 194

4.15 Hasil Korelasi Variabel X3 Terhadap Y ... 195

4.16 Hasil Korelasi Variabel X4 Terhadap Y ... 196

4.17 Hasil Korelasi Variabel X1, X2 Terhadap Y ... 197

4.18 Hasil Korelasi Variabel X2, X3 Terhadap Y ... 198

4.19 Hasil Korelasi Variabel X2, X4 Terhadap Y ... 199

4.20 Hasil Korelasi Variabel X2, X3, X4 Terhadap Y ... 200

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran . ... 13

2.1 Sistem Manajemen Mutu SMK ISO 9001:2008 ... 68

2.2 Central and Surface Competencies ... 78

2.3 Kompetensi Kinerja Guru ... 84

2.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 131

2.5 Hubungan Ketergantungan Variabel ... 132

4.1 Hasil Penelitian ... 203

4.2 Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale... 238

4.3 Alur Proses Pendidikan Secara Mikro ... 256

4.4 Pendekatan Makro Penelitian ... 257

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam mengembangkan

potensi diri untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya, berakhlak mulia,

berkepribadian, cerdas dan memiliki keterampilan untuk hidup sejahtera.

Pemerintah Indonesia telah berupaya menyelenggarakan wajib belajar dan

mengatur Sistem Pendidikan Nasional agar mampu menjamin pemerataan

pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma

membangun Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki

kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara

optimal. Bloom mengemukakan dimensi kemanusiaan itu mencakup 3 (tiga) hal

yang paling mendasar, yaitu :

1. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk

menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi;

2. Afektif yang tercermin pada mutu keimanan, ketakwaan, akhlak mulia

termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi

estetis;

3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan

(7)

Selain itu pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan untuk

membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta didik yang menjadi

landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam

rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) merupakan sekolah menengah yang berbentuk penguatan

pendidikan vokasional / Kejuruan dengan tujuan mempersiapkan lulusan yang

tidak melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi untuk lebih siap masuk dunia kerja

atau Dunia Usaha / Dunia Industri.

Salah satu rencana strategis Kementrian Pendidikan Nasional adalah

perluasan dan pemerataan akses pendidikan. Khususnya perluasan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) untuk mencapai komposisi ideal jumlah SMK dengan

SMA sebanyak 70 : 30 persen. Sebuah harapan pemerintah terhadap SMK untuk

dapat menanggulangi pengangguran dan meningkatan kesejahteraan masyarakat,

namun di sisi lain keberadaan SMK saat ini masih belum optimal. Menurut

Balitbang Depdiknas (2004) keberhasilan ditandai oleh pencapaian indikator

sebagai berikut :

1. Terserapnya tamatan di dunia kerja (DU/DI) sesuai dengan kompetensi

pada program keahliannya;

2. Mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat

menciptakan lapangan kerja baru;

3. Mampu bersaing dalam melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

(8)

memperluas/mengutamakan pembangunan dan pengembangan pendidikan di

SMK sesuai dengan keunggulan global dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini

dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan/kompetensi

keahlian yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang

berkembang. Perluasan penyelenggaraan pendidikan di SMK dengan berbagai

bentuk dan model, yakni SMK Besar di kawasan industri, SMK kelas jauh di

Pondok Pesantren, dan SMK kecil atau SMK Terpadu di daerah terpencil dan

pedesaan. SMK Standar, SMK RSSN dan SMK RSBI baik Negeri maupun

Swasta. Dengan komitmennya yang tinggi Pemerintah Kabupaten Indramayu

mendapat penghargaan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat selama tiga kali

berturut-turut menjadi Kabupaten Vokasional.

Penyelenggaraan pendidikan SMK di Kabupaten Indramayu belum

optimal walaupun komitmen pemerintah cukup tinggi terhadap peningkatan mutu

pendidikan, dengan menyediakan anggaran cukup besar baik untuk infrastruktur

maupun untuk biaya operasionalnya. Namun masih ditemukan siswa putus

sekolah karena faktor ekonomi, budaya daerah, adanya kesenjangan antara

kurikulum di sekolah dengan tuntutan DU/DI atau faktor rendahnya kompetensi

guru SMK. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMK di Kabupaten Indramayu

tahun 2010 oleh LPMP rata – rata kurang dari 60, baik untuk guru mata pelajaran

normatif, adaptif, maupun produktif.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Se -

(9)

pembelajaran?; (2) Berapa besar pengaruh kinerja Kepala Sekolah terhadap mutu

pembelajaran?; (3). Berapa besar pengaruh faktor lain terhadap mutu

pembelajaran?.

Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi memerlukan

peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya

untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolah

sehingga apa yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat

terwujud. Selanjutnya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20

tahun 2003 Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Makna yang terkandung dalam fungsi dan tujuan pendidikan tersebut

adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Melalui

pendidikan kepribadian, kecerdasan, keterampilan serta wawasan menjadi lebih

luas sehingga lebih dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi diri siswa.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling

berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi

(10)

Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen

pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses

pembelajaran di sekolah. Selanjutnya menurut Mulyasa ( 2006:89) bahwa

“Kepala Sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan

memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam

pembaruan sistem pendidikan di sekolah.” Dampak tersebut antara lain terhadap

mutu pendidikan, kinerja kepala sekolah yang kuat, kemampuan profesional guru,

kurikulum, sarana prasarana / media pembelajaran, potensi diri siswa terhadap

mutu pembelajaran. Sesuai dengan uraian di atas, bahwa dalam rangka

mewujudkan mutu lulusan, terdapat beberapa faktor yang perlu mendapat

perhatian yakni kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media

pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran, faktor dimaksud

adalah :

1. Kinerja Kepala Sekolah yang profesional, terutama dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah harus mempunyai kemampuan/

Kompetensi, Kepribadian dan Sosial, Kepemimpinan Pembelajaran,

Pengembangan Sekolah, Managemen Sumber Daya, Kewirausahaan, dan

Supervisi Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Kemampuan profesional guru meliputi kemampuan guru dalam

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan

penilaian pembelajaran disamping guru memiliki kemampuan pedagogik,

(11)

3. Media Pembelajaran di setiap sekolah menjadi pendukung untuk

mewujudkan pembelajaran yang bermutu.

4. Sekolah mempunyai budaya sekolah yang bermutu, yakni yang selalu

mendasarkan diri pada profesionalisme.

Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk

melakukan perubahan dan pengembangan pendidikan secara berencana, terarah

dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu lulusan serta terserap oleh

DU/DI. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, kepala sekolah sebagai

pemimpin tertinggi di sekolah, kinerjanya sangat berpengaruh bahkan sangat

menentukan terhadap kemajuan sekolah.

Mutu kepala sekolah sebagai manajer sangat di pengaruhi oleh kinerja

(capability) manajerial yang dimiliki dalam upaya memberdayakan guru sehingga

terwujud guru yang profesional yang selalu ingin mengaktualisasi dalam bentuk

peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah yang mempunyai kinerja yang baik

yaitu seorang kepala sekolah yang mempunyai kapasitas intelektual, emosional ,

dan spiritual yang baik serta berwawasan luas.

Kapasitas intelektual diperlukan dalam mencermati, memahami, dan

menganalisis setiap informasi yang diperoleh. Kapasitas emosional diperlukan

dalam menghadapi berbagai tekanan dan dalam membangun pengaruh. Kapasitas

spiritual diperlukan pada saat melakukan pengambilan keputusan agar keputusan

yang diambil merupakan keputusan yang berpihak pada kebenaran. Adapun

(12)

tanda-tanda perubahan lingkungan sekolah sehingga dapat membawa sekolah yang

dipimpinnya tetap eksis dalam kondisi perubahan yang terus terjadi.

Kemampuan Kepala Sekolah merupakan kemampuan melaksanakan

tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai :

1. Pendidik (educator)

2. Manajer

3. Pemimpin (leader)

4. Wirausahawan (intrepreneurship)

5. Pencipta Iklim Kerja / Budaya Sekolah

Dalam proses pendidikan termasuk pendidikan SMK, guru merupakan

salah satu komponen yang penting. Menurut Undang-Undang No.14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 bahwa pengertian kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Bila menyamakan fungsi dan peran dosen dengan guru di

sekolah, maka sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Usman.

M.Uzer (2002:7) bahwa "tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,

mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup. Mengajar, berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Melatih, berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran, guru

merupakan pemegang peran utama, karena secara teknis dapat menterjemah kan

(13)

Guru bertugas mengalihkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta

didik agar mampu menyerap, menilai dan mengembangkan ilmu secara

mandiri (Jamal, 2002:26). Dengan demikian, setiap peningkatan mutu

pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif harus

menempatkan guru pada titik sentral, karena peranannya sangat strategis dan

mempunyai tanggung jawab yang besar dalam upaya mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Kegiatan yang menyangkut tenaga kependidikan harus dikelola secara

sistematik, efektif dan efisien. Guru merupakan unsur bagian tenaga kependidikan

merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di lembaga

pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik. Rendahnya

mental personil tenaga kependidikan akan berakibat kurangnya partisipasi dan

tanggung jawab. Guru diharapkan melaksanakan tugas pendidikan yang tidak

semua orang dapat melakukannya, artinya hanya mereka yang telah khusus

bersekolah untuk menjadi guru yang dapat menjadi guru yang berkinerja optimal.

Guru yang memiliki kemampuan profesional akan tercermin dalam

pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam

materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya

dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya

mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta

didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional

(14)

mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan

dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam

memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial

serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual

diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab

spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk

beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma

agama dan moral (Surya 2005).

Lebih lanjut Surya berpendapat bahwa profesionalisme guru mempunyai

makna penting yaitu : (1) profesionalisme memberikan jaminan perlindungan

kepada kesejahteraan masyarakat umum; (2) profesionalisme guru merupakan

suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh

sebagian masyarakat rendah; (3) profesionalisme memberikan kemungkinan

perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan

pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Sedangkan

menurut Kunandar (2007), guru sebagai profesi dikembangkan melalui: (1) sistem

pendidikan; (2) sistem penjaminan mutu; (3) sisitem manajemen; (4) sistem

remunerasi; dan (5) sistem pendukung profesi guru. Dengan pengembangan guru

sebagi profesi diharapkan mampu: (1) membentuk, membangun, dan mengelola

guru yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi di tengah masyarakat; (2)

meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera dan (3) meningkatkan mutu

(15)

terstandar. Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai

jabatan profesional yang dituntut untuk benar-benar berkinerja secara optimal

berdasarkan kompetensi dan profesionalitas dibidangnya, kepala sekolah sangat

berperan di dalamnya, dengan memberi kesempatan atau peluang dan pengarahan

serta bimbingan yang maksimal berkesinambungan. Kegiatan mengembangkan

kemampuan tenaga kependidikan merupakan kegiatan memberdayakan guru

dalam upaya menciptakan guru yang mempunyai kinerja optimal. Pengembangan

dan peningkatan tenaga kependidikan yang efektif meliputi :

1. Kesejahteraan guru

2. Pendidikan pra jabatan

3. Rekruitmen dan penempatan

4. Peningkatan mutu guru

5. Pengembangan karier

Mutu Pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan.

Merupakan suatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan

yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.

Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu

jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu

pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti

administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal

tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media,

(16)

yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang mendukung (Nana

Syaodih, 2006:6 ).

Berdasarkan hal tersebut di atas, disadari bahwa kepala sekolah melalui

kinerjanya dan kemampuan profesional guru yang optimal, dimana guru sebagai

seorang pendidik dan pengajar yang profesional akan sangat menentukan terhadap

terciptanya sekolah yang memiliki mutu lulusan yang baik, yaitu mutu siswa yang

mempunyai kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan dan keinginan

masyarakat dalam rangka menjawab tantangan moral, mental dan perkembngan

ilmu serta teknologi. Siswa yang bermutu adalah siswa yang memiliki

kemampuan mengembangkan potensi dirinya sebagai mutu pembelajaran di

sekolah.

Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi

dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan

pengertian dalam komunikasi sering timbul penyimpangan-penyimpangan

sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien karna disebabkan oleh

kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan gairah dan

sebagainya. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan itu adalah guru mampu

menggunakan media pembelajaran dalam meningkatkan keserasian dalam

penerimaan informasi.

Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses pembelajaran dan dapat

memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan

(17)

Faktor lain untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang harus

diperhatikan adalah menciptakan budaya sekolah sebagai ciri khas, karakter atau

watak dan citra sekolah di masyarakat yang dibangun oleh Kepala Sekolah, Guru,

Tenaga Administrasi Sekolah, Siswa, Komite Sekolah, dan masyarakat di sekitar

sekolah.

Sebagai sekolah yang dibanggakan dan didambakan oleh masyarakat,

sekolah dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan manajemen yang baik.

Dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat/pemerintah.

SMK harus dapat menciptakan budaya sekolahnya dengan kemandirian

dan memiliki Kompetensi keahlian dalam rangka mengembangkan potensi

kreatifitas, bakat dan minat siswa sehingga lulusan SMK mampu bekerja pada

DU/DI atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut, jelaslah

bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran antara

lain: kurikulum SMK, kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru,

tenaga administrasi sekolah, sarana prasarana, media pembelajaran, adanya

perpustakaan, laboratorium, bengkel, budaya sekolah, Dunia Usaha/ Dunia

Industri, potensi diri siswa, peran orang tua siswa dan lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran di SMK dapat

(18)

Dari beberapa faktor tersebut yang paling menarik untuk diteliti

adalah pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media

pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran.

Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu “berapa besar pengaruh

kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan

budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran ?”

Rumusan masalah penelitian tesebut dapat dirinci ke dalam beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu

pembelajaran?

2. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru terhadap mutu

pembelajaran ?

14

13 11

 13

1 3 5 6

2

4 7

8 9 10 12 Mutu

Pembelajaran

Gambar 1.1

(19)

3. Berapa besar pengaruh media pembelajaran terhadap mutu

pembelajaran?

4. Berapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran ?

5. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah dan kemampuan

profesional guru secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran?

6. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru dan media

pembelajaran secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran ?

7. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru dan budaya sekolah

secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran ?

8. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru, media

pembelajaran dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran?

9. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional

guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama – sama

terhadap mutu pembelajaran ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi

tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media

pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran. Adapun tujuan

khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran.

(20)

3. Pengaruh kinerja kepala sekolah dan kemampuan profesional guru secara

bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

4. Pengaruh media pembelajaran terhadap mutu pembelajaran.

5. Pengaruh budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran.

6. Pengaruh kemampuan profesional guru dan media pembelajaran secara

bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

7. Pengaruh kemampuan profesional guru dan budaya sekolah secara

bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.

8. Pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media

pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu

pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan

pertimbagan kontekstual dan konseptual serta manfaat praktis digunakan

untuk perbaikan bagi SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Indramayu yang

bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang

relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan. Konsep-konsep

pengembangan guru yang mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual

dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa

(21)

media pembelajaran, dan budaya sekolah, terhadap mutu pembelajaran SMK

Negeri di Kabupaten Indramayu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

manajemen pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam

memperkuat validitas dan reliabilitas pelaksanaan manajemen berbasis

kompetensi sebagai sebuah nilai budaya institusi, disamping sebagai sebuah

konsep operasional.

Sisi lain yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat

merumuskan prinsip-prinsip/asumsi tentang kultur pengelolaan kinerja kepala

sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah

terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri Se-Kabupaten Indramayu, dalam

melaksanakan sistem pengendalian mutu pendidikan sehingga pada akhirnya

dapat memberikan kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust) dan pelayanan

(service) kepada masyarakat luas dan pemakai jasa pendidikan (stakeholders)

terhadap institusi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat

sebagai berikut:

a. Masukan bagi SMK di Kabupaten Indramayu untuk dijadikan

pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam

merumuskan pola pengembangan kinerja kepala sekolah, kemampuan

profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara

(22)

b. Masukan bagi Kepala SMK di kabupaten Indramayu mengenai

materi pengelolaan kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional

guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama

terhadap mutu pembelajaran dalam upayanya meningkatkan mutu

lulusan.

c. Bahan perbandingan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Indramayu untuk meningkatkan mutu pendidikan, kinerja kepala

sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan

budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran

mendapat perhatian khusus.

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk

melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan kinerja

kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran,

dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran

pada Institusi Pendidikan lainnya.

E. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang termasuk

variabel bebas adalah kinerja kepala sekolah dan kinerja guru, sedangkan

variabel terikat adalah mutu lulusan.

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel

(23)

definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara

mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam

petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang

ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut beliau mengatakan: “dari

informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel

itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur

pengukuran yang sama akan dilakukan (diperlukan) prosedur pengukuran baru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional

itu harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain, adapun

definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Kinerja Kepala Sekolah (X1) adalah hasil/prestasi kerja terdiri dari

komponen-komponen : (a) Keperibadian dan Sosial; (b) Kepemimpinan

Pembelajaran; (c) Pengembangan Sekolah; (d) Manajemen Sumber Daya;

(e) Kewirausahaan; (f) Supervisi Pembelajaran.

2. Kemampuan profesional guru (X2) adalah kemampuan guru dalam : (a)

merencanakan pembelajaran ; (b) melaksanakan pembelajaran ; dan (c)

mengevaluasi hasil pembelajaran selama periode tertentu.

3. Media Pembelajaran (X3) adalah fasilitas pendidikan yang dapat

menunjang pembelajaran yang bermutu.

4. Budaya sekolah (X4) adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh

(24)

5. Mutu Pembelajaran (Y) adalah Mutu proses pembelajaran yang

diselenggarakan oleh guru dan siswa yang didukung media

pembelajaran yang bermutu.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

SMK pada disertasi ini adalah kinerja kepala sekolah, kemampuan professional

guru, media pembelajaran dan budaya sekolah. Kepala Sekolah mempunyai cara

dan kemampuan/kompetensi yang berbeda-beda dalam menjalankan

kepemimpinannya. Perbedaan tersebut bergantung pada tingkat pendidikan,

pemahaman terhadap bawahan, dan situasi serta kondisi yang dihadapinya.

Pendekatan kepemimpinan yang berpusat pada budaya/ situasi mencoba untuk

mencocokkan perilaku pemimpin dengan tuntutan budaya/ situasi dalam rangka

peningkatan mutu lulusan. Kepemimpinan situasional yang menyarankan agar

kepemimpinan sesuai dengan tingkat kematangan guru dan staf sekolah. Untuk

meningkatkan mutu lulusan diperlukan kinerja yang mempunyai kompetensi

kepemimpinan yang kuat merupakan faktor-faktor penentu. Kinerja kepala

sekolah yang dikaji pada penelitian ini terdiri dari: 1. Keperibadian dan Sosial, 2.

Kepemimpinan Pembelajaran, 3. Pengembangan Sekolah, 4. Manajemen sumber

daya, 5. Kewirausahaan, 6. Supervisi Pembelajaran.

Sebagai faktor yang berkontribusi dengan mutu lulusan, kinerja kepala

sekolah merupakan penentu keberhasilan dimanifestasikan oleh kepemimpinan

kepala sekolah dalam pengelolaan kurikulum, metode, siswa, biaya / keuangan

sekolah, pengelolaan sarana prasarana / media pembelajaran, pengelolaan tenaga

(25)

lulusan. Kemampuan profesional guru adalah kemampuan atau kompetensi yang

dimiliki guru yang dapat dicapai seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria

dan alat ukur tertentu. Parameter yang paling umum digunakan, menurut Drucker

(1997:23) adalah efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada disertasi ini mnggunakan metode survey dengan

pendekatan kuantitatif. Studi yang dikembangkan adalah studi kepustakaan dan

studi lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri dan Swasta

Se-Kabupaten Indramayu. Untuk mendapatkan data primer, teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan angket atau kuesioner.

Quesioner penelitian disebar kepada seluruh SMK Negeri dan Swasta

se-Kabupaten Indramayu, diharapkan selambat-lambatnya dua minggu setelah

menerima kuesioner penelitian kembali pada peneliti. Melalui metode. ini

dimaksudkan mendapat data yang lebih tertutup, jawaban responden tidak akan

diketahui orang lain karena identitas pribadi responden memang dirahasiakan

sehingga kebenaran informasi lebih dimungkinkan. Selanjutnya untuk melihat

kebenaran informasi yang diperoleh dari kuesioner penelitian dillakukan

kunjungan pada beberapa institusi pendidikan dan dilakukan wawancara, tatap

muka dengan responden, dan akhirnya juga dilakukan observasi lapangan untuk

melihat langsung obyek penelitian.

(26)

mendapatkan gambaran/potret yang lebih jelas tentang keadaan yang berkaitan

dengan variabel-variabel penelitian pada SMK Negeri dan Swasta se-Kabupaten

Indramayu, dimana setelah data diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik, ukuran gejala pusat seperti rata-rata, ukuran penyebaran seperti varians,

interval dan deviasi baku; angka maksimal, minimal dan sebagainya. Kedua,

analisis parametrik digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya berbentuk

nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus

normal. Melalui statistik parametrik ini, akan disajikan data nominal terhadap

semua variabel kontrol penelitian. Perhitungan parametrik yang digunakan adalah

rumus Chi Square (X2).

G.Struktur Organisasi Disertasi

Struktur Penelitian ini terdiri dari lima bab, bab I terdiri dari latar belakang

penelitian, identifikasi dan masalah penelitian, signifikansi penelitian, bab II

terdiri dari kepustakaan, kerangka pemikiran asumsi dan hipotesis penelitian. Bab

III terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, pendekatan penelitian,

populasi dan sampel teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan

pengolahan data, Bab IV terdiri dari temuan dan pembahasan penelitian,

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan

penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat

menjelaskan pengaruh kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri

Singarimbun (2003:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1)

penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau

confirmatory), yakni menjelaskan pengaruh kausal dan pengujian hipotesis; (4)

evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang

(6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Studi

yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan

dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakankuesioner.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri dan Swasta Se – Kabupaten Indramayu. Variabel penelitiannya adalah

Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran,

dan Budaya Sekolah. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path

analysis), yang mempunyai persyaratan yaitu (1) sampel data dipilih secara

random; (2) mempunyai pasangan yang sama; (3) data berdistribusi normal; dan

(4) data berpola linier. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya

pengaruh yang ditunjukkan oleh keoefisien jalur dari pengaruh kausal antar

(28)

A. Lokasi Penelitian

Penelitian Manajemen Mutu Pembelajaran dilakukan pada Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat mulai

bulan Maret – Mei 2012, SMK Negeri sejumlah 19 sekolah dan SMK Swasta

sejumlah 54 sekolah. Sedangkan lokasi pada penelitian ini difokuskan pada

SMK Negeri, seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel III.1 Lokasi Penelitian

NO Nama Sekolah Akreditasi

1 SMK NEGERI 1 INDRAMAYU A

21 SMK PONPES CADANGPINGGAN B

22 SMK TELADAN KERTASEMAYA A

23 SMK PUI JATIBARANG A

24 SMK PELITA JATIBARANG A

25 SMK PGRI JATIBARANG A

26 SMK MUHAMMADIYAH JATIBARANG A

27 SMK MAARIF LANGUT LOHBENER B

28 SMK PGRI KANDANGHAUR A

29 SMK MUHAMMADIYAH KANDANGHAUR A

(29)

B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan

hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri S.

(1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan

(eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni

menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi

atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian

operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil

menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat- sifatnya (Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

2004:57). Populasi semua Kepala Sekolah dan Guru SMK Negeri dan Swasta

di Kabupaten Indramayu sebanyak 1500 guru (dari 78 SMK Negeri dan

(30)

b. Sampel

Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari

populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik

pengambilan sampel Nasution (2005:135) bahwa, “... mutu penelitian tidak selalu

ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,

oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan

pengolahannya.” Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto

(2005:120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila

subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil

antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Memperhatikan pernyataan di atas, karena jumlah populasi lebih dari 100

orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara

acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan

rumus dari Taro Yamane atau Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) sebagai berikut.

1 . 2 

d N

N n

Keterangan :

N = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 1500 responden

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%)

(31)

responden

D. Teknik Pengmpulan Data

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu

penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan

tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus

penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan

data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini

digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan

teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan

sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian

-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di

lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi

penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu

hasil prestasi siswa SMK Negeri Indramayu berupa hasil UN.

2. Teknik Angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 94 responden.

(32)

pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai

kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpul

-kan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.

Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban

tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket

tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel Kinerja

Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran

(X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap mutu Pembelajaran (Y), merupakan

materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan di dalam angket.

E. Instrument Penelitian

Dalam penyusunan alat pengumpul data, penulis berpedoman pada ruang

lingkup variabel-variabel yang terkait. Instrument yang berupa angket terdiri dari

angket tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media

pembelajaran, budaya sekolah dan mutu pembelajaran yang ada pada SMK Negeri

dan Swasta Se-Kabupaten di Indramayu. Berikut merupakan langkah-langkah

yang ditempuh peneliti dalam menyusun angket:

1. Menentukan variabel-variabel serta indikator-indikator yang dianggap dapat

mewakili permasalah yang akan diteliti, yang dituangkan dalam kisi-kisi

(33)

Tabel III.2 Kisi-kisi Instrumen

Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No

 Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi

teladan akhlak mulia bagi

komunitas di sekolah/madrasah  Melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kepala Sekolah

dengan penuh kejujuran,

ketulusan, komitmen, dan

integritas

 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah  Mengendalikan diri dalam

menghadapi masalah dan

tantangan sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah

 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan  Tanggap dan peduli terhadap

kepentingan orang atau kelompok

lain

 Mengembangkan dan mengelola hubungan sekolah/madrasah

dengan pihak lain di lujar sekolah

dalam rangka mendapatkan

dukungan ide, sumber belajar, dan

(34)

Kepemimpinan

Pembelajaran

 Bertindak sesuai dengan visi dan misi sekolah/madrasah

 Merumuskan tujuan yang menantang diri sendiri dan orang

lain untuk mencapai standar yang

tinggi

 Mengembangkan

sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajar (leaming

organization)

 Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif

dan inovatif bagi pembelajaran  Memegang teguh tujuan sekolah

dengan menjadi contoh dan

bertindak sebagai pemimpin

pembelajaran

 Melaksanakan kepemimpinan yang inspiratif

 Membangun rasa saling percaya dan memfasilitasi kerjasama

dalam rangka untuk menciptakan

kolaborasi yang kuat diantara

warga sekolah/madrasah  Bekerja keras untuk mencapai

keberhasilan sekolah/madrasah

sebagai organisasi pembelajaran

yang efektif

 Mengembangkan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan visi, misi, dan tujuan

sekolah

(35)

Pengembangan

Sekolah

 Menyusun rencana pengembangan sekolah/madrasah jangka panjang,

menengah, dan pendek dalam

rangka mencapai visi, misi, dan

tujuan sekolah/madrasah  Mengembangkan struktur

organisasi sekolah/madrasah yang

efektif dan efesien dengan

kebutuhan

 Melaksanakan pengembangan sekolah/madrasah sesuai dengan

rencana jangka panjang,

menengah, dan jangka pendek

sekolah menuju tercapainya visi,

misi, dan tujuan sekolah

 Mewujudkan peningkatan kinerja sekolah yang signifikan sesuai

dengan visi, misi, tujuan sekolah

dan standard nasional pendidikan  Melakukan monitoring, evaluasi, pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah/madrasah dengan

prosedur yang tepat

 Merencanakan dan meindaklanjuti hasil monitoring, evaluasi dan

pelaporan

(36)

Manajeman

Sumber Daya

 Mengelola dan mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan

secara optimal

 Mengelola dan mendayagunakan sarana dan prasarana

 Mengelola lingkungan sekolah yang menjamin keamanan,

keselamatan dan kesehatan  Mengelola ketatausahaan  Mengelola sistem informasi

sekolah/madrasah dalam

mendukung penyusunan program

dan pengambilan keputusan  Mengelola layanan-layanan

khusus sekolah/madrasah yang

mendukung kegiatan peserta didik

di sekolah.madrasah

 Memanfaatkan teknologi secara efektif dalam kegiatan

pembelajaran dan manajemen

sekolah/madrasah

(37)

Kewirausahaan  Memiliki motivasi yang kuat

untuk sukses dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya sebagai

pemimpin pembelajaran

 Memotivasi warga sekolah untuk sukses dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya

masing-masing

 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang

dihadapi sekolah/madrasah  Menerapkan nilai dan

prinsip-prinsip kewirausahaan dalam

mengembangkan

sekolah/madrasah

34

35

36

37

Supervisi

Pembelajaran

 Menyusun program supervisi akademik dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru  Melaksanakan supervisi akademik dalam rangka peningkatan kualitas

guru

 Menilai dan menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik

dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru

38

39

(38)

Tabel III.3 Kisi-kisi Instrumen

Variabel X2 (Kemampuan Profesional Guru)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No

(39)

Mengelola proses

pembelajaran

 Mampu merumuskan tujuan pembelajaran

 Dapat menggunakan metode pembelajaran

 Dapat menyusun prosedur pembelajaran yang tepat

 Melaksanakan program pembelajaran

 Mengenal kemampuan siswa 3

4

5

6

7

Mengelola Kelas  Mengatur tata ruang kelas

 Mampu menciptakan iklim pembelajaran yang serasi

 Mengenal, memilih dan menggunakan media

pembelajaran

 Membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana

teaching unit dalam program

(40)

Mengembangkan

keprofesionalan

secara

berkelanjutan

dengan reflektif

 Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil

pembelajaran

 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka meningkatkan

 Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran

 Memanfaatkan TIK untuk pengembangan diri

 Mampu menilai proses pembelajaran siswa

 Mampu menilai hasil pembelajaran siswa

21

(41)

Tabel III.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Media Pembelajaran)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No Item

Posisi  Media pembelajaran membantu

variasi aktivitas belajar yang

melibatkan semua alat indera

pembelajar

 Media pembelajaran mampu menjadi sumber belajar yang

menyangkut keseluruhan

lingkungan di sekitar pebelajar  Media pembelajaran yang

digunakan mampu melakukan

hal-hal yang mungkin tidak mampu

dilakukan oleh guru (atau guru

melakukannya kurang efisien).  Media pembelajaran yang

digunakan merangsang

keterlibatan beberapa alat indera  Media pembelajaran yang

digunakan mampu memberikan

solusi untuk memecahkan

persoalan berdasarkan tingkat

keabstrakan pengalaman yang

dihadapi pembelajar.  Media pembelajaran yang

digunakan memberikan

pengalaman kongkret, motivasi

belajar, mempertinggi daya serap

dan retensi belajar siswa

(42)

Fungsi  Fungsi atensi: media pembelajaran mampu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran  Fungsi afektif: media

pembelajaran mampu menggugah

emosi dan sikap siswa melalui

gambar atau lambing visual yang

disajikan

 Fungsi kognitif: media pembelajaran mempercepat

pencapaian tujuan pembelajaran

untuk memahami dan mengingat

pesan/informasi yang terkandung

dalam gambar atau lambang visual

yang disajikan

 Fungsi kompensatoris: media pembelajaran memberikan konteks

kepada siswa yang

kemampuannya lemah dalam

mengorganisasikan dan mengingat

kembali informasi dalam teks

10

11

12, 13

14

Klasifikasi  Media pembelajaran tradisional: media visual diam tak

diproyeksikan dan yang

diproyeksikan, audio, penyajian

multimedia, visual dinamis yang

diproyeksikan, media cetak,

permainan, dan media realia.  Media pembelajaran teknologi

mutakhir berupa media berbasis

(43)

Karakteristik  Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk

merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi

suatu peristiwa atau obyek  Ciri manipulatif, media

pembelajaran yang mampu

mentransformasi suatu obyek,

kejadian atau proses dalam

mengatasi masalah ruang dan

waktu. Sebagai contoh, misalnya

proses larva menjadi kepompong

dan kemudian menjadi kupu-kupu

dapat disajikan dengan waktu yang

lebih singkat (atau dipercepat

dengan teknik time-lapse

recording). Atau sebaliknya, suatu

kejadian/peristiwa dapat

diperlambat penayangannya agar

diperoleh urut-urutan yang jelas

dari kejadian/peristiwa tersebut;  Ciri distributif, media

pembelajaran yang

menggambarkan kemampuan

media mentransportasikan obyek

atau kejadian melalui ruang, dan

secara bersamaan kejadian itu

disajikan kepada sejumlah besar

siswa, di berbagai tempat, dengan

stimulus pengalaman yang relatif

sama mengenai kejadian tersebut.

23,24,25,26

27,28

(44)

Tabel III.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel X4 (Budaya Sekolah)

Variabel

Keyakinan Memiliki keyakinan yang

positif tentang siswa untuk

mampu tumbuh dan

berkembang

1,2,3

Memiliki keyakinan yang

positif tentang staf untuk terus

memperbaiki kinerja

4,5

Memiliki keyakinan yang

positif tentang seluruh

komponen sekolah untuk terus

belajar dan menyesuaikan diri

dengan perubahan untuk

menciptakan mutu sekolah

6

Norma-norma Kritikan 7

Dukungan rekan kerja 8,9,10

Menangani permasalahan 11

Membantu rekan kerja 12

Membantu siswa 13,14,15

(45)

Variabel

Definisi

Operasional

Komponen Indikator

No

Item

Kepercayaan 17

Kooperasi 18

Keakraban 19, 20

Kerjasama kelompok 21,22

Eksplisit

Asumsi-asumsi Hubungan alam dengan

manusia

23,24,25

Hubungan dengan lingkungan 26,27

Ritual Ritual tertentu yang

memperkuat nilai-nilai budaya

inti

28,29

Seremonial Upacara-upacara kenegaraan,

keagamaan dan kebudayaan di

sekolah

30,

Simbol Lingkungan fisik yang

melambangkan sukacita dan

kebanggaan

31,32,

Sejarah Hormat dan muncul

kepedulian terhadap sesama

33,34

Kaya akan sejarah dan tujuan

(46)

Tabel III.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Mutu Pembelajaran)

Variabel Definisi

Operasional Komponen Indikator

No

 Guru menyajikan materi dengan bijaksana

 Pembelajaran bersifat riil (autentik dengan

(47)

Iklim Kelas  Iklim kelas kondusif untuk

belajar

 Guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan

semua siswa mempunyai

keinginan untuk berhasil

 Guru menyampaikan pelajaran secara sistematis

dan terfokus

 Ada penilaian diagnostik yang dilakukan secara

periodik

 Membaca dan menulis sebagai kegiatan yang

esensial dalam pembelajaran 6

7

8

9

10

2. Menyusun pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang

dianggap menggambarkan masalah yang sedang diteliti disertai alternatif

jawaban yang akan dipilih responden berdasarkan variabel-variabel serta

indikator-indikator yang telah ditentukan dalam kisi-kisi instrumen dan

nomor item dalam kisi-kisi instrumen penelitian.

3. Menetapkan kriteria penskoran untuk alternatif jawaban dengan

(48)

Tabel III.7

Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban Dari Likert Variabel X1, Variabel X2 dan Variabel Y

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

SL : Selalu 4

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur

terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang

seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen

menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu

alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi

antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan

jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan

rumus Pearson Product Moment adalah.

(49)

Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2

1 2

r n r thitung

  

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel t) untuk  = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n – 2)

Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya

t hitung < t tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai

indeks korelasinya (r) sebagai berikut.

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi

Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

Sumber: (Strauss, Anselm, L 1997)

5. Menguji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan

(50)

Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat

ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha

sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai

berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan:

Si = Varians skor tiap-tiap item

Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan :

Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:

Keterangan :

St = Varians total

Xt2 = Jumlah kuadrat X total

(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah responden

(51)

r11 = Nilai Reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan

rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua

awal-akhir yaitu:

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

(52)

n X M

K R n T n

I  ( ) ( ) F. Pengolahan Data

Teknik analisis data untuk mengungkapkan hasil penelitian dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Statistik Deskriptif

Melalui statistik deskriptif ini, akan disajikan data dalam tabel distribusi

frekuensi, grafik garis maupun batang, penjelasan kelompok melalui mean,

dan variasi kelompok melalui rentang dan standar deviasi terhadap semua

variabel dan sub variabee penelitian. Perhitungan deskriptif yang digunakan

adalah rata-rata hitung (arimatic mean) dengan rumus:

Keterangan:

M = Mean.

 = Jumlah.

X = Skor-skor dalam suatu distribusi.

n = Jumlah unit-unit skor.

Penentuan klasifikasi skor jawaban responden yang disusun berdasarkan

skala instrumen dengan rumus:

Keterangan:

I = Interval skor jawaban responden.

(53)

 = Kemungkinan skor jawaban (probabilitas).

T = Skor jawaban tinggi.

R = Skor jawaban rendah.

K = Jumlah kelas interval.

1. Uji Persyaratan Analisis, bertujuan mengetahui sebaran data apakah

berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal, serta uji linieritas.

(1). Uji Normalitas Data

Uji normalitas data, dilakukan dengan pengujian

Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria jika nilai asymp. Sign (p) > , maka sebaran

data berdistribusi normal.

(2). Uji Linieritas Data

Mengenai uji linieritas kriterianya adalah jika nilai Fhitung lebih

kecil dari nilai Ftabel atau nilai p >  maka hubungan yang dihasilkan

tersebut berbentuk linier.

Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang terhimpun

dapat memberikan arti bagi penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul harus

diolah, diorganisir dan disistematisasikan sesuai dengan tujuan penelitian.

Winarno Surakhmad (1994:91) menjelaskan bahwa mengolah data adalah suatu

konkrit untuk membuat data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai

hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu

(54)

Seleksi dan klasifikasi data, dilakukan melalui :

1) Pemeriksaan kecenderungan umum skor mentah

2) Mengubah skor mentah menjadi skor baku

3) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui dan menentukan

apakah pengolahan data menggunakan analisis parametik atau non

parametik, dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat ( X )

k

i Ei

Ei Oi X

1

2

2 ( )

Keterangan :

X = Chi kuadrat yang dicari

Oi = Frekuensi yang tampak

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Langkah-langkah yang ditempuh adalah :

a) Membuat distribusi frekuensi

b) Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan

interval

c) mencari Z untuk batas kelas dengan rumus:

S X Xi

Z  

Keterangan :

Xi = skor batas kelas distribusi

X = rata-rata untuk distribusi

(55)

d) Mencari luas 0 - Z dari daftar F

e) Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O - Z

dengan interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambah

luas O - Z yang berlawanan

f) Mencari Ei (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara

mengalikan luas interval n

g) Mencari Oi ( Frekuensi hasil penelitian ) diperoleh dengan cara

melihat tiap kelas interval ( Fi) pada table distribusi frekuensi

h) Mencari X dengan cara jalan membandingkan nilai presentil untuk

distribusi X

4) Uji Linieritas untuk mengetahui apakah distribusi data variabel

independent berhubungan secara linier dengan distribusi data variabel

dependen. Pengujian untuk mengetahui linieritas data dalam kegiatan

penelitian ini dilakukan dengan uji anova.

2. Analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian

(1). Analisis korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2004:236). Pada

umumnya setiap analisa regresi didahului dengan analisis korelasi, tetapi

setiap analisa korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.

(56)

a) Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap

variable penelitian dan memberi skor pada angket responden

berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan

b) Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan prosentase.

Perhitungan presentase dimaksimalkan untuk mengetahui

kecenderungan umum jawaban responden terhadap variable

penelitian , dengan menggunakan rumus berikut:

Xid X P

Keterangan :

P = Presentase rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata tiap variable

Xid = Skor ideal setiap variabel

Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104)

mengemukakan rumus sebagai berikut:

   

 

 

S X Xi

Ti 50 10 ( )

Keterangan :

Ti = Skor baku yang dicari

X = Skor rata-rata

S = Simpangan baku

Xi = Skor mudah

(57)

a). Menentukan rentang ( R ) yaitu skor tertinggi dikurangi skor

d). Mencari rata-rata dengan rumus:

Analisis korelasi merupakan teknik statistika yang berusaha mencari

derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dan ukuran yang

dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah

analisis non parametik dengan menggunakan Rank Spearman dengan

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
Tabel III.1 Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Makanan – makanan tinggi indeks, seperti roti putih dan nasi putih, memberi dorongan cepat pada gula darah yang juga dengan cepat memudar, membuat kita.. merasa lapar

Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Goreng Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

[r]

[r]

(1) Setelah semua peta-pendaftaran dari sesuatu desa disahkan menurut pasal 5 ayat (3), pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah yang belum dipeta dalam

Studi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penyelesaian Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Rencana Anggaran Biaya (Rab) Di Prodi Ptb Jpts Fptk Upi.. Universitas

INTERNAL QUALITY ASSURANCE SYSTEM (IQAS) OF HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION (A Case Study of Politeknik Kesehatan Tasikmalaya, Sekolah Tinggi Kesehatan Bakti Tunas