DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Definisi Operasional ... 17
F. Metode Penelitian ... 20
G. Struktur Organisasi Disertasi ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 22
1. Peningkatan Mutu SMK dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 22
2. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pembelajaran ... 50
3. Sistem Manajemen Mutu SMK ISO 9001;2008 dan Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 66
4. Kinerja Kepala Sekolah ... 70
5. Kemampuan Profesional Guru ... 96
6. Media Pembelajaran... 101
7. Budaya Sekolah ... 109
B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 112
C. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 128
D. Asumi dan Hipotesis Penelitian ... 135
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 140
B. Pendekatan Penelitian ... 141
C. Populasi dan Sampel ... 141
D. Teknik Pengumpulan Data ... 143
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Variabel ... 173
1. Gambaran Umum Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) ... 173
2. Gambaran Umum Variabel X2 (Kemampuan Profesional Guru) ... 176
3. Gambaran Umum Variabel X3 (Media Pembelajaran) ... 180
4. Gambaran Umum Variabel X4 (Budaya Sekolah) ... 182
5. Gambaran Umum Variabel Y (Mutu Pembelajaran) ... 185
B. Uji Hipotesis ... 192
1. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 194
2. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 195
3. Pengaruh Media Pembelajaran (X3) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 196
4. Pengaruh Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) .. 196
5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 197
6. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 198
7. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 199
8. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 200
9. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 201
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 204
1. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 205
2. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 216
3. Pengaruh Media Pembelajaran (X3) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 230
4. Pengaruh Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) .. 242
5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Profesional Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 252
6. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 255
7. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap Mutu Pembelajaran (Y) ... 260
8. Pengaruh Kemampuan Profesional Guru (X2), Media
9. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran (X3) dan Budaya Sekolah (X4)
terhadap Mutu Pembelajaran (Y)... 265
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 272
B. Rekomendasi... 276
DAFTAR PUSTAKA ... 279
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
3.1 Lokasi Penelitian ... 39
3..2 Kisi-kisi Instrumen Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah) ... 144
3.3 Kisi-kisi Instrumen Variebel X2 (Kemampuan Profesional guru) .... 149
3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Media Pembelajaran) ... 152
3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel X4 (Budaya Sekolah) ... 155
3.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Mutu Pembelajaran) ... 157
3.7 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert Variabel X1, variabel X2 dan Variabel Y….. ... 159
4.1 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 172
4.2 Gambaran Umum Variabel X1 ... 173
4.3 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X1 ... 175
4.4 Gambaran Umum Variabel X2 ... 176
4.5 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X2 ... 178
4.6 Gambaran Umum Variabel X3 ... 179
4.7 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X3 ... 181
4.8 Gambaran Umum Variabel X4 ... 182
4.9 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada X4 ... 183
4.10 Gambaran Umum Variabel Y ... 184
4.11 Kontribusi Masing-masing Variabel dan Dimensi pada Y ... 185
4.12 Gambaran Umum Keseluruhan Variabel Penelitian ... 185
4.13 Hasil Korelasi Variabel X1Terhadap Y ... 193
4.14 Hasil Korelasi Variabel X2 Terhadap Y ... 194
4.15 Hasil Korelasi Variabel X3 Terhadap Y ... 195
4.16 Hasil Korelasi Variabel X4 Terhadap Y ... 196
4.17 Hasil Korelasi Variabel X1, X2 Terhadap Y ... 197
4.18 Hasil Korelasi Variabel X2, X3 Terhadap Y ... 198
4.19 Hasil Korelasi Variabel X2, X4 Terhadap Y ... 199
4.20 Hasil Korelasi Variabel X2, X3, X4 Terhadap Y ... 200
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran . ... 13
2.1 Sistem Manajemen Mutu SMK ISO 9001:2008 ... 68
2.2 Central and Surface Competencies ... 78
2.3 Kompetensi Kinerja Guru ... 84
2.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 131
2.5 Hubungan Ketergantungan Variabel ... 132
4.1 Hasil Penelitian ... 203
4.2 Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale... 238
4.3 Alur Proses Pendidikan Secara Mikro ... 256
4.4 Pendekatan Makro Penelitian ... 257
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam mengembangkan
potensi diri untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya, berakhlak mulia,
berkepribadian, cerdas dan memiliki keterampilan untuk hidup sejahtera.
Pemerintah Indonesia telah berupaya menyelenggarakan wajib belajar dan
mengatur Sistem Pendidikan Nasional agar mampu menjamin pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.
Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma
membangun Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki
kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara
optimal. Bloom mengemukakan dimensi kemanusiaan itu mencakup 3 (tiga) hal
yang paling mendasar, yaitu :
1. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk
menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi;
2. Afektif yang tercermin pada mutu keimanan, ketakwaan, akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi
estetis;
3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan
Selain itu pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan untuk
membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta didik yang menjadi
landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam
rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) merupakan sekolah menengah yang berbentuk penguatan
pendidikan vokasional / Kejuruan dengan tujuan mempersiapkan lulusan yang
tidak melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi untuk lebih siap masuk dunia kerja
atau Dunia Usaha / Dunia Industri.
Salah satu rencana strategis Kementrian Pendidikan Nasional adalah
perluasan dan pemerataan akses pendidikan. Khususnya perluasan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) untuk mencapai komposisi ideal jumlah SMK dengan
SMA sebanyak 70 : 30 persen. Sebuah harapan pemerintah terhadap SMK untuk
dapat menanggulangi pengangguran dan meningkatan kesejahteraan masyarakat,
namun di sisi lain keberadaan SMK saat ini masih belum optimal. Menurut
Balitbang Depdiknas (2004) keberhasilan ditandai oleh pencapaian indikator
sebagai berikut :
1. Terserapnya tamatan di dunia kerja (DU/DI) sesuai dengan kompetensi
pada program keahliannya;
2. Mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat
menciptakan lapangan kerja baru;
3. Mampu bersaing dalam melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
memperluas/mengutamakan pembangunan dan pengembangan pendidikan di
SMK sesuai dengan keunggulan global dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini
dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan/kompetensi
keahlian yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang
berkembang. Perluasan penyelenggaraan pendidikan di SMK dengan berbagai
bentuk dan model, yakni SMK Besar di kawasan industri, SMK kelas jauh di
Pondok Pesantren, dan SMK kecil atau SMK Terpadu di daerah terpencil dan
pedesaan. SMK Standar, SMK RSSN dan SMK RSBI baik Negeri maupun
Swasta. Dengan komitmennya yang tinggi Pemerintah Kabupaten Indramayu
mendapat penghargaan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat selama tiga kali
berturut-turut menjadi Kabupaten Vokasional.
Penyelenggaraan pendidikan SMK di Kabupaten Indramayu belum
optimal walaupun komitmen pemerintah cukup tinggi terhadap peningkatan mutu
pendidikan, dengan menyediakan anggaran cukup besar baik untuk infrastruktur
maupun untuk biaya operasionalnya. Namun masih ditemukan siswa putus
sekolah karena faktor ekonomi, budaya daerah, adanya kesenjangan antara
kurikulum di sekolah dengan tuntutan DU/DI atau faktor rendahnya kompetensi
guru SMK. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMK di Kabupaten Indramayu
tahun 2010 oleh LPMP rata – rata kurang dari 60, baik untuk guru mata pelajaran
normatif, adaptif, maupun produktif.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Se -
pembelajaran?; (2) Berapa besar pengaruh kinerja Kepala Sekolah terhadap mutu
pembelajaran?; (3). Berapa besar pengaruh faktor lain terhadap mutu
pembelajaran?.
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya
kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi memerlukan
peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya
untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolah
sehingga apa yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
terwujud. Selanjutnya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20
tahun 2003 Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Makna yang terkandung dalam fungsi dan tujuan pendidikan tersebut
adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Melalui
pendidikan kepribadian, kecerdasan, keterampilan serta wawasan menjadi lebih
luas sehingga lebih dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi diri siswa.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi
Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah. Selanjutnya menurut Mulyasa ( 2006:89) bahwa
“Kepala Sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan
memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam
pembaruan sistem pendidikan di sekolah.” Dampak tersebut antara lain terhadap
mutu pendidikan, kinerja kepala sekolah yang kuat, kemampuan profesional guru,
kurikulum, sarana prasarana / media pembelajaran, potensi diri siswa terhadap
mutu pembelajaran. Sesuai dengan uraian di atas, bahwa dalam rangka
mewujudkan mutu lulusan, terdapat beberapa faktor yang perlu mendapat
perhatian yakni kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media
pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran, faktor dimaksud
adalah :
1. Kinerja Kepala Sekolah yang profesional, terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah harus mempunyai kemampuan/
Kompetensi, Kepribadian dan Sosial, Kepemimpinan Pembelajaran,
Pengembangan Sekolah, Managemen Sumber Daya, Kewirausahaan, dan
Supervisi Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
2. Kemampuan profesional guru meliputi kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan
penilaian pembelajaran disamping guru memiliki kemampuan pedagogik,
3. Media Pembelajaran di setiap sekolah menjadi pendukung untuk
mewujudkan pembelajaran yang bermutu.
4. Sekolah mempunyai budaya sekolah yang bermutu, yakni yang selalu
mendasarkan diri pada profesionalisme.
Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk
melakukan perubahan dan pengembangan pendidikan secara berencana, terarah
dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu lulusan serta terserap oleh
DU/DI. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, kepala sekolah sebagai
pemimpin tertinggi di sekolah, kinerjanya sangat berpengaruh bahkan sangat
menentukan terhadap kemajuan sekolah.
Mutu kepala sekolah sebagai manajer sangat di pengaruhi oleh kinerja
(capability) manajerial yang dimiliki dalam upaya memberdayakan guru sehingga
terwujud guru yang profesional yang selalu ingin mengaktualisasi dalam bentuk
peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah yang mempunyai kinerja yang baik
yaitu seorang kepala sekolah yang mempunyai kapasitas intelektual, emosional ,
dan spiritual yang baik serta berwawasan luas.
Kapasitas intelektual diperlukan dalam mencermati, memahami, dan
menganalisis setiap informasi yang diperoleh. Kapasitas emosional diperlukan
dalam menghadapi berbagai tekanan dan dalam membangun pengaruh. Kapasitas
spiritual diperlukan pada saat melakukan pengambilan keputusan agar keputusan
yang diambil merupakan keputusan yang berpihak pada kebenaran. Adapun
tanda-tanda perubahan lingkungan sekolah sehingga dapat membawa sekolah yang
dipimpinnya tetap eksis dalam kondisi perubahan yang terus terjadi.
Kemampuan Kepala Sekolah merupakan kemampuan melaksanakan
tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai :
1. Pendidik (educator)
2. Manajer
3. Pemimpin (leader)
4. Wirausahawan (intrepreneurship)
5. Pencipta Iklim Kerja / Budaya Sekolah
Dalam proses pendidikan termasuk pendidikan SMK, guru merupakan
salah satu komponen yang penting. Menurut Undang-Undang No.14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 bahwa pengertian kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Bila menyamakan fungsi dan peran dosen dengan guru di
sekolah, maka sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Usman.
M.Uzer (2002:7) bahwa "tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,
mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Mengajar, berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Melatih, berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran, guru
merupakan pemegang peran utama, karena secara teknis dapat menterjemah kan
Guru bertugas mengalihkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta
didik agar mampu menyerap, menilai dan mengembangkan ilmu secara
mandiri (Jamal, 2002:26). Dengan demikian, setiap peningkatan mutu
pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif harus
menempatkan guru pada titik sentral, karena peranannya sangat strategis dan
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam upaya mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Kegiatan yang menyangkut tenaga kependidikan harus dikelola secara
sistematik, efektif dan efisien. Guru merupakan unsur bagian tenaga kependidikan
merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di lembaga
pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik. Rendahnya
mental personil tenaga kependidikan akan berakibat kurangnya partisipasi dan
tanggung jawab. Guru diharapkan melaksanakan tugas pendidikan yang tidak
semua orang dapat melakukannya, artinya hanya mereka yang telah khusus
bersekolah untuk menjadi guru yang dapat menjadi guru yang berkinerja optimal.
Guru yang memiliki kemampuan profesional akan tercermin dalam
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam
materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta
didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan
dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam
memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial
serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual
diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab
spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk
beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma
agama dan moral (Surya 2005).
Lebih lanjut Surya berpendapat bahwa profesionalisme guru mempunyai
makna penting yaitu : (1) profesionalisme memberikan jaminan perlindungan
kepada kesejahteraan masyarakat umum; (2) profesionalisme guru merupakan
suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh
sebagian masyarakat rendah; (3) profesionalisme memberikan kemungkinan
perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan
pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Sedangkan
menurut Kunandar (2007), guru sebagai profesi dikembangkan melalui: (1) sistem
pendidikan; (2) sistem penjaminan mutu; (3) sisitem manajemen; (4) sistem
remunerasi; dan (5) sistem pendukung profesi guru. Dengan pengembangan guru
sebagi profesi diharapkan mampu: (1) membentuk, membangun, dan mengelola
guru yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi di tengah masyarakat; (2)
meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera dan (3) meningkatkan mutu
terstandar. Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai
jabatan profesional yang dituntut untuk benar-benar berkinerja secara optimal
berdasarkan kompetensi dan profesionalitas dibidangnya, kepala sekolah sangat
berperan di dalamnya, dengan memberi kesempatan atau peluang dan pengarahan
serta bimbingan yang maksimal berkesinambungan. Kegiatan mengembangkan
kemampuan tenaga kependidikan merupakan kegiatan memberdayakan guru
dalam upaya menciptakan guru yang mempunyai kinerja optimal. Pengembangan
dan peningkatan tenaga kependidikan yang efektif meliputi :
1. Kesejahteraan guru
2. Pendidikan pra jabatan
3. Rekruitmen dan penempatan
4. Peningkatan mutu guru
5. Pengembangan karier
Mutu Pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan.
Merupakan suatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan
yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.
Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu
jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu
pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti
administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal
tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media,
yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang mendukung (Nana
Syaodih, 2006:6 ).
Berdasarkan hal tersebut di atas, disadari bahwa kepala sekolah melalui
kinerjanya dan kemampuan profesional guru yang optimal, dimana guru sebagai
seorang pendidik dan pengajar yang profesional akan sangat menentukan terhadap
terciptanya sekolah yang memiliki mutu lulusan yang baik, yaitu mutu siswa yang
mempunyai kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan dan keinginan
masyarakat dalam rangka menjawab tantangan moral, mental dan perkembngan
ilmu serta teknologi. Siswa yang bermutu adalah siswa yang memiliki
kemampuan mengembangkan potensi dirinya sebagai mutu pembelajaran di
sekolah.
Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian dalam komunikasi sering timbul penyimpangan-penyimpangan
sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien karna disebabkan oleh
kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan gairah dan
sebagainya. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan itu adalah guru mampu
menggunakan media pembelajaran dalam meningkatkan keserasian dalam
penerimaan informasi.
Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses pembelajaran dan dapat
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan
Faktor lain untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang harus
diperhatikan adalah menciptakan budaya sekolah sebagai ciri khas, karakter atau
watak dan citra sekolah di masyarakat yang dibangun oleh Kepala Sekolah, Guru,
Tenaga Administrasi Sekolah, Siswa, Komite Sekolah, dan masyarakat di sekitar
sekolah.
Sebagai sekolah yang dibanggakan dan didambakan oleh masyarakat,
sekolah dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan manajemen yang baik.
Dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat/pemerintah.
SMK harus dapat menciptakan budaya sekolahnya dengan kemandirian
dan memiliki Kompetensi keahlian dalam rangka mengembangkan potensi
kreatifitas, bakat dan minat siswa sehingga lulusan SMK mampu bekerja pada
DU/DI atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut, jelaslah
bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran antara
lain: kurikulum SMK, kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru,
tenaga administrasi sekolah, sarana prasarana, media pembelajaran, adanya
perpustakaan, laboratorium, bengkel, budaya sekolah, Dunia Usaha/ Dunia
Industri, potensi diri siswa, peran orang tua siswa dan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran di SMK dapat
Dari beberapa faktor tersebut yang paling menarik untuk diteliti
adalah pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media
pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran.
Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu “berapa besar pengaruh
kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan
budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran ?”
Rumusan masalah penelitian tesebut dapat dirinci ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu
pembelajaran?
2. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru terhadap mutu
pembelajaran ?
14
13 11
13
1 3 5 6
2
4 7
8 9 10 12 Mutu
Pembelajaran
Gambar 1.1
3. Berapa besar pengaruh media pembelajaran terhadap mutu
pembelajaran?
4. Berapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran ?
5. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah dan kemampuan
profesional guru secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran?
6. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru dan media
pembelajaran secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran ?
7. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru dan budaya sekolah
secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran ?
8. Berapa besar pengaruh kemampuan profesional guru, media
pembelajaran dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran?
9. Berapa besar pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional
guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama – sama
terhadap mutu pembelajaran ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media
pembelajaran, dan budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran. Adapun tujuan
khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh kinerja kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran.
3. Pengaruh kinerja kepala sekolah dan kemampuan profesional guru secara
bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.
4. Pengaruh media pembelajaran terhadap mutu pembelajaran.
5. Pengaruh budaya sekolah terhadap mutu pembelajaran.
6. Pengaruh kemampuan profesional guru dan media pembelajaran secara
bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.
7. Pengaruh kemampuan profesional guru dan budaya sekolah secara
bersama-sama terhadap mutu pembelajaran.
8. Pengaruh kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media
pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu
pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan
pertimbagan kontekstual dan konseptual serta manfaat praktis digunakan
untuk perbaikan bagi SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Indramayu yang
bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang
relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan. Konsep-konsep
pengembangan guru yang mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual
dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa
media pembelajaran, dan budaya sekolah, terhadap mutu pembelajaran SMK
Negeri di Kabupaten Indramayu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
manajemen pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam
memperkuat validitas dan reliabilitas pelaksanaan manajemen berbasis
kompetensi sebagai sebuah nilai budaya institusi, disamping sebagai sebuah
konsep operasional.
Sisi lain yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat
merumuskan prinsip-prinsip/asumsi tentang kultur pengelolaan kinerja kepala
sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah
terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri Se-Kabupaten Indramayu, dalam
melaksanakan sistem pengendalian mutu pendidikan sehingga pada akhirnya
dapat memberikan kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust) dan pelayanan
(service) kepada masyarakat luas dan pemakai jasa pendidikan (stakeholders)
terhadap institusi pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut:
a. Masukan bagi SMK di Kabupaten Indramayu untuk dijadikan
pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam
merumuskan pola pengembangan kinerja kepala sekolah, kemampuan
profesional guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara
b. Masukan bagi Kepala SMK di kabupaten Indramayu mengenai
materi pengelolaan kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional
guru, media pembelajaran, dan budaya sekolah secara bersama-sama
terhadap mutu pembelajaran dalam upayanya meningkatkan mutu
lulusan.
c. Bahan perbandingan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Indramayu untuk meningkatkan mutu pendidikan, kinerja kepala
sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran, dan
budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran
mendapat perhatian khusus.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk
melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan kinerja
kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media pembelajaran,
dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap mutu pembelajaran
pada Institusi Pendidikan lainnya.
E. Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang termasuk
variabel bebas adalah kinerja kepala sekolah dan kinerja guru, sedangkan
variabel terikat adalah mutu lulusan.
Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel
definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara
mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam
petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang
ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut beliau mengatakan: “dari
informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel
itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur
pengukuran yang sama akan dilakukan (diperlukan) prosedur pengukuran baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional
itu harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain, adapun
definisi operasional adalah sebagai berikut:
1. Kinerja Kepala Sekolah (X1) adalah hasil/prestasi kerja terdiri dari
komponen-komponen : (a) Keperibadian dan Sosial; (b) Kepemimpinan
Pembelajaran; (c) Pengembangan Sekolah; (d) Manajemen Sumber Daya;
(e) Kewirausahaan; (f) Supervisi Pembelajaran.
2. Kemampuan profesional guru (X2) adalah kemampuan guru dalam : (a)
merencanakan pembelajaran ; (b) melaksanakan pembelajaran ; dan (c)
mengevaluasi hasil pembelajaran selama periode tertentu.
3. Media Pembelajaran (X3) adalah fasilitas pendidikan yang dapat
menunjang pembelajaran yang bermutu.
4. Budaya sekolah (X4) adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh
5. Mutu Pembelajaran (Y) adalah Mutu proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru dan siswa yang didukung media
pembelajaran yang bermutu.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
SMK pada disertasi ini adalah kinerja kepala sekolah, kemampuan professional
guru, media pembelajaran dan budaya sekolah. Kepala Sekolah mempunyai cara
dan kemampuan/kompetensi yang berbeda-beda dalam menjalankan
kepemimpinannya. Perbedaan tersebut bergantung pada tingkat pendidikan,
pemahaman terhadap bawahan, dan situasi serta kondisi yang dihadapinya.
Pendekatan kepemimpinan yang berpusat pada budaya/ situasi mencoba untuk
mencocokkan perilaku pemimpin dengan tuntutan budaya/ situasi dalam rangka
peningkatan mutu lulusan. Kepemimpinan situasional yang menyarankan agar
kepemimpinan sesuai dengan tingkat kematangan guru dan staf sekolah. Untuk
meningkatkan mutu lulusan diperlukan kinerja yang mempunyai kompetensi
kepemimpinan yang kuat merupakan faktor-faktor penentu. Kinerja kepala
sekolah yang dikaji pada penelitian ini terdiri dari: 1. Keperibadian dan Sosial, 2.
Kepemimpinan Pembelajaran, 3. Pengembangan Sekolah, 4. Manajemen sumber
daya, 5. Kewirausahaan, 6. Supervisi Pembelajaran.
Sebagai faktor yang berkontribusi dengan mutu lulusan, kinerja kepala
sekolah merupakan penentu keberhasilan dimanifestasikan oleh kepemimpinan
kepala sekolah dalam pengelolaan kurikulum, metode, siswa, biaya / keuangan
sekolah, pengelolaan sarana prasarana / media pembelajaran, pengelolaan tenaga
lulusan. Kemampuan profesional guru adalah kemampuan atau kompetensi yang
dimiliki guru yang dapat dicapai seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria
dan alat ukur tertentu. Parameter yang paling umum digunakan, menurut Drucker
(1997:23) adalah efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada disertasi ini mnggunakan metode survey dengan
pendekatan kuantitatif. Studi yang dikembangkan adalah studi kepustakaan dan
studi lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri dan Swasta
Se-Kabupaten Indramayu. Untuk mendapatkan data primer, teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan angket atau kuesioner.
Quesioner penelitian disebar kepada seluruh SMK Negeri dan Swasta
se-Kabupaten Indramayu, diharapkan selambat-lambatnya dua minggu setelah
menerima kuesioner penelitian kembali pada peneliti. Melalui metode. ini
dimaksudkan mendapat data yang lebih tertutup, jawaban responden tidak akan
diketahui orang lain karena identitas pribadi responden memang dirahasiakan
sehingga kebenaran informasi lebih dimungkinkan. Selanjutnya untuk melihat
kebenaran informasi yang diperoleh dari kuesioner penelitian dillakukan
kunjungan pada beberapa institusi pendidikan dan dilakukan wawancara, tatap
muka dengan responden, dan akhirnya juga dilakukan observasi lapangan untuk
melihat langsung obyek penelitian.
mendapatkan gambaran/potret yang lebih jelas tentang keadaan yang berkaitan
dengan variabel-variabel penelitian pada SMK Negeri dan Swasta se-Kabupaten
Indramayu, dimana setelah data diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik, ukuran gejala pusat seperti rata-rata, ukuran penyebaran seperti varians,
interval dan deviasi baku; angka maksimal, minimal dan sebagainya. Kedua,
analisis parametrik digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya berbentuk
nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus
normal. Melalui statistik parametrik ini, akan disajikan data nominal terhadap
semua variabel kontrol penelitian. Perhitungan parametrik yang digunakan adalah
rumus Chi Square (X2).
G.Struktur Organisasi Disertasi
Struktur Penelitian ini terdiri dari lima bab, bab I terdiri dari latar belakang
penelitian, identifikasi dan masalah penelitian, signifikansi penelitian, bab II
terdiri dari kepustakaan, kerangka pemikiran asumsi dan hipotesis penelitian. Bab
III terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, pendekatan penelitian,
populasi dan sampel teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan
pengolahan data, Bab IV terdiri dari temuan dan pembahasan penelitian,
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan
penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat
menjelaskan pengaruh kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri
Singarimbun (2003:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1)
penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau
confirmatory), yakni menjelaskan pengaruh kausal dan pengujian hipotesis; (4)
evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang
(6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Studi
yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan
dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakankuesioner.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri dan Swasta Se – Kabupaten Indramayu. Variabel penelitiannya adalah
Kinerja Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru, Media Pembelajaran,
dan Budaya Sekolah. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path
analysis), yang mempunyai persyaratan yaitu (1) sampel data dipilih secara
random; (2) mempunyai pasangan yang sama; (3) data berdistribusi normal; dan
(4) data berpola linier. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya
pengaruh yang ditunjukkan oleh keoefisien jalur dari pengaruh kausal antar
A. Lokasi Penelitian
Penelitian Manajemen Mutu Pembelajaran dilakukan pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat mulai
bulan Maret – Mei 2012, SMK Negeri sejumlah 19 sekolah dan SMK Swasta
sejumlah 54 sekolah. Sedangkan lokasi pada penelitian ini difokuskan pada
SMK Negeri, seperti pada tabel 3.1 berikut:
Tabel III.1 Lokasi Penelitian
NO Nama Sekolah Akreditasi
1 SMK NEGERI 1 INDRAMAYU A
21 SMK PONPES CADANGPINGGAN B
22 SMK TELADAN KERTASEMAYA A
23 SMK PUI JATIBARANG A
24 SMK PELITA JATIBARANG A
25 SMK PGRI JATIBARANG A
26 SMK MUHAMMADIYAH JATIBARANG A
27 SMK MAARIF LANGUT LOHBENER B
28 SMK PGRI KANDANGHAUR A
29 SMK MUHAMMADIYAH KANDANGHAUR A
B. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan
hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri S.
(1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan
(eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi
atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian
operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil
menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang
ingin dipelajari sifat- sifatnya (Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,
2004:57). Populasi semua Kepala Sekolah dan Guru SMK Negeri dan Swasta
di Kabupaten Indramayu sebanyak 1500 guru (dari 78 SMK Negeri dan
b. Sampel
Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari
populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik
pengambilan sampel Nasution (2005:135) bahwa, “... mutu penelitian tidak selalu
ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,
oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan
pengolahannya.” Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto
(2005:120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila
subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil
antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.
Memperhatikan pernyataan di atas, karena jumlah populasi lebih dari 100
orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara
acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan
rumus dari Taro Yamane atau Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) sebagai berikut.
1 . 2
d N
N n
Keterangan :
N = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi = 1500 responden
d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%)
responden
D. Teknik Pengmpulan Data
Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu
penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan
tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus
penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan
data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini
digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan
teknik angket.
1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan
sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian
-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di
lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi
penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu
hasil prestasi siswa SMK Negeri Indramayu berupa hasil UN.
2. Teknik Angket
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 94 responden.
pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai
kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpul
-kan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.
Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban
tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket
tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel Kinerja
Kepala Sekolah (X1), Kemampuan Profesional Guru (X2), Media Pembelajaran
(X3) dan Budaya Sekolah (X4) terhadap mutu Pembelajaran (Y), merupakan
materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan di dalam angket.
E. Instrument Penelitian
Dalam penyusunan alat pengumpul data, penulis berpedoman pada ruang
lingkup variabel-variabel yang terkait. Instrument yang berupa angket terdiri dari
angket tentang kinerja kepala sekolah, kemampuan profesional guru, media
pembelajaran, budaya sekolah dan mutu pembelajaran yang ada pada SMK Negeri
dan Swasta Se-Kabupaten di Indramayu. Berikut merupakan langkah-langkah
yang ditempuh peneliti dalam menyusun angket:
1. Menentukan variabel-variabel serta indikator-indikator yang dianggap dapat
mewakili permasalah yang akan diteliti, yang dituangkan dalam kisi-kisi
Tabel III.2 Kisi-kisi Instrumen
Variabel X1 (Kinerja Kepala Sekolah)
Variabel Definisi
Operasional Komponen Indikator
No
Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi
komunitas di sekolah/madrasah Melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kepala Sekolah
dengan penuh kejujuran,
ketulusan, komitmen, dan
integritas
Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah Mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah dan
tantangan sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Tanggap dan peduli terhadap
kepentingan orang atau kelompok
lain
Mengembangkan dan mengelola hubungan sekolah/madrasah
dengan pihak lain di lujar sekolah
dalam rangka mendapatkan
dukungan ide, sumber belajar, dan
Kepemimpinan
Pembelajaran
Bertindak sesuai dengan visi dan misi sekolah/madrasah
Merumuskan tujuan yang menantang diri sendiri dan orang
lain untuk mencapai standar yang
tinggi
Mengembangkan
sekolah/madrasah menuju
organisasi pembelajar (leaming
organization)
Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran Memegang teguh tujuan sekolah
dengan menjadi contoh dan
bertindak sebagai pemimpin
pembelajaran
Melaksanakan kepemimpinan yang inspiratif
Membangun rasa saling percaya dan memfasilitasi kerjasama
dalam rangka untuk menciptakan
kolaborasi yang kuat diantara
warga sekolah/madrasah Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajaran
yang efektif
Mengembangkan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan
sekolah
Pengembangan
Sekolah
Menyusun rencana pengembangan sekolah/madrasah jangka panjang,
menengah, dan pendek dalam
rangka mencapai visi, misi, dan
tujuan sekolah/madrasah Mengembangkan struktur
organisasi sekolah/madrasah yang
efektif dan efesien dengan
kebutuhan
Melaksanakan pengembangan sekolah/madrasah sesuai dengan
rencana jangka panjang,
menengah, dan jangka pendek
sekolah menuju tercapainya visi,
misi, dan tujuan sekolah
Mewujudkan peningkatan kinerja sekolah yang signifikan sesuai
dengan visi, misi, tujuan sekolah
dan standard nasional pendidikan Melakukan monitoring, evaluasi, pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/madrasah dengan
prosedur yang tepat
Merencanakan dan meindaklanjuti hasil monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Manajeman
Sumber Daya
Mengelola dan mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan
secara optimal
Mengelola dan mendayagunakan sarana dan prasarana
Mengelola lingkungan sekolah yang menjamin keamanan,
keselamatan dan kesehatan Mengelola ketatausahaan Mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam
mendukung penyusunan program
dan pengambilan keputusan Mengelola layanan-layanan
khusus sekolah/madrasah yang
mendukung kegiatan peserta didik
di sekolah.madrasah
Memanfaatkan teknologi secara efektif dalam kegiatan
pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah
Kewirausahaan Memiliki motivasi yang kuat
untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin pembelajaran
Memotivasi warga sekolah untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya
masing-masing
Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah Menerapkan nilai dan
prinsip-prinsip kewirausahaan dalam
mengembangkan
sekolah/madrasah
34
35
36
37
Supervisi
Pembelajaran
Menyusun program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru Melaksanakan supervisi akademik dalam rangka peningkatan kualitas
guru
Menilai dan menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik
dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru
38
39
Tabel III.3 Kisi-kisi Instrumen
Variabel X2 (Kemampuan Profesional Guru)
Variabel Definisi
Operasional Komponen Indikator
No
Mengelola proses
pembelajaran
Mampu merumuskan tujuan pembelajaran
Dapat menggunakan metode pembelajaran
Dapat menyusun prosedur pembelajaran yang tepat
Melaksanakan program pembelajaran
Mengenal kemampuan siswa 3
4
5
6
7
Mengelola Kelas Mengatur tata ruang kelas
Mampu menciptakan iklim pembelajaran yang serasi
Mengenal, memilih dan menggunakan media
pembelajaran
Membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana
teaching unit dalam program
Mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan
dengan reflektif
Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil
pembelajaran
Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka meningkatkan
Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran
Memanfaatkan TIK untuk pengembangan diri
Mampu menilai proses pembelajaran siswa
Mampu menilai hasil pembelajaran siswa
21
Tabel III.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Media Pembelajaran)
Variabel Definisi
Operasional Komponen Indikator
No Item
Posisi Media pembelajaran membantu
variasi aktivitas belajar yang
melibatkan semua alat indera
pembelajar
Media pembelajaran mampu menjadi sumber belajar yang
menyangkut keseluruhan
lingkungan di sekitar pebelajar Media pembelajaran yang
digunakan mampu melakukan
hal-hal yang mungkin tidak mampu
dilakukan oleh guru (atau guru
melakukannya kurang efisien). Media pembelajaran yang
digunakan merangsang
keterlibatan beberapa alat indera Media pembelajaran yang
digunakan mampu memberikan
solusi untuk memecahkan
persoalan berdasarkan tingkat
keabstrakan pengalaman yang
dihadapi pembelajar. Media pembelajaran yang
digunakan memberikan
pengalaman kongkret, motivasi
belajar, mempertinggi daya serap
dan retensi belajar siswa
Fungsi Fungsi atensi: media pembelajaran mampu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran Fungsi afektif: media
pembelajaran mampu menggugah
emosi dan sikap siswa melalui
gambar atau lambing visual yang
disajikan
Fungsi kognitif: media pembelajaran mempercepat
pencapaian tujuan pembelajaran
untuk memahami dan mengingat
pesan/informasi yang terkandung
dalam gambar atau lambang visual
yang disajikan
Fungsi kompensatoris: media pembelajaran memberikan konteks
kepada siswa yang
kemampuannya lemah dalam
mengorganisasikan dan mengingat
kembali informasi dalam teks
10
11
12, 13
14
Klasifikasi Media pembelajaran tradisional: media visual diam tak
diproyeksikan dan yang
diproyeksikan, audio, penyajian
multimedia, visual dinamis yang
diproyeksikan, media cetak,
permainan, dan media realia. Media pembelajaran teknologi
mutakhir berupa media berbasis
Karakteristik Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi
suatu peristiwa atau obyek Ciri manipulatif, media
pembelajaran yang mampu
mentransformasi suatu obyek,
kejadian atau proses dalam
mengatasi masalah ruang dan
waktu. Sebagai contoh, misalnya
proses larva menjadi kepompong
dan kemudian menjadi kupu-kupu
dapat disajikan dengan waktu yang
lebih singkat (atau dipercepat
dengan teknik time-lapse
recording). Atau sebaliknya, suatu
kejadian/peristiwa dapat
diperlambat penayangannya agar
diperoleh urut-urutan yang jelas
dari kejadian/peristiwa tersebut; Ciri distributif, media
pembelajaran yang
menggambarkan kemampuan
media mentransportasikan obyek
atau kejadian melalui ruang, dan
secara bersamaan kejadian itu
disajikan kepada sejumlah besar
siswa, di berbagai tempat, dengan
stimulus pengalaman yang relatif
sama mengenai kejadian tersebut.
23,24,25,26
27,28
Tabel III.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel X4 (Budaya Sekolah)
Variabel
Keyakinan Memiliki keyakinan yang
positif tentang siswa untuk
mampu tumbuh dan
berkembang
1,2,3
Memiliki keyakinan yang
positif tentang staf untuk terus
memperbaiki kinerja
4,5
Memiliki keyakinan yang
positif tentang seluruh
komponen sekolah untuk terus
belajar dan menyesuaikan diri
dengan perubahan untuk
menciptakan mutu sekolah
6
Norma-norma Kritikan 7
Dukungan rekan kerja 8,9,10
Menangani permasalahan 11
Membantu rekan kerja 12
Membantu siswa 13,14,15
Variabel
Definisi
Operasional
Komponen Indikator
No
Item
Kepercayaan 17
Kooperasi 18
Keakraban 19, 20
Kerjasama kelompok 21,22
Eksplisit
Asumsi-asumsi Hubungan alam dengan
manusia
23,24,25
Hubungan dengan lingkungan 26,27
Ritual Ritual tertentu yang
memperkuat nilai-nilai budaya
inti
28,29
Seremonial Upacara-upacara kenegaraan,
keagamaan dan kebudayaan di
sekolah
30,
Simbol Lingkungan fisik yang
melambangkan sukacita dan
kebanggaan
31,32,
Sejarah Hormat dan muncul
kepedulian terhadap sesama
33,34
Kaya akan sejarah dan tujuan
Tabel III.6 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Mutu Pembelajaran)
Variabel Definisi
Operasional Komponen Indikator
No
Guru menyajikan materi dengan bijaksana
Pembelajaran bersifat riil (autentik dengan
Iklim Kelas Iklim kelas kondusif untuk
belajar
Guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan
semua siswa mempunyai
keinginan untuk berhasil
Guru menyampaikan pelajaran secara sistematis
dan terfokus
Ada penilaian diagnostik yang dilakukan secara
periodik
Membaca dan menulis sebagai kegiatan yang
esensial dalam pembelajaran 6
7
8
9
10
2. Menyusun pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang
dianggap menggambarkan masalah yang sedang diteliti disertai alternatif
jawaban yang akan dipilih responden berdasarkan variabel-variabel serta
indikator-indikator yang telah ditentukan dalam kisi-kisi instrumen dan
nomor item dalam kisi-kisi instrumen penelitian.
3. Menetapkan kriteria penskoran untuk alternatif jawaban dengan
Tabel III.7
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban Dari Likert Variabel X1, Variabel X2 dan Variabel Y
Alternatif Jawaban Skor Pernyataan
SL : Selalu 4
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur
terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen
menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu
alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi
antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan
rumus Pearson Product Moment adalah.
Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden.
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
2
1 2
r n r thitung
Dimana :
t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil r hitung
n = Jumlah responden.
Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n – 2)
Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya
t hitung < t tabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r) sebagai berikut.
Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799 : tinggi
Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 – 0,399 : rendah
Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).
Sumber: (Strauss, Anselm, L 1997)
5. Menguji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan
Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat
ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha
sebagai berikut:
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai
berikut.
Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:
Keterangan:
Si = Varians skor tiap-tiap item
Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi
(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan
N = Jumlah responden
Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:
Keterangan :
Si = Jumlah Varians semua item
S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n
Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:
Keterangan :
St = Varians total
Xt2 = Jumlah kuadrat X total
(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan
N = Jumlah responden
r11 = Nilai Reliabilitas
Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
k = Jumlah item
Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan
rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua
awal-akhir yaitu:
Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh
karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan
n X M
K R n T n
I ( ) ( ) F. Pengolahan Data
Teknik analisis data untuk mengungkapkan hasil penelitian dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Statistik Deskriptif
Melalui statistik deskriptif ini, akan disajikan data dalam tabel distribusi
frekuensi, grafik garis maupun batang, penjelasan kelompok melalui mean,
dan variasi kelompok melalui rentang dan standar deviasi terhadap semua
variabel dan sub variabee penelitian. Perhitungan deskriptif yang digunakan
adalah rata-rata hitung (arimatic mean) dengan rumus:
Keterangan:
M = Mean.
= Jumlah.
X = Skor-skor dalam suatu distribusi.
n = Jumlah unit-unit skor.
Penentuan klasifikasi skor jawaban responden yang disusun berdasarkan
skala instrumen dengan rumus:
Keterangan:
I = Interval skor jawaban responden.
= Kemungkinan skor jawaban (probabilitas).
T = Skor jawaban tinggi.
R = Skor jawaban rendah.
K = Jumlah kelas interval.
1. Uji Persyaratan Analisis, bertujuan mengetahui sebaran data apakah
berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal, serta uji linieritas.
(1). Uji Normalitas Data
Uji normalitas data, dilakukan dengan pengujian
Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria jika nilai asymp. Sign (p) > , maka sebaran
data berdistribusi normal.
(2). Uji Linieritas Data
Mengenai uji linieritas kriterianya adalah jika nilai Fhitung lebih
kecil dari nilai Ftabel atau nilai p > maka hubungan yang dihasilkan
tersebut berbentuk linier.
Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang terhimpun
dapat memberikan arti bagi penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul harus
diolah, diorganisir dan disistematisasikan sesuai dengan tujuan penelitian.
Winarno Surakhmad (1994:91) menjelaskan bahwa mengolah data adalah suatu
konkrit untuk membuat data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai
hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu
Seleksi dan klasifikasi data, dilakukan melalui :
1) Pemeriksaan kecenderungan umum skor mentah
2) Mengubah skor mentah menjadi skor baku
3) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui dan menentukan
apakah pengolahan data menggunakan analisis parametik atau non
parametik, dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat ( X )
k
i Ei
Ei Oi X
1
2
2 ( )
Keterangan :
X = Chi kuadrat yang dicari
Oi = Frekuensi yang tampak
Ei = Frekuensi yang diharapkan
Langkah-langkah yang ditempuh adalah :
a) Membuat distribusi frekuensi
b) Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan
interval
c) mencari Z untuk batas kelas dengan rumus:
S X Xi
Z
Keterangan :
Xi = skor batas kelas distribusi
X = rata-rata untuk distribusi
d) Mencari luas 0 - Z dari daftar F
e) Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O - Z
dengan interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambah
luas O - Z yang berlawanan
f) Mencari Ei (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara
mengalikan luas interval n
g) Mencari Oi ( Frekuensi hasil penelitian ) diperoleh dengan cara
melihat tiap kelas interval ( Fi) pada table distribusi frekuensi
h) Mencari X dengan cara jalan membandingkan nilai presentil untuk
distribusi X
4) Uji Linieritas untuk mengetahui apakah distribusi data variabel
independent berhubungan secara linier dengan distribusi data variabel
dependen. Pengujian untuk mengetahui linieritas data dalam kegiatan
penelitian ini dilakukan dengan uji anova.
2. Analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian
(1). Analisis korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2004:236). Pada
umumnya setiap analisa regresi didahului dengan analisis korelasi, tetapi
setiap analisa korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.
a) Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap
variable penelitian dan memberi skor pada angket responden
berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan
b) Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan prosentase.
Perhitungan presentase dimaksimalkan untuk mengetahui
kecenderungan umum jawaban responden terhadap variable
penelitian , dengan menggunakan rumus berikut:
Xid X P
Keterangan :
P = Presentase rata-rata yang dicari
X = Skor rata-rata tiap variable
Xid = Skor ideal setiap variabel
Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104)
mengemukakan rumus sebagai berikut:
S X Xi
Ti 50 10 ( )
Keterangan :
Ti = Skor baku yang dicari
X = Skor rata-rata
S = Simpangan baku
Xi = Skor mudah
a). Menentukan rentang ( R ) yaitu skor tertinggi dikurangi skor
d). Mencari rata-rata dengan rumus:
Analisis korelasi merupakan teknik statistika yang berusaha mencari
derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dan ukuran yang
dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah
analisis non parametik dengan menggunakan Rank Spearman dengan