PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DAN PERMAINAN KONVENSIONAL DALAM AKTIVITAS WARMING UP
TERHADAP MINAT BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Muhammad Iqbal Tawaqal
NIM 0801443
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
i
PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DAN PERMAINAN KONVENSIONAL DALAM AKTIVITAS WARMING UP
TERHADAP MINAT BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI
Oleh
Muhammad Iqbal Tawaqal
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Muhammad Iqbal Tawaqal 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MUHAMMAD IQBAL TAWAQAL
PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DAN PERMAINAN KONVENSIONAL DALAM AKTIVITAS WARMING UP
TERHADAP MINAT BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Uhamisastra, MS. AIFO NIP.196106121987031002
Pembimbing II
Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd NIP.196005181987032003
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
i PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DAN PERMAINAN KONVENSIONAL
DALAM AKTIVITAS WARMING UP TERHADAP MINAT BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2014
Yang membuat pernyataan,
PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DAN PERMAINAN KONVENSIONAL DALAM AKTIVITAS WARMING UP
TERHADAP MINAT BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan permainan tradisional dan permainan konvesional dalam aktivitas warming up terhadap minat belajar pendidikan jasmani. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan desain
Post-test Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cijambe Kabupaten Subang. Pemilihan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, sampel yang diambil yaitu siswa kelas VII A sebanyak 23 orang dan VII B sebanyak 23 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket dan observasi memakai skala Likert, pengolahan dan analisis data penelitian menggunakan SoftwareSPSSVersion 18. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai thitung (11,668) > ttabel (44, 0,05) adalah 1.680, probabilitas
/ sig. (0,000) < α (0,05), maka dari itu terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan permainan tradisional dan permainan konvensional dalam aktivitas
warming up terhadap minat belajar pendidikan jasmani. Rekomendasi penelitian ini bagi sekolah dapat dijadikan rujukan penetapan pelaksanaan pembelajaran penjas yang lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan pendekatan mengajar penjas sesuai keadaan internal sekolah.
SITUATIONAL INTEREST PHYSICAL EDUCATION THROUGH TRADITIONAL GAMES AND CONVENTIONAL GAMES
IN WARMING UP ACTIVITY
ABSTRACT
The purpose of this study was to investigate situational interest physical education through traditional games and conventional games in warming up activity. 46 students were drawn from the population in 7th grade SMP Negeri 2 Cijambe Subang. An experimental Post-test Only Design was utilized. The 23 students enrolled in the experimental group participated in traditional games warming up. Meanwhile, the 23 more students enrolled in the control group participated in conventional games warming up. Data were collected from the administration of a post-test only design to both groups to investigate the situasional interest physical education on the scores with instrument questionnaire as much 38 statement and observation as much 20 statement with likert scale. The instrument was develop and adapt from An examination of situational interest and its sources program. Data analysis research was used software spss version 18. Result of this study is t value ( 11.668 ) > t table ( 44 , 0.05 ) is 1.680, the probability / sig. ( 0.000 ) < α ( 0.05 ), showed that experimental group higher significant of situasional interest physical education than control group that was using conventional games. This study recommendations used to be a reference for situasional interest physical education more creative and innovative in internal school.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……….. ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL………. ... ix
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Batasan Penelitian ... 8
F. Batasan Istilah Penelitian... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10
A. Kajian Pustaka ... 10
1. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 10
a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 10
b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 13
c. Manfaat Pendidikan Jasmani ... 15
d. PendidikanJasmani di Sekolah ... 16
2. HakikatWarming Up Atau Pemanasan ... 17
a. Definisi Warming Up ... 17
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
c. Bentuk-bentuk Warming Up ... 19
d. Tujuan Warming Up ... 21
3. Permainan Tradisional ... 21
a. Pengertian Permainan Tradisional ... 21
b. Karakteristik Permainan Tradisional ... 23
c. Peranan Permainan Tradisional ... 23
4. Aktivitas Permainan Tradisional ... 25
a. Permainan Tradisional Kucing-kucingan ... 25
b. Permainan Tradisional Bebentengan ... 28
5. Minat Belajar ... 30
a. Pengertian Minat ... 30
b. Jenis-jenis Minat ... 32
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat ... 33
6. Teori Bermain dan Pendidikan Jasmani ... 35
7. Keterkaitan Permainan Tradisional dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming up Dengan Minat Pendidikan Jasmani ... 38
B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 42
1. Kerangka Pemikiran ... 42
2. Hipotesis Penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Metode Penelitian ... 45
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
C. Desain Penelitian ... 47
D. Langkah-langkah Penelitian ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 49
F. Uji Coba Instrumen ... 56
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Hasil Penelitian ... 66
B. Analisis Data ... 67
1. Uji Normalitas ... 68
2. Uji Homogenitas ... 68
3. Uji Hipotesis ... 69
C. Pembahasan ... 71
D. Diskusi Temuan ... 75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Simpulan ... 78
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Penerapan Aktivitas Warming Up terhadap Minat Pendidikan Jasmani ... 38
3.1 Distribusi Sampel Warming Up Pembelajaran Penjas ... 47
3.2 Desain Penelitian (Post-test Only Design) ... 48
3.3 Items In The Situational Interest Scale ... 50
3.4 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Penjas Sebelum uji coba ... 52
3.5 Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban ... 54
3.6 Kisi-kisi Lembar Observasi Minat Belajar Penjas ... 55
3.7 Bobot Skor Untuk Tiap Kategori Penilaian Observasi ... 56
3.8 Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Minat Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 59
3.9 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Item Soal ... 60
3.10 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Penjas Setelah Uji Coba ... 60
3.11 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Penjas ... 62
4.1 Data Hasil Minat Belajar Pembelajaran Penjas antara Kelas Permainan Tradisional dan Permainan Konvensional ... 66
4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas... 68
4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 69
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar
2.1 Warming Up Dinamis ... 20
2.2 Warming Up Statis ... 20
2.3 Permainan Kucing-kucingan ... 25
2.4 Permainan Bebentengan ... 28
2.5 Permainan Bebentengan ... 29
4.1 Garfik Perbedaan Minat Antara Aktivitas Warming Up Permainan Tradisional dan Permainan Konvensional ... 72
Bagan 2.1 Pedoman Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga ... 12
2.2 Kerangka Konseptual Permainan Tradisional ... 24
2.3 Initial Model Of Situational Interest and Sources ... 35
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
A. Angket Minat Belajar Pendidikan Jasmani (uji coba) ... 84
B. Angket Minat Belajar Pendidikan Jasmani (setelah uji coba) ... 87
C. Instrumen Observasi Minat Belajar Pendidikan Jasmani ... 90
D. Program Pembelajaran Penjas Dengan Menggunakan Aktivitas Warming Up Permainan Tradisional ... 92
E. Program Pembelajaran Penjas Dengan Menggunakan Aktivitas Warming Up Permainan Konvensional ... 100
F. Data Hasil Penelitian ... 108
G. Uji Statistik Data ... 110
H. Dokumentasi ... 114
I. Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Dosen Pembimbing ... 117
J. Surat Rekomendasi Penelitian ... 121
K. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 122
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani sering dihubungkan dengan konsep lain, yaitu manakala
pendidikan jasmani (penjas) dipersamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang
mengarah pada perkembangan bagian-bagian yang berhubungan dengan
aktivitas-aktivitas fisikal yang bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani maupun
pengembangan keterampilan gerak. Pada dasarnya penjas merupakan aktivitas
fisik yang dilakukan melalui pembelajaran yang ditujukan atau diarahkan agar
seluruh potensi peserta didik tumbuh dan berkembang keterampilannya yang
berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif
untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang
pada kesehatan fisik dan mentalnya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan
Mahendra (2009:3) “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosional”.
Pada dasarnya sasaran pendidikan jasmani adalah bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri
peserta didik yang terangkum kedalam 3 kategori yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Adapun tujuan dari pendidikan jasmani itu ialah meningkatkan
kualitas manusia, atau membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian
akhlakul karimah. Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani. Artinya bahwa penjas itu diimplementasikan dalam bentuk aktivitas fisik
yang mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya sendiri atau peserta
didik secara jasmaniah. Dengan penjas diharapkan peserta didik mampu mencapai
2
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam
empat kategori tujuan seperti yang dikemukakan oleh Bucher (Suherman, 2009:7)
yaitu “Perkembangan fisik, perkembangan gerak, perkembangan mental, dan
perkembangan sosial”. Sehubungan dengan tujuan pendidikan jasmani, seyogyanya pemilihan dan perumusan materi pendidikan jasmani dilakukan
dengan baik dan benar serta sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan
peserta didik. Berdasarkan pengamatan sepintas yang dilakukan oleh penulis,
situasi atau proses pembelajaran di sekolah cenderung dititik beratkan pada
pelajaran-pelajaran teoritis yang dilakukan atau didominasi di dalam kelas, akan
tetapi penjas juga memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu
pembelajaran di sekolah. Melalui proses belajar mengajar penjas tersebut
diharapkan aspek kognitif, belajar afektif dapat berkembang sesuai dengan
fungsinya sehingga apa yang diharapkan dapat berhasil secara menyeluruh.
Pada proses belajar mengajar (PBM) di sekolah banyak terdapat pengaruh
yang menyebabkan keberhasilan peserta didik. Sehingga, peserta didik dapat
berpartisipasi secara optimal dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu Faktor-faktor murid, guru, media, materi, metode,
sarana, prasarana, dan strategi dalam mengajarnya. Selain itu, pada saat ini
pandangan penjas telah mengalami perubahan dan telah berkembang ke arah yang
lebih baik lagi. Ini dapat dilihat dari segi proses dan pengemasannya, menjadi
lebih menarik ketika pembelajaran penjas sedang berlangsung sehingga peserta
didik lebih aktif berpartisipasi bahkan lebih menyenangi penjas. Ini dibuktikan
dengan kompetensi guru penjas yang semakin membaik yang salah satunya
ditandai dengan digunakannya model, metode dan pendekatan-pendekatan yang
bervariasi dan inovatif dalam proses belajar mengajar.
Disamping pandangan penjas telah mengalami perkembangan, masih
banyak guru penjas yang melaksanakan proses pembelajarannya dengan cara
tradisional atau cara seperti melatih yang menuntut anak untuk selalu bisa suatu
kecabangan olahraga yang menitik beratkan pada peningkatan teknik tanpa
memperhatikan siapa yang menjadi peserta didik serta dampaknya pada peserta
3
bosan akan pembelajaran penjas karena tidak mendapatkan rasa senang dalam
dirinya dan tingkat partisipasi pun menjadi menurun atau peserta didik tidak
begitu berpartisipasi dalam PBM. Ketika penulis melakukan pengamatan sepintas
itu pun terjadi disekolah-sekolah pada umumnya. Dimulai dari kegiatan awal atau
warming up sampai kegiatan akhir pembelajaran penjas.
Pada PBM penjas selalu diawali dengan warming up. Menurut Irwansyah (2006:56) menyatakan bahwa:
Pemanasan (warming-up) adalah aktivitas yang berisi gerakan-gerakan yang mendukung aktivitas inti dari olahraga yang akan dilakukan berikutnya dan diharapkan akan memberikan penyesuaian pada tubuh dari keadaan istirahat sebelum melakukan aktivitas olahraga.
Dari pernyataan tadi, aktivitas awal pembelajaran atau pemanasan
dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik menerima proses pembelajaran
selanjutnya. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat
terlaksana maka guru pendidikan jasmani sedemikian rupa membuat pembelajaran
yang efektif dan inovatif namun tetap menyenangkan. Salah satuya dengan
menggunakan aktivitas permainan tradisional di awal pembelajaran. Menurut
Mahendra (2003) mengungkapkan bahwa:
Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat.
Berdasarkan pendapat diatas, permainan tradisional merupakan unsur-unsur
kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional sudah
ada di lingkungan peserta didik dan permainan tradisional memberikan pengaruh
besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di
kemudian hari.Sukiman (2008:19) mengemukakan bahwa “Permainan tradisional
disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya
dalam kehidupan masyarakat”. Dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional
merupakan permainan rakyat yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu
4
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
generasi berikutnya. Jadi permainan tersebut telah dimainkan oleh anak-anak dari
jaman ke jaman.
Penggunaan permainan tradisional dalam aktivitas warming up diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran
penjas karena hal ini sangat berkaitan dengan kesiapan siswa itu sendiri dalam
menghadapi materi inti dalam proses belajar selanjutnya untuk menopang
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga ketika proses
warming up berlangsung siswa dapat meningkatkan partisipasi dalam mengikuti pembelajaran penjas dan merupakan sebuah kegiatan rekreatif. Selain itu,
permainan tradisional juga sering diterapkan para siswa ketika bermain sehari-hari
dilingkungannya masing-masing, jadi ketika sebuah pemanasan atau warming up
menggunakan permainan tradisional, siswa tidak menjadi tidak asing dengan
permainan tersebut.
Mengembangkan minat belajar gerak peserta didik pada dasarnya
merupakan usaha guru untuk menarik perhatian peserta didik terhadap suatu hal
yang baru agar peserta didik mau mempelajarinya tanpa ada paksaan yang
berlebih namun tetap menyenangkan. Perkembangan minat belajar tersebut
diharapkan menunjang peserta didik, artinya minat belajar tidak hanya pada awal
pembelajaran saja akan tetapi minat belajar tersebut dapat terjaga sampai dengan
PBM penjas selesai. Hal ini selaras dengan Slameto (2003:58) berpendapat bahwa
“Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian, terutama dalam belajar gerak”.
Pada hakekatnya proses belajar mengajar yaitu proses komunikasi yang
berjalan selaras dan bertujuan untuk mencapai tujuan pengajaran. Namun hal yang
harus diperhatikan oleh guru penjas adalah mengemas pembejaran semenarik
mungkin dimulai dari aktivitas warming up itu sendiri sampai dengan proses belajar mengajar selesai sehingga hasil dan dampak yang ditimbulkannya pun
dapat bermanfaat secara optimal bagi peserta didik terutama untuk menunjang
pendidikan secara individu. Hal demikian pun penulis temukan dilingkungan SMP
5
yang diaplikasikan pada peserta didik terlihat jelas pengaruhnya terhadap apa
yang dirasakan peserta didik SMP Negeri 2 Cijambe.
Menurut pengamatan penulis di SMP Negeri 2 penggunaan aktivitas
warming up menggunakan permainan konvensional biasanya menggunakan
Warming up statis dan warming up dinamis. Warming up statis ini dilakukan mulai dari bagian tubuh atas menuju kebawah (dari kepala sampai kaki) atau
sebaliknya. Setelah melakukan warming up statis biasanya dilanjutkan dengan kegiatan Warming up dinamis, terlihat yang penulis rasakan pengaruhnya yaitu peserta didik merasa bosan dan jenuh serta terkesan peserta didik kurang berminat
dalam mengikuti PBM penjas. Dampak dari penggunaan metode warming up
yang kurang menarik pada saat PBM penjas terlihat dirasakan peserta didik ketika
memasuki kegiatan inti, karena pada saat warming up atau pemanasan peserta didik cenderung sudah malas dan mengalami kebosanan. Hal ini disebabkan tidak
adanya minat dalam diri peserta didik itu sendiri untuk mengikuti pembelajaran
penjas.
Akan tetapi, aktivitas warming up yang menggunakan permainan tradisional terkesan pengaruhnya yaitu peserta didik merasakan lebih ceria, senang dan ikut
aktif dalam PBM penjas serta peserta didik lebih berminat dalam mengikuti
pembelajaran penjas. Artinya minat terhadap pembelajaran penjas yang dipelajari
cenderung mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat baru
terhadap yang akan dipelajarinya. Mengembangkan minat terhadap suatu
pembelajaran pada dasarnya adalah membantu siswa untuk melihat bagaimana
hubungan antara materi yang akan dipelajarinya dengan dirinya sebagai individu.
Proses ini menunjukan bahwa belajar merupakan suatu alat yang membawa
kemajuan pada dirinya sendiri, kemudian kemungkinan besar dia akan berminat
untuk mempelajarinya termasuk minat dalam pembelajaran penjas.
Sesuai pemaparan di atas mengenai berbagai permasalahan yang timbul
pada saat aktivitas warming up dalam PBM penjas sehingga minat belajar peserta didik dalam mengikuti penjas menurun. Tantangan yang harus dicapai dalam
penelitian ini adalah memodifikasi suatu pembelajaran agar berdampak positif
6
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui penerapan permainan tradisional
dan permainan konvensional dalam aktivitas warming up terhadap minat belajar pendidikan jasmani.
B. Rumusan Masalah
Pembelajaran penjas di SMP Negeri 2 Cijambe taraf minat belajar dan
partisipasi peserta didik sangatlah kurang dalam mengikuti PBM. Terlihat dengan
sedikitnya peserta didik yang mengikuti pembelajaran penjas dengan
sungguh-sungguh, semangat, dan ceria. Akan tetapi, sisanya mengikuti pembelajaran
penjas dengan keterpaksaan diakibatkan karena pada saat PBM kurang menarik
sehingga mengakibatkan minat mereka menurun.
Hal ini disebabkan karena kurangnya minat peserta didik itu sendiri untuk
mengikuti pembelajaran penjas. Dari beberapa kendala yang penulis temukan di
SMP Negeri 2 Cijambe, minimnya fasilitas pembelajaran penjas sehingga guru
harus pintar mensiasati PBM semenarik mungkin dengan menggunakan metode
ataupun pendekatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi dilapangan. Salah satu
permasalahan dalam pembelajaran penjas beranggapan bahwa semua peserta didik
dalam melaksanakan aktivitas warming up dapat diberikan dengan metode pemanasan atau warming up statis dan dinamis agar memberikan kesesuaian pada tubuh ketika memasuki pembelajaran inti peserta didik benar-benar siap untuk
menerima materi selanjutnya. Pendekatan atau metode warming up tersebut adalah pendekatan tradisional yang cenderung menyebabkan peserta didik
menjadi bosan dengan aktivitas warming up tersebut dan minat belajar penjas pada kegiatan selanjutnya menjadi menurun.
Oleh karena itu guru penjas harus bisa mengemas aktivitas warming up
dalam suasana yang menyenangkan agar peseta didik aktif dalam partisipasinya di
saat PBM, namun tetap merujuk pada menyiapkan peserta didik dalam
mengahadapi materi inti. Jika peserta didik merasakan suatu perasaan senang dan
ikut aktif dalam aktivitas warming up maka dapat diduga bahwa minat belajar peserta didik pada kegiatan selanjutnya akan meningkat sampai akhir
7
dilakukan yaitu menerapkan permainan tradisional yang menitik beratkan pada
aktivitas permainan dalam aktivitas warming up yang membawa pada suasana senang, ceria dan gembira pada saat warming up berlangsung sehingga minat belajar peserta didik dapat meningkat dalam PBM penjas. Sehingga dengan kata
lain untuk meningkatkan minat terhadap pembelajaran penjas, maka harus
memodifikasi dan mengembangkan aktivitas awal pembelajaran yaitu warming up
atau pemanasan. Slameto (2003:180) berpendapat bahwa “Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”.
Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan sebelumnya maka penulis
benar-benar merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan antara permainan tradisional dan permainan
konvensional dalam aktivitas warming up terhadap minat belajar pendidikan jasmani.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara permainan tradisional
dan permainan konvensional dalam aktivitas warming up terhadap minat belajar pendidikan jasmani.
D. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penulisan ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan
informasi serta memberikan gambaran mengenai penerapan permainan
8
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
2. Secara praktis, hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan
bagi guru-guru penjas dalam mengemas aktivitas warming up melalui permainan tradisional dan permainan konvensional yang sesuai serta
memahami dampaknya terhadap minat belajar penjas.
E. Batasan Penelitian
Berpedoman dari latar belakang di atas, serta untuk menghindari penafsiran
yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka batasan
masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada penerapan permainan tradisional dan
permainan konvensional dalam aktivitas warming up terhadap minat belajar penjas.
2. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode eksperimen.
Variabel bebas dalam penulisan ini adalah permainan tradisional dan
permainan konvensional dalam aktivitas warming up, sedangkan variabel terikat dalam penulisan ini adalah minat belajar penjas.
3. Pada kegiatan inti baik sampel A atau sampel B mengunakan strategi
pembelajaran game-drill-game.
4. Jenis permainan tradisional yang digunakan yaitu kucing-kucingan dan
bebentengan, sedangkan untuk permainan konvensional yaitu metode
pemanasan statis dan dinamis.
5. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Cijambe, sedangkan yang menjadi sampel adalah adalah
siswa kelas VII A dan VII B SMP Negeri 2 Cijambe dengan jumlah
masing-masing 23 orang.
6. Instrumen yang digunakan adalah kusioner atau angket dan observasi. Jenis
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, angket
tertutup yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap, sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
9
menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para penulis dengan
cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden.
F. Batasan Istilah Penelitian
Agar tidak terjadi salah dalam penafsiran maka penulis membatasi dalam
batasan istilah yaitu:
1. Penerapan adalah bisa berarti pemakaian suatu cara atau metode atau suatu
teori atau sistem.
(http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid=20111118181316AAUOHb
1 ) (diakses 15 juli 2013).
2. Permainan tradisional adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana
sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat (Sukiman D, 2008:19)
3. Warming up atau pemanasan adalah kegiatan persiapan tubuh untuk meningkatkan frekuensi jantung dan penguluran otot yang bertujuan
mempersiapkan emosional, fisiologis, dan fisiologis untuk melakukan
berbagai macam latihan.
(http://gustopobayu.blogspot.com/2012/03/makalah-pemanasan-olahraga.html). (diakses 8 febuari 2013).
4. Minat adalah kecendurangan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan.
(http://www.scribd.com/hanik%20i/d/21249216-MINAT-BELAJAR).(diakses 8 febuari 2012).
5. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
(Djamarah dan Zain 2002:11).
6. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal adalah menemukan metode yang tepat dan
mendukung terhadap jalannnya penelitian tersebut. Metode penelitian merupakan
suatu cara yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh suatu kesimpulan,
penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan
yang diharapkan penulis. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2011:2) bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Lebih lanjut surakhmad (1998:131)
menjelaskan bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk
mencapai suatu tujuan”.
Dalam penelitiannya ini penulis menggunakan metode eksperimen.
Mengenai metode eksperimen ini Sugiyono (2011:72) menjelaskan bahwa “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis
ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki
atau diamati.
Berdasarkan sifatnya dari penelitian eksperimental, maka dalam metode
eksperimen ada faktor yang dicobakan, dalam hal ini faktor yang dicobakan dan
merupakan variabel bebas adalah permainan tradisional dan permainan
46
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penulis untuk mempelajari dan kemudian tarik kesimpulannya”.
Dari pernyataan diatas penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Cijambe Kabupaten Subang tahun
ajaran 2013/2014. Dengan alasan penulis menganggap karakteristik yang relatif
homogen, artinya minat peserta didik terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani
relatif rendah yang tampak secara keseluruhan.
Mengenai sampel Sugiyono (2011:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih lanjut Arikunto (2002:104) menjelaskan bahwa “Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan maksud memberikan peluang yang sama kepada seluruh populasi untuk menjadi
anggota sampel. Sugiyono (2011:85) menjelaskan ”Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pertimbangan mengenai siapa guru yang
memegang kelas yang akan dijadikan sampel dan metode apa yang digunakan
guru tersebut dalam aktivitas warming up.
Oleh karena karakteristik populasi tersebut dapat dikatakan penulis relatif
homogen karena generalisasi keadaan, situasi dan faktor internal peserta didik
hampir sama secara keseluruhan, maka penulis dapat memilih sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Lebih lanjut Sukintaka (46:1992) menjelaskan bahwa:
Karakteristik peserta didik SMP yang berada dalam rentang usia 13-15 tahun (formal operasional), karakteristik tersebut meliputi perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan-perubahan fundamental dalam aspek jasmani, psikis atau mental dan sosial.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis mengambil sampel peserta didik
beberapa kelas yang meliputi kelas VII A dan VII B. Alasannya yaitu peserta
47
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
relatif sama antara peserta didik putri dan putra yang dalam proses
pembelajarannya seluruh kelas VII yang ada di SMP Negeri 2 Cijambe relatif
homogen. Dengan ketentuan perlakuan yang telah diberikan kepada peserta didik
yaitu permainan tradisional dalam aktivitas warming up yang di didik oleh Guru penjas SMP Negeri 2 Cijambe dan peserta didik yang telah diberikan perlakuan
berupa permainan konvensional dalam aktivitas warming up yang di didik oleh Guru penjas SMP Negeri 2 Cijambe yang lainnya. Untuk lebih jelas, perhatikan
tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Distribusi Sampel Warming Up Pembelajaran Penjas
Permainan Tradisional Permainan Konvensional
Kelas VII A Kelas VII B
C. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian, penulis tidak hanya mengetahui aturan-aturan
permainan saja tetapi harus pula mempunyai keterampilan untuk
melaksanakannya dengan cermat. Selaras dengan hal tersebut, Nazir (1988) mengemukakan bahwa “Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian”. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Design yaitu suatu desain penelitian yang hanya melihat hasil tes akhir saja. Dari penjelasan tersebut penulis menempatkan subjek penelitian ke dalam dua
kelompok kelas yang terdiri dari kelompok permainan tradisional dan kelompok
permainan konvensional. Mekanisme penelitian dari dua kelas tersebut
48
Tabel 3.2
Desain Penelitian Post-test Only Design (Sugiyono,2011)
Sampel Variabel Bebas Variabel Terikat
A1 A1 X1
B2 B2 X2
Keterangan :
A1 : Perlakuan atau pemanasan menggunakan permainan tradisional
B2 : Perlakuan atau pemanasan menggunakan permainan konvensional
X1 : Angket minat belajar penjas yang diberikan pada kelompok
permainan tradisional
X2 : Angket minat belajar penjas yang diberikan pada kelompok
49
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
D. Langkah-langkah Penelitian
Berdasarkan desain penelitian diatas, maka penulis membuat
langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
Bagan 3.1
Langkah-Langkah Penelitian
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang
disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002:138) menerangkan
sebagai berikut:
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.
POPULASI
SAMPEL
Sampel (A) Sampel (B)
PERMAINAN TRADISIONAL PERMAINAN KONVENSIONAL
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
50
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus
ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini mengadopsi dan mengembangkan
situasional interest scale (SIS), SIS ini adalah angket atau kuesioner yang digunakan untuk mengukur minat belajar pendidikan jasmani. Angket ini disusun
pada tahun 2001 oleh Ang Chen dari University of Maryland, USA bekerjasama dengan Paul W. Darst and Robert P. Pangrazi dari Department of Exercise Science & Physical Education, Arizona Statem University. Angket ini dipublikasikan dalam British Journal of Educational Psychology dengan judul An examination of situational interest and its sources. Angket ini terdiri dari 24 pernyataan.
Namun angket ini disajikan dalam bahasa inggris, adapun butir kisi-kisinya
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Items In The Situational Interest Scale (Chen, Darts, dan Pangrazi,2001)
Variable Indicator Statement
Interest
Exploration Intention
I want to analyse it to have a grasp on it
I want to discover all the tricks in this activity
I like to find out more about how to do it
I like to inquire into details of how to do it
Instant Enjoyment
It is an enjoyable activity to me
This activity is exciting
The activity inspires me to participate
This activity is appealing to me
Novelty
This activity is new to me
This activity is fresh
This is a new-fashioned activity for me to do
This is an exceptional activity
Attention Demand
My attention wash high
I was very attentive all the time
51
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
I was concentrated
Challenge
It is a complex activity
This is activity is complicated
This activity is a demanding task
It is hard for me to do this activity
Total Interest
This activity is interesting
The activity looks fun to me
It is fun for me to try this activity
This is an interesting activity for me to do
Maka dari itu penulis berkonsultasi dengan ahli bahasa, agar tidak terjadi
kesalahan pemahaman dalam penyusunan kisi-kisi angket. Kemudian penulis
mengaitkan kisi-kisi tersebut dengan permasalahan yang penulis teliti. Adapun
hasilnya sebagai berikut :
Variabel Indikator Pernyataan
Minat
Saya ingin menganalisis dan memiliki pegangan
yang lebih baik untuk aktivitas penjas yang kita
lakukan hari ini
Ada banyak trik dalam aktivitas penjas tadi
Saya ingin mengetahui lebih rinci bagaimana
melakukan gerakan tadi
Kegiatan penjas tadi mengekplorasi saya untuk mengetahui lebih lanjut cara melakukan gerakan tadi
Menyenangkan
(Instant Enjoyment)
Penjas yang dilakukan tadi menyenangkan bagi saya
Penjas yang dilakukan tadi menyenangkan
Penjas yang dilakukan membuat saya tertarik untuk
ikut berpartisipasi
Penjas yang dilakukan tadi menarik bagi saya
Sesuatu Hal
Yang Baru
(Novelty)
Penjas yang dilakukan hari ini adalah hal yang baru
bagi saya
Penjas yang dilakukan hari ini menyegarkan
Penjas yang dilakukan tadi adalah kegiatan baru bagi
52
Penjas yang dilakukan tadi merupakan kegiatan yang luar biasa
Menarik
Perhatian
(Attention Demand)
Apakah penjas yang dilakukan tadi menuntut
perhatian saya
Saya sangat fokus selama kegiatan penjas tadi
Penjas yang dilakukan hari ini menuntut fokus saya
Penjas yang dilakukan hari ini menuntut konsentrasi saya
Menantang
(Challenge)
Penjas yang dilakukan tadi adalah gerakan kompleks
Penjas yang dilakukan tadi sulit / susah
Penjas yang dilakukan hari ini merupakan sebuah
tuntutan
Penjas yang dilakukan tadi sulit untuk dilakukan
Keseluruhan
yang Menarik
(Total Interest)
Penjas yang dilakukan hari ini menarik
Penjas yang dilakukan tampak menyenangkan bagi
saya
Aktivitas penjas tadi menyenangkan untuk saya coba
Penjas yang dilakukan tadi adalah hal menarik bagi saya untuk dilakukan
Setelah mengaitkan dengan kisi-kisi tersebut dengan permasalahan yang
diteliti. Penulis mengembangkan angket menjadi 43 pernyataan. Maka kisi-kisi
angket dalam instrumen ini disajikan dalam table berikut ini :
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Sebelum Uji Coba
Variabel Indikator No soal
+ -
Minat
Perhatian Untuk Mencari tahu 1,2,7,8 25,26
Menyenangkan 29,31,14,15 40,41,34
53
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Menarik Perhatian 23,24,36,37 42,43,35,30
Menantang 3,4,16,17 12,28,27
Keseluruhan yang Menarik 38,39,32,33 5,6,18,13
Adapun jenis angket yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
angket tertutup, menurut Arikunto (2002:28) “Angket tertutup yaitu kuesioner
yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap, sehingga pengisi
hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih”. Adapun beberapa
alasan yang menyebabkan penulis menggunakan angket tertutup yaitu sebagai
berikut:
1. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif.
2. Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.
3. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.
Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan
memudahkan untuk mengolahnya, angket dalam penelitian yaitu untuk peserta
didik berisi pernyatan dan peserta didik diminta menanggapi pernyataan yang
diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju
(STS).
Dalam memaknai alternatif jawaban yang terdapat dalam angket, penulis
menggunakan skala pengukuran sebagai acuan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam setiap butir pertanyaan angket sehingga skor
yang diperoleh responden jelas adanya. Data terkumpul dari angket berupa
angka-angka yang dapat menunjukkan tentang minat belajar yang hendak diteliti. Skala
yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Mengenai skala Likert, Sukardi
54
Skala ini telah banyak digunakan oleh para penulis guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para penulis dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Pernyataan angket penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Dalam altenatif
jawabannya terdapat rentang nomor dari angka lima sampai dengan angka satu.
Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam angket melekat dalam diri
responden, semakin rendah nomor yang responden pilih maka pernyataan tersebut
semakin terisolasi jauh dari diri responden. Adapun kategori penyekoran untuk
setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju (SS)= 5, Setuju (S)= 4,
Ragu-ragu (R)= 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 1. Kategori
untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju (SS)= 1, Setuju (S)= 2,
Ragu-ragu (R)= 3, Tidak Setuju (TS) = 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 5.
Kategori penyekoran setiap alternatif jawaban tampak dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-Ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Selain itu, penulis juga menggunakan observasi sebagai instrumen pada
55
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
situasional interest scale (SIS) menjadi sebuah lembar observasi. Penulis menggunakan observasi terus terang dan tersamarkan. Menurut Sugiyono
(2013:312) menyatakan bahwa:
Observasi terus terang dan tersamarkan adalah peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
Adapun kisi-kisi lembar observasi diantaranya sebagai berikut :
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Variabel Indikator
MINAT
Minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas
yang menstimulir perasaan senang pada
individu.
(Doyle Fryer yang dikutip Nurkancana dan
Sumartana (1986:226))
Perhatian Untuk Mencari tahu
(Exploration Intention)
Menyenangkan (Instant Enjoyment) Sesuatu Hal Yang Baru (Novelty) Menarik perhatian (Attention Demand) Menantang (Challenge)
Keseluruhan Yang Menarik (Total Interest)
Setelah kisi-kisi observasi tersusun, selanjutnya butir-butir instrumen dibuat
dalam bentuk pernyataan mengenai minat belajar penjas yang akan diamati. Hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan observer melakukan penilaian dari
penerapan permainan tradisional dan permainan konvensional dalam aktivitas
warming up terhadap minat belajar pendidikan jasmani agar dapat memperbesar kemungkinan bahwa aspek-aspek yang diamati lebih terpercaya dan sistematis.
56
Pengisian lembar observasi adalah dengan mengisi tiap perilaku yang diamati dengan tanda (√) pada perilaku siswa yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pengisian tanda check list (√) hanya diberikan pada kolom yang
sesuai dengan yang siswa lakukan pada saat pembelajaran, dilihat
indikator-indikator yang diamati.
Kategori penilaian diberikan skor berdasarkan skala Likert. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2008:134) bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dari pernyataan di atas, penulis menggambarkan bobot skor untuk tingkatan kategori minat siswa dalam pembelajaran penjas, yang terdapat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 3.7
Bobot Skor Untuk Tiap Kategori Penilaian Observasi
Kategori Skor
Selalu 4
Sering 3
Kadang-Kadang 2
Tidak Pernah 1
F. Uji Coba Instrumen
Setelah angket tersusun dengan bentuk yang telah direncakan sebelumnya,
maka selanjutnya harus diuji cobakan kepada responden (selain sampel penelitian)
untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir soal yang
diajukan menjadi instrumen penelitian.
Hal ini selaras dengan pernyataan dari Arikunto (2002:211) yang menyatakan bahwa “Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel”. Artinya suatu instrumen atau alat pengumpul
57
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
untuk mengungkap data dari variabel yang tepat agar dapat diterima sebagai alat
ukur dalam penelitian yang dilakukan. Karena apabila kita melakukan sebuah
penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka
hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen
dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.
Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 13 oktober 2013 di SMPN 2
Subang. Angket minat belajar mata pelajaran penjas ini diuji cobakan kepada
peserta didik putra dan putri kelas VII yang berjumlah 20 orang yang merupakan
bukan anggota sampel penelitian yang hendak diteliti. Adapun langkah-langkah
dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen yang berpedoman
pada buku aplikasi statistika dalam penjas oleh Bambang Abduljabar dan Jajat
Darajat (2010) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.
2. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.
3. Merangking skor responden dari yang skor yang tertinggi sampai yang
terendah.
7. Mencari nilai rata-rata dari setiap butir pernyataan kelompok atas, dan
nilai rata-rata setiap butir pernyataan kelompok bawah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah ∑X = Jumlah skor
58
8. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan kelompok atas
dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
9. Mencari nilai thitung untuk tiap butir soal kelompok atas dan kelompok
bawah dengan menggunakan rumus:
X = Nilai rata-rata kelompok bawah S21 = Simpangan baku kelompok atas
S22 = Simpangan baku kelompok bawah
n1 = Jumlah responden kelompok atas
59
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Tabel 3.8
60
41 7,16 1,734 Valid
42 8,23 1,734 Valid
43 20,11 1,734 Valid
Tabel 3.9
Kesimpulan Hasil Uji Validitas Item Soal
Jenis instrumen Nomer Item Tidak Valid Nomer Item Valid
Angket Minat
Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Penjas Setelah Uji Coba
Variabel Indikator No Soal
+ -
Minat Belajar
Perhatian Untuk
Mencari Tahu 7,8 25,26
Menyenangkan 29,31,14,15 40,41,34
Sesuatu Hal yang
Baru 21,22,10 11,19,20
Menarik perhatian 23,24,36,37 42,43,35,30
Menantang 4,16,17 12,28,27
Keseluruhan yang
Menarik 38,39,32,33 6,18,13
Kisi-kisi kuesioner dalam tabel diatas digunakan dalam penyusunan
butir-butir pernyataan untuk memperoleh data penelitian mengenai minat belajar mata
pelajaran penjas antara kelompok peserta didik yang mendapatkan dua metode
61
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Langkah berikutnya adalah menentukan reliabilitas untuk mengetahui
tingkat keajegan atau ketetapan dari setiap butir pernyataan, sebagai berikut:
1. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor
genap dan soal yang bernomor ganjil.
2. Skor dari butir-butir soal yang bernomor genap dikelompokan menjadi
variabel X dan skor dari butir-butir soal ganjil dijadikan variabel Y.
3. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor genap
dengan butir-butir soal yang bernomor ganjil, dengan menggunakan
rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.
rxy =
4. Mencari reliabilitas seluruh butir pernyataan dengan menggunakan
rumus Spearman Brown yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
r „ = koefisien yang dicari
2.r = dua kali koefisien korelasi
62
5. Menguji signifikasi korelasi, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
√
Adapun hasil perhitungan reliabilitas instrumen dari angket minat belajar
mata pelajaran penjas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen
Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Penjas
63
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Setelah mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor
ganjil dan skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap, selanjutnya
menghitung reliabilitas butir tes dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yaitu sebagai berikut:
rxy =
(1982460 1962801) (1816200 1811716) 1885746Kemudian mencari realibilitas seluruh perangkat butir pernyataan dengan
menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:
Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
64
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh rhitung = 0,668 dan rhitung
keseluruhan atau gabungan = 0,801 sedangkan pada rtabel product moment
diketahui bahwa dengan n = 20 (dk : n – 2 = 18) harga r 0,95 = 0,468. Hal ini
berarti rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian
ini dapat dipercaya atau reliabel.
Hasil uji signifikansi korelasi menunjukan thitung = 5,389, sedangkan ttabel
pada taraf nyata (α) 0,05 dan (dk) 18 n-2 adalah 1,73. Dengan demikian thitung
lebih besar dari ttabel ini berarti bahwa reliabilitas instrumen minat mata pelajaran
penjas signifikan.
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel dalam arti instrumen itu
dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini oleh penulis
diperbanyak untuk disebarkan kepada sampel penelitian yang merupakan sumber
data dalam penelitian ini. Pelaksanaan treatment dilakukan pada tanggal 28
Oktober – 2 Desember 2013. Adapun pengambilan data observasi dilakukan
ketika proses treatment berlangsung dan pengambilan data angket dilakukan setelah kegiatan. Dengan rincian sebagai berikut :
Pertemuan Tanggal
Kegiatan warming up
Permainan
Tradisional
Permainan
Konvensional
1 28 Oktober 2013 Kucing-kucingan Statis dan Dinamis
2 4 November 2013 Bebentengan Statis dan Dinamis
3 11 November 2013 Kucing-kucingan Statis dan Dinamis
4 25 November 2013 Bebentengan Statis dan Dinamis
65
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara-cara untuk mencari makna dan arti dari
sebuah data yang telah dikumpulkan oleh penulis. Data mentah yang diperoleh
melaui proses penyebaran angket tidak dapat berguna jika tidak dianalisa oleh
penulis. Hal ini selaras dengan pendapat Nazir (1988:405) yang menyatakan bahwa “Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam penelitian ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.” Artinya dengan menggunakan analisis data, penulis dapat mencari kebenaran dari hipotesis penelitian.
Dalam proses analisis data, peran statistik adalah penting adanya, karena
dalam pelaksanaan analisa data tidak dapat dipisahkan dengan statistik sebagai
alat untuk mengklasifikasikan data yang diperoleh menjadi data yang lebih mudah
dimengerti dan dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1988:443) bahwa “…pengolahan dan analisa data tidak luput dari penerapan teknik dan metode statistik tertentu, yang mana kehadirannya dapat memberikan dasar bertolak
dalam menjelaskan hubungan-hubungan yang terjadi”. Adapun penulis
menganalisis data menggunakan softwareSPSS Version 18.
Langkah-langkah yang penulis pergunakan untuk mengolah data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Menguji normalitas menggunakan Uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak.
2. Menguji homogenitas menggunakan Uji Leneve test. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak.
3. Menguji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T-test
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Penerapan permainan tradisional dalam aktivitas warming up berpengaruh signifikan terhadap minat belajar pendidikan jasmani siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Cijambe Subang.
2. Terdapat perbedaan minat yang signifikan antara kelompok kelas yang
diberikan penerapan permainan tradisional dalam aktivitas warming up
dengan kelompok kelas yang diberikan penerapan permainan kovensional
dalam aktivitas warming up.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang dirumuskan diatas, berikut ini beberapa saran
peneliti, diantaranya :
1. Bagi guru pendidikan jasmani, untuk mengisi kekosongan tentang
optimalisasi pembelajaran penjas di sekolah. Dalam penelitian ini
merupakan alternatif untuk meningkatkan minat siswa melalui penerapan
permainan dalam aktivitas warming up, sehingga peneliti merekomendasikan untuk menggunakan permainan tradisional dalam
aktivitas warming up dan kehadirannya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu, untuk melestarikan kearifan
budaya lokal.
2. Bagi rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi pendidikan
jasmani kesehatan dan olahraga (PJKR) yang akan mengadakan penelitian
tentang minat belajar pendidikan jasmani perlu penelaahan yang lebih
79
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
jasmani dan terfokus pada sebelum, selama proses dan sesudah
pembelajaran penjas berlangsung. Selain itu gunakan metode, model, dan
pendekatan bagaimana yang akan meningkatkan minat pendidikan
jasmani.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan rujukan penetapan pelaksanaan pembelajaran
penjas di lingkungan SMP Negeri 2 Cijambe Kabupaten Subang yang
lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan pendekatan mengajar penjas
sesuai keadaan internal sekolah. Tujuannya mengaplikasikan pendidikan
jasmani sebagai pendidikan karakter sebagai usaha pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
4. Sebagai upaya penyegaran ilmu pengetahuan mengenai pendidikan
jasmani dan pelaksanaannya di lapangan. Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi dari jaman ke jaman menuntut guru penjas
membuka diri untuk menerima, mencoba serta mengkreasikannya dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.
Abduljabar, Bambang dan Jajat Darajat Kusumah. (2010). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.
Anggria, A. (2013). Perbandingan Pendekatan Bermain Dan Pendekatan Konvensional Dalam Pembelajaran Penjas Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK UPI.
Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arniko, Bimo. (2011). Permainan Tradisional. [Online]. Tersedia di:
Http://bimoarnikko.blogspot.com/2011/03/permainan-tradisional-engklek.html. [Diakses 18 Agustus 2013].
Bayu, Gustopo. (2012). Makalah Pemanasan Olahraga. [Online]. Tersedia di:
Http://gustopobayu.blogspot.com/2012/03/makalah-pemanasan-olahraga.html [Diakses 20 Agustus 2013].
Buchori, M. (1985). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
Cahyono, Nuri (2009). Permainan Tradisional. [Online]. Tersedia di:
Http://permata-nusantara.blogspot.com/2009/03/permainan bebentengan.html. [Diakses 20 Agustus 2013].
Chen, A., Darst, P.P. and Pangrazi, R.P. (2001). “An Examination of Situasional
81
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Danandjaya, James. (1987). Floklore Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Djamarah, S.B dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dikdasmen (2004). Konsep-Dasar-Penjas-SMA (Online). Tersedia: http://www.docstoc.com/docs/1991916/.
Gabbard, Carl. et al. (1987). Physical Education for Children: Building the Foundation.New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Giriwijoyo, Y.S. Santosa (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Hanik. (2009). Minat Belajar. [Online]. Tersedia di: Http://www.scribd.com/hanik%20i/d/21249216-MINAT-BELAJAR.
[Diakses 18 Agustus 2013].
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV. Tambal Kurnia.
Hendrayana. Y. (2007). Pendidikan jasmani dan olahraga adaptif (adapted physical education and sport). Bandung : Indonesia university of education
Hurlock. (1981). Devolepmental Psychology Life-Span Approach. New Delhi: McGraw Hill Inc.
Irwansyah (2006). Pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan untuk kelas X . Grafindo Media Pratama.
Joe Luxbacher. (2004). Sepakbola: Taktik dan Teknik Bermain. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lutan, Rusli. (1997). Manusia dan Olahraga, Bandung: Penerbit ITB.
82
Mahendra, Agus. (2009). Modul Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Luar Biasa, Bagian
Proyek Pendidikan Kesehatan Jasmani Pendidikan Luar Biasa.
Mahendra, Agus dkk. (2003). Model Pengembangn Olahraga Tradisional. Bandung, Setda Prov. Jawa Barat.
Mahendra agus (2001). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar Sebuah Pendekatan pembinaan Pola Gerak Dasar Dominan. Jakarta: Depdiknas.
Misbach, S.Psi, Psi. (2006). Peran Permainan Tradisional Yang Bermuatan Edukatif Dalam Menyumbang Pembentukan Karakter Dan Identitas Bangsa. Bandung : Universitas pendidikan Indonesia.
Mulyana, A.D. (2011). Perbandingan Minat Belajar Pendidikan Jasmani antara Siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Bandung (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK UPI.
Nasution, (1996). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurkancana, Wayan dan Sumartana. PPN. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Snedecor, G.W. and Cochran, W.G. (1980). Statistical Methods. The Iowa State University Press.
83
Muhammad Iqbal Tawaqal, 2014
Penerapan Permainan Tradisional Dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Pendidikan Jasmani
Sugiyono, Prof. Dr. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, A . (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warliartika
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Sukintaka, (1983). Permainan dan Metodik. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukintaka, (1992). Teori bermain untuk D2 PGSD PENJASKES. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat jenderal pendidikan
tinggi proyek pembinaan tenaga kependidikan.
Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung: Tarsito
Surya, M. (1979). Psikologi Pendidikan. Bandung:Jurusan PPB FIP IKIP
Trihendradi, c. (2010). Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta : CV Andi Offset
Uhamisastra. (2010). Modul Olahraga Tradisional. Bandung: FPOK UPI.