• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BANGUN KUBUS DENGAN METODE Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Bangun Kubus Dengan Metode Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (PTK di Kelas VIII F SMP N II Tasikmadu Tahun Ajaran 2011/2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BANGUN KUBUS DENGAN METODE Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Bangun Kubus Dengan Metode Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (PTK di Kelas VIII F SMP N II Tasikmadu Tahun Ajaran 2011/2012)."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BANGUN KUBUS DENGAN METODE

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(PTK di Kelas VIII F SMP N II Tasikmadu Tahun Ajaran 2011/2012)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

TITIK YUNIARTI A 410 080 202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BANGUN KUBUS DENGAN METODE

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(PTK di Kelas VIII F SMP N II Tasikmadu Tahun Ajaran 2011/2012)

Diajukan Oleh :

TITIK YUNIARTI A 410 080 202

Telah Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Idris Harta, M.A, Ph.D

Pembimbing II

Dr. Tjipto Subadi, M.Si

(3)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BANGUN KUBUS DENGAN METODE

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(PTK di Kelas VIII F SMP N II Tasikmadu Tahun Ajaran 2011/2012) Oleh

Titik Yuniarti1, Idris Harta2, dan Tjipto Subadi3 1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,a410080202@yahoo.com 2

Staf Pengajar UMS Surakarta, idrisharta@yahoo.com 3

Staf Pengajar UMS Surakarta, tjiptosubadi@yahoo.com

Abstact

The purpose of this research is for describing the increase of motivation and the result of the cube learning with the Contectual Teaching and Learning methode. The research design use PTK. The receiver subject of the response is the students of class VIII F SMP Negeri II Tasikmadu. That consist of 32 students and the subject that give response is the researcher helped by the mathematic teacher of class VIII F SMP Negeri II Tasikmadu. The technique of organize the data is by observation, note, documentation and test methode. For the validation data, the researcher use triangulation technique. The technique of data analysis is done by the descriptive qualitative method that consist of reducting data, serving data and making summary. The result of the research shows that there are some increasing motivation and the result of cube learning. It can be seen from the increasing of the indicatore of learning motivation that consist of : 1) the desire of the response is 31,25% after the response became 81,48%, 2) the desire of doing the test in front of the class before the response is 28,13% after the response became 77,78%, 3) the desire of the responding the discussion before the response 21,88% after the response became 77,78%. And the result of learning show that the score up to KKM before the response is 40,63% after the response become 96,30%. The summary of this research is the implementation of the learning method “Contectual Teaching and Learning methode” can increase the motivation and the result of the student learning.

(4)

Pendahuluan

Pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas, karena melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan tercapai. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manuasia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Selama ini guru belum mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan belum membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru menyampaikan materi, kemudian memberikan contoh soal kepada siswa dan siswa hanya memperhatikan dan meniru cara-cara yang diajarkan oleh guru dalam menyelesaikan soal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diterapkan suatu inovasi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan siswa tersebut, salah satunya dengan penerapan metode pembelajaran dapat meningkatkan kebermaknaan dalam belajar matematika. Motode yang dimaksud yaitu metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Contextual Teaching and Learning adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak karena menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Jonhnso B. Elaine, 2011 : 65).

(5)

aktif dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman dan siswa dapat menghubungkan sains dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan berbasiskan aktifitas siswa.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan mendeskripsikan proses pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar bangun kubus di kelas VIII F SMP Negeri II Tasikmadu tahun pelajaran 2011/2012.

Landasan Teori A.Hakikat Motivasi

Mc Donald (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobbry Sutikno, 2009: 19), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, manyalurkan dan mengerahkan sikap dan perilaku individu belajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi : 1) Kebutuhan, kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan, 2) Dorongan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, 3) Tujuan, tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku belajar.

(6)

kemudian bekerja yang bersinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan untuk mencapai harapan dan tujuan yang di inginkan serta usaha untuk mencapai perubahan perilaku belajar.

B.Hakikat Belajar

Daryanto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

M. Sobri Sutikno (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Unsur-unsur utama dalam proses belajar, yaitu: 1) tujuan, 2) kesiapan, 3) situasi, 4) interprestasi, 5) respons, 6) konsekuensi, 7) reaksi terhadap kegagalan.

Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

C.Hakikat Matematika

Purwoto (2003: 12) mengemukakan bahwa "Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur terorganisasikan, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil".

(7)

D.Hasil Belajar Matematika

Oemar Hamalik (2001: 30), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang dari unsur subyektif (rohaniah) dan unsur motoris (jasmaniah). Perubahan tinggkah laku tersebut dapat dilihat dari aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.

Gagne (M. Sobbry Sutikno, 2009: 7), hasil belajar berupa: 1) keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang semuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di sekolah, 2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan berfikir, 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksankan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, 5) Sikap, yaitu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan, serta faktor intelektual.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

E.Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Nurhadi (Rusman, 2011: 189), pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengatkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

(8)

membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, 2) melakukan pekerjaan yang berarti, 3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, 4) bekerja sama, 5) berfikir kritis dan kreatif, 6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, 7) mempunyai standar yang tinggi, 8) menggunakan penilaian autentik.

Tujuh prinsip pada pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu: 1) konstruktivisme (contructivism), merupakan landasan berpikir dalam CTL, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, 2) menemukan (inquiry), merupakan kegiatan inti dalan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil dari menemukan sendiri, 3) bertanya (questioning), merupakan karakteristik utama dalam CTL, kebiasaan untuk bertanya dapat mendorong siswa pada peningkatan kualitas dan produktifitas pembelajaran, 4) masyarakat belajar (learning community), adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya, 5) pemodelan (modelling), tahap ini dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki guru, 6) refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari, 7) penilaian sebenarnya (authentic assessment), adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.

(9)

meningkatnya motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika juga akan meningkat.

Wayne Melville (2009) Contextual Opportunities for Teacher Profesional Learning: The Experience of One Science Department, Teacher professional learning potentially afforded by the contextual change from

professional development to professional learning and comprehension

coordination study with lesson realy wold so comprehension easy and all to the

good (Metode kontekstual dapat meningkatkan profesionalisme belajar dan dapat mengkoordinasikan pemahaman siswa dengan dunia nyata sehingga pelajaran mudah dipahami dan bermanfaat).

Azizah (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan implementasi Cooperatif Learning dengan metode scramble. Motivasi dapat meningkat ditinjau dari adanya keinginan untuk berhasil mengerjakan tugas, suasana belajar yang kondusif sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti. Sutama (2010: 95) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakuakn oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.

(10)

Dialog awal ini dilakukan dengan pertemuan antara peneliti, kepala sekolah dan guru matematika kelas VIII F untuk melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas permasalahan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung yang meliputi cara peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

Perencanaan tindakan dilakukan untuk penyusunan langkah – langkah persiapan tindakan pembelajaran sedangkan pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam tiga putaran. Observasi dilakukan dengan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dikenakan terhadap siswa. Tahap ini berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Refleksi dan evaluasi yang dilakukan adalah diskusi antara peneliti dengan guru matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan. Yang terakhir adalah penyimpulan digunakan untuk pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

(11)

uraian. Tes ini dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada meteri kubus.

Untuk menjamin validitas data menggunakan teknik triangulasi triangulasi penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lain dalam hal ini adalah guru matematika kelas VIII F di SMP Negeri II Tasikmadu yang dapat membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data.

Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan metode alur 1) reduksi data, pada tahap ini peneliti menyeleksi dan merangkum data yang diperoleh berdasarkan fokus kategori maupun pokok permasalahan tertentu yang telah ditetapkan dan dirumuskan, 2) penyajian data, pada tahap ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga dapat menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dalam bentuk gambar/skema, atau tabel yang sesuai dengan kondisi data dan membuat hubungan antara variable, peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian, 3) penarikan kesimpulan (verivikasi), penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Analisis penelitian data ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan.

Hasil dan Pembahasan

(12)

Berdasarkan data pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat adanya peningkatan motivasi belajar bangun kubus dengan metode pembelajaran contextual teaching and learning dalam tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Data Peningkatan Motivasi Belajar Siswa sebelum dan sesudah tindakan No Indikator Motivasi

Belajar Sebelum Penelitian Sesudah Penelitian Putaran I

Putaran III Putaran III

1 2 3 Menjawab pertanyaan Mengerjakan soal di depan kelas

Menanggapi hasil diskusi 10 siswa (31,25 %) 9 siswa (28,13%) 7 siswa (21,88 %) 13 siswa (41,94 %) 11 siswa (35,48 %) 13 siswa (41,94 %) 17 siswa (53,13 %) 19 siswa (59,38 %) 19 siswa (59,38 %) 22 siswa (81,48%) 21 siswa (77,78 %) 21 siswa (77,78 %)

Adapun data hasil peningkatan indikator motivasi belajar yang diamati disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 1

Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Bangun Kubus

dengan Metode Pembelajaran Contextual

Ju m la h S is w a

Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Bangun Kubus

dengan Metode Pembelajaran Contextual

Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Bangun Kubus dengan Metode Pembelajaran Contextual

(13)

Data peningkatan hasil belajar dari sebelum dilakukan tindakan sampai selesai tindakan dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Data peningkatan hasil belajar N o Indikator Hasil Belajar Sebelum Penelitian Sesudah Penelitian Putaran I

Putaran III Putaran III

1 Mendapat nilai di atas KKM

13 Siswa (40,63%)

19 Siswa (61,29%)

27Siswa (84,38%)

26Siswa (96,30%)

Adapun data hasil peningkatan indikator hasil belajar yang diamati disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 2

Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan Hasil pelitian dari putaran I sampai putaran III menunjukkan bahwa 1) kemauan siswa menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa lain mengalami peningkatan. Sebelum tindakan, siswa yang menjawab pertanyaan sebanyak 10 siswa (31,25%). Putaran I meningkat menjadi 13 siswa (41,94%), putaran II meningkat menjadi 17 siswa (53,13%) dan akhirnya pada putaran III mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 22 siswa (81,48%). 2) kemauan

0 5 10 15 20 25 30 Sebelum tindakan

Putaran I Putaran II Putaran III

(14)

mengerjakan soal di depan kelas dari putaran I sampai putaran III juga mengalami peningkatan. Dari sebelum tindakan siswa yang mengerjakan soal di depan kelas sebanyak 9 siswa (28,13%). Pada putaran I meningkat menjadi 11 siswa (35,48%), putaran II meningkat menjadi 19 siswa (59,38%) dan akhirnya pada putaran III mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 21 siswa (77,78%). 3) kemauan menanggapi hasil diskusi, sebelum dilakuakn tindakan siswa yang berani menanggapi hasil diskusi sebanyak 7 siswa (21,88%) setelah dilakukan penelitian mengalami peningkatan. Pada putaran I meningkat menjadi 13 siswa (41,94%), putaran II meningkat menjadi 19 siswa (59,38%) dan akhirnya pada putaran III mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 21 siswa (77,78%). 4) Siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥ 72, Siswa yang mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥ 72 juga mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelum putaran sebanyak 13 siswa (40,63%). Putaran I meningkat menjadi 19 siswa (61,29%), putaran II meningkat menjadi 27 siswa (84,38%) dan akhirnya pada putaran III mengalami peningkatan 96,30%.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan metode pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar bangun kubus yang di perkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Alfu Laila, Noor (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional serta penelitian Purnomo, Yoppy Wahyu (2008) dalam penelitianya menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional, siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi sedang.

(15)

Penutup A.Kesimpulan

Setelah dilaksanakan dan dicermati pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran contextual teaching and learning yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi dan evaluasi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) kemauan menjawab pertanyaan sebelum tindakan 31,25 % setelah tindakan menjadi 81,48 %, 2) kemauan mengerjakan soal di depan kelas sebelum tindakan 28,13 % setelah tindakan menjadi 77,78 %, 3) kemauan menanggapi hasil diskusi sebelum tindakan 21,88 % setelah tindakan menjadi 77,78 %, dan indikator hasil belajar yaitu yang mendapat nilai ≥ KMM sebelum tindakan 40,63 % setelah tindakan menjadi 96,30 %.

B.Saran

(16)

Daftar Pustaka

Alfu Laila, Noor. 2009. “Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar matematika”. Cakrawala Pendidikan. Volume XXVIII Nomor 3.

Azizah. 2010. Implementasi Cooperative Learning dengan Metode Scramble sebagai Usaha untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika. (PTK Kelas VII SMP Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012). Surakarta: FKIP UMS (Skripsi Tidak Diterbitkan).

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Irama Widya.

Fathurohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Galib, L.M. 2002. “Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (SMT) dalam Pembelajaran Sains di Sekolah”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Volume 034.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jonhson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Purnomo, Yoppy Wahyu. 2008. Efektifitas Contextual Teaching and Learning (CTL) Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Matematika diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Matematika, di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Purwanto. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS Press.

Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS dan PTBK. Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.

(17)

Wayne, Melville. 2009. “Contextual Opportunities for Teacher Profesional Learning: The Experimence of One Science Department” ( Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 5: 357-368). Ontario, Canada.

Gambar

Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Bangun Kubus  Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Bangun Kubus  Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Bangun Kubus
Gambar 2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Kualifikasi Nomor : 420/ 01/BAHK/PPBJ ‐ DISPEN/VIII/2013, dengan ini diumumkan kepada seluruh peserta seleksi sederhana paket Pekerjaan Belanja Jasa

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013. 2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

 Given implicit congestion control, by the time dropped cell notification has reached source, 7.2x10 6 bits have.

And the roles of the students are as listener and performer.In teaching recount text, the teacher does not use the text book from Education and Culture Ministry

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk. memperoleh informasi langsung dari

Ide solusi untuk tindak lanjut: franchisee diminta untuk memesan bahan – bahan jauh hari, jadi ada jeda atau sela waktu yang longgar untuk pengiriman bahan .baku,

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech