• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSIPENGARUH PERSEPSI Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di SD Negeri Trimulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2011/ 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSIPENGARUH PERSEPSI Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di SD Negeri Trimulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2011/ 2012."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI TRIMULYO KECAMATAN

JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2011/ 2012

Yuni Setiyo Utomo , A510080288. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : 1) pengaruh persepsi guru rentang peran kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan; 2) pengaruh implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan; 3) pengaruh persepsi guru rentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan penarikan kesimpulan melalui analisis statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD Negeri Trimulyo. Seluruh populasi diteliti sehingga disebut penelitian populasi, sehingga tidak menggunakan teknik sampling. Angket sebelumnya diujicobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, uji F, uji t, uji R2, dan sumbangan relatif dan efektif. Hasil analisis regresi ganda memperoleh persamaan garis regresi: Y = 17,742+ 0,495X1 + 0,577X2. Persamaan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dipengaruhi oleh persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi MBS. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada pengaruh yang signifikan persepsi guru tentang peran kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan SD Negeri Trimulyo. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,115> 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05,

yaitu 0,008. dengan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537%.2) Ada pengaruh yang signifikan implimentasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan SD Negeri Trimulyo. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,748 > 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,013, dengan sumbangan relatif

sebesar 61,3 % dan sumbangan efektif 29,363 %; 3) Ada pengaruh yang signifikan persepi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan . Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji F) diperoleh Fhitung > Ftabel,

yaitu 8,738 > 3,522 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,002. Dengan koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,479. 4) Hasil uji koefisien determinasi (R2) sebesar 0,479 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh antara persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap mutu pendidikan adalah sebesar 47,9% sedangkan 52,1%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

(5)

A.

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan national bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi serta ditingkatkan, khususnya kualitas sumber daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Semua usaha ini akan berhasil jika pihak yang terkait dengan pendidikan akan bekerja sama dan menyatukan visi dan misi yang sama untuk peningkatan mutu pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik karena MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Sekolah merupakan wahana penting dalam pembentukan sumber daya manusia. Kesuksesan untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dari masing-masing kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan pndapat Crawfond (2005:18) yang mengemukakan bahwa “pemimpin yang sukses adalah mereka-mereka yang organisasinya telah berhasil dalam mencapai tujuan.” Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dipengaruhi oleh kemampuan untuk melakukan kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controling) terhadap semua operasional sekolah.

Keberhasilan sekolah dalam meraih mutu pendidikan banyak ditentukan oleh peran kepemimpinan kepala sekolah karena peran kepala sekolah sangat kuat mempengaruhi perilaku guru dan sumber-sumber daya pendukung lainnya.

(6)

sekolah pada tingkat guru ada perbedaan. Hal ini karena tingkat pemahaman yang berbeda dari masing-masing guru dan kepala sekolah. Karena itu diperlukan sosok kepala sekolah yang berkompeten, memiliki sifat kepemimpinan yang baik, dan terampil dalam mengelola sekolah.

SD Negeri Trimulyo sebagai sebuah lembaga pendidikan dikelola dan dikembangkan di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang di bawah naungan pemerintah, maka kebijakan yang dilakukan tentu saja didasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik dalam bidang administrasi, proses pendidikan, proses pengelolaan dan lain sebagainya. Karena orientasi kurikulum sekarang mengacu pada peningkatan kualitas manajemen yang berbasis sekolah, maka penekanan pengembangan yang semula berorientasi pada kuantitas berubah menjadi kualitas, mandiri, dan disentralisasi. Namun realitasnya pihak SD Negeri Trimulyo blum sepenuhnya mampu melaksanakan manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan optimal.

Persepsi guru tentang peran kepala sekolah adalah pandangan atau pendapat guru tentang tugas dan peran yang harus dilaksanakan kepala sekolah kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Seorang guru hendaknya memiliki persepsi yang baik tentang peran kepala sekolah yang memimpinnya agar terjadi kerjasama yang baik antara guru dengan kepala sekolah. Tetapi kadang ada sebagian guru ada yang kurang mempercayai tentang peran kepala sekolah bagi instansi yang dipimpinnya. Baik atau buruknya persepsi guru tentang peran kepala sekolah tergantung dari tindakan nyata yang telah dilaksanakan kepala sekolah guna melaksanakan tugas- tugas tang semestinya dilakukan seorang kepala sekolah.

(7)

kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.

Menurut Sagala (2004: 133)

Manajemen berbasis sekolah merupakan model manajemen yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah. Keputusan sekolah yang diambil harus melibatkan secara langsung semua warga sekolah, yaitu guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa MBS merupakan sebuah strategi untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting memberikan otoritas dari negara dan pemerintah daerah kepada individu pelaksana di sekolah. MBS menyediakan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam proses pendidikan dengan memberi mereka tanggung jawab untuk memutuskan anggaran, personil, serta kurikulum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI (1999: 677), ”Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajad (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya)”. Menurut Hamalik (1990: 33), Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kritria intrisik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni” manusia yang terdidik” sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik” tenaga kerja” yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar

(8)

pendidikan. Keberhasilan sekolah dalam meraih mutu pendidikan yang baik banyak ditentukan melalui peran kepemimpinan kepala sekolah.

Selanjutnya dalam rangka pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sejalan dengan keluarnya UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai Daerah Otonomi, UU No.25 Tahun 2000 tentang Propenas, dan Kepmemdiknas No. 122/U/2001 tentang Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan, Pemuda, dan olah raga tahun 2000-2004, serta UU Sisdiknas Tahun 2003 memberikan landasan hukum yang kuat untuk diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah sebagai sebuah inovasi pendidikan untuk mencapai pendidikan yang lebih sempurna dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Keberhasilan penerapan MBS di sekolah tidak lepas dari kondisi objektif yang mendukung pada saat yang tepat. Elemen-elemen yang mendukung tersebut antara lain: iklim perubahan pemerintahan yang menghendaki transparansi, demokratisasi dan akuntabilitas, desentralisasi dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

B.

Metode Penelitian

(9)

SD Negeri 01 Trimulyo, dan 13 orang di SD Negeri 02 Trimulyo). Menurut Arikunto (2006: 86) menyatakan “Jika subyeknya lebih dari 100, maka sampel penelitian dapat diambil sebanyak 10%-15% dan 20%-25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat tersebut karena jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi diambil sebagai sampel. Dalam penelitian ini tidak digunakan teknik sampling karena seluruh populasi diambil sebagai sampel, atau dapat disebut penelitian populasi.

Untuk mengetahui dan menganalisis masalah yang sedang diteliti, maka diperlukan berbagai data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Sumber data primer diperoleh dari kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden, yaitu untuk mengumpulkan data persepsi guru tentang peran kepala sekolah, penerapan konsep MBS, dan peningkatan mutu pendidikan. Sumber data sekunder diperoleh melalui teknik dokumentasi dan studi pustaka dari buku referensi, jurnal ilmiah, dan arsip sekolah.

C.

Pembahasan Dan Kesimpulan

1. Hubungan Antara Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dengan Peningkatan Mutu Pendidikan

Dari perhitungan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa hasil uji hipotesis pertama diketahui bahwa koefisien arah regresi dari variabel Persepsi guru tentang peran kepala sekolah (b1) adalah sebesar 0,495 atau positif, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan uji keberartian koefisien regesi linear ganda untuk variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah (b1) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,115> 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,008, dengan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537%. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa semakin baik persepsi guru tentang peran kepala sekolah akan semakin tinggi Peningkatan Mutu Pendidikan. Sebaliknya semakin rendah persepsi guru tentang peran kepala sekolah, maka semakin rendah pula peningkatan mutu pendidikan.

2. Hubungan Antara Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dengan Peningkatan Mutu Pendidikan

(10)

sekolah (b2) adalah sebesar 0,577 atau bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh positif terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan. Berdasarkan uji t untuk variabel implementasi manajemen berbasis sekolah (b2) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,748 > 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,013, dengan sumbangan relatif sebesar 61,3 % dan sumbangan efektif 29,363 %. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi implementasi manajemen berbasis sekolah akan semakin tinggi peningkatan mutu pendidikan, demikian pula sebaliknya semakin rendah implementasi manajemen berbasis sekolah akan semakin rendah peningkatan mutu pendidikan.

3. Hubungan Antara Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dengan Peningkatan Mutu Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi linier sebagai berikut Y = 17,742+ 0,495X1 + 0,577X2, berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien regresi dari masing-masing variabel independen bernilai positif, artinya variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Pengujian hipotesis ketiga yaitu uji keberartian regresi linear ganda atau uji F diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 8,738 > 3,522 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,002. Hal ini berarti persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa kecenderungan peningkatan kombinasi persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah akan diikuti Peningkatan Mutu Pendidikan, sebaliknya kecenderungan penurunan kombinasi variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah akan diikuti penurunan peningkatan mutu pendidikan.

(11)

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah memberikan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537 %. Variabel implementasi manajemen berbasis sekolah memberikan sumbangan relatif sebesar 61,3% dan sumbangan efektif 29,363%. Dengan membandingkan nilai sumbangan relatif dan efektif nampak bahwa variabel implementasi manajemen berbasis sekolah.memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap peningkatan mutu pendidikan dibandingkan variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Persepsi guru tentang peran kepala sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,115> 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,008, dengan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537%.

2. Implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,748 > 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,013, dengan sumbangan relatif sebesar 61,3 % dan sumbangan efektif 29,363 %.

3. Persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan , dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis variansi regresi linier ganda (uji F) diperoleh Fhitung > Ftabel, yaitu 8,738 > 3,522 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,002.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, Cet ke-12.

Crawford, Megan, Lesley Kydd and Colin Riches, Leadership and Teams in Educational Management, Terjemahan Erick Dibyo Wibowo, Philadelpia: Open University Press. (http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/08/04/budaya-kerja-organisasi/)

Depdiknas. 2001. MPMBS, Konsep & Pelaksanaan, Jakarta: Dirjen Dikdasmen Hamalik, Oemar. 1990. Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa, Enco. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka ,1999.

Sagala, saiful. 2004. Manajemen Berbesis Sekolah dan Masyarakat: Manajemen Menenangkan Persaingan Mutu. Jakarta PT Nimas Mutlima

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan artikel ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan mengkaji penggunaan bahasa argot yang muncul di dalam novel Une Seconde Chance Karya Patrick Cauvin dengan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2012 tentang organisasi dan Tata Kerja universitas Negeri Malang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OI2

Berdasarkan hasil analisis koresponden, sebaran jenis penyakit karang yang terdapat pada lokasi pengamatan dibagi menjadi 3 kelompok (Gambar 11). Berdasarkan nilai dari analisi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran untuk diperlukan adanya peningkatan variasi waktu, variasi massa, variasi

Dana yang telah dihimpun dalam bentuk deposito tersebut akan dikelola oleh BPR dengan cara menyalurkan kembali dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan sebagai

Pada 8 atau 10MST perlakuan kotoran ayam atau kotoran sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan hasil yang terbaik, hal ini diduga karena pada kotoran sapi dan kotoran

Hasil temuan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) Konsep asam-basa memenuhi semua karakteristik konsep yang dapat dimasukkan ke dalam permainan

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap skor awal dan skor akhir di kelas yang menggunakan pendekatan open-ended dan di kelas yang menggunakan pembelajaran