• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LOYALITAS MEREK PRODUK HANDPHONE MEREK NOKIA (Studi di PT.Garuda Food Putra Putri Jaya ,Gresik ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS LOYALITAS MEREK PRODUK HANDPHONE MEREK NOKIA (Studi di PT.Garuda Food Putra Putri Jaya ,Gresik )."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Manajemen

Di ajukan Oleh:

Yahya Ary Kur niawan 0912015011/FE/EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN` J AWA TIMUR

(2)

Disusun oleh:

Yahya Ary Kur niawan 0912015011/ FE/EM

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

pada tanggal 27 September 2013.

Pembimbing Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra,Ec.Nur Mahmudah.MS Dra,Ec.Nur Mahmudah.MS

195010121985032001 195010121985032001

Dra.Ec.Mei Retno A,Msi Sekretaris

Sugeng Pur wanto,SE,MM Anggota

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional”Veteran”

Jawa Timur

(3)

rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang

berjudul “Analisis Loyalitas merek Pr oduk Handphone mer ek Nokia (Studi

di PT Gar uda Food Putra Putr i J aya ,Gresik)”

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM. Selaku Ketua Program Studi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Bapak Dra.Ec. Nur Mahmudah.MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan

(4)

6. Kepada kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik

moril ataupun material.

7. Kepada istri dan anakku yang tercinta yang telah memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Salam hormat,

Surabaya, September 2013

(5)

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 9

2.2.1.1. Konsep Pemasaran ... 10

2.2.1.2. Pengertian Marketing Mix ... 13

2.3 Merek... ... 14

2.4. Kepercayaan Atas Merek(Trust In brand ) ... 17

2.4.1. Assosiasi Merek ... 19

2.5. Loyalitas Merek ... 21

2.6. Pengaruh Kepercayaan Atas Merek Terhadap Loyalitas Merek ... 22

2.6.1. Pengaruh assosiasi Merek Terhadap Loyalitas Merek 23 2.7. Kerangka Konseptual ... 25

2.8. Hipotesis... 26

(6)

3.3.1. Jenis data ... 31

3.3.2. Sumber Data ... 31

3.3.3. Teknik pengumpulan data ... 31

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32

3.4.1 Analisis Data menggunakan PLS... 34

3.4.2. Outliers ... 38

3.4.3. Evaluasi atas Outlier ... 39

3.4.4. Uji Validitas ... 40

3.4.5. Uji Reliabilitas ... 40

3.4.6. Uji Normalitas ... 41

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity... 42

3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 42

3.4.9. Evaluasi Model ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 46

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.2.1. Penyebaran Kuisioner ... 46

4.2.2. Keadaan Responden ... 47

4.2.3.Deskripsi Variabel brand Characteristic ... 48

4.2.4. Deskrpisi Variabel Company Characteristic ... 50

4.2.5 Deskripsi Consumer Brand characteristic ... 51

4.2.6.Deskripsi Variabel asosiasi merek ... 53

4.2.7.Deskripsi Variabel brand Loyalty ... 55

(7)

4.4. Pembentukan Variabel Laten ... 68

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Tabel 1.1 Tabel market share penjualan handphone ... 2

Tabel 1.2 Tabel market share penjualan handphone wilayah Gresik ... 3

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 48

Tabel 4.4. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai brand characteristic (X1) ... 49

Tabel 4.5. Frekuensi hasil jawaban responden tentang company characrteristic ... 50

Tabel 4.6. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai consumer brand . characteristic ... 52

Tabel 4.7. Hasil jawaban responden mengenai asosiasi merek ... 54

Tabel 4.8. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai brand Loyalty ... 56

Tabel 4.9. Outer Loading ... 61

Tabel 4.10. Average Variance Extracted (AVE) ... 62

Tabel 4.11. Composite Reliability ... 63

Tabel 4.12. Outer weight ... 65

Tabel 4.13. R²(R-square ) ... 67

Tabel 4.14. Inner Weight ... 67

Tabel 4.15. Frekuensi dan Faktor loading variabel karakteristik merek ... 68

Tabel 4.16. Frekuensi dan FaktorLoading Variabel company Characteristic 69 Tabel 4.17 Frekuensi dan Faktor Loading variabel consumer brand Characteristic ... 70

Tabel 4.18. Frekuensi dan Factor Variabel Asosiasi Merek ... 71

(9)

Gambar 3.1. Alur Analisis Penelitian ... 30

(10)

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

(11)
(12)

Yahya Ary Kur niawan

Abstraksi

Di dalam penelitian ini merek produk yang diangkat adalah handphone merek Nokia , kendati Nokia merupakan pemain lama di bidang handphone, tidak menjadi jaminan bahwa Nokia akan menjadi market leader , banyaknya muncul pesaing di bidang industri telekomunikasi menjadikan Nokia harus terus berinovasi untuk dapat bertahan dari serangan dari kompetitornya. Merek yang tergolong sudah lama bermain di kancah pasar handphone ini mengalami penurunan dalam menguasai market share produk handphone . Kecenderungan market share dari tahun 2009 mengalami penurunan , hal ini dapat di lihat dengan tergesernya Nokia oleh pesaing kuatnya yaitu Samsung yang menjadi market leader.Trend ini menggugah peneliti untuk mencari tahu apakah brand Nokia telah di tinggalkan oleh pelanggannya?

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.Garuda Food Putra Putri Jaya yang membeli dan memakai produk handphone Nokia . Sampel yang diambil adalah sebesar 119 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis data yang dipergunakan adalah Partial Least Square .

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa : 1).Faktor Trust in a Brand berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Loyalty, tidak dapat diterima. 2). Faktor Brand Association berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Loyalty, dapat diterima.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kondisi persaingan ekonomi perdagangan yang semakin ketat berakibat

semakin banyak dan beragam produk yang ditawarkan atau dijual ke pasar.

Konsumen sebagai sasaran produk perusahaan, senantiasa menentukan sendiri apa

yang ingin dibeli dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya. Persaingan di

pasar Handphone Indonesia memang sangat ketat.Berbagai macam merek

handphone beredar di indonesia dari merek yang sudah lama bermain hingga

merek dari lokal asia, seperti Nokia, Samsung , Sony, Motorola,Cross, Titan,

Blackbery,LG dan banyak lagi.Tingkat penjualan dari tahun ke tahun pasar

handphone selalu fluktuatif tergantung dari selera, trend , dan fitur fitur yang di

tawarkan oleh vendor handphone.Penjualan handphone juga di picu dengan

meningkatnya pengguna internet di Indonesia yang cenderung naik 30% dari

tahun 2012, di mana pengguna handphone memakai handphone yang di miliki

sebagai sarana berkomunikasi juga sebagai sarana akses ke dunia maya, atau

jejaring internet misal untuk keperluan dari hal tagihan,banking, streaming, atau

berinteraksi di sosial media

Adalah Nokia pemain lama di Indonesia yang menawarkan produk

handphone dari type yang sederhana hinga type smart phone.Berbagai guncangan

dan ancaman dari merek lain sempat menurunkan penjualan Nokia di 2 tahun

(14)

Tabel 1.1

Tabel m ar ket share penjualan handphone

Sam sung 315052,2 17,70% 384631,2 22,00%

No kia 422478,3 23,80% 333938 19,10%

Apple 89263,2 5,00% 130133,2 7,50%

ZTE 56881,8 3,20% 67344,4 3,90%

LG 86370,9 4,90% 58015,9 3,30%

Huaw ei 40663,4 2,30% 47288,3 2,70%

TCL 34037,5 1,90% 37176,6 2,10%

Blackbery 51541,9 2,90% 34210,3 2,00%

M ot orola 40269,1 2,30% 33916,3 1,90%

HTC 43266,9 2,40% 32121,8 1,80%

Ot hers 595886,9 33,60% 587399,6 33,60%

TOTAL 1775712 100,00% 1746175,6 100,00%

19,1%.Fluktuatif market share dapat di pengaruhi berubahnya trend dan perilaku

konsumen untuk pengguna handphone dan juga tingkat kepuasan dari pengguna

handphone itu sendiri.Dari kalangan pelajar hingga karyawan biasa sampai

profesional memiliki selera yang berbeda dalam memilih tipe handphone yang

akan di gunakan, berdasarkan kriteria masing –masing dari kebutuhan pembeli

Hal ini juga terlihat dari market share di wilayah Gresik di mana produk

handphone Nokia mengalami penurunan dari 17,62% turun menjadi 14,82% di

(15)

Tabel1.2

Tabel market share penjualan handphone w ilayah Gresik

COM PANY

Dari data di atas dapat di simpulkan Nokia mengalami trend penurunan Hal ini

berbanding lurus dengan market share di pasar nasional Indonesia mengalami

trend yang cenderung menurun untuk market share Nokia di mana pada tahun

2009 dan 2010 Nokia masih menjadi market leader untuk pasar handphone yaitu

sebesar 36 %.Trend yang cenderung ini menarik penulis untuk memahami apa

sebenarnya yang terjadi, apakah loyaitas pengguna Nokia dari tahun ke tahun

mengalami perubahan .

Dalam memahami perilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen

mempunyai sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang

tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya

yang berakibat langsung terhadap perilaku konsumen. Faktor eksternal yang

(16)

ada pada diri konsumen itu sendiri (psikologis) yang meliputi: belajar,

kepribadian, dan konsep diri,serta sikap (Stanton,1996:155).

Selain itu sebuah merek suatu produk memegang peranan penting dalam

mempengaruhi keputusan pembelian yang akan menentukan tindakan konsumen

setelah melakukan pembelian dengan menunjukan perilaku apakah terus

menggunakan, apakah akan merekomendasikan ke orang lain dan melakukan

pembelian ulang,dan berkembang menjadi suatu kesetiaan kepada merek

tertentu.Sebagai suatu identifikasi, suatu merek (brand) terdiri dari unsur nama

(brand name), yaitu bagian yang dapat diucapkan dan bagian merek yang tidak

dapat diucapkan dan bagian desain atau suatu pengepakan yang unik. Aaker

(1997:9) mendefinisikan merek sebagai nama atau simbol yang bersifat

membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan

mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok

penjual tertentu untuk membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh

para kompetitor. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen

maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk yang

identik.

Menurut Aaker,(1991:112) menyatakan bahwa assosiasi merek dapat

mempengaruhi seseorang atau konsumen terhadap kesetiaan merek, kesetiaan

merek yang tinggi memberikan komitmen atas konsumen atau pelanggan yang

kuat atas merek dalam melakukan pembelian.Oleh sebab itu produsen harus dapat

membaca perubahan perilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni

dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan

(17)

ada, tetapi hanya beberapa saja.Salah satunya adalah merek terkenal seperti Nokia

yang menjadi salah satu pilihan konsumen pengguna handphone saat ini.

Handphone merek Nokia memiliki kualitas yang berstandar internasional yang

memiliki fitur fitur yang mampu memanjakan penggunanya, baik dari segi OS,

layanan Kamera, pemutar Musik dan video hingga kemampuan untuk meramban

di internet.Kini handphone sudah menjadi barang konsumsi dan bukan menjadi

barang yang mewah dan menjadi tuntutan bagi masyarakat saat ini , khususnya

bagi karyawan PT.Garuda Food Putra Putri Jaya.Jika ada karyawan yang tidak

memiliki handphone maka sudah di anggap ketinggalan jaman, dan dengan

memiliki handphone dengan merek Nokia masih menjadi prestige tersendiri bagi

penggunanya .Dari hasil observasi di lingkungan karyawan Garuda Food selama 6

bulan di dapati bahwa pengguna handphone sebagian besar di dominasi oleh

merek handphone Samsung, Sony , dan Nokia yang cenderung kurang di minati

oleh karyawan.

Oleh karena itu dari uraian di atasi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Analisis Loyalitas merek Pr oduk Hand phone merek

Nokia(studi di PT.Gar uda Food putr a Putr i J aya ,Gresik)” .

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah kepercayaan atas merek berpengaruh terhadap loyalitas merek produk

Handphone merek Nokia?.

(18)

2. Apakah asosiasi merek berpengaruh terhadap loyalitas merek produk

Handphone merek Nokia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan atas merek terhadap loyalitas

merek produk handphone merek Nokia.

2. Untuk menganalisis pengaruh asosiasi merek terhadap loyalitas merek

produk Handphone merek Nokia

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Memberikan data, informasi dan gambaran serta masukan yang berguna

untuk peningkatan penjualan terkait gambaran perilaku konsumen,

khususnya pengguna handphone merek Nokia

2. Bagi pihak lain yang membutuhkan

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang

membutuhkan informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga bisa

memberi solusi mengatasi masalah yang ada.

(19)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah

dilakukan oleh Penelitian selanjutnya dilakaukan oleh Indriyani, (2004) dengan

judul “Loyalitas Merek Sebagai Dasar Strategi Penentuan Harga” Dalam

penelitian ini permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1).Apakah

loyalitas dapat digunakan sebagai penentuan harga di dalam pasar? Teknik

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda.

Kesimpulan penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki sensitifitas

loyalitas terhadap perubahan harga, dan juga strategi penentuan harga untuk

masing-masing tingkatan loyalitas, dengan didahului oleh pengukuran tingkat

loyalitas itu sendiri pada merek-merek tertentu yang akan ditentukan sebagai

sampel. Berdasarkan maksud tersebut maka dapat dirumuskan masalah

faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap loyalitas merek, apakah perubahan

harga berpengaruh pada loyalitas merek, sejauh manakah sensitifitas loyalitas

merek terhadap perubahan harga dan strategi penentuan harga.

Penelitian selanjutnya Riana, (2008). Dengan judul ”Pengaruh trust in a

brand terhadap brand loyalty pada konsumen air minum aqua di kota Denpasar”.

Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 Tahun 2008. Dalam penelitian ini

(20)

characteristic, company characteristic, dan consumerbrand characteristic secara

bersama sama berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty pada konsumen air

minum Aqua? .(2) .Apakah variabel brand characteristic, company characteristic,

dan consumer–brand characteristic secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

brand loyalty pada konsumen air minum Aqua serta variabel mana yang

berpengaruh dominan?. Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah: Metode Suksesif Interval Sebelum melakukan analisis regresi berganda,

tahap awal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data dengan mengubah

data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan metode suksesif interval

kemudian dilanjutkan dengan menggunakan analisis regresi liniear berganda.

Kesimpulan : 1). Secara bersama-sama variabel trust in a brand yang

meliputi brand characteristic (X1), company characteristic (X2), dan

consumerbrand characteristic (X3) mempengaruhi brand loyalty. 2).Secara

parsial variabel trust in a brand yang meliputi brand characteristic, company

characteristic, dan consumer–brand characteristic berpengaruh signifikan

terhadap brand loyalty. Brand characteristic (X1) secara signifikan berpengaruh

terhadap brand loyalty.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, Maylina dan Herizon,(2003) dengan

judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Merek Terhadap

Merek Pada Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Di Surabaya”. permasalahan yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :1), apakah fakor-faktor yang meliputi

satisfaction, habitual behaviour, commitment, liking of the brand secara

(21)

fakor-faktor yang meliputi satisfaction, habitual behaviour, commitment, liking of

the brand secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesetiaan

merek?. Alat Analisis dan kesimpulan: analisis menggunakan regresi linear

berganda dan diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang meliputi

satisfaction, habitual behavior, commitment dan liking of the brand secara

bersama-sama maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesetiaan

merek pada konsumen pasta gigi pepsodent di Surabaya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cahyadi dan Astuti, (2007) dengan

judul penelitian ”Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri

Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda”.

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah elemen ekuitas

merek yang terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas, assosiasi merek dan

loyalitas merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan di Surabaya atas

keputusan pembelian sepeda motor Honda?. Kesimpulan bahwa kesadaran merek,

kesan kualitas, assosiasi merek dan loyalitas merek baik secara simultan atau

pasrial berpengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri pelanggan di Surabaya

atas keputusan pembelian sepeda motor Honda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial

yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang

(22)

Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran

adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan

dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi

gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi

sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan

hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan

konsumen.

2.2.1.1. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci

untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam

memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan

dan keinginan pasar sasaran.

Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan

terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen.

Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah

(23)

syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler

(1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan

penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif

dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai

dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan

menjadi tiga elemen pokok, yaitu :

a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya

memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih

banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai

penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang

benar-benar ingin memperhatikan konsumen, anatar lain :

• Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang

akan dilayani dan dipenuhi.

• Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

• Menentukan produk dan program permasalahannya.

• Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai

dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.

(24)

beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang

menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh

dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat

tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat

memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat

rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan

pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan

kepuasan pada konsumen.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam

pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehingga tujuan

perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang

menjadi keputusan.

Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18)

adalah sebagai berikut:

a. Konsep pejualan

1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.

2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya

(25)

b. Konsep pemasaran

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.

2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk

tersebut.

2.2.1.2. Pengertian Marketing Mix

Merupakan variabel-variabel yang dipakai oleh perusahaan sebagai

sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen.

Menurut Swastha (1979 : 42) marketing mix adalah kombinasi dari empat

variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan

yang terdiri dari :

a. Produk

Dalam pengelolaannya perlu adanya perencanaan dan pengembangan

produk

atau jasa untuk dipasarkan, selain itu keputusan-keputusan yang perlu

diambil menyangkut masalah pembelian merek, pembungkusan, warna

dan bentuk produk lainnya.

b. Harga

Dalam kebijaksanaannya manajemen harus menentukan harga dasar

dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan menyangkut

potongan harga, pembayaran ongkos kirim dan hal-hal lain yang

(26)

c. Promosi

Promosi ini dipakai untuk memberi tahu dan mempengaruhi pasar bagi

produk perusahaan yang termasuk kegiatannya adalah periklanan,

personal selling, promosi penjualan, publisitas.

d. Distribusi

Tugas dari distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan

dalam saluran distribusi, serta mengembangkan sistem distribusi secara

fisik menangani dan mengangkut produk supaya dapat mencapai pasar

yang dituju tepat pada waktunya.

Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang

mana keempat variabel tersebut saling berhubungan atau saling mempengaruhi

agar perusahaan tersebut dapat melakukan tugas pemasarannya seefektif mungkin.

Jadi perusahaan tersebut tidak hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik

saja, tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam variabel dari marketing

mtx tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.

2.3 Merek

Sebagai suatu identifikasi, suatu merek (brand) terdiri dari unsur nama

(brand name), yaitu bagian yang dapat diucapkan dan bagian meerk yang tidak

dapat diucapkan dan bagian desain atau suatu pengepakan yang unik. Aaker

(1997:9) mendefinisikan merek sebagai nama atau simbol yang bersifat

membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan

mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok

(27)

para kompetitor. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen

maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk yang

identik.

Sebuah merek yang baik (Kotler, 1997:70) harus mempunyai karakteristik,

yaitu:

a. Harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk.

Produk harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk tersebut

misalnya dari nama produknya.

b. Harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.

Merek yang singkat tentu lebih mudah untuk diingat dan diucapkan.

c. Harus mempunyai ciri yang khas.

Nama yang khas akan lebih menjadi pembeda dari nama yang bersifat

umum dan karenanya akan lebih berpeluang menonjolkan produk yang

menyandang nama tersebut.

d. Harus tidak berarti buruk di negara dan bahasa lain.

Merek harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa lain dan mudah

diucapkan dalam sebuah bahasa, tidak mengandung arti negatif bagi

masyarakat tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah merek tidak hanya

sekedar nama atau simbol, tetapi merek pada dasarnya mencerminkan janji

penjual untuk konsisten memberikan feature, benefits, services, dan jaminan

(28)

2.4. Kepercayaan Atas Merek (Trust In A Brand)

Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat diperoleh

tanpa penjelasan mengenai kepercayaan atas merek (trust in a brand) dan

bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran industri, para

peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier

merupakan sumber dari loyalitas. Menurut Lau dan Lee (1999: 44), terdapat tiga

faktor yang mempengaruhi kepercayaan atas merek. Ketiga faktor ini

berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan

konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan

pembuat merek, dan konsumen.

Selanjutnya Lau dan Lee memproposisikan bahwa kepercayaan atas merek

akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan

kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai berikut. Brand characteristic

mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan

konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen

melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang berkaitan

dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan

kompeten. Company characteristic yang ada di balik suatu merek juga dapat

mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.

Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk

merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap merek suatu produk.

Karakteristik ini meliputi pengetahuan konsumen tentang perusahaan,

(29)

Consumer-brand characteristic merupakan merupakan dua kelompok yang saling

mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen akan merek dapat

mempengaruhi kepercayaan atas merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan

antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap

merek, dan pengalaman terhadap merek. Konsep diri merupakan totalitas

pemikiran dan perasaan individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga

sering kali dalam konteks pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang.

Suatu merek dapat memiliki kesan atau kepribadian. Kepribadian merek adalah

asosiasi yang terkait dengan merek yang diingat oleh konsumen dan konsumen

dapat menerimanya. Konsumen seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olah

merek tersebut adalah manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep diri

konsumen dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan kepercayaan

konsumen terhadap merek tersebut.

Loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran

perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah

dibandingkan dengan mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas merek yang tinggi

dapat meningkatkan perdagangan. dan menarik minat pelanggan karena mereka

memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek minimal dapat mengurangi

risiko. Keuntungan lain yang didapat dari loyalitas merek adalah perusahaan dapat

lebih.cepat untuk merespon gerakan pesaing

Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki oleh suatu

kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan daya tarik. Untuk

(30)

kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk membuka hubungan dengan suatu

merek, maka konsumen harus menyukai dahulu merek tersebut.

Adapun dimensi dan indikator dari (Trust In A Brand) adalah sebagai

berikut: Riana, (2008).

1. Brand characteristic mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu

merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum

membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek

meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten.

- Dapat diramalkan

- Mempunyai reputasi

- Kompeten

2. Company characteristic yang ada di balik suatu merek juga dapat

mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.

Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu

produk.

- Pengetahuan konsumen tentang perusahaan

- Motivasi perusahaan yang diinginkan

- Integritas perusahaan

3. Consumer-brand characteristic merupakan merupakan dua kelompok yang

saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen – merek dapat

mempengaruhi kepercayaan terhadap merek.

(31)

- Kesukaan terhadap merek

- Pengalaman terhadap merek

2.4.1 Asosiasi Merek (Brand Association)

Pengertian asosiasi merek menurut Aaker dalam Rangkuti (2002) adalah

segala hal yang berkaitan dengan ingatan merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis,

namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan

lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengkonsumsinya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai

sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak

konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung

memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut dengan

kepribadian merek (brand personality).

Brand association, adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan

mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki

suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila

dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengko-munikasikannya.Kusno,Radityani dan Kristanti,(2007:43). Selanjutnya apabila

konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek

pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat

membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu, yang disebut dengan loyalitas

merek (brand loyalty).

Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi suatu perusahaan dan

(32)

untuk membedakan merek yang satu dari merek yang lain. Proses penciptaan nilai

asosiasi merek tersebut dapat dilihat pada gambar

Gambar: 1 Asosiasi terhadap merek

Sumber: Rangkuti (2002)

Adapun indikator dari assosiasi merek adalah sebagai berikut: Palupi,

(2002) dalam cahyadi dan Astuti,(2007:152).

1. Memiliki inovasi produk dan teknologi

2. Memiliki kemasan produk yang mudah diingat

3. Mudah tempat penyimpanannya

4. Terkenal mereknya

5. Memiliki harga yang mudah dijangkau bagi konsumen.

Membuat proses / penyusunan

Diferensiasi / Posisi

Basis perluasan Alasan untuk membeli

Menciptakan sikap/ perasaan positif

(33)

2.5. Loyalitas Merek

Aaker, (1996:5) menyatakan bahwa kesetiaan merek adalah sebagai suatu

faktor yang penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek. Nilai penting dari

merek tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan dari barang dan jasa

yang ditawarkan lebih baik dari yang ditawarkan para pesaing. Lebih jauh dari itu,

Aaker berpendapat bahwa kesetiaan konsumen atau pelanggan terhadap merek

memiliki nilai strategi bagi perusahaan, antara lain mengurangi biaya pemasaran,

keuntungan dalam trade leverage, menarik minat konsumen, dapat memberikan

keuntungan waktu untuk merespon terhadap pesaing.

Loyalitas didefinisikan oleh Dick dan Basu dalam darsono dan Dharmesta,

(2005:289) sebagai “Customer loyalty is viewed as the strength of the relationship

between individually relative attitude and repeat patronage”. Hal ini berarti

loyalitas individu ditentukan oleh kekuatan hubungan antara sikap relative

merpresentasikan loyalitas kesikapan individu terhadap merek tertentu dengan

kesikapan individu. Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmesta (1999) yang

mengutip bahwa loyalitas merek sebagai “kondisi dimana konsumen mempunyai

sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut

dan bermaksud menerangkan pembeliannya di masa mendatang”.

Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dn Chesnut (1978)

dalam Dharmmesta (1999) sebagai berikut:

1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek tertentu yang

menjadi minatnya,

(34)

3. Pembelian ulang merek utama dari nonloyal, dan

4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal dan non

loyal merek lain

Kosumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola

pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian. Loyalitas

merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis secara total agar

tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan

(Dharmmesta, 1999).

Adapun indikator dari loyalitas konsumen adalah sebagai berikut: Cahyadi

dan Astuti, (2007:152).

1. Terus menggunakan produk

2. Merekomendasikan kepada orang lain

3. Tidak terpengaruh oleh promosi merek lainnya

2.6. Pengaruh Kepercayaan Atas Merek (Trust In A Brand) Terhadap

Loyalitas Merek

Agar tampil menjadi yang terbaik, tentu suatu merek harus terlihat seksi di

pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik membelinya. Agar terlihat seksi,

merek tersebut harus memiliki costumer value jauh di atas merek-merek yang

lain. Selain itu, harus mampu meningkatkan keterlibatan emosi pelanggan

sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan terhadap merek tersebut.

Konsep trust (kepercayaan) menjadi suatu isu yang populer dalam bidang

pemasaran dengan munculnya orientasi relasional dalam aktivitas pemasaran.

(35)

merupakan atribut terpenting yang dimiliki oleh merek. Para peneliti pemasaran

menyatakan bahwa trust merupakan faktor fundamental yang dapat

mengembangkan loyalitas konsumen.

Adanya kepuasan pada konsumen akan menimbulkan kepercayaan, karena

adanya konsistensi merek dalam memenuhi harapan konsumen Di samping itu,

merek yang dipilih dapat melindungi, menjaga keselamatan, keamanan, dan

kepentingan konsumen. Dengan demikian, keyakinan mengenai keandalan dan

kenyamanan merupakan hal yang penting dari trust (kepercayaan).Riana,

(2008:185).

Berdasarkan uraian di atas dapat disumpulkan bahwa kepercayaan atas

merek berpengaruh positif terhadap kesetiaan merek artinya bahwa kepercayaan

atas merek memberikan faktor fundamental yang kuatt bagi konsumen yang

hendak membeli suatu produk sehingga loyalitas konsumen dapat terbentuk.

2.6.1. Pengar uh Assosiasi Merek Terhadap Loyalitas Merek

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.

Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, Merek-merek lebih dari sekadar

simbol (Rangkuti, 2002:3). Merek memberikan kesan dan ingatan yang nantinya

dapat membangkitkan ingatan kosnumen untuk kembali mengingatnya.

Menurut Aaker dalam Rangkuti (2002) Asosiasi merek adalah segala hal

yang berkaitan dengan ingatan merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga

memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat

(36)

bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merek berperan penting

sebagai sarana identifikasi produk perusahaan, sarana dalam menciptakan

assosiasi dan makna unik, sarana keunggulan kompetitif. Sedangkan bagi

konsumen merek berperan krusial sebagai identifikasi sumber produk, penetapan

tanggung jawab, pengurang resiko, janji atau ikatan khusus dengan merek produk

tersebut yang memproyeksikan signal dari suatu kesetiaan akan merek. Tjiptono,

(2008:348).

Menurut Aaker,(1991:112) menyatakan bahwa asosiasi merek dapat

mempengaruhi seseorang atau konsumen terhadap kesetiaan merek, kesetiaan

merek yang tinggi memberikan komitmen atas konsumen atau pelanggan yang

kuat atas merek dalam melakukan pembelian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asosiasi merek

berpengaruh positif terhadap kesetiaan merek artinya bahwa assosiasi

memberikan ingatan dan kekuatan yang kuat bagi konsumen yang hendak

(37)

2.7 Ker angka Konseptual

Loyalitas Merek

(Y)

Asosiasi Merek

(Z) Trust In A

Brand (X)

Consumer Brand Characteristic

(X1) Company characteristic

(X1) Brand Characteristic

(38)

2.8. Hipotesis

1. Diduga bahwa kepercayaan atas merek berpengaruh positif terhadap loyalitas

merek produk handphone Merek Nokia.

2. Diduga bahwa asosiasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek

(39)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoperasiaan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi

variabel-varibel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepercayaan Atas Merek (Trust In A Brand) (X) adalah menyangkut

kepercayaan, konsistensi, dan harapan. baik bagi konsumen maupun produsen

dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya, bagi produsen, merek

dapat membantu upaya untuk membangun komitmen yang berkelanjutan

dengan konsumen. Adapun dimensi dan indikator dari trust in a brand adalah

sebagai berikut:

a. Brand characteristic (X1) mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu

merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum

membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek

meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten.

- Dapat diramalkan (X1.1), merek tersebut dapat diprediksi karena

memiliki ekspetasi positif

- Mempunyai reputasi (X1.2), dapat diandalkan dan memenuhi harapan

(40)

- Kompeten (X1.3), mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

oleh konsumen

b. Company characteristic (X2) yang ada di balik suatu merek juga dapat

mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.

Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu

produk.

- Pengetahuan konsumen tentang perusahaan (X2.1), merupakan informasi

mengenai identitas perusahaan kepada konsumen

- Motivasi perusahaan yang diiginkan (X2.2), merupakan faktor penting

dalam menjalani hubungan yaitu antara merek dengan konsumen.

- Integritas suatu perusahaan (X2.3), persepsi konsumen yang melekat

pada sekumpulan dari prinsip-prinsip yang dapat diterima

c. Consumer-brand characteristic (X3) merupakan merupakan dua

kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik

konsumen – merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek.

- Emosional konsumen dengan kepribadian (X3.1), merupakan penilaian

personality fisik merek yang dinilai sama dengan self image konsumen.

- Kesukaan terhadap merek (X3.2), untuk mengawali suatu hubungan maka

konsumen harus suka terhadap merek produk yang dibeli.

- Pengalaman terhadap merek( X3.3), konsumen belajar dari pengalaman

masa lalunya, dan dimasa datang yang kemudian akan memahaminya.

2. Assosiasi Merek (Z) adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai

(41)

tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila

dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengko-munikasikannya. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Memiliki inovasi produk dan teknologi (Z1), proses pengembangan dan

diversifikasi produk.

b. Memiliki kemasan produk yang mudah diingat (Z2), merek produk

memiliki bentuk kemasan dalam setiap produknya yang memberikan

karakteristiknya.

c. Mudah tempat penyimpanannya (Z3), kemudahan dalam tempat

penyimpanan

d. Terkenal mereknya (Z4), merupakan merek produk legendaris

e. Memiliki harga yang mudah dijangkau bagi konsumen (Z5), harga yang

dijual kepada konsumen mampu untuk di beli.

3. Loyalitas Merek (Y) adalah kondisi dimana konsumen mempunyai sikap

positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan

bermaksud menerangkan pembeliannya di masa mendatang. Adapun

indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Terus menggunakan produk (Y1), konsumen yang setia mereka akan

menggunakan terus produk tersebut.

b. Merekomendasikan kepada orang lain (Y2), ketika merek produk tersebut

memiliki manfaat maka konsumen akan merekomendasikan kepada orang

lain.c. Tidak terpengaruh oleh promosi merek lainnya (Y3), konsumen

(42)
(43)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan skala interval dengan pembobotan skala likert (likert scale). skala

likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang tentang fenomena yang terjadi. Dengan skala likert, maka variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat

berupa pernyataan dan pertanyaan.

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

Keterangan :

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Netral

4 = Setuju

5 = Sangat setuju

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang menggunakan produk

handphone merek Nokia di PT.Garuda Food Putra Putri Jaya,Gresik .

b. Sampel

Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non

Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan

(44)

sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel.

Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) Laki-laki atau wanita bekerja di PT Garuda

Food putra –putri Jaya, Gresik 2). Berusia minimal 18 tahun. (3).Pernah

membeli lebih dari 2 kali dan saat ini menggunakan handphone merek Nokia

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200

sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10

kali jumlah parameter yang diestimasi

- Karena terdapat 17 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah (17X7 = 119) maka sampel yang digunakan adalah sebesar 119

responden. Menurut Ferdinand (2002:48).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada karyawan PT.Garuda Food Putra Putri Jaya yang

(45)

b. Data Sekunder

Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan

dalam hal ini Nokia . Data ini antara lain berupa data perusahaan dan

gambaran umum tentang produk handphone merek Nokia .

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung dari karyawan PT.Garuda Food yang memakai produk Handphone

Nokia dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada objek penelitian dalam hal ini ,

karyawan PT Garuda Food yang memakai handphone merek Nokia untuk

mendapatkan bukti - bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada karyawan PT Garuda Food Putra Putri Jaya, Gresik yang

memakai handphone merek Nokia untuk diisi agar memperoleh jawaban

(46)

3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Analisis Data Menggunakan Partial Least Square (PLS).

Partial Least Square (PLS) menurut Wold merupakan metode analisis

yang powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. PLS sebagai

teknik analisis data dengan software SmartPLS versi 2.0.M3. Metode PLS

mempunyai keunggulan tersendiri diantaranya:

§ Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala

kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang

sama),

§ Ukuran sampel tidak harus besar. Walaupun PLS digunakan untuk

mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada

atau tidaknya hubungan antara variabel laten.

§ PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan

indikator refleksif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin

dijalankan dalam Structural Equation Model (SEM) karena akan terjadi

unidentified model.

PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambarannya, yaitu:

a. Model Indikator Refleksif

Model Indikator Refleksif sering disebut juga principal factor model

dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk

laten atau mencerminkan variasi dari konstruk laten. Pada Model

(47)

dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator, model ini

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan

mempengaruhi perubahan pada indikator. Model Indikator Refleksif

harus memiliki internal konsistensi oleh karena semua ukuran

indikator diasumsikan semuanya valid indikator yang mengukur suatu

konstruk, sehingga dua ukuran indikator yang sama reliabilitasnya

dapat saling dipertukarkan. Walaupun reliabilitas (cronbach alpha)

suatu konstruk akan rendah jika hanya ada sedikit indikator, tetapi

validitas konstruk tidak akan berubah jika satu indikator dihilangkan.

b. Model Indikator Formatif

Model Formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi

oleh konstruk tetapi mengasumsikan semua indikator mempengaruhi

single konstruk. Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke

konstruk laten dan indikator sebagai grup secara bersama-sama

menentukan konsep atau makna empiris dari konstruk laten. Oleh

karena diasumsikan bahwa indikator mempengaruhi konstruk laten

maka ada kemungkinan antar indikator saling berkorelasi, tetapi

model formatif tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator

atau secara konsisten bahwa model formatif berasumsi tidak adanya

hubungan korelasi antar indikator, karenanya ukuran internal

konsistensi reliabilitas (cronbach alpha) tidak diperlukan untuk

menguji reliabilitas konstruk formatif. Kausalitas hubungan antar

(48)

memiliki internal konsistensi yang rendah (cronbach alpha), untuk

menilai validitas konstruk perlu dilihat variabel lain yang

mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari

konstruk laten, peneliti harus menekankan pada nomological dan atau

criterion-related validity. Implikasi lain dari Model Formatif adalah

dengan menghilangkan satu indikator dapat menghilangkan bagian

yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari konstruk.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah PLS dengan

pertimbangan karena adanya dua indikator yang berbeda dalam satu

model yaitu indikator refleksif (pada konstruk budaya perusahaan dan

motivasi) dan indikator formatif (pada konstruk kepuasan kerja) dalam

satu pemodelan persamaan struktural.

Analisis data dan pemodelan persamaan struktural dengan menggunakan

software PLS, adalah sebagai berikut :

1. Merancang Model Struktural (Inner Model)

Inner Model atau Model Struktural menggambarkan hubungan antar

variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Perancangan

Model Struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada

rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

2. Merancang Model Pengukuran (Outer Model)

Outer Model atau Model Pengukuran mendefinisikan bagaimana

setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya.

(49)

masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif,

berdasarkan definisi operasional variabel.

3. Estimasi : Weight, Koefisien Jalur, dan Loading

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode

kuadrat terkecil (least square methods).

Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan

berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.

Proses iterasi yang dilakukan PLS terdiri dari tiga tahap, yaitu :

- Iterasi pertama menghasilkan weight estimate yang dilakukan

dalam iterasi algoritma. Weight estimate digunakan sebagai

parameter validitas dan reliabilitas instrumen.

- Iterasi kedua menghasilkan inner dan outer model. Inner model

digunakan sebagai parameter signifikansi dalam pengujian

hipotesis sedangkan outer model digunakan sebagai parameter

validitas konstruk (reflektif dan formatif).

- Iterasi ketiga menghasilkan skor mean dan konstanta variabel laten

yang digunakan sebagai parameter, sifat hubungan kausalitas dan

rerata nilai sampel yang dihasilkan.

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu:

a. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel

laten.

b. Path estimate yang menghubungkan antar variabel laten dan

(50)

c. Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep)

untuk indikator dan variabel laten.

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji

unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model

pengukuran dengan contoh variabel loyalitas merek akan nampak sebagai berikut:

Gambar 3.2 : Contoh Model PengukuranLoyalitas merek

Keterangan :

Y1.1 = pertanyaan tentang Terus menggunakan produk

Y1.2 = pertanyaan tentang Merekomendasikan kepada orang lain

Y1.3 = pertanyaan tentang Tidak terpengaruh oleh promosi merek lainnya

er_j = error term X1j

3.4.2. Outlier s

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik

secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik

unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi

lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui

munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat

kategori.

Loyalitas Merek

(Y)

(Y1)

(Y2)

(Y3)

Er_1

Er_2

(51)

• Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam

memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik

80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban

responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah

nilai ekstrim.

• Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang

memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti

mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.

• Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak

dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai

ekstrim itu.

• Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila

dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau

sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.3. Evaluasi atas outliers

Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier

Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar

jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah

(52)

3.4.4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan

dengan cara mengkorelasiakn antar skor item dengan skor total item. Dalam hal

ini koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of

significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai

pembentukan indikator.

Y = total tanggapan responden seluruh pertanyaan

n = jumlah responden

3.4.5. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal

dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana

masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang

(53)

Construct-reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus:

Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator (diambil dari computer, AMOS 4.01, dengan melihat nilai

estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap

butir sebagai indikatornya. Sementara εj dapat dihitung dengan formula:

j

ε = 1- (Standardize Loading)2

Secara umum,nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70

dan variance extracted ≥ 0,5 ( Hair et. al., 1998 ).

3.4.6. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam

analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah

adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang

biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.

Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan

melalui rumus berikut ini :

=

(54)

Bila nilai –z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa

distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan

tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih

besar dari ±2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari

distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan

adalah nilai kritis sebesar ±1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak

pada tingkat signifikasi 0.05 (5%) Sumber ( Ferdinand Augusty 2002 : 95 )

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan

singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati

determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil

mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak

dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. (Ferdinand Augusty 2002

: 108).

3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.9. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan

(55)

menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut

mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF

FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya

sample dan kerumitan model. ≥ 0,95

Sumber : Hair et.al., [1998]

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood

ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang

digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik

chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan

dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil

nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan

dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,

(56)

sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil

maupun yang terlalu besar.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of

APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi

chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians

sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI

adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJ UST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila

AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun

AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians

alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan

sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai

(57)

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.

Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya

sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang

dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif

yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks

kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai

yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin

mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini

besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan

Gambar

Tabel market share penjualan handphone
Tabel market share penjualan handphone wilayah Gresik
Gambar 3.2 :  Contoh Model Pengukuran Loyalitas merek
Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada sesuatu yang sempurna. Mungkin itulah filsafat yang perlu kita anut, sehingga kita tidak akan merasa puas dengan apa yang telah kita perbuat. Kita harus

Perkelahian antar pelajar yang sering terjadi biasanya dikarenakan adanya kesalahfahaman yang terjadi antar individu atau kelompok dan tidak adanya pola komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pengawasan Keuangan Pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulut,

Dalam hal ini nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, biaya promosi, jumlah pekerja, tingkat bagi hasil deposito mudharabah 3 bulan, tingkat bagi hasil deposito mudharabah

Keywords: feminism, femme fatale, ‘Other’, patriarchy, traditional gender roles ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. SKRIPSI FROM ENCHANTRESS TO SANDRA

Untuk menguji pengaruh risiko pasar berpengaruh positif terhadap

 Jika anda merasa bahwa jawaban yang anda berikan salah dan anda ingin menggantinya, maka anda dapat langsung memberikan dua garis mendatar ( = ) pada pilihan

Hasil Wawancara dengan Eka Aulia Yuliana, Consumer Banking Relationship Manager Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Kudus pada tanggal 8 Februari 2017... nilai religius yang