SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Manajemen
Di ajukan Oleh:
Yahya Ary Kur niawan 0912015011/FE/EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN` J AWA TIMUR
Disusun oleh:
Yahya Ary Kur niawan 0912015011/ FE/EM
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur
pada tanggal 27 September 2013.
Pembimbing Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra,Ec.Nur Mahmudah.MS Dra,Ec.Nur Mahmudah.MS
195010121985032001 195010121985032001
Dra.Ec.Mei Retno A,Msi Sekretaris
Sugeng Pur wanto,SE,MM Anggota
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional”Veteran”
Jawa Timur
rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang
berjudul “Analisis Loyalitas merek Pr oduk Handphone mer ek Nokia (Studi
di PT Gar uda Food Putra Putr i J aya ,Gresik)”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM. Selaku Ketua Program Studi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Bapak Dra.Ec. Nur Mahmudah.MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan
6. Kepada kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik
moril ataupun material.
7. Kepada istri dan anakku yang tercinta yang telah memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, September 2013
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 9
2.2.1.1. Konsep Pemasaran ... 10
2.2.1.2. Pengertian Marketing Mix ... 13
2.3 Merek... ... 14
2.4. Kepercayaan Atas Merek(Trust In brand ) ... 17
2.4.1. Assosiasi Merek ... 19
2.5. Loyalitas Merek ... 21
2.6. Pengaruh Kepercayaan Atas Merek Terhadap Loyalitas Merek ... 22
2.6.1. Pengaruh assosiasi Merek Terhadap Loyalitas Merek 23 2.7. Kerangka Konseptual ... 25
2.8. Hipotesis... 26
3.3.1. Jenis data ... 31
3.3.2. Sumber Data ... 31
3.3.3. Teknik pengumpulan data ... 31
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32
3.4.1 Analisis Data menggunakan PLS... 34
3.4.2. Outliers ... 38
3.4.3. Evaluasi atas Outlier ... 39
3.4.4. Uji Validitas ... 40
3.4.5. Uji Reliabilitas ... 40
3.4.6. Uji Normalitas ... 41
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity... 42
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 42
3.4.9. Evaluasi Model ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 46
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46
4.2.1. Penyebaran Kuisioner ... 46
4.2.2. Keadaan Responden ... 47
4.2.3.Deskripsi Variabel brand Characteristic ... 48
4.2.4. Deskrpisi Variabel Company Characteristic ... 50
4.2.5 Deskripsi Consumer Brand characteristic ... 51
4.2.6.Deskripsi Variabel asosiasi merek ... 53
4.2.7.Deskripsi Variabel brand Loyalty ... 55
4.4. Pembentukan Variabel Laten ... 68
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 78
5.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 Tabel market share penjualan handphone ... 2
Tabel 1.2 Tabel market share penjualan handphone wilayah Gresik ... 3
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 48
Tabel 4.4. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai brand characteristic (X1) ... 49
Tabel 4.5. Frekuensi hasil jawaban responden tentang company characrteristic ... 50
Tabel 4.6. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai consumer brand . characteristic ... 52
Tabel 4.7. Hasil jawaban responden mengenai asosiasi merek ... 54
Tabel 4.8. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai brand Loyalty ... 56
Tabel 4.9. Outer Loading ... 61
Tabel 4.10. Average Variance Extracted (AVE) ... 62
Tabel 4.11. Composite Reliability ... 63
Tabel 4.12. Outer weight ... 65
Tabel 4.13. R²(R-square ) ... 67
Tabel 4.14. Inner Weight ... 67
Tabel 4.15. Frekuensi dan Faktor loading variabel karakteristik merek ... 68
Tabel 4.16. Frekuensi dan FaktorLoading Variabel company Characteristic 69 Tabel 4.17 Frekuensi dan Faktor Loading variabel consumer brand Characteristic ... 70
Tabel 4.18. Frekuensi dan Factor Variabel Asosiasi Merek ... 71
Gambar 3.1. Alur Analisis Penelitian ... 30
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
Yahya Ary Kur niawan
Abstraksi
Di dalam penelitian ini merek produk yang diangkat adalah handphone merek Nokia , kendati Nokia merupakan pemain lama di bidang handphone, tidak menjadi jaminan bahwa Nokia akan menjadi market leader , banyaknya muncul pesaing di bidang industri telekomunikasi menjadikan Nokia harus terus berinovasi untuk dapat bertahan dari serangan dari kompetitornya. Merek yang tergolong sudah lama bermain di kancah pasar handphone ini mengalami penurunan dalam menguasai market share produk handphone . Kecenderungan market share dari tahun 2009 mengalami penurunan , hal ini dapat di lihat dengan tergesernya Nokia oleh pesaing kuatnya yaitu Samsung yang menjadi market leader.Trend ini menggugah peneliti untuk mencari tahu apakah brand Nokia telah di tinggalkan oleh pelanggannya?
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.Garuda Food Putra Putri Jaya yang membeli dan memakai produk handphone Nokia . Sampel yang diambil adalah sebesar 119 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis data yang dipergunakan adalah Partial Least Square .
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa : 1).Faktor Trust in a Brand berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Loyalty, tidak dapat diterima. 2). Faktor Brand Association berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Loyalty, dapat diterima.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kondisi persaingan ekonomi perdagangan yang semakin ketat berakibat
semakin banyak dan beragam produk yang ditawarkan atau dijual ke pasar.
Konsumen sebagai sasaran produk perusahaan, senantiasa menentukan sendiri apa
yang ingin dibeli dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya. Persaingan di
pasar Handphone Indonesia memang sangat ketat.Berbagai macam merek
handphone beredar di indonesia dari merek yang sudah lama bermain hingga
merek dari lokal asia, seperti Nokia, Samsung , Sony, Motorola,Cross, Titan,
Blackbery,LG dan banyak lagi.Tingkat penjualan dari tahun ke tahun pasar
handphone selalu fluktuatif tergantung dari selera, trend , dan fitur fitur yang di
tawarkan oleh vendor handphone.Penjualan handphone juga di picu dengan
meningkatnya pengguna internet di Indonesia yang cenderung naik 30% dari
tahun 2012, di mana pengguna handphone memakai handphone yang di miliki
sebagai sarana berkomunikasi juga sebagai sarana akses ke dunia maya, atau
jejaring internet misal untuk keperluan dari hal tagihan,banking, streaming, atau
berinteraksi di sosial media
Adalah Nokia pemain lama di Indonesia yang menawarkan produk
handphone dari type yang sederhana hinga type smart phone.Berbagai guncangan
dan ancaman dari merek lain sempat menurunkan penjualan Nokia di 2 tahun
Tabel 1.1
Tabel m ar ket share penjualan handphone
Sam sung 315052,2 17,70% 384631,2 22,00%
No kia 422478,3 23,80% 333938 19,10%
Apple 89263,2 5,00% 130133,2 7,50%
ZTE 56881,8 3,20% 67344,4 3,90%
LG 86370,9 4,90% 58015,9 3,30%
Huaw ei 40663,4 2,30% 47288,3 2,70%
TCL 34037,5 1,90% 37176,6 2,10%
Blackbery 51541,9 2,90% 34210,3 2,00%
M ot orola 40269,1 2,30% 33916,3 1,90%
HTC 43266,9 2,40% 32121,8 1,80%
Ot hers 595886,9 33,60% 587399,6 33,60%
TOTAL 1775712 100,00% 1746175,6 100,00%
19,1%.Fluktuatif market share dapat di pengaruhi berubahnya trend dan perilaku
konsumen untuk pengguna handphone dan juga tingkat kepuasan dari pengguna
handphone itu sendiri.Dari kalangan pelajar hingga karyawan biasa sampai
profesional memiliki selera yang berbeda dalam memilih tipe handphone yang
akan di gunakan, berdasarkan kriteria masing –masing dari kebutuhan pembeli
Hal ini juga terlihat dari market share di wilayah Gresik di mana produk
handphone Nokia mengalami penurunan dari 17,62% turun menjadi 14,82% di
Tabel1.2
Tabel market share penjualan handphone w ilayah Gresik
COM PANY
Dari data di atas dapat di simpulkan Nokia mengalami trend penurunan Hal ini
berbanding lurus dengan market share di pasar nasional Indonesia mengalami
trend yang cenderung menurun untuk market share Nokia di mana pada tahun
2009 dan 2010 Nokia masih menjadi market leader untuk pasar handphone yaitu
sebesar 36 %.Trend yang cenderung ini menarik penulis untuk memahami apa
sebenarnya yang terjadi, apakah loyaitas pengguna Nokia dari tahun ke tahun
mengalami perubahan .
Dalam memahami perilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen
mempunyai sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang
tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya
yang berakibat langsung terhadap perilaku konsumen. Faktor eksternal yang
ada pada diri konsumen itu sendiri (psikologis) yang meliputi: belajar,
kepribadian, dan konsep diri,serta sikap (Stanton,1996:155).
Selain itu sebuah merek suatu produk memegang peranan penting dalam
mempengaruhi keputusan pembelian yang akan menentukan tindakan konsumen
setelah melakukan pembelian dengan menunjukan perilaku apakah terus
menggunakan, apakah akan merekomendasikan ke orang lain dan melakukan
pembelian ulang,dan berkembang menjadi suatu kesetiaan kepada merek
tertentu.Sebagai suatu identifikasi, suatu merek (brand) terdiri dari unsur nama
(brand name), yaitu bagian yang dapat diucapkan dan bagian merek yang tidak
dapat diucapkan dan bagian desain atau suatu pengepakan yang unik. Aaker
(1997:9) mendefinisikan merek sebagai nama atau simbol yang bersifat
membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok
penjual tertentu untuk membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
para kompetitor. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen
maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk yang
identik.
Menurut Aaker,(1991:112) menyatakan bahwa assosiasi merek dapat
mempengaruhi seseorang atau konsumen terhadap kesetiaan merek, kesetiaan
merek yang tinggi memberikan komitmen atas konsumen atau pelanggan yang
kuat atas merek dalam melakukan pembelian.Oleh sebab itu produsen harus dapat
membaca perubahan perilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni
dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan
ada, tetapi hanya beberapa saja.Salah satunya adalah merek terkenal seperti Nokia
yang menjadi salah satu pilihan konsumen pengguna handphone saat ini.
Handphone merek Nokia memiliki kualitas yang berstandar internasional yang
memiliki fitur fitur yang mampu memanjakan penggunanya, baik dari segi OS,
layanan Kamera, pemutar Musik dan video hingga kemampuan untuk meramban
di internet.Kini handphone sudah menjadi barang konsumsi dan bukan menjadi
barang yang mewah dan menjadi tuntutan bagi masyarakat saat ini , khususnya
bagi karyawan PT.Garuda Food Putra Putri Jaya.Jika ada karyawan yang tidak
memiliki handphone maka sudah di anggap ketinggalan jaman, dan dengan
memiliki handphone dengan merek Nokia masih menjadi prestige tersendiri bagi
penggunanya .Dari hasil observasi di lingkungan karyawan Garuda Food selama 6
bulan di dapati bahwa pengguna handphone sebagian besar di dominasi oleh
merek handphone Samsung, Sony , dan Nokia yang cenderung kurang di minati
oleh karyawan.
Oleh karena itu dari uraian di atasi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Analisis Loyalitas merek Pr oduk Hand phone merek
Nokia(studi di PT.Gar uda Food putr a Putr i J aya ,Gresik)” .
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kepercayaan atas merek berpengaruh terhadap loyalitas merek produk
Handphone merek Nokia?.
2. Apakah asosiasi merek berpengaruh terhadap loyalitas merek produk
Handphone merek Nokia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan atas merek terhadap loyalitas
merek produk handphone merek Nokia.
2. Untuk menganalisis pengaruh asosiasi merek terhadap loyalitas merek
produk Handphone merek Nokia
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Memberikan data, informasi dan gambaran serta masukan yang berguna
untuk peningkatan penjualan terkait gambaran perilaku konsumen,
khususnya pengguna handphone merek Nokia
2. Bagi pihak lain yang membutuhkan
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang
membutuhkan informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga bisa
memberi solusi mengatasi masalah yang ada.
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah
dilakukan oleh Penelitian selanjutnya dilakaukan oleh Indriyani, (2004) dengan
judul “Loyalitas Merek Sebagai Dasar Strategi Penentuan Harga” Dalam
penelitian ini permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1).Apakah
loyalitas dapat digunakan sebagai penentuan harga di dalam pasar? Teknik
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda.
Kesimpulan penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki sensitifitas
loyalitas terhadap perubahan harga, dan juga strategi penentuan harga untuk
masing-masing tingkatan loyalitas, dengan didahului oleh pengukuran tingkat
loyalitas itu sendiri pada merek-merek tertentu yang akan ditentukan sebagai
sampel. Berdasarkan maksud tersebut maka dapat dirumuskan masalah
faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap loyalitas merek, apakah perubahan
harga berpengaruh pada loyalitas merek, sejauh manakah sensitifitas loyalitas
merek terhadap perubahan harga dan strategi penentuan harga.
Penelitian selanjutnya Riana, (2008). Dengan judul ”Pengaruh trust in a
brand terhadap brand loyalty pada konsumen air minum aqua di kota Denpasar”.
Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 Tahun 2008. Dalam penelitian ini
characteristic, company characteristic, dan consumerbrand characteristic secara
bersama sama berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty pada konsumen air
minum Aqua? .(2) .Apakah variabel brand characteristic, company characteristic,
dan consumer–brand characteristic secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
brand loyalty pada konsumen air minum Aqua serta variabel mana yang
berpengaruh dominan?. Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: Metode Suksesif Interval Sebelum melakukan analisis regresi berganda,
tahap awal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data dengan mengubah
data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan metode suksesif interval
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan analisis regresi liniear berganda.
Kesimpulan : 1). Secara bersama-sama variabel trust in a brand yang
meliputi brand characteristic (X1), company characteristic (X2), dan
consumerbrand characteristic (X3) mempengaruhi brand loyalty. 2).Secara
parsial variabel trust in a brand yang meliputi brand characteristic, company
characteristic, dan consumer–brand characteristic berpengaruh signifikan
terhadap brand loyalty. Brand characteristic (X1) secara signifikan berpengaruh
terhadap brand loyalty.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, Maylina dan Herizon,(2003) dengan
judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Merek Terhadap
Merek Pada Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Di Surabaya”. permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :1), apakah fakor-faktor yang meliputi
satisfaction, habitual behaviour, commitment, liking of the brand secara
fakor-faktor yang meliputi satisfaction, habitual behaviour, commitment, liking of
the brand secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesetiaan
merek?. Alat Analisis dan kesimpulan: analisis menggunakan regresi linear
berganda dan diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang meliputi
satisfaction, habitual behavior, commitment dan liking of the brand secara
bersama-sama maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesetiaan
merek pada konsumen pasta gigi pepsodent di Surabaya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cahyadi dan Astuti, (2007) dengan
judul penelitian ”Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri
Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda”.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah elemen ekuitas
merek yang terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas, assosiasi merek dan
loyalitas merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan di Surabaya atas
keputusan pembelian sepeda motor Honda?. Kesimpulan bahwa kesadaran merek,
kesan kualitas, assosiasi merek dan loyalitas merek baik secara simultan atau
pasrial berpengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri pelanggan di Surabaya
atas keputusan pembelian sepeda motor Honda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan
dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi
gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi
sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan
hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan
konsumen.
2.2.1.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci
untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran.
Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan
terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen.
Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler
(1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan
penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif
dibanding para pesaing.
Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai
dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan
menjadi tiga elemen pokok, yaitu :
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.
Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya
memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih
banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai
penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang
benar-benar ingin memperhatikan konsumen, anatar lain :
• Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang
akan dilayani dan dipenuhi.
• Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.
• Menentukan produk dan program permasalahannya.
• Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai
dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.
beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang
menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan
Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh
dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat
tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat
memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat
rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan
pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan
kepuasan pada konsumen.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam
pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehingga tujuan
perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang
menjadi keputusan.
Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18)
adalah sebagai berikut:
a. Konsep pejualan
1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.
2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya
b. Konsep pemasaran
1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.
2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan
melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk
tersebut.
2.2.1.2. Pengertian Marketing Mix
Merupakan variabel-variabel yang dipakai oleh perusahaan sebagai
sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Swastha (1979 : 42) marketing mix adalah kombinasi dari empat
variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan
yang terdiri dari :
a. Produk
Dalam pengelolaannya perlu adanya perencanaan dan pengembangan
produk
atau jasa untuk dipasarkan, selain itu keputusan-keputusan yang perlu
diambil menyangkut masalah pembelian merek, pembungkusan, warna
dan bentuk produk lainnya.
b. Harga
Dalam kebijaksanaannya manajemen harus menentukan harga dasar
dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan menyangkut
potongan harga, pembayaran ongkos kirim dan hal-hal lain yang
c. Promosi
Promosi ini dipakai untuk memberi tahu dan mempengaruhi pasar bagi
produk perusahaan yang termasuk kegiatannya adalah periklanan,
personal selling, promosi penjualan, publisitas.
d. Distribusi
Tugas dari distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan
dalam saluran distribusi, serta mengembangkan sistem distribusi secara
fisik menangani dan mengangkut produk supaya dapat mencapai pasar
yang dituju tepat pada waktunya.
Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang
mana keempat variabel tersebut saling berhubungan atau saling mempengaruhi
agar perusahaan tersebut dapat melakukan tugas pemasarannya seefektif mungkin.
Jadi perusahaan tersebut tidak hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik
saja, tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam variabel dari marketing
mtx tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.
2.3 Merek
Sebagai suatu identifikasi, suatu merek (brand) terdiri dari unsur nama
(brand name), yaitu bagian yang dapat diucapkan dan bagian meerk yang tidak
dapat diucapkan dan bagian desain atau suatu pengepakan yang unik. Aaker
(1997:9) mendefinisikan merek sebagai nama atau simbol yang bersifat
membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok
para kompetitor. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen
maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk yang
identik.
Sebuah merek yang baik (Kotler, 1997:70) harus mempunyai karakteristik,
yaitu:
a. Harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk.
Produk harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk tersebut
misalnya dari nama produknya.
b. Harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.
Merek yang singkat tentu lebih mudah untuk diingat dan diucapkan.
c. Harus mempunyai ciri yang khas.
Nama yang khas akan lebih menjadi pembeda dari nama yang bersifat
umum dan karenanya akan lebih berpeluang menonjolkan produk yang
menyandang nama tersebut.
d. Harus tidak berarti buruk di negara dan bahasa lain.
Merek harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa lain dan mudah
diucapkan dalam sebuah bahasa, tidak mengandung arti negatif bagi
masyarakat tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah merek tidak hanya
sekedar nama atau simbol, tetapi merek pada dasarnya mencerminkan janji
penjual untuk konsisten memberikan feature, benefits, services, dan jaminan
2.4. Kepercayaan Atas Merek (Trust In A Brand)
Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat diperoleh
tanpa penjelasan mengenai kepercayaan atas merek (trust in a brand) dan
bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran industri, para
peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier
merupakan sumber dari loyalitas. Menurut Lau dan Lee (1999: 44), terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi kepercayaan atas merek. Ketiga faktor ini
berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan
konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan
pembuat merek, dan konsumen.
Selanjutnya Lau dan Lee memproposisikan bahwa kepercayaan atas merek
akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan
kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai berikut. Brand characteristic
mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan
konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen
melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang berkaitan
dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan
kompeten. Company characteristic yang ada di balik suatu merek juga dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.
Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk
merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap merek suatu produk.
Karakteristik ini meliputi pengetahuan konsumen tentang perusahaan,
Consumer-brand characteristic merupakan merupakan dua kelompok yang saling
mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen akan merek dapat
mempengaruhi kepercayaan atas merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan
antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap
merek, dan pengalaman terhadap merek. Konsep diri merupakan totalitas
pemikiran dan perasaan individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga
sering kali dalam konteks pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang.
Suatu merek dapat memiliki kesan atau kepribadian. Kepribadian merek adalah
asosiasi yang terkait dengan merek yang diingat oleh konsumen dan konsumen
dapat menerimanya. Konsumen seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olah
merek tersebut adalah manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep diri
konsumen dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan kepercayaan
konsumen terhadap merek tersebut.
Loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran
perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah
dibandingkan dengan mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas merek yang tinggi
dapat meningkatkan perdagangan. dan menarik minat pelanggan karena mereka
memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek minimal dapat mengurangi
risiko. Keuntungan lain yang didapat dari loyalitas merek adalah perusahaan dapat
lebih.cepat untuk merespon gerakan pesaing
Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki oleh suatu
kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan daya tarik. Untuk
kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk membuka hubungan dengan suatu
merek, maka konsumen harus menyukai dahulu merek tersebut.
Adapun dimensi dan indikator dari (Trust In A Brand) adalah sebagai
berikut: Riana, (2008).
1. Brand characteristic mempunyai peran yang sangat penting dalam
menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu
merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum
membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek
meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten.
- Dapat diramalkan
- Mempunyai reputasi
- Kompeten
2. Company characteristic yang ada di balik suatu merek juga dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.
Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu
produk.
- Pengetahuan konsumen tentang perusahaan
- Motivasi perusahaan yang diinginkan
- Integritas perusahaan
3. Consumer-brand characteristic merupakan merupakan dua kelompok yang
saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen – merek dapat
mempengaruhi kepercayaan terhadap merek.
- Kesukaan terhadap merek
- Pengalaman terhadap merek
2.4.1 Asosiasi Merek (Brand Association)
Pengertian asosiasi merek menurut Aaker dalam Rangkuti (2002) adalah
segala hal yang berkaitan dengan ingatan merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis,
namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan
lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkonsumsinya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai
sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak
konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung
memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut dengan
kepribadian merek (brand personality).
Brand association, adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan
mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki
suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengko-munikasikannya.Kusno,Radityani dan Kristanti,(2007:43). Selanjutnya apabila
konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek
pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat
membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu, yang disebut dengan loyalitas
merek (brand loyalty).
Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi suatu perusahaan dan
untuk membedakan merek yang satu dari merek yang lain. Proses penciptaan nilai
asosiasi merek tersebut dapat dilihat pada gambar
Gambar: 1 Asosiasi terhadap merek
Sumber: Rangkuti (2002)
Adapun indikator dari assosiasi merek adalah sebagai berikut: Palupi,
(2002) dalam cahyadi dan Astuti,(2007:152).
1. Memiliki inovasi produk dan teknologi
2. Memiliki kemasan produk yang mudah diingat
3. Mudah tempat penyimpanannya
4. Terkenal mereknya
5. Memiliki harga yang mudah dijangkau bagi konsumen.
Membuat proses / penyusunan
Diferensiasi / Posisi
Basis perluasan Alasan untuk membeli
Menciptakan sikap/ perasaan positif
2.5. Loyalitas Merek
Aaker, (1996:5) menyatakan bahwa kesetiaan merek adalah sebagai suatu
faktor yang penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek. Nilai penting dari
merek tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan dari barang dan jasa
yang ditawarkan lebih baik dari yang ditawarkan para pesaing. Lebih jauh dari itu,
Aaker berpendapat bahwa kesetiaan konsumen atau pelanggan terhadap merek
memiliki nilai strategi bagi perusahaan, antara lain mengurangi biaya pemasaran,
keuntungan dalam trade leverage, menarik minat konsumen, dapat memberikan
keuntungan waktu untuk merespon terhadap pesaing.
Loyalitas didefinisikan oleh Dick dan Basu dalam darsono dan Dharmesta,
(2005:289) sebagai “Customer loyalty is viewed as the strength of the relationship
between individually relative attitude and repeat patronage”. Hal ini berarti
loyalitas individu ditentukan oleh kekuatan hubungan antara sikap relative
merpresentasikan loyalitas kesikapan individu terhadap merek tertentu dengan
kesikapan individu. Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmesta (1999) yang
mengutip bahwa loyalitas merek sebagai “kondisi dimana konsumen mempunyai
sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut
dan bermaksud menerangkan pembeliannya di masa mendatang”.
Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dn Chesnut (1978)
dalam Dharmmesta (1999) sebagai berikut:
1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek tertentu yang
menjadi minatnya,
3. Pembelian ulang merek utama dari nonloyal, dan
4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal dan non
loyal merek lain
Kosumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola
pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian. Loyalitas
merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis secara total agar
tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan
(Dharmmesta, 1999).
Adapun indikator dari loyalitas konsumen adalah sebagai berikut: Cahyadi
dan Astuti, (2007:152).
1. Terus menggunakan produk
2. Merekomendasikan kepada orang lain
3. Tidak terpengaruh oleh promosi merek lainnya
2.6. Pengaruh Kepercayaan Atas Merek (Trust In A Brand) Terhadap
Loyalitas Merek
Agar tampil menjadi yang terbaik, tentu suatu merek harus terlihat seksi di
pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik membelinya. Agar terlihat seksi,
merek tersebut harus memiliki costumer value jauh di atas merek-merek yang
lain. Selain itu, harus mampu meningkatkan keterlibatan emosi pelanggan
sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan terhadap merek tersebut.
Konsep trust (kepercayaan) menjadi suatu isu yang populer dalam bidang
pemasaran dengan munculnya orientasi relasional dalam aktivitas pemasaran.
merupakan atribut terpenting yang dimiliki oleh merek. Para peneliti pemasaran
menyatakan bahwa trust merupakan faktor fundamental yang dapat
mengembangkan loyalitas konsumen.
Adanya kepuasan pada konsumen akan menimbulkan kepercayaan, karena
adanya konsistensi merek dalam memenuhi harapan konsumen Di samping itu,
merek yang dipilih dapat melindungi, menjaga keselamatan, keamanan, dan
kepentingan konsumen. Dengan demikian, keyakinan mengenai keandalan dan
kenyamanan merupakan hal yang penting dari trust (kepercayaan).Riana,
(2008:185).
Berdasarkan uraian di atas dapat disumpulkan bahwa kepercayaan atas
merek berpengaruh positif terhadap kesetiaan merek artinya bahwa kepercayaan
atas merek memberikan faktor fundamental yang kuatt bagi konsumen yang
hendak membeli suatu produk sehingga loyalitas konsumen dapat terbentuk.
2.6.1. Pengar uh Assosiasi Merek Terhadap Loyalitas Merek
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.
Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, Merek-merek lebih dari sekadar
simbol (Rangkuti, 2002:3). Merek memberikan kesan dan ingatan yang nantinya
dapat membangkitkan ingatan kosnumen untuk kembali mengingatnya.
Menurut Aaker dalam Rangkuti (2002) Asosiasi merek adalah segala hal
yang berkaitan dengan ingatan merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga
memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat
bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merek berperan penting
sebagai sarana identifikasi produk perusahaan, sarana dalam menciptakan
assosiasi dan makna unik, sarana keunggulan kompetitif. Sedangkan bagi
konsumen merek berperan krusial sebagai identifikasi sumber produk, penetapan
tanggung jawab, pengurang resiko, janji atau ikatan khusus dengan merek produk
tersebut yang memproyeksikan signal dari suatu kesetiaan akan merek. Tjiptono,
(2008:348).
Menurut Aaker,(1991:112) menyatakan bahwa asosiasi merek dapat
mempengaruhi seseorang atau konsumen terhadap kesetiaan merek, kesetiaan
merek yang tinggi memberikan komitmen atas konsumen atau pelanggan yang
kuat atas merek dalam melakukan pembelian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asosiasi merek
berpengaruh positif terhadap kesetiaan merek artinya bahwa assosiasi
memberikan ingatan dan kekuatan yang kuat bagi konsumen yang hendak
2.7 Ker angka Konseptual
Loyalitas Merek
(Y)
Asosiasi Merek
(Z) Trust In A
Brand (X)
Consumer Brand Characteristic
(X1) Company characteristic
(X1) Brand Characteristic
2.8. Hipotesis
1. Diduga bahwa kepercayaan atas merek berpengaruh positif terhadap loyalitas
merek produk handphone Merek Nokia.
2. Diduga bahwa asosiasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi
variabel-varibel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kepercayaan Atas Merek (Trust In A Brand) (X) adalah menyangkut
kepercayaan, konsistensi, dan harapan. baik bagi konsumen maupun produsen
dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya, bagi produsen, merek
dapat membantu upaya untuk membangun komitmen yang berkelanjutan
dengan konsumen. Adapun dimensi dan indikator dari trust in a brand adalah
sebagai berikut:
a. Brand characteristic (X1) mempunyai peran yang sangat penting dalam
menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu
merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum
membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek
meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten.
- Dapat diramalkan (X1.1), merek tersebut dapat diprediksi karena
memiliki ekspetasi positif
- Mempunyai reputasi (X1.2), dapat diandalkan dan memenuhi harapan
- Kompeten (X1.3), mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
oleh konsumen
b. Company characteristic (X2) yang ada di balik suatu merek juga dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.
Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu
produk.
- Pengetahuan konsumen tentang perusahaan (X2.1), merupakan informasi
mengenai identitas perusahaan kepada konsumen
- Motivasi perusahaan yang diiginkan (X2.2), merupakan faktor penting
dalam menjalani hubungan yaitu antara merek dengan konsumen.
- Integritas suatu perusahaan (X2.3), persepsi konsumen yang melekat
pada sekumpulan dari prinsip-prinsip yang dapat diterima
c. Consumer-brand characteristic (X3) merupakan merupakan dua
kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik
konsumen – merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek.
- Emosional konsumen dengan kepribadian (X3.1), merupakan penilaian
personality fisik merek yang dinilai sama dengan self image konsumen.
- Kesukaan terhadap merek (X3.2), untuk mengawali suatu hubungan maka
konsumen harus suka terhadap merek produk yang dibeli.
- Pengalaman terhadap merek( X3.3), konsumen belajar dari pengalaman
masa lalunya, dan dimasa datang yang kemudian akan memahaminya.
2. Assosiasi Merek (Z) adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai
tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengko-munikasikannya. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Memiliki inovasi produk dan teknologi (Z1), proses pengembangan dan
diversifikasi produk.
b. Memiliki kemasan produk yang mudah diingat (Z2), merek produk
memiliki bentuk kemasan dalam setiap produknya yang memberikan
karakteristiknya.
c. Mudah tempat penyimpanannya (Z3), kemudahan dalam tempat
penyimpanan
d. Terkenal mereknya (Z4), merupakan merek produk legendaris
e. Memiliki harga yang mudah dijangkau bagi konsumen (Z5), harga yang
dijual kepada konsumen mampu untuk di beli.
3. Loyalitas Merek (Y) adalah kondisi dimana konsumen mempunyai sikap
positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan
bermaksud menerangkan pembeliannya di masa mendatang. Adapun
indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Terus menggunakan produk (Y1), konsumen yang setia mereka akan
menggunakan terus produk tersebut.
b. Merekomendasikan kepada orang lain (Y2), ketika merek produk tersebut
memiliki manfaat maka konsumen akan merekomendasikan kepada orang
lain.c. Tidak terpengaruh oleh promosi merek lainnya (Y3), konsumen
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala interval dengan pembobotan skala likert (likert scale). skala
likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang fenomena yang terjadi. Dengan skala likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan dan pertanyaan.
Sangat tidak setuju Sangat Setuju
Keterangan :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang menggunakan produk
handphone merek Nokia di PT.Garuda Food Putra Putri Jaya,Gresik .
b. Sampel
Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan
sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel.
Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) Laki-laki atau wanita bekerja di PT Garuda
Food putra –putri Jaya, Gresik 2). Berusia minimal 18 tahun. (3).Pernah
membeli lebih dari 2 kali dan saat ini menggunakan handphone merek Nokia
- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200
sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi
- Karena terdapat 17 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah (17X7 = 119) maka sampel yang digunakan adalah sebesar 119
responden. Menurut Ferdinand (2002:48).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
a. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada karyawan PT.Garuda Food Putra Putri Jaya yang
b. Data Sekunder
Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan
dalam hal ini Nokia . Data ini antara lain berupa data perusahaan dan
gambaran umum tentang produk handphone merek Nokia .
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung dari karyawan PT.Garuda Food yang memakai produk Handphone
Nokia dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada objek penelitian dalam hal ini ,
karyawan PT Garuda Food yang memakai handphone merek Nokia untuk
mendapatkan bukti - bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada karyawan PT Garuda Food Putra Putri Jaya, Gresik yang
memakai handphone merek Nokia untuk diisi agar memperoleh jawaban
3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Analisis Data Menggunakan Partial Least Square (PLS).
Partial Least Square (PLS) menurut Wold merupakan metode analisis
yang powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. PLS sebagai
teknik analisis data dengan software SmartPLS versi 2.0.M3. Metode PLS
mempunyai keunggulan tersendiri diantaranya:
§ Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala
kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang
sama),
§ Ukuran sampel tidak harus besar. Walaupun PLS digunakan untuk
mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada
atau tidaknya hubungan antara variabel laten.
§ PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan
indikator refleksif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin
dijalankan dalam Structural Equation Model (SEM) karena akan terjadi
unidentified model.
PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambarannya, yaitu:
a. Model Indikator Refleksif
Model Indikator Refleksif sering disebut juga principal factor model
dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk
laten atau mencerminkan variasi dari konstruk laten. Pada Model
dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator, model ini
menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan
mempengaruhi perubahan pada indikator. Model Indikator Refleksif
harus memiliki internal konsistensi oleh karena semua ukuran
indikator diasumsikan semuanya valid indikator yang mengukur suatu
konstruk, sehingga dua ukuran indikator yang sama reliabilitasnya
dapat saling dipertukarkan. Walaupun reliabilitas (cronbach alpha)
suatu konstruk akan rendah jika hanya ada sedikit indikator, tetapi
validitas konstruk tidak akan berubah jika satu indikator dihilangkan.
b. Model Indikator Formatif
Model Formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi
oleh konstruk tetapi mengasumsikan semua indikator mempengaruhi
single konstruk. Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke
konstruk laten dan indikator sebagai grup secara bersama-sama
menentukan konsep atau makna empiris dari konstruk laten. Oleh
karena diasumsikan bahwa indikator mempengaruhi konstruk laten
maka ada kemungkinan antar indikator saling berkorelasi, tetapi
model formatif tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator
atau secara konsisten bahwa model formatif berasumsi tidak adanya
hubungan korelasi antar indikator, karenanya ukuran internal
konsistensi reliabilitas (cronbach alpha) tidak diperlukan untuk
menguji reliabilitas konstruk formatif. Kausalitas hubungan antar
memiliki internal konsistensi yang rendah (cronbach alpha), untuk
menilai validitas konstruk perlu dilihat variabel lain yang
mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari
konstruk laten, peneliti harus menekankan pada nomological dan atau
criterion-related validity. Implikasi lain dari Model Formatif adalah
dengan menghilangkan satu indikator dapat menghilangkan bagian
yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari konstruk.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah PLS dengan
pertimbangan karena adanya dua indikator yang berbeda dalam satu
model yaitu indikator refleksif (pada konstruk budaya perusahaan dan
motivasi) dan indikator formatif (pada konstruk kepuasan kerja) dalam
satu pemodelan persamaan struktural.
Analisis data dan pemodelan persamaan struktural dengan menggunakan
software PLS, adalah sebagai berikut :
1. Merancang Model Struktural (Inner Model)
Inner Model atau Model Struktural menggambarkan hubungan antar
variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Perancangan
Model Struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada
rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
2. Merancang Model Pengukuran (Outer Model)
Outer Model atau Model Pengukuran mendefinisikan bagaimana
setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya.
masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif,
berdasarkan definisi operasional variabel.
3. Estimasi : Weight, Koefisien Jalur, dan Loading
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode
kuadrat terkecil (least square methods).
Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan
berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
Proses iterasi yang dilakukan PLS terdiri dari tiga tahap, yaitu :
- Iterasi pertama menghasilkan weight estimate yang dilakukan
dalam iterasi algoritma. Weight estimate digunakan sebagai
parameter validitas dan reliabilitas instrumen.
- Iterasi kedua menghasilkan inner dan outer model. Inner model
digunakan sebagai parameter signifikansi dalam pengujian
hipotesis sedangkan outer model digunakan sebagai parameter
validitas konstruk (reflektif dan formatif).
- Iterasi ketiga menghasilkan skor mean dan konstanta variabel laten
yang digunakan sebagai parameter, sifat hubungan kausalitas dan
rerata nilai sampel yang dihasilkan.
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu:
a. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel
laten.
b. Path estimate yang menghubungkan antar variabel laten dan
c. Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep)
untuk indikator dan variabel laten.
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji
unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model
pengukuran dengan contoh variabel loyalitas merek akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.2 : Contoh Model PengukuranLoyalitas merek
Keterangan :
Y1.1 = pertanyaan tentang Terus menggunakan produk
Y1.2 = pertanyaan tentang Merekomendasikan kepada orang lain
Y1.3 = pertanyaan tentang Tidak terpengaruh oleh promosi merek lainnya
er_j = error term X1j
3.4.2. Outlier s
Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik
secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik
unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui
munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat
kategori.
Loyalitas Merek
(Y)
(Y1)
(Y2)
(Y3)
Er_1
Er_2
• Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik
80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban
responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah
nilai ekstrim.
• Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti
mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.
• Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak
dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai
ekstrim itu.
• Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau
sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.
3.4.3. Evaluasi atas outliers
Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier
Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <
0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah
3.4.4. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasiakn antar skor item dengan skor total item. Dalam hal
ini koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
pembentukan indikator.
Y = total tanggapan responden seluruh pertanyaan
n = jumlah responden
3.4.5. Uji Reliabilitas
Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana
masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang
Construct-reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus:
• Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap
indikator (diambil dari computer, AMOS 4.01, dengan melihat nilai
estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap
butir sebagai indikatornya. Sementara εj dapat dihitung dengan formula:
j
ε = 1- (Standardize Loading)2
Secara umum,nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70
dan variance extracted ≥ 0,5 ( Hair et. al., 1998 ).
3.4.6. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah
adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang
biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan
melalui rumus berikut ini :
=
Bila nilai –z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa
distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan
tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih
besar dari ±2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari
distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan
adalah nilai kritis sebesar ±1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak
pada tingkat signifikasi 0.05 (5%) Sumber ( Ferdinand Augusty 2002 : 95 )
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan
singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati
determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil
mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak
dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. (Ferdinand Augusty 2002
: 108).
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.
3.4.9. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF
FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya
sample dan kerumitan model. ≥ 0,95
Sumber : Hair et.al., [1998]
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang
digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik
chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil
nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,
sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil
maupun yang terlalu besar.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of
APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini
akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor
fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJ UST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).
Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan