PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
ARIEF SETIAWAN 0513315050/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN
KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI SURABAYA
yang diajukan :
ARIEF SETIAWAN 0513315050/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi Tanggal : ………. NIP. 1965092919922032001
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh
Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada
Kantor Akuntan Publik Di Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Mei 2012
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Auditing... 9
2.2.1.1. Pengertian Auditing... 9
2.2.1.2. Standar Auditing... 10
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik ... 12
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit... 13
2.2.1.5. Jenis Dan Tipe Audit ... 15
Independen ... 21
2.2.2. Perbedaan Auditing dengan Akuntansi... 21
2.2.3. Keahlian Audit ... 22
2.2.4. Independensi ... 24
2.2.5. Kompetensi ... 26
2.2.6. Kualitas Audit ... 29
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Kualitas Audit ... 30
2.2.8. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit... 32
2.2.9. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit... 33
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 36
3.1.1. Definisi Operasional ... 36
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 37
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38
3.2.1. Populasi... 38
3.2.2. Sampel... 38
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 39
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 41
3.4.3. Uji Normalitas... 41
3.5. Uji Asumsi Klasik... 42
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 43
3.6.1. Teknik Analisis ... 43
3.6.2. Uji Hipotesis ... 44
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 44
3.6.2.2. Uji Parsial ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 47
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 47
4.1.2. Fungsi Akuntan Publik ... 48
4.1.3. Ketentuan Dan Peraturan ... 48
4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 50
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 50
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 54
4.3.1. Uji Analisis Data... 54
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 54
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 54
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 56
4.3.4. Uji Hipotesis ... 61
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 62
4.3.4.2. Uji t ... 63
4.4. Pembahasan ... 64
4.4.1. Implikasi ... 64
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 69
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 69
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 71
5.2. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Tabel. 2.1 Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan
Penelitian Sekarang ... 8
Tabel. 3.1 Daftar Nama – Nama Kantor Akuntan Publik (KAP) Wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Timur... 38
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Keahlian Audit (X1)”... 51
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Independensi (X2)” ... 52
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kompetensi (X3)” ... 53
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kualitas Audit (Y)” ... 54
Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas... 55
Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 56
Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 57
Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 58
Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 59
Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 60
Tabel. 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …... 62
Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 62
Halaman
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI SURABAYA
Oleh :
ARIEF SETIAWAN
Abstrak
Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sehingga dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 37 responden (auditor dan staff auditor yang bekerja pada KAP di Surabaya Pusat dan Timur minimal selama 3 (tiga) tahun), Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 37 responden tersebut dan kuesioner tersebut terdiri dari 20 item pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa diduga keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, teruji kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Profesi akuntan publik akhir-akhir ini menunjukkan
perkembangannya. Hal ini disebabkan makin meningkatnya kesadaran masyarakat usaha akan pentingnya jasa akuntan. Tujuan utama dari keberadaan akuntan publik adalah untuk melakukan pemeriksaan (audit) yang dapat dipertanggung jawabkan kepada para pemekainya. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat dikatakan bahwa jasa yang terbesar dan selalu ada pada setiap kantor akuntan adalah auditing.
Mengapa auditing di butuhkan ? salah satu alasan utama mengapa auditing dibutuhkan adalah karena auditing pada sisi menciptakan nilai ekonomis, keuntungan ekonomis yang besar sebagai hasil dari laporan keuangan yang diaudit. Dan disisi lain menciptakan jaminan keandalan laporan keuangan.
pengambilan keputusan yang mendasar pada informasi tersebut. Untuk itu perurahaan memerlukan pihak ketiga (Auditor) untuk memberi jaminan (assurance) kepada pengguna laporan keuangan tersebut telah disiapkan secara benar, dapat diandalkan dalam proses pengambilan keputusan. “Jaminan” itulah yang menyebabkan perusahaan dapat “membayar kurang” atas penambahan dana usaha jika laporan keunagannya diaudit.
Auditor merupakan suatu profesi yang kompleks, dimana hanya terdapat jumlah yang relatif sedikit dari profesi ini yang mempunyai derajat keahlian pada suatu spesialisasi bidang tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan dan ikatan profesinya.
Pihak yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan adalah akuntan publik. Akuntan publik akan melaksanakan audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Profesi Akuntan Publik. Standar auditing yang ada meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan. Standar pelaporan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan (IAI, 2001 dalam Christiawan, 2002).
semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai (Herawati dkk, 2008).
Dalam bidang auditng keahlian sering diukur dengan pengalaman. Sedangkan Ashton (1991) menambahkan bahwa ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan – pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah lain disamping pengalaman. Bremer (1980) dan Berdard (1989) dalam Mayangsari (2003 : 5) menyebutkan bahwa kombinasi dari pengalaman praktis dan pendidikan merupakan suatu ukuran dari suatu keahlian. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa keahlian audit merupakan salah satu syarat mutlak yang harus ada pada diri seorang auditor guna membantu tugasnya melakukan pemeriksaan untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat oleh klien. Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert) Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.
cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Alim (2007) yang menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003).
Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit. Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan. (Suraida, 2005)
Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari kasus Enron di Amerika sampai dengan kasus Telkom di Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mangapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor masih diragukan oleh SEC, dimana kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor (Alim dkk, 2007).
Konsolidasi PT. Great River tahun 2003 (Internet: D:\SkRipSiQ\new jurnal\kasus Independensi & Kompetensi Akuntan ~ anakkodok.mht).
Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat keahlian audit, kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah keahlian audit, kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik.
Atas dasar latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk malakukan penelitian dengan mengangkat judul ”Pengaruh Keahlian Audit,
Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Akuntan Publik Di
Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:
1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi KAP dalam memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit..
2. Bagi Universitas
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan skripsi ini.
3. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan perbandingan antara teori-teori yang selama ini peneliti dapatkan selama di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi KAP dan kesesuaian teori yang diperoleh sehingga menghasilkan suatu solusi.
4. Bagi Pihak Lain
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Christiawan (2002) dengan judul: “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi, serta memberikan refleksi tentang kondisi kompetensi dan independensi akuntan publik.
2. Mayangsari (2003) dengan judul: “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pendapat auditor yang ahli dan independen cenderung benar dibandingkan dengan pendapat auditor yang tidak ahli dan tidak independen.
3. Suraida (2005) dengan judul: “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: kompetensi berpengaruh paling dominan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.
2.1.1. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Sebelumnya
Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya, dapat disajikan pada tabel 2.1, sebagai berikut :
Tabel. 2.1 : Perbedaan dan Persamaan
Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No Nama Judul Penelitian Variabel
1 Christiawan (2002)
Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris
Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen
Variabel bebas
Keahlian Audit (X1)
Independensi (X2) Pengalaman Audit dan Risiko Audit Terhadap Skeptisisme
Pengalaman Audit (X3)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha atau organisasi tersebut.
Agoes (2004:3) Auditing adalah merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:9) Auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan ktiteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa auditing adalah merupakan suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuanuntuk memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria - kriteria yang telah ditetapkan.
2.2.1.2. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2009 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
c Pengungkapan atas informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali yang dinyatakan lain dalam laporan audit.
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :
1 Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
2 Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3 Standar Jasa Akuntansi dan Review
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
5 Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan meliputi:
1 Penerimaan Perikatan Audit
audit dari klien. 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu:
a Mengevaluasi integritas manajemen.
b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.
d Menilai independensi.
e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit. 2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus ditempuh, yaitu:
a Memahami bisnis dan industri klien b Melaksanakan prosedur analitik
c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal d Mempertimbangkan risiko bawaan
e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
f Mengembangkan suatu strategi audit awal terhadap asersi signifikan
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a Pengujian analitis (analytical tests). b Pengujian pengendalian (tests of control). c Pungujian substantive (substantive tests). 4 Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.
2.2.1.5. Jenis dan Tipe Audit
Menurut Mulyadi (2002:30-32) menggolongkan jenis audit menjadi:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit), adalah audit yang dilakukan auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan klien untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operasional Audit), merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit profesional adalah: a. Mengevaluasi kinerja;
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan;
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Selanjutnya menurut Agoes (2004: 9), jenis dan tipe audit ditnjau berdasarkan :
1. Luasnya pemeriksaan, audit dibedakan menjadi:
a. Pemeriksaan Umum (General Audit), suatu pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP yang independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dengan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pola atau masalah tertentu yang diperiksa karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
2. Jenis pemeriksaan, audit dibedakan menjadi:
a. Pemeriksaan Operasional (Operational audit), suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit), pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (pemerintah, BAPEPAM, Bank Indonesia, Dirjen Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Intern Audit.
c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
2.2.1.6. Tipe Auditor
Menurut Mulyadi (2002:28-29), tipe auditor dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
1. Auditor Independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
2. Auditor Pemerintah adalah auditor yang bekerja atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (Negeri atau swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
2.2.1.7. Jenis Pendapat Auditor
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor menurut Mulyadi (2002: 90) yaitu sebagai berikut :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report).
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : a. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.
b. Lengkap informasi.
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
c. Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan
tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit yang dilakukan
2.2.1.8. Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen
Menurut Mulyadi (2002:52) Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat. KAP menyediakan berbagai jasa bagi masyarakat berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu :
1. Jasa audit atas laporan keuangan historis,
2. Jasa atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain yang dicantumkan dalam laporan keuangan historis,
3. Jasa akuntansi dan review, dan 4. Jasa konsultasi.
Karena akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik dapat mengerjakan berbagai penugasan dalam berbagai jenis jasa tersebut, maka perlu diadakan pembedaan istilah: akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultasi). Auditor Independen adalah akuntan yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
2.2.2. Perbedaan Auditing dengan Akuntansi
dicocokkan dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (general ledger), buku harian (special journals), bukti-bukti pembukaan
(documents), dan subbuku besar (sub ledger). Sedangkan Akuntansi (accounting) mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan subbuku besar, neraca saldo sampai menjadi laporan keuangan (Agoes, 2004:7). Accounting dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan, sedangkan auditing dilakukan oleh akuntan publik (khususnya finansial audit) dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik.
Sedangkan menurut Arens dan Leobecke (2004: 3) mendefinisikan akuntansi adalah merupakan suatu proses pencatatan, penjurnalan dan pengelompokkan, serta pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Dalam auditing data akuntansi, yang menjadi pokok adalah menentukan apakah informasi yang tercatat telah mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi.
2.2.3. Keahlian Audit
Trotter (1986) dalam artikel Chow and Rice (1987) dalam Mayangsari (2003 : 4) menyatakan mendefinisikan ahli sebagai orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaannya dengan mudah, cepat, intuitif, dan jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Sedangkan menurut Hayes – Roth, et, al (1983) dalam Mayangsari (2003 : 4) menyebutkan bahwa keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap suatu masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Selanjunya menurut Bedard (1989) dalam Mayangsari (2003 : 5) mengartikan Keahlian audit adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian prosedural yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit
Namun demikian secara umum belum ada kesepakatan mengenai definisi keahlian diantara peneliti. Dalam bidang auditng keahlian sering diukur dengan pengalaman. Sedangkan Ashton (1991) menambahkan bahwa ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan – pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah lain disamping pengalaman. Bremer (1980) dan Berdard (1989) dalam Mayangsari (2003 : 5) menyebutkan bahwa kombinasi dari pengalaman praktis dan pendidikan merupakan suatu ukuran dari suatu keahlian.
2.2.4. Independensi
Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Sesuai dengan Standar Profesi Akunatan Publik 2001 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Mulyadi (2002: 26) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain, dan auditor indepeden adalah audior profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Selanjutnya menurut Christiawan (2002) menyatakan bahwa independen adalah merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun (Pusdiklatwas, 2005 dalam Arens, (2004 : 6). Selanjutnya Arens dkk (2004 : 7) juga menyatakan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Sikap independen meliputi:
1. Independen dalam fakta (independence in fact)
Independen dalam diri auditor yaitu kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur dan objektif dalam melakukan penugasan audit. 2. Independen dalam penampilan (independence in appearance)
Independen yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditordengan kliennya.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut:
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa independensi adalah merupakan suatu sikap auditor yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.
2.2.5. Kompetensi
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002: 83).
Menurut Mitrani (1995) dalam Rahamawati (2004) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
Sedangkan menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005).
Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain seperti:
1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant) 2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) 3. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)
4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern
5. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain
Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya
Selanjutnya berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik, kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :
1. Pencapaian Kompetensi Profesional
pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan professional secara berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.
b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional..
c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa professional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
2.2.6. Kualitas Audit
Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan. Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu criteria. Standat auditing merupakan salah satu ukuran kualitas audit. Standar ini harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen. Standar ini dapat diterapkan tanpa memandang besar kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri maupun sifat organisasi bisnis.
Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit, dalam SPAP seksi 161 paragraf 1, dinyatakan bahwa dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Menurut Christiawan (2002: 83) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Good quality audits require both competence (expertise) and independence. These qualities have direct
effects on actual audit quality, as well as interactive effects. In addition,
financial statementuser’s perception of audit quality are function oftheir
perceptions of both auditor independence and expertise (AAA Finansial
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi, sedangkan independensi berkaitan dengan masalah etika akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi.
Perlu diketahui bahwa standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, hal ini dinyatakan dalam SPAP seksi 150 paragraf 1, yaitu :“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan criteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya”.
Auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan harus didasarkan pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing tersebut merupakan ukuran mutu (kualitas) dari kualitas audit yang dihasilkannya. Sedangkan kompetensi dan independensi merupakan faktor-faktor penentu dari kualitas audit seorang akuntan publik dalam pelaksanaan audit sesuai dengan standar auditing tersebut.
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Kualitas Audit
melaksanakan program kerja pemeriksaan, serta menyusun kertas kerja, berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.(Qudus, 2004)
Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert) Semakin ahli seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003 : 26) menemukan bahwa auditor yang ahli akan mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan-kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.
dalam melaksanakan audit, sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian audit berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)
2.2.8. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Tugasnya, akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam Standar Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. (Agnes, 2004 : 33).
Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang objektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
audit, dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia maka akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim (2007) yang menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003). Selain itu hal ini juga sesuai dengan Teori Pengharapan (Expectancy Theory) Teori ini telah dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurth Levin dan Edward Tolman yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan yang ingin diperolehnya sebagai harapan, hal ini berarti dengan adanya sikap independensi yang tinggi diharapkan kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 30)
2.2.9. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Semua penugasan dan dalam semua tanggung jawab, setiap akuntan publik harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme yang disyaratkan oleh Prinsip Etika. Akuntan publik dalam mempertahankan kompetensi professional harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional (Mulyadi, 2002: 58).
Menurut Christiawan (2002: 85) pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman merupakan komponen dasar kompetensi akuntan publik yang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim (2007) yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik, dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991) dalam Mayangsari (2003). Selain itu hal ini juga sesuai dengan Teori Keseimbangan (Equity Theory) yang dikembangkan oleh Adam (Mangkunegara, 2005 : 120-121) yang menyebutkan bahwa semua nilai yang diterima oleh karyawan akan dapat menunjang pelaksanaan kerja yang artinya jika seorang auditor memiliki sikap kompetensi yang tinggi maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil penelitian, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.1, sebagai berikut.
Gambar. 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Uji Statistik Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Diduga keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Independensi
(X2) Keahlian Audit
(X1)
Kompetensi (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Penelitian ini mengunakan 3 (tiga) variabel bebas (X) yaitu
Keahlian audit (X1), Independensi (X2), dan Kompetensi (X3), Sedangkan
variabel terikatnya yaitu Kualitas Audit (Y).
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X)
a. Keahlian audit (X1)
Merupakan keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dalam menerapkan
standart, prosedur, dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam
melaksanakan pemeriksaan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang
diadopsi dari Mayangsari (2003) dengan 5 (lima) item pernyataan.
b. Independensi (X2)
Merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang
c. Kompetensi (X3)
Merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor
sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun
keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, dan simposium.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang
diadopsi dari Alim (2007) dengan 4 (empat) item pernyataan.
2. Variabel Terikat (Y) Kualitas Audit
Merupakan ukuran pelaksanaan audit apakah telah dilaksanakan
sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Akutansi Indonesia, dalam hal ini Standar Auditing merupakan
penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh tujuan yang harus
dicapai dalam audit laporan keuangan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang
diadopsi dari Alim (2007) dengan 7 (tujuh) item pernyataan.
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik
Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak
setuju dengan pernyataan yang diberikan, sedangkan nilai 4 merupakan
nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan
yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju
dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek yang memiliki ciri-ciri atau
karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek
yang lain dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil
penelitian (Sumarsono, 2004:44). Sedangkan populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Surabaya Pusat dan Timur dan minimal bekerja selama 3
(tiga) tahun, dengan alasan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor,
maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik dan tercatat ada 10
KAP dengan 105 Auditor (www.iapi.or.id).
Berikut ini, merupakan nama – nama Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Surabaya Pusat dan Timur, yang disajikan pada tabel 3.1,sebagai berikut
Tabel 3.1 : Daftar Nama – Nama Kantor Akuntan Publik (KAP) Wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Timur
No Nama KAP Alamat Jumlah
Auditor
1 KAP. Agus Iwan Sutanto Kusuma Jl. Pemuda No. 27 - 31, Surabaya 5 2 KAP. Hasnil, M. Yasin & Rekan Ruko Landmark, Jl. Kayun No. 38 – 40 Blok B 8, Surabaya 5 3 KAP. Made Sudarma Jl. Kayoon No. 20 J, Surabaya 7 4 KAP. Ernts & Young Plaza BRI Lantai 9, Jl. Jend Basuki Rahmat No.122, Surabaya 20 5 KAP. Sidharta, Lisawati & Rekan Jl. Undaan Wetan No. 66, Surabaya 5 6 KAP. Budiman, Wawan & Rekan Jl. Medokan Ayu I Blok D – 16, Surabaya 8 7 KAP. Bambang Siswanto Jl. Rungkut Asri Tengah III No. 7 – 9, Surabaya 10 8 KAP. Haryono, Adi & Agus Jl. Raya Kali Rungkut No 1-3, Surabaya 11 9 KAP. Robby Bumulo Jl. Raya Kalirungkut 5, Pertokoan RM, Raya Blok L 39, Surabaya 14 10 KAP. Sipoyo, Sutjahyo, Subyantara & Rekan. Jl. Panjang Jiwo No. 58, Surabaya 20
Total 105
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai
ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representative dari sebuah populasi (Sumarsono,
2004:44).
Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam
melaksanakan suatu penelitian. Untuk itu teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling (penarikan
sampel secara acak), dengan metode yang digunakan adalah sampel
random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama
untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel
digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan
(e = 10%).
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005: 109).
Sumber Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban
Kuesioner yang disebar pada 52 Auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat dan Surabaya Timur dan
dijadikan sampel
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. (Ikhsan dan Ishak, 2005
: 109). Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
Directory Kantor Akuntan Publik mengenai jumlah KAP di Surabaya
yang masih aktif dan terdaftar pada tahun 2009
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan memberikan Anket (Kuisioner) kepada responden. Menurut
Nazir (2005 : 246) Anket yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2006: 135).
Dasar analisis yang digunakan menurut (Ghozali, 2006: 135). yaitu
sebagai berikut :
1. Jika r hitung positif, serta r hitungl > r tabel maka butir atau variabel
tersebut valid.
2. Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indicator dari variable atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006: 41).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha >
0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960
dalam Ghozali, 2006: 46).
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu alat uji yang bertujuan untuk menguji
distribusi normal atau tidak (Sumarsono, 2004:40). Untuk mengetahui
apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode
Kolmogorov Smirnov
Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai
probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item
pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 :40)
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka
distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka
distribusi adalah normal.
3.5. Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini
tidak bias (Sesuai dengan tujuan)
Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya
tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu
(Gujarati, 1999 : 153)
1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
dengan cara uji Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu
sebagai berikut : (Santoso, 2001 : 218)
a. Angka D-W di bawah - 2, hal ini berarti bahwa ada Autokolerasi
positif.
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti bahwa tidak ada
Autokolerasi.
2. Multikolineritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance
Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi
tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas
Multikolinieritas (Ghozali, 2006 : 57-59)
3. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank
Dasar analisis yang digunakan menurut Santoso (2001 : 161)
yaitu sebagai berikut :
a Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05
maka H0 diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
b Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05
maka H0 ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas.
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda
dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
(Anonim, 2009: L-21)
Keterangan :
Y = Kualitas audit
β0 = Konstanta
X1 = Keahlian audit
X2 = Independensi
X3 = Kompetensi
β1…3 = Koefisien regresi
e = Standart Error
3.6.2. Uji Hipotesis
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model atau Uji F
Uji ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi
yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari keahlian audit, independensi
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok
guna melihat pengaruh dari keahlian audit, independensi
dan kompetensi terhadap kualitas.
H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna
melihat pengaruh dari keahlian audit, independensi dan
kompetensi terhadap kualitas audit
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05,, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok
guna melihat pengaruh dari keahlian audit, independensi dan
kompetensi terhadap kualitas audit
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna
melihat pengaruh dari keahlian audit, independensi dan
kompetensi terhadap kualitas audit
3.6.2.2. Uji Parsial atau Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara
empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi dan kompetensi secara
parsial terhadap kualitas audit
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
keahlian audit, independensi dan kompetensi secara
H1 : β1≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari keahlian
audit, independensi dan kompetensi secara parsial
terhadap kualitas
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari
keahlian audit, independensi dan kompetensi secara parsial
terhadap kualitas audit
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari keahlian
audit, independensi dan kompetensi secara parsial terhadap
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan
pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan
suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun
1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu
seperti:
1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi
negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin
mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.
3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor
akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau
akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut
dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar
perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk
menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan
4.1.2. Fungsi Akuntan Publik
Akuntan Publik merupakan bagian dari proses pasar dan kegiatan
pasar modal. Akuntan diharapkan dapat menjadi penengah antara investor
atau calon investor dengan perusahaan.
Investor atau calon investor ini merupakan sebagian dari masyarakat
luas yang memerlukan informasi mengenai perusahaan dan fungsi akuntan
di sini adalah untuk memberikan pernyataan bahwa informasi yang
disediakan oleh pihak perusahaan adalah benar atau tidak menyesatkan
investor atau calon investor.
Dengan cara memeriksa laporan keuangan, akuntan menambah
kredibilitas (Kepercayaan) terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan
keuangan dianggap sudah layak karena telah diperiksa oleh seseorang yang
ahli dan professional dan kedudukannya tidak memihak.
4.1.3. Ketentuan dan Peraturan
Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang
dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam
kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam
surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan publik.
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut
1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun
2. Warga Negara Indonesia (MNI) dan bertempat tinggal di Indonesia.
3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas
dari kewajiban kerja sarjana.
4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang
berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja
atas dasar ikatan dinas.
5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun
sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan,
hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik
(KAP) atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh
dalam lingkungan pemerintahan atau Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)..
6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau
pimpinan atau karyawan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
maupun Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi
akuntan publik yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan
pada suatu usaha konsultasi manajemen.
7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI )
8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka
sarjana dalam butir ketiga di atas telah dicabut dengan Surat Keputusan
Menteri keuangan (MenKeu) RI No. 374 / KMK.013 / 1998 tanggal 28 Mei
1998.
4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya
Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara
tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama
atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public
pasal 20 dan 21.
Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu
dengan cara:
1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi
(Accounting)
2. Menjadi pembicara seminar.
3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa
dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai
auditornya.
4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa audit yang
diberikannya.
5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari jawaban