• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA ASPEK TRANSLASI FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMKN BUYASURI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA ASPEK TRANSLASI FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMKN BUYASURI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA ASPEK TRANSLASI

FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMKN BUYASURI

SKRIPSI

NOVITA MAUMUDE 10539142815

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(2)
(3)

v

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA ASPEK TRANSLASI

FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMKN BUYASURI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NOVITA MAUMUDE 10539142815

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(4)

vi

(5)

vii

(6)

viii

(7)

ix

(8)

x

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”

(Q.S. At- Talaq : 4)

“Setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk mencapai kesuksesannya”

(Novita Maumude)

“Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan”

-Ali bin Abi Thalib-

Karya ini, aku persembahkan untuk Ibunda, Ayahanda, dan Saudara-saudaraku serta keluarga besar yang tak pernah lelah senantiasa berpikir, berdoa, dan berusaha untuk masa depanku

dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan serta senantiasa menjadi motivator

dan alasan untukku tersenyum.

(9)

vii ABSTRAK

Novita Maumude. 2020. Pengaruh Model pembelajaran inkuiri terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep aspek translasi Fisika Peserta Didik Kelas X di SMKN Buyasuri. Skripsi. Program studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Khaeruddin dan pembimbing II Ma’ruf.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu (1) seberapa besar pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik menggunakan metode ceramah sebagai pembelajaran konvensional pada kelas kontrol? (2) seberapa besar

pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen? (3) apakah ada perbedaan pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inkuri terbimbing dan pemahaman kosep aspek translasi fisika peserta didik yang menggunaka pembelajaran konvensional?

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan besarnya pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik menggunakan metode ceramah sebagai pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, (2) mendeskripsikan besarnya pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen, dan (3) mendeskripsikan perbedaan pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design dengan menggunakan desain Posttest-Only Control Design. Adapun variabel bebas yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan variabel terikatnya yaitu pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik. Sampel dalam penelitian dipilih secara random sehingga diperoleh kelas X Ruminansia yang berjumlah 30 orang sebagai kelas eksperimen dan Unggas sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pemahaman konsep aspek translassi fisika dalam bentuk soal essay.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa pemahama konsep aspek yranslasi fisika peserta didik kelas X Ruminansia yang diajar menggunakan model inkuiri terbimbing memperoleh skor rata-rata 85,33 dan standar deviasi 7,63 dan pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik kelas Unggas yang diajar tanpa menggunakan model inkuiri terbimbing memperoleh skor rata- rata 70,33 dan standar deviasi 9,90. Sedangkan hasil analisis statitik inferensial menunjukkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal yang homogen dan diperoleh nilai thitung ttabel yaitu 6,474 1,673. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan menggunakan metode ceramah sebagai pembelajaran konvensional

Kata Kunci: Inkuiri terbimbing, Pembelajaran Konvensional, Pemahaman Konsep, translasi fisika

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Tehadap Pemahaman

Konsep Aspek Translasi Fisika Peserta Didik Kelas X di SMKN Buyasuri”.

Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta Bahman Maumude dan Ratni Rumangun atas segala jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan mendo’akan penulis

(11)

ix

dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi (S1) penulis. Juga terima kasih untuk saudara-saudaraku Dewanti Maumude, S.Pd., Kasjan Maumude dan Jamal Sugito atas dukungan, perhatian, kebersamaan dan do’anya untuk penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dan setulusnya kepada Dr. Khaeruddin.,M.Pd. selaku pembimbing I dan Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh proses perkuliahan. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada : Prof. Dr.H.

Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.d., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Nurlina, S.Si.,M.Pd. dan Bapak Ma’ruf, S.Pd.,M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar seta seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala ilmu dan perhatian yang telah

(12)

x

diberikan kepada penulis atas segala pengorbanan dan jasa-jasa kepada penulis selama penyusunan skripsi.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru dan staf SMKN Buyasuri, dan Ibu Anastasia Bao, S.Pd., selaku guru fisika di sekolah tersebut yang telah memebrikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa program studi pendidikan fisika Angkatan 2015 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku..

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Wassalam

Makassar, Januari 2020

Penulis

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(14)

xii

A. Kerangka Teoritis ... 6

1. Pembelajaran Konvensional ... 6

2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 7

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 13

4. Pemahaman Konsep ... 16

5. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 18

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 23

B. Variabel dan Desain Peneliian ... 23

C. Definisi Operasional Variabel ... 24

D. Populasi dan Subjek Penelitian ... 25

E. Prosedur Penelitian... 25

F. Instrumen Penelitian... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Hasil Analisis Data ... 28

1. Analisis Deskriptif ... 29

2. Analisis Inferensial... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 34

1. Hasil analisis penelitian skor rata-rata per sub indikator ... 34

2. Analisis deskriptif ... 36

(15)

xiii

3. Analisis inferensial ... 39

a. Uji Normalitas ... 38

b. Uji Homogenitas ... 39

c. Uji Hipotesis ... 40

B. Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 50

RIWAYAT HIDUP ...

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 13 3.1 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 29 5.1 Persetase Skor Rata-Rata Pemahaman Konsep Aspek Translasi

Fisika Per Sub Indikator Pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 34 5.2 Deskripsi Hasil Pemahaman Konsep Aspek Translasi Fisika Perta

Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 35 5.3 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 36 5.4 Data Varias Pemahaman Konsep Aspek Translasi Fisika Peserta

Didik ... 39

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.2 Bagan Kerangka Pikir ... 20 3.1 Desain Penelitian Post-Test Only Control Design ... 23 4.1 Diagram Batang Persentase Skor Rata-Rata Masing-Masing Sub

Indikator Pemahaman Konsep Aspek Translasi Fisika Peserta

Didik ... 34 4.2 Diagram Batang Persentase Pengkategorisasian Skor dan

Frekuensi ... 37

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran ... 51

B. Analisis Uji Validasi Dan Reliabilitas Instrumen ... 93

C. Data Skor Pemahaman Konsep Translasi Per Sub Indikator ... 97

D. Analisis Data ... 100

E. Daftar Hadir ... 127

F. Dokumentasi ... 129 G. Persuratan dan lain-lainnya ...

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi edukatif yang akan membawa peserta didik pada dunia baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Interaksi edukatif sebagaimana interaksi sosial secara umum melibatkan seluruh aspek komunikasi secara keseluruhan, yaitu komunikasi verbal dan non verbal untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.

Ilmu fisika biasa disebut sains yang merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat memegang peranan penting dalam bidang teknologi. Dimana pada tingkatan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di hadapkan pada proses pembelajaran yang di haruskan peserta didik lebih berperan aktif di kelas yang sesuai dengan tuntunan kurikulum yang ada. Proses belajar yang dilakukan pada jenjang ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar pada jenjang berikutnya, sehingga peserta didik dituntun untuk memahami konsep-konsep fisika dengan cara menemukan sendiri cara menyelesaikan suatu masalah yang mereka temukan. Maka pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar maupun pengalaman belajar, akan lebih bermakna sehingga perlu diterapkan suatu metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran yang berlangsung di SMKN Buyasuri khususnya pada mata pelajaran fisika di

(20)

2

kelas X Ruminansia dan X Unggas terutama pada pemahaman konsep peserta didik pada materi fisika masih rendah. Hal ini dapat dilihat bagaimana peserta didik yang di ajarkan lebih menekan pada pemahaman secara abstrak atau lebih kepenghafalan materi tanpa melakukan suatu penyelidikan terhadap materi fisika tersebut. Sehingga peserta didik akan sulit menjelaskan kembali keterkaitan suatu konsep-konsep fisika yang dipelajari dengan penerapan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari sehingga meyebabkan miskonsepsi peserta didik. Miskonsepsi pada peserta didik mengakibatkan peserta didik memiliki masalah pada pemahaman konsepnya.

Ide penelitian serupa juga penelitian yang dilakukan oleh Maladjuna,dkk (2017) masalah yang dialami peserta didik karena kurangnya pemahaman konsep dan ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran fisika, serta daya tangkap peserta didik yang berbeda-beda, sehingga penulis mencoba untuk membuat peserta didik paham bukan hanya sebagai konsep saja melainkan mempraktekannya, sehingga peserta didik yang memiliki pemahaman daya tangkap kurang apabila guru hanya menggunakan pembelajaran konvensional saja terhadap pelajaran fisika.

Melihat dari karakteristik peserta didik yang pasif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pasif yang dimaksud adalah peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran baik dalam hal bertanya tentang materi pembelajaran yang belum dipahami, kerjasama antara peserta didik, dan mengaplikasikan materi pembelajaran, serta melihat dari model pembelajaran yang digunakan yang sifatnya masih terpusat pada pendidik

(21)

3

dalam arti belum mampu mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang dimana lebih melibatkan peserta didik secara langsung untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu konsep materi fisika, namun dalam penyelidikan konsep materi fisika tidak terlepas dari bimbingan atau arahan dari guru, dengan model pembelajaran ini diharapkan peserta didik lebih menemukan kebermaknaan dalam proses pembelajaran

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Pada Aspek Translasi Fisika Peserta Didik Kelas X di SMKN Buyasuri”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik menggunakan metode ceramah sebagai pembelajaran konvensional pada kelas kontrol?

2. Seberapa besar pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen?

3. Apakah ada perbedaan pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inkuri

(22)

4

terbimbing dan pemahaman kosep aspek translasi fisika peserta didik yang menggunaka pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan besarnya pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik menggunakan metode ceramah sebagai pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Mendeskripsikan besarnya pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Mendeskripsikan perbedaan pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini diharapkan berguna :

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif pembelajaran yang bisa diterapkan khususnya dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep fisika pada aspek translasi peserta didik.

(23)

5

2. Secara praktis

1. Bagi penulis, merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang professional;

2. Bagi peserta didik, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap mata pelajaran fisika;

3. Bagi guru fisika khususnya dan guru lainnya, dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang sesuai.

4. Bagi sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam usahaa peningkatan kualitas sekolah.

(24)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang hingga saat ini masih digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja model pembelajaran konvensional saat ini sudah mengalami berbagai perubahan-perubahan karena tuntutan zaman. Meskipun demikian tidak meninggalkan keaslianya. Menurut Sanjaya (2006:259) menyatakan bahwa pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Jadi pada umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Ruseffendi (2005: 17) pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Metode pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri tertentu.

Disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang terpusat pada guru, mengutamakan hasil bukan proses, peserta didik ditempatkan sebagai objek dan bukan subjek pembelajaran sehingga peserta didik sulit untuk menyampaikan pendapatnya. Selain itu metode yang digunakan tidak terlepas dari

6

(25)

7

ceramah, pembagian tugas dan latihan sebagai bentuk pengulangan dan pendalaman materi ajar.

2. Model pembelajaran inkuiri

a. Pengertian model pembelajaran inkuiri

Model pembelajaran inquiry (inkuiri), merupakan salah satu model pembelajaran terkenal. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut melakukan penyelidikan. Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi peserta didik untuk membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif.

Menurut Ertikanto (2016 : 37) Metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak- anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu.

Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah yang lebih mempersiapkan dan melibatkan peserta didik untuk melakukan penyelidikan sebuah eksperimen yang dilakukan bersama- sama teman kelompok sehingga dapat membangunkan keingintahuan terhadap materi fisika yang dipelajari.

(26)

8

b. Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri

Adapun tujuan pembelajaran inkuiri menurut Setiawan (2014), adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).

2. Mengembangkan kemampian berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat, dan nalar (kritis, analitis, dan logis).

3. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (couriousity).

4. Mengungkapkan aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inkuiri.

Menurut Sanjaya (2006 : 196-197) beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuri :

Pertama, inkuri menekan kepada aktivitas sebagai subjek belajar.

Artinya dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru yang secara verbal, tetapi mereka juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukakan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap

(27)

9

percaya diri (self believe). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa

Ketiga, tujuan dari penggunanan model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektualnya sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian model pembelajaran inkuri, siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimna caranya agar mereka dapat menggunakan potensi-potensi yang dimilkinya.

d. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Hartono (2013 : 65-67), berikut ini merupakan beberapa prinsip utama dalam strategi pembelajaran inkuiri yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu :

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.

Dengan demikian, selain berorientasi kepada hasil belajar, pembelajaran juga berorientasi pada proses belajar.

2) Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya.

Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

(28)

10

3) Prinsip interaksi. Sebagai sebuah proses interaksi, guru mempunyai peran penting untuk mengatur proses interaksi tersebut agar siswa mampu terangsang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya.

4) Belajar untuk berpikir. Belajar itu tidak hanya mengingat dan menghafal, namun melibatkan semua potensi diri siswa yang membuat siswa berpikir dan menggunakan segala kemampuannya.

5) Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang baik akan selalu membuka ruang bagi anak untuk mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Prinsip keterbukaan itu tetap ada tapi guru harus mengawasi dan mengontrol anak.

Menurut Trianto (2007 : 136) lebih lanjut mengatakan bahwa untuk menciptakan suasana inkuiri, peranan guru adalah sebagai berikut :

1) motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa siswa aktif dan gairah berpikir.

2) fasilitator , yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.

3) penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri.

4) admistrator , yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegaiatan di dalam kelas.

5) pengarah, yang memmpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.

(29)

11

6) manajer, yang menggolah sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

7) Rewarder , yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran inkuiri adalah menstimulus peserta didik agar tertantang untuk berpikir kritis. Guru hendaknya memberikan kesempatan yang leluasa kepada peserta didik untuk menyatakan pendapat mereka agar para peserta didik terangsang berinisiatif dan bertindak..

e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Trianto (2007 : 23-24), setiap model pembelajaran dipastikan memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Model pembelajaran ini juga memiliki hal-hal tersebut dimana kelebihan model pembelajaran inkuiri antara lain : a) model pembelajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi menjadi pengolahan informasi, b) pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru lebih banyak bersifat membimbing, c) dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri peserta didik, d) dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga tahan lama dalam ingatan, e) memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yag tidak haya dijadikan guru

(30)

12

sebagai satu-satunya sumber belajar, f) menghindarkan cara belajar menghafal.

Sedangkan kekurangan inkuiri terbimbing, menurut Ertikanto (2016 : 47) antara lain yakni : a) dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini, b) pembelajaran ini kurang berhasil dalam besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membatu siswa menemukan teori-teori atau konsep-konsep, c) harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanna dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak mempelajari inkuiri.

f. Tingkatan-tingkatan model pembelajaran inkuiri

Menurut Hanafiah dan Cucu (2009:77), metode inkuiri terbagai atas 3 macam anatara lain :

1) Inkuiri terbimbing atau terpimpin, yaitu pelaksanaan inquiry dilakukan atas petunjuk guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, Peserta didikmelakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

2) inkuiri bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan bebas sebagiaman seor ang ilmuan,anatara lain maslah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperileh sendiri.

(31)

13

3) inkuiri bebas dimodifikasikan, yaitu masalah yang diajukan guru didasarkan teori yang usdah dipahami peserta didik. Tujuan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran.

3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing

Menurut Retnosri,Dkk (2016), inkuiri terbimbing (Guide Inkuiri) merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep atau hubungan antar konsep. Inkuiri terbimbing adalah adalah model pembelajaran dimana, guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal yang mengarahkan pada suatu diskusi.

Menurut Ertikanto (2016 : 39), siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk dari guru. Petunjuk-petunjuk itu umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Model inkuiri terbimbing yaitu model inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi dan guru juga memberikan penjelasa-penjelasan seperlunya pada saat siswa melakukan percobaan. Guru mempunyai peran akrif dalam menentukan permasalahandan tahap-tahap pemecahannya.

Sedangkan menurut Hartono (2013 : 72), inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam praktiknya guru menyediakan dan petunjuk bagi siswa. Peran guru dam model ini lebih dominan dari pada siswa. Guru membuat rumusan masalah, lalu menyerahkan kepada siswa. Guru tidak langsung melepaskan segala kegiatan yang dilakukan siswa. Bimbingan dan arah dalam model ini

(32)

14

masih sangat dibutuhkan. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan pada siswa yang belum pernah melakukan model inkuri. Jadi banyak bimbingan dan arahan sebagai awal untuk menuju pada model pembelajaran yang benar-benar mandiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung untuk menyelidiki suatu konsep dalam pembelajaran namun tidak terlepas dari bimbingan dan arahan seorang guru, dengan model pembelajaran ini siswa akan menemukan kebermaknaan dalam proses pembelajaran.

Sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing Tabel 2.1 Sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing

Tahap Aktivitas guru Aktivitas peserta didik Tahap penyajian

masalah

Membagi peserta didik dalam beberapa

kelompok

Duduk bersama teman kelompok

Memusatkan perhatian peserta didik pada suatu materi melalui

serangkaian demonstrasi

Memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan menjawab pertanyaan yang diajukan

Memberikan

permasalahan kepada peserta didik

Merumuskan jawaban sementara dari

permasalahan yang diberikan oleh guru Tahap pengumpulan dan

verifikasi data

Meminta peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang

Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan

(33)

15

berhubungan dengan permasalahan yang diajukan

permasalahan yang diberikan

Meminta peserta didik membuat jawaban sementara (hipotesis)

Membuat hipotesis

Tahap pengumpulan data melaluiek sperimen

Membagi LKPD percobaan pada setiap kelompok

Menerima LKPD percobaan

Membimbing peserta didik dalam melakukan percobaan

Melakukan percobaan sesuai bimbingan guru Berkeliling setiap

kelompok untuk membimbing peserta didik melakukan percobaan Tahap perumusan dan

pengolahan data

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengolah serta menganalisis data hasil eksperimen dan

menjawab pertanyaan diskusi yang terdapat dalam LKPD

Mengolah serta

menganalisis data hasil percobaan

Meminta peserta didik untuk merumuskan dan menyusun kesimpulan hasil percobaan

Merumuskan dan menyusun kesimpulan percobaan

Tahap analisis proses inkuiri

Membimbing peserta didik untuk memahami pola-pola penemuan yang telah ditemukan

Memperhatikan dan memahami pola-pola penemuan yang telah ditemukan

Membimbing peserta didik menganalisis tahap- tahap inkuiri yang teah dilaksanakan

Menganalisis tahap- tahap inkuiri yang telah dilaksnakn

(34)

16

4. Pemahaman Konsep Fisika.

Pemahaman menurut Susanto (2013 : 6-7) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Pada aspek pemahaman adalah kemampuan mendapatkan penekanan dalam proses belajar-mengajar. Hal ini selaras dengan firman Allah sebagaimana yang terkandung dalam surah Az-Zumar ayat 9 :

Artinya : “ Adakah orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Menurut Koestoro ( 2016 : 15), konsep adalah sekelompok objek, peristiwa, atau simbol yang memiliki karakteristik umum yang sama, semisal konsep molekul. Dengan demikian konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki atribut-atribut yang sama dan diidentifikasi dengan nama yang sama. Menurut Sagala (2014: 21), belajar konsep-

(35)

17

konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek. Konsep adalah suatu abstaraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

Menurut dalam Husamah, Dkk (2018 : 146-147), pemahaman konsep bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan sesorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan bahan lain. Pemahaman di bedakan menjadi tiga yaitu :

1. Penerjemahan (translasi) yaitu menerjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menerjemahkan, mengubah, mendefinisi, dan menjelaskan kembali. Indikator dari translasi yaitu:

“Kemampuan menerjemahkan sebuah simbol, ilustrasi, tabel,grafik, persamaan matematis dan rumus-rumus lain ke dalam bentuk verbal”

2. Penafsiran (interprestasi) yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterprestasikan, membedakan, menjelaskan, dan menggambarkan.

(36)

18

3. Ekstrapolasi yaitu menyimpulkan dari suatu konsep yang telah diketahui. Kata kerja operasional yang digunakan untuk kemampuan ini adalah memperhitung, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi.

Dari ketiga aspek pemahaman konsep yang telah diuraikan diatas.

Aspek translasi yang akan peneliti digunakan dalam penelitian ini. Dalam aspek translasi terdiri dari tiga sub indikator yakni : kemampuan menerjemahkan ilustrasi/gambar, kemampuan menerjemahkan tabel/grafik, kemampuan menerjemahkan persamaan atau rumus-rumus lainnya.

5. Hasil Penelitian yang Relevan

Jurnal pertama Setyawati, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Ipa Sma Negeri 2 Kuta Kabupaten Badung”, dengan menggunakan penelitian eksperimen desain post-test only control group design. Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa pemahaman konsep kelas eksperimen yang belajar dengan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berada pada kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan skor rata-rata 17 dan untuk siswa yang berada di kelas kontrol belajar dengan pembelajaran konvensional, pemahaman konsepnya berada pada kualifikasi rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan rata-rata skor 15. Selanjutnya analisis statistik

(37)

19

yang dilakukan berikutnya adalah analisis untuk menguji hipotesis.

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang pertama adalah MANOVA (Multivariate Analisis of Variance). Karena nilai F hasil perhitungan ANOVA sebesar Fhitung = 14,339 dengan taraf signifikansi 0,000. Angka signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Simpulan yang dapat ditarik adalah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbingdan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Rata-rata pemahaman konsep kelompok siswa yang diberi perlakuan Inkuiri Terbimbing ( rata-rata 17) lebih besar dari rata-rata kelompok siswa yang diberi perlakuan konvensional ( rata-rata 15 ).

Jurnal kedua Dewi dan Sudana (2016) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Ipa Siswa Kelas V”, dengan desain post-test only control group design.

Besarnya pengaruh model inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep IPA dapat dibuktikan dari hasil analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata skor pemahaman konsep IPA kelompok eksperimen yaitu 32,08 lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 11.

Jurnal ketiga Wardani dan Setiawan (2017) yang berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep dan Oral Activities Pada Materi Pokok Reaksi Reduksi dan Oksidasi”. Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh positif

(38)

20

terhadap aktivitas siswa dengan hasil perhitungan analisis deskriptif rerata nilai oral activities kelas eksperimen mencapai 3,25 (kriteria tinggi) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang mencapai 2,18 (kriteria rendah), writing activities kelas eksperimen mencapai 3,80 (kriteria sangat tinggi) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang mencapai 3,51 (kriteria sangat tinggi), dan motor activities kelas ekperimen mencapai 3,75 (kriteria sangat tinggi) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang mencapai 3,50 (kriteria sangat tinggi).

B. Kerangka Pikir

Fisika merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar fisika juga merupakan penemuan. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memberlakukan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam model pembelajaran ini peserta didik di programkan agar selalu aktif sehingga diusahakan sedemikian rupa hingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dengan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsepnya sendiri. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing diduga dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep pada aspek translasi fisika peserta didik.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut :

(39)

21

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir Studi pendahuluan tentang model pembelajaran yang diterapkan guru

Peserta Didik

 Kurang aktif

berpartisipasi dalam proses pembelajaran

 Pemahaman konsep fisika peserta didik yang rendah

Guru

 Penyajian materi kurang bervariasi

 Kurangnya

penghargaan terhadap hasil kerja peserta didik

 Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep fisika pada translasi peserta didik

Peserta didik

 Peserta didik aktif dalam berpartisipasi dalam proses pembelajaran

 Mengerjakan LKPD

Guru

Melibatkan peserta didik secara aktif dan meningkatkan

penghargaan terhadap hasil kerja peserta didik

Pemahan konsep fisika pada aspek translasi peserta didik akan meningkat melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing

(40)

22

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dari kerangka pikir diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan menggunakan metode ceramah sebagai pembelajaran konvensional”.

(41)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian True experimental designs (eksperimen sesungguhnya) dengan menggunakan desain penelitian posttest-only control design..

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMKN Buyasuri Jln.Trans Buyasuri - Desa Atulaleng – Kec. Buyasuri

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti ada dua yaitu:

variabel bebas model pembelajaran inkuiri terbimbing dan variabel terikat yaitu pemahaman konsep aspek translasi fisika.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Posttest-Only Control Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing- masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatmen) adalah ( : ).

23

(42)

24

Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest-Only Control Design.

Tabel 3.1 Posttest-Only Control Design R

X O1

- O2

Keterangan:

R = Random adalah pengacakan kelas dalam pengambilan sampel penelitian

X = kelompok yang mendapat perlakuan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (kelas eksperimen)

- = kelompok yang tidak diberi perlakuan atau menggunakan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol)

Sugiyono (2018 : 112) C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran yang dilakukan untuk melibatkan peserta didik lebih banyak aktif secara langsung untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran namun tidak terlepas dari bimbingan dan arahan seorang guru, dengan model pembelajaran ini peserta didik akan menemukan kebermaknaan dalam proses pembelajaran.

2. Pemahaman konsep fisika adalah data yang diperoleh berupa skor dari tes pemahaman konsep yang memenuhi indikator pemahaman translasi yng terdiri dari tiga sub indikator yakni kemampuan menerjemahkan ilustrasi/gambar, kemampuan menerjemahkan tabel/grafik dan kemampuan menerjemahkan persamaan atau rumus-rumus lainnya.

(43)

25

D. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang berjumlah 120 dari kelas X SMKN Buyasuri

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X Ruminansia berjumlah 30 orang dan Unggas berjumlah 30 orang.

E. Prosedur Penelitian 1) Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi Fisika SMKN Buyasuri untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b) Menyusun rancangan pembelajaran c) Membuat instrumen

d) Uji coba instrumen 2) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini :

a) Mengajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen.

b) Mengajar menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

c) Memberikan post-test berupa soal Essay tentang pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik setelah diajar

(44)

26

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen.

d) Memberikan post-test berupa soal Essay tentang pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik setelah diajar menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

3) Tahap Akhir

Mengelola data hasil penelitian.

Menganalisis data hasil penelitian Membahas data penelitian

Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengelolaan data

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen yaitu berupa tes pemahaman konsep aspek translasi peserta didik SMKN Buyasuri, peneliti menggunakan instrumen berupa Essay tes pada pokok bahasan dinamika gerak (hukum gerak newton dan penerapannya) yang ada pada semester ganjil dengan C2 = 15 soal dengan indikator yang digunakan yaitu indikator translasi.

Menurut Sumadi (2014:64), adapun beberapa tahapan penyusunan dan pengembangan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyusun kisi-kisi soal instrumen tes pemahaman konsep aspek translasi fisika terdapat pada lampiran A

(45)

27

2. Menusun soal instrumen tes pemahaman konsep aspek translasi fisika (posttest) pada materi dinamika gerak (Hukum Newton tentang gerak dan penerapannya) terdapat pada lampiran A 3. Mengkonsultasikan validasi perangkat pembelajaran yang

terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKPD, Bahan ajar dan instrumen soal oleh tim validator yang terdiri dari dua orang dosen ahli dan telah dianalisis dengan menggunakan uji Gregory yang menghasilkan bahwa semua perangkat pembelajaran layak untuk digunakan. Untuk melihat hasil analisis perangkat pembelajaran dalam penelitian ini lebih jelas terdapat pada lampiran A.

4. Melakukan uji validasi dan reliabitas instrumen penelitian. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kualitas terhadap instrument yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian validitas setiap butir soal atau item instrumen dimaksudkan untuk menguji kesejajaran atau korelasi skor instrumen dan skor total instrumen yang diperoleh dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh masing-masing item pertanyaan dengan skor total individu Pengujian validasi menggunakan bantuan aplikasi Ms. Excel 2007, dengan pengambilan keputusan berdasarkan pada . Sedangkan uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka harus ditentukan reliabilitasnya. Untuk Perhitungan

(46)

28

reliabilitas tes didekati dengan rumus cronbach alpha dengan bantuan aplikasi Ms. Excel 2007. Untuk melihat hasil analisis uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini lebih jelas terdapat pada lampiran B.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Metode wawancara dilakukan peneliti saat melakukan observasi awal. Narasumber pada kegiatan wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Kegiatan wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi tentang respon siswa pada saat pembelajaran fisika. Peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada narasumber tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan penelitian.

2. Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep pada materi fisika. Tes yang diberikan mencakup pemahaman konsep dengan indikator pemahaman translasi (penerjemahan).

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan inferensial. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai menggunakan rumus sebagai berikut:

N = x 100 Dengan :

N = Nilai peserta didik

(47)

29

SS = Skor hasil belajar peserta didik SI = Skor ideal

(Sudjana, 2005:120)

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa nilai rata-rata dan standar deviasi. Analisis ini dimaksudkan untuk menyajikan atau mengungkapkan hasil belajar fisika peserta didik dengan mengelompokkan dalam kriteria ketuntasan.

Skor rata-rata

Skor rata-rata diperoleh dari persamaan : ̅ =

dengan:

̅ = Skor rata-rata sampel

fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi = Tanda kelas

(Purwanto, 2016: 201)

Standar Deviasi

Menentukan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut :

SD = √ ( )

dengan:

SD = Standar deviasi xi = Titik tengah kelas ̅ = frekuensi

n = Jumlah sampel penelitian

(Sugiyono, 2015: 58)

(48)

30

Pengkategorian Tingkat Pemahaman Konsep

Kategori Pengkategorian menggunakan skala lima berdasarkan skor ideal yakni sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi.

Tabel 3.2 Kategori tingkat pemahaman konsep peserta didik Interval persentase

(%)

Kategori

≤ 54 Sangat Rendah

55 - 59 Rendah

60 - 75 Cukup

76 – 86 Tinggi

86 – 100 Sangat Tinggi

(Riduwan, 2015 : 41) 2. Analisis inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotensi penelitian yang telah diujikan. Sebelum dilakukan pengujian, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar-dasar analisis yaitu uji normalitas yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan dengan rumus Chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

nilai Chi-kuadrat hitung frekuensi hasil pengamatan frekuensi harapan

(49)

31

banyaknya kelas

Kriteria pengujian adalah jika hitung tabel dengan derajat kebebasan (dk) = (0 – 1) pada taraf signifikan maka data dikatakan berdistribusi normal dan apabila kriteria pengujian hitung tabel pada taraf signifikan artinya data tidak berdistribusi normal.

(Sudjana, 2005 : 273)

b. Uji Homogen

Setelah dilakukan uji normalitas dan data menunjukkan distribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan pada uji homogenitas. Tingkat homogenitas dapat ditentukan menggunakan distribusi F. Nilai Fhitung ditentukan dengan menggunakan rumus :

(Sugiyono, 2018 : 275) Untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok homogen atau tidak, maka nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, (dk) = n-1 keterangan hipotesisny adalah :

Jika Fhitung < Ftabel, varian kedua kelompok homogen Jika Fhitung > Ftabel, varian kedua kelompok tidak homogen.

c. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini menggunakan teknik eksperimen kuantitatif diuji dengan menggunakan statistik uji-t. Uji-t

(50)

32

adalah jenis pengujian statistik untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengarauh dari nilai yang diperkirakan dengan hasil perhitungan statistika.

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan yaitu uji hipotesis pihak kanan. Pengujian hipotesis pihak kanan adalah pngujian yang dimana hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” atau “lebih kecil atau sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar” atau “lebih besar atau sama dengan” (Ho = atau Ho dan Ha > atau Ha ).

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t satu pihak dengan rumus :

̅ ̅

Keterangan :

̅ Rata-rata skor tes pemahaman konsep fisika kelompok eksperimen

̅ Rata-rata skor tes pemahaman konsep kelompok kontrol Variansi gabungan keelompok kontrol dengan kelompok

eksperimen

Jumlah peserta didik kelas eksperimen Jumlah peserta didik kelas kontrol

Sedangkan varians gabungan diperoleh dengan rumus :

Dengan :

varians gabungan kelompok ksperimen dengan kelompok kontrol.

jumlah sampel pada kelompok eksperimen.

jumlah sampel pada kelompok kontrol.

standar (standar deviasi) pada kelompok eksperimen.

33

(51)

33

varians (standar deviasi) pada kelompok kontrol.

(Sudjana, 2005 : 239)

(52)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan untuk memperoleh data melalui tes setelah dilakukan suatu pengajaran yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel yang diteliti adalah pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa model inkuir terbimbing pada kelas kontrol. Materi yang diajar adalah Hukum Newton Tentang Gerak dan Penerapannya pada peserta didik kelas X SMKN Buyasuri tahun ajaran 2019/2020. Sebagai kelas eksperimen dalam penelitian adalah peserta didik kelas X Ruminansia dan sebagai kelas kontrol adalah peserta didik kelas X Unggas. Setelah gambaran pelaksanaan penelitian dijelaskan, dilanjutkan dengan dengan proses pengolahan data yang menggunakan analisis data per sub indikator soal, analisis deskriptif dan analisis inferensial.

1. Analisis skor rata-rata hasil penelitian per sub indikator

Untuk mengetahui pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik, digunakan instrumen soal dengan jumlah 8 butir pertanyaan dalam bentuk essay. Setiap butir pertanyaan terdiri dari masing-masing sub indikator, untuk sub indikator soal pertama terdiri dari 5 soal, sub inikator kedua 2 soal dan sub indikator ketiga 1 soal. Hasil perhitungan dengan bantuan komputer program M.S Excel dapat dilihat pada lampiran C

34

(53)

35

Tabel 4.1 : Persentase Skor Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Tranlasi Fisika Per Sub Indikator Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Indikator Persentase (%)

Eksperimen Kontrol 1 Kemampuan menerjemahkan sebuah

ilustrasi/gambar kedalam bentuk verbal

16,8 13,8

2 Kemampuan menerjemahkan sebuah persamaan atau rumus-rumus lain bentuk verbal

50,0 48,1

3 Kemampuan menerjemahkan sebuah tabel kedalam bentuk verbal

71,3 48,5

Sumber : Data hasil pengolahan lampiran C

Adapun diagram skor rata-rata per masing-masing sub indikator pemahaman konsep translasi fisika peserta didik dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini :

Gambar 4.1 : Diagram batang persentase skor rata-rata per masing- masing sub indikator pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik

Berdasarkan gambar diagram 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa, pada kelas eksperimen untuk sub indikator pertama peserta didik menjawab

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

persentase (%)

sub indikator

Persentase (%) Eksperimen

Persentase (%) Kontrol

1 2 3

Keterangan : 1. Kemampuan

menerjemahkan sebuah ilustrasi/gambar kedalam bentuk verbal 2. Kemampuan

menerjemahkan sebuah persamaan atau rumus- rumus lain bentuk verbal

3. Kemampuan

menerjemahkan sebuah tabel kedalam bentuk verbal

(54)

36

benar dengan persentase skor rata-rata sebesar 16,8 %, sub indikator kedua dengan persentase skor rata-rata 50,0% dan sub indikator ketiga dengan persentase skor rata-rata 71,3%. Sedangkan pada kelas kontrol peserta didik menjawab benar dengan persentase skor rata-rata 13,6% untuk sub indikator pertama, sub indikator kedua dengan persentase skor rata-rata 48,1% dan sub inikator ketiga dengan persentase skor rata-rata 48,5 %

2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Gambaran skor tentang skor pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik antara dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diajar dengan model inkuiri terbimbing dan kelas kontrol yang diajar secara konvensional. Hasil analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi M.S Excel 2007.

Berikut ini dikemukakan tabel hasil analisis statistik skor pemahaman konsep aspek transalasi fisika peserta didik pada kelas X SMKN Buyasuri dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 : Deskripsi Hasil Pemahaman Konsep aspek translasi Fisika Peserta Didik kelas X SMKN Buyasuri

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Subjek 30 30

Standar deviasi 7,63 9,90

Skor tertinggi 100 87

Skor terendah 71 52

Rentang data 29 35

Banyak kelas interval 6 6

Panjang kelas interval 5 6

Skor rata-rata 85,33 70,30

Skor minimum 0 0

Skor ideal 100 00

Varians 58,16 98,03

Sumber : Data hasil pengolahan lampiran D

(55)

37

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa, analisis deskriptif data posttest pada kelas eksperimen memperoleh skor rata-rata yaitu 85,33 dengan standar deviasi 7,63. Skor tertinggi yang diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen yaitu 100 dan skor terendah 71. Sedangkan data posttest untuk kelas kontrol memperoleh skor rata-rata yaitu 70,30 dengan standar deviasi 9,90. Skor tertinggi yang diperoleh peserta didik pada kelas kontrol yaitu 87 dengan skor terendah 52.

Kategori skor pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik pada kelas X Ruminansia (Kelas Eksperimen) dan kelas X Unggas (Kelas Kontrol) diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.3 : Persentase Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Interval Skor

Kategori Fi Persentase (%)

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol 1 18 – 34 Sangat

Rendah

0 0 0 0

2 35 – 51 Rendah 0 0 0 0

3 52 – 68 Sedang 0 13 0 43,33

4 69 – 85 Tinggi 13 12 43,33 40,00

5 86 – 100

Sangat Tinggi

17 5 56,67 16,67

Jumlah 30 30 100 100

Sumber : Data hasil pengolahan lampiran D Adapun diagram kategorisasi skor dan frekunsi pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini :

(56)

38

Gambar 4.2 Diagram batang persentase pengkategorian skor dan frekuensi peserta didik

Dari diagram 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen tidak ada peserta didik yang memperoleh skor dengan kategori sangat rendah, rendah dan sedang. Pada rentang skor kategori tinggi peserta didik memperoleh persentase sebesar 43,33%, dan pada rentang skor kategori sangat tinggi persentase yang diperoleh pesera didik sebesar 56,67%. Sedangkan untuk kelas kontrol tidak ada peserta didik yang memperoleh skor dengan kategori sangat rendah dan rendah, pada rentang skor dengan kategori sedang persentase yang diperoleh peserta didik 43,33%. Pada rentang skor dengan kategori tinggi peserta didik memperoleh persentase 40,00%, pada rentang skor dengan kategori sangat tinggi persentase yang diperoleh pesera didik sebesar 16,67% .

3. Hasil Analisis Statistik Inferensial a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap skor masing-masing kelompok dengan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Persentase (%)

Kategori Skor

persentase (%) kelas eksperimen

persentase (%) kelas kontrol

(57)

39

tujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.

Berdasarkan hasil analisis data (lampiran D.2.1 dan D.2.2 analisis statistika inferensial) dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh hasil data hasil pengujian normalitas menunjukan bahwa nilai sebesar 3,330 sedangkan nilai untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 2, maka dicari pada tabel chi kuadrat didapat = 5,991 dengan kriteria pengujian, jika artinya distribusi data tidak normal dan jika , artinya data berdistribusi normal. Ternyata

atau 3,330 5,991. Sehingga dapat disimpulkan kelas eksperimen merupakan kelompok data yang berasal dari populasi berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh sebesar 6,185 dan nilai

untuk = 0,05 dan derjat kebebasan (dk) = 3, maka dicari pada tabel chi kuadrat didapat = 7,815 dan hasilnya menunjukkan bahwa atau 6,185 7,815. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol merupakan kelompok dari data yang berasal dari populasi berdistribusi normal. (perhitugan selengkapnya dapat dilihat dilampiran D halam 114).

b. Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil pengujian normalitas, ternyata data yang diperoleh dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas variansi populasi .

(58)

40

Tabel 4.4 : Data Varias Pemahaman Konsep Aspek Translasi Fisika Peserta Didik

Kelas Jumlah

sampel

Standar deviasi

Varians

Eksperimen 30 7,63 58,16

Kontrol 30 9,90 98,03

Sumber : Pengolahan Data (lampiran D)

Dari perhitungan pengujian homogenitas varians diperoleh nilai Fhitung = 1,69 dan nilai Ftabel = 1,86, karena Fhitung Ftabel, maka disimpulkan bahwa data skor pemahaman konsep aspek translasi fisika peserta didik kelompok yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang mempunyai varians yang homogen (perhitugan selengkapnya dapat dilihat dilampiran D halaman 124)

c. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan teknik eksperimen kuantitatif diuji dengan menggunakan statistik uji-t. Uji-t adalah jenis pengujian statistik untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau pengarauh dari nilai yang diperkirakan dengan hasil perhitungan statistika.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian degan menggunakan uji-t, diperoleh skor thitung diperoleh sebesar 6,474, sedangkan untuk ttabel dengan dk

= (n1 + n2 – 2) = 30 +30 – 2 = 56. Pada taraf nyata diperoleh ttabel = (0,95) (56) sebesar 1,673. Hasil yang diperoleh menunjukkan thitung > ttabel = 6,474 > 1,673 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Terdapat perbedaan

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar Halaman
Gambar 2.2.  Bagan Kerangka Pikir Studi pendahuluan tentang model pembelajaran yang diterapkan guru
Tabel 3.2 Kategori tingkat pemahaman konsep peserta didik   Interval persentase  (%)  Kategori  ≤ 54  Sangat Rendah  55  -  59  Rendah  60  -  75  Cukup  76 – 86  Tinggi  86 – 100  Sangat Tinggi    (Riduwan, 2015 : 41)  2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis terhadap 200 kosakata yang terdapat pada bahasa Angkola, bahasa Simalungun, dan bahasa Toba diketahui kekerabatan antara bahasa Angkola dan

Adapun pengunjung, pekerja medis, pekerja non medis, serta pasien pada jam-jam tertentu untuk berinteraksi di dalamnya sehingga memicu tigkat pencemaran udara yang

kebebasan dalam aspek formil adalah kebebasan yang diberikan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, kebebasan untuk memilih dengan pihak siapa ia

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode AHP dan TOPSIS dalam membangun sistem pendukung keputusan pemilihan best customer service pada Graha XL

digunakan dalam menentukan masing- masing liabilitas manfaat polis masa depan, premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi liabilitas klaim, berdasarkan

Tentunya dari perbandingan ini dapat diperoleh informasi bahwa secara umum dari besaran persentase ini, alumni ITB angkatan 2013 peserta Bidikmisi memiliki catatan masa

Hal tersebut mengacu pada teori milik (Zikmund, 2003) yakni aspek variabel loyalitas (variabel Y), dapat diukur berdasarkan: (1) satisfaction (kepuasan), merupakan

Diinformasikan kepada warga jemaat GPIB Syaloom Balikpapan bahwa hasil Rapat PHMJ dengan karyawan tanggal 29 Januari 2021 dan berdasarkan Surat Majelis Jemaat GPIB Syaloom