KAJIAN PEMAHAMAN PASIEN DIABETES M
RUMAH SAKIT UM
Diajukan Memperol
UNIVE
i
N DAN KETAATAN PENGGUNAAN OBAT PADA MELLITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI UMUM PUSAT Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
SKRIPSI
an untuk Memenuhi Salah Satu Syarat roleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dita Utima Lorentina NIM : 088114165
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk
Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, kehidupan, dan cinta yang telah
dianugerahkan kepadaku.
Papa Hedy Utomo dan mama Lilis Setyawati, terimakasih untuk darah, air mata dan peluh perjuangan kalian. Dari rasa khawatir hingga rasa yakin, aku mencoba bertahan atas keyakinanku. Aku selalu yakin dengan dukungan kalian.
Mungkin inilah yang mampu kubuktikan kepada kalian, bahwa aku tidak pernah lupa pengorbanan kalian, bahwa aku tak pernah lupa nasihat dan dukungan kalian. Belaian kasih sayang orang tua kepada anaknya, tak pernah ku lupa segalanya dan selamanya….
kedua adik kembarku Dela Utima Alvioleta dan Dina Utima Lolita, terimakasih atas cinta kasih dan pelukan hangat kalian.
vi PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan bimbingan-Nya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul “Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusar Dr. Sardjito Yogyakarta” ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Keberhasilan penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan perhatian orang-orang yang ada disekitar penulis yang telah memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing serta penguji yang selalu memberikan saran, arahan, kritikan, semangat, serta motivasi demi kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini.
3. Dr. Fenty, M.,Kes., Sp., PK., atas kesediaan dalam menguji, memberikan saran, arahan, dan kritikan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., atas kesediaan dalam menguji, memberikan saran, arahan, dan kritikan dalam penyelesaian skripsi ini.
vii
6. Seluruh pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta atas kesediaan untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Karuna Wijaya, atas doa, kasih sayang dan dukungannya.
8. Semua sahabat-sahabat atas dukungan, keceriaan dan kebersamaan selama ini. 9. Semua teman-teman kost Putri Muria, atas persahabatan, dan kebersamaannya
selama ini.
10. Teman-teman kelas C, teman-teman FKK B, dan seluruh angkatan 2008-2012 atas persahabatan, kebersamaan, keceriaan di dalam maupun diluar kelas, dan suka-duka selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
PRAKATA ...vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...viii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
INTISARI ...xvi
ABSTRACT ...xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang... 1
1. Perumusan masalah ...3
2. Keaslian penelitian ...4
3. Manfaat penelitian ...6
a. Manfaat teoritis ...6
b. Manfaat praktis ...6
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan umum ... 6
2. Tujuan khusus ... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ...8
A. Pemahaman...8
1. Definisi ...8
2. Tahap informasi ...8
x
B. Ketaatan ... 12
1. Definisi ... 12
2. Jenis ketidaktaatan... ... 14
3. Faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan... ... 14
C. Diabetes Mellitus tipe 2... ... 16
1. Definisi... ... 16
2. Etiologi... ... 17
3. Gejala klinis... ... 17
4. Patofisiologi... ... 18
5. Komplikasi DM tipe 2... 19
6. Penatalaksanaan terapi... ... 20
D. Hipertensi... ... 24
1. Definisi... ... 24
2. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah... ... 24
3. Etiologi... .. 26
4. Gejala klinis... 27
5. Patofisiologi... 27
6. Klasifikasi... 29
7. Faktor risiko hipertensi... 30
8. Penatalaksanaan terapi... ... 33
E. Keterangan Empiris... 46
BAB III. METODE PENELITIAN... .. 47
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 47
B. Variabel Penelitian... .. 47
C. Definisi Operasional... .. 48
D. Teknik Sampling... . 49
E. Subjek Penelitian... .. 49
F. Bahan Penelitian... .. 49
G. Lokasi dan Waktu Penelitian... . 50
H. Instrumen Penelitian... .. 50
xi
1. Studi pustaka... .. 52
2. Analisis situasi... 52
3. Pembuatan instrumen penelitian... ... 53
4. Pengambilan data... .. 55
5. Analisis data... .. 56
6. Keterbatasan penelitian... .. 57
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 58
A. Karakteristik Pasien... .. 58
1. Umur... ... 59
2. Jenis kelamin... .. 60
3. Pendidikan... .. 61
4. Pekerjaan... ... 62
5. Penghasilan... ... 63
B. Pemahaman Pasien... .. 64
1. Pemahaman terhadap rincian obat... ... 65
2. Pemahaman terhadap efek obat yang diberikan... ... 66
3. Pemahaman terhadap efek samping obat... .. 66
4. Pemahaman terhadap instruksi... 68
5. Pemahaman terhadap perhatian dan peringatan... 68
6. Pemahaman terhadap konsultasi mendatang ... 68
C. Ketaatan Pasien... .. 69
1. Ketaatan dalam memeriksa rincian obat... 70
2. Ketaatan dalam mengkonsumsi obat... ... 70
3. Ketaatan dalam kesesuaian dosis yang ditentukan... ... 71
4. Ketaatan dalam pemeriksaan laboratorium... .. 71
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 76
A. Kesimpulan ... .. 76
B. Saran ... .. 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 82
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Golongan Obat Antidiabetes... 21
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Umur... 29
Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Orang Dewasa... 29
Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup... ... 34
Tabel V. Golongan Obat Antihipertensi... 35
Tabel VI. Variabel Pemahaman ... 51
Tabel VII. Variabel Ketaatan ... 52
Tabel VIII. Jenis PernyataanFavorabledanUnfavorable... 54
Tabel IX. Sumber Informasi Pasien ... 64
Tabel X. Rincian Obat ... 65
Tabel X. Cara Konsumsi Obat... 66
Tabel XI. Efek Obat yang diberikan ... 66
Tabel XII. Efek Samping Obat... 67
Tabel XIII. Instruksi... 67
Tabel XIV. Perhatian dan Peringatan Penggunaan Obat ... 68
Tabel XV. Konsultasi Mendatang ... 70
Tabel XVI. Rincian Obat... 70
Tabel XVII. Cara Konsumsi Obat... 70
Tabel XVIII.Kesesuaian Dosis... 71
Tabel XIX. Pemeriksaan Laboratorium ... 71
Tabel XX. Jumlah Sisa Obat ... 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Urutan Pemrosesan Informasi ... 9
Gambar 2. Konsep Perilaku Sakit ... 13
Gambar 3. Patofisiologi DM tipe 2 ... 18
Gambar 4. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah... 25
Gambar 5. Patofisiologi Hipertensi... 27
Gambar 6. Algoritma Terapi Hipertensi... 45
Gambar 7. Kombinasi Obat Antihipertensi... 46
Gambar 8. Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur... 59
Gambar 9. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin... 60
Gambar 10. Karakteristik Pasien Berdasarkan Pendidikan... 61
Gambar 11. Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan ... 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. PersetujuanEthical Clearance ... 84
Lampiran 2. Pengajuan Konsultasi Kuesioner ... 85
Lampiran 3. Persetujuan Uji Validitas dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta... ... 86
Lampiran 4. Persetujuan Penelitian dan Pengambilan Data di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta ... 87
Lampiran 5. Persetujuan Penelitian dan Pengambilan Data dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta ... 88
Lampiran 6. Lembar Informasi untuk Pasien ... 89
Lampiran 7. FormulirInformed Consent ... 91
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian ... 92
Lampiram9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 95
Lampiran 10. Karakteristik Responden ... 100
Lampiran 11. Hasil Pemahaman dan Ketaatan ... 101
Lampiran 12. Hasil Kuesioner Informasi Lain... 102
Lampiran 13. Hasil Jumlah Sisa Obat... 103
Lampiran 14. Keterangan Selesai Penelitian ... 107
xv INTISARI
DM tipe 2 disebabkan adanya insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi untuk mengikat gula dalam darah akibat pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat (Zuhal, 2010). Seperti halnya dengan DM, hipertensi penyebab kematian nomor 3 di Indonesia (Depkes, 2012), untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes maupun hipertensi yang optimal dibutuhkan pemahan dan ketaatan penggunaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan ketaatan penggunaan obat pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta dengan metode pengecekan penebusan obat, kuesioner, dan perhitungan jumlah sisa obat. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif, pengambilan data dilakukan menggunakan instrumen kuesioner dengan rancangan cross sectional. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 25 pasien, diketahui bahwa karakteristik pasien DM tipe 2 dengan hipertensi adalah pasien wanita, pasien berumur ≥ 65 tahun, tingkat pendidikan terakhir SMA, rata-rata pasien berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan penghasilan rata-rata per bulan Rp 870.000-1.500.000. Pemahaman rendah jika persentase ≤ 50% dan pemahaman tinggi jika persentase > 50%, hasil penelitian menunjukkan pemahaman pasien dalam penggunaaan obat tinggi yaitu 96,4%. Pasien dikatakan taat jika obat habis ≥ 80% dan pasien tidak taat jika sisa obat > 20% hasil penelitian menunjukkan pasien taat dalam mengkonsumsi yaitu 96%.
xvi
ABSTRACT
Type 2 diabetes caused by insulin produced by the pancreas is not sufficient to bind the sugar in the blood a result diet or an unhealthy lifestyle (Zuhal, 2010). As with DM, hypertension, number 3 cause of death in Indonesia (Depkes RI, 2012), to get the management of diabetes or hypertension that required understanding and adherence to optimal drug use. This study aims to determine understanding and adherence to medication use in patients with type 2 diabetes with hypertension in the Installation General Hospital Outpatient Center Dr.Sardjito Yogyakarta by the method of drug redemption checks, questionnaires, and the calculation of the amount of drug remaining.
This study includes non-experimental research with descriptive evaluative design, data collection carried out using a questionnaire instrument with cross sectional design. Data processing is done by descriptive statistical methods.
Based on the results of research conducted in 25 patients, it is known that the characteristics of type 2 DM patients with hypertension were female patients, patients aged ≥ 65 years, the last high school education, the average patient living as a housewife, and average earnings per month Rp 870000-1500000. Understanding is low if the percentage of ≤ 50%and higher understanding if the percentage of> 50%, the results showed an understanding of the patient in the use of the drug as high as 96.4%. Patients are said to be obeyed if the drug is depleted ≥ 80% and the patient does not obey if the rest of the drugs> 20% of the results showed patients taking the devout in 96%.
1 BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan intoleran karbohidrat yang ditandai
dengan resistensi insulin, defisiensi relatif insulin, kelebihan produksi glukosa hepar
dan hiperglikemia (Brashers and Valentina, 2007). Menurut International Diabetes
Federation/IDF (2005), menyebutkan jumlah penderita diabetes di seluruh dunia saat
ini diperkirakan sekitar 190 juta, pada tahun 2025 jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi lebih dari 330 juta, dengan sebagian besar merupakan DM tipe 2 .
Menurut Centers for Desease Control and Prefention (2003), menjelaskan
bahwa kasus diabetes mellitus tipe 2 sebesar 90% sampai 95% dari kasus diagnosis
diabetes, dimana sel–sel tidak menggunakan insulin secara benar, sehingga pankreas
secara bertahap kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di dunia, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2012). Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004
(Turminah, 2009). Prevalensi hipertensi pada penderita DM di Indonesia
secara keseluruhan adalah 70%, dimana pada laki-laki 32% dan wanita 45%
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila
pengelolaannya tidak tepat (Depkes RI, 2005).
Pengelolaan DM tipe 2 dengan hipertensi agar memperoleh hasil yang
optimal dibutuhkan perubahan perilaku dari pasien dimana perlu dilakukan edukasi
bagi pasien dan keluarga untuk meningkatan motivasi (PERKENI, 2006). Untuk
dapat mencapai target pengobatan yang tepat, dibutuhkan usaha yang cukup besar
agar dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat (Depkes RI, 2006).
Ketidakpahaman dan ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi
merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena
kurangnya pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan penggunaan obat untuk terapinya (Depkes RI, 2007). Keterampilan
komunikasi dokter dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai
penyakit yang diderita serta cara pengobatan dan pendekatan yang baik dapat
meningkatkan kepuasan pasien (Smet, 1994).
Kepuasan pasien terhadap terapi pengobatan pada gilirannya akan
meningkatkan kepatuhan terhadap rencana terapi yang akan dilaksanakan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa ketaatan pada pengobatan penyakit yang bersifat
kronis pada umumnya rendah. Penelitian yang melibatkan pasien berobat jalan
menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien tidak mengkonsumsi obat sesuai dengan
dosis yang seharusnya (Basuki, 2009).
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada
sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah (Badan POM
RI, 2006).
Peneliti memilih DM tipe 2 dengan hipertensi karena tingkat insidensi DM
tipe 2 dengan hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito tinggi yaitu
sebesar 48 pasien dan kedua penyakit tersebut merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan ketaatan dalam penggunaan obat.
Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Sardjito Yogyakarta, Jl. Kesehatan 1 Yogyakarta sebagai salah satu lembaga
pelayanan masyarakat dibidang kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan
DM tipe 2 dengan hipertensi dan merupakan rumah sakit rujukan untuk masyarakat
Yogyakarta.
1. Perumusan masalah
a. Bagaimana karakteristik pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta?
b. Bagaimana pemahaman pasien DM tipe 2 dengan hipertensi terhadap
pengobatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito
Yogyakarta ?
c. Bagaimana ketaatan pasien DM tipe 2 dengan hipertensi terhadap pengunaan
obat di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemahaman dan ketaatan
penggunaan obat yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai berikut :
a. Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 dengan Hipertensi (Dewanti, 2010). Perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewanti 2010, terletak pada tempat, penelitian Dewanti dilakukan
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sedangkan penelitian ini dilakukan di
Rumah sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta, periode pengambilan data
dilakukan pada Juli-Agustus 2010, sedangkan penelitian ini dilakukan pada
Januari-Maret 2012, sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan terletak
pada subjek penelitian, yaitu pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi dan
kajian pemahaman dan ketaatan penggunaan obat.
b. Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 dengan Komplikasi Gagal Ginjal Kronis (Handayani, 2010). Perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2010, terletak pada tempat,
penelitian Handayani dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
sedangkan penelitian ini dilakukan di Rumah sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
Yogyakarta, periode pengambilan data dilakukan pada Juli-Agustus 2010,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada Januari-Maret 2012, dan subjek
penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi gagal ginjal
dengan hipertensi, sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan terletak pada
kajian pemahaman dan ketaatan penggunaan obat.
c. Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 dengan Komplikasi Dislipidemia di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Desember 2010-Januari 2011 (Novreny, 2011). Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Novreny 2011, terletak pada tempat, penelitian
Novreny dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sedangkan penelitian
ini dilakukan di Rumah sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta, periode
pengambilan data dilakukan pada Desember 2010-Januari 2011, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada Januari-Maret 2012, dan subjek penelitian adalah
pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia, sedangkan subjek
pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi,
sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan terletak pada kajian pemahaman
dan ketaatan penggunaan obat.
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian mengenai
“Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 dengan Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta”
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan di bidang
kesehatan, terkait pemahaman dan ketaatan penggunaan obat pada pasien DM
tipe 2 dengan hipertensi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian berupa terapi atau edukasi khususnya pasien DM tipe
2 dengan hipertensi khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman dan
ketaatan penggunaan obat pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui karakteristik pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta.
b. Mengetahui tingkat pemahaman pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi
c. Mengetahui ketaatan pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan
8 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pemahaman
1. Definisi
Menurut kamus Bahasa Indonesia kontemporer, pemahaman merupakan
proses, perbuatan, atau cara memahami dan memahamkan (Salim, 1991). Pemahaman
yang baik mengenai informasi pengobatan diasumsikan dapat meningkatkan ketaatan
pasien dalam menjalankan proses terapi, paling tidak pemahaman mengenai efek dari
obat yang diberikan, efek samping obat, instruksi, peringatan, dan konsultasi
mendatang (Santoso, Suryawati, dan Danu 2003).
2. Tahap pemrosesan informasi
Dalam suatu kegiatan seseorang menerima informasi dan mengolah informasi
tersebut didalam memori. Menurut Atkinson and Shiffrin (cit., Sutrisno, 2008),
informasi diproses dan disimpan dalam 3 tahapan, yaitu :
a. Sensory Memory(SM)
Informasi masuk kedalam sistem informasi manusia melalui saluran sesuai dengan
inderanya. Persepsi bekerja pada informasi ini untuk menciptakan apa yang kita
pahami. Keterbatasan kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak
semua informasi bisa diolah. Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam
b. Short-term Memory(ST
Short-term memory atau
dipikirkan seseorang pa
Jika informasi dalam
kelamaan informasi te
informasi berikutnya, ya
c. Long-term Memory (LTM
Long-term memorymeru
dapat menyimpan info
diperlukan lagi. Informa
ke dalam bentuk struktur
Schema mengelompokk
nantinya informasi terse
informasi di waktu menda
informasi).
STM) atauworking memory
tau working memory berhubungan dengan apa yan
pada suatu saat ketika menerima stimulus dari ling
short-term memory ini terus digunakan, maka
tersebut akan masuk ke dalam tahapan peny
, yaitulong-term memory.
TM)
erupakan memori penyimpanan yang relatif permane
informasi meskipun informasi tersebut mungki
masi yang tersimpan di dalamlong-term memorydi
uktur pengetahuan tertentu, atau yang disebut dengan
pokkan elemen-elemen informasi sesuai dengan ba
rsebut akan digunakan, sehingga schemamemfasilit
endatang ketika akan digunakan (proses memanggil
. Urutan Pemrosesan Informasi (Harinaldi, 2005) Stimulus
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
Berdasarkan Gambar 1, seseorang menerima informasi melalui berbagai
indera. Stimulus-stimulus dari masing-masing indera ditampung sementara di register
sensoral selama beberapa detik. Informasi mentah akan langsung terlupakan jika tidak
ditindaklanjuti (Harinaldi, 2005).
Seseorang mencocokkan informasi yang baru masuk dengan sekumpulan pola
yang telah tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Informasi yang tidak menarik
perhatian akan dibuang dan hilang. Informasi yang terpilih akan masuk kedalam
ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek bersifat aktif, sadar, dan temporer.
Daya tampung informasi ingatan jangka pendek tidak sebanyak daya tampung di
register sensoral, namun ingatan ini menampung informasi itu dalam jangka waktu
yang lebih lama. Suatu informasi akan mudah diingat jika memiliki banyak
hubungan. Seseorang dapat melupakan informasi ingatan jangka panjang karena
adanya gangguan dari informasi baru, namun hal ini lebih dianggap sebagai
kegagalan mencari informasi yang tersimpan dan bukan karena hilangnya informasi
tersebut (Harinaldi, 2005).
3. Informasi obat
Untuk mencegah penggunaan obat yang salah dan untuk menciptakan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak
pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan, maka
diperlukan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat. Pasien
peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi
akan meningkat pula (Depkes, 2007).
Pada pemberian informasi, minimal instruksi yang dapat disampaikan kepada
pasien adalah :
a. Efek dari obat yang diberikan
Kenapa obat harus diminum, gejala yang mungkin dapat dihilangkan dan mana
yang tidak, kapan efek obat akan mulai terlihat, dan keadaan yang dapat terjadi
jika penggunaan obat tidak benar.
b. Efek samping obat
Keadaan yang mungkin terjadi, bagaimana mengenalinya, bagaimana keseriusan
efek samping obat dan harus kemana jika terjadi efek samping obat.
c. Instruksi
Kapan obat harus diminum, bagaimana obat harus diminum, bila keadaan seperti
apa obat harus diminum, bagaimana menyimpan obat yang benar, sampai kapan
obat harus diminum.
d. Peringatan
Kapan obat harus dihentikan, berapa dosis maksimum yang diperbolehkan,
kenapa obat harus diminum sampai habis.
e. Konsultasi mendatang
Kapan harus konsultasi kembali, kondisi bagaimana harus kembali, informasi apa
B. Ketaatan
1. Definisi
Ketaatan didefinisikan sebagai tingkat ketepatan perilaku seseorang individu
dengan nasehat medis atau kesehatan (Siregar dan Kumolosari, 2005). Menurut Pusat
Data dan Informasi, keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya baik
melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk terapi, maupun dalam ketaatan
melaksanakan anjuran lain dalam mendukung terapi (Depkes RI, 2006).
Ketaatan merupakan proses perilaku kompleks yang ditentukan beberapa
faktor yaitu sifat pasien, lingkungan pasien, dan karakteristik dari penyakit dan
pengobatannya (WHO, 2003). Keberhasilan terapi obat terjadi apabila pasien
benar-benar mengetahui tentang informasi obat dan penggunaannya. Pasien yang
berpengetahuan tentang obatnya, menunjukkan ketaatan yang meningkat terhadap
regimen obat yang ditulis sehingga menghasilkan terapi yang meningkat (Siregar dan
Kumolosari, 2005).
Cara untuk mengukur ketaatan penggunaan obat terdiri dari 2 metode, yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Pada penelitian ini dilakukan
menggunakan metode tidak langsung, yaitu kuesioner dan menghitung jumlah sisa
obat dan penebusan resep kembali. Metode kuesioner sederhana, tidak mahal, dan
mudah dilakukan, metode menghitung jumlah sisa obat objektif dan mudah
dilakukan, dan metode penebusan resep kembali objektif dan mudah dalam
Menurut Lehndroff and Tracy (cit., Novianty, 2008), rasa sakit dapat dikelola,
baik untuk sekedar pengendalian maupun untuk mencapai penyembuhan diri dari
penyakit yang sedang diderita, dan faktor utama yang menunjang kemampuan derajat
kesehatan pasien adalah keinginan dan kehendak yang besar untuk mengalami
kemajuan. Dari teori tersebut dapat dijelaskan mengenai model perilaku sakit dilihat
dari sudut kemampuan dan kemauan mengelola rasa sakit.
kemampuan (+)
kuadran II kuadran I
kuadran IV kuadran III
kemampuan (-)
Gambar 2. Konsep Perilaku Sakit Lehndroff and Tracy (cit., Novianty, 2008) Dari Gambar 2, dijelaskan konsep perilaku sakit sebagai berikut :
1) Kuadran I merupakan kuadran yang ideal karena seseorang pasien memiliki
kemampuan untuk mengelola rasa sakit.
2) Kuadran II pasien sudah memiliki keinginan untuk mengelola rasa sakitnya,
namun pasien tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
pengelolaan rasa sakit.
3) Kuadran III, pasien yang kehilangan semangat hidup, sehingga pasrah terhadap
kondisi yang ada, padahal dirinya mampu untuk meraih kesembuhan atau
mendapat kondisi rasa sakit yang kecil.
4) Kuadran IV, merupakan pasien yang pesimis. Dimana dalam dirinya sudah tidak
ada rasa ingin untuk mendapatkan kualitas kesehatan yang lebih baik dan
kemudian dipengaruhi oleh adanya ketidakmampuan dirinya untuk mengelola
rasa sakit.
2. Jenis ketidaktaatan
Situasi yang berkaitan dengan ketidaktaatan pada terapi obat, mencakup :
a. Kegagalan menebus resep
Pasien tidak merasa memerlukan obat atau tidak menghendaki
pengambilannya. Ada juga pasien tidak menebus resep karena tidak mampu
membelinya.
b. Melalaikan dosis.
c. Kesalahan dosis.
d. Kesalahan dalam waktu pemberian atau konsumsi obat.
e. Keadaan obat yang dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan,
seperti obat yang harus dikonsumsi terpisah dari waktu makan (1 jam sebelum
makan dan 2 jam setelah makan) untuk mencapai absorpsi yang optimal.
f. Penghentian pemberian obat sebelum waktunya (Siregar dan Kumolosari,
2005).
3. Faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan
Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan adalah :
a. Faktor pasien :
1) Merasa pengobatan tidak serius, selain itu juga dapat dimungkinkan
pasien menjadi putus asa dengan program terapi yang lama dan tidak
2) Pandangan negatif dari keluarga dan teman atau kurangnya dukungan
sosial (Siregar dan Kumolosari, 2005).
b. Faktor komunikasi :
1) Tingkat pengawasan medis rendah.
2) Kurang penjelasan yang eksplisit, tepat, jelas, jumlahnya memadai, dan
termasuk menerima tanggapan.
3) Kurang informasi yang seimbang tentang risiko dan efek samping.
4) Strategi yang dilakukan oleh profesional kesehatan rendah.
5) Interaksi dengan profesional kesehatan sedikit atau tidak ada sama sekali.
6) Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian.
7) Profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat
keputusan (Siregar dan Kumolosari, 2005).
c. Hambatan ketaatan :
1) Regimen pengobatan kompleks
Makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan pasien, semakin
tinggi risiko ketidaktaatan.
2) Durasi terapi panjang
Tingkat ketidaktaatan menjadi lebih besar apabila periode pengobatan
lama, sehingga ketaatan pada pengobatan jangka panjang lebih sulit
3) Frekuensi pemberian
Pemberian obat pada jangka waktu yang sering (mengkonsumsi obat
lebih dari 2 kali sehari), membuat ketidaktaatan lebih mungkin terjadi
karena jadwal kerja pasien akan terganggu untuk pengambilan satu dosis
obat.
4) Munculnya efek merugikan atau efek samping.
5) Tidak dapat membaca, kemampuan kognitif rendah, hambatan bahasa.
6) Harga obat
Biaya yang dikatakan beberapa pasien sebagai alasan untuk tidak
menebus resepnya sama sekali karena obat jarang digunakan atau
penghentian penggunaan sebelum waktunya disebabkan oleh harga yang
mahal (Siregar dan Kumolosari, 2005).
C. Diabetes Mellitus Tipe 2
1. Definisi
Intoleran karbohidrat yang ditandai resistensi insulin, defisiensi relatif insulin,
kelebihan produksi glukosa hepar dan hiperglikemia (Brashers and Valentina, 2007).
Menurut National Diabetes Information Clearinghouse (2008), Resistensi insulin
merupakan suatu kondisi dimana tubuh memproduksi insulin tetapi tidak
menggunakannya secara benar, insulin merupakan hormon yang dibuat oleh
pankreas, dimana membantu tubuh menggunakan glukosa sebagai energi, glukosa
2. Etiologi
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2 antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah
serat, serta kurang gerak badan (Depkes, 2005).
3. Gejala klinis
Gejala umum DM yang sering dirasakan antara lain poliuria (peningkatan
pengeluaran urin), polidipsia (peningkatan rasa haus), rasa lelah dan kelemahan otot
akibat katabolisme protein di otot, polifagia (peningkatan rasa lapar), dan sering
terjadi penurunan berat badan. Pada DM tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya
hampir tidak ada (Corwin, 2008). DM tipe 2 sering muncul tanpa diketahui, dan
penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada
4. Patofisiologi
Gambar 3. Patofisiologi DM Tipe 2 (Surampudi,Kalarickal, dan Fonseca 2009).
Resistensi insulin merupakan keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja
optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan
resisten terhadap efek insulin menyebabkan sel pankreas mensekresi insulin dalam
kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan homeostasis glukosa darah,
sehingga terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan
euglikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar glukosa
darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia, disamping
itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah. Keadaan glukotoksisitas
dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relatif (walaupun telah dikompensasi
terjadilah gangguan metabolisme glukosa berupa Glukosa Puasa Terganggu,
Gangguan Toleransi Glukosa dan akhirnya DM tipe 2 (Arifin, 2011).
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul
gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Sel-sel β
kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama sekresi insulin
terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar 20
menit sesudahnya. Pada awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami kerusakan
sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi
insulin dan defisiensi insulin (Depkes RI, 2005).
5. Komplikasi DM Tipe 2
a. Komplikasi makrovaskular
Kondisi hiperglikemia dalam hal ini dapat menyebabkan peningkatan
produksi asam lemak bebas yang menyumbat pembuluh darah besar sehingga
terjadi penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, penyakit
sering merasakan komplikasi makrovaskular adalah penderita DM tipe 2 yang
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan atau kegemukan.
b. Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati
(Muchid, 2005).
6. Penatalaksanaan terapi
a. Outcome
Mengendalikan glukosa darah, pencegahan keparahan komplikasi.
b. Sasaran
Kadar glukosa darah.
c. Tujuan
Mengurangi risiko penyakit komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler,
mengurangi gejala penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
d. Strategi terapi
1) Non farmakologi
a) Pengaturan diet
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak
20-25% sesuai dengan kecukupan gizi. Masukan kolesterol tetap
diperlukan, tetapi jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak
diupayakan berasal dari bahan nabati yang banyak mengandung asam
sangat penting, diusahakan paling tidak 25 g per hari (Depkes RI,
2005).
b) Olah raga
Olahraga teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training).
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penderita (Depkes RI, 2005).
2) Farmakologi
Tabel I. Golongan Obat Antidiabetes (Sukandar dkk., 2008) Obat Indikasi Kontra
indikasi
Dosis Efek samping Sediaan Insulin DM tipe
Lanjutan Tabel I. Golongan Obat Antidiabetes Obat Indikasi Kontra
indikasi
Dosis Efek samping Dosis
Lanjutan Tabel I. Golongan Obat Antidiabetes
Obat Indikasi Kontra
indikasi
Lanjutan Tabel I. Golongan Obat Antidiabetes
Miglitol DM yang
tidak dapat
Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik atau tekanan diastolik (Price and Lorraine., 2006). Tekanan darah
berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran pembuluh sistemik di dalam
tubuh. Tekanan darah tersebut dibedakan antara tekanan darah sistolik dimana
tekanan darah terjadi pada waktu jantung menguncup (sistole) dan tekanan darah
diastolik dimana terjadi pada saat jantung mengendor kembali (diastole) (Gunawan
2001).
2. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
Tekanan darah (TD) ditentukan 2 faktor yaitu curah jantung dan resisten
Gambar 4. Mekanisme Pengaturan Tekanan darah (Sherwood, 2001).
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama untuk mendorong darah ke
jaringan. Tekanan tersebut harus diatur secara ketat dengan tujuan yaitu, dihasilkan
gaya dorong yang cukup sehingga otak dan jaringan lain menerima aliran darah yang
adekuat, dan tidak terjadi tekanan yang terlalu tinggi yang dapat memperberat kerja
jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah. Pengaturan tekanan
darah melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain.
Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali terjadi
perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. tekanan
darah sangat tergantung pada curah jantung (cardiac output) dan resistensi perifer.
Di dalam tubuh terdapat baroreseptor yang secara konstan memantau tekanan
darah arteri rata-rata. Baroreseptor tersebut adalah sinus caroticus dan baroreseptor
arcus aorta. Setiap perubahan pada tekanan darah akan mencetuskan refleks
baroreseptor yang diperantarai oleh sistem saraf otonom. Tujuan refleks tersebut
adalah penyesuaian curah jantung dan resistensi perifer total sehingga tekanan darah
kembali normal. Pada hipertensi, baroreseptor tidak berespon mengembalikan
tekanan darah ke tingkat normal karena mereka telah beradaptasi untuk bekerja pada
tingkat yang lebih tinggi (Sherwood, 2001).
3. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :
a. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Pada hipertensi primer ini tidak diketahui penyebabnya
(Betz and Sowden, 2004). Hipertensi essensial bisa disebabkan oleh
pertambahan volume darah (misal karena bertambahnya pelepasan zat-zat
vasokonstriktor, meningkatnya sensitivitas sel otot polos vaskuler atau karena
faktor neurogenik), atau disebabkan oleh keduanya (Richard and Mitchell,
2009).
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder karena penyakit
renal atau (yang lebih jarang) karena stenosis arteri renalis (hipertensi
neurologik dan obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Richard and Mitchell, 2009).
4. Gejala klinis
Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala. Nyeri kepala atau gangguan
penglihatan terjadi pada hipertensi berat atau progesif (Rubenstein, 2005).
5. Patofisiologi
Gambar 5. Patofisiologi Hipertensi (DiPiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, Posey, 2008)
Menurut Gray (cit., Hanifa, 2011), sistem Renin-Angiotensin merupakan
sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi
oleh juxtaglomerulus aparatus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusionatau
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme(ACE). ACE
memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak
aktif). ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan
tekanan darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a) Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin
menjadi pekat dan osmolalitasnya tinggi, untuk mengencerkan volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan
tekanan darah.
b) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
6. Klasifikasi
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Umur(Tambayong, 2000)
Kelompok usia Normal (mm Hg) Hipertensi (mmHg)
Bayi 80/40 90/60
Anak 100/60 120/80
Remaja 115/70 130/80
Dewasa
120-125/75-80 135/90
135-140/85 140/90-160/95
150/85 160/95
Tabel III.Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Orang Dewasa (Depkes RI, 2006) Klasifikasi tekanan
Darah
Tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120–139 atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140–159 atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 atau ≥ 100
Dari tabel klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure(JNC 7),klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai
normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik
(TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
mengidentifikasi pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi
hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat hipertensi , semua pasien pada
kategori ini harus diberi terapi obat (Depkes RI, 2006).
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi >180/120 mmHg; dikategorikan sebagai hipertensi
meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit –
jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Hipertensi urgensi adalah
tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif.
Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada
tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai dengan beberap hari (Depkes RI, 2006).
7. Faktor risiko hipertensi
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi :
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi, hipertensi ini
terjadi dimana arteri kehilangan kelenturan (Sugiarto, 2007).
2) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi, dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan
3) Riwayat keluarga
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps (cit.,
Sugiarto, 2007), hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup
kita mempunyai 25% kemungkinan mengalami hipertensi, dan jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60% .
4) Peran faktor genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan titik
temu kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu
sel telur) (Sugiarto, 2007).
b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1) Merokok
Zat-zat beracun dari rokok, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok akan masuk kedalam aliran darah sehingga dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan
penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah hisapan pertama.
Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
keras karena tekanan yang lebih tinggi (Sugiarto, 2007).
2) Mengkonsumsi garam
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh
peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Garam menyebabkan
penumpukan cairan didalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar
tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah
(Sugiarto, 2007).
3) Mengkonsumsi minuman akohol
Bagaimana alkohol dapat meningkatkan tekanan darah belum diketahui
dengan jelas. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang
terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari individu yang tidak
meminum alkohol (Sugiarto, 2007).
4) Obesitas
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktifitas saraf simpatis meninggi dengan
aktifitas renin plasma yang rendah. Makin besar massa tubuh, makin
jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh
darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri (Sugiarto, 2007).
5) Stres
Menurut Sunyoto (cit., Sugiarto, 2007), stres memiliki hubungan dengan
hipertensi, dimana saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan
peninggian tekanan darah yang menetap.
8. Penatalaksanaan terapi
a. Outcome
Menghambat laju penyakit.
b. Sasaran
Tekanan darah.
c. Tujuan
Penurunan tekanan darah, menghindarkan komplikasi, menurunkan mortalitas
dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi, memperbaiki kualitas
hidup.
d. Strategi terapi
1) Non farmakologis
Semua pasien dengan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk,
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, aktifitas fisik
dan mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok untuk mengurangi
resiko kardiovaskular secara keseluruhan (Depkes RI, 2006).
Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup (Depkes, 2006)
Modifikasi Rekomendasi
Pemelihara berat badan normal
(BMI 18.5–24.9) 5-20/10
Adopsi pola makan DASH
Diet kaya dengan buah, sayur, dan susu rendah lemah
8-14
Aktifitas fisik
Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari,
beberapa hari/minggu
4-9
Diet rendah sodium
Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100 meq/L (2.4 g
sodium atau 6 g sodium klorida) 2-8
Mengurangi minuman alkohol
Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari (30 ml etanol, untuk laki-laki dan 1/hari untuk
perempuan)
2-4
Singkatan
BMI :Body Mass Index
2) Farmakologis
Lanjutan Tabel V. Golongan Obat Antihipertensi
Hipertensi. fungsi ginjal
Lanjutan Tabel V. Golongan Obat Antihipertensi
Valsartan Hipertensi. 80 mg
Lanjutan Tabel V. Golongan Obat Antihipertensi
Lanjutan Tabel V. Golongan Obat Antihipertensi Nifedipin Profilaksis dan
pengoba-Kehamilan. Dosis awal 5
Lanjutan Tabel V. Golongan Obat Antihipertensi
Obat Indikasi Kontra indikasi Dosis Efek
samping
Klonidin hari kedua
atau ketiga,
Gambar 6. Algoritma Terapi Hipertensi (Depkes, 2006)
Terdapat 9 kelas obat anti hipertensi : diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiostensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Menurut European
Society of Hypertension 2003 (cit., Depkes 2005), kombinasi dua obat untuk
hipertensi ini dapat dilihat pada Gambar 7, dimana kombinasi obat yang dihubungkan
Gambar 7. Kombinasi Obat Antihipertensi (Depkes RI, 2006)
Enam alasan pengobatan kombinasi hipertensi dianjurkan :
a) Mempunyai efek aditif
b) Mempunyai efek sinergisme
c) Mempunyai sifat saling mengisi
d) Penurunan efek samping masing-masing obat
e) Mempunyai cara kerja saling mengisi pada organ target tertentu
(Depkes, 2006).
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
pemahaman dan ketaatan penggunaan obat oleh pasien DM tipe 2 dengan
hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
47 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat pada
Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta, merupakan jenis penelitian non eksperimental,
deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitiancross sectional.
Penelitian non eksperimental adalah penelitian yang observasinya dilakukan
terhadap sejumlah ciri (variabel) subjek menurut keadaan yang apa adanya (in nature)
tanpa adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2001). Deskriptif adalah
penelitian yang hasilnya berupa deskripsi keadaan objek penelitian tanpa memberikan
kesimpulan yang berlaku umum, sedangkan evaluatif merupakan penilaian suatu
program yang sedang atau sudah dilakukan (Notoadmojo, 2002). Cross sectional
merupakan suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus (Notoadmojo,2002).
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) : Pasien rawat jalan Diabetes Mellitus Tipe 2
dengan hipertensi.
C. Definisi Operasional
1. Pasien rawat jalan adalah seseorang yang menerima pelayanan medis tanpa
mengharuskan pasien dirawat inap.
2. Lembar Rekam medik adalah lembar catatan dokter, apoteker, atau perawat yang
berisi data klinis pasien di rumah sakit yang menjalani rawat jalan.
3. Kuesioner merupakan suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat
fleksibel dan relatif mudah digunakan.
4. Pemahaman pasien adalah informasi pengobatan yang diterima oleh pasien
meliputi efek dari obat yang diberikan, efek samping obat, instruksi, peringatan,
dan konsultasi mendatang. Tingkat pemahaman pasien tinggi apabila nilai
persentase pemahaman yang diperoleh lebih besar dari 50% (> 50%), sedangkan
pemahaman pasien dikatakan rendah apabila nilai persentase pemahaman yang
diperoleh kurang dari atau sama dengan 50% (≤ 50%) (Wisely, 2008).
5. Ketaatan pasien adalah keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya
baik melalui kepatuhan terhadap instruksi yang diberikan untuk terapi (Depkes,
2006). Pasien yang taat adalah pasien yang berhasil menghabiskan obat sampai≥
80% dari keseluruhan jumlah obat yang diterima, sedangkan pasien yang tidak
taat adalah pasien yang masih memiliki sisa obat sebanyak > 20% dari
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan non random sampling, yaitu
pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi kepraktisan
(Notoadmodjo,2002).
E. Subjek Penelitian
Subjek uji penelitian adalah pasien DM tipe 2 dengan hipertensi yang
menjalani rawat jalan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
Yogyakarta. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang bersedia sebagai
subjek uji, dan berdomisili di daerah Yogyakarta. Kriteria eksklusi adalah pasien
yang memiliki komplikasi lain seperti makrovaskular (jantung koroner, dislipidemia,
gagal ginjal kronik, penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah
perifer) dan mikrovaskular (renopati, nefropati dan retinopati). Dari data rekam
medik bulan Januari 2012 ditemukan 31 pasien, setelah dilakukan home visit 6 pasien
menyatakan tidak bersedia sebagai responden, sehingga responden yang digunakan
sebanyak 25 pasien.
F. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah :
1. Lembar rekam medik (medical record) penderita DM tipe 2 dengan hipertensi di
diperoleh berupa nama, umur, alamat, diagnosis, dan penatalaksanaan terapi yang
diperoleh oleh pasien pada bulan Januari.
2. Data resep yang ditebus oleh pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Hipertensi
di Instalasi Farmasi (Satelit Farmasi Rawat Jalan dan Satelit Farmasi Akses
Rawat Jalan). Data penebusan resep digunakan untuk melihat ketaatan pasien
bahwa resep benar-benar ditebus. Pengambilan data penebusan resep dilihat
secara manual yaitu dengan melihat tanggal dan nama pasien di lembar resep.
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada pasien rawat lalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Sardjito Yogyakarta. Pengambilan data diawali dari rekam medik selanjutnya
melakukan kunjungan kerumah pasien dan di Instalasi Farmasi (Satelit Farmasi
Rawat Jalan dan Satelit Farmasi Askes Rawat Jalan) untuk melihat penebusan resep
kembali. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner digunakan
sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan memberi seperangkat pernyataan
kepada responden untuk dijawab. Alasan digunakan kuesioner dalam penelitian ini
adalah dimana subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri,
Sumber data yang diperoleh berupa orang-orang yang dikenal dengan istilah
responden.
Kuesioner terdiri dari 5 bagian, yaitu :
1. Pada bagian pertama kuesioner memuat lembar informasi untuk responden yang
memuat informasi mengenai pentingnya pemahaman dan ketaatan penggobatan
dan informasi tentang jalannya penelitian.
2. Pada bagian kedua kuesioner memuat surat persetujuan (Informed Consent) yang
terdiri dari pernyataan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan mengenai
segala sesuatu mengenai penelitian ini dan pernyataan bahwa pasien bersedia
ikut serta dalam penelitian.
3. Pada bagian ketiga kuesioner memuat tentang data karakteristik responden yang
terdiri dari delapan pertanyaan meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, mengetahui
menderita diabetes.
4. Pada bagian keempat kuesioner memuat 22 pernyataan mengenai pemahaman
dan ketaatan dengan menggunakan empat skala Likert yaitu sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Tabel VI. Variabel Pemahaman
No. Kategori Pernyataan
1. Rincian dan macam obat 9, 11
2. Efek dari obat yang diberikan 14
3. Efek samping obat 12
4. Instruksi 10
5. Peringatan 13, 16
Tabel VII. Variabel Ketatan
No. Kategori Pernyaatan
1. Rincian obat 17
2. Mengkonsumsi obat 18,19
3. Kesesuaian dosis 20
4. Pemeriksaan laboratorium 22,23
5. Pada bagian kelima kuesioner memuat dua pertanyaan terkait informasi
penggunaan obat dan kesulitan yang dialami pasien dalam penggunaan obat yang
dapat diisi lebih dari satu jawaban.
I. Tata Cara Penelitian
1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur mengenai DM tipe 2
dengan hipertensi dan membaca literatur pembuatan kuesioner mengenai pemahaman
dan ketaatan pasien dalam penggunaan obat.
2. Analisis situasi
a. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan di beberapa rumah sakit di daerah
Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi penelitian di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta dikarenakan merupakan
rumah sakit rujukan untuk masyarakat atau pasien yang tinggal di daerah
b. PersetujuanEthical Clearance
Persetujuan Ethical Clearance dilakukan melalui pihak Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
c. Perijinan
Perijinan dilakukan melalui pihak bagian pendidikan dan penelitian Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Desember 2011.
3. Pembuatan instrumen penelitian
Pembuatan instrumen penelitian melalui beberapa tahapan, yaitu
a. Pembuatan kuesioner
Pembuatan kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan
variabel-variabel penelitian yang ingin diketahui yaitu pemahaman dan ketaatan
penggunaan obat dan dibuat pernyataan dan pertanyaan yang relevan.
Variabel pemahaman dan ketaatan pasien dalam penggunaan obat
menggunakan skala likert yang berisi 4 tingkat jawaban yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Kuesioner dibuat
dalam bahasa yang sederhana agar mudah dipahami dan tidak terjadi
perbedaan penafsiran yang nantinya dapat mempengaruhi hasil. Butir
Tabel VIII. Jenis PernyataanFavorabledanUnfavorable
Variabel
Jenis pernyataan
Favorable Unfavorable
Pemahaman 1-13
-Ketaatan 1-9
-Sistem penilaian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pada pernyataan positif
(favorable), apabila responden sangat setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai
3, tidak setuju diberi nilai 2, sangat tidak setuju diberi nilai 1. Pada pernyataan
negatif (unfavorable), apabila responden sangat setuju diberi nilai 1, setuju
diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4.
b. Tahap yang dilalui dalam pembuatan kuesioner adalah :
uji pemahaman bahasa, uji validitas, dan uji reliabilitas yang dilakukan
terhadap responden pria maupun wanita yang ditentukan namun di luar daerah
uji.
1. Uji pemahaman bahasa
Dilakukan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam
kuesioner dapat dimengerti atau tidak oleh responden. Uji pemahaman
bahasa dilakukan dengan melihat jawaban pasien, bila jawaban dapat diisi
semua pasien dikatakan memahami bahasa atau maksud yang diminta.
2. Uji validitas
Pada uji validitas, peneliti menggunakan pendekatan professional
judgement yang dilakukan oleh seseorang yang berkompeten yaitu dosen
menggunakan pendekatan professional judgement, peneliti juga
menggunakan pengujian korelasi antar skors (nilai) tiap-tiap item
(pernyataan) dengan skor total kuesioner, teknik korelasi yang digunakan
adalah teknik korelasi “product moment” dengan menggunakan rumus
: = ∑ (∑ )(∑ )
{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }, untuk jumlah responden 31 pasien.
Hasil uji validitas kuesioner telah valid karena taraf signifikansi yang
diperoleh > 0,361.
3. Uji reliabilitas
Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila instrumen tersebut
konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang akan diukur. Jika
hasil penilaian yang diberikan oleh instrumen tersebut konsisten
memberikan jaminan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya
(Kountour, 2003). Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan program komputer dengan analisis reliabilitas
Alpha Cronbach dengan taraf kepercayaan 95%. Pengujian kuesioner
dilakukan dengan jumlah responden 31 pasien. Hasil uji kuesioner telah
reliabel karena nila α yang diperoleh > 0,75 (0,968).
4. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan :
a. Melihat lembar rekam medik pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
b. Mengunjungi pasien ke rumah dan memberikan kuesioner dengan
melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Responden diberi
kesempatan mengerjakan kuesioner saat itu juga dan langsung
dikembalikan untuk menghindari responden mengakses sumber-sumber
informasi, dan peneliti melakukan pengecekan jumlah sisa obat.
c. Melihat penebusan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Sardjito (Satelit Farmasi Rawat Jalan dan Satelit Farmasi Askes Rawat
Jalan), data digunakan untuk memastikan bahwa jumlah dan jenis obat
yang diterima pasien sesuai dengan yang diresepkan.
5. Analisis data
Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik deskriptif evaluatif
dengan teknik perhitungan persentase kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel
dan diagram. Penghitungan persentase dilakukan dengan menggunakan rumus :
P : persentase jawaban (dalam %)
A : jumlah jawaban yang sejenis
B : jumlah responden total (Notoadmojo, 2002).
Analisis data ketaatan pasien dihitung menggunakan teknik persentase,
dengan rumus :
6. Keterbatasan penelitian
Pada saat pelaksanaan penelitian ini ditemukan beberapa kesulitan, adapun
kesulitan yang dialami :
a. Data pasien tidak lengkap, yaitu nomor telpon dan alamat sehingga
memperlama dalam pencarian alamat pasien.
b. Jumlah responden kecil sehingga tidak terlalu menggambarkan secara luas
58 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai kajian pemahaman dan ketaatan penggunaan obat pada
pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta bertujuan mengetahui karakteristik dan tingkat
pemahaman dan ketaatan pasien dalam penggunaan obat, tenaga kesehatan khususnya
pada tenaga kefarmasian sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dalam
melaksanakan pengobatan pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito Yogyakarta dengan jumlah
responden sebesar 25 pasien.
Tujuan dari diketahuinya karakteristik pasien untuk mengetahui gambaran
rentang umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan yang
kaitannya dengan kesanggupan menepati/melakukan jadwal kontrol rutin bulanan
dari pasien DM Tipe 2 dengan hipertensi yang telah dijadikan sebagai subjek
penelitian.
A. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien DM tipe 2 dengan hipertensi meliputi umur, jenis