• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MIKROSENDOSKOPIK PBM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MIKROSENDOSKOPIK PBM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN MIKROSENDOSKOPIK PBM

Sri Murtono*

Abstrak: Pengembangan media pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan model pembelajaran yang aktif , inovatif kreatif, efekrif dan menyenagkan yang berbasis pada materi nyata serta menanamkan pola pikir aktif, kooperatif dan kreatif dengan tidak monoton dalam proses pembelajaran klasikal, sehingga terjadi interaksi maksimal dan menyeluruh dari semua komponen pembelajaran. Pengembangan media pembelaran ini mengadopsi pada jenis metode pengembangan research and development. Hasil media pembelajaran ini membuktikan adanya peningkatan metode mengajar baru yaitu; mempermudah pemahaman murid terhadap pelajaran dari 47.5% menjadi 82.5 %; interkasi pebelajaran murid dari 47.75 % menjadi 77.5 % dan kepraktisan penggunaan media dari 50 % menjadi 67.5 %.

Kata kunci: Pengembangan, Media pembelaran, Mikroskopik, Endoskopik. PBM.

PENDAHULUAN

Proses  belajar  mengajar  merupakan pemindahan ilmu yang dimiliki seorang guru terhadap peserta  didik.  Proses  belajar  mengajar  (PBM) merupakan  salah  satu  kunci  keberhasilan peningkatkan  kompetensi  bagi  para  siswa.  Proses belajar  mengajar  yang  tidak  menjemukan, menyenangkan,  menarik  ,  tidak  memberi  efek  takut dan jera tidak memeberi beban psikologis  merupakan pembelajaran  yang  sangat  diharapkan  dan didambakan siswa.

Tetapi  hambatan  dalam  menciptakan pembelajaran yang akatif , inovatif kreatif, efekrif dan menyenagkan adalah  kurangnya ionovasi  dan kreasi para  guru  di  dalam  hal  menciptakan  kondisi  yang demikian.  Kondisi  ini  diperparah  dengan  perilaku siswa  yang  cenderung  cepat  jenuh  dengan  model pembelajaran  ceramah  yang  tidak  dibarengi  dengan kenyataan  apa  yang  disampaikan,  sehingga  rasa

kurang percaya dengan materi yang disampaikan oleh guru.  Siswa  pada  era  sekarang  inginya  apa  yang diberikan  sesegera  mumgkin  diaktualkan  atau  pada saat  materi  disampaikan  benda  nyata  ada  didepan matanya.  Kenyataan  dilapangan  banyak  para  guru mengajar dengan model pembelajaran yang bertumpu pada  menulis,  ceramah  dan  gambar  benda,  tanpa memperlihatkan  secara  langsung  seperti  apa  benda itu sesungguhnya. Sedangkan kurikulum tahun 2013 mengisyaratkan proses belajar mengajar berbasis pada kemampuan siswa untuk berinteraksi secara mandiri maupun  kelompok,  menumbuhkan  sikap  bekerja sama(network) bisa mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis  materi  atau  benda  ajar  yang  dilihat secara langsung sesuai kenyataan.

Salah  satu  upaya  untuk  mengatasi permasalahan diatas dan sekaligus memberi solusi dan contoh  nyata  adalah  memberikan  materi  yang langsung dapat dilihat secara nyata . Adapun upaya

(2)

penulis sebagai  guru teknik  pengukuran listrik  pada mata  pelajaran  praktek  bengkel  adalah  dengan membuat  inovasi  pembelajaran  berbasis  pada  alat Mikrosendoskopik PBM . Alat ini berfungsi sebagai penngatual materi yang disampaikan oleh guru, agar supaya  pembelajran  nyata  yang  diharapkan  siswa dapat terwujud seketika, sehingga pembelajaran yang berbasisis  angan-angan,  krira-kira  dan  proses membaayangkan  tidak  terjadi  dan  sekaligus menciptakan  kepercayaan  dan  eksistansi  guru  dan ilmu yang sedang diberikan kepda anak didik.

Alat  ini  merupakan  gabungan  dari  tiga komponen yang mudah didapatkan dalam dalam dunia belajar  mengajar  dan  tidak  asing  bagi  kalangan pendidik/guru  serta  murid.   Adapun  tiga  komponen tersebut adalah Labtop, LCD dan Webcam.Webcam

ditempatkan  pada  sistem  mekanik  sederhana  dan kabel lentur (fleksibel) yang dapat digerakan ke atas, ke  bawah,  ke  depan,  ke  belakang,  ke  samping  kiri kanan    dan  gerakan  memutar  untuk  melihat  benda/ bahan  ajar.  Sistem  gerakan  dioperasikan  secara manual  untuk  mengintai/melihat  benda  atau    materi ajar yang langsung ditampilkan pada layar komputer dan layar LCD.  Tampilan materi pada layar LCD di jelaskan  oleh  guru  bisa  lewat  materi  asli  ,  layar komputer atau layar LCD.

Dari  uraian  permasalahan  yang  telah diungkapkan  tersebut  diatas,  maka  inovasi pembelajaran berbasis mik PBM ini diharapkan akan mempengaruhi  terhadap  minat  belajar  siswa  dan tentunya akan meningkatkan kompetensi yang sedang dipelajari.

Inovasi  pembelajaran  dengan  alat mikrosendoskospik  PMB    ini  akan  penulis diujicobakan pada :

a. Pembelajaran  membaca  skala  pada  alat  ukur listrik multimeter  .

b. Pembelajaran  mengidentifikasi  komponen-kompnen  elektronika  .

Inovasi  alat  mikrosendoskospik  PMB  ini dilakukan  dengan  menggabungkan  komputer,  LCD dan  webcamera  yang  ditempatkan  pada  sistem mekanik  sederhana.

Adapun  tujuan  pengembangan  media pembelajaran  ini untuk:

1. Memberikan  model  pembelajaran  yang  aktif  , inovatif  kreatif,  efekrif  dan  menyenagkan  yang berbasis pada materi nyata.

2. Menciptakan  kepercayaan  dan  eksistansi  guru dan  ilmu  yang  sedang  diberikan  kepadan  anak didik.

3. Mengeliminasi  proses  belajar  mengajar  yang menjemukan,  tidak  menyenangkan,  memberi efek  takut    dan  jera  serta  memeberi  beban psikologis pada siswa.

4. Memberikan inspirasi dan ide baru model-model peralatan  pendukung  pembelajaran  yang  tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

5. Menanamkan  pola  pikir  aktif,  kooperatif  dan kreatif  dengan    tidak  monoton  dalam  proses pembelajaran klasikal, sehingga terjadi interaksi maksimal dan menyeluruh dari semua komponen PBM.

6. Menanamkan  pola  pikir  yang  berbasis  pada penyelesaian masalah dalam penyampaian materi secara langsung, nyata cepat dan tepat.

7. Menanamkan  kemampuan  mengaitkan  materi dengan  pengatahuan  lain  yang  relevan, perkembangan iptek, dan kehidupan nyata.

(3)

LANDASAN TEORI 1. Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat  bantu proses belajar mengajar.  Segala sesuatu  yang  dapat  dipergunakan  untuk merangsang  pikiran,  perasaan,  perhatian  dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat  mendorong  terjadinya  proses  belajar. Sedangkan  menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat  keras.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat  menyalurkan  pesan,  dapat  merangsang fikiran,  perasaan,  dan  kemauan  peserta  didik sehingga  dapat  mendorong  terciptanya  proses belajar pada diri peserta didik

2. Mikrosendoskopik PBM

Mikrosendoskopik  adalah  kata  dari  dua buah  gabungan  kata  yaitu  mikroskup  dan endoskup.  Mikroskop adalah alat yang berfungsi untuk melihat benda –benda kecil yang diletakan pada  sebuah  tempat/preparat.  Sedangkan endoskop  adalah  alat  yang  berfungsi  untuk melihat benda–benda kecil yang bertada didalam sebuah sebuah sistem.

PBM dalam hal ini merupakan singkatan dari  Proses  Belajar  Mengajar.  Sehinngga mikrosendoskopik  PBM  merupakan  media pembelajaran  yang  digunakan  untuk  melihat secara  langsung  materi,  benda  atau  komponen yang  berada  didalam  maupun  diluar  sistem perangkat peralatan.

Dilihat dari definisi-definisi kata penyusun judul  di atas, maka deskripsi definisi secara lebih lengkap  adalah  media  pebelajaran  yang digunakan  untuk  melihat  benda/materi  yang diajarkan secara nyata dan langsung pada sistem perangkat peralatan baik di dalam maupun diluar.

3. Penggunaan media mikrosendoskopik PBM di bidang listrik

Fungsi  dan  kegunaan  media  pembelajran mikrosendoskopik  PBM  ini  sangat  banyak dibidang kelistrikan . Adapun contoh-contohnya sebagai  berikut:

a. Untuk menlihat secara langsung komponen-kompoen  yang  terpasang  didalam  sisitem peralatan,  seperti  televisi,  radio,  komputer dll, dengan cara memsukan kamera ke dalam box peralatan tersebut. b. Untuk melihat gerakan jarum penunjuk alat ukur pada papan skala secara langsung pada saat memberikan materi membaca alat ukur listrik. c. Melihat secara langsung putaran kutup, sikat dan  kumparan  pada  motor  listrik  yang sedang  bergerak.

d. Melihat  secara  langsung  kompnen/materi ajar  elektronik  yang  berukuran  kecil  yang tidak  bisa  dilihat  secara  jelas  jika ditunjukann secara manual.

Contoh: transistor, ressitor, capssitor, dioda dll e. Melihat  secara  langsung  kompnen/materi

ajar listrik yang berukuran kecil yang tidak bisa  dilihat  secara  jelas  jika  ditunjukann secara manual.

Contoh: Isi box PHB , MCB, Stop kontak dll f. Mengidentifikasi  jenis-jenis  kabel  instalasi,

(4)

Untuk memperjelas fungsi mikroendoskopik PBM, maka akan saya ambil contoh satu dari kegiatan kegunaan diatas, yaitu melihat secara langsung komponen yang berada didalam amplifier.  Adapun deskripsi kegiatan pengindraan untuk mengenalkan koponen elektronika pada rangkaian amplifier dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Pembelajaran penegnalan komponen elektronika secara langsung pada rangkaian amplifier.

HASIL UJI EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN

Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan  data. Adapun  teknik  yang  digunakan  untuk mengumpulkan    data  adalah  teknik  angket. Angket diberikan kepada10 siswa yang diambil secara acak. Adapun isi angket berkaitan dengan metode pembelajaran inovasi yang disajikan,  kelebihan maupun kekuranganya.

LAYAR LCD Menampilkan gambar

komponen yang akan disampaikan kepada siswa

Komputer / leptop Menampilkan  komponen  yang

sedang di indra Kamera  Mikrosendoskipik

mengindra rangkaian di dalam amplifier

(5)

Adapun instrumen untuk menguji efektivitas media pembelajaran baru sebagai berikut :

Tabel 3.1. Instrumen penguji efektifitas media pebelajaran baru

Metode  mengajar  lama Aspek-aspek  Kinerja  Sistem Metode mengajar baru

1 2 3 4 Mempermudah  pemahaman  materi  pembelajaran 1 2 3 4

yang sedang  disampaikan

1 2 3 4 Interaktif, menyenangkan /sesuai  dengan materi 1 2 3 4

yang  disampaikandengan  materi

11 22 3 44 Praktis dan mudah dioperasikan 11 22 33 44

Berdasarkan  instrumen  tersebut  mohon  diberikan  nilai  efektivitas  metode  mengajar  lama  dan  baru berdasarkan  mempermudah  pemahaman  materi  pembelajaran  yang  sedang  disampaikan,  interaktif, menyenangkan  /sesuai    dengan  materi  yang  disampaikan  dan  praktis  dan  mudah  dioperasikan.  Rentang  skor setiap indikator adalah sebagai berikut: Mempermudah pemahaman: sangat cepat (4), cepat (3), agak cepat (2), lambat(1). Interaktif:  sangat tinggi (4), tinggi (3), agak tinggi (2), rendah (1). Praktis:  sangat tinggi (4), tinggi (3), agak tinggi (2), rendah (1).     Adapun data yang diperoleh dari 10 responden/murid yang diberikan pada instrumen  penguji efektifitas media pebelajaran baru dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2. Instrumen untuk mengukur kinerja sistem kerja lama

No  Responden Skor untuk butir no Jumlah

a b c 1 1 1 1 3 2 1 1 2 4 3 2 3 2 7 4 2 2 3 7 5 3 2 3 8 6 2 2 4 8 7 3 2 1 6 8 2 2 1 5 9 2 3 2 7 10 1 1 1 3 Jumlah 19 19 20 58 Keterangan:

a. = Mempermudah pemahaman materi pembelajaran.

b. = Interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi yang disampaikan. c. = Praktis dan mudah dioperasikan.

(6)

No  Responden Skor untuk butir no Jumlah a b c 1 2 3 3 8 2 4 3 2 9 3 3 4 4 11 4 3 2 3 8 5 4 3 2 9 6 4 3 4 11 7 3 3 2 8 8 3 4 2 9 9 3 3 4 10 10 4 3 1 8 Jumlah 33 31 27 91 Keterangan:

a. = Mempermudah pemahaman materi pembelajaran.

b. = Interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi yang disampaikan. c. = Praktis dan mudah dioperasikan.

Tabel 3.3. Instrumen untuk mengukur kinerja sistem kerja baru

ANALISIS DATA

Berdasarkan data pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 yang maka dapat di analisa sebagai berikut:

1. Untuk  menghitung  rata-rata  efektivitas  metode  lama  dan  baru  pertama-tama  ditentukan  skor  kriterium/ ideal untuk sistem kerja tersebut. Skor ideal= 4 X 3 X 10 = 120. (4= skor jawaban tertinggi, 3=  tiga butir instrumen, 10= jumlah responden). Selanjutnya skor ideal untuk setiap butir instrumen =  4 X 10 = 40 (4= skor tertinggi ; 10= jumlah responden)

2. Menghitung  efektivitas  metode  mengajar  lama

Berdasarkan  tabel  3.2  diperoleh  jumlah  data  =  58.  Dengan  demikian  efektivitas  metode  mengajar  lama secara keseluruhan = 58 : 120 = 0.483 atau 48.3 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat efektivitas metode  mengajar  berdasarkan  mempermudah    pemahaman  terhadap  pelajaran  =  19  :  40  =  0.475  atau 47.5% dari kriteria yang diharapkan. Selanjutnya bila dilihat dari aspek interaktif = 19 : 40 = 0,475 atau 47.5 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat dari aspek praktis = 20 : 40 = 0,50 atau 50% dari kriteria yang  diharapkan.  Jadi  efektivitas  metode  mengajar  lama  terendah  pada  aspek  pemahaman  materi  dan interaktif yaitu masing-masing  47.5 % dari yang diharapkan.

3. Menghitung  efektivitas  metode  mengajar  baru

Berdasarkan  tabel  3.3  diperoleh  jumlah  data  =  91.  Dengan  demikian  efektivitas  metode  mengajar  baru secara keseluruhan = 91 : 120 = 0.758 atau 75.8 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat efektivitas metode mengajar berdasarkan mempermudah  pemahaman terhadap pelajaran = 33 : 40 = 0.825 atau 82.5

(7)

% dari kriteria yang diharapkan. Selanjutnya bila dilihat dari aspek interaktif = 31 : 40 = 0.775 atau 77.5 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat dari aspek praktis = 27 : 40 = 0.675  atau 67.5% dari kriteria yang diharapkan.  Jadi  efektivitas  metode  mengajar  baru  terendah  pada  aspek  kepraktisan  yaitu    67.5  %  dari yang diharapkan.

Pebandingan sistem kinerja lama dan baru ditunjukan pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.4. Pebandingan sistem kinerja lama dan baru

Metode Aspek-aspek  Kinerja  Sistem Metode

mengajar  lama mengajar baru

47.5 % Mempermudah pemahaman  materi pembelajaran  yang sedang 82.5 % disampaikan 47.5 % Interaktif, menyenangkan /sesuai  dengan materi yang disampaikan 77.5 % dengan  materi 50 % Praktis dan mudah dioperasikan 67.5 % 48.3 % Rata-rata 75.8 % Berdasarkan tabel  3.4 tersebut terlihat bahwa efektivitas  metode  mengajar  baru  jauh  lebih  tinggi dari  sistem  lama.  Rata-rata  efektivitas  metode mengajar sistem lama = 48.3 % dan metode mengajar baru  75.58  %.  Mempernudah  pemahaman  murid terhadap pelajaran dengan metode lama = 47.5 % dan metode  baru  82.5  %.  Interaktif    murid  yang  diajar dengan metode lama = 47.5 % dan metode baru 77.5 %.  Kepratisan  alat  dalam  pengoperasian    dengan metode  mengajar  lama  50  %  dan  metode  baru  67.5 %. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa metode mengajar  baru  dapat  mempermudah  pemahaman murid  terhadap  pelajaran  dari  47.5%  menjadi  82.5 %; interkasi pebelajaran  murid dari 47.75 % menjadi 77.5  %  dan  kepraktisan  penggunaan  pada  proses pembelajaran  dari    50  %  menjadi  67.5  %. Kesimpulannya  metode  mengajar  baru  lebih  efektif dari metode mengajar lama.

Untuk  membuktikan  signifikansi  perbedaan sistem  kinerja    lama  dan  baru  tersebut,  perlu  diuji secara  statistik  dengan  t-test  berkorelasi  (related). Rumus yang digunakan ditunjukkan pada rumus 1.                     2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s X X t Rumus 1 Dimana: X1 : Rata-rata sampel 1 (sistem kinerja lama) X2 : Rata-rata sampel 2 (sistem kinerja baru) s1 : Simpangan baku sampel 1 (sistem kerja lama) s2 : Simpangan baku sampel 2 (sistem kerja baru) S12 : Varians sampel 1 S22 : Varian sampel 2 r : Korelasi antara data dua kelompok

(8)

Untuk  dapat  menggunakan  rumus  tersebut, maka  perlu  dicari  terlebih  dulu  korelasi  nilai efektivitas metode mengajar lama dan baru, rata-rata, simpangan  baku  dan  varians.  Yang  dikorelasikan adalah nilai total (nilai kolom paling kanan tabel 3.2 dan 3.3). Nilai efektivitas metode mengajar lama dan baru ditunjukkan pada tabel 3.5 .

Tabel 3. 5. Nilai-nilai kinerja sistem yang dikoreasikan No. X1 X2 1. 3 8 2. 4 9 3. 7 11 4. 7 8 5. 8 9 6. 8 11 7. 6 8 8. 5 9 9. 7 10 10. 3 8

X

58 91 X 5.8 9.1 s 2.828 2.121 s2 7.997 4.498 r 0.531 0.531

Dalam  penelitian  ini  dirumuskan  hipotesis  sebagai berikut.

Ho  : Efektivitas  metode  kerja  baru  lebih  rendah atau sama dengan sistem kerja lama. Ha  : Efektivitas metode mengajar baru lebih tinggi/ baik dari metode kerja lama. Ho  :

1 

2 Ha  :

1

2 Pengujian dengan menggunakan t-test berkorelasi uji fihak  kiri.  Menggunakan  uji  fihak  kiri    karena, hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “lebih tinggi”.

2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1

n

s

n

s

r

2

n

s

n

s

X

X

t

Untuk membuat keputusan, apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka harga t hitung tersebut perlu  dibandingkan  dengan  harga  t  tabel  dengan  dk n-2  =  8.  Berdasarkan  tabel  t-test  nilai-nilai  dalam distribusi  t  ,  bila  dk  8,  untuk  uji  satu  fihak  dengan taraf kesalahan 5%, maka harga t tabel =1,86.  Bila harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha, maka Ha yang menyatakan bahwa sistem kerja baru lebih tinggi/baik  dari  sistem  kerja  lama  diterima. Berdasarkan perhitungan ternyata t hitung – 4.21 jatuh pada peneriman Ha atau penolakan Ho. (lihat gambar 3.1).  Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa terdapat  perbedaan  yang  signifikan  (dapat digeneralisasikan) efektivitas metode mengajar kerja baru dan lama, di mana metode mmegajar  baru lebih efektif    dari  metode  yang  lama,  baik  pada  aspek pemahaman murid terhadap pelajaran, interaktif, dan praktis.

(9)

Gambar 3.1.Uji Hipotesis Fihak kiri . t hitung= –4.21 jatuh pada daerah penerimaan Ha, sehingga Ha diterima.

Dengan  terujinya  produk  yang  berupa  media  pebelajaran  tersebut,  maka  langkah  pengujian  media pembelajaran untuk tahap terbatas ini dinyatakan selesai.

KESIMPULAN

Proses belajar mengajar merupakan pemindahan ilmu yang dimiliki seorang guru terhadap peserta didik. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatkan kompetensi bagi para siswa.  Proses  belajar  mengajar  yang  tidak  menjemukan,  menyenangkan,  menarik  ,  tidak  memberi  efek  takut dan jera tidak memeberi beban psikologis  merupakan pembelajaran yang sangat diharapkan dan didambakan siswa.

Mikrosendoskopik PBM merupakan salah satu upaya penulis untuk mengatasi permasalahan diatas dan sekaligus memberi solusi dan contoh yang langsung dapat dilihat secara nyata,yaitu;

1. Memberikan  model  pembelajaran  yang  aktif  ,  inovatif  kreatif,  efekrif  dan  menyenagkan  yang  berbasis pada  materi  nyata.  Menanamkan  pola  pikir  aktif,  kooperatif  dan  kreatif  dengan    tidak  monoton  dalam proses pembelajaran klasikal, sehingga terjadi interaksi maksimal dan menyeluruh dari semua komponen pembelajaran.

2. Hasil  media  pembelajaran  ini  membuktikan  adanya  peningkatan  dalam  hal;  mempermudah  pemahaman murid terhadap materi yang disampaikan, interkaktif menyenangkan  dan kepraktisan penggunaan media.

(10)

LAMPIRAN 1. DIAGRAM BLOK DAN DETAIL MEKANIK a. Diagram blok mikrosendoskopik PBM

Mekanik Labtop LCD Webcam LAYAR b. Data Mekanik Keterangan gambar : No        Nama       Keterangan dan fungsi

1 Alas Penyangga  sistem  keseluruhan

2 Tiang utama Penyangga  lengan

3 Baut lengan bahan Mengatur gerakan naik-turun dan gerakan memutar lengan materi 4 Baut lengan kamera Mengatur gerakan naik-turun dan gerakan memutar lengan kamera

5 Steak  Sebagai pena lensa

6 Klem  steak Tempat  menjepit  steak

7 Lengan  kamera Tempat kamera

8 Lensa camera Membidik  posisi  materi/benda 9 Bingkai  materi/benda Menaruh  benda/material  uji 10 Lengan  materi Bagian Tempat materi ditaruh

11 Baut bingkai materi Mengatur gerakan memutar tempat materi 12 Kabel  transmisi Penghubung  kamera dengan  komputer

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(11)

LAMPIRAN 2. SISTEM GERAKAN DAN DIMENSI MEKANIK

Keterangan gambar :

No Nama Gearakan  Mekanik Dimensi ( cm)

1 Alas Tetap Ø = 8 tebal = 0.5 2 Tiang utama Tetap Ø = 1 tinggi = 24.5 3 Baut lengan bahan Putar kanan menutup Ø = 2.5 Putar kiri membuka tebal = 0.5 4 Baut lengan kamera Putar kanan menutup Ø = 2.5 Putar kiri membuka tebal = 0.5

5 Steak Mengikuti  lengan  kamera Ø = 1

6 Klem  steak Mengikuti  lengan  kamera Ø = 1

7 Lengan  kamera Dapat bergesar keatas-kebawah Ø = 1

Dapat bergeser memutar horisontal panjang = 12.5

8 Lensa camera Dapat bergesar kekanan-kekiri Ø = 0.75

Dapat bergeser memutar vertikal

9 Bingkai  materi/benda Dapat bergesar kekanan-kekiri panjang = 10

Dapat bergesaer memutar vertikal lebar = 10

Dapat  bergeser memutar horisontal tebal = 0.5

10 Lengan  materi Dapat bergesar keatas-kebawah Ø = 1

Dapat bergeser memutar horisontal panjang = 12.5

11 Baut tempat materi Putar kanan menutup Ø = 2.5

Putar kiri membuka tebal = 0.5

12 Kabel  transmisi Fleksibel Ø = 0.2

(12)

LAMPIRAN 3. SISTEM TRANSMISI WEBCAM

LAMPIRAN 4. GAMBAR MEDIA PEMBELAJARAN

LAMPIRAN 5. KEGIATAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN Konektor Saklar On/Off Pengatur kontras lampu Kabel transmisi Steak Lampu/light Lensa camera

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Furqon H. 2009. Pengembangan  Profesional  Guru. Panitia Sertifikasi Guru Rayon  13  FKIP UNS, Surakarta.

H.asan  I.  2004  Analisis  Data  Penelitian  dengan Statistik, Penerbit PT. Bumi Akasra, Bandung. Masnur  Muslich  .  2009.    Melaksanakan  PTK  itu

Mudah . Bumi Aksara. Jakarta.

Mukhlis  A  2001.    Penelitian    Tindakan      Kelas. Konsep  Dasar  dan  Langkah - langkah. Unesa, Surabaya.

Sugiyono.  2013.  Penulisan  Lomba  Karya  Ilmiah Inovasi  Pembelajaran  Produktif  Bagi  Guru Produktif Dengan Metode R&D. Bimtek LKIIP Dirjen P2TK.Yogyakarta.

Samuel. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri  Menado.

Sugiyanto.  2009.  Model-model  Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS, Surakarta.

Sumadi  Surya  Brata.  1983.  Metode  Penelitian.  CV Rajawali, Jakarta.

Sarwiji  Suwandi.  2009.  Penelitian  Tindakan  Kelas (PTK) dan Peneulisan  Karya     Ilmiah    Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS, Surakarta. Sudarwan Danim. 2002.  Inovasi Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan   Profesionalisme Tenaga Kependidikan. CV Pustaka Setia, Bandung. Sugiyanto.  2008.  Model-model  Pembelajaran

Inovatif.  FKIP UNS, Surakarta.

Wawan  Nurkancana  .  1982.  Statistik  Pendidikan. Andi Ofset, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Pembelajaran penegnalan komponen elektronika secara langsung  pada rangkaian amplifier.
Tabel  3.2.  Instrumen  untuk  mengukur  kinerja  sistem  kerja  lama No  Responden Skor untuk butir no Jumlah
Tabel  3.3.  Instrumen  untuk  mengukur  kinerja  sistem  kerja  baru
Tabel  3.  5.    Nilai-nilai  kinerja  sistem  yang dikoreasikan No. X 1 X 2 1. 3 8 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) memberikan pengaruh yang signifikan

Berdasarkan pendapat Anwar (2010: 1), diketahui bahwa sebuah modul dapat mengembangkan pola pikir siswa dengan pembelajaran mandiri pada seluruh materi yang tercakup dalam

Indikator Ketercapaian : dapat membuat media berbasis audio visual. Materi Pokok/ Penggalan Materi : Media Berbasis

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu: penerapan pendekatan PAIKEM (Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dalam materi menyampaikan pidato

Proses mengkonstruksi pengetahuan ini memerlukan kreatifitas guru untuk menciptakan “PAIKEM” (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan

Dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan bahwa :

ISI BUKU Konten yang dimuat dalam buku ini merupakan materi inti meliputi pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif; Evaluasi pembelajaran IPS SD; Media dan teknologi

Tujuan dari pembelajaran berbasis “PAIKEM GEMBROT” Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot melalui media pembelajaran dengan metode “Fish