MENGGUNAKAN MIKROSENDOSKOPIK PBM
Sri Murtono*
Abstrak: Pengembangan media pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan model pembelajaran yang aktif , inovatif kreatif, efekrif dan menyenagkan yang berbasis pada materi nyata serta menanamkan pola pikir aktif, kooperatif dan kreatif dengan tidak monoton dalam proses pembelajaran klasikal, sehingga terjadi interaksi maksimal dan menyeluruh dari semua komponen pembelajaran. Pengembangan media pembelaran ini mengadopsi pada jenis metode pengembangan research and development. Hasil media pembelajaran ini membuktikan adanya peningkatan metode mengajar baru yaitu; mempermudah pemahaman murid terhadap pelajaran dari 47.5% menjadi 82.5 %; interkasi pebelajaran murid dari 47.75 % menjadi 77.5 % dan kepraktisan penggunaan media dari 50 % menjadi 67.5 %.
Kata kunci: Pengembangan, Media pembelaran, Mikroskopik, Endoskopik. PBM.
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan pemindahan ilmu yang dimiliki seorang guru terhadap peserta didik. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatkan kompetensi bagi para siswa. Proses belajar mengajar yang tidak menjemukan, menyenangkan, menarik , tidak memberi efek takut dan jera tidak memeberi beban psikologis merupakan pembelajaran yang sangat diharapkan dan didambakan siswa.
Tetapi hambatan dalam menciptakan pembelajaran yang akatif , inovatif kreatif, efekrif dan menyenagkan adalah kurangnya ionovasi dan kreasi para guru di dalam hal menciptakan kondisi yang demikian. Kondisi ini diperparah dengan perilaku siswa yang cenderung cepat jenuh dengan model pembelajaran ceramah yang tidak dibarengi dengan kenyataan apa yang disampaikan, sehingga rasa
kurang percaya dengan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa pada era sekarang inginya apa yang diberikan sesegera mumgkin diaktualkan atau pada saat materi disampaikan benda nyata ada didepan matanya. Kenyataan dilapangan banyak para guru mengajar dengan model pembelajaran yang bertumpu pada menulis, ceramah dan gambar benda, tanpa memperlihatkan secara langsung seperti apa benda itu sesungguhnya. Sedangkan kurikulum tahun 2013 mengisyaratkan proses belajar mengajar berbasis pada kemampuan siswa untuk berinteraksi secara mandiri maupun kelompok, menumbuhkan sikap bekerja sama(network) bisa mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis materi atau benda ajar yang dilihat secara langsung sesuai kenyataan.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan diatas dan sekaligus memberi solusi dan contoh nyata adalah memberikan materi yang langsung dapat dilihat secara nyata . Adapun upaya
penulis sebagai guru teknik pengukuran listrik pada mata pelajaran praktek bengkel adalah dengan membuat inovasi pembelajaran berbasis pada alat Mikrosendoskopik PBM . Alat ini berfungsi sebagai penngatual materi yang disampaikan oleh guru, agar supaya pembelajran nyata yang diharapkan siswa dapat terwujud seketika, sehingga pembelajaran yang berbasisis angan-angan, krira-kira dan proses membaayangkan tidak terjadi dan sekaligus menciptakan kepercayaan dan eksistansi guru dan ilmu yang sedang diberikan kepda anak didik.
Alat ini merupakan gabungan dari tiga komponen yang mudah didapatkan dalam dalam dunia belajar mengajar dan tidak asing bagi kalangan pendidik/guru serta murid. Adapun tiga komponen tersebut adalah Labtop, LCD dan Webcam.Webcam
ditempatkan pada sistem mekanik sederhana dan kabel lentur (fleksibel) yang dapat digerakan ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke samping kiri kanan dan gerakan memutar untuk melihat benda/ bahan ajar. Sistem gerakan dioperasikan secara manual untuk mengintai/melihat benda atau materi ajar yang langsung ditampilkan pada layar komputer dan layar LCD. Tampilan materi pada layar LCD di jelaskan oleh guru bisa lewat materi asli , layar komputer atau layar LCD.
Dari uraian permasalahan yang telah diungkapkan tersebut diatas, maka inovasi pembelajaran berbasis mik PBM ini diharapkan akan mempengaruhi terhadap minat belajar siswa dan tentunya akan meningkatkan kompetensi yang sedang dipelajari.
Inovasi pembelajaran dengan alat mikrosendoskospik PMB ini akan penulis diujicobakan pada :
a. Pembelajaran membaca skala pada alat ukur listrik multimeter .
b. Pembelajaran mengidentifikasi komponen-kompnen elektronika .
Inovasi alat mikrosendoskospik PMB ini dilakukan dengan menggabungkan komputer, LCD dan webcamera yang ditempatkan pada sistem mekanik sederhana.
Adapun tujuan pengembangan media pembelajaran ini untuk:
1. Memberikan model pembelajaran yang aktif , inovatif kreatif, efekrif dan menyenagkan yang berbasis pada materi nyata.
2. Menciptakan kepercayaan dan eksistansi guru dan ilmu yang sedang diberikan kepadan anak didik.
3. Mengeliminasi proses belajar mengajar yang menjemukan, tidak menyenangkan, memberi efek takut dan jera serta memeberi beban psikologis pada siswa.
4. Memberikan inspirasi dan ide baru model-model peralatan pendukung pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
5. Menanamkan pola pikir aktif, kooperatif dan kreatif dengan tidak monoton dalam proses pembelajaran klasikal, sehingga terjadi interaksi maksimal dan menyeluruh dari semua komponen PBM.
6. Menanamkan pola pikir yang berbasis pada penyelesaian masalah dalam penyampaian materi secara langsung, nyata cepat dan tepat.
7. Menanamkan kemampuan mengaitkan materi dengan pengatahuan lain yang relevan, perkembangan iptek, dan kehidupan nyata.
LANDASAN TEORI 1. Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Sedangkan menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik
2. Mikrosendoskopik PBM
Mikrosendoskopik adalah kata dari dua buah gabungan kata yaitu mikroskup dan endoskup. Mikroskop adalah alat yang berfungsi untuk melihat benda –benda kecil yang diletakan pada sebuah tempat/preparat. Sedangkan endoskop adalah alat yang berfungsi untuk melihat benda–benda kecil yang bertada didalam sebuah sebuah sistem.
PBM dalam hal ini merupakan singkatan dari Proses Belajar Mengajar. Sehinngga mikrosendoskopik PBM merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk melihat secara langsung materi, benda atau komponen yang berada didalam maupun diluar sistem perangkat peralatan.
Dilihat dari definisi-definisi kata penyusun judul di atas, maka deskripsi definisi secara lebih lengkap adalah media pebelajaran yang digunakan untuk melihat benda/materi yang diajarkan secara nyata dan langsung pada sistem perangkat peralatan baik di dalam maupun diluar.
3. Penggunaan media mikrosendoskopik PBM di bidang listrik
Fungsi dan kegunaan media pembelajran mikrosendoskopik PBM ini sangat banyak dibidang kelistrikan . Adapun contoh-contohnya sebagai berikut:
a. Untuk menlihat secara langsung komponen-kompoen yang terpasang didalam sisitem peralatan, seperti televisi, radio, komputer dll, dengan cara memsukan kamera ke dalam box peralatan tersebut. b. Untuk melihat gerakan jarum penunjuk alat ukur pada papan skala secara langsung pada saat memberikan materi membaca alat ukur listrik. c. Melihat secara langsung putaran kutup, sikat dan kumparan pada motor listrik yang sedang bergerak.
d. Melihat secara langsung kompnen/materi ajar elektronik yang berukuran kecil yang tidak bisa dilihat secara jelas jika ditunjukann secara manual.
Contoh: transistor, ressitor, capssitor, dioda dll e. Melihat secara langsung kompnen/materi
ajar listrik yang berukuran kecil yang tidak bisa dilihat secara jelas jika ditunjukann secara manual.
Contoh: Isi box PHB , MCB, Stop kontak dll f. Mengidentifikasi jenis-jenis kabel instalasi,
Untuk memperjelas fungsi mikroendoskopik PBM, maka akan saya ambil contoh satu dari kegiatan kegunaan diatas, yaitu melihat secara langsung komponen yang berada didalam amplifier. Adapun deskripsi kegiatan pengindraan untuk mengenalkan koponen elektronika pada rangkaian amplifier dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Pembelajaran penegnalan komponen elektronika secara langsung pada rangkaian amplifier.
HASIL UJI EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN
Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik angket. Angket diberikan kepada10 siswa yang diambil secara acak. Adapun isi angket berkaitan dengan metode pembelajaran inovasi yang disajikan, kelebihan maupun kekuranganya.
LAYAR LCD Menampilkan gambar
komponen yang akan disampaikan kepada siswa
Komputer / leptop Menampilkan komponen yang
sedang di indra Kamera Mikrosendoskipik
mengindra rangkaian di dalam amplifier
Adapun instrumen untuk menguji efektivitas media pembelajaran baru sebagai berikut :
Tabel 3.1. Instrumen penguji efektifitas media pebelajaran baru
Metode mengajar lama Aspek-aspek Kinerja Sistem Metode mengajar baru
1 2 3 4 Mempermudah pemahaman materi pembelajaran 1 2 3 4
yang sedang disampaikan
1 2 3 4 Interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi 1 2 3 4
yang disampaikandengan materi
11 22 3 44 Praktis dan mudah dioperasikan 11 22 33 44
Berdasarkan instrumen tersebut mohon diberikan nilai efektivitas metode mengajar lama dan baru berdasarkan mempermudah pemahaman materi pembelajaran yang sedang disampaikan, interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi yang disampaikan dan praktis dan mudah dioperasikan. Rentang skor setiap indikator adalah sebagai berikut: Mempermudah pemahaman: sangat cepat (4), cepat (3), agak cepat (2), lambat(1). Interaktif: sangat tinggi (4), tinggi (3), agak tinggi (2), rendah (1). Praktis: sangat tinggi (4), tinggi (3), agak tinggi (2), rendah (1). Adapun data yang diperoleh dari 10 responden/murid yang diberikan pada instrumen penguji efektifitas media pebelajaran baru dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2. Instrumen untuk mengukur kinerja sistem kerja lama
No Responden Skor untuk butir no Jumlah
a b c 1 1 1 1 3 2 1 1 2 4 3 2 3 2 7 4 2 2 3 7 5 3 2 3 8 6 2 2 4 8 7 3 2 1 6 8 2 2 1 5 9 2 3 2 7 10 1 1 1 3 Jumlah 19 19 20 58 Keterangan:
a. = Mempermudah pemahaman materi pembelajaran.
b. = Interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi yang disampaikan. c. = Praktis dan mudah dioperasikan.
No Responden Skor untuk butir no Jumlah a b c 1 2 3 3 8 2 4 3 2 9 3 3 4 4 11 4 3 2 3 8 5 4 3 2 9 6 4 3 4 11 7 3 3 2 8 8 3 4 2 9 9 3 3 4 10 10 4 3 1 8 Jumlah 33 31 27 91 Keterangan:
a. = Mempermudah pemahaman materi pembelajaran.
b. = Interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi yang disampaikan. c. = Praktis dan mudah dioperasikan.
Tabel 3.3. Instrumen untuk mengukur kinerja sistem kerja baru
ANALISIS DATA
Berdasarkan data pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 yang maka dapat di analisa sebagai berikut:
1. Untuk menghitung rata-rata efektivitas metode lama dan baru pertama-tama ditentukan skor kriterium/ ideal untuk sistem kerja tersebut. Skor ideal= 4 X 3 X 10 = 120. (4= skor jawaban tertinggi, 3= tiga butir instrumen, 10= jumlah responden). Selanjutnya skor ideal untuk setiap butir instrumen = 4 X 10 = 40 (4= skor tertinggi ; 10= jumlah responden)
2. Menghitung efektivitas metode mengajar lama
Berdasarkan tabel 3.2 diperoleh jumlah data = 58. Dengan demikian efektivitas metode mengajar lama secara keseluruhan = 58 : 120 = 0.483 atau 48.3 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat efektivitas metode mengajar berdasarkan mempermudah pemahaman terhadap pelajaran = 19 : 40 = 0.475 atau 47.5% dari kriteria yang diharapkan. Selanjutnya bila dilihat dari aspek interaktif = 19 : 40 = 0,475 atau 47.5 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat dari aspek praktis = 20 : 40 = 0,50 atau 50% dari kriteria yang diharapkan. Jadi efektivitas metode mengajar lama terendah pada aspek pemahaman materi dan interaktif yaitu masing-masing 47.5 % dari yang diharapkan.
3. Menghitung efektivitas metode mengajar baru
Berdasarkan tabel 3.3 diperoleh jumlah data = 91. Dengan demikian efektivitas metode mengajar baru secara keseluruhan = 91 : 120 = 0.758 atau 75.8 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat efektivitas metode mengajar berdasarkan mempermudah pemahaman terhadap pelajaran = 33 : 40 = 0.825 atau 82.5
% dari kriteria yang diharapkan. Selanjutnya bila dilihat dari aspek interaktif = 31 : 40 = 0.775 atau 77.5 % dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat dari aspek praktis = 27 : 40 = 0.675 atau 67.5% dari kriteria yang diharapkan. Jadi efektivitas metode mengajar baru terendah pada aspek kepraktisan yaitu 67.5 % dari yang diharapkan.
Pebandingan sistem kinerja lama dan baru ditunjukan pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.4. Pebandingan sistem kinerja lama dan baru
Metode Aspek-aspek Kinerja Sistem Metode
mengajar lama mengajar baru
47.5 % Mempermudah pemahaman materi pembelajaran yang sedang 82.5 % disampaikan 47.5 % Interaktif, menyenangkan /sesuai dengan materi yang disampaikan 77.5 % dengan materi 50 % Praktis dan mudah dioperasikan 67.5 % 48.3 % Rata-rata 75.8 % Berdasarkan tabel 3.4 tersebut terlihat bahwa efektivitas metode mengajar baru jauh lebih tinggi dari sistem lama. Rata-rata efektivitas metode mengajar sistem lama = 48.3 % dan metode mengajar baru 75.58 %. Mempernudah pemahaman murid terhadap pelajaran dengan metode lama = 47.5 % dan metode baru 82.5 %. Interaktif murid yang diajar dengan metode lama = 47.5 % dan metode baru 77.5 %. Kepratisan alat dalam pengoperasian dengan metode mengajar lama 50 % dan metode baru 67.5 %. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa metode mengajar baru dapat mempermudah pemahaman murid terhadap pelajaran dari 47.5% menjadi 82.5 %; interkasi pebelajaran murid dari 47.75 % menjadi 77.5 % dan kepraktisan penggunaan pada proses pembelajaran dari 50 % menjadi 67.5 %. Kesimpulannya metode mengajar baru lebih efektif dari metode mengajar lama.
Untuk membuktikan signifikansi perbedaan sistem kinerja lama dan baru tersebut, perlu diuji secara statistik dengan t-test berkorelasi (related). Rumus yang digunakan ditunjukkan pada rumus 1. 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s X X t Rumus 1 Dimana: X1 : Rata-rata sampel 1 (sistem kinerja lama) X2 : Rata-rata sampel 2 (sistem kinerja baru) s1 : Simpangan baku sampel 1 (sistem kerja lama) s2 : Simpangan baku sampel 2 (sistem kerja baru) S12 : Varians sampel 1 S22 : Varian sampel 2 r : Korelasi antara data dua kelompok
Untuk dapat menggunakan rumus tersebut, maka perlu dicari terlebih dulu korelasi nilai efektivitas metode mengajar lama dan baru, rata-rata, simpangan baku dan varians. Yang dikorelasikan adalah nilai total (nilai kolom paling kanan tabel 3.2 dan 3.3). Nilai efektivitas metode mengajar lama dan baru ditunjukkan pada tabel 3.5 .
Tabel 3. 5. Nilai-nilai kinerja sistem yang dikoreasikan No. X1 X2 1. 3 8 2. 4 9 3. 7 11 4. 7 8 5. 8 9 6. 8 11 7. 6 8 8. 5 9 9. 7 10 10. 3 8
X
58 91 X 5.8 9.1 s 2.828 2.121 s2 7.997 4.498 r 0.531 0.531Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
Ho : Efektivitas metode kerja baru lebih rendah atau sama dengan sistem kerja lama. Ha : Efektivitas metode mengajar baru lebih tinggi/ baik dari metode kerja lama. Ho :
1 >
2 Ha :
1<
2 Pengujian dengan menggunakan t-test berkorelasi uji fihak kiri. Menggunakan uji fihak kiri karena, hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “lebih tinggi”.
2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1n
s
n
s
r
2
n
s
n
s
X
X
t
Untuk membuat keputusan, apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka harga t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk n-2 = 8. Berdasarkan tabel t-test nilai-nilai dalam distribusi t , bila dk 8, untuk uji satu fihak dengan taraf kesalahan 5%, maka harga t tabel =1,86. Bila harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha, maka Ha yang menyatakan bahwa sistem kerja baru lebih tinggi/baik dari sistem kerja lama diterima. Berdasarkan perhitungan ternyata t hitung – 4.21 jatuh pada peneriman Ha atau penolakan Ho. (lihat gambar 3.1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (dapat digeneralisasikan) efektivitas metode mengajar kerja baru dan lama, di mana metode mmegajar baru lebih efektif dari metode yang lama, baik pada aspek pemahaman murid terhadap pelajaran, interaktif, dan praktis.Gambar 3.1.Uji Hipotesis Fihak kiri . t hitung= –4.21 jatuh pada daerah penerimaan Ha, sehingga Ha diterima.
Dengan terujinya produk yang berupa media pebelajaran tersebut, maka langkah pengujian media pembelajaran untuk tahap terbatas ini dinyatakan selesai.
KESIMPULAN
Proses belajar mengajar merupakan pemindahan ilmu yang dimiliki seorang guru terhadap peserta didik. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatkan kompetensi bagi para siswa. Proses belajar mengajar yang tidak menjemukan, menyenangkan, menarik , tidak memberi efek takut dan jera tidak memeberi beban psikologis merupakan pembelajaran yang sangat diharapkan dan didambakan siswa.
Mikrosendoskopik PBM merupakan salah satu upaya penulis untuk mengatasi permasalahan diatas dan sekaligus memberi solusi dan contoh yang langsung dapat dilihat secara nyata,yaitu;
1. Memberikan model pembelajaran yang aktif , inovatif kreatif, efekrif dan menyenagkan yang berbasis pada materi nyata. Menanamkan pola pikir aktif, kooperatif dan kreatif dengan tidak monoton dalam proses pembelajaran klasikal, sehingga terjadi interaksi maksimal dan menyeluruh dari semua komponen pembelajaran.
2. Hasil media pembelajaran ini membuktikan adanya peningkatan dalam hal; mempermudah pemahaman murid terhadap materi yang disampaikan, interkaktif menyenangkan dan kepraktisan penggunaan media.
LAMPIRAN 1. DIAGRAM BLOK DAN DETAIL MEKANIK a. Diagram blok mikrosendoskopik PBM
Mekanik Labtop LCD Webcam LAYAR b. Data Mekanik Keterangan gambar : No Nama Keterangan dan fungsi
1 Alas Penyangga sistem keseluruhan
2 Tiang utama Penyangga lengan
3 Baut lengan bahan Mengatur gerakan naik-turun dan gerakan memutar lengan materi 4 Baut lengan kamera Mengatur gerakan naik-turun dan gerakan memutar lengan kamera
5 Steak Sebagai pena lensa
6 Klem steak Tempat menjepit steak
7 Lengan kamera Tempat kamera
8 Lensa camera Membidik posisi materi/benda 9 Bingkai materi/benda Menaruh benda/material uji 10 Lengan materi Bagian Tempat materi ditaruh
11 Baut bingkai materi Mengatur gerakan memutar tempat materi 12 Kabel transmisi Penghubung kamera dengan komputer
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
LAMPIRAN 2. SISTEM GERAKAN DAN DIMENSI MEKANIK
Keterangan gambar :
No Nama Gearakan Mekanik Dimensi ( cm)
1 Alas Tetap Ø = 8 tebal = 0.5 2 Tiang utama Tetap Ø = 1 tinggi = 24.5 3 Baut lengan bahan Putar kanan menutup Ø = 2.5 Putar kiri membuka tebal = 0.5 4 Baut lengan kamera Putar kanan menutup Ø = 2.5 Putar kiri membuka tebal = 0.5
5 Steak Mengikuti lengan kamera Ø = 1
6 Klem steak Mengikuti lengan kamera Ø = 1
7 Lengan kamera Dapat bergesar keatas-kebawah Ø = 1
Dapat bergeser memutar horisontal panjang = 12.5
8 Lensa camera Dapat bergesar kekanan-kekiri Ø = 0.75
Dapat bergeser memutar vertikal
9 Bingkai materi/benda Dapat bergesar kekanan-kekiri panjang = 10
Dapat bergesaer memutar vertikal lebar = 10
Dapat bergeser memutar horisontal tebal = 0.5
10 Lengan materi Dapat bergesar keatas-kebawah Ø = 1
Dapat bergeser memutar horisontal panjang = 12.5
11 Baut tempat materi Putar kanan menutup Ø = 2.5
Putar kiri membuka tebal = 0.5
12 Kabel transmisi Fleksibel Ø = 0.2
LAMPIRAN 3. SISTEM TRANSMISI WEBCAM
LAMPIRAN 4. GAMBAR MEDIA PEMBELAJARAN
LAMPIRAN 5. KEGIATAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN Konektor Saklar On/Off Pengatur kontras lampu Kabel transmisi Steak Lampu/light Lensa camera
DAFTAR PUSTAKA
Furqon H. 2009. Pengembangan Profesional Guru. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS, Surakarta.
H.asan I. 2004 Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Penerbit PT. Bumi Akasra, Bandung. Masnur Muslich . 2009. Melaksanakan PTK itu
Mudah . Bumi Aksara. Jakarta.
Mukhlis A 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Konsep Dasar dan Langkah - langkah. Unesa, Surabaya.
Sugiyono. 2013. Penulisan Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Produktif Bagi Guru Produktif Dengan Metode R&D. Bimtek LKIIP Dirjen P2TK.Yogyakarta.
Samuel. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Menado.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS, Surakarta.
Sumadi Surya Brata. 1983. Metode Penelitian. CV Rajawali, Jakarta.
Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Peneulisan Karya Ilmiah Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS, Surakarta. Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. CV Pustaka Setia, Bandung. Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran
Inovatif. FKIP UNS, Surakarta.
Wawan Nurkancana . 1982. Statistik Pendidikan. Andi Ofset, Yogyakarta.