• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) TERHADAP JUMLAH SALDO MAKSIMUM YANG DIJAMIN LPS (ANALISIS UNDANG-UNDANG NO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) TERHADAP JUMLAH SALDO MAKSIMUM YANG DIJAMIN LPS (ANALISIS UNDANG-UNDANG NO."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG LEMBAGA

PENJAMIN SIMPANAN (LPS) TERHADAP JUMLAH SALDO

MAKSIMUM YANG DIJAMIN LPS

(ANALISIS UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2009)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)

Jurusan Muamalah

Oleh:

MASRUROH 052311053

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Artinya : “Dan barang siapa yang dapat mengembalikannya piala raja, maka ia akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta, dan aku yang menjamin terhadapnya.” (QS. Yusuf: 72)

(5)

PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan

keringat dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk

orang-orang yang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan

bagi mereka yang tetap setia berada di ruang waktu kehidupan ku khususnya

buat:

o

Orang tuaku tersayang ( Bp. H.Imam Busairi dan Ibu Hj.safi atun)

yang selalu setia mendo akan, memberi semangat dan motivasi dalam

semua hal terutama dalam menyelesaikan studi.

o

Kakak dan adiku (mba kana, mas amin dan de nuril) keponakanku yang

mungil (de hadud) dan beserta seluruh keluarga yang kusayangi yang

selalu memberikan semangat untuk ku menjalani setiap hari ku dengan

baik.

o

Seluruh Teman-teman yang selalu bersama-samaku (anis, ima, mba mila,

dini, ime, halima, nani, de fia, de is) dalam susah maupun senang dan

selalu memberikan semangat untuk meraih cita dan asa.

o

Seseorang yang selalu berada direlung hatiku yang selalu setia

memberikan motivasi dan semangat untuk selalu menjalani hari-hariku

dengan optimis dan tidak berputus asa

o

Seluruh temen-temen MUA angkatan 2005 kalian adalah teman

senasib dan seperjuangan

o

Temen-temen kos pak Toni yang selalu memberiku semangat dan do a

(6)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 8 Desember 2010 Deklarator,

(7)

ABSTRAK

Industri perbankan merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas industri perbankan dimaksud sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia pada tahun 1998. Kepercayaan terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan. Maka dari itu pemerintah merasa perlu menetapkan Undang-Undang No. 7 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan. Di dalam Undang-Undang ini ditetapkan penjamin simpanan nasabah bank yang diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa dana tertinggi yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap tabungan dan deposito nasabah hanya sebesar dua miliar rupiah dan bagaimana pelaksanaan penjaminan yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam perspektif hukum Islam.

Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Dengan metode analisisnya adalah metode deskriptif.

Hasil penelitian didapat bahwa adanya batasan nilai yang dijamin hingga dua miliar rupiah yaitu untuk mengurangi beban anggaran pemerintah serta mengurangi moral hazard dari pihak bank dan masyarakat, bentuk dan pelaksanaan penjaminan yang dilakukan oleh lembaga penjamin simpanan diperbolehkan karena pada prinsipnya, umat Islam terikat dengan syarat-syarat yang mereka tetapkan kecuali selama syarat itu tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, maka lembaga penjamin simpanan selaku lembaga yang memiliki kekuatan dan kecakapan dalam melakukan suatu perbuatan hukum sudah dianggap sah untuk menjadi penjamin.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan alam dengan segala keindahanya, atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita sang Revolusioner nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu menunggu syafaatnya.

Berkenaan dengan selesainya skripsi ini, yang berjudul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) TERHADAP JUMLAH SALDO MAKSIMUM YANG DIJAMIN LPS (ANALISIS UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2009), yang disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar sarjana dalam ilmu Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbgai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih :

1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

2. Ketua Jurusan Muamalah IAIN Walisongo Semarang Bapak Moh. Arifin, S.Ag. M.Hum atas persetujuan penelitian.

3. Bapak Moh. Arifin, S.Ag. M.Hum. selaku pembimbing I, serta Ibu Maria Anna Muryani, SH. M.H. selaku pembimbing II, yang telah membimbing proses

(9)

penulisan skripsi ini terima kasih atas arahan, bimbingan, masukan dan motivasinya serta saran-saranya hingga skripsi ini selesai.

4. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang beserta karyawan-karyawanya atas bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah sekaligus penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan IAIN Walisongo, terimakasih atas pinjaman bukunya.

6. Kedua orang tua kami yang tercinta, yang telah memberikan dukungan serta do’anya dan semuanya yang tak ternilai, kakak dan adikku, dan sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan mendo’akan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam penyusunan dan penulisan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif saya harapkan, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 8 Desember 2010

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN DEKLARASI ... vi

HALAMAN ABSTRAKSI ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Telaah Pustaka... 8

E. Metode Penulisan ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM JAMINAN DALAM KONSEP ISLAM (KAFALAH) A. PengertianKafalah... 15

(11)

C. Rukun Dan SyaratKafalah... 20

D. Macam-Macam AkadKafalah... 22

E. PelaksanaanKafalah... 26

F. HukumKafalah... 27

G. AplikasiKafalahDalam Perjanjian Modern... 28

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 7 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2008 A. Latar Belakang Berdirinya Lembaga Penjamin Simpanan ... 30

B. Peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 34

1. Peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 34

2. Pelaksanan Penjaminan Terhadap Simpanan Nasabah Bank ... 44

3. Simpanan Yang Dijamin ... 46

4. Pembayaran Klaim Penjaminan ... 48

5. Likuidasi Bank Gagal Oleh LPS ... 51

C. Simpanan Yang Dijamin Menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2009 ... 53

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

A. Analisis Mengenai Mengapa Dana Tertinggi Yang Dijamin Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Terhadap Tabungan Dan Deposito Nasabah Hanya Sebesar Rp. 2.000.000.00,00

(12)

(Dua Miliar Rupiah) ... 54 B. Analisis Terhadap Bagaimana Pelaksanaan Penjaminan Yang

Dilakukan

Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dalam Perspektif

Hukum Islam ... 65 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Industri perbankan merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas industri perbankan dimaksud sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia pada tahun 1998.

Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan.

Dewasa ini telah terjadi krisis keuangan secara global, yaitu bentuk akibat dari krisis keuangan yang dialami oleh Negara yang berpengaruh di jagad raya ini yaitu Amerika Serikat. Krisis tersebut mengakibatkan banyak Negara terkena imbas yang dialami oleh Amerika Serikat karena mereka mengikuti sistem ekonomi yang sama.

(14)

Krisis ekonomi yang menimpa negara Amerika Serikat mengguncang ekonomi global. Perusahaan-perusahaan besar banyak yang ambruk, bank-bank internasional dan pemerintah diberbagai Negara mengucurkan dana dalam jumlah besar ke pasar uang untuk meredakan guncangan krisis. Sementara ribuan orang kini terancam jadi pengangguran karena banyak perusahaan besar yang terancam tutup.1

Krisis ini tentunya mempengaruhi stsabilitas sistem keuangan nasional termasuk perbankan. Hal ini juga berakibat merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan untuk menitipkan uangnya. Sehingga, mereka yang menitipkan uangnya di bank akan berbondong-bondong menarik uang yang mereka titipkan dengan tujuan agar tidak turut serta dalam menanggung resiko apabila bank tersebut mengalami kerugian (collaps).

Kondisi global tersebut mengancam sistem keuangan nasional, dan keadaan seperti ini menjadi syarat ancaman sistem keuangan Negara seluruh dunia, terutama sistem perbankan mengalami tekanan. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan mengalami tekanan. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan di Indonesia merupakan titik inti dalam usaha pemeliharaan dalam stabilitas perekonomian. Dalam perbankan basis yang paling mendasar adalah kepercayaan. Setiap bank yang didirikan punya modal yang amat sedikit dibandingkan aset mereka yang begitu besar. Ini bisa terjadi karena bank tersebut memang hanyalah lembaga antara bagi pihak-pihak yang mempunyai kelebihan uang, dan menjadi deposan dengan pihak yang

1

http://www.era muslim.com,Krisis ekonomi di AS, pertanda tamatnya sistem kapitalis, diakses pada tanggal 29 Maret 2010

(15)

memerlukan uang menjadi debitur. Seandainya kepercayaan lembaga antara ini tidak berfungsi baik, bahkan lembaga ini turut bermain maka akibatnya bukan hanya sekedar bank yang rugi tapi seluruh eksistensi kelembagaanya menjadi hilang. Dengan begitu lembaga yang harus menjadi lembaga yang memobilisasikan dana terhenti fungsinya. Terhentinya fungsi ini akan amat mempengaruhi target-target pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi hanya bisa mempengaruhi investasi, dan investasi hanya bisa terjadi bila mobilisasi dana berlangsung dengan efisien dan efektif.2

Salah satu cara dalam meningkatkan tingkat kepercayaan dalam masyarakat pada perbankan adalah diberikan kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan. Yang mana pengaturan itu diterapkan bermaksud berpihak kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa yakin bahwa dana yang mereka titipkan pada bank menjadi aman dan tidak hilang.

Bentuk kepastian hukum yang diberikan kepada pemerintah adalah memberikan aturan yang membatasi usaha perbankan dalam negeri. Sejarah pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menerangkan pada tahun saat terjadinya krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan likuidasinya 16 bank mengakibatkan turunya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk

2

(16)

simpanan masyarakat (blanket guarante). Hal ini ditetapkan dalam keputusan presiden no.26 tahun 1998 tentang jaminan terhadap kewajiban pembayaran bank perkreditan rakyat.3

Jaminan yang diberikan pemerintah tentang pengembalian dana masyarakat yang dititipkan dan diinvestasikan melalui bank disamping dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan ternyata ada juga dampak jeleknya yaitu timbulnyamoral hazard baik dari sisi pengelola bank menjadi kurang hati-hati dalam mengelola dana masyarakat, sementara nasabah tidak peduli untuk mengetahui kondisi keuangan bank karena simpanannya dijamin secara penuh oleh pemerintah.

Banyak Negara sepakat bahwa salah satu pendekatan yang diperlukan untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat dan kuat adalah dengan memberikan jaminan yang eksplisit bagi nasabah penyimpan. Akan tetapi sebelum pembentukan suatu lembaga penjamin yang permanen, diperlukan langkah-langkah pembaruan sistem perbankan sebagai prasyarat agar sistem tersebut dapat berjalan efektif.4 Alasan dasar bagi pemerintah untuk memfasilitasi pendirian lembaga penjamin simpanan (LPS) adalah kepercayaan pada industri perbankan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pada sistem perbankan yang diawasi secara baik dapat menimbulkan terjadinya kebangkrutan bank, dan kebangkrutan itu sendiri

3

http;//www.lps.go.id, sejarah pendirian, diakses pada tanggal 29 maret 2010

4

Salah satu unsur penting dalam memberikan jaminan adalah kecepatan menyelesaikan klaim nasabah atas simpanan yang ada apabila bank dimaksud pailid atau dilikuidasi. Cepat lambatnya penyelesaian simpanan tersbut mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Sistem penjaminan tidak langsung sering kali mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat karena tidak tegas status simpanan mereka apabila suatu bank dicabut ijin usahanya oleh pemerintah atau karena bank tersebut pailit atau dilikuidasi.

(17)

dapat diprediksi dan merupakan kejadian dapat dicegah. Selain itu, kesetaraan sosial juga merupakan pertimbangan. Perlindungan nasabah kecil dari bankir yang tidak bertanggung jawab merupakan suatu pendekatan yang adil dan tepat.

Pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap bank telah menciptakan hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya menjadi penting. Hal ini terjadi karena bank memiliki status yang unik ditengah masyarakat selain bank sebagai sandaran suatu kepercayaan ia juga menempati posisi khusus sebagai tempat yang aman. Disamping itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya bank juga terlibat dalam masalah-masalah internal perusahaan dan individu sehingga peran bank telah melampaui hubungan tradisional antara kreditur dan debitur.

Dengan karakteristik demikian itu, maka hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kepercayaan. Hal itu lebih diperjelas lagi dalam praktek perbankan modern yang melibatkan struktur yang sangat kompleks dan sering kali menyebabkan bank berperan sebagai penasehat keuangan (financial adviser) bagi nasabahnya sehingga menciptakan hubungan kepercayaan dan kerahasiaan (confidentiality), dengan demikian maka bank memiliki kewajiban untuk mengungkapkan (a duty to disclose) seluruh fakta material pada nasabahnya, apabila bank memiliki pengetahuan yang mungkin sangat penting bagi nasabah.5

5

(18)

Kebijakan pemerintah mengenai program penjaminan selanjutnya dituangkan dalam UU RI No.10 tahun 1998 tentang perbankan yaitu dalam pasal 37B yang bunyinya “Bahwa setiap bank wajib menjamin dana dalam masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan”. Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana yang dimaksud dibentuklah lembaga penjamin simpanan (LPS) dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.6

Kebijakan pemerintah untuk mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi setelah ditetapkannya Undang-Undang RI No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jumlah saldo yang dijamin turut berubah-ubah bertahap mengikuti dengan kondisi yang terjadi, yaitu jumlah saldo nasabah yang dijamin pada program penjaminan yang diberikan pemerintah. Suatu statemen yang terjadi diantaranya saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah:

1. Seluruhnya, sejak tanggal 22 september 2005 sampai dengan 21 maret 2006

2. Paling tinggi sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), sejak tanggal 22 maret 2006 sampai dengan 21 september 2006.

3. Paling tinggi sebesar Rp. 1. 000.000.000,00 (satu miliar rupiah), sejak tanggal 22 september 2006 sampai dengan 21 maret 2007.

6

(19)

4. Paling tinggi sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), sejak tanggal 22 maret 2007.

Pada masa krisis ini ditetapkan lagi UU RI No. 7 Tahun 2009 7yang isinya yaitu syarat perubahan jumlah saldo yang dijamin. Perubahan jumlah yang sekarang menjadi Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) adalah suatu bentuk usaha pemerintah agar dapat menstabilkan sistem ekonomi pada saat terjadi tekanan akibat krisis global.

Begitu pula dalam Islam yaitu usaha Abu Qotadah seorang pemimpin pada waktu itu menjamin terbayarnya hutang pada seorang yang sudah meninggal dunia, agar jenazahnya dapat segera dishalati peristiwa itu disebut akad kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi pihak kedua atau yang ditanggung bank.8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang terkait dengan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Undang-Undang No. 7 tahun 2009 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang No.3 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan:

7

Undang-Undang No. 7 Tahun 2009 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang No. 3 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

8

(20)

1. Mengapa dana tertinggi yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap tabungan dan deposito nasabah hanya sebesar Rp. 2.000.000.000,00?

2. Bagaimana pelaksanaan penjaminan yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam perspektif hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan penulisan skripsi ini penulis mempunyai beberapa tujuan pokok, yaitu:

1. Untuk mengetahui mengapa dana tertinggi yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap dana dan deposito nasabah hanya sebesar Rp. 2.000.000.000,00

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penjaminan yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam perspektif hukum Islam.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dalam penelitian ini meliputi kajian tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Permasalahan tentang lembaga penjamin simpanan sudah pernah dibahas oleh Sdr. Abdul Aziz mahasiswa Jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, dalam skripsinya dengan judul Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurut Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 dalam perspektif hukum Islam terkait pasal 4 dan 5 UU RI No. 24 Tahun 2004. Sedangkan dalam skripsi ini penulis lebih

(21)

memfokuskan mengenai batasan jumlah jaminan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurut UU RI No. 7 tahun 2009 dengan dana tertinggi yang dijamin oleh LPS terhadap tabungan dan deposito nasabah hanya sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dalam perspektif hukum Islam.

Karya ilmiah dengan judul Pentingnya keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Sistem Perbankan, yang disampaikan oleh Dr, Zulkarnain Sitompul, SH, LL.M yang diselenggarakan oleh inti sarana informatika. Didalam karya ilmiah tersebut bahwa keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sangat mempengaruhi perkembangan suatu perbankan dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan yang pada akhirnya akan menciptakan industri yang kokoh.9

E. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam penulisan kepustakaan (library research) dan merupakan penelitian hukum normatif, penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode kualitatif yakni, pemaparan kembali dengan kalimat yang sistematis secara deduktif atau induktif untuk dapat memberikan gambaran secara jelas jawaban atas permasalahan yang ada. Pada akhirnya dinyatakan dalam bentuk deskriptif.

9

(22)

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data penelitian adalah subyek dari mana data yang diperoleh. Secara umum dalam penelitian biasanya sumber data dibedakan dalam data primer dan data skunder.

a. Sumber data primer yaitu: informasi yang langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan data sumber.10 Yaitu bahan-bahan hukum Islam, yang terdiri dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan fiqh-fiqh muamalah mu’tabarah. Sedangkan bahan hukum positif diambil dari UU RI No. 24 tahun 2004 tentang LPS dan UU RI No. 7 tahun 2009 tentang penetapan PERPU No. 3 tahun 2008 tentang perubahan atas UU RI No. 24 tahun 2004 tentang LPS menjadi Undang-Undang.

b. Sumber data sekunder yaitu informasi yang tidak secara langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada padanya.11Diambil dari hukum Islam diantaranya fiqh muamalah, ushul fiqh, dan karya-karya cendekiawan muslim dan fatwa ulama mengenai hal tersebut. Sedangkan bahan hukum positifnya diambil dari pendapat-pendapat para ahli hukum yang disusun dalam satu buku.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang terkait mengenai ditetapkannya Undang-Undang RI No. 7 tahun 2009

10

Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa, 1993. hlm. 42

11

(23)

tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yaitu merupakan study dokumentasi diantaranya:

a. UU RI No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 3 tahun 2008 perubahan atas UU RI No. 24 tahun 2004 tentang LPS.

c. PP No. 66 tahun 2008 tentang besarnya nilai simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan.

d. UU RI No. 7 tahun 2009 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU No. 3 tahun 2008 perubahan atas UU RI No. 24 tahun 2004 menjadi Undang-Undang.

4. Metode Analisis Data

Alat analisis yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif yaitu suatu metode pemecahan masalah dengan mengumpulkan data yang tertuju pada masalah sekarang, disusun, dijelaskan, dianalisis, dan diinterpretasikan kemudian disimpulkan.12

F. Sistematika Penulisan

Pada dasarnya sistematika penulisan skripsi ini adalah menguraikan tentang hubungan-hubungan logis dari masing-masing isi yang ada dalam bab-bab skripsi. Sistem penulisan ini merupakan suatu cara mengolah dan menyusun hasil penelitian atau studi kajian dari data-data dan bahan-bahan

12

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet 10, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996. hlm. 214

(24)

yang disusun menurut ukuran tertentu, sehingga nantinya dapat dijadikan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami sebagai karya intelektual. Pada bagian ini pula penulis antara bab satu dengan bab lainya diupayakan dapat relevansi kajian untuk menghindari kesalahpahaman pemaknaan.

Untuk mendapatkan gambaran-gambaran yang jelas serta mempermudah dalam pembahasan, maka secara global gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB. I PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, pokok-pokok masalah, tujuan penulisan skripsi, tinjauan pustaka, metode penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB. II TINJAUAN UMUM JAMINAN DALAM KONSEP ISLAM

(KAFALAH).

Bab kedua merupakan patokan yang menjadi dasar bagaimana hukum Islam menjelaskan pokok bahasan pada bab ketiga yang sesuai dengan syariat Islam dan tidak keluar dari ajaran Islam yang menjelaskan tentang teori-teori penjaminan dalam Islam yang mengemukakan dalil Al-Qur’an, sunnah, dan teori mengenai pengertian, dasar hukum, syarat-syarat, rukun, macam-macamnya, dan aplikasinya dalam perjanjian modern.

(25)

BAB. III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 7 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2008

Bab ketiga merupakan hasil dari penelitian masalah yang terjadi pada kondisi yang sesungguhnya diantaranya menyajikan data-data diberlakukannya Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mencakup peran lembaga tersebut, dan pelaksanaan penjaminan setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2009.

BAB. IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Bab keempat merupakan analisis terhadap bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai:

a. Dana tertinggi yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap tabungan dan deposito nasabah yang hanya sebesar Rp. 2.000.000.000,00

b. Analisis terhadap bentuk pelaksanaan penjaminan yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam perspektif hukum Islam.

(26)

BAB. V PENUTUP

Bab kelima merupakan kesimpulan yang disimpulkan dari hasil analisis pada bab sebelumnya dan juga saran-saran yang digagas berdasarkan hasil analisis pada bab tersebut.

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM JAMINAN DALAM KONSEP ISLAM (KAFALAH)

A. PengertianKafalah

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yang memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lainkafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.13

Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan). Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud dengan al-kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntutan dengan benda (materi) yang sama baik utang barang maupun pekerjaan. Menurut Iman Taqiyyudin yang dimaksud dengan kafalah adalah mengumpulkan satu beban dengan beban lain. Menurut Hasbi Ash Shidiqi al-kafalah ialah menggabungkan dzimah kepada dzimah lain dalam penagihan.14

Menurut syariah, kafalah adalah suatu tindak penggabungan tanggungan orang yang menanggung dengan tanggungan penanggung utama terkait tuntutan yang berhubungan dengan jiwa, hutang, barang, atau pekerjaan. Kafalah terlaksana dengan adanya penanggung, penanggung

13

Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, hlm.247

14

(28)

utama, pihak yang ditanggung haknya, dan tanggungan. Penanggung atau disebut kafil adalah orang yang berkomitmen untuk melaksanakan tanggungan.15 Syarat untuk menjadi kafil adalah harus baligh, berakal sehat, memiliki kewenangan secara leluasa dalam menggunakan hartanya danridha terhadap tindak penanggungnya.16 Penanggung utama adalah orang yang berhutang, yaitu pihak tertanggung. Sebagai pihak tertanggung tidak disyaratkan harusbaligh, sehat akalnya, kehadirannya, tidak pula keridhaanya terkait penanggungan, tetapi penanggungan boleh dilakukan terhadap anak kecil yang belumbaligh, orang gila, dan orang yang sedang tidak ada berada di tempat. Tetapi pihak penanggung tidak boleh menuntut baik siapapun yang ditanggungnya, jika dia telah menunaikan tanggunganya tapi tindakannya itu dianggap sebagai perbuatan sukarela, kecuali dalam kasus jika penanggungan dilakukan terhadap anak kecil yang diperlakukan untuk melakukan perdagangan, dan perdagangannya itu atas perintahnya.17

Sedangkan pihak yang ditanggung haknya adalah orang yang memberi hutang. Terkait pihak tertanggung haknya ini disyaratkan harus diketahui oleh pihak yang menanggung, karena manusia berbeda-beda sifatnya dalam menyampaikan tuntutan dari segi toleransi dan ketegasan, sementara tujuan merekapun bermacam-macam dalam menyampaikan tuntutan. Dengan demikian tidak ada tindak kecurangan dalam penanggungan. Namun demikian tidak disyaratkan mengetahui pihak tertanggung. Adapun tanggungan adalah

15

Sayyid Sabiq,Fiqh Sunah 5, Jakarta: Cakrawala Publising, 2009, hlm. 386

16

Karena ia tidak diharuskan untuk menanggung kewajiban pada mulanya kecuali dengan ridhanya.

17

(29)

berupa jiwa, hutang, barang, atau pekerjaan yang harus dilaksanakan atas nama pihak tertanggung.18

Kafil adalah orang yang berkewajiban melakukan makful bihi (yang ditanggung). Ia wajib seorang yang mubaligh, berakal berhak penuh untuk bertindak dalam urusan hartanya, rela dengan kafalah, sebab segala urusan hartanya berada ditanganya.

Kafil tidak boleh orang gila dan tidak boleh pula anak kecil, sekalipun ia sudah bisa membedakan sesuatu. Kafil ini disebut dengan sebutan dhamin (orang yang menjamin), za’im (penanggung jawab), hammil (orang yang menanggung beban), danqobil (orang yang menerima).

Dan yang dimaksud dengan ashil adalah orang yang berhutang, yaitu orang yang ditanggung. Untuk ashil tidak disyaratkan baligh, berakal, kehadiran dan kerelaanya dengan kafalah. Tetapi cukup kafalah ini dengan anak kecil, orang gila dan orang tidak hadir.

Kafil tidak boleh kembali kepada seseorang dari mereka ini, kecuali pada keadaan dimana kafalah dilakukan buat anak kecil yang diijinkan berdagang, yang perdaganganya itu atas perintahnya.

Makful lahu adalah orang yang menghutangkan. Disyaratkan penjamin mengenalnya. Karena manusia itu tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dimaksudkan untuk kemudahan dan kedisiplinan. Dan tuntutan untuk itu berbeda-beda. Sehingga tanpa adanya hal itu jaminan dianggap tidak benar.

18

(30)

Dan tidak disyaratkan dikenalnya madmun’anhu (yang ikhwalnya ditanggung).

Dan yang dimaksud dengan makful bihi adalah orang, atau barang, atau pekerjaan, yang wajib dipenuhi oleh orang yang hal ikhwalnya ditanggung (makful anhu).19

B. Dasar HukumKafalah

Kafalah disyaratkan oleh Allah SWT terbukti dengan firman-Nya:

Artinya : “Ya’qub berkata: “aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali.”(QS. Yusuf : 66)20

Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:

Artinya : “Dan barang siapa yang dapat mengembalikannya piala raja, maka ia akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta, dan aku yang menjamin terhadapnya.” (QS. Yusuf: 72)21

19

Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 248-250

20

Al-Qur’an dan terjemahanya, Departemen Agama RI, hlm. 327

21

(31)

.

)

(

22

Artinya : “Bahwa Nabi SAW tidak mau shalat mayit pada mayit yang masih punya hutag, maka berkata Abu Qatadah: “shalatlah atasnya ya Rasulullah, sayalah yang menanggung hutangnya, kemudian Nabi menyalatinya.” (HR. Bukhari)

:

.

.

.

.

:

:

) .

(

23

Artinya: “Dari Jabir r.a. beliau berkata: “seorang lelaki diantara kami meninggal dunia, lalu setelah kami memandikannya, mewangikannya, dan mengkafaninya, kemudian kami membawanya kepada Rasulullah SAW, lalu kami berkata: “Engkau shalati dia. Lalu setelah dia melangkah beberapa langkah, kemudian beliau bertanya: “apakah dia mempunyai hutang?” kami menjawab: “dua dinar” lalu beliau pergi. Setelah hutangnya ditanggung oleh Abu Qatadah, lalu kami mendatangi beliau lagi. Lalu Abu Qatadah berkata: “hutangnya dua dinar itu menjadi tanggungan saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “wajib bagi kamu hutangnya itu dan orang mati itu sudah bebas dari utang dua dinar itu”. Kata Abu Qatadah: “ya” lalu beliau shalati dia. Diriwyatkan oleh Muhammad Abu Daud dan An Nasa’i dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim”.

22

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari vol.3, hlm.183.

23

(32)

C. Rukun Dan Syarat Kafalah

Rukun kafalah terdiri atas sighat kafalah (ijab qabul), makful bih (objek tanggungan),kafil (penjamin),makful’anhu (tertanggung), makful lahu (penerima hak tanggungan).

a. Sighat kafalah bisa diekspresikan dengan ungkapan yang menyatakan adanya kesanggupan untuk menanggung sesuatu, sebuah kesanggupan untuk menunaikan kewajiban. Seperti ungkapan “aku akan menjadi penjagamu” atau “saya akan menjadi penjamin atas kewajibanmu atas seseorang” atau ungkapan lain yang sejenis. Ulama tidak mensyaratkan kalimat verbal yang harus diungkapkan dalam akad kafalah, semuanya dikembalikan pada akad kebiasaan. Intinya, ungkapan tersebut menyatakan kesanggupan untuk menjamin sebuah kewajiban.

b. Makful Bihi. Objek pertanggungan harus bersifat mengikat terhadap diri tertanggung, dan tidak bias dibatalkan tanpa adanya sebab syar’i. Selain itu objek tersebut harus merupakan tanggung jawab penuh pihak tertanggung. Seperti menjamin harga atas pihak transaksi barang sebelum serah terima, menanggung beban hutang yang bersifat mengikat terhadap diri seseorang. Selain itu, nominal objek tertanggung harus jelas, tidak diperbolehkan menanggung sesuatu yang tidak jelas (majhul). Namun demikian sebagian ulama fiqh membolehkan menanggung objek pertanggungan yang dijamin oleh Rasulullah, “Barang siapa dari orang-orang mukmin yang meninggalkan tanggungan hutang, maka pembayarannya menjadi kewajibanku”. Berdasarkan hadis ini, nilai objek

(33)

pertanggungan yang dijamin oleh Rasulullah bersifat majhul, dengan demikian diperbolehkan.

c. Kafil. Ulama fiqh mensyaratkan seorang kafilharuslah orang yang berjiwa filantropi, orang yang terbiasa berbuat baik demi kemaslahatan orang lain. Selain itu, ia juga orang yang baligh dan berakal. Akadkafalah tidak boleh dilakukan oleh anak kecil, orang-orangsafih ataupun orang yang terhalang untuk melakukan transaksi. Karena bersifat charity, akad kafalah harus dilakukan oleh seorang kafil dengan penuh kebebasan, tanpa adanya paksaan. Ia memiliki kebebasan penuh guna menjalankan pertanggungan. Karena dalam akad ini, kafil tidak memiliki hak untuk merujuk pertanggungan yang telah ditetapkan.

d. Makful’Anhu. Syarat utama yang harus melekat pada diri tertanggung (makful’anhu) adalah kemampuannya untuk menerima objek pertanggungan, baik dilakukan oleh diri pribadinya atau orang lain yang mewakilinya. Selain itumakful’anhu harus dikenal baik oleh pihakkafil. e. Makful lahu. Ulama mensyaratkan makful lahu harus dikenali oleh kafil,

guna meyakinkan pertanggungan yang menjadi bebannya dan mudah untuk memenuhinya. Selain itu, ia juga disyaratkan untuk menghadiri majlis akad. Ia adalah orang yang baligh dan berakal, tidak boleh orang gila atau anak kecil yang belum berakal.

f. Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin, tidak digantungkan pada sesuatu yang berarti sementara.24

24

(34)

D. Macam-Macam AkadKafalah Kafalah jiwa

Kafalahjiwa atau juga dikenal dengankafalahwajah adalah komitmen penanggung untuk menghadirkan sosok pihak tertanggung kepada orang yang ditanggung haknya. Kafalah ini dapat dinyatakan dengan perkataan, “aku menanggung fulan, badannya, atau wajahnya, atau aku dhamin, atau za’im” atau semacamnya. Ini dibolehkan jika pihak yang ditanggung kehadirannya menanggung hak orang lain. Tidak disyaratkan harus mengetahui kadar yang ditanggung oleh pihak tertanggung, karena penanggung hanya menanggung badan bukan harta. Adapun jikakafalah berkaitan dengan hudud(hukum yang telah di tetapkan sanksinya dalam syariat) yang telah ditetapkan Allah, maka kafalah tidak dapat dibenarkan, baik itu hudud tersebut sebagai hak Allah SWT, seperti hudud yang berkaitan dengan khamer, maupun hak manusia, sepertihudud yang berkaitan dengan tuduhan zina.25

KafalahHarta

Kafalah atau penanggungan terhadap harta adalah kafalah yang mengharuskan penanggung untuk menunaikan tanggungan yang berkaitan dengan harta.Kafalah harta terdiri dari tiga macam yaitu:

1. Kafalah hutang. Yang dimaksud dengan kafalah hutang adalah komitmen untuk melunasi hutang yang berada dalam tanggungan orang lain.

Syarat-syarat hutang yang ditanggung:

25

(35)

a. Hutang itu harus sudah berlaku pada saat penanggungan, seperti hutang pinjaman, harga penjualan, upah, dan mahar. Jika hutang itu belum berlaku, maka penanggungannya tidak sah, sebab penanggungan sesuatu yang tidak wajib tidak sah. Sebagaimana jika penanggung mengatakan “Juallah kepada fulan, dan aku yang menanggung harganya, atau beri dia pinjaman dan aku yang menanggung pengambilannya.”

b. Hutang harus diketahui tidak sah penanggungan terhadap sesuatu yang tidak diketahui, karena ini merupakan kecurangan. Seandainya penanggung mengatakan “aku menanggung untukmu apa yang ada dalam tanggungan fulan.” Padahal keduanya tidak mengetahui besarannya, maka penanggungan ini tidak sah.26

2. Kafalah terhadap barang atau kafalah penyerahan. Yaitu komitmen untuk menyerahkan barang tertentu yang ada di tangan orang lain. Seperti mengembalikan barang yang diambil secara zalim kepada orang yang mengambilnya, dan menyerahkan barang yang dibeli kepada pembelinya. Dalam kafalah ini disyaratkan dalam barang tersebut harus dijamin wujudnya kepada penanggung utama, sebagaimana terkait barang yang diambil secara zalim. Jika barang itu tidak dijamin, seperti pinjaman dan titipan, makakafalahnya tidak sah.

3. Kafalah terhadap sesuatu yang terkait dan muncul kemudian. Maksudnya kafalah terhadap sesuatu yang kemudian muncul pada harta yang dijual

26

(36)

dan berkaitan dengannya (garansi), seperti bahaya yang disebabkan oleh sesuatu yang sudah ada pada transaksi jual beli. Maksudnya adalah penanggungan dan penjaminan terhadap hak pembeli dihadapan penjual jika ternyata barang yang dijual dimiliki oleh orang lain. Sebagaimana jika ternyata yang dijual adalah barang milik orang selain penjual, atau barang yang digadaikan.27

Jika penanggungan telah menunaikan tanggungan atas nama pihak tertanggung berupa hutang, maka dia dapat menuntut balik pihak tertanggung selama penanggungan dan pelunasan itu dengan izinnnya, karena dia mengeluarkan hartanya pada apa yang digunakannya dengan izinnya. Ini termasuk ketentuan yang telah disepakati oleh empat imam terkemuka.

Namun mereka berbeda pendapat terkait apabila penanggung menjamin hak atas nama orang lain atas perintahnya, dan dia telah menunaikanya. Syafi’i dan Abu Hanifah berkata, “dia dianggap sebagai orang yang menanggung dengan suka rela dan tidak boleh menuntut balik pihak tertanggung.” Pendapat yang masyhur dari Malik adalah bahwa ia boleh menuntut balik tanggungan tersebut. Ibnu Hazm berkata, “Penanggung tidak boleh menuntut balik terkait apa yang telah ditunaikanya, baik itu dengan perintah pihak tertanggung maupun tanpa perintahnya, kecuali jika pihak tertanggung meminta pinjaman kepadanya.”

Ketentuan-ketentuan hukum terkaitkafalah, yaitu:

27

(37)

a. Begitu yang ditanggung tidak ada atau hilang, maka penanggung harus menjamin dan tidak boleh keluar dari kafalah kecuali dengan pelunasan hutang darinya atau pihak penanggung utama (tertanggung), atau dengan adanya pembebasan oleh pemberi hutang sendiri dari hutang, atau mengundurkan diri dari kafalah, dan tidak berhak mengundurkan diri, karena itu adalah haknya.

b. Pihak yang ditanggung haknya maksudnya pemberi hutang, berhak untuk membatalkan kesepakatan kafalah secara sepihak meskipun orang yang ditanggung hutangnya atau penanggung tidak ridha. Namun sebaliknya, pihak tertanggung dan penanggung tidak berhak untuk membatalkan kesepakatankafalah secara sepihak28

Jenis-jenisKafalah a. Kafalah bi an-Nafs

Adalah jaminan si penjamin.

Keterangan: Bank sebagai juridical personality dapat memberikan jaminan untuk maksud-maksud tertentu.

b. Kafalah bi al-Mal

Adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang.

Keterangan: Bentuk kafalah ini merupakan medan yang paling luas bagi bank untuk memberikan jaminan kepada para nasabahnya dengan imbalan fee tertentu.

28

(38)

c. Kafalah bit Taslim

Jeniskafalah ini bisa dilakukan untuk menjamin dikembalikannya barang sewaan pada akhir masa kontrak.

Keterangan: hal ini dapat dilakukan dengan leasing company terkait atas nama nasbah dengan mempergunakan depositnya di bank dan mengambil fee atasnya.

d. Kafalah al-Mujazah

Adalah jaminan untuk tidak dibatasi oleh kurun waktu tertentu atau dihubungkan dengan maksud-maksud tertentu.

e. Kafalah al-Mualah

Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-Munjazah dimana, jaminan dibatasi oleh kurun waktu dan tujuan-tujuan tertentu. Keterangan: dalam dunia perbankan modern jaminan jenis ini biasa disebutperformance bonds (jaminan prestasi).29

E. PelaksanaanKafalah

Al kafalah dapat dilaksanakan dengan tiga bentuk, yaitu (a) munjaz (tanjiz), (b)mu’allaq (ta’liq), dan (c)mu’aqqat (tauqit).

Mujaz (tanjis) ialah tanggungan yang ditunaikan seketika, seperti seorang berkata “saya tanggung si fulan dan saya jamin si Fulan sekarang”, apabila akad penanggungan terjadi, maka penanggungan itu mengikuti akad

29

Muhammad,Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII Perss, Yogyakarta: 2000.

(39)

hutang, apakah harus dibayar seketika itu , ditangguhkan atau dicicil, kecuali disyaratkan pada penanggungan.

Mu’allaq (ta’liq) adalah menjamin sesuatu dengan dikaitkan pada sesuatu, seperti seorang berkata “jika kamu menghutangkan kepada anakku, maka aku yang akan membayarnya” atau jika kamu ditagih pada A, maka aku yang akan membayarnya” seperti firman Allah:

Artinya: “Dan barang siapa yang dapat mengembalikan piala raja, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” (QS. Yusuf: 72)30

Mu’aqqat (tauqit) adalah tanggungan yang harus dibayar dengan dikaitkan pada suatu waktu, seperti ucapan seseorang “bila ditagih pada bulan ramadhan, maka aku menanggung pembayaran utangmu,” apabila akad telah berlangsung maka madmun lah boleh menagih kepada kafil (orang yang menanggung beban) atau kepada madmun ‘anhu atau makful ‘anhu (yang berhutang).

F. HukumKafalah

Apabila orang yang ditanggung tidak ada atau ghaib, kafil berkewajiban menjamin. Dan tidak dapat keluar dari kafalah kecuali dengan jalan memenuhi hutang darinya atau dariasfil. Atau dengan jalan orang yang menghutangkan menyatakan bebas untuk kafil dari hutang, atau ia

30

(40)

mengundurkan diri dari kafalah, dia berhak mengundurkan diri karena itu persoalan haknya.

Adapun menjadi hak makful lahu atau orang yang menghutangkan memfasakh akad kafalah dari pihaknya, sekalipun orang yang makful ‘anhu dan kafil tidak rela. Karena memfasakh ini bukan milik makful ‘anhu dan bukan sikafil.31

Ulama fiqh menyatakan bahwa dalam akadkafalah seorangkafil tidak diperkenankan mengambil fee (upah) atas jasa pertanggungan yang telah diberikan kepada makful ‘anhu. Dengan alasan akadkafalah merupakan akad tabarru’ (charity program), bukan akad komersial yang berhak untuk mendapatkan kompensasi.

Namun sebagian ulama menyatakan barang siapa melakukan usaha yang bermanfaat bagi orang lain, maka ia berhak menerima kompensasi baik dipersyaratkan atau tidak. Tidak diragukan lagi bahwa akad kafalah adalah akad yang bermanfaat, sehingga ia berhak mendapatkan kompensasi. Walaupun tidak dipersyaratkan oleh kafil. Hal ini disandarkan pada hadist Nabi SAW yang menyatakan bahwa barang siapa berbuat kebajikan maka ia berhak mendapat kompensasi.32

G. AplikasiKafalahDalam Perjanjian Modern

Dalam perkembangannya konsep kafalah sekarang ini dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, semakin bervariasi dan pihak yang terlibat juga

31

Fiqh Sunah 13, hlm.164

32

(41)

semakin banyak. Salah satunya adalah program penjaminan yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh LPS dan bank Indonesia. Dalam program ini Bank Indonesia dan LPS secara bersama-sama melakukan upaya untuk melindungi hak para nasabah penyimpan dana jika sewaktu-waktu terjadi likuidasi pada bank yang bersangkutan.

Dalam program ini pihak yang terlibat tidak hanya terdiri dari tiga orang, akan tetapi terdiri dari banyak pihak dengan tugas yang berbeda-beda pula. Namun unsur yang terkandung dalam program penjaminan itu tidaklah berbeda jauh dengan unsur yang terkandung dalam akad kafalah. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW:

.

Artinya : “Rasulullah SAW. Memerintahkan kepada kami untuk menebus beberapa tawanan muslim, supaya kamu memberikan sesuatu kepada peminta-minta yang muslim, kemudian beliau bersabda: barang siapa yang meninggalkan harta peninggalannya itu untuk ahli warisnya, dan barang siapa yang mati meninggalkan hutang, maka wajib atas saya melunasinya dan wajib atas semua (orang yang mati) yang diambil dari baitul mal orang-orang muslim.”

33

(42)

BAB III

PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 7 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2008

A. Latar Belakang Berdirinya Lembaga Penjamin Simpanan

Industri perbakan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian nasional, karena demi menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas industri perbankan dimaksud sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi secara keseluruhan sebagaimana pengalaman yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia pada tahun 1998.34

Pengalaman yang terjadi yaitu stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas sistem perekonomian secara total. Beberapa peristiwa pada penghujung tahun 1997 diantaranya likuidasi 16 bank yang diikuti dengan krisis moneter dan perbankan pada tahun 1998 telah mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan Indonesia menurun, hingga terjadi penarikan dana masyarakat dari sistem perbankan (bank runs) dalam jumlah yang sangat signifikan. Untuk meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional sekaligus guna menghambat melemahnya nilai tukar rupiah, pemerintah

34

(43)

memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Pemberian jaminan tersebut ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 Tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

Sejak tahun 1998 hingga Febuari 2004 program penjaminan pemerintah dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Badan ini menangani pelaksanaan penjaminan pemerintah terhadap kewajiban 52 bank yang dibekukan operasi atau kegiatan usahanya sejak 1998.

Pada saat BPPN berakhir tugasnya pada 27 Febuari 2004, pelaksanaan program penjaminan pemerintah dialihkan kementeri keuangan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 tahun 2004, pelaksanaan program penjaminan pemerintah ini, menteri keuangan diberi kewenangan untuk membentuk unit pelaksana penjaminan pemerintah dalam lingkungan Departemen Keuangan. Berdasarkan hal tersebut, pada tanggal 27 Febuari 2004 Menteri Keuangan membentuk Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3).

Dalam pelaksanaanya penjaminan yang sangat luas tersebut memang terbukti dapat menghentikan arus penarikan dana masyarakat dari sistem perbankan dan secara perlahan menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Namun demikian luasnya ruang

(44)

lingkup penjaminan tersebut telah memberi anggaran Negara dan dapat menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari pengelola bank maupun dari masyarakat. Pengelola bank menjadi kurang hati-hati dalam mengelola dana masyarakat, sementara nasabah tidak peduli untuk mengetahui kondisi keuangan bank karena simpananya dijamin secara penuh oleh pemerintah. Dengan demikian program penjaminan atas seluruh kewajiban bank kurang mendorong terciptanya disiplin pasar. Selain itu, penerapan jaminan secara luas ini berdasarkan kepada Keputusan Presiden kurang dapat memberikan kekuatan hukum sehingga menimbulkan permasalahan dalam penjaminan. Oleh karena itu diperlukan dasar hukum yang lebih kuat dalam bentuk Undang-Undang.35

Untuk mengatasi hal tersebut diatas dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas tersebut perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas. Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan mengamanatkan untuk membentuk suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat.36 Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Rebuplik Indonesia mengesahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasrkan Undang-undang tersebut dibentuklah LPS suatu lembaga independent yang berfungsi menjamin simpanan nasabah menyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan.

35

http://www.lps go/id/v2/home.ph, diakses pada tanggal 22 Maret 2010

36

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 2009 tentang perbankan

(45)

Terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga berawal dari diperlukanya suatu lembaga yang dapat mengatur dan mengelola program penjaminan, krisis moneter yang terjadi pada masa berakhirnya zaman orde baru membuat banyak lembaga keuangan diluar Indonesia campur tangan, termasuk IMF yaitu lembaga moneter nasional yang ikut berperan terciptanya program penjaminan lembaga tersebut merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk memberi jaminan bank-bank dalam negeri, karena pada saat krisis tersebut akan terjadi banyak kerugian yang akan menimbulkan keruntuhan (collaps) pada perbankan, kerugian tersebut yang menyebabkan banyak kreditur tak terbayarkan. Rekomendasi tersebut ditindak lanjuti pemerintah Indonesia pada UU RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yaitu dengan memberikan jaminan atas kewajiban pembayaran bank umum dan BPR, wewenang itu dilaksanakan oleh BPPN bersama dengan Bank Indonesia.37

Kebijakan program penjaminan yang dilakukan oleh pemerintah pada awal ini bersifat tak terbatas berawal berdampak meningkatnya beban anggaran Negara dan berpotensi menimbulkanmoral hazard, dampak tersebut memberi indikator bahwa program penjaminan selama itu tidak efektif dan harus dibentuk lembaga yang khusus menangani program penjaminan, kemudian rencana tersebut dilaksanakan dengan didirikanya Lembaga Penjamin Sinpanan pada tanggal 22 september 2004. LPS mempunyai dua fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam

37

Umi Salamah, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penjaminan Bank Indonesia Atas Dana Nasabah Bank Likuidasi”, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

(46)

memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenanganya.38 Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) turut meyakinkan masyarakat yang menabung atau menitipkan uangnya untuk berinvestasi dalam usaha perbankan, sehingga sistem perbankan dapat menjalankan usahanya lebih baik lagi, karena lebih banyak uang yang dikelola oleh bank maka lebih leluasa bank untuk menyalurkan pada jasa-jasa perbankan lainya, hal ini termasuk tugas lembaga penjamin simpanan untuk menjalani simpanan nasabah penyimpan dalam menjalankan fungsinya yaitu merumuskan dan menetapkan penjaminan simpanan serta melaksanakan penjaminan simpanan.39

B. Peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. Peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan badan hukum independent yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.24 tahun 2004.40

Yang dimaksud dengan independensi LPS mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, LPS tidak bisa dicampurtangani oleh pihak manapun termasuk pihak pemerintah kecuali atas hal-hal yang dinyatakan secara jelas di dalam Undang-undang ini. Mengingat bahwa kebijakan penjaminan dapat berdampak pada sektor

38

http://.lps.go.id/v2/home.php?link=publikasi&pub.id=284, diakses pada tanggal 29 juli 2010

39

Undang-Undang RI No. 24 tahuh 2004

40

(47)

perbankan dan fiskal, maka di dalam LPS terdapat wakil dari masing-masing otoritas yang berwenang. Keberadaan para wakil otoritas tersebut dimaksudkan untuk bersama-sama merumuskan kebijakan penjaminan yang dapat mendukung kebijakan pada sektor-sektor tersebut. Namun pelaksanaan kebijakan tersebut merupakan sepenuhnya tanggung jawab dan kewenangan LPS tanpa dapat dicampurtangani oleh pihak manapun. Sebagai contoh dalam melaksanakan tugas dan penyelesaian bank yang dicabut ijin usahanya, khususnya dalam rangka penjualan/pengalihan aset bank tersebut, LPS tidak dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak luar termasuk pemerintah.41

Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas untuk mengurangi beban anggaran dan meminimalkan moral hazard. Namun demikian tetap dijaga kepentingan nasabah secara optimal. Setiap bank yang beroperasi di Indomesia diwajibkan untuk menjadi peserta penjaminan. Adapun jenis simpanan dibank yang dijamin meliputi tabungan, giro, sertifikat deposito berjangka42 serta sejenis simpanan lainnya yang dipersamakan dengan itu.43 Dalam menjalankan fungsinya LPS turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.44

41

Penjelasan Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 pasal 2 ayat (3)

42

Tabungan ialah simpanan yang penarikanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Giro yaitu simpanan yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek/bilyet. Sertifikat deposito yaitu simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpananya dapat dipindah tangankan.

43

Ibid, pasal 8 ayat (1)

44

(48)

Pasal 37B Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan mengamanatkan untuk mendirikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Indonesia. Amanat tersebut timbul sebagai jawaban atas krisis berat yang dialami oleh industri perbankan pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan mengalami rush sebagai konsekuensi dari runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, dan tidak adanya peraturan yang cukup untuk mengatur perlindungan dana nasabah penyimpan pada saat bank dilikuidasi telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

Pendirian lembaga penjamin simpanan pada dasarnya dilakukan sebagai upaya memberikan perlindungan terhadap dua resiko yaitu irrational run terhadap bank dansystemic risk. Dalam menjalankan usaha bank biasanya hanya menyisakan sebagian kecil dari simpanan yang diterimanya untuk berjaga-jaga apabila ada penarikan dana oleh nasabah. Sementara, bagian terbesar dari simpanan yang ada dialokasikan untuk memberikan kredit. Keadaan ini menyebabkan perbankan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar. Keterbatasan dalam penyimpanan danacashini adalah karena bank tidak dapat menarik segera pinjaman yang telah disalurkan oleh bank tersebut. Bila bank tidak dapat memenuhi permintaan penarikan simpanan oleh nasabahnya, nasabah biasanya menjadi panik dan akan menutup rekeningnya pada bank dimaksud, sekalipun bank tersebut sebenarnya sehat. Sedangkan resiko

(49)

sistemik terjadi apabila kebangkrutan satu bank berakibat buruk terhadap bank lain, sehingga menghancurkan segmen terbesar dari sistem perbankan.

Lembaga penjamin simpanan (LPS) dapat berfungsi untuk mengatur keamanan dan kesehatan bank secara umum. Disamping itu LPS juga dapat berfungsi sebagai pengawas yang dilakukan dengan cara memantau neraca, praktek pemberian pinjaman dan strategi investasi dengan maksud untuk melihat tanda-tanda financial distress yang mengarah kepada kebangkrutan bank. Oleh sebab itulah keberadaan LPS sebagai bagian dari sistem perbankan menjadi penting guna mencegah kepanikan nasabah dengan jalan meyakinkan nasabah tentang keamanan simpanan sekalipun kondisi keuangan bank memburuk.

Peran LPS dalam sistem perbankan didasarkan pada beberapa pertimbangan:

a. Dalam pertumbuhan perekonomian suatu Negara, peranan sektor finansial yang stabil sangat penting dan inti dari kestabilan sektor finansial adalah stabilitas sistem perbankan domestik. Peranan penting sektor perbankan itu dapat dilihat dalam aspek sistem pembayaran yang memungkinkan terjadinya transaksi perdagangan. Disamping itu bank melakukan penghimpunan dana secara lebih efisien dan untuk seterusnya disalurkan kepada masyarakat. Sebaliknya, dana masyarakat yang disimpan dibank sangat menentukan eksistensi dan keuntungan suatu bank.

(50)

b. Untuk mencegah terjadinya erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank yang dapat mengakibatkan terjadinya rush yang sudah tentu dapat membahayakan bank secara individual dan sistem perbankan secara keseluruhan.

c. Dalam era globalisasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komputer telah mengakibatkan terjadinya global market pada sektor keuangan. Dalam global market dana bebas bergerak dari satu Negara ke Negara lain. Kalau pemilik dana percaya pada sistem perbankan nasional, maka ia dapat menanamkan dananya diluar negeri (capital fligh) yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kekuatan yang produktif dari suatu negara.45

Lembaga penjamin simpanan juga bertugas:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan, LPS bersama dengan menteri keuangan, Bank Indonesia, dan LPP merumuskan kebijakan penyelesaian bank gagal.

b. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian-penyelesaian bank gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistemik, LPS merumuskan dan menetapkan kebijakan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan penyelesaian bank gagal yang

45

(51)

tidak berdampak sistemik setelah dinyatakan dalam LPP sebagai tidak dapat disehatkan lagi berdasarkan kewenangan yang dimilikinya.46 c. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik, LPS

melaksanakan kebijakan dan merumuskan pelaksanaan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik setelah diputuskan oleh komite koordinasi.47

Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud diatas, LPS mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

b. Menetapkan dan memungut konstribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.

c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.

e. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data sebagaimana dimaksud pada huruf d.

f. Menetapkan syarat, tatacara, dan ketentuan pembayaran klaim.

g. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.

46

Yang dimaksud dalam penyelesaian bank gagal atau dalam istilah perbankan disebut (bank resolution) adalah menyelamatkan bank gagal atau tidak menyelamatkan bank gagal.

47

(52)

h. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan, dan

i. Menjatuhkan sanksi administratif.48

LPS dapat melakukan penyelesaian dan penanganan bank gagal dengan kewenangan:

a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham.

b. Menguasai dan menngelola aset dan kewajiban bank gagal yang diselamatkan.

c. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah setiap kontrak yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank, dan

d. Menjual, dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

Peranan LPS juga dibantu oleh Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) dengan membina pemberitahuan dari LPP mengenai bank bermasalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dibidang perbankan, LPS juga melakukan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik setelah LPP atau Komite Koordinansi menyerahkan penyelesaianya kepada LPS.49 Bank-bank umum yang dinyatakan tidak sehat oleh LPP akan diambil alih oleh LPS dan untuk disehatkan. Pengambil alihan bank tersebut oleh Lembaga Penjamin

48

Ibid, UU RI No. 24 tahun 2004, pasal 6

49

(53)

Simpanan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah, beberapa waktu lalu diberitakan bahwa Bank Century Tbk diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), untuk selanjutnya tetap beroperasi sebagai bank devisa penuh yang melayani berbagai kebutuhan jasa perbankan bagi para nasabahnya.50

Peranan LPS untuk menyehatkan usaha perbankan tidak hanya mengambil alih bank-bank tersebut tetapi juga mengambil kebijakan melikuidasi bank-bank tidak sehat, hal tersebut dilakukan untuk meminimalisasi resiko, karena bank yang tidak sehat mengakibatkan banyaknya beban tangungan yang akan diterima pemerintah khususnya LPS akan melakukan pembayaran klaim yang lebih besar apabila bank tersebut akan menjadi pailit. Setelah dilikuidasipun munculnya masalah akan terjadi, resiko likuidasi bank akan bermacam-macam, baik resiko yang berkaitan dengan finansial maupun sosial, namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah bagaimana melakukan dengan meminimisasi resiko, dampak negatif yang dapat terjadi karena likuidasi adalah macetnya roda perekonomian secara global.

Upaya pemerintah untuk melakukan penyehatan dunia perbankan nasional agar perekonomian nasional stabil, upaya tersebut salah satunya melalui likuidasi bank yaitu yang menjadi sebab nasabah akan kehilangan dananya, jika upaya likuidasi tersebut tidak dibarengi dengan penjaminan

50

(54)

terhadap dana nasabah melalui skim penjaminan seperti yang saat ini dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

Tindakan penyelesaian atau penanganan Bank-Gagal oleh LPS didahului berbagai tindakan lain oleh Bank Indonesia dan LPP sesuai peraturan perundang-undangan. Bank Indonesia, melalui mekanisme sistem pembayaran, akan mendeteksi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan dapat menjalankan fungsinya sebagai lender of last resort yaitu merupakan peran tradisional bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidak stabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai lender of last resort mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis, fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik, pada kondisi normal fungsi lender of last resort dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagailender of last resort, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard.51 LPP juga dapat mendeteksi kesulitan tersebut dan berupaya mengatasi dengan menjalankan fungsi pengawasanya, antara lain berupa tindakan agar pemilik bank menambah modal atau penjualan bank, atau agar bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.

51

(55)

Apabila kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan tersebut semakin memburuk, antara lain ditandai dengan menurunya tingkat solvabilitas bank, tindakan penyelesaian dan pengamanan lain harus segera dilakukan. Dalam keadaan ini, penyelesaian dan penanganan Bank Gagal diserahkan kepada LPS yang akan bekerja setelah terlebih dahulu dipertimbangkan perkiraan dampak pencabutan izin usaha bank terhadap perekonomian nasional. Dalam hal pencabutan izin usaha bank diperkirakan memiliki dampak terhadap perekonomian Nasioanal, tindakan penanganan yang dilakukan oleh LPS yang didasarkan pada Keputusan Komite Koordinasi. Mengingat fungsinya yang sangat penting, LPS harus independent, transparan, dan akuntabel dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Karena itu status hukum, pengelolaan kekayaan dan kewajiban, pelaporan dan akuntabilitas LPS serta hubunganya dengan organisasi lain diatur secara jelas dalam undang-undang.

Peran lembaga penjamin simpanan saat ini adalah sebagai pelindung hukum bagi nasabah, karena sebelum berlakunya undang-undang no. 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan belum diatur secara tegas mengenai penjaminan ini. Untuk itu diperlukan pemaparan tentang norma yuridis terhadap hubungan dan kedudukan lembaga penjamin simpanan dengan bank, tanggung jawab Lembaga Penjamin Simpanan dengan bank dan nasabah bank, kewajiban bank agar mendapat perlindungan dari Lembaga Penjamin Simpanan.

(56)

Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Dalam hal bank tidak dapat melanjutkan usahanya dan harus dicabut izin usahanya, LPS bertanggung jawab membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Hal ini disebabkan yang melakukan kegiatan usaha adalah sebagai peserta penjaminan.

2. Pelaksanan Penjaminan Terhadap Simpanan Nasabah Bank

Pelaksanaan penjaminan oleh lembaga penjamin simpanan terhadap masyarakat dilakukan dengan mewajibkan kepada bank-bank umum dan bank-bank perkreditan rakyat menjadi peserta penjaminan yang diadakan oleh pemerintah, tetapi tidak semua nasabah dalam bank-bank tersebut terjamin oleh penjaminan yang dikelola oleh lembaga penjamin simpanan, karena ada juga bank yang tidak terdaftar ke Lembaga Penjamin Simpanan. Bentuk pelaksanaan penjaminan yang mewajibkan semua bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat pada pasal 8 Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2004 yaitu setiap bank yang melakukan kegiatan usaha diwilayah Negara Repoblik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan, kewajiban bank menjadi peserta penjaminan sebagaimana dimaksud tidak termasuk Badan Kredit Desa.52

Peraturan untuk mewajibkan semua bank umum dan bank perkreditan rakyat menjadi peserta penjaminan dibarengi dengan sanksi

52

(57)

administatif dan pidana terhadap mereka yang melanggar ketentuan yang wajib dilaksanakan bank,53 sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1) UU RI No. 24 Tahun 2004 berupa denda administratif dan/atau bunga. Sedangkan sanksi pidana dapat dikenakan kepada pihak yang terafiliasi apabila seseorang tersebut tidak memenuhi kewajiban bank sebagai peserta penjaminan, menyebabkan bank tidak memenuhi ketentuan, dan tidak bekerja sama dengan LPS dalam memberikan data atau informasi untuk proses rekonsiliasi dan verivikasi.54 Bank sebagai peserta penjaminan LPS juga harus menyampaikan pernyataan direksi, komisaris, dan pemegang saham kepada LPS. Mereka juga harus membayar konstribusi kepesertaan dan membayar premi penjaminan.55

Lembaga Penjamin Simpanan menjamin simpanan maksimum sebesar Rp. 2 miliyar rupiah untuk setiap nasabah pada satu bank. LPS menjamin simpanan nasabah bank maksimum Rp. 2 miliyar rupiah tersebut meliputi pokok dan bunga atau bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah.

Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan nasabah pada bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (join account), untuk rekening gabungan (join account), saldo rekening yang

53

Ibid, pasal 29 ayat (1)

54

Ibid, pasal 94-95

55

http//www.tempo.co.id/hg/ekbis/2004/08/24/brk,20040824-17,id.html. diakses pada tanggal 30 Juli 2010

(58)

diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorate dengan jumlah pemilik rekening.

Rekening gabungan (join account), saldo rekening yang diberhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan yang dibagi secara prorate dengan jumlah pemilik rekening sesuai dengan ketentuan lebih lanjut dari pasal 11 atau 5 Undang-undang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), pada pasal 25 peraturan LPS No. 1/2006 diatur bahwa dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis diperuntukan bagi kepentingan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan.

3. Simpanan Yang Dijamin

Lembaga penjamin simpanan memberikan jaminan kepada nasabah berupa jaminan terhadap dana yang dititipkan pada bank, dana tersebut yang meliputi giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan bentuk itu.56 Bentuk lain yang dipersamakan dengan itu maksudnya ialah dana yang dititipkan pada bank yang berdasarkan prinsip syariah yang meliputi:

a. Giro berdasarkan prinsip syari’ah

b. Tabungan berdasarkan prinsipwadhi’ah57

c. Tabungan berdasarkan prinsip mudharabah58 muthlaqah atau prinsip mudharabah muqayyadah59yang resikonya ditanggung oleh bank

56

UU RI No. 24, pasal 10

57

Referensi

Dokumen terkait

Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Kabupaten Muara Enim Pokja Pengadaan Barang Kelompok I yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan

Pada layar berikutnya, klik pada setiap aplikasi yang termasuk dalam bundling Microsoft Office dan pilih Not Available, kecuali pada hanya pilihan aplikasi

Hasil dari proses kalsinasi dapat dilihat dengan cara pemeriksaan kadar kapur bebas pada beton 

positif pada pasien gangguan jiwa khususnya yang mengalami masalah harga diri

data yang diperoleh dari angket Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti.. serta angket karakter religius dengan menggunakan rumus

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap mahasiswa Surabaya terhadap game show Happy

The objective of this study was to disclose the preventive effect of the administration of green tea ( Camellia sinensis ) and red tea ( Hibiscus sabdariffa ) extract to