• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Praktikum: Pemetaan Hidrogeologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Praktikum: Pemetaan Hidrogeologi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

MODUL

PRAKTIKUM

PRAKTIKUM

Pemetaan Hidrogeologi

Pemetaan Hidrogeologi

Laboratorium Hidrogeologi dan Geologi Lingkungan, Laboratorium Hidrogeologi dan Geologi Lingkungan, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran. Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran.

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. mahasiswa mampu mengidentifikasi karakteristik fisik  airtanah dengan menggunakan alat.

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis kemunculan mataair.

3. mahasiswa mampu membuat peta aliran airtanah dangkal dari data kedalaman muka air tanah.

4. mahasiswa mampu mengidentifikasi karakteristik akifer  dari hasil uji pemompaan.

1.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah : 1. Alat ukur posisi (GPS dan Altimeter)

2. Alat ukur karakteristik air (pH meter, EC meter, TDS meter, dan Termometer)

3. Alat ukur kedalaman sumur (Pita ukur 15 meter + bandul) 4. Alat ukur waktu (Stop watch)

(3)

BAB 2

DASAR TEORI

2.1. Pengamatan karakteristik airtanah

Karakteristik airtanah dapat diamati langsung di lapangan. Beberapa karaktesistik yang dapat diamati yaitu tipe kemunculannya,  pH, Konduktivitas (Electric Conductivity/EC), Zat Padat Terlarut

(Total Dissolve Solid/TDS).

Tipe kemunculan airtanah secara alami yaitu pada mataair dan  buatan pada sumur gali maupun sumur bor. Secara alami berdasarkan  jenis keterjadiannya, terdapat 4 (empat) jenis kemunculan mataair,

yaitu :

1.  Depression spring (Mataair depresi)

Mata air yang disebabkan karena permukaan tanah memotong muka air tanah (water table).

2. Contact springs (Mataair kontak)

Mata air akibat kontak antara lapisan akifer dengan lapisan impermeabel pada bagian bawahnya.

3.  Fracture artesian springs (Mataair Rekahan)

Mata air yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh struktur impermeabel.

4. Solution tubular springs (Mataair Pelarutan)

(4)

Gambar Jenis-jenis mata air berdasarkan keterjadiannya (sumber : Bryan, 1919 dalam Todd, 1980).

2.2. Aliran airtanah

Kondisi airtanah di dalam akifer dapat digambarkan menjadi suatu peta isofreatik dan suatu jaring aliran airtanah.

1. Peta Isofreatik 

Peta isofreatik adalah peta kesamaan muka airtanah yang dibuat berdasarkan pengamatan ketinggian muka airtanah. Peta isofreatik ini dapat dibagi menjadi dua:

1) Watertable map : Peta kesamaan muka air tanah untuk  akifer bebas

(5)

2)  Piezometric map : Peta kesamaan muka air tanah untuk  akifer tertekan

Guna peta isofreatik adalah :

a) Untuk menentukan kedalaman sumur   b) Untuk menentukan arah aliran air tanah

c) Untuk menentukan gradien hidrolik  d) Untuk memperkirakan debit suatu akifer  e) Untuk eksplorasi air tanah lebih lanjut

Syarat batas pembuatan peta isofreatik adalah :

a) Penentuan ketinggian muka airtanah harus pada lapisan akifer yang sama dan menerus

 b) Akifer bersifat homogen isotropik (akifer ideal)

2. Cara pembuatan peta isofreatik 

Secara umum pembuatan peta isofreatik hampir sama dengan pembuatan peta topografi yaitu dengan membuat kontur  (menghubungkan titik-titik ketinggian yang sama). Namun di sini titik-titik itu adalah titik ketinggian muka air tanah yang didapat dari sumur galian ataupun sumur bor pada akifer yang sama. Titik ikat yang lain adalah mata air.

Contoh cara penentuan muka air tanah pada sumur  galian:

t = tinggi pagar sumur 

D = kedalaman muka air tanah dari bibir pagar)

d = D – t (kedalaman muka air tanah dari muka tanah) T = topografi

(6)

Gambar Penentuan tinggi m.a.t (Sumber : Fetter, 1980)

3. Penentuan gradien hidrolik dan arah aliran

Penentuan gradien hidrolik dapat dilakukan dengan metoda ‘Tiga Titik’ pada jenis titik ikat yang sama yaitu :

-

Tiga titik sumur bor/galian atau

-

Tiga titik mata air 

Dari metoda tiga titik ini akan didapat nilai gradien hidrolik (i) :

Contoh pada Gambar i = ∆h/L

i = (40-30)m/L i = 10 m/L

Sedangkan L = panjang tegak lurus terukur garis head x skala  peta

(7)

Gambar Penentuan Gradien Hidraulik Metoda Tiga Titik.

Sedangkan arah aliran diambil dari gradien head yang tinggi ke rendah (Sumber : Fetter, 1980)

4. Jaring aliran airtanah

Jaring airtanah terdiri dari dua jenis garis. Garis pertama adalah garis ekipotensial (equipotential lines) yang menghubungkan titik-titik dengan head  (tekanan hidrostatik) yang sama. Garis kedua adalah garis aliran ( flow lines) yang menunjukkan pola aliran ideal air di dalam akifer. Karena air  akan selalu mengalir ke titik dengan selisih head yang paling  besar, maka garis aliran akan selalu membentuk sudut tegak 

(8)

Gambar Peta kontur aliran airtanah bebas dan jaring airtanah (Sumber : Fetter, 1980)

Gambar Penampang aliran airtanah bebas dan jaring airtanah (Sumber : Fetter, 1980)

(9)

5. Kecepatan aliran airtanah

Kecepatan aliran airtanah dapat dihitung dengan menggunakan hukum Darcy dan persamaan kecepatan hidrolik:

Q = KA (dh/dl) (hukum Darcy)

Q = Av (persamaan kecepatan) Sehingga dihasilkan persamaan :

v = K.(dh/dl).1/n dengan, v = kecepatan aliran

dh/dl = gradien hidraulik 

K = konduktivitas hidraulik  n = porositas

2.3. Uji Pemompaan (Pumping Test)

Uji pemompaan merupakan suatu tahapan untuk menguji kapasitas debit dan parameter-parameter fisik akifer sebelum dilakukan tahapan ekspolitasi pada sumur bor tersebut. Secara umum uji pemompaan atau Pumping Test terdiri dari dua metoda yaitu uji akfer dan uji pompa.

a. Uji Akifer  

Merupakan suatu test pemompaan yang dilakukan hanya pada 1 akifer dengan pengamatan pada beberapa sumur   pantau (observation well ) atau piezometer disekitar sumur uji.

 b. Uji Pompa

Merupakan suatu uji pemompaan yang dilakukan pada  beberapa akifer dalam satu sumur bor dengan pengamatan pada  beberapa sumur pantau (observation well ) atau piezometer 

(10)

Dari kedua tahapan tersebut akan dicari besaran dari parameter  hidrolik akifer. Ada beberapa parameter hidrolik yang penting yaitu Debit air (Q), Koefisien Transmissivitas (T), Konduktifitas Hidrolik  (K), dan Koefisien Isian (S).

a. Q (Debit Air) dengan satuan m3/s. Q = (V).A

= (K.i).A = K(i).A = K(dh/dl).A

Q ini dapat merupakan volume air yang dikeluarkan per  satuan waktu.

 b. T (Koefisien Transmissivitas) dengan satuan m2/s.

Satuan yang menunjukan kecepatan aliran dibawah satu unit gradien hidrolik melalui sebuah penampang pada seluruh tebal jenuh suatu akifer.

c. K (Konduktifitas Hidraulik) dengan satuan m/s.

Dapat didefinisikan sebagai sebuah koefisien yang secara proporsional mengambarkan kecepatan air yang dapat melaju melalui media permeable dalam unit waktu dan unit gradien hidrolik. Densitas dan Viskositas air harus diperhatikan dalam mendeterminasi Hydraulic Conductivity.

K = T/b (b sebagai ketebalan kumulatif dari akifer) d. S (Koefisien Isian) tanpa satuan

Merupakan nilai yang menyatakan volume air yang dapat dikeluarkan/dimasukan dari/ke akifer pada unit luas dan per unit  perubahan paras muka air 

(11)

Dalam tahapan uji pompa / akifer, maka pertama-tama harus dipahami jenis akifer yang akan diuji. Dengan memahami jenis akifer, maka dapat digunakan metoda yang akurat dalam tahapan  pumping test. Jenis jenis metoda yang digunakan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini (Kruseman G.P & de Ridder, 1994)

Tipe Akifer  Unconfined Aquifer Confined aquifer Leaky Aquifer Jenis

Aliran Steady Unsteady Steady Unsteady Steady Unsteady

 Metoda Thiems-dupuit  Neuman`s Wive-fitling Thiems 1. Theis 2. Jacob 1. De-Glees 2. Hantus-Jacob 1. Walton 2.Hantus` Wirve-Fitling

Dalam melakukan praktikum lapangan, sumur yang diuji merupakan sumur gali (dug well), oleh karena itu metode yang digunakan adalah uji pompa untuk unconfined akifer.

(12)

1. Australian Drilling Industry, 1997, Drilling The Manual of   Methods, Application and Management , Lewis Publisher New

York.

2. Bedient, Philip B., Rifai, Hanadi S., Newell, Charles J., Ground Water Contamination Transport and Remediation, by PTR Prentice-Hall, Inc., A Paramount Communications Company Englewood Cliffs, New Jersey., 1994,23-25

3. Fetter, C.W, 1980,  Applied Hydrogeology, 3rd Edition, Merrill Pubs.co. Colombus Ohio Uniterd States of America. 4. Freeze, R. Allan., Cherry, Jhon A., Ground water , by

Prentice- Hall,Inc.,Englewood Cliffs.N.J.,1979, 167-191.

5. Karen J. Dawson & Jonathan D. Istok ,  Aquifer Testing,  Design, and Analysis of Pumping and Slug Tests, 1991, Lewis

Publishers New York.

6. Kruseman, G.P. , & M.A de Ridder, 1994,  Analysis &  Evaluation of Pumping Test Data, Publication 47,

Wegeningen, The Netherlands

7. Suharyadi,  Diktat Kuliah Geohidrologi, Jurusan Teknik  Geologi Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 1984, 79-83.

8. Todd, D.K., Groundwater Hydrology, 1980, 2nd edition, John

Wiley & Sons, New York, 535 p.

(13)
(14)
(15)
(16)

Gambar

Gambar Jenis-jenis mata air berdasarkan keterjadiannya (sumber : Bryan, 1919 dalam Todd, 1980).
Gambar Penentuan tinggi m.a.t (Sumber : Fetter, 1980)
Gambar Penentuan Gradien Hidraulik Metoda Tiga Titik.
Gambar Peta kontur aliran airtanah bebas dan jaring airtanah (Sumber : Fetter, 1980)
+2

Referensi

Dokumen terkait

lapangan awal dilakukan hanya sampai pengedaran angket saja, untuk itu disarankan melakukan uji keterlaksanaan atau pengamatan terhadap penilaian kinerja siswa pada praktikum

Setelah dilakukan pengikatan data sumur dengan data seismic (well- seismic tie) dan pembuatan initial model serta model-model lainnya yang merupakan gambaran penyebaran

Salah satu upaya petani untuk mengelola lahan kering tersebut sudah dilakukan dengan penerapan sistim irigasi permukaan dengan sumber air dari sumur bor air tanah (Rrahman,

Pada saat pembedahan berlangsung hewan dalam posisi terlentang, dan pembedahan dilakukan dalam waktu yang singkat.. Setelah pembedahan selesai, lakukan pengamatan pada

Hasil pengamatan pada benih jagung yang telah dilakukan dengan menggunakan metode uji diatas kertas, pengukuran dilakukan pada hari ke-3 yaitu benih tidak ada

Hasil pengamatan dan pengukuran konsentrasi PM10 pada satu interval yang dilakukan di satu titik lokasi yaitu depan gedung FST UINSA Gunung Anyar adalah sebagai berikut: Tabel 7.1Data

pada pengujian ini dilakukan hal yang sama dengan pengujian sebelumnya, yaitu dengan cara di uji tarik hingga material mengalami patahan Dari hasil data dan perhitungan yang kami

Penetapan dilakukan dengan membandingkan secara visual dengan larutan baku besi I.2 Tujuan Praktikum Uji batas besi digunakan untuk menunjukkan bahwa kandungan besi, dalam bentuk