BAB I BAB I PENDAHULAN PENDAHULAN
Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-vena hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan vena hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.
hemoroidalis.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk,
penduduk, baik baik pria pria maupun maupun wanita wanita yang yang biasanya biasanya berusia berusia lebih lebih dari dari 25 25 tahun.tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar, yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar, pendarahan,
pendarahan, dan dan terasa terasa sakit. sakit. Penyakit Penyakit ini ini biasanya biasanya hanya hanya memerlukan memerlukan perawatanperawatan ringan dan perubahan gaya hidup.
BAB II BAB II
LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS
2.1
2.1 dentitas Pasiendentitas Pasien a.
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.S / Perempuan / : Ny.S / Perempuan / 55 tahun55 tahun b.
b. Pekerjaan Pekerjaan : : IRTIRT c.
c. Alamat Alamat : : RT RT 03 03 Simp.4 Simp.4 sipinsipin
2.2
2.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluargaLatar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a.
a. Status Status Perkawinan Perkawinan : : MenikahMenikah b.
b. Jumlah Jumlah anak/saudara anak/saudara : : 33 c.
c. Status ekonomi keluargaStatus ekonomi keluarga
Mampu Mampu : : ++
kurang kurang mampu mampu : : --Kondisi
Kondisi Rumah Rumah : : Rumah Rumah terbuat terbuat dari dari semen semen (permanen) (permanen) dengandengan ukuran 6x15 m
ukuran 6x15 m22. Didalam rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 4 buah jendela. Didalam rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 4 buah jendela dengan masing-masing berukuran 60x80 cm
dengan masing-masing berukuran 60x80 cm22, 3 buah ventilasi dengan satu buah, 3 buah ventilasi dengan satu buah ventilasi diatas pintu masuk menuju rumah, masing-masing berukuran 30x30cm ventilasi diatas pintu masuk menuju rumah, masing-masing berukuran 30x30cm22.. Terdapat 3 buah kamar tidur dengan kamarnya berukuran antara 4x3m
Terdapat 3 buah kamar tidur dengan kamarnya berukuran antara 4x3m22, kamar, kamar tersebut tidak memiliki jendela dan ventilasi udara. Wc menggunakan wc jongkok. tersebut tidak memiliki jendela dan ventilasi udara. Wc menggunakan wc jongkok. Dan air dari PDAM
Dan air dari PDAM d.
d. Kondisi Kondisi Lingkungan Lingkungan Keluarga: Keluarga: baikbaik
2.3
2.3 Aspek Psikologis di KeluargaAspek Psikologis di Keluarga : baik: baik 2.4
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu/keluargaRiwayat Penyakit Dahulu/keluarga : : 1.
1. Riwayat pernah mengalami sakit yang sama ± 1 tahun yang laluRiwayat pernah mengalami sakit yang sama ± 1 tahun yang lalu 2.
2. Riwayat sembelit (+)Riwayat sembelit (+) 3.
2.5 Keluhan Utama :
Terdapat benjolan yang keluar dari anus yang semakin membesar sejak ± 5 hari yang lalu.
2.6 Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)
Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan dari anus saat buang air besar sejak ± 5 hari sebelum berobat kepuskesmas. Benjolan dirasakan lebih besar daripada biasanya, benjolan tersebut tidak dapat dimasukan kembali kedalam anus, terasa perih, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa duduk karena adanya benjolan. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar,
darah tidak bercampur dengan feses.
± 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang keluar pada saat buang air besar dan masih dapat dimasukan. Pasien tidak pernah mengontrol keluhannya ke fasilitas kesehatan ataupun mengkonsumsi obat untuk mengobati keluhanya dikarenakan merasa tidak mampu.
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat bahkan
Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,3°C Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 18 x/menit Berat badan : 60 kg Tinggi badan : 155 cm 1. Pemeriksaan Organ
a. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris b. Mata Exopthalmus/enophtal: (-) Kelopak : Normal Conjungtiva : Anemis (-) Sklera : Ikterik (-) Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, reflex cahaya+/+
Lensa : Normal, keruh (-) Gerakan bola mata : Baik
c. Hidung : Tak ada kelainan d. Telinga : Tak ada kelainan
e. Mulut Bibir : Lembab
Bau pernafasan: Normal Gigi geligi : Lengkap Palatum : Leviasi (-)
Lidah : Putih kotor, ulkus (-)
f. Leher KGB : Tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : Tak ada pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O
g. Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris
Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI kanan
Sonor
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
h. Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
i. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
j. Ekstremitas Atas : Edema (-), akral hangat, lihat status lokalis Ekstremitas bawah : Edema (-), akral hangat, lihat status lokalis
2.7 Status Lokalis
Inspeksi dan palpasi : Perianal terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, terdapat bagian yang hiperemis, padat kenyal, nyeri saat d sentuh, ukuran ± 4x6 cm, ekskoriasi (-), luka (-), tanda radang (-), darah (-)
Rectal Toucher : Tidak dilakukan
2.8 Pemeriksaan penunjang Anjuran
Pemeriksaan Laboratorium
Anoskopi : untuk menilai mukosa rectal dan tingkat pembesaran hemoroid Sigmoideskopi : untuk memastikan tidak adanya diagnose banding lain seperti
2.9 Diagnosis
Hemoroid Interna Grade IV
2.10 Diagnosis Banding
Hematoma Perianal Fisura Anal
2.11 Manajemen a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan hanya pengobatan konservatif
Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
b. Preventif :
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1
–
2 minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme. Makan makanan yang berserat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Mengkonsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Medikamentosa
Anti Hemoroid supp 1x1 Vit C 3x1
B comp 2x1
Ciprofloxacin 500 mg 2x1
Pasien dirujuk ke RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Anjuran Operasi Hemoroidektomi
d. Disability elimination
Pasien dianjurkan untuk dilakukan tindakan operasi, namun karena pasien menolak karena masalah keuangan, karena itu pasien disarankan untuk mengurus kartu jaminan kesehatan masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan operasi dan juga biaya operasi dapat ditanggung oleh pemerintah.
e. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kerumah sakit umum untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab bertambah parahnya penyakit ini
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas : Simpang IV Sipin
Dokter : Apri Sylviani
Tanggal : 27 April 2014
R/ Anti Hemoroid No III S Idd Supp I R/ Vit K 10 mg No X S3dd I R/ Vit C No VI S2dd I R/ Ciprofloxacin 500 mg No.X S2dd 1
Pro : Ny.S Umur : 55 tahun
Alamat : RT 018 Kel.Simp IV sipin
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan.
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior .
Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus .
1.1 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45
–
60 tahun, dan juga sering terjadi pada wanita hamil .1.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya. 2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis hepatis.
1.3 Klasifikasi
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi. Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorrhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia di atas 25 tahun.
Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.
Hemorrhoid interna dan hemorrhoid externa
Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
c. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami trombosis dan infark.
1.4 Gejala Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu : 1. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus. Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila
selama atau setelah defekasi. Gejala yang muncul pada hemoroid interna dapat berupa:
Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami kongesti oleh sphincter
ani. Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses dll) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang menimbulkan nyeri. Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sphincter ani (strangulasi).
Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.
2. Hemoroid Eksterna Rasa terbakar
Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang. Gatal atau pruritus anus.
1.6 Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini akan membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.
Jenis Penyakit Nyeri Perdarahan Massa Lainnya
Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau
umbai kulit (radang
Kronik dengan
bendungan limfe dan fibrosis pada kulit) Karsinoma Anal - + + Pembengkakan KGB sekitar Abses Anorektal + - - Demam, leukositosis,
penderita tidak dapat duduk di sisi bokong Hematom
Perianal Ulseratif
+ + + Sering terjadi pada
orang yang
mengangkat barang berat, leukositosis. Prolaps Polip
Kolorektal
- + + Adanya gejala mual,
muntah,dan konstipasi yang parah (jika
ukurannya besar) Karsinoma
rektum
- + + Karsinoma rektum
1.7 Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya darah segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid interna derajat II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna yang sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan perdarahan, ulserasi, atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika pasien mengeluhkan perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat dari konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi. Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip atau
tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan tingkat keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas. Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan kanker.
1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali
sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1
–
2 minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme. Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
2. Terapi Farmakologi
Salep anastetik lokal Kortikosteroid
Laksatif Analgesik
Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson dan Schirfield, 2008)
3. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
Hemoroid interna derajat II berulang
Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala Mukosa rektum menonjol keluar anus
Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien
Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu : Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun 2009, teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.
Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid yang
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10 hari dan nyeri.
Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.
Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dan pa da anoderm serta kulit yang normal
dengan tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.
Tindak bedah lain
Infrared thermocoagulation Bipolar diathermy
Laser haemorrhoidectomy
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation Cryotherapy
BAB III PEMBAHASAN
Pasien seorang perempuan usia 55 tahun mengeluh terdapat benjolan yang keluar dari anus yang semakin membesar sejak ± 5 hari yang lalu. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis menderita hemoroid interna grade IV.
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan adanya benjolan yang tidak dapat dimasukan kembali kedalam anus, terasa nyeri, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa duduk karena adanya benjolan. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar, darah tidak bercampur dengan feses. Ini sesuai dengan referensi Derajat IV : Prolaps hemorrhoid yang permanen. Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami trombosis dan infark kemudian adanya darah yang keluar saat feses keluar merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah
dan mengalami kongesti oleh sphincter ani.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Perianal terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, terdapat bagian yang hiperemis, padat kenyal, nyeri saat d sentuh, ukuran ± 4x6 cm. Rectal Toucher : Tidak dilakukan.
Usulan pemeriksaan untuk pasien ini adalah Rectal toucher juga bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. proktosigmoideskopi yang dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat menyebabkan timbulnya anemia sehingga pemeriksaan laboratorium darah juga diperlukan.
pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan. Kebanyaka pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebainya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anastetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolap karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat mengurangi nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya, misalnya penyaki Chron, terapi medik harus diberikan apabila hemoroid menjadi simtomatik.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid grade III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Pada kasus ini pasien didiagnosis menderita hemoroid interna grade IV sehingga terapi yang dipilih adalah terapi operatif, hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat
agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
Pengamatan Rumah :
Rumah terbuat dari semen (permanen) dengan ukuran 6x15 m2. Didalam rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 2 buah jendela dengan masing-masing berukuran 60x80 cm2, 3 buah ventilasi dengan satu buah ventilasi diatas pintu masuk menuju rumah, masing-masing berukuran 30x30cm2. Terdapat 2 buah kamar tidur
dengan kamarnya berukuran antara 4x3m2, kamar tersebut tidak memiliki jendela dan ventilasi udara.
Lantai rumah os terbuat dari semen, penataan alat atau perabot rumah tangga tertata tidak rapi. Dapur tempat ibu os memasak tidak begitu luas, keluarga pasien memasak dengan menggunakan kompor gas. Di belakang dapur terdapat kamar mandi, tempat penampungan air dan tempat mencuci piring. Terdapat sumur di rumah os, air digunakan mencuci dan memasak namun untuk air minum, pasien menggunakan fasilitas air minum isi ulang
Pengamatan Lingkungan:
Keluarga os hidup dilingkungan tempat tinggal yang cukup padat penghuni. Keadaan tempat tinggal os dengan tetangganya dipisahkan dengan dinding rumah. Rumah cukup bersih dan tidak tertata dengan rapi. Keadaan rumah disekitar rumah cukup bersih. Pembuangan sampah dan limbah di nilai cukup baik.
Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:
Os tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Hubungan os dengan suami dan anak-anaknya dinilai baik.
Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:
Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing. Prilaku pasien yang tidak baik ini merupakan salah satu faktor risiko dari penyebab hemoroid.
Analisis pasien secara holistik
biasanya, benjolan tersebut tidak dapat dimasukan kembali kedalam anus, terasa perih, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa duduk karena adanya benjolan. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar, darah tidak bercampur dengan feses. Berdasarkan anamnesis tidak ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan faktor risiko terjadinya hemoroid.
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit
Adapun faktor resiko atau etiologi yang didapat pada kasus ini yaitu Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing. Prilaku pasien yang tidak baik ini
merupakan salah satu faktor risiko dari penyebab hemoroid.
Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada keluarga:
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh konstipasi karena kurangnya mengkonsumsi serat dan minum, terutama karena pola makan yang kurang baik
Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan pasien dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep
–
konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 4672. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled Hemorrhoidectomy
–
Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12, December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember 2009.3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672
–
6755. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat
–
Alat Dalam,Hal: 2326. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321
–
324.7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56
–
59 8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,Lampiran
Saat melakukan pemeriksaan Ruang Tamu