• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Laporan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 4 dikatakan pula bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asa keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 pengertian laporan keuangan adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

(2)

b. Pemerintah daerah;

c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

d. Suatu organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyampaikan laporan keuangan

2.1.1 Komponen Laporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, komponen laporan keuangan sebagai berikut:

“komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; c. Neraca;

d. Laporan Operasional; e. Laporan Arus Kas;

f. Laporan Perubahan Ekuitas; g. Catatan atas Laporan Keuangan.”

Komponen laporan keuangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Laporan Realisasi Anggaran;

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

(3)

(a) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. (b) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

(c) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

(d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok

(4)

pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

c. Neraca;

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

(a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

(b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

(5)

(c) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.

d. Laporan Operasional;

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

(b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

(c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. (d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

(6)

e. Laporan Arus Kas;

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.

(b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah.

f. Laporan Perubahan Ekuitas;

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

g. Catatan atas Laporan Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang

(7)

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:

(a) Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;

(b) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;

(c) Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

(d) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

(e) Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan;

(f) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

(8)

(g) Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

2.1.2 Fungsi Pelaporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, fungsi laporan keuangan sebagai berikut:

“Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

a. Akuntabilitas b. Manajemen c. Transparansi

d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity) e. Evaluasi Kinerja

Fungsi laporan keuangan tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

b. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas

(9)

seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. e. Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.”

2.1.3 Tujuan Pelaporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, tujuan laporan keuangan sebagai berikut:

“Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

(10)

a. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.”

2.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai berikut :

“Karaktersitik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

a. Relevan; b. Andal;

c. Dapat dibandingkan; d. Dapat dipahami.”

Fungsi laporan keuangan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu

(11)

mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Informasi yang relevan:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

(12)

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

a. Penyajian Jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b. Dapat Diverifikasi (verifiability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat

(13)

dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.2 Kompetensi Sumber Daya Manusia 2.2.1 Kompetensi

Menurut Badan Kepegawaian Negara (2003) dalam Sudarmanto (2014) mendefinisikan kompetensi sebagai:

“kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.”

Kompetensi menurut S.K. Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 43 Tahun 2001 tentang Standar Kompetensi PNS adalah kemampuan dan

(14)

karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Kompetensi tersebut dibagi menjadi dua yaitu :

1. Kompetensi Umum

Adalah kemampuan dan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan struktural yang dipangkunya. Kompetensi umum dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun diklat kepemimpinan.

2. Kompetensi Khusus

Adalah kemampuan dan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa keahlian untuk melaksanakan tugas jabatan struktural yang dipangkunya. Kompetensi khusus dapat diperoleh melalui diklat tekhnis.

Berdasarkan S.K. Kepala BKN No. 43 Tahun 2001 tentang Standar Kompetensi Pegawai dapat disimpulkan bahwa kompetensi memiliki karakteristik yaitu Pengetahuan (knowledge) dan Keterampilan (skill) (Hilda Berliana, 2015).

Hutapea dan Thoha (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga komponen utama pembentukan kompetensi, yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang dimiliki seorang pegawai untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai bidang yang digelutinya (tertentu). Ilmu atau informasi yang dimiliki seseorang pegawai dapat digunakan dalam kondisi nyata dalam suatu pekerjaan.

(15)

Pengetahuan pegawai turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya, pegawai yang mempunyai pengetahuan yang cukup meningkatkan efisiensi perusahaan.

2. Keterampilan (skill) merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan perusahaan kepada seorang pegawai dengan baik dan maksimal, misalnya keterampilan bekerja sama dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik secara individu atau kelompok. Keterampilan ini sangat diperlukan bagi pegawai yang sudah menduduki jabatan tertentu, karena keterampilan ini dalam berkomunikasi, memotivasi, dan mendelegasi. Selain pengetahuan dan keterampilan pegawai, hal yang perlu diperhatikan adalah sikap perilaku pegawai. 3. Sikap (attitude) merupakan pola tingkah seorang pegawai di dalam peran

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan perusahaan. Apabila pegawai mempunyai sifat mendukung pencapaian organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang dibebankan kepadanya akan dilaksanakan sebaik-baiknya.

Adapun yang dimaksud dengan standar kompetensi adalah spesifikasi atau sesuatu yang dilakukan, menurut persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seorang yang akan melakukan pekerjaan tertentu agar yang bersangkutan mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang baik (Nyoman Rudana, 2006).

Dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif dan efisien untuk mencapai

(16)

tujuan perusahaan. Sehingga dalam hal ini yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi sumber daya manusia adalah berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) (Hilda Berliana, 2015).

2.2.2 Sumber Daya Manusia

Menurut Wiley (2002) dalam Febriady Leonard Sembiring (2013) mendefinisikan bahwa:

“Sumber Daya Manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut.”

Menurut Rudolf Wennemar Matindas (2002) mendefinisikan Sumber Daya Manusia sebagai:

“Satu kesatuan tenaga manusia yang dalam organisasi dan bukan hanya sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sebagai kesatuan, sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu sistem di mana tiap-tiap karyawan berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia diukur berdasarkan latar belakang pendidikan yang diperoleh pegawai.”

Warisono (2008) mengungkapkan bahwa SKPD harus memiliki sumber daya yang kompeten, yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik. Hal tersebut diperlukan untuk menerapksan sistem akuntansi yang ada. Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik. Kegagalan sumber daya Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan

(17)

logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah.

Berdasarkan uraian sumber daya yang kompeten, yaitu:

1. Pendidikan Formal

Menurut Abdul Djalil Indris Saputra (2002) mengemukakan bahwa:

“Pendidikan merupakan katalisator dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan adalah komponen mendasar dari upaya pengembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia berkualitas yang memiliki keunggulan kompetitif, semua itu hanya dapat diperoleh melalui pendidikan.”

Sedangkan Dorien Kartikawangi (2002) mengemukakan bahwa : “Pendidikan adalah indikator dari Knowledge : What the person know, yaitu pengetahuan dimiliki baik formal maupun non formal yang dipersyaratkan, seperti latar belakang pendidikan, IPK, pengalaman.” Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan sering kali menjadi indikator yang menunjukkan derajat intelektualitas seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pengetahuan dan tingkat intelektual seseorang. Tingkat pendidikan yang memadai seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya, karena pengelolaan keuangan daerah yang baik SKPD harus memiliki Sumber Daya Manusia yang kompeten dengan di latar belakangi pendidikan akuntansi atau keuangan agar lebih mudah mengerti dan memahami pekerjaan yang dilakukannya. Indikator pendidikan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal

(18)

pegawai, kesesuaian kompetensi bidang pendidikan, serta kemampuan penyajian laporan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah yang berlaku (Hilda Berliana, 2015).

2. Pendidikan dan Pelatihan

Azril Azhari (2000) mengemukakan:

“Pelatihan merupakan tempat untuk mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerja.”

Program pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai yang sudah dimiliki agar kemampuan pegawai semakin baik. Pendidikan ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja, sedangkan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan spesifik pada saat ini. Beberapa tujuan dari pendidikan dan pelatihan pegawai, diantaranya:

a. Meningkatkan produktivitas kerja.

b. Meningkatkan kecakapan manajerial pegawai. c. Meningkatkan efisiensi tenaga dan waktu. d. Mengurangi tingkat kesalahan pegawai.

e. Meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan untuk konsumen perusahaan dan/atau organisasi.

(19)

g. Meningkatkan karier pegawai.

Program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia memberikan dampak yang baik terhadap kinerja pegawai tersebut sebagai individu. Hal ini jelas akan membawa peningkatan terhadap kinerja organisasi apabila pelatihan dan pengembangan pegawai dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, program pendidikan dan pelatihan bagi pegawai instansi pemerintah pun cukup penting karena untuk menghasilkan laporan keuangan daerah yang baik dibutuhkan pegawai yang memahami betul cara dan proses penyusunan laporan keuangan daerah.

3. Pengalaman Kerja

Pengalaman dapat diperoleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung apabila seseorang pernah bekerja pada suatu organisasi, lalu oleh karena sesuatu meninggalkan organisasi itu dan pindah ke organisasi yang lain. Sedangkan pengalaman tidak langsung adalah peristiwa yang diamati dan diikuti oleh seseorang pada suatu organisasi di mana peristiwa yang diamanati dan diikuti terjadi ( Siagian, 2007)

Penyusunan laporan keuangan, SKPD diharapkan memiliki sumber daya manusia yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih lama dibidang akuntansi atau keuangan, karena dalam menyusun laporan keuangan dibutuhkan pegawai yang benar-benar memahami akuntansi atau keuangan beserta aturan-aturan dalam penyusunan laporan keuangan

(20)

daerah. Pengalaman kerja di dalam suatu organisasi pun menjadi salah satu indikator bahwa seseorang telah memiliki kemampuan yang lebih. Semakin lama seorang pegawai bekerja dalam suatu bidang di organisasi, maka semakin banyak pengalaman pegawai tersebut dan semakin memahami apa yang menjadi tugas serta tanggungjawab yang diberikan kepada pegawai tersebut (Hilda Berliana, 2015).

2.3 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan pelaksanaan anggaran.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III.

Penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat menjadi PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan SAP, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusunan laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.

(21)

2.3.1 PSAP No. 01 Penyajian Laporan Keuangan

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.

2.4 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Mulyadi (2014) mendefinisikan Sistem Akuntansi sebagai berikut :

“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang memudahkan manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Dalam suatu sistem akuntansi juga terdapat unsur-unsur pokok, seperti formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan.” Alam S (2013) mendefinisikan Sistem Akuntansi sebagai berikut:

“Sistem akuntansi adalah bidang akuntansi yang mengkhususkan diri dalam perencanaan dan pelaksanaan peosedur pengumpulan, serta pelaporan data keuangan. Akuntansi, dalam hal ini, harus menciptakan suatu cara sedemikian rupa sehingga mempermudah pengendalian internal dan menciptakan arus laporan yang tepat untuk kepentingan manajemen.”

(22)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan organisasi formulir dan berbagai catatan transaksi yang digunakan untuk keperluan penyusunan laporan keuangan dalam rangka memenuhi tujuan pengelolaan manajemen (Hilda Berliana, 2015).

Sistem laporan keuangan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang berbunyi : “Pasal 101 ayat (1) Pemerintah menyelenggarakan sistem informasi laporan keuangan secara nasional; pasal 101 ayat (2) Sistem Informasi Keuangan Daerah secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah; pasal 102 ayat (1) Daerah menyampaikan informasi Keuangan Daerah yang dapat di pertanggungjawabkan kepada Pemerintah; pasal 102 ayat (2) Daerah menyelnggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah; pasal 102 ayat (3) Informasi yang berkaitan dengan Sistem Informasi Keuangan Daerag sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mencakup : (a) APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota; (b) neraca daerah; (c) catatan atas laporan keuangan daerah; (d) laporan arus kas; (e) dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan; (f) laporan keuangan Perusahaan Daerah; dan (g) data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah; pasal 103 informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 merupakan data terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh oleh masyarakat.

(23)

Sistem Akuntansi Pemerintahan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggaraan, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah pada Pemerintah Daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri Akuntansi Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, sedangkan Pemerintah Daerah berpedoman pada prinsip pengendalian internal sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintah.

Indra Bastian (2007) memandang sistem akuntansi pemerintah daerah dari proses atau prosedur baik itu dengan menggunakan metode manual maupun secara terkomputerisasi. Prosedur yang dimaksud mulai dari pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah daerah.

(24)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang termuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 pasal 232 juncto, sistem akuntansi keuangan daerah didefinisikan sebagai:

“Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai pada pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.”

Dalam ilmu akuntansi terdapat sistem pencatatan dan dasar akuntansi. Adanya sistem pencatatan disebabkan oleh salah satu tahap dalam akuntansi yaitu tahap pencatatan. Sedangkan dasar akuntansi digunakan untuk menentukan saat pencatatan. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah organisasi formulir dan berbagai catatan transaksi, seperti proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi (ekonomi) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang digunakan untuk keperluan penyusunan laporan keuangan sehingga dapat dijadikan informasi dalam pengelolaan manajemen dan pengambilan berbagai keputusan ekonomi oleh pihak-pihak internal maupun eksternal pemerintah yang memerlukan (Hilda Berliana, 2015).

Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKAD), sedangkan sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) dilakukan oleh PPK-SKPD. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas; 2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas;

(25)

3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daerah; dan 4. Prosedur Akuntansi Selain Kas.

Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi adalah pembukuan, padahal menurut akuntansi demikian tepat disebabkan akuntansi menggunakan sistem pencatatan. Menurut Abdul Halim (2007) terdapat beberapa sistem pencatatan yaitu single entry, double entry, dan triple entry. Pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga pencatatan tersebut.

1. Single Entry

Sistem ini sering disebut sistem tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan cara mencatatnya satu kali saja. Sistem ini memiliki kelebihan sederhana dan mudah dipahami, tetapi kelemahannya adalah kurang bagus untuk pelaporan dan sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi. 2. Double Entry

Sistem ini sering disebut sistem tata buku berpasangan, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Dengan menggunakan double entry accounting setiap transaksi yang terjadi akan tercatat pada tahun yang tepat, karena masing-masing akan penyeimbang berfungsi sebagai media cross-check. Selain itu, pencatatn model ini juga memiliki kemampuan untuk mencatat transaksi dalam jumlah sisi debet harus sama dengan jumlah sisi kredit.

(26)

3. Triple Entry

Sistem pencatatan ini adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Oleh karena itu, sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, sub bagian pembukuan (bagian keuangan) pemerintah daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran sehingga pencatatan tersebut berefek pada sisa anggaran.

Sistem akuntansi merupakan faktor utama pendorong agar manajemen perusahaan dapat menghasilkan informasi akuntansi yang terstruktur dan mengandung arti. Maka dari itu, untuk dapat menentukan kapan suatu transaksi harus dicatat, digunakan sistem prosedur berbagai basis/dasar akuntansi atau sistem pencatatan :

1. Basis Kas

Basis kas menetapkan bahwa pengakuan / pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas. Apabila transaksi tersebut belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi tersebut tidak dicatat. Dalam lembaga pemerintahan yang relatif masih kecil aktivitasnya tidak banyak serta sederhana (tidak rumit), penerapan basis kas masih dipandang wajar pada saat awal otonomi daerah. Namun seiring berjalannya wakti, basis kas sudah tidak dapat diterapkan lagi.

(27)

2. Basis Akrual

Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi. Oleh karena itu transaksi-transaksi dan peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Cara pembukuan basis akrual membukukan pendapatan pada saat timbulnya hak tanpa memperhatikan kapan penerimanya terjadi, sudah diterima ataupun sebelum, serta membukukan pembelanjaan pada saat kewajiban terjadi tanpa memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan. Basis ini akan mencakup pencatatan transaksi yang terjadi di masa lalu dan berbagai hak dan kewajiban di masa yang akan datang. Basis akrual mempunyai semua aktivitas dibandingkan basis kas. Basis akrual telah ditetapkan dalam SAP (PP No. 71 Tahun 2010) untuk pelaporan finansial bagi seluruh entitas pemerintahan termasuk pemerintah daerah maka seluruh pemerintah daerah di Indonesia sudah harus menerapkan selambat-lambatnya tahun 2014.

3. Basis Kas Modifikasian

Menurut butir (12) dan (13) Lampiran XXIX (tentang Kebijakan Akuntansi) Kepemendagri Nomor 29 Tahun 2002 menyebutkan bahwa: (12) basis/dasar kas modifikasian merupakan kombinasi kas dengan basis akrual; (13) transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas dibukukan (dicatat atau dijurnal) pada saat uang diterima atau dibayar (dasar kas). Pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan

(28)

kebijakan dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisir.

4. Basis Akrual Modifikasian

Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dengan menggunakan basis akrual sebagian besar transaksi. Pembatasan penggunaan basis akrual dilandasi dengan pertimbangan kepraktisan.

Dalam mewujudkan sistem akuntansi yang baik, pada dasarnya harus mengetahui pembangun sistem akuntansi itu sendiri, sistem akuntansi erat hubungannya dengan kerjasama manusia dengan sumebr daya lainnya di dalam suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Tujuan sistem akuntansi yang dikemukakan oleh Mulyadi (2014) adalah :

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. 2. Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah

ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya.

3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekkan internal, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi, dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

(29)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang sehubungan dengan penelitian ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian

(Nama & Tahun Penelitian)

Hasil Penelitian Persamaan

Penelitian Perbedaan Penelitian 1. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Fadila Ariesta, 2013)

Pada pengujian pertama didapatkan hasil bahwa kualitas sumber daya manusia , pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan. Pada pengujian kedua didapatkan hasil bahwa kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan Mencari pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Variabel yang diteliti berbeda, yaitu : Pemanfaata n Teknologi Informasi, dan Pengendalia n Intern Akuntansi dan lokasi penelitian 2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Tantriani Sukmaningrum dan Puji Harto, S.E., M.Si., Akt, 2012) Sistem pengendalian intern berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan kompetensi sumber daya manusia dan faktor eksternal tidak berpengaruh. Mencari pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Variabel yang diteliti berbeda, yaitu : Sistem Pengendalia n Intern dan Faktor Eksternal, dan lokasi penelitian 3. Pengaruh Kompetensi Kompetensi SDM berpengaruh signifikan Mencari pengaruh Lokasi penelitian

(30)

Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Emilda Ihsanti, 2014)

positif terhadap kualitas laporan keuangan daerah, sedangkan SAKD tidak

berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kompetensi SDM dan SAKD terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah 4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (I Putu Upabaya Rama Mahaputra dan I Wayan Putra, 2014) Kapasitas SDM, pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah, sistem

pengendalian intern dan implementasi standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas informasi pelaporan keuangan Mencari pengaruh Kapasitas SDM dan Implementa si Standar Akuntansi Pemerintaha n terhadap Kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Variabel yang diteliti berbeda, yaitu : Pemanfaata n Sistem Informasi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalia n Intern, dan lokasi penelitian 5. Pengaruh Kompetesi SDM, Penerapan SAP, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati, 2014) Kompetensi sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintahan, sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Mencari pengaruh Kompetesi SDM, Penerapan SAP, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah Lokasi penelitian

(31)

2.6 Kerangka Pemikiran

2.6.1 Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Kadek Desiana Wati dkk (2014) kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Kemudian menurut Emilda Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Sedangkan menurut I Putu Upabayu Rama Mahaputra dan I Wayan Putra (2014) kapasitas sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah.

Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) merupakan indikator sebuah standar kompetensi pegawai. Tercapainya indikator tersebut merupakan suatu prestasi yang dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia apalagi didukung dengan pendidikan formal, pelatihan, dan pengalaman kerja. Dengan adanya sumber daya manusia yang berkompeten dan dapat mengoperasikan serta memahami sistem akuntansi keuangan dengan baik maka laporan keuangan pemerintah daerah pun akan memiliki kualitas baik (Hilda Berliana Nagari, 2015).

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

(32)

2.6.2 Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Kadek Desiana Wati dkk (2014) penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Kemudian menurut Verra Aprillia Nurussalam (2015) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Hubungan standar akuntansi pemerintahan dengan kualitas laporan keuangan termuat jelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan bahwa:

“Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak dan kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata.”

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

2.6.3 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Menurut Kadek Desiana Wati dkk (2014) sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Kemudian menurut Hilda Berliana Nagari (2015) penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

(33)

Hal tersebut didukung Mardiasmo (2006) bahwa untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang andal. Mardiasmo (2006) menjelaskan lebih lanjut bahwa sistem akuntansi yang lemah menyebabkan sistem pengendalian Intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang andal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan.

Menurut Angga Dwi Permadi (2013) pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasilnya adalah sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan. Angga Dwi Permadi (2013) juga menyebutkan dengan adanya sistem akuntansi keuangan maka akan lebih mempermudah pemakai sistem akuntansi dalam mengolah data keuangan dan bekerja sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang sudah diterapkan pada sistem akuntansi tersebut, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

(34)

Kompetensi Sumber Daya Manusia a. Keterampilan b. Pengetahuan c. Sikap Standar Akuntansi Pemerintahan a. PSAP No. 01

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah a. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah b. Pencatatan Akuntansi c. Periode Pelaporan Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran 2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara satu atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2007). Berikut ini adalah hipotesis yang penulis akan uji:

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

a. Relevan b. Andal

c. Dapat Dipahami d. Dapat Dibandingkan

(35)

: Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

: Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

: Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No  Judul Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan hasil simulasi numerik SPH menggunakan DualSPHysics ver 4.0 memperlihatkan bahwa untuk permasalahan interaksi fluida dan struktur terapung memperlihatkan

Metode low pressure injection (LPI) dengan spesifikasi material material solvent free epoxy binder dan structural adhesive yang telah terbukti berhasil dengan baik

dengan pengerajin tentang sarana prasarana serta bahan-bahan yang digunakan untuk kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan dan koleksi desain-desain

Untuk Appeals to Principle, harian ini berusaha memberikan pesan. Walaupun, sudah disebutkan  pada  berita,  bahwa  Bali  masih dalam  keadaan  aman,  namun 

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai cadangan devisa Indonesia pada akhir April sebesar USD123,2 miliar, naik dari posisi di akhir Maret sebesar USD121,8 miliar.. Posisi cadangan

yaitu pertama Metode Biaya Terkecil (  Least Cost Metho  Least Cost Method  d  ) adalah sebuah metode ) adalah sebuah metode untuk menyusun table awal dengan cara

Nama Kegiatan Sasaran/peserta Jumlah Peserta Tempat Kegiatan Jumlah Pertemuan A. Pemanfaatan Pekarangan Rumah

Nasabah menyadari bahwa dalam kondisi Obligasi yang dimiliki dijual lebih awal sebelum tanggal jatuh tempo, maka harga Obligasi tersebut mungkin menjadi lebih rendah