• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIGIT TRI HARTANTO SUKAMTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIGIT TRI HARTANTO SUKAMTO"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSl TERHADAP KARAKTERISTIK IDEAL GURU DAN SELF-EFFICACY SISWA PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA

SKR1PSI

Disusun Oleh :

SIGIT TRI HARTANTO SUKAMTO

00 320 044

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi

Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat SI Psikologi

Dewan Penguji

1. Yulianti Dwi Astuti, S. Psi

2. Emi Zulaifah, Dra., M.Sc

3. Irwan Nuryana K, S.Psi., M. Si

Pada Tanggal

7 dec m

11 Mengesahkan, Fakultas Psikologi Uniyjjrjsijgslslam Indonesia Deka Sukarti Tanda Tangan

W

\h d

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Bersama Ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti

penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila di kemudian hari saya

terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekuensi

berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Yang Menyatakan,

Sigit Tri Hartanto Sukamto

(4)

Per$ernb&hkAti K<\tyA $ci>ertiAWk ini Untuk:

Banak Drs H Sukamto M.PA tercinta

Untiik kesabaran dan dukungannya selama inisebagai Ayah yang

mempedulikan pendidikan anaknya

Ibunda Hi. MuiiRahavu tersavang

Yang telah mcmberikan segenap kasih sayang Do'ayang tidakpemah

putus dan semangat baru dari hari ke hari

Saudarasaudara Sekandungku

Untukpengertian yang tidakpernah hilang dan dorongan

yang tidak pernah goyah

HepimokanJiectMJJ

!

Petoacu semangat dan kasihsayang yang nadir dalatn wujud yang berbeda.

Terima Kasih atas semua kasih sayangyang Tulus, doa, cinta dan

perhatian yang terus mengalir

(5)

HALAMAN MOTO

Bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat

meluas dalam dada serta dapat membuka pintu hati?

Imam Syafi'I semasa menjadi santri pernah mengeluh kepada gurunya

"Wahai, guru, mengapa ilmu yang sedang saya kaji ini susah sekali

memahammya dan balikan cepat lupa?"

Sang Guru menjawab," Ilmu itu ibarat cahaya, ia hanya dapat menerangi gelas

yang bening dan bersili"

artinya, ilmu itu tidak akan dapat menerangi hati yang keruh dan banyak

maksiatnya. Sekiranya saja hati kita telah bercahaya, Subhanallah, hidup ini

benar-benar akan terasa indah, nyaman, lapang, dan tenteram.

(6)

Tiada ucapan yang layak penulis ucapkan selain rasa syukur atas segala nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Hubungan antara Persepsi terhadap Karakteristik Guru dengan Self-Efficacy siswa pada mata pelajaran Matematika". Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Dalam proses penulisan skripsi ini sejak awal sampai selesai. Penulis banyak sekali mendapatkan pelajaran tentang kesabaran, usaha, serta arti penting sebuah dukungan dari orang-orang terkasih. Karena itu penulis merasa sangat berhutang budi kepada berbagai pihak yang telah rela dan ikhlas membimbing dan member! bantuan kepada penulis. Untuk itu, penulis

menghaturkan ucapan terima kasih yang tak temingga, antara lain kepada :

1. Ibu Dr. Sukarti, selaku dekan Fakultas Psikologi Ull

2. Ibu Yuiianti Dwi Astuti S.Psi, selaku dosen pembimbing utama yang selama

ini telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi yang

sangat berarti.

3. Bpk Sonny Andrianto S.Psi selaku dosen Pembimbing akademik yang selalu menenteramkan hati penulis serta segenap dosen di Fakultas Psikologi Ull. Terima kasih untuk curahan ilmunya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi.

4. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Ull : Pak Rani, Pak Fatur, Pak Arief Suhardi, Mas Widodo, Mas Ferry, Mbak Tiwi, Mbak Muslimah, Pak Sumino

dan lainnya terima kasih atas pelayanannya

(7)

5. Segenap Karyawan Parkir : Mas Rusdi, Mas Lapin, Ali dan Lainnya terima

kasih atas keramahannya.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 5Yogyakarta, teman-teman kelas satu SMA

Negeri 5yang dengan arahan Ibu Rini dan Ibu Yatmi telah membantu penulis

dalam menyebarkan angket.

7. Bapak Drs. HSukamto M.PA Untuk perhatian dan do'a yang tidak pemah

berhenti.

8. Ibunda Muji Rahayu Sukamto tempat penulis berkeluh kesah dan kesabaran

untuk memahami penulis.

9. Saudara-saudaraku, Mbak Desi dan Mas Arif yang se/alu mendo'akan dan

memotivasiku dan Mas Rahman, sudah saatnya kita berani mencoba berdiri

diatas kaki kita sendiri. serta mbak Erii, Retno, Sigit Moko, Bibi, Ina, Pak

Bowo atas kesederhanaannya.

10. Keponakanku, Amanda Zahra Salsabila, sungguh keluguan dan kelucuanmu

menjadikan hiaup lebih berarti dan penuh wama.

11. Yai dan Nyai Thamrin sekeluarga atas kesediaannya untuk menerima penulis

sehingga penulis senantiasa merasa nyaman dalam bekeria dan berusaha.

12. Keluarga besar Bpk. Dian Utama Jenahar, atas doa dan perhatiannya. Serta

kepercayaan yang diberikan untuk menjaga dan menemani putrinya

meskipun jauh di seberang sana.

13. Palupi dengan semangat dan kesabaran luar biasa yang tanpa dukungan

moril dan materilnya mustahi. penulis mampu menyelesaikan skripsi dan

memecahkan persoalan yang dihadapi penulis. Terima kasih juga atas

sarana penunjang komputer serta printernya.

14. Keluarga Besar Ibu Sri Hadiyati Warsito perhatiannya,

(8)

16. Teman-teman komunitas Candi, Ahmad, Leo, Afrf, Ando, Adit, juga Wahyu

"Ucheel" atas persahabatandan kekompakannya.

17. Teman-teman segenap angkatan 2000 Psikologi, semoga silaturahmi kita

selalu terjaga dengan baik.

18. Rekan-rekan kerja di Biro Layanan Informasi dan Konsultasi "BINA

MENTARI" atas persahabatan dan pengalaman unik yang pemah dialami

bersama khususnya Eri, Ridwan, Wahyu Ucil, Mbak Ari untuk penentuan

arah bagi penulis.

19. Teman-teman sesama pengajar di First Step Pre School and Kindergarten

yang tidak habis-habisnya meniberikan dukungan dan dorongan untuk

cepat-cepat menyelesaikan skripsi. Tante Olive dan calon jabang bayinya. Te dyah

untuk bimbhgan rohaninya. Te Iswa untuk semangat kembali mengarungi

keceriaan anak-anak. Om Riza atas pengalaman dan pandangan tentang

dunia "dewasa". Te Ida, Te Ika, Te Tiwi, Te Nana Om Rico untuk kesetia

kawanan yang terbina selama ini. Bos Mamo untuk kelucuannya. Oan tidak

lupa bocah-bocahku murid First Step PreSchool yang mampu membuat

hidup penulis terasa lebih bermakna.

20. Teman-teman perkumpulan DUNIA ANAK NUSANTARA khususnya Mr.

Erry, Ika, mbak Na'rti, Mbak Ria, Mbak Rita, Mamat, Upi, Husnul, Yayuk, man'

kita melangkah bersama.

21. Kerabat Kerja Keluarga Sakinah di Radio KOTA PERAK 94.60 FM terutama

Mbak Mia, Wahyu kecil, Mbak'Sintha, Pak Akhit atas hubungan baik yang

terbina selama ini dan Pak Surip serta Pak Ali Wafa atas masukan dan saran

(9)

yang membangun. Semoga penulis bisa lebih lancar dan lugas dalam menjalani pekerjaannya ini.

22. Para Ustadz di Tempat Pengajian Al Qur"an Qur"an Darul llmi, mas Yoyok, mas Iwan, mas Nu'r Said atas bimbingan dan pengalaman uniknya

23. Teman-teman Taman Bocah Pre school atas hubungan seprofesi yang

terjalin dan membuat penulis memiliki referensi yang lebih tentang pra

sekolah.

24. Teman-teman di ICBC riset Psikologi, mbak Titis yang banyak membantu penulis mencari referensi terkaitnya. Serta pegawai perpustakaan UAD, Ull

pusat referensi khususnya Ibu Nunuk yang dengan sabar mendampingi

penulis mencari buku.

Subhanallah banyak sekali orang-orang yang telah membantu penulis

dan memberikan arti tersendiri dalam kehidupan penulis sejak awal hingga

selesainya skripsi ini. Sehingga penulis meminta maaf apabila ada nama-nama yang tidak tercantum dalam tulisan ini. Sekali lagi, penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Hanya kepada Allah SWT, puja dan puji pantas kita haturkan.

Yogyakarta, Desember 2004

Penulis

(10)

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

MOTTO v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

INTISARI ; xvj

BAB I. PENGANTAR 1

A. Latar Belakang Permasalahan 1

B. Tujuan Penelitian 6

C. Manfeat Penelitian 6

D. Keaslian Penelitian 6

BABU. TINJAUAN PUSTAKA 9

A. Self-Efficacy 9

(11)

2. Perbedaan Self-Efficacy dan Outcome

Expectation 11

3. Dimensi Efikasi Did 12

4. Faktor-faktor yang mempengamhi Self- Efficacy 13

5. Sumber-sumber informasi Self-Efficacy 14

6. Pengaruh Self-Efficacy pada perilaku dan proses berpikir... 15

B. Persepsi terhadap karakteristik guru 16

1. Pengertian Persepsi 16

2. Pengertian Guru 17

3. Faktor yang mempengamhi keberhasilan mengajar 19

4. Kompetensi Gum 20

5. Kepribadian dan Karakteristik Guru 22

6. Karakteristik Gum yang Ideal 25

C. Hubungan Antara Persepsi terhadap Karakteristik Gum

dengan Self-Efficacy 29

D. Hipotesis 31

BAB III. METODE PENELITIAN 32

A. Identifikasi Variabel-variabel penelitian 32

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 32

C. Subjek Penelitian 34

D. Metode PengumpulanDaia 34

E. Validitas dan Re!iabilitas 38

F. Metode Analisis Data 38

(12)

1. Orientasi Kancah 39

2. Persiapan Penelitian 39

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian 42

C. Hasil Penelitian dan Analisis Data 42

1. Deskripsi Data Penelitian 42

2. Uji Asumsi 45 a. Uji Normalitas 45 b. Uji Linieritac 45 c UjiHipotesis 45

D Pembahasan

46

BABV.PENUTUP

49 f,

A. Kesimpulan 49 B. Saran-saran 50

DAFTAR PUSTAKA

^ £2

LAMPIRAN

54

Xll

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel u ,

Halaman

Tabel 1. Pengaruh Self-Efficacy pad;* Perilaku dan Proses

Berpikir ,.

Tabel 2. Distribusi Skala II (SetJ-Efficacy) Sebelum Uji Coba

35

Tabel 3. Distribusi Skala I(Karakteristik Gum) Sebelum Uji Coba

37

Tabel 4. Distribusi Skala I(Kaiakteristik Gum) Setelah Uji Cobr:

dl

Tabel 5. Distribusi Skala IJ (Self-Efficacy) Sebelum Uji Coba

41

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian

43

Tabel 7. Kritena Kategori Variabel Karakteristik Gum

44

Tabel 8. Kriteria Kategori Variabel Self-Efficacy

44

(14)

Lampiran

Halaman

Lampiran 1. Skala I dan Skala II

54

Lampiran 2. Kunci Jawaban

Lampiran 3. Data Uji Coba Skala I dan Skala II

JO

Lampiran 4. Analisis Data Uj, Coba Skala Idan Skala II

60

Lampiran 5. Data Penelitian Skala Idan Skala II

Lampiran 6. Hasil Analisa Data

Lampiran 7. Grafik Histogram Skala Idan Skala II

Lampiran 8. Grafik Normal P-Plot Skala II

Lampiran 16. Grafik Defended Normal P-Plot Skala II

Lampiran 18. Grafik Normal P-Plot Skala I

Lampiran 19. Grafik Detrended Normal P-Plot Skala I

Lampiran 20. Surat-surat Izin.

XIV 66 67 75 78 78 79 79 80

(15)

PERSEPSI TERHADAP KARAKTERISTIK IDEAL GURU DAN

SELF-EFFICACY SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Sigit Tri Hartanto Sukamto

Yuiianti Dwi Astuti S.Psi INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji persepsi terhadap karakteristik ideal gum dan selfefficacy siswa pada mata pelajaran matematika. Dugaan awal yang

diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara persepsi terhadap karakteristik ideal gum dengan self-efficacy siswa pada mata pelajaran

matematika, dimana siswa yang mempersepsi dididik oleh gum dengan

karakteristik mengajar yang baik dan menyenangkan akan memiliki pengharapan dan self-efficacy yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang diberikan gum kepadanya. Sebaliknya siswa yang mempersepsi dididik oleh gum

dengan karakteristik mengajar yang kurang baik dan menyenangkan akan

memiliki pengharapan dan self-efficacy yang rendali dalam menyelesaikan

tugas-tugas sekolah yang diberikan gum kepadanya. Responden dalam penelitian adalah siswa dan siswi kelas satu SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Metode pengumpulan data yang digunakan dua skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala I (Karakteristik Ideai Gum) yang berjumlah 50 aitem dengan keandalan (reliabilitas) adalah alpha = 0,9741, skala ini disusunoleh penulis sendiri berdasarkan teori yang dikeinukakan oleh Hamalik (1992). Skala II (Self-Efficacy) yang berjumlah 25 aitein disusun oleh penulis berdasarkan teori Bandura(1997) dengan keandalan (reliabilitas) adalah alpha = 0,8935.

Untuk mengetahui hubungan anrara persepsi terhadap karakteristik ideal gum dan self-efficacy siswa pada mata pelajaran matematika, maka teknik

korelasi product moment oleh Pearson, hasilnya menimjukkan koefisien korelasi sebesar 0,278 dengan p = 0,005. (p < 0,01). sehingga ada hubungan antara persepsi terhadap karakteristik ideal gum dengan self-efficacy siswa pada mata

pelajaran matematika.

Berdasarkan uji korelasi Product Moment antara tiap aspek selfefficacy dan karakteristik gum diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut: level sebesar 0,274 dengan signifikansi sebesar 0,006 (p<0,01). strength sebesar 0.301 dengan signifikansi sebesar 0,003 (p<0,01). generality sebesar 0,245 dengan signifikansi

sebesar 0,012 (p<0,05).

Kata Kunci: Persepsi terhadap karakteristik gum, Self-Efficacy, Matematika.

(16)

A. Permasalahan

Di manapun di setiap negara di dunia, pendidikan adalah mutlak dan

penting nilainya dalam mendukung peradaban manusia. Dengan pendidikan, manusia mampu berpikir dan mencarikan jalan keluar permasalahan yang ada di lingkungan sekitamya. Pendidikan merupakar, tanggung jawab bersama seluruh

pihak, yaitu pemerintah dan seluruh komponen masyarakat yang menjadi

pembawa kebijakan sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, kualitas pendidikan

di Indonesia cukup memprihathkan dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara, padahal mutu pendidikan yang rendah berpengaruh langsung terhadap kuaiitas Sumber Daya Manusia. Tidak mengherankan jika kualitas

sumber daya manusia Indonesia berada pada peringkat 112 dari 172 negara

yang diteliti (Fatayati dalam Republika, 2004).

Dewasa ini banyak perubahan yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk membenahi sistem pendidikan yang telah diterapkan selama ini. Masih hangat d: telinga, mengenai upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan tersebut, dan yang masih hangat diperbincangkan adalah UU nomor

20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum Berbasis Kompctensi. Pada dasarnya, menurut Rahman (Republika,2004), sistem oendidikan dan kurikulum yang dimiliki Indonesia cukup memadai untuk mengembangkan kemampuan anak untuk berbakat. Hanya saja, baik pemerintah maupun para

(17)

Keahlian guru yang memadai dalam mengajar sangat menunjang keberhasilan

anak didik untuk menyukai mata pelajaran yang ada.

Sampai saat ini, pembicaraan tentang matematika senantiasa merupakan

hal yang menarik dan berarti (Insan, 2001). Penguasaan matematika bagi

peserta didik sangat penting, baik untuk menunjang keberhasilan pembangunan

bidang pendidikan maupun untuk menunjang keberhasilan pengembangan dan

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika adalah mata

pelajaran utama di sekolah, mulai diajarkan semenjak anak didik duduk di

bangku Sekolah Dasar kelas satu hingga ketika menempuh studi pada

Perguruan Tinggi. Matematika sebenarnya juga merupakan mata pelajaran yang

menunjang mata pelajaran lainnya yang menuntut operasi angka dan hitungan

semisal : kimia, tisika, biologi, statistika dan ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang pokok dan penting dan wajib

dikuasai oleh anak didik.

Menurut Insan (2001), tampaknya upaya penguasaan matematika belum diiringi dengan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Terlihat bahwa

pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan, tidak menyenangkan sehingga dihindari. Seringkali orang tua mendapati putranya

menjadi tegang dan cemas bahkan mogok sekolah apabila akan menghadapi

pelajaran matematika. Guru juga mendapati siswanya mangkir dari kelas atau

bersikap pasif dan menarik diri saat pelajaran matematika. Beberapa pengamat

dan praktisi pendidikan melontarkan pendapatnya bahwa hampir separuh dari

sejumlah murid mengalami ketakutan terhadap matematika, sehingga bukan hal yang aneh lagi jika mata pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang

(18)

matematika. Maece dkk (Insan, 2001) mengungkapkan bahwa dari sejumlah

penelitian diketahui bahwa siswa yang mengalami reaksi negatif terhadap

matematika antara lain disebabkan oleh kurangnya keyakinan atas kemampuan

dirinya dalam matematika dan rendahnya harapan yang dimiliki siswa bahwa ia dapat meraih nilai yang baik. Siswa yang sejak awal sudah membentuk

keyakinan bahwa ia tidak cakap terhadap matematika akan menampakkan sikap

menghindar dan apatis ketika berhadapan dengan segala hal yang terkait

dengan matematika. Hetherington dan Parke (Savarina,1995) menjelaskan

emosi negatif itu nantinya akan mempersulit untuk mampu belajar secara selektif. Disebabkan pula oleh distorsi kognitif yang terjadi dan menimbulkan kecemasan serta siswa menilai dirinya untuk mudah menyerah. Siswa merasa gagal, bila tidak mampu mengerjakan ulangan dan tidak lulus ujian. Ketakutan

tersebut kadang membuat siswa enggan bertanya pada gurunya, sehingga

membuatnya tidak diperhatikan di lingkungan sekolah dan akhirnya merasa

tertinggal dengan teman-teman sekelasnya dan putus asa. Kondisi ini jelas

memprihatinkan, disayangkan bahwa ilmu yang seharusnya penting untuk dikuasai justru menjadi sesuatu yang ditakuti. Sebaliknya, siswa yang merasa bisa dan mampu mengerjakan tugas matematika dengan baik akan menjadi lebih

yakin. Keyakinan akan kemampuan diri tersebut terwakili oleh konsep

self-efficacy.

Bandura menjelaskar, bahwa self-efficacy merupakan pertimbnngan

seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menampilkan

(19)

self-efficacy dikaitkan dengan peningkatan sikap positif pada seseorang. Siswa

dengan self-efficacy yang tinggi akan dapat bertahan pada soal-soal yang sukar, bekerja dan berusaha lebih baik dan mengekspresikan ketertarikannya pada

matematika.

Collins (Savarina,1995) mengungkapkan bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh Self-efficacy yang dimiliki anak terhadap tugas yang diberikan,

daripada abilitas yang dimilikinya. Anak-anak dengan kemampuan self-efficacy,

akan lebih sukses dalam memecahkan soal-soal matematika daripada

anak-anak yang memiliki kemampuan matematika yang setara namun kurang memiliki

self-efficacy.

Dari wawancara yang dilakukan penulis dengan seorang guru

matematika SMU Negeri Yogyakarta, diketahui pada umumnya siswa lemah pada pelajaran tersebut karena kurangnya latihan dalam menyelesaikan soal,

tidak fokus pada pelajarannya dan kurang memiliki dasar pengetahuan yang kuat

pada matematika serta tidak memenuhi prasyarat untuk penguasaan suatu bab

dari matematika. Misalnya ; untuk membahas persamaan logaritma, seorang

siswa hams mampu dalam menghapal rumus pokok maupun turunan dar;

logaritma itu sendiri.

Banyak dari siswa yang cepat menyerah dalam mengerjakan soa! latihan matematika karena dirinya memang sejak awal tidak suka dengan pelajaran

tersebut, lingkungan sekitar yang kurang mendukung dan karena kesan buruk

yang ditangkap siswa terhadap penerapan pelajaran oleh gurunya.

Masih menurut hasil wawancara, persepsi terhadap guru pada

siswa-siswanya juga tidak kalah penting dalam memperiancar kegiatan belajar

(20)

diluar dirinya yang mengakibatkan faktor dalam dirinya tadi, yaitu persepsi mereka terhadap guru dan suasana lingkungan kelas.

Apakah yang dapat membuat seorang guru hebat? Apakah hangat,

humoris, dan peduli terhadap siswanya? Apakah perencana, ulet, dan disiplin? Bagaimana dengan berjiwa pemimpin, antusias, mencintai suasana mengajar,

dan mampu berdialog? Bahwa kebanyakan orang akan setuju bahwa semua kualitas tadi diperiukan untuk menjadikan seorang guru teladan, dan mereka

yakin bahwa itu benar, namun semua kualitas itu belumlah cukup (Slavin,1991). Kenyataan yang terjadi sekarang ini adalah banyak sekali siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk menyerap pengetahuan yang diberikan

para guru, namun siswa justru kurang mampu dalam menerapkannya hanya

karena cara mengajar guru yang dirasa tidak efektif dan tidak mengerti kebutuhan siswanya. Ini akan berdampak buruk pada pengharapan masing-masing siswa untuk dapat mencapai nilai yang optimal.

Seorang guru juga berjiwa kreatif dan cerdas, mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya sesuai aturan berdasarkan kemampuannya secara

menarik dalam tugasnya mengajar (Slavin, 1991).

Penelitian mengenai keunikan siswa dalam proses belajarnya sudah

sering dilakukan. Kesimpulan umum yang biasa didapatkan adalah setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri yang unik. Adanya perbedaan individual

tersebut, menurut Dunn (Nirmala dan Afiatin,2000), periu suatu proses pembelajaran yang sesuai bagi setiap siswa dengan merancang berbagai macam kegiatan belajar-mengsjar, lingkungan belajar (mang kelas) dan

(21)

pengelolalan kelas secara khusus. Prinsip pembelajaran model ini mengingatkan

pendidik untuk selalu menempatkan peserta didiknya dalam posisi yang penting.

Pengetahuan ini diperiukan guna menjawab persoalan-persoalan yang

dihadapi di lapangan, dan juga untuk mengetahui hubungan antara persepsi

terhadap karakteristik ideal guru dan self-efficacy siswa pada mata pelajaran

matematika

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi

terhadap karakteristik ideal guru dan self-efficacy siswa pada mata pelajaran

matematika

C. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

Sebagai bahan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan psikologi

khususnya aplikasi psikologi pendidikan tentang persepsi terhadap

karakteristik ideal guru mendukung self-efficacy siswa.

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini memberikan beberapa manfaat praktis, diantaranya :

a. Memberikan wawasan kepada para guru tentang bagaimana karakteristik ideal yang dimiliki guru berperan pada keberhasilan siswanya.

b. Memberi informasi mengenai karakteristik ideal guru. Serta pengaruhnya

(22)

para peneliti, namun hanya sebatas sisi hasil dan bukan proses yang

sebenarnya sama pentingnya (Kumara,2000). Penelitian yang selama ini

dilakukan hanya dari satu variabel saja yaitu self-efficacy pada mata pelajaran

matematika dan belum dihubungkan dengan persepsi terhadap karakteristik ideal

gum.

Judul-judul penelitian yang lain yang mendukung penertian ini

diantaranya:

1. Nawangsari, N. 2001. Pengaruh Self-Efficacy dan Expectancy-Value terhadap

Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika. Surabaya. INSAN. Volume 3

Nomor 2. penelitian ini mennggunakan subyek siswa kelas 1 SMP Negeri 19 Surabaya dengan teknik pengambilan data simple random sampling dan menunjukkan hasil ada pengaruh yang sangat signifikan antara self-efficacy dan

expectancy-value terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika.

2. Rokhyati. P.2003. Hubungan antara kemampuan mengajar guru dengan

motivasi berprestasi pada siswa SMU Negeri Prembun. Skripsi. Tidak ditertibkan.

Fakultas Psikologi UAD. Penelitian ini menngunakan subjek seluruh siswa kelas

satu SMU Negeri Prembun. Menggunakan alat ukur penelitian skala likert. Hasilnya menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan mengajar gum dengan motivasi berprestasi . dengan sumbangan koefisien korelasi sebesar 0,23. artinya makin tinggi kemampuan mengajar guru, akan diikuti dengan motivasi berprestasi yang meningkat. Begitu sebaliknya.

(23)

3. Kumara, A. 2000. Pola Interaksi Guru dan Murid ; suatu studi Kualitatif. Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi.UGM.penelitian menggunakan metode kualitatif. Menunjukkan hasil kedisiplinan gum terhadap waktu dan bagaimana ia mengendalikan suasana kelas dapat membantu siswa untuk lebih berusaha dalam belajar.

Beda penelitian ini dengan beberapa penelitian yang telah ada ialah bahwa penelitian ini mencari hubungan antara persepsi terhadap karakteristik

ideal guru terhadap self-efficacy siswa pada mata pelajaran matematika. Dengan

pembatasan masalah pada mata pelajaran matematika dengan penekanan pada segi prosesnya. Hubungan antara variabel tergantung dan bebas penelitian ini

berbeda dengan hubungan antara variabel pada penelitian yang lain, meskipun

salah satu variabelnya sama, yaitu : Self-Efficacy.

Pada penelitian yang terdahulu, permasalahan yang diangkat

cenderung pada mengapa mata pelajaran matematika menjadi suatu mata pelajaran yang menakutkan dan penelitian tersebut mengukurnya berdasarkan

hasil dari prestasi belajar yang dimiliki siswa. Pada penelitian ini, Self-efficacy

yang diukur lebih dikhususkan pada Self- efficacy siswa pada matematika saja, dan bukan pada self-efficacy yang umum.

(24)

A. Self-Efficacy Siswa pada Mata Pelajaran Matematika 1. Pengertian Self-Efficacy Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

Baron and Byrne (1994) mendefinisikan Self-Efficacy sebagai suatu bagian dari konsep diri yang diartikan sebagai suatu bentuk keyakinan akan

kemampuan dalam menjalankan suatu tugas. Self-efficacy ini muncul ketika seseorang mengamati tingkah laku model saat melakukan suatu aktivitas.

Perilaku yang diamati tersebut menyebabkan individu memperoleh suatu pengharapan yang realistik terhadap hasil dari suatu tindakan tertentu. Individu akan melakukan perilaku yang sama dengan modelnya jika perilaku yang diamati tersebut sesuai dengan harapan individu (Hall and Lindzey,1978)

Self-efficacy tidak hanya bersifat khusus pada bdgian tugas tertentu saja,

tapi juga akan berpengaruh pada tugas- tugas selanjutnya dan mempengamhi

hampir segala aspek kehidupan. Self-efficacy juga berhubi-ngan erat tidak hanya

pada exercise of control dalam suatu tindakan, tapi juga pengaturan diri akan proses, motivasi, dan afektif serta pemikiran akan tindakannya (Bandura,1997)

Keyakinan akan efikasi berfungsi sebagai faktor kunci dalam sistem

generatif dari kemampuan manusia. Oleh karena itu, orang yang berbeda dengan keahlian yang sama atau orang yang sama di bawah keadaan yang

berbeda, bisa menunjukkan keprihatinan, adekuat, atau luar biasa, tergantung

pada perubahan keyakinan mereka pada efikasi personal (Bandura,1997).

Beta dan Hacket (Bukit,2000) mengemukakan bahwa pada dasarnya

self-efficacy merupakan hasil dari proses kognitif yang berbentuk keputusan,

(25)

10

kemampuannya dalam melaksanakan tugas atau tindakan yang diperiukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan.

Untuk menimbulkan perasaan efikasi yang kuat, seseorang haruslah

merasa yakin bahwa mereka akan mampu menghasilkan suatu keberhasilan

dalam bertindak sesuai dengan tujuannya semula. Tidak cukup hanya dengan

bekerja lebih giat, bekerja lebih baik dari orang lain, atau mengerjakan tugas

yang lebih sulit (Eggen dan Kauchak,1997).

Masih menurut Eggen dan Kauchak, Self-efficacy adalah pengalaman

emosional yang positif. Dapat ditingkatkan, misalnya pada penyelesaian tugas

matematika yang sulit. Perasaan self-efficacy ini mnghasilkan keinginan untuk

bekerja lebih baik daripada yang lain dan mencoba untuk mengerjakan tugas

yang lainnya.

Menurut Schultz (1990), self-efficacy mampu mempengamhi hampir

segala aspek kehidupan kita. seseorang yang menetapkan ukuran kemampuan

yang terlalu tinggi dan hampir tidak masuk akal, karena selama ini merasa telah

behasil, tidak akan pemah puas dengan hasi! yang dicapai justru akan rentan

pada kondisi yang dapat membuatnya kecewa, lalu menyalahkan diri mereka

secara berlebihan. Beberapa perilaku tersebut akan menimbulkan depresi

berlebih, keraguan, tidak percaya diri, dan perasaan bersalah.

Baron and Byrne (1991) menyatakan self-efficacy adalah bagian dari

konsep diri dalam hal keyakinan akan kemampuannya untuk melaksanakan

tugas dan melakukan tindakan secara efektif. Self-efficacy yang tinggi akan

mengarahkan individu pada prestasi yang lebih baik.

Jadi, self-efficacy siswa pada mata pelajaran matematika adalah keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan suatu

(26)

2. Perbedaan Self Efficacy dan Outcome Expectancy

Bandura (1997) menjelaskan kedudukan masing-masing antara Outcome

Expenctancy dan Self-Efficacy.

a. Pengharapan akan hasil (outcome expectancy)

Yaitu harapan akan kemungkinan hasil dari perilaku. Harapan tersebut berdasarkan keyakinan adanya hubungan yang mengantarai kinerja tugas dengan hasil. Terwujud perkiraan kognitif tentang kemungkinan hasil yang diperoleh dan kemungkinan tercapainya tujuan melalui keberhasilan kinerja tersebut. Hasilnya berfungsi sebagai

penguatan.

b. Pengharapan efikasi (efficacy expectancy)

Yaitu harapan atas munculnya perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi individu pada kemampuan kinerjanya yang berkaitan dengan hasil. Pengharapan efikasi cenderung digeneralisasikan pada suatu tugas yang sama dan berhubungan dengan tugas sebelumnya bila seseorang mengalami kegagalan pada suatu tugas sebelumnya, maka ia cenderung memiliki self-efficacy yang rendah, begitu pula sebaliknya.

c. Nilai hasil (outcome value)

Yaitu kebermaknaan atas hasil yang diperoleh individu, nilai hasil yang sangat berarti mempengaruhi motif individu secara kuat untuk

(27)

Gambar 1

Kedudukan Self Efficacy dan Outcome Expectancy dalam Perilaku

Person —;—• Behavior —;—• Outcome

EFFICACY BELIEFS Level Strength Generality OUTCOME EXPECTANCIES Physical Social Self Evaluative 12

Skema ini menjelaskan tentang peranan antara self-efficacy dan outcome

expectancy dalam prosesnya menghasilkan suatu perilaku.

3. Dimensi Self-Efficacy Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

Pengharapan Self-Efficacy berbeda-beda pada beberapa dimensi dan mempunyai implikasi cukup penting pada kinerja tugas atau perilaku. Dimensi tersebut menurut Bandura (1997) yaitu :

a. Level, berkaitan dengan tingkat kesu'itan yang dilakukan. Tingkat efikasi seseorang pada mata pelajaran matematika biasanya akan jatuh atau meningkat pada kondisi tingkat kesulitan tertentu.

b. Generality, berkaitan dengan luas bidang tugas yang dilakukan, pengharapan efikasi individu yang satu mungkin hanya terbatas pada bidang tertentu, sementara individu yang lain meliputi beberapa bidang

tugas.

b. Strength, berkaitan dengan kemantapan atau tingkat keyakinan individu, indvidu dengan self-efficacy yang rendah akan mudah putus asa pada pengalaman-pengalaman ketidakberhasilannya, sementara individu yang memiliki self-efficacy yang kuat akan tetap berusaha meskipun menemui

(28)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-efficacy Siswa pada Mata

Pelajaran Matematika a. Sifat tugas yang dihadapi

ada sebagian situasi atau jenis tugas yang menuntut kinerja yang lebih

sulit dan berat daripada tugas yang lain. Jenis tugas tersebut

mengandung tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda-beda, aspek

kompetitif.

b. Insentif Eksternal

berupa reward yang diberikan oleh orang lain untuk merefleksikan

keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

c. Status atau peran individu dalam lingkungan. Semakin tinggi status sosial

seseorang maka semakin tinggi rasa percaya dirinya serta semakin besar

penghargaan dari orang lain. Sebaliknya, semakin rendah rasa percaya

diri maka semakin kecil penghargaan dari orang lain.

d. Informasi tentang kemampuan dirinya

Bandura (Badriyah, 2001) Self-efficacy seseorang akan meningkat atau

menurun jika ia mendapat informasi yang positif atau negatif mengenai

dirinya.

5. Sumber-sumber Informasi Self-efficacy

Bandura meyakini bahwa perkiraan akan tingkat kemampuan efikasi

(29)

14

a. Performance attainment (kemampuan memperoleh hasil yang ingin dicapai), sumber yang paling mempengaruhi efikasi adalah penilaian

akan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai suatu hasil. Pengalaman

tentang keberhasilan yang terdahulu dalam menyelesaikan tugas akan langsung berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan setelah itu. Dan

juga menguatkan keyakinan dan perasaan seseorang terhadap efikasi

yang telah dimiliki. Sedar.gkan kegagalan di waktu yang lampau akan

melemahkan keyakinan akan efikasi yang dimiliki oleh seseorang.

b. Vicarious experiences, dengan mengamati keberhasilan yang diraih oleh

orang lain, akan mampu menguatkan keyakinan seseorang akan efikasi yang dimiliki, dengan anggapan yang diyakini bahwa orang tersebut

memiliki kemampuan yang setara. ("Jika mereka bisa saya juga pasti

bisa")

c. Verbal persuasion, dengan mengatakan pada orang lain bahwa, mereka

memiliki kemampuan yang baik untuk menncapai apa yang mereka inginkan akan mampu meningkatkan self-efficacy

d. physiological arousal, mampu menilai kemampuan, keyakinan diri dengan berdasar pada kondisi yang terlihat secara fisik, semisal mampu menilai seberapa takut atau tenang diri dalam menghadapi situasi yang penuh

dengan tekanan.

6. Pengaruh Self-Efficacy pada Perilaku dan Proses Berpikir

Menurut Eggen and Kauchak (1997) self-efficacy mempengaruhi

beberapa aspek pada perilaku individu dan proses berpikirnya yany akan

(30)

Tabel 1

Pengaruh Self-Efficacy pada Perilaku dan Proses Berpikir

Orientasi tugas Semangat Ketahanan kerja Kepercayaan Perencanaan Kemampuan Siswa Self-Efficacy Tinggi

Menerima tugas yang

menantang

Bersemangat tinggi menghadapi tugas yang

sulit

Bertahan meskipun tujuannya belum tercapai

Yakin mereka akan

sukses

Mengendalikan stres dan kecemasan ketika tujuan

belum tercapai Percaya bahwa mereka

mengandalikan situasi

Self-Efficacy rendah

Menghindari tugas yang

sulit

Tidak bersemangat menghadapi tugas yang

sulit

Menyerah ketika tugas

belum selesai

Berfokus pada perasaan ketidakmampuan Mengekspresikan

kecemasan dan depresi

ketika tujuan belum

tercapai

Percaya bahwa mereka dikendalikan oleh situasi

Membuang strategi yang

Mempertahankan strateq

tidak produktif Mampu lebih baik dibandingkan siswa

dengan efikasi yang

rendah pada

kemampuan yang

setingkat

yang tidak produktif Kurang mampu lebih baik

dibandingkan siswa

dengan efikasi yang

rendah pada kemampuan yang

setingkat

B. Persepsi Terhadap Karakteristik Ideal Guru

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. (Rakhmat,1988). Persepsi dihasilkan dengan memberikan makna pada

informasi yang diterima oleh alat indera. Persepsi merupakan suatu proses

informasi yang didahului oleh proses penginderaan, namun informasi itu masih

dilanjutkan dengan diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu

(31)

16

2. Pengertian Guru

Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan guru sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariaannya) mengajar (KBBI,1994). Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Gum dianggap profesi karena pekerjaan sebagai gum memeriukan

keahlian tertentu, terikat oleh standar etis tertentu (kode etik), dijaga mutunya oleh suatu organisasi profesi (Syah, 2003).

Sebagai seorang profesional, guru hams memiliki kompetensi keguruan

yang memadai. Seorang guru dinyatakan kompeten apabila mampu menerapkan

sejumlah konsep, asas kerja, dan teknik dalam situasi kerjanya, mampu mendemonstrasikan keterampilan yang dapat menangani lingkungan kerjanya, dan dapat menata seluruh pengalamannya untuk meningkatkan efisiensi kerjanya (Purnomo,1996).

Rogers berpendapat bahwa guru dapat iuga berfungsi sebagai pembentuk sikap yang positif pada kelasnya, mampu menolong siswanya

meningkatkan motivasi mereka sendiri, dan mampu menunjukkan kualitas pribadinya baik sikap empati, hangat, dan bersahaja bagi para siswanya

Keluhan klien di biro konsultasi psikologi maupun pengalaman sebagai orang tua yang mempunyai anak usia sekolah, yang menyangkut efektivitas guru

dalam mengajar anak-anak dimasa sekarang ini, keluhan tersebut antara lain menyangkut tidak berimbangnya bobot kognitif pelajaran dengan bobot afektif dan konatif kurikulum disekolah (Kumara,1993)

Kemampuan untuk belajar secara efektif adalah penting untuk

kesuksesan siswa di sekolah. Beberapa murid yang mampu pada semua tingkat

(32)

karena penumnan kemampuan, Tetapi karena mereka tidak memiliki keahlian

belajar yang adekuat. Kemampuan belajar yang baik menguntungkan siswa

untuk melatih kemampuan akademis mereka (Ayers and Gray,2003)

Dengan kata lain, menurut Eckman (Kumara,1993) komunikasi yang baik

antara pendidik dan anak didik periu ditingkatkan agar proses kegiatan

bela.iar-mengajar dapat mencapai hasil yang maksimal. Adapun yang d.maksud dengan

komunikasi yang baik tidak hanya menyangkut komunikasi secara verbal, akan

tetapi juga komunikasi secara non verbal. Yang keduanya mempunyai peranan

yang penting dalam hubungan guru dan murid.

Haven (Kumara,2000) menjelaskan adanya tujuh tugas spesifik seorang

gum dalam proses belajar mengajar sebagai berikut ;

a. Sebagai model berbahasa yang bagus

Anak tidak akan memperoleh ketrampilan berbahasa jika tidak oernah

menemukan ketrampilan tersebut. Oleh karena itu, cara penyampaian

seorang gum menjadi model yang bagus adalah penting bagi perkembangan

ketrampilan bahasa anak, dengan jangkauan berbahasa yang sangat luas

dan personal, maka ketrampilan berbahasa anak akan cepat meningkat.

b. Menyediakan stimulasi berbahasa, bahasa berkembang mela'ui interaksi

dengan stimulasi dari lingkungan.

c. Mendorong perkembangan kemampuan berbahasa yang sesuai

d. Strategi pengajaran bahasa yang efektif

e. Menyediakan kesempatan yang maksimal bagi anak untuk menggunakan

bahasa

f. Berkreasi untuk ketrampilan berbahasa yang diperiukan

(33)

3. Kompetensi guru

Pekerjaan sebagai guru adalah sebuah profesi. Maka seorang guru dituntut pula memiliki kompetensi. Pengertian kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Adapun kompetensi guru menurut Barlow (Syah,2003) adalah

kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan

kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Kompetensi seorang guru ditandai dengan beberapa diagnosa, rediagnosa, dan penyesuaian yang terus menerus. Disamping kecermatan dalam

menentukan sikap dalam mengajar, guru hams juga sabar, ulet, dan "telaten" serta tanggap terhadap setiap kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan

membuahkan suatu hasil yang memuaskan (Suryobroto,1986).

Jadi, kompetensi guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan

kewenangan guru (piawai) dalam melaksanakan kewajibannya dan profesi

keguruannya.

Aspek utama kecakapan dan pengetahuan dasar guru menurut

Sardiman (Suryobroto,1986):

a. Guru harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaanya

b. Gum harus mengenal diri siswanya.

c. Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.

d. Gum harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan. e. Guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang

diajarkan.

Lebih lanjut, dalam menjalankan profesinya sebagai seorang guru, menurut Syah (2003), gum dituntut berkompetensi yang bersifat psikologis, yang

(34)

1. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) 2. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa) 3. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)

Seorang guru dikatakan kompeten bila; mampu menerapkan sejumlah konsep, asas kerja, dan teknik dalam situasi kerjanya; mampu mendemonstrasikan ketrampilannya yang dapat mengatasi lingkungan kerjanya dan dapat menata selumh pengalamannya untuk meningkatkan efisiensi kerjanya (Purnomo,1996)

Wijaya (Hidayat, 2002) berpendapat bahwa indikator gum dinilai mampu

secara profesional apabila :

1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan

sebaik-baiknya

2. Guru mcimpu melaksanakan peranannya secara berhasil.

3. Gum mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di

sekolah.

4. Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar

di kelas.

Masih menurut Purnomo (1996), kompetensi guru meliputi: kompetensi personal yang berkaitan dengan kematangan kepribadian guru yang bersangkkutan, kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan kompetensi "profesional" yang erat kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Ketiga kemampuan dasar tersebut menyatu dan tampak dalam pelaksanaan mengajar oleh gum di kelas.

(35)

20

4. kepribadian dan karakteristik guru

Kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatan yang membedakan dirinya dari yang lain. Mc Leod mengartikan

kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan

identitas (Syah,2003). Oleh sebab itu, karakteristik adalah ciri khas/sifat-sifat

khas seseorang yang juga merupakan bagian dari diri pribadi seseorang dan

sama artinya dengan kepribadian secara harfiah.

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian adalah kesatuan antara aspek

perilaku mental (pikiran,perasaan dan sebagainya) dengan aspek perilaku

behavioral (tindakan nyata). Kedua aspek ini berkaitan secara fungsional dalam

diri seseorang dan menghasilkan tingkah laku yang khas dan bersifat menetap.

Ciri-ciri khas kepribadian seseorang, untuk sebagian, nampak dalam

cara dia melakukan pekerjaannya. Winkel (2003) menjabarkan kepribadian guru

mencakup :

1. Penghayatan nilai-nilai kehidupan (values)

Sebagai manusia, guru berpegang pada nilai-nilai tertentu, yang akan

menampakkan diri dalam pembicaraan dan tingkah laku di depan kelas,

misalnya tanggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih

payah sendiri, kerelaan membantu sesama dan pengorbanan diri, penghargaan terhadap jenis kelamin sendiri maupun sendiri, dan lain sebagainya.

2. Motivasi kerja

Apakah seorang guru bekerja terutama untuk mendapatkan penghasilan

(36)

bagi perkembangan siswanya, pasti akan mewamai tingkah laku gum itu, entah hal itu disadari atau tidak. Semua ini menyampaikan pesan pada siswa, apakah kepentingan mereka menjadi prioritas ataukah kepentingan

guru sendiri.

3. Sifat dan sikap.

Seperti yang telah banyak penelitian tentang "guru yang ideal", yaitu ciri-ciri kepribadian bagaimanakah yang harus dimiliki seseorang, supaya menjadi

guru yang baik. Penelitian ini menghasilkan beberapa ciri, seperti

keluwesan dalam pergaulan, suka humor, kemampuan untuk menyelami alam pikiran dan perasaan anak, kepekaan terhadap tuntutan keadilan,

kemampuan untuk mengadakan organisasi, kreativitas dan rela membantu.

Kepribadian adalah faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan seorang gum sebagai pengembang sumber daya manusia (Syah,2003)

Daradjat menegaskan ;

" kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih

kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah)."

Oleh sebab itu, baik calon guru maupun guru yang profesional sangat diharapkan untuk menyadari dan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas)

kepribadian dirinya yang diperiukan sebagai anutan bagi siswanya.

Kenyataan yang ada saat ini ialah bahwa tidak semua gum mampu membawakan karakteristik ideal dalam mengajar, bahkan cenderung berbeda

satu sama lain. Ada pula guru yang menunjukkan karakteristik yang berlawanan

dari karakteristik ideal. Dan ini merupakan gejala dasar dari perilaku guru di

(37)

22

1.

Bersahabat, pengertian, berlawanan dengan menyendiri, egosentris, dan

membatasi

2.

Bertanggung jawab, suka bemnding, sistematis berlawanan dengan

penghindar, tidak terencana,

3. Peka, imajinatif, bersemangat, berlawanan dengan tumpul, rutin.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru oleh

Syah (2003) meliputi; 1. Fleksibilitas kognitif

Merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara

simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada

umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.

Terdiri dari tiga dimensi, yaitu :

a. Dimensi karakteristik pribadi guru

b. Dimensi sikap kognitif gum terhadap siswa

c. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode

mengajar.

2. Keterbukaan psikologis pribadi guru

Gum yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan

kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor

ekstem, antara lain siswa, rekan kerja, dan lingkungan kerjanya.

Keterbukaan psikologis tersebut penting karena guru hams mampu

memahami pikiran orang lain, diperiukan untuk menciptakan suasana guru

dengan siswanya yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk

(38)

5. Karakteristik Ideal Guru

Peranan guru sebagai penghubung antara pengetahuan dan ketrampilan dengan siswa yang membutuhkan sangat berpengaruh terhadap hasil kegiatan mengajar. Maka diperiukan suatu rumusan karakteristik guru yang mampu menjadi penghubung antar pengetahuan dengan ketrampilan siswa. Karakteristik tersebut menurut Syah (2003):

1. Karakteristik intelektual gum yang meliputi : potential ability (kapasitas

ranah cipta bawaan) dan actual ability (kemampuan ranah cipta nyata)

2. Kecakapan ranah karsa gum, seperti: kefasihan bicara, kecermatan

menulis dan memperagakan ketrampilan lainnya.

3. Karakteristik ranah rasa guru, seperti; tingkat minat, keadaan emosi, sikap

terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri.

4. Usia guru berhubungan dengan bidang tugas yang diemban.

Misalnya: pengajaran yang berorientasi pada penanaman budi pekerti akan

lebih cocok bila dilakukan oleh gum yang relatif lebih tua dari gum-guru lainnya.

5. Jenis kelamin guru.

Hal ini berkaitan dengan bidang tugas yang diembannya. Misalnya:

pengajaran bahasa dan kesenian akan lebih pas jika dilakukan oleh wanita, walaupun sebenarnya tidak mutlak.

6. Kelas sosial guru.

Hal ini berhubungan dengan minat dan sikap guru terutama terhadap profesinya. Guru yang berasal dari strata social menengah ke bawah relatif lebih positif dan bangga menjadi guru dibandingkan guru yang berasal dari

(39)

24

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Smith tahun 1953

(Hamalik,1992) terhadap 12.000 anak dan remaja tentang "The teacher who

helped me most' memperlihatkan 12 sikap yang paling disukai dari gum adalah :

1.

Bekerjasama, sikap demokratis. Yaitu suka mengerjakan sesuatu tugas

bersama-sama dan tidak menekan siswanya

2.

Baik hati dan memperhatikan siswanya satu per Satu. Menyediakan waktu

menamh perhatian pada siswa-siswanya

3. Sabar. Bahwa guru tidak mudan marah.

4.

Pengetahuan luas. Bahwa gum mampu menjelaskan sesuatu dengan

contoh-contoh yang mudali dimengerti siswa. 5. Menampakkan kepribadian dan sopan.

6.

Add dan tidak memihak. Bahwa guru tidak "pilih kasih" dan obyektif dalam

menyelesaikan masalah.

7.

Memiliki rasa humor. Bahwa guru mampu membuat suasana kelas santai

dan tidak tegang.

8.

Bisa menempatkan diri dan konsisten. Sikap guru tidak mudah berubah dan

mampu memahami keadaan sekitar.

9. Tertarik dengan permasalahan siswa

10. Fleksibel. Bahwa gum mampu menempatkan diri sosuai keadaan.

11. Menggunakan penalaran dan harga diri 12. Keahlian dalam mengajarkan subjek tertentu.

Sifat-sifat atau karakteristik guru yang disenangi para siswa menurut Oemar

Hamalik (2002) adalah :

1.

Demokratis. Bahwa guru tidak memaksakan kehendaknya dan tidak juga

membiarkan keinginan siswa semaunya.

(40)

2. Suka bekerjasama. Bahwa guru menyukai menyelesaikan permasalahan

secara bersama-sama.

3. Baik hati. Bahwa guru tidak memiliki watak yang jahat.

4. Sabar. Bahwa guru mampu mengendaliksn emosinya. 5. Adil. Bahwa keputusan guru tidak berat sebelah. 6. Konsisten. Tingkah laku gum tidak berubah-ubah. 7. Bersifat terbuka.membicarakan sesuatu apa adanya.

8. Suka menolong. Gemar untuk memberikan pertolongan bagi siswa yang

membutuhkan.

9. Ramah tarnah. Berperilaku sopan dan menjadi teladan bagi siswanya

10. Suka humor.

11. Memiliki bermacam ragam minat 12. Menguasai bahan pelajaran

13. Fleksibel. Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.

14. Menaruh minat yang baik pada siswa.

Maka dari itu, kita bisa melihat lebih jelas hubungan antara karakteristik guru (baik itu personal maupun profesional) dan suasana belajar-mengajar yang

lancaryang dibuktikan dengan prestasi siswa (Elliott, 1996).

Jadi, telah dijabarkan bahwa persepsi terhadap karakteristik ideal guru

adalah anggapan dan penilaian siswa terhadap ciri khas ataupun sikap yang dimiliki gurunya yang cendemng bersifat menetap ketika mengajar dan

mempengaruhi sikap dan minat siswa itu sendiri dalam belajar.

Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa berdasarkan telaah teoritis

maupun penelitian yang telah ada dapat mendukung peneliti untuk mengungkap karakteristik ideal gum mencakup hal-hal yang menyenangkan akan disukai oleh

(41)

26

para siswanya sehingga dapat membuat siswa tersebut nantinya memiliki tingkat

self-efficacy yang cukup baik dan menciptakan suasana belajar yang baik. Begitu

pula sebaliknya, karakteristik guru yang seperti apa yang tidak ideal yang tidak

disukai oleh para siswa yang mungkin dapat membuat kegiatan belajar mengajar

berjalan dengan baik.

C. Persepsi terhadap Karakteristik Ideal Guru dan Self-Efficacy Siswa pada

Mata Pelajaran Matematika

Keyakinan tentang kemampuannya untuk melaksanakan suatu tugas

yang berkenaan dengan penyelesaian soal matematika bergantung kepada dua

hal, yaitu perkiraan tentang tingkat kesukaran tugas dan perkiraan tentang

kecakapan individu untuk berhadapan dengan tugas tersebut. Self-efficacy

terbukti sangat relevan dalam setting yang melibatkan penyelesaian tugas-tugas

akademik dan tugas fisik. Self-efficacy dapat menghasilkan kinerja yang lebih

baik, dan hubungannya independen terhadap kecakapan seseorang (Baron dan

Byrne, 1994).

Self-efficacy mempengaruhi pilihan akan aktivitas dan situasi: seseorang

akan menghindari situasi yang dia takuti dan akan mengurangi kemampuannya,

tapi secara meyakinkan menampakkan aktifitas yang dia pikir dapat dia tangani.

Self-efficacy juga mempengamhi kualitas perilaku dan ketahanan seseorang

terhadap tugas yang sulit (Elliott, 2003) Situasi yang ditakuti dapat dipengaruhi oleh kondisi yang sedang di hadapi. Dalam bidang pendidikan, situasi yang ditakuti dipengaruhi oleh misalnya: persepsi tentang penampilan dan sikap

(42)

memahami mata pelajaran yang diberikan, dalam penelitian ini adalah

matematika.

Gordon mengatakan kemampuan komunikasi anak didik yang baik atau buruk tergantung pada bagaimana anak didik diperiakukan oleh gum mereka

(Kumara,1993). Bagaimana anak didik diperiakukan oleh guru mereka misalnya :

karena guru mengajar dengan sabar, baik hati, adil, fleksibel dan menamh minat yang baik pada siswanya, maka siswa akan mempunyai persepsi yang positif dan perasaan yang nyaman dalam menghadapi tugas, menjadikannya untuk

berani mencoba dan berusaha belajar lebih giat karena menyenangi pelajaran

tersebut, sehingga keyakinan akan kemampuan dirinya untuk melaksanakan

suatu tugas akan bergerak ke arah positif. Dukungan oleh guru berupa pemyataan maupun dukungan verbal yang juga mempakan salah satu bagian

karakteristik ideal yang dimiliki guru akan mampu membuat siswa termotivasi

dan pada akhirnya menimbulkan efikasi diri yang lebih baik dalam

menyelesaikan lugas matematika.

Perlakuan guru terhadap murid yang bersifat negatif adalah sebagai

berikut : Suasana kelas yang tegang akibat sikap dan tindakan guru yang

otoriter, suka mencela, dan tidak mau mengerti akan keadaan siswa, akan

berlainan pengaruhnya terhadap para siswa dibandingkan dengan suasana dimana gum dapat menciptakan iklim belajar mengajar yang hangat, demokratis, dan mengerti serta menghargai pendapat para siswanya (Hamalik, 2002).

Perlakuan dari guru yang positif dan diharapkan oleh para siswa menurut penelitian tentang kualitas kepribadian guru yang telah dilakukan oleh Erdie,

Murray dan Ruston (dalam Kumara.1993), terlihat bahwa guru-gum yang ramah, suka akan perubahan (luwes), pintar menarik perhatian murid, rapi dalam

(43)

28

bertugas, cerdas, tidak kuno, mempunyai kemampuan memimpin, dan bersifat

terbuka adalah guru yang sukses. Hubungan antara masing-masing aspek

karakeristik guru dan self-efficacy antara lain berdasarkan tingkat kesulitan tugas

yang dialami siswa, guru yang memiliki pengetahuan luas, menguasai bahan

pelajaran, suka menolong, baik hati dan memperhatikan siswanya satu per satu

akan mampu menjelaskan secara sederhana, dan dapat dimengerti oleh siswa

yang bersangkutan.

Guru yang menaruh minat pada siswa akan berusaha meningkatkan

motivasinya sehingga pengharapan siswa tidak hanya pada mata pelajaran

matematika saja, tapi diharapkan dapat meluas ke bidang pelajaran yang lain.

Gum yang konsisten dan mampu menyesuaikan keadaan siswanya dan

pintar mengarahkan siswanya akan mampu meyakinkan siswanya untuk tidak

cepat putus asa dan meyakini akan kemampuan matematika yang dimilikinya.

Hal ini berkaitan pula oleh dukungan verbal oleh gurunya, dan bagaimana

sikap siswa agar tidak cemas dan tetap tenang dalam menyelesaikan tugas

matematika serta hasil pengamatan dia terhadap keberhasilan temannya,

sehingga dia merasa yakin akan mampu berhasil seperti temannya tadi.

Dapat disimpulkan

bahwa

hubungan antara persepsi terhadap

karakteristik gum dengan self-efficacy siswa adalah situasi yang dirasakan oleh

siswa berkaitan dengan karakteristik ideal yang melekat pada gurunya akan

menimbulkan perasaan nyaman dan positif dalam belajar, sehingga self-efficacy

yang dimiliki siswa menjadi membaik. Begitupun sebaliknya, jika karakteristik

gum yang melekat tidak ideal dan tidak diharapkan oleh siswa, mereka menjadi

tidak menyukai dan tidak mencoba untuk berusaha lebih giat Sehingga

(44)

D. Hipotesis

Ada hubungan antara persepsi terhadap karakteristik ideal guru dan

self-efficacy siswa pada mala pelajaran matematika. dimana siswa yang

mempersepsi dididik oleh guru dengan karakteristik mengajar yang baik dan menyenangkan akan memiliki pengharapan dan self-efficacy yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika yang diberikan guru kepadanya.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas: persepsi terhadap karakteristik ideal guru

2. Variabel tergantung: self-efficacy siswa pada mata pelajaran matematika

B. Definisi Operasional

1. Self-efficacy Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya

dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas matematika yang

dibebankan kepadanya. Sesuai dengan harapan dan keinginannya untuk

mencapai suatu hasil yang terencana. Keyakinan seorang siswa akan

kemampuannya dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas

matematika yang diberikan oleh gurunya.

Aspek Self-Efficacy menurut Bandura antara lain:

1. levelatau tingkat kesulitan tugas 2. generality atau luas bidang tugas

3. strength atau tingkat keyakinan individu

Self-Efficacy siswa diketahui dengan skor yang diperoleh setelah mengisi

skala Efficacy. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi

Self-Effficacy Semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah Self-Efficacy.

(46)

2. Persepsi terhadap karakteristik ideal guru

Persepsi terhadap karakteristik ideal guru adalah anggapan dan

penilaian siswa terhadap ciri khas ataupun sikap yang dimiliki guru matematikanya yang cenderung bersifat menetap ketika mengajar dan mempengamhi sikap dan minat siswa itu sendiri dalam belajar.

Indikator dari karakteristik ideal guru menggunakan teori menurut

Hamalik. Antara lain:

1. Demokratis. Bahwa guru tidak memaksakan kehendaknya dan tidak juga

membiarkan keinginan siswa semaunya.

2. Suka bekerjasama. Bahwa gum menyukai menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama.

3. Baik hati. Bahwa guru tidak memiliki watak yang jahat.

4. Sabar. Bahwa guru mampu mengendalikan emosinya. 5. Adil. Bahwa keputusan guru tidak berat sebelah. 6. Konsisten. Tingkah laku gum tidak berubah-ubah. 7. Bersifat ierbuka.membicarakan sesuatu apa adanya.

8. Suka menolong. Gemar uniuk memberikan pertolongan bagi siswa yang

membutuhkan.

9. Ramah tamah. Berperilaku sopan dan menjadi teladan bagi siswanya

10. Suka humor.

11. Memiliki bermacam ragam minat 12. Menguasai bahan pelajaran

13. Fleksibel. Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.

(47)

32

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa laki-laki dan perempuan yang duduK di

kelas satu dan dua sekolah menengah umum, dan berusia antara 15-17 tahun,

pada SMA Negeri 5 Yogyakarta,.

Alasan pemilihan subjek adalah karena pelajaran matematika pada kelas

satu dan kelas dua masih berlaku untuk umum.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini meggunakan

metode angket, yaitu sejumlah pertanyaan / pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden. Alasan yang menjadi pegangan

dalam menggunakan metode angket yaitu, karena subyek adalah orang yang

paling tahu tentang keadaan dirinya dan apa yang dinyatakannya dapat

dipercaya. Interpretasi subjek tentang pemyataan yang telah dibuat akan sama

dengan yang dimaksud oleh peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan skala agar praktis dan hemat, karena mampu mengumpulkan data

yang relatif banyak dalam waktu relatif singkat dua skala tersebut sebagai

berikut:

1. Skala self-efficacy

Skala self-efficacy digunakan untuk mengetahui tingkat self-efficacy siswa

pada mata pelajaran matematika. Self-efficacy ini terdiri dari beberapa aspek

yaitu :

1. tingkat kesulitan tugas 2. luas bidang tugas

(48)

3. kemantapan/tingkat keyakinan individu. Pada setiap skala terdapat empat

pilihan jawaban dan setiap pilihan jawaban mencerminkan taraf self-efficacy

dari subjek.

Tabel 2

Distribusi Butir Skala II (Self-Efficacy) Sebelum Uji coba

No. Aspek

Butir

Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah 1. Level 1,9,16,19,25,31 6 4,10,15,24,26,33 6 2. 3. Generality Strength 2,7,17,21,27,32 3,11,18,23,29,35 6 6 5,8,14,20,28,34 6,12,13,22,30,36 6 6 E. TOTAL 18 18

Skala self-efficacy yang digunakan dengan memperhatikan teori serta

kerangka berpikir yang ada untuk mengungkap tingkat self-efficacy siswa

berdasarkan mmusan yang telah dibuat oleh Bandura. Dengan metode skala

Likert, Cara penilaian skala ini, untuk tiap aitem disediakan lima alternatif

jawaban yaitu;

Selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), tidak pernah (TP). Setiap alternatif

jawaban menggambarkan tingkat kesesuaian sikap yang dirasakan oleh subjek.

Penilaian setiap alternatif jawaban bergerak dari 1 sampai 4. Pada aitem

favourable, nilai 4 diberikan untuk jawaban selalu dan nilai 1 untuk jawaban tidak

pernah. Pada aitem unfavourable, nilai 4 diberikan untuk jawaban tidak pernah,

dan nilai 1 untuk jawaban selalu.

(49)

34

2. Skala persepsi terhadap karakteristik ideal guru

Skala persepsi terhadap karakteristik guru digunakan untuk mengetahui

tinggi rendahnya tingkat persepsi tentang karakteristik guru. Adapun aspek yang

dijadikan alat ukur menurut Hamalik (1992) adalah :

1. Demokratis. Bahwa guru tidak memaksakan kehendaknya dan tidak juga membiarkan keinginan siswa semaunya.

2. Suka bekerjasama. Bahwa gum menyukai menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama.

3. Baik hati. Bahwa gum tidak memiliki watak yang jahat. 4. Sabar. Bahwa guru mampu mengendalikan emosinya.

5. Adil. Bahwa keputusan guru tidak berat sebelah. 6. Konsisten. Tingkah laku gum tidak berubah-ubah.

7. Bersifat terbuka.membicarakan sesuatu apa adanya.

8. Suka menolong. Gemar untuk memberikan pertolongan bagi siswa yang

membutuhkan.

9. Ramah tamah. Berperilaku sopan dan menjadi teladan bagi siswanya

10. Suka humor.

11. Memiliki bermacam ragam minat 12. Menguasai bahan pelajaran

13. Fleksibel. Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. 14. Menaruh minat yang baik pada siswa.

(50)

Tabel 3

Distribusi Butir Skala I (Karakteristik Ideal Guru) Sebelum Uji Coba

No. Aspek 1. Demokratis 2. Suka bekerjasama 3. Baik Hati 4. Sabar 5. Adil 6. Konsisten 7. Bersifat terbuka 8. Suka menolong 9. Ramah tamah 10. Suka humor ,, Memiliki beragam macam minat , ~ Menguasai bahan pelajaran 13. Fleksibel

, . Menaruh minat yang baik pada siswa

TOTAL Butir Favorable Jml Unfavorable Jml 1,29 2 15,43 2 2,30 2 16,44 2 17,31 2 3,46 2 18,45 2 4,32 2 5,47 2 19,33 2 6,48 2 20,34 2 21,35 2 7,49 2 22,36 2 8,52 2 9,37 2 23,53 2 10,50 2 24,38 2 25,51 2 11,39 2 26,54 2 12,40 2 13,41 2 27,55 2 14,42 2 28,56 2 28 28

Skala Karakteristik Ideal Guru ini disusun menggunakan model skala

Likert yang terdiri atas lima alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian setiap alternatif

jawaban bergerak dari 1 sampai 4. Pada aitem favourable, nilai 4 diberikan untuk

jawaban sangat setuju dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Pada aitem

unfavourable, nilai 4 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju, dab nilai 1 untuk jawaban sangat setuju.

(51)

36

E. Validitas Dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur. Suatu

tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukumya, atau memberikan hasil ukur,

yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1996).

Konsep dari reliabilitas itu sendiri adalah sejauh mana konsistensi hasil

perhitungan atau kepercayaan alat ukur.

Validitas skala diukur dengan validitas isi yang menggunakan pendekatan

konsistensi internal, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total.

Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari

Pearson (Azwar, 1999).

Reliabilitas skala diuji dengan menggunakan teknik Alpha., sebelum

dilakukan pengambilan data, dilakukan try out tehadap alat ukur penelitian. Hasil

try out kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah diperoleh validitas dan

reliabilitasnya, alat ukur tadi dapat digunakan dalam penelitian yang sebenamya

untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

F. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik melalui

komputer dengan menggunakan program SPSS 70.0 for Windows dan untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara persepsi siswa terhadap karakteristik

ideal gum dan self-efficacy pada mata pelajaran matematika digunakan teknik

(52)

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah

Penelitian ini menggunakan siswa dan siswi SMA Negeri 5 Jogjakarta

kelas 1 sebagai subjek penelitian. Alasan dipilihnya sekolah ini sebagai lokasi

penelitian karena beberapa pertimbangan antara lain subjek penelitian reiatif

mudah didapat dan dijangkau oleh peneliti serta pihak sekolah yang sangat bekerjasama dalam proses pengambilan data.. Di sekolah tersebut telah

diterapkan Sistem Berbasis Kompetensi. Selumh siswa pada sekolah tersebut

diwajibkan untuk mentaati dan melaksanakan peraturan-peraturan yang

diterapkan oleh pihak sekolah semisal menjalani intensifikasi pelajaran setiap

menjelang dan selesai ujian semester. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka

penulis dapat mewujudkan rencana untuk melakukan penelitian ini.

2. Persiapan Penelitian

Pelaksanaan uji coba dan penelitian ini didahului dengan perizinan. Surat

perizinan dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi, dan selanjutnya surat izin penelitian ini dipergunakan untuk melakukan penelitian di sekolah yang dimaksud.

Penyusunan skala dibuat oleh penulis sendiri berdasarkan teDri dari

Hamalik (1992) yang menjelaskan indikator karakteristik ideal guru. Skala I mempunyai 56 butir pemyataan yang terdiri dari 4 butir pada setiap aspek. Penulis juga menyusun skala yang mengukur Self-Efficacy berdasarkan teori dari

Gambar

Grafik Normal P-?lot

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur pertama kali penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur pertama sekali penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji dan syukur pertama sekali penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

“Puji dan syukur pertama sekali penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas Nikmat serta Karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat, karunia dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas Nikmat serta Karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat, karunia dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi