• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

8

STRATEGI PEMASARAN TAHU

DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh : Dwi Eka Putri

H 0306052

Oleh :

DWI EKA PUTRI

H 0306052

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

STRATEGI PEMASARAN TAHU

DI KOTA SURAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : Dwi Eka Putri

H 0306052

Oleh :

DWI EKA PUTRI

H 0306052

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

STRATEGI PEMASARAN TAHU

DI KOTA SURAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh : DWI EKA PUTRI

H 0306052

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 26 Juli 2010

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Dr. Ir. Mohd.Harisudin, MSi NIP. 196710121993021001

R .Kunto Adi. S.P, M.P NIP. 19731017 2003121 002

Erlyna Wida R., S.P,M.P NIP. 197807082003122001

Surakarta, 29 Juli 2010

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih anugerah, rahmat, karunia, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dr. Ir. Mohamad Harisudin, MSi selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP, selaku dosen penguji tamu skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

(5)

8. Bapak/Ibu staf administrasi Jurusan/Program Studi Sosek Pertanian/Agrobisnis yakni Mbak Ira dan Bapak Syamsuri, yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini

9. Kesbangpolinmas Kota Surakarta, Bappeda Kota Surakarta, BPS Kota Surakarta, Disperindag Kota Surakarta yang telah memberi izin Penulis melakukan penelitian dan memberikan bantuannya dalam penelitian.

10. Bapak/Ibu, Saudara dan saudari yang berkenan menjadi responden dalam penelitian ini dan membantu selama proses penelitian.

11.Orangtuaku Bapak Adolf Jolly Siahaan yang sekarang sedang bersamaNYA, Mama Estirawaty Siregar, kakak Susan Esther Madelina Siahaan dan adik Yuli Mega Anggraeni Siahaan, terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah putus, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Andreas Tanizar Purba, terima kasih atas support, motivasi, saran, dukungan doa dan semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis sejak awal pekuliahan.

13.Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan, yang telah kita lalui selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini merupakan kenangan terindah dan kisah klasik untuk masa depan kita.

14.Teman-temanku terkasih, Kokondao, Dwi Putri Bonsai, Danang Tri, terima kasih atas semangat dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini serta Mbak Cebret, Mbak Pandan, Mbak Aya, Adik Gulan, Mas Panji, Mas Toto, terimakasih untuk persaudaraan kita.

15.Teman-teman Heloween Kos : mbak Ayi, mbak Shanti, mbak Khendi, Desi, Melinda, Sun, Dina, Etik, Sol, Ria, Dani, Nela, Endah, Siska, Resaresi dan NHKBP Solo : kak ket, kak ana, kak sila, kak ririn, kak icha, bang Elias, bang Robin, pipi, geby, welly, aris, andre, jere, erwin, yang sudah menjadi keluarga kedua bagiku selama berada di kota Surakarta.

(6)

17.Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

RINGKASAN... xiii

SUMARRY... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Pustaka ... 9

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 20

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 24

E. Pembatasan Masalah ... 25

III.METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode Dasar Penelitian ... 27

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 27

C. Metode Penentuan Responden ... 28

D. Jenis dan Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Metode Analisis Data ... 31

IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN... 35

A. Keadaan Geografis ... 35

B. Keadaan Penduduk ... 36

C. Keadaan Perekonomian ... 41

D. Keadaan Sektor Pertanian ... 41

(8)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Karakteristik Responden Industri Tahu ... 43

B. Visi, Misi & Tujuan Sentra Industri Tahu ... 46

C. Perumusan Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta ... 46

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal... 46

2. Identifikasi FaktorKekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 57

3. Alternatif Strategi ... 70

4. Prioritas Strategi ... 75

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kandungan Gizi Tempe, Tahu, dan Kecap Per 100 Gram

Bahan………... 1 2. Jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan dan Jumlah Unit

Usaha di Kota Surakarta Tahun 2008... 2 3. Volume Produksi dan Wilayah Pemasaran Usaha Berbahan

Baku Kedelai Secara Kumulatif Kota Surakarta Tahun

2008... 3 4. Komposisi Kimia Biji Kedelai Kering per 100

gram... 10 5. Jumlah Usaha, Tenaga Kerja dan Kapasitas Produksi Industri

Tahu di Kota Surakarta Tahun 2008... 28

6. Matriks SWOT ………... 32

Kelamin Tahun 2008... 38 11. Banyaknya Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota

Surakarta Tahun 2008... 39 12. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota

Surakarta Tahun 2008... 40 13. Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar Di Kota Surakarta... 41 14. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000

menurut Sektor Pertanian Kota Surakarta Tahun 2007 – 2008

(dalam Jutaan Rupiah) 41

15. Banyaknya kelompok usaha dan jumlah unit usaha di Kota

Surakarta pada tahun 2008... 42 16. Jumlah dan Persentase Responden Pengusaha Tahu

Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Surakarta... 43 17. Jumlah dan Persentase Responden Pengusaha Tahu

Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta... 43 18. Jumlah dan Rata-rata Responden Pemasok Bahan Baku

Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman

(10)

19. Jumlah dan Rata-rata Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman

sebagai Pedagang di Kota Surakarta... 45 20. Jumlah dan Rata-rata Responden Konsumen Berdasarkan

Umur, Pendidikan dan Lama Mengkonsumsi Tahu di Kota

Surakarta... 46 21. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Ancaman dalam Pemasaran Tahu di Kota Surakarta... 58 22. Matriks SWOT Pemasaran Tahu di Kota Surakarta... 71 23. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Identitas Responden ... 88

2. Identitas Responden Pengusaha ... 89

3. Identitas Resonden Pedagang Pengecer ... 89

4. Identitas Responden Pemasok... 90

5. Identitas Responden Konsumen ... 90

6. Identitas Responden Pemerintah ... 90

7. Identitas Responden Pesaing... 90

8. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan Bobot ... 91

9. Konversi Bobot Internal ... 93

10. Konversi Bobot Eksternal ... 94

11. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS Strategi 1 .... 95

12. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS Strategi 2 .... 97

13. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS Strategi 3 .... 99

14. QSPM ... 101

15. Dokumentasi Penelitian... 102

16. Peta Kota Surakarta... 104

17. Quesioner Penelitian ... 105

(13)

RINGKASAN

Dwi Eka Putri, H0306052. 2010. “Strategi Pemasaran Tahu Di Kota Surakarta”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. dan R. Kunto Adi, S.P., M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja), yaitu di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang merupakan sentra industri tahu di Kota Surakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pemasaran tahu, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran tahu, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pemasaran tahu.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah pengalaman usaha di bidang industri tahu, hubungan yang baik antar pengusaha, saluran distribusi yang pendek, kualitas produk tahu baik, kontinuitas produksi terjamin. Faktor yang menjadi kelemahan adalah modal usaha terbatas, tingkat pendidikan yang masih rendah, tidak adanya keragaman produk, promosi terbatas, pengelolaan kurang higienis, belum melaksanakan pengawasan dan evaluasi secara baik, limbah belum dikelola secara optimal. Faktor yang menjadi peluang adalah adanya perhatian dari pemerintah, adanya kepercayaan dari konsumen, kontinuitas bahan baku terjamin, pedagang membantu memperluas pemasaran, perkembangan teknologi pengolahan pangan. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah implementasi kebijakan/peraturan rendah, proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari Dinas Koperasi, adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu antar industri tahu, adanya fluktuasi harga bahan baku. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta yaitu: mempertahankan kualitas produk dengan pemanfaatan perkembangan teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen; membentuk asosiasi/serikat pengusaha tahu guna menjaga bargaining position kepada pemasok; meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner; peningkatan kualitas SDM melalui program-program dari pemerintah; meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing; meningkatkan efisiensi pemasaran dengan menjalin kemitraan; penggunaan SOP secara sederhana guna keefektifan dan efissien; peningkatan jejaring permodalan dan promosi melalui kemasan produk serta peningkatan SDM. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner.

(14)

SUMARRY

Dwi Eka Putri, H0306052. 2010. “Marketing Strategy of Tofu In Surakarta City”. Faculty of Agriculture Sebelas Maret University. Under the guidance by Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. and R. Kunto Adi, S.P., M.P.

This study aimed are identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the marketing of tofu in Surakarta, propose an alternative strategy that can be applied in marketing of tofu in Surakarta and determine the priority strategies that can be applied in marketing of tofu in Surakarta.

The basic method of this research uses descriptive analytical method. The method to determine the location of research conducted on a purposive sampling, which is in District Jebres Surakarta as the center of tofu’s industry in Surakarta. Data used in this study are primary and secondary data. Data analysis methods used are (1) SWOT analysis to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the marketing strategy of tofu, (2) SWOT matrix is used to formulate alternatives marketing strategy of tofu, and (3) QSP matrix to determine the priority of the marketing strategy known.

Based the results showed that internal factors into the marketing power of marketing of tofu in Surakarta are business experience in the industry knows, good relationships between employers, short distribution channels, product quality and know well, ensured the continuity of production. Factors of tofu marketing weaknesses in Surakarta are venture capital limited, low education levels, lack of product variety, limited promotion, management of less hygienic, not to implement the principles of modern management, waste not managed optimally. Factors that became the tofu of marketing opportunities in Surakarta are the attention of the government, the trust of consumers, ensure continuity of raw materials, traders helping to expand their market, the development of food processing technology. Factors that pose a threat of marketing of tofu in Surakarta are implementation of policy/regulation is low, a complex process to obtain capital loan from the Department of Cooperatives, there’s quality and quantity competition among the tofu of tofu industry, raw material price fluctuations. Alternative strategies can be applied in marketing the tofu in Surakarta are improving product quality with the use of technological developments to maintain consumer confidence, forming associations/unions of tofu entrepreneur in order to maintain bargaining position, increase sales volume through diversification of products by using the policy on culinary, improving the quality of human resources through government programs, improve product quality and maintain continuity with the good management to improve competitiveness, improve marketing efficiency with partnerships, Production Operations Standard usage in a simple and efficient in order to effectiveness, the raising of capital networking and promotion through a good product packing and humanl resources. Priority strategies that can be applied in marketing the tofu in Surakarta is increase sales volume through diversification of products by using the policy on culinary.

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sektoral, sektor pertanian terdiri sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan dan sub sektor kehutanan (Adiratma, 2004). Pertanian sampai saat ini masih diyakini sebagai salah satu akar perekonomian bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya diperlukan reorientasi dan reformasi pertanian sehingga mempunyai tujuan yang terandalkan untuk dapat membangun pertanian. Menurut Wibowo (2004), pembangunan pertanian dilaksanakan melalui pengembangan diberbagai sektor pertanian seperti pada sub sektor tanaman pangan. Pembangunan dan pengembangan sub sektor tanaman pangan mempunyai posisi yang strategis dan penting karena sub sektor ini mempunyai peran sebagai penghasil makanan pokok bagi penduduk Indonesia sehingga peranan ini tidak dapat disubtitusi secara sempurna oleh sektor lain.

Di Indonesia, salah satu komoditas tanaman pangan yang dikembangkan ialah kedelai. Kedelai adalah salah satu dari sekian banyak produk pertanian yang dibutuhkan dan diminati masyarakat di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, dan bahan baku industri. (Anonim, 2009a). Salah satu hasil olahan kedelai yang banyak berkembang di masyarakat adalah tahu. Tahu merupakan salah satu produk olahan kedelai yang mengandung 7,8 gram protein; 4,6 gram lemak; 124 miligram kalsium dan 84,8 gram air yang bermanfaat bagi tubuh. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara kandungan gizi pada beberapa produk olahan kedelai dalam tiap 100 gram bahan.

Tabel 1. Kandungan Gizi Tempe, Tahu, dan Kecap Per 100 Gram Bahan

Kandungan Gizi Tempe Tahu Kecap Energi (Kalori) 149 68 46 Protein (gr) 18,3 7,8 5,7 Lemak (gr) 4,0 4,6 1,3 Kalsium (mg) 129 124 123 Air (gr) 64 84,8 63

(16)

Berdasarkan Tabel 1, tempe, tahu dan kecap memiliki kandungan energi, protein, kalsium dan lemak untuk memenuhi kebutuhan gizi akan tetapi tahu memiliki kandungan air dan kalsium yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tempe dan kecap. Kandungan air dan kalsium yang tinggi pada tahu dapat memenuhi kebutuhan air dan kalsium bagi tubuh. Selain kandungan gizinya, tahu memiliki harga yang relatif murah sehingga tahu dapat dikonsumsi oleh berbagai konsumen. Sebagai makanan rakyat, tahu mudah dijumpai di pasaran dan dapat dimasak dengan aneka cara seperti digoreng, dibacem, atau bahkan hanya direbus. Masyarakat menyukai tahu sebagai lauk-pauk dan cemilan. Adapun industri pengolahan kedelai yang banyak berkembang di masyarakat adalah industri tahu.

Industri pengolahan tahu yang berkembang di masyarakat berupa industri kecil, industri menengah atau dalam skala rumah tangga. Industri ini memiliki peranan terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sumbangsihnya terhadap penerimaan devisa telah membuktikan bahwa industri tidak hanya aktif namun juga produktif (Sapparudin, 2008).

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang terdapat beberapa kelompok unit usaha atau industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian, terutama komoditas pangan. Adapun jenis industri dan jumlah unit usaha hasil pertanian dan kehutanan di Kota Surakarta sebagai berikut :

Tabel 2. Jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan dan Jumlah Unit Usaha di Kota Surakarta Tahun 2008

Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan Jumlah Usaha(unit)

Tempe 227

Tahu 99

Krupuk karak 38

Kue basah 34

Kusen 13

Mebel + Bubut Kayu 108

Sangkar burung 25

Jumlah 544

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

(17)

pengolahan hasil pertanian. Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa industri tempe merupakan industri yang memiliki jumlah unit usaha terbesar yaitu 227 unit usaha, kemudian disusul oleh industri mebel dan bubut kayu dengan 108 unit usaha dan industri tahu merupakan salah satu industri di Kota Surakarta yang memiliki jumlah unit usaha terbesar ketiga setelah industri tempe serta industri mebel dan bubut kayu. Jumlah unit industri tahu di kota Surakarta adalah sebesar 99 unit. Dilihat dari jumlah unit industri tahu di Kota Surakarta pada tahun 2008, menandakan bahwa industri tahu merupakan salah satu industri yang masih dibutuhkan dan menjadi salah satu industri yang berpotensi untuk dikembangkan. Selain itu, potensi tahu di Kota Surakarta dapat dilihat dari permintaan setiap bulannya.

Permintaan tahu di Kota Surakarta cukup besar dilihat dari kebutuhan kedelai bagi industri setiap bulannya. Menurut salah satu pengusaha tahu terbesar yang berada di Kota Surakarta, setiap harinya industri ini membutuhkan antara 500kg sampai dengan 700kg kedelai yang akan diproduksi menjadi tahu. Selain itu, pengusaha lainnya membutuhkan kedelai antara 50 kg sampai dengan 200 kg kedelai setiap harinya. Melihat kebutuhan kedelai pada industri tahu, mencerminkan bahwa permintaan masyarakat akan produk tahu tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Pada Tabel 3, dapat dilihat volume produksi, bahan baku dan wilayah pemasaran usaha sentra berbahan baku kedelai secara kumulatif Kota Surakarta yaitu :

Tabel 3. Volume Produksi dan Wilayah Pemasaran Usaha Sentra Berbahan Baku Kedelai Secara Kumulatif Kota Surakarta Tahun 2008

No .

Kecamatan Usaha Sentra Volume Produksi Per

Sumber : Disperindag Kota Surakarta Tahun 2008

(18)

dengan daerah pemasarannya di dalam negeri. Tahu produksi Kota Surakarta didistribusikan ke pasar-pasar lokal sekitar Surakarta dan Karanganyar seperti Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Ledoksari, Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo, Pasar Bekonang dan Pasar Palur dengan pola saluran distribusi melalui pedagang besar maupun melalui pengecer. Untuk cakupan distribusi masih sangat terbatas karena tahu di Kota Surakarta hanya didistribusikan di daerah sekitar Surakarta dan Karanganyar.

Untuk memenuhi permintaan akan tahu di Kota Surakarta tidak cukup hanya melakukan peningkatan pengembangan produksinya saja, tetapi juga perlu didukung aspek pemasarannya. Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus (The American Marketing Assocciation dalam Iswanto, 2008). Mekanisme pemasaran tahu melibatkan beberapa pihak diantaranya produsen, konsumen, pemasok dan lembaga pemasaran.

Di Kota Surakarta, pada tahun 2009 harga bahan baku tahu yaitu kedelai, untuk satu kilogram kedelai yang berasal dari pemasok bahan baku di daerah Palur, Gilingan dan Mojosongo berkisar Rp. 5.800- Rp. 6.800. Pemasok bahan baku mendapatkan kedelai dari petani-petani kedelai yang berasal dari daerah Purwodadi, Praci ataupun Nganjuk sehingga kontinyuitas bahan baku terjamin. Harga yang dipatok oleh pengusaha tahu untuk 1 kilogram tahu sebesar Rp. 6.000 sedangkan harga yang dipatok oleh para pedagang kecil di pasar untuk tahu ukuran 5 x 5 cm berkisar Rp. 250-Rp. 300. Sebagai pembanding, di Kabupaten Sragen, harga tahu putih ukuran 5 x 5 cm berkisar Rp.300-Rp. 400 dan di Kabupaten Sukoharjo harga tahu putih ukuran 5 x 5 cm berkisar Rp. 200-Rp 250. Adanya perbedaan harga tahu putih dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan harga kedelai, biaya produksi dan lain sebagainya.

(19)

memiliki kelemahan yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak dan cepat mengalami penyimpangan bau dan rasa dikarenakan mudah ditumbuhi mikroba sehingga produk ini harus cepat sampai ke tangan konsumen dan untuk masalah promosi dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut saja dan hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan kurang dikenal oleh masyarakat secara luas. Melihat dari permasalahan yang ada maka diperlukan strategi pemasaran yang tepat supaya pemasaran industri tahu di Kota surakarta dapat berjalan dengan baik.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemasaran tahu, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, sangat penting melakukan analisis faktor internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam pemasaran industri tahu. Diharapkan strategi pemasaran ini dapat memberi arahan dalam pemasaran industri tahu sehingga kepuasan konsumen tercapai dan produsen mendapatkan keuntungan serta dapat meningkatkan taraf hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian dan hasil olahan dari produk pertanian juga memiliki peranan untuk pemenuhan gizi manusia. Tahu merupahan salah satu olahan dari kedelai yang banyak diusahakan karena kandungan gizinya yang tinggi dan harga tahu yang murah. Tahu biasanya dinikmati sebagai makanan pelengkap, sebagai lauk dan dapat dinikmati sebagai makanan camilan. Proses pembuatan tahu yang cukup mudah serta harga yang relatif murah menjadikan tahu digemari oleh konsumennya.

(20)

Pemasaran merupakan ujung tombak dari suatu usaha. Hal ini karena tanpa pemasaran yang baik maka suatu usaha tidak akan bertahan lama. Pemasaran sangat diperlukan dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen guna mendukung peningkatan pendapatan tersebut. Masalah yang dihadapi industri tahu di Kota Surakarta salah satunya adalah masalah pemasaran. Dilihat dari produknya, tahu memiliki kelemahan yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Tahu harus segera didistribusikan ke tangan konsumen agar kualitasnya tetap baik, tidak berjamur dan menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga diperlukan suatu solusi agar produk tahu tetap terjamin kualitasnya ketika sampai ditangan konsumen. Terkadang ada beberapa tahu yang tidak habis terjual sehingga diperlukan suatu perbaikan sistem pemasaran atau sistem penjualannya agar semua produk laku terjual. Selain itu, tahu tak harus digoreng atau dibuat tumisan, dengan sedikit kreasi, tahu dapat diolah menjadi berbagai macam olahan seperti yang sudah berkembang dimasyarakat saat ini sehingga pengusaha harus mampu bersaing untuk menciptakan kreasi olahan tahu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Banyaknya pesaing dalam memproduksi tahu menyebabkan pengembangan tahu serta pemasaran tahu harus mampu menciptakan variasi dari produk tahu sehingga mampu bersaing dengan produsen lain.

Masalah lainnya yaitu menyangkut promosi yaitu promosi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut saja. Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa usaha pemasaran tahu di Kota Surakarta memiliki kekuatan dan potensi serta dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa kelemahan maupun hambatan sehingga faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah :

(21)

2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta adalah :

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di sektor industri khususnya sub sektor industri bahan pangan.

3. Bagi pengusaha tahu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pemasaran industri tahunya.

(22)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Yoga Rieke Meisiana (2010) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, diperoleh hasil bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi pengembangan industri tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen adalah adanya subsidi, bantuan peralatan, adanya penyuluhan, pengawasan bahan baku, subsidi kedelai kurang, sumber daya manusia pemerintah terbatas dan penyuluhan kurang sesuai sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi lingkungan, ketersediaan teknologi, kenaikan harga sembako, kesenjangan sosial, kurangnya bimbingan teknis dan persepsi konsumen tentang tahu. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai dan mempertahankan kepercayaan konsumen, perbaikan distribusi subsidi dan pengawasan untuk meningkatkan produksi tahu, meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan potensi industri kecil tahu. Prioritas strategi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai serta mempertahankan kepercayaan konsumen melalui teknologi yang ada.

(23)

penghematan biaya produksi karena fluktuasi harga produk, pengenalan teknologi baru, dan diversifikasi produk. Strategi kombinasi kelemahan dengan peluang adalah mencoba teknologi baru dan menambah unit usaha, memperlancar saluran distribusi pemasaran barang, riset pemasaran untuk mencari celah-celah pemasaran yang belum dimanfaatkan, standarisasi harga, inovasi-inovasi baru, memperluas areal produksi. Strategi kombinasi kelemahan dengan ancaman adalah pengenalan teknologi baru, pemasaran lewat internet, brosur, dan pameran, riset pemasaran melalui jasa konsultan pemasaran, dan standarisasi harga produk.

Kedua penelitian di atas dapat menjadi landasan atau referensi dalam penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan dalam metode pendekatan analisis yaitu menggunakan analisis pendekatan analisis SWOT dan memberikan gambaran mengenai alternatif dan prioritas strategi seperti perbaikan sarana dan prasarana produksi serta sumberdaya manusia, memanfaatkan kemajuan teknologi. Penelitian di atas dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran secara komprehensif sehingga akan membantu peneliti untuk menentukan strategi pemasaran selanjutnya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kedelai

Kedelai telah beratus-ratus tahun dibudidayakan di Indonesia dan prospek pengembangannya masih tetap cerah. Hal ini memberikan isyarat bahwa kedelai mempunyai nilai ekonomi sosial yang tinggi dan peranannya makin strategis dalam tatanan kehidupan manusia. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam tatanan perdagangan pasar internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati, pakan ternak di berbagai negara di dunia (Rukmana dan Yuyun, 1996).

(24)

kedelai mengandung beberapa komponen yang dapat memenuhi kebutuhan akan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat dan lain sebagainya. Berikut ini komposisi kimia biji kedelai kering per 100 gram : Tabel 4. Komposisi Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram

No. Komponen Jumlah

1. Kalori 331,0 (kkal)

2. Protein 34,9 (gram)

3. Lemak 18,1(gram)

4. Karbohidrat 34,8 (gram)

5. Kalsium 227,0 (mg)

6. Fosfor 585,0 (mg)

7. Besi 8,0 (mg)

8. Vitamin A 110,0 (SI)

9. Vitamin B1 1,1 (mg)

10 Air 7,5 (gram)

Sumber : Cahyadi, 2007 2. Tahu

Tahu merupakan pangan yang berasal dari hasil olahan bahan dasar kacang kedelai yang pembuatannya melalui proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal yang berasal dari asam asetat atau garam.Proses pembuatan tahu adalah :

a. Memilih biji kedelai yang berkualitas baik.

b. Merendam biji kedelai dalam air bersih selama 6-7 jam agar menjadi empuk dan mudah digiling.

c. Menggiling kedelai sampai halus berbentuk bubur.

d. Merebus bubur kedelai dalam wajan sambil ditambahkan air selama beberapa waktu.

e. Mengaduk-aduk bubur kedelai secara berulang-ulang agar tidak berbusa.

f. Menyaring bubur kedelai yang masih mendidih dengan kain saringan yang diletakkan diatas sangkar bamboo sambil diperas berulang-ulang hingga diperoleh bantuk sari kedelai.

(25)

h. Memasukkan gumpalan-gumpalan tadi kedalam cetakan, kemudian

press agar airnya tuntas.

i. Membuka kain saringnya, kemudian tahu dipotong-potong dengan ukuran menurut selera.

(Rukmana dan Yuyun, 1996). 3. Industri Tahu

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa (Godam, 2006).

Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2008 adalah :

a. Usaha mikro : asset maksimal 50 juta dan omset maksimal 300 juta per tahun

b. Usaha kecil : asset > 50 juta-500 juta dan omset > 300juta-2,5 milyar per tahun

c. Usaha menegah : asset > 500 juta-10 milyar dan omset 2,5 milyar-50 milyar per tahun

(Anonim, 2009b)

Industri tahu adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah yaitu kedelai menjadi tahu sehingga memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri tahu merupakan jenis usaha yang dapat digolongkan sebagai industri kecil karena berskala ukuran kecil, meningkatkan keikutsertaan masyarakat, tenaga kerja dan faktor produksi lain yang digunakannya serba terbatas, sehingga kapasitas produksinya pun terbatas (Anonim dalam Yuliastuti, 2010).

4. Strategi

(26)

dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

Pada prinsipnya, strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, dan sebagainya. Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi sedangkan strategi bisnis berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen misalnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan (Rangkuti,2006).

(27)

Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif

Melakukan Audit Eksternal

Membuat Pernyataan Visi dan Misi

Melakukan Audit Internal

Menetapkan Tujuan Jangka

Panjang

Membuat, Mengevaluasi

dan Memilih Strategi

Melaksanakan

Strategi-Isu-isu Manajemen

Melaksanakan

Strategi-Isu-isu Pemasaran,

Keuangan, Akuntansi, Litbang, SIM

Mengukur dan Mengevaluasi

Kinerja

Perumusan Strategi Pelaksanaan Strategi Evaluasi

Strategi Umpan Balik

(28)

i 5. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus atau pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai (The American Marketing Assocciation dalam Iswanto, 2008).

Pemasaran merupakan pencocokan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai tujuan timbal balik yang saling menguntungkan. Pemasaran sendiri memiliki peran untuk memastikan bahwa perusahaan berfokus pada lingkungan total dari bisnis, pasar, persaingan, konsumen, pemerintah dan trend serta bahwa pemasaran menggunakan semua pengetahuan dan pengalaman untuk mengembangkan suatu hubungan yang saling menguntungkan dengan konsumennya (Keegan dan Malcolm, 1999).

6. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran pada dasarnya memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi (Tjiptono, 1995).

Menurut Keegan dan Malcolm (1999), strategi pemasaran adalah cara untuk mencapai sasaran pemasaran dan biasanya berkaitan dengan empat elemen utama bauran pemasaran yaitu :

a. Produk (Product)

(29)

ii

memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen, namun keputusan itu tidak berdiri sendiri sebab produk atau jasa sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih.

b. Harga (Price)

Kebijakan umum harga yang harus diikuti oleh grup produk dalam segmen pasar. Harga suatu produk atau jasa ditentukan dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penentuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan.

c. Distribusi (Place)

Kebijakan umum untuk saluran distribusi dan tingkat layanan konsumen. Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk tersebut berada ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang membutuhkan produk tersebut. Masalah pemilihan saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk dari produsen ke konsumen. d. Promosi (Promotion)

Kebijakan umum untuk berkomunikasi dengan konsumen melalui beberapa cara antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) dan publisitas (publicity).

7. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Bisnis

(30)

iii

dari perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai sedangkan tujuan adalah hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya.

8. Analisis Lingkungan Pemasaran

Menurut Hadi (2007), lingkungan pemasaran merupakan pelaku dan kekuatan yang berada di sekeliling perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan dan kinerja pemasaran dan bisnis perusahaan.

Lingkungan pemasaran adalah berbagai aktor dan kekuatan di luar bagian pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan sasaran. (Kotler dan A.B Susanto, 2000 ).

Menurut Lubis (2004), lingkungan pemasaran terdiri dari : a. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak (Hunger and Wheelen, 2003). Lingkungan eksternal terdiri dari : 1) Teknologi

Kecepatan perubahan teknologi, kesempatan inovasi yang tidak terbatas dan anggaran riset yang bervariasi.

2) Pemasok

(31)

iv 3) Distributor

Distributor adalah sebuah organisasi tertentu yang membantu perusahaan untuk menimbun persediaan atau memindahkan barang dari tempat asalnya ke tempat tujuan.

4) Pesaing

Adalah perusahaan lain yang memasarkan produk yang sejenis. Dalam hal ini perusahaan harus memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar dibandingkan pesaingnya, dan juga harus menghimpun keunggulan strategik dengan memposisikan tawaran perusahaan yang lebih menarik bagi konsumen.

5) Pelanggan

Pelanggan adalah orang atau sekelompok orang yang menggunakan produk dari sebuah perusahaan yang akan digunakan untuk konsumsi pribadi, untuk dijual kembali atau untuk diproses lebih lanjut.

b. Lingkungan Internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak (Hunger and Wheelen, 2003). Lingkungan internal terdiri dari :

1) Sumber Daya Manusia

(32)

v

Kondisi keuangan sering dianggap satu-satunya barometer terbaik dalam melihat dalam posisi bersaing. Termasuk didalamnya adalah modal kerja, pemanfaatan harta, dan keuntungan (David, 2004).

3) Produksi

Faktor produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah

input menjadi output. Kegiatan produksi meliputi prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas (Umar, 2002).

4) Pemasaran

Pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuain antara perusahaan dengan lingkungannya dengan pertimbangan bagaimana bisnis yang dipilih dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, distribusi dan promosi untuk melayani pasar sasaran (Tjiptono,1995).

9. Analisis SWOT

(33)

vi

disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2006).

10.Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan 4 tipe strategi. Keempat strategi yang dimaksud adalah strategi SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat). Pada matriks ini, menentukan key success factors

untuk lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang baik (Umar, 2002).

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).

11.QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal (David, 2004).

(34)

vii

strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Seperti alat analisis untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga membutuhkan intuitive judgement yang baik (Umar, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan atau penggumpalan oleh bahan penggumpal. Kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu mempunyai kandungan protein sekitar 30 persen sampai dengan 45 persen. Dibandingkan dengan bahan pangan lain seperti daging yang mengandung protein hanya sekitar 19 persen, ikan sebesar 20 persen, dan telur sekitar 13 persen, ternyata kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Selain karena kandungan protein yang tinggi, tahu menjadi pilihan konsumsi masyarakat dikarenakan dapat diperoleh dengan harga yang murah.

Tahu mempunyai banyak keunggulan dan juga memiliki manfaat baik bagi tubuh maupun kesehatan. Begitu banyaknya kelebihan yang dimiliki diharapkan industri tahu, terkhusus industri tahu yang ada di Kota Surakarta mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Dalam proses pemasaran tahu tidak akan lepas dari permasalahan. Permasalahan dapat timbul dari dalam lingkungan industri tahu maupun dari luar lingkungan industri tahu.

Aspek pemasaran dibutuhkan agar produk tahu dapat sampai ke konsumen. Pemasaran produk dari industri tahu di Kota Surakarta memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi juga peluang maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasikan sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam pemasaran produk dari industri tahu di Kota Surakarta.

Tahap-tahap yang dilakukan sebelum merumuskan alternatif strategi pemasaran tahu adalah sebagai berikut:

1. Analisis terhadap visi, misi dan tujuan usaha.

(35)

viii

2. Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perlu dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang dianggap berpotensi untuk pemasaran tahu. Identifikasi ini dilakukan agar pemasar mampu menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah.

Faktor internal dapat berupa kekuatan maupun kelemahan tergantung pada pengaruhnya terhadap pemasaran. Faktor-faktor internal tersebut dapat berupa kondisi keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran (melalui pendekatan 4P yaitu produk, harga, distribusi dan promosi), produksi atau operasional dan manajemen. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor eksternal meliputi pemerintah, pesaing, konsumen, pemasok, teknologi dan lembaga pemasaran.

3. Perumusan Alternatif Strategi Pemasaran

Perumusan strategi untuk pemasaran tahu di Kota Surakarata digunakan analisis SWOT dan matriks SWOT. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dengan analisis SWOT, kemudian faktor-faktor tersebut dimasukkan ke dalam matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sehingga dihasilkan rumusan strategi pemasaran tahu. Rumusan strategi ini akan menghasilkan empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang (SO), kelemahan dan peluang (WO), kekuatan dan ancaman (ST) serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman (WT). Matrik SWOT ini akan menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

4. Penetapan Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif

(36)

ix

Strategic Planning Matriks (QSPM). QSPM memungkinkan perencana strategi mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif.

Dari uraian di atas dapat disusun dalam bagan kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

SENTRA INDUSTRI TAHU

(Visi, Misi dan Tujuan Bisnis)

Faktor Internal

- Kondisi Keuangan - Sumber Daya Manusia - Pemasaran

· Produk

Faktor Eksternal -Pemerintah

-Pesaing -Konsumen -Pemasok

-Lembaga Pemasaran Pemasaran Tahu

(37)

x

Gambar 2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Tahu merupakan pangan yang berasal dari hasil olahan bahan dasar kacang kedelai yang pembuatannya melalui proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal yang berasal dari asam asetat atau garam.

2. Industri tahu adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah yaitu kedelai menjadi tahu sehingga memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

3. Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus atau pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai.

(38)

xi

5. Strategi pemasaran merupakan cara untuk mencapai sasaran pemasaran dan berkaitan dengan empat elemen utama bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi dan promosi.

6. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam sentra industri tahu yang mempengaruhi usaha industri tahu secara keseluruhan dan pada umumnya dapat dikendalikan. Meliputi kondisi keuangan (manajemen keuangan dan pembukuan), sumber daya manusia (ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusia), pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi), produksi/operasional (kontinyuitas produksi) dan manajemen. 7. Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar sentra industri tahu yang

mempengaruhi pemasaran industri tahu dan pada umumnya belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Meliputi pemerintah (kebijakan pemerintah), pesaing, konsumen (konsumen yang mengkonsumsi tahu), pemasok (pemasok bahan baku), teknologi dan lembaga pemasaran.

8. Analisis SWOT adalah merupakan suatu analisis situasi yang mencakup kondisi internal dan eksternal pemasaran tahu yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

9. Kekuatan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam industri tahu dan merupakan keunggulan bagi pelaksanaan pemasaran tahu.

10.Kelemahan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam industri tahu dan merupakan keterbatasan atau kekurangan bagi pelaksanaan pemasaran tahu.

11.Peluang dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar industri tahu dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pemasaran tahu.

12.Ancaman dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar industri tahu dan bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan pemasaran tahu.

(39)

xii

dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu usaha pemasaran tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategi yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT. 14.QSPM (Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif) adalah alat yang

digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif untuk menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010, pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan antara bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret tahun 2010 dan difokuskan pada sentra industri tahu di Kota Surakarta.

2. Responden dalam penelitian ini adalah produsen tahu, pemasok, konsumen, pemerintah, pesaing dan lembaga pemasaran.

3. Data faktor eksternal dan internal yang dianalisis berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci yang mengetahui secara detail tentang industri tahu dan hasil pengamatan selama penelitian.

4. Faktor eksternal yang dibahas meliputi pemerintah, pesaing, konsumen, pemasok, teknologi dan lembaga pemasaran.

5. Faktor internal yang dibahas meliputi kondisi keuangan, sumber daya manusia, pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi), produksi/operasional dan manajemen.

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

(40)

xiii

kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994). Menurut Achmadi dan Cholid (2005), suatu laporan yang hanya terbatas pada apa yang nampak dan terdengar saja adalah laporan yang bersifat deskriptif. Untuk mengubahnya menjadi analitis, maka peneliti harus menggali lebih dalam guna mengetahui apa yang terdapat di belakang fakta dari yang terlihat tersebut. Metode deskriptif yaitu menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, kemudian menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, bersifat komperatif dan korelatif.

Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1997).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kota Surakarta dengan metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (disengaja) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1997). Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta dengan pertimbangan bahwa di Kota Surakarta terdapat sentra industri tahu. Adapun jumlah unit usaha, tenaga kerja dan kapasitas produksi industri tahu di Kota Surakarta sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah Usaha, Tenaga Kerja dan Kapasitas Produksi Industri Tahu di Kota Surakarta Tahun 2008

No Kecamatan Jumlah Unit Usaha (Unit)

Jumlah Tenaga Kerja (Unit)

Kapasitas Produksi Per Hari (Kg)

1. Jebres 81 276 4.333

2. Banjarsari 16 44 470

3. Serengan 1 1 100

(41)

xiv

Sumber : Disperindag Kota Surakarta Tahun 2008

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling

(disengaja). Berdasarkan Tabel 5, dipilih Kecamatan Jebres, karena terdapat sentra industri tahu di Kota Surakarta yang memiliki jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja serta kapasitas produksi per hari terbanyak dibandingkan dengan Kecamatan Banjarsari, Laweyan dan Serengan. Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas produksi per hari sebesar 4.333 Kg, jumlah tersebut merupakan produksi tahu terbesar dibandingkan kecamatan lain di Kota Surakarta seperti Kecamatan Banjarsari dengan kapasitas produksi per hari sebesar 470 Kg, Kecamatan Serengan dengan kapasitas produksi per hari sebesar 100 Kg dan Kecamatan Laweyan dengan kapasitas produksi per hari sebesar 20 Kg. Selain dari sisi kapasitas produksi per hari, kecamatan Jebres juga memiliki jumlah unit usaha paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar 81 unit usaha dan jumlah tenaga kerja sebesar 276 orang.

C. Metode Penentuan Responden

1. Penentuan Sampel /Responden untuk Perumusan Strategi a. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis

Faktor strategis adalah faktor-faktor yang dijadikan sebagai komponen dalam melakukan perumusan strategis. Sifat dasar dari faktor strategis adalah suatu keadaan yang dibangun dari situasi

(42)

xv

Informan kunci (key informan) merupakan subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi informasi, menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh atau aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengusaha tahu sebanyak 20 orang yang berasal dari industri rumah tangga dan industri kecil dan responden lain untuk mendapatkan informasi pendukung adalah pemerintah sebanyak dua orang, konsumen sebanyak dua orang, lembaga pemasaran sebanyak lima orang, pesaing sebanyak satu orang dan pemasok bahan baku sebanyak dua orang. Dengan wawancara secara mendalam (indepth interview) diperoleh informasi yang kemudian diuraikan dan selanjutnya didefinisikan menjadi beberapa faktor strategis lingkungan internal dan eksternal dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta. Dalam rangka memperoleh informasi yang valid maka dilakukan penelusuran dengan teknik snowball.

b. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP.

Penentuan bobot dan daya tarik (Attractive Score-AS) dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling (sengaja). Responden yang digunakan dalam penentuan bobot adalah pengusaha tahu yang berjumlah 20 orang dan satu orang dari pihak pemerintah yang memiliki pengetahuan dan mengetahui kondisi pemasaran tahu di Kota Surakarta. Responden yang digunakan dalam penentuan daya tarik (Attractive Score-AS) adalah pengusaha tahu sebanyak 20 orang, yang memiliki peran untuk menjalankan strategi. D. Jenis dan Sumber Data

(43)

xvi

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari sumber data (Sumarsono, 2004). Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam .penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, dan lain sebagainya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal

(44)

xvii

sumber daya manusia, pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan produksi/operasional. Analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi pemasaran tahu. Faktor eksternal yang dianalisis pemerintah, pesaing, konsumen, pemasok dan lembaga pemasaran.

Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemasaran industri. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

2. Alternatif Strategi

Untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran tahu di Kota Surakarta digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu industri dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu stategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang ( W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).

(45)

xviii

Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :

a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam pemasaran tahu. b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam pemasaran tahu. c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam pemasaran tahu. d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam pemasaran tahu. e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan. f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan. g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan. h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan. 3. Prioritas Strategi

Untuk menentukan prioritas strategi dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta digunakan analisis Matriks QSP. Matriks QSP digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik.

(46)

xix Total Bobot

Faktor-Faktor Kunci Eksternal

Total Bobot

Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber : David, 2004

Menurut David (2004), enam tahapan dalam pembuatan matriks QSP yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan/ kelemahan faktor internal.

b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif

yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.

(47)

xx

e. Menghitung TAS (Total Nilai Daya Tarik). Total Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah b) dengan Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total Nilai Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif tersebut.

f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah Total Nilai Daya Tarik (STAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada yang lain

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang berada di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’35” Bujur Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan. Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 24,7ºC sampai dengan 27,9ºC. Sedangkan kelembaban udaranya berkisar antara 64 persen sampai dengan persen.

Kota Surakarta yang lebih dikenal dengan nama “Kota Solo” merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta. Wilayah Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 km di atas permukaan air laut, yang berbatasan wilayah dengan kabupaten eks Karesidenan Surakarta yaitu :

(48)

xxi Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo

Luas wilayah Kota Surakarta yaitu 44,06 km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan

Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan yang terluas yaitu dengan luas wilayah 1.481,10 Ha atau 33,83 persen dari luas wilayah Kota Surakarta dan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Serengan yaitu dengan luas wilayah 319,40 Ha atau 7,25 persen dari luas wilayah Kota Surakarta.

Penggunaan lahan di Kota Surakarta sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk yaitu sebesar 61,68 persen sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar yaitu berkisar 20 persen dari luas lahan yang ada. Penggunaan lahan di Kota Surakarta pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kota Surakarta Tahun 2008 No. Penggunaan lahan Luas lahan (ha) Persentase(persen)

1. Pemukiman 2737,48 62,15

2. Jasa 427,13 9,69

3. Perusahaan 287,48 6,52

4. Industri 101,42 2,30

5. Tegalan 81,96 1,86

6. Sawah 146,17 3,39

7. Kuburan 72,86 1,65

8. Lapangan olah raga 65,14 1,47

9. Taman 31,60 0,71

10. Tanah kosong 53,38 1,21

11. Lain-lain 399,44 9,06

4.404,06 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan di wilayah Kota Surakarta digunakan untuk pemukiman yaitu seluas 2.737,48 Ha. Lahan untuk pertanian berupa tegalan dan sawah masing-masing

(49)

xxii

bahwa lahan pertanian di Kota Surakarta semakin sempit karena adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan nonpertanian. Selain untuk pemukiman dan pertanian, lahan di Kota Surakarta juga digunakan untuk kegiatan perekonomian, sosial dan penggunaan luas lahan untuk keperluan lain-lain sebesar 399,44 Ha yang digunakan untuk fasilitas umum seperti jalan raya, trotoar, tempat pembuangan sampah, kamar mandi umum, tempat saluran air, sungai dan lain sebagainya.

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di Kota Surakarta dapat dijelaskan menurut jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian. 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data hasil olahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008 jumlah penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin tahun 1995-2008 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008

Gambar

Tabel 1. Kandungan Gizi Tempe, Tahu, dan Kecap Per 100 Gram Bahan
Tabel 2. Jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan dan Jumlah Unit Usaha di Kota Surakarta Tahun 2008
Tabel 3. Volume Produksi dan Wilayah Pemasaran Usaha Sentra Berbahan Baku Kedelai Secara Kumulatif Kota Surakarta Tahun 2008
Tabel 4. Komposisi Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi pada kenyataanya, kepemilikan Surat Izin Usaha Industri (SIUI) di Kota Surakarta masih rendah yang hanya 26% dari total jumlah industri. Penelitian ini bertujuan

Kesimpulan hasil pengamatan ini adalah strategi pemasaran pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dalam memasarkan pariwisata Kota

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas utama faktor penentu keberlangsungan usaha di Kota Surakarta adalah aspek produksi dan aspek manajemen dan keuangan, sedangkan

Pengembangan industri hasil pertanian khususnya subsektor peternakan pada pengolahan kulit sapi di Kota Surakarta memiliki prospek yang baik karena Kota Surakarta salah

urutan pertama dalam jumlah banyaknya unit usaha di Kota Surakarta dengan. jumlah 127 unit usaha, sedangkan untuk urutan kedua ditempati

Strategi pemasaran yang sudah dilakukan usaha industri di daerah penelitian adalah Strategi agresif dengan lebih fokus kepada strategi SO ( Strength- Opportunities ),

Hal inilah yang melatar belakangi penelitian “Profil Usaha Industri Kecil Tahu dan Tempe “Makmur Jaya” di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar” untuk mengetahui

Dalam membangun atau merintis usaha industri tahu ini bapak Erman memulai usaha dengan modal keterampilan yang dimiliki selama bekerja pada industri tahu tabing dan biaya yang digunakan