Klasifikasi Ilmu dalam Islam
&
Kedudukan Tasawuf
Disampaikan oleh:
Eka Widya
Nim : 0705163026
Mata Kuliah : Akhlak tasawuf
Dosen Pengampu
: Dr.Ja’far M.A
Program Studi : Fisika
Semester :II
Fisika 1
Fakultas Sains dan Tekhnologi
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan
rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf
bersifat sunnat. Upaya para Ulama Tasawuf memperkenalkan ajarannya lewat
kitab-kitab yang telah dikarangnya sejak abad ketiga Hijriyah, dengan metode peribadatan
dan istilah-istilah (simbol Tasawuf) yang telah diperoleh dari pengalaman batinnya,
yang memang metode dan istilah itu tidak didapatkan teksnya dalam Al-Qur’an dan
Hadith. Tetapi sebenarnya ciptaan Ulama Tasawuf tentang hal tersebut, didasarkan pada
beberapa perintah Al-Qur’an dan Hadits, dengan perkataan “Udhkuru” atau
“Fadhkuru”. Dari perintah untuk berzikir inilah, Ulama Tasawuf membuat suatu metode
untuk melakukannya dengan istilah “Suluk”.
Dikatakan bahwa ajaran Tasawuf sebenarnya termasuk kelanjutan dari ajaran
Mistik umat terdahulu, kemiripannya tidak berarti bahwa Tasawuf dalam Islam adalah
Mistik umat terdahulu, tetapi memang banyak ajaran umat terdahulu masih
dipertahankan oleh Islam; misalnya ajaran tentang perkawinan, khitanan, jual-beli,
I.
Klasifikasi Ilmu dalam Islam
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama islam telah mengklasifikasikan
beberapa ilmu berdasarkan sudut pandang agama islam. Diantara mereka yaitu, Ibn
Khaldun memiliki pendapat yang cukup penting untuk diutarakan dalam muqaddimah,
Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis.1
 Ilmu hikmah dan filsafat (ulum al-hikmiyah al-falsafiyyah) yang diperoleh dengan akal manusia.
 Ilmu yang diajarkan dan ditransformasikan (ulum naqliyyah al-wadhyyah)yang bersumber kepada syari’at islam ( Al- Qur’an dan Hadis).
Ibn Khaldun mengkategorikan tasawuf sebagai salah satu dari beragam
ilmu-ilmu syariah (ulum al-naqliyyah al- wadhiyah). Dalam pembagian ilmu menurut al-
Gazali (w.1111) berdasarkan cara perolehan ilmu, disebutkan bahwa ilmu terdiri dari
dua :
 Ilmu yang dihadirkan ( ilm al-hudhuri/presential)  Ilmu yang dicapai (ilm al-hushuli/attained)
Sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai ilm al- hudhuri.
Ibn al- Qayyim al- Zauziyah (w.1350) membagi ilmu menjadi tiga derataj:
 Ilm jaliyun ( ilmu yang didasari oleh observasi, eksperimen, dan silogisme)  Ilm khafiyun (ilmu makrifat)
 Ilm laduniyun (ilmu yang didasari ilham dari Allah)
Dan tasawuf di kelompokkan kepada Ilm khafiyun dan Ilm laduniyun.
Syed Muhammad Naquib al- Attas membagi ilmu menjadi dua jenis
1Dr. Ja’far,MA.Gerbang Tasawuf Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi.(Medan:
 The God Given Knowledge ( ilmu pemberian Allah ) yang disebut dengan ilmu-ilmu (the religius science)
 The Acquired Knowledge (ilmu capaian) yang disebut ilmu-ilmu rasional , intelektual dan filosofis (the rational, intellectual and philosophical science)
Sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai metafisika islam yang merupakan
bagian dari ilmu-ilmu agama (the religious science). Dapat di tegaskan bahwa para
ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu agama, meskipun sebagian
ahli menyebutkan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi dipengaruhi oleh agama
dan aliran filsafat tertentu.
Ibn Khaldun telah mengulas tasawuf sebagai sebuah disiplin ilmu dalam kitab
Muqqadimahnya . dari aspek sumber, tasawuf sebagai salah satu dari ilmu syariah,
menurut Ibn Khaldun, bersumber dari syariat yakni dari Al-quran dan Hadis., dan akal
tidak memiliki peran dalam ilmu-ilmu syariah kecuali menarik kesimpulan dari
kaidah-kaidah utam untuk cabang-cabang permasalahannya.2 Meskipun muncul belakangan
sebagai sebuah disiplin ilmu , tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu syariat telah
dipraktikan pada zaman Nabi Muhammad Saw, sahabat dan tabiin, dan pada masa itu
tasawuf masih berupa bentuk ibadah semata. Dari aspek tujuan , pelajar sufi (al-murid)
harus terus meningkatkan kualitas ibadahnya dan beranjak dari tingkatan terendah
sampai tingkatan tertinggi (al-maqamat) sampai mencapai kemantapan tauhid
(al-tauhid) dan makrifat (al-ma’rifat).
Dari aspek pembahasan tasawuf membicarakan empat pokok persoalan :
 Pertama ; Pembahasan tentang mujahada (al-mujahada), zauq (al-dzawq), intropeksi diri (muhasabah al-nafsh) , dan tingkatan-tingkatan spiritual
(al-maqamat).
 Kedua ; Penyingkapan secara spiritual (al-kasyf) dan hakikat-hakikat (al-haqiqah) ,alam gaib (alam al-gayb)
 Ketiga ; Keramat wali (al-karamat)
 Keempat ; Istilah-istilah kaum sufi yang diungkap pasca ‘mabuk’ spiritual
(al-syathahat). Menurut Ibn Khaldun, kebanyakan fukaha menolak ajaran
kaum sufi tentang tasawuf.
Penolakan fukaha (sunni) tidak serta merta ditujukan kepada semua jenis
tasawuf. Menurut al- Taftazani, dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran
tasawuf terbagi menjadi dua:
 Pertama , tasawuf sunni, yaitu aliran yang memagari pengikutnya dengan Al-quran dan hadis, serta mengaitkan ajaran mereka, terutama keadaan dan
tingkatan rohani mereka, dengan kedua sumber ajaran islam tersebut.
Diantara sufi yang termasuk dalam kelompok ini adalah Abu Hamid al-
Ghazali (w.1111).
 Kedua , tasawuf falsafi, yaitu aliran yang cenderung kepada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahat), memadukan antara visi mistis dan visi rasional
dan banyak menggunakan terminologi filofofis, bahkan dipengaruhi banyak
ajaran filsafat. Diantara sufi yang masuk dalam kelompok ini adalah
Suhrawardi al- maqtul (w.1191), ibn Arabi (w.1240), dan Mulla Shadra
(w.1640). para fukaha dari mazhab sunni sufi dan mazhab tasawuf falsafi
yang ternyata lebih diterima dan berkembang di dunia Syiah.3
a.
Ilmu yang perlu dipahami dalam tasawuf
1. Syariat
Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan syariat adalah
ajaran islam yang telah digariskan oleh Allah dalam Al-qur’an dan digariskan oleh
Rasullah melalui hadist, baik berupa aqidah, ibadah, muamalah, dan munakahat untuk
diamalkan secara lahiriah dan jasmaniah sebagai panduan hidup agar tidak sesat dalam
menjalani kehidupan.4
3 Ibid hal.23
4 Drs. H. Miswar,MA.Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami.2015(Medan: Perdana
2. Tarikat
Kata tarikat telah dibakukan menjadi bahasa indonesia dengan arti (1) jalan. (2)
jalan menuju kebenaran (dalam tasawuf), ilmu tarikat, ilmu tasawuf, (3) cara atau aturan
hidup (dalam keadaan atau dalam ilmu kebathinan, (4) sebagai persekutuan para
penuntut ilmu tasawuf.5
3. Hakikat
Hakikat berasal dari kata haqiqah, yang bermakna kebenaran atau kenyataan,
seakar dengan kata Al-Haqq, bermakna kebenaran yang esensial. Hakikat merupakan
unsur ketiga setelah syariat dan tarikat yang sangat perlu dipahami oleh seorang sufi.
4. Ma’rifah
Kelanjutan dari Tariqat adalah Ma’rifah, yaitu mengenal tuhan melalui hati (qolbi) dengan lengkap dan jelas. Sehingga dengan lengkap dan jelasnya pengenalan
tentang tuhan tersebut, ada perasaan merasa bersatu dengan Tuhan.
5. Zikir
Zikir secara bahasa bermakna mengingat atau menyebut. Dalam ajaran islam
khusunya dalam tasawuf, zikir itu diartikan sebagai suatu usaha untuk mengingat Allah
dan melupakan selain Allah.
6. Takhalli
Semua sufi berpendapat bahwa tujuan terpenting dari tasawuf adalah
memperoleh hubungan langsung dengan tuhan, sehingga merasa dan sadar berada di
hadirat Tuhan.keberadaan dihadirat tuhan itu dirasakan sebagai kenikmatan dan
kebaghagiaan yang paling hakiki.
7. Tahalli
Setelah pembersihan / pengosongan diri dari segala sifat dan sikap mental tidak
baik (Takhalli) dapat dilalui, maka langkah selanjutnya adalah tahalli, yaitu mengisi dan
menghiasi diri dengan segala sifat, sikap serta perbuatan yang baik, berusaha agar dalam
setiap gerakan perilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama.6
8. Tajalli
Dalam rangka pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
tahalli, maka rangkaian pendidikan itu di sempurnakan pada fase tajalli. Kata ini berarti
terungkapnya nur ghaib pada hati.
Apabila jiwa telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan organ-organ
tubuh sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka agar hasil yang
telah diperoleh itu tidak berkurang perlu penghayatan rasa ketuhanan.
II.
Kedudukan Tasawuf
Setiap ulama meletakkan tasawuf di dalam kategori yang berbeda, seperti Ibn
Khaldun yang mengkategorikan tasawuf ke dalam kategori ilmu yang diajarkan dan di
transformasikan (ulum al-naqliyah al-wadhi’yah). 7Al- Ghazali mengkategorikan tasawuf ke dalam kategori ilmu yang dihadirkan (ilm al-hudhuri/presential). Ibn
al-Qayyim al- Jauziyah mengkategorikan tasawuf kedalam ilmu Jaliyun ( didasari
observasi, eksperimen, dan silogisme ), Syed Muhammad Naquib al-attas
mengkategorikan tasawuf sebagai metafisika islam yang merupakan bagian dari
ilmu-ilmu agama (the religious science ). Para ulama meletakkan tasawuf dalam
bidang-bidang tersebut , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu tasawuf merupakan
bagian dari ilmu- ilmu agama.
Ajaran Akhlaq dan Tasawuf terdapat dalam sendi ajaran Ihsan, maka tasawuf itu
sendiri merupakan pengamalan hamba yang melahirkan kebajikan rohani, untuk
mendapatkan ma’rifah kepada Allah SWT.8 Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam
yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat sunnat. Maka Ulama Tasawuf sering
6 Ibid hal. 166
7Dr. Ja’far,MA.
Gerbang Tasawuf Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi.(Medan: Perdana Publishing.2016) hal. 23
menamakan ajarannya dengan istilah “Fadailu al-A’mal” (amalan-amalan yang hukumnya lebih afdal), tentu saja maksudnya amalan sunnat yang utama.9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama islam telah mengklasifikasikan
beberapa ilmu berdasarkan sudut pandang agama islam. Diantara mereka yaitu, Ibn
Khaldun memiliki pendapat yang cukup penting untuk diutarakan dalam muqaddimah,
Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis.
 Ilmu hikmah dan filsafat (ulum al-hikmiyah al-falsafiyyah) yang diperoleh dengan akal manusia.
 Ilmu yang diajarkan dan ditransformasikan (ulum naqliyyah al-wadhyyah)yang bersumber kepada syari’at islam ( Al- Qur’an dan Hadis).
Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan
rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf
bersifat sunnat. Maka Ulama Tasawuf sering menamakan ajarannya dengan istilah
DAFTAR PUSTAKA
Ja’far,MA.Gerbang Tasawuf Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi.(Medan: Perdana
Publishing.2016)
Miswar.Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami.2015(Medan: Perdana Publishing)hal.150