• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan tentang Tasawuf dalam Islam

N/A
N/A
Laily asviatul ahadiyah

Academic year: 2024

Membagikan " Pengenalan tentang Tasawuf dalam Islam"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“DINAMIKA TASAWUF”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu : Dr. Siti Mas’ulah, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 8, MPI

1. Muhammad Alfan Madani 232101030107 2. Regita Jenitiasari Anggraeni 234101030009

3. Laily Asviatul Ahadiyah 234101030017 4. Atiyatul Wafiroh ElKamila 234101030019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBERFAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah Swt. atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Fungsi Manajemen Pembelajaran Implementasi Dan Evaluasi Pelajaran”.

Rasa terima kasih kami ucapkan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ibu Dr. Siti Mas’ulah, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Akhlak Tasawuf, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Jember, 10 Maret 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judu l ... i Kata Pengantar ... ii Daftar Isi ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan Penulisan ...

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Tasawuf Dan Tasawuf Syar’i ...

2.2 Masa Pembentukan Tasawuf

2.3 Proses Dari Zuhud Ke Tasawuf...7 2.4 Macam-Macam Aliran Dalam Tasawuf...

……12

BAB III PENUTUP...

……20

3.1 Kesimpulan...

……20

3.2 Saran...

……20

DAFTAR PUSAKA...

……21

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tasawuf merupakan pusaka keagamaan terpenting bagi kaum muslimin yang bisa mengantarkannya untuk lebih dekat dengan Sang Kholik. Oleh karenanya, tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan. Meski pada awalnya terdapat perdebatan mengenai asal usul tasawuf yang oleh para orientalis banyak disebutkan berasal dari luar Islam. Akan tetapi, kemudian sebagian orientalis meninjau kembali pendapat mereka, salah satunya yaitu RA Nicholson yang akhirnya merujuk tasawuf pada sumber Islam.

Dinamika tasawuf terus berkembang seiring waktu dan tetap menjadi bagian integral dari tradisi Islam, memberikan wawasan dan pengalaman spiritual bagi mereka yang mengejar pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan dengan Allah.

Dinamika tasawuf menunjukkan bahwa tasawuf bukan sebuah tradisi yang statis, melainkan terus berkembang dan beradaptasi dengan konteks zaman. Hal ini menjadikan tasawuf sebagai salah satu aspek penting dalam khazanah Islam yang kaya dan beragam.

Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui dan melacak sejarah perkembangan tasawuf tersebut, supaya tidak ada lagi perdebatan yang bisa memecah belah dan menggoyahkan keyakinan terkait sumber pertama lahirnya tasawuf.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana munculnya tasawuf dan tasawuf syar’i?

2. Bagaimana masa pembentukan tasawuf ? 3. Bagaimana dari zuhud ke tasawuf?

(6)

4. Apa yang dimaksud aliran dalam tasawuf (Akhlaqi, Amali & Falsafi)?

1.3 Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui munculnya tasawuf dan tasawuf syar’i 2. Untuk mengetahui masa pembentukan tasawuf

3. Untuk mengetahui proses dari zuhud ke tasawuf

4. Untuk mengetahui aliran dalam tasawuf (Akhlaqi, Amali & Falsafi)

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Tasawuf Dan Tasawuf Syar’i

Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri.

Adapun kaum orientalis, mereka berpendapat bahwa tasawuf Islam lahir dari kompilasi sumber-sumber asing di luar Islam, baik kristen, india, maupun yang lain. Salah satu orientalis yang fanatis yakni Prof. Duboir yang mengembalikan tasawuf Islam di masa pertumbuhannya pada tradisi mistis

(8)

Kristen dan India.1 Nicholson2 menjelaskan bersikap fanatis dengan kebudayaannya dan memandang bahwa tasawuf Islam terpengaruh oleh tradisi mistisme kristen, terutama dalam hal kezuhudan (asketisme). Bahkan ia mengatakan gerakan zuhud terinspirasi oleh idealisme Kristen. Namun, pendapatnya itu tidak di dukung oleh bukti dan dalil sehingga tidak berapa lama kemudian ia menarik kembali pendapatnya.3 Dan pada akhirnya ia pun mengakui bahsawanya tasawuf Islam meskipun dalam pertumbuhan dan perkembangannya terpengaruh oleh kebudayaan umat-umat lain, akan tetapi tetap mempunyai keterkaitan secara internal dengan ajaran-ajaran Islam sendiri.

Banyak perbedaan pendapat mengenai kapan munculnya istilah sufi pertama kali. Menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah ‖Tasawuf‖ telah dikenal sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah, Pada abad kedua Hijriyah itu belum dikenal adanya orangorang yang disebut sufi. Sementara itu dari data yang terungkap orang pertama yang mendapat gelar sufi adalah Abu Hasyim al-Kufi (wafat 150H/761M).4

Menurut Muchlis Sholihin istilah tasawuf pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh bernama Abu Hisyam, seorang zahid dari Syiria (wafat pada

1 Ia berkata: ―Di masa pertumbuhan golongan wali dan kaum asketik (zāhid) dari kalangan muslim yang mengesampingkan duniawi, kami melihat seolah-olah sejarah rahib-rahib Kristen yang tinggal di berbagai biara dan gereja di willayah Syiria dan Mesir, serta sejarah biksu India yang tengah berrenkarnasi.‖ Lihat Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak (Jakarta:

Amzah, 2013), 17.

2 Reynold Alleyne Nicholson, The Mystics of Islam (Sacramento, CA: Murine Press, 2007).

3 Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan akhlak (Jakarta: Pusaka Amzah, 2011).

4 Mulyadhi Kartanegara dan Achmad Ta‘yudin, Menyelami lubuk tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006); Muhammad Afif Anshori, ―Kontestasi Tasawuf Sunnî Dan Tasawuf Falsafî Di Nusantara,‖

Teosofi: Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam 4, no. 2 (17 September 2015): 309–27, https://doi.org/10.15642/teosofi.2014.4.2.309-327.

(9)

tahun 780). Ia mendirikan lembaga kaum Sufi yang dinamakan taqiyah (sejenis padepokan sufi).5 Bertolak dari hal itu, Dr. Hamka sebagaimana dikutip dari Mustafa Zahri mengatakan bahwa timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk airnya dari Al-Qur‘an itu sendiri.6

2.2 Masa Pembentukan Tasawuf

Pada masa awal Islam [nabi dan khulafaur Rasyidin] istilah tasawuf belum dikenal. Meski demikian, bukan berarti praktek seperti puasa, zuhud, dan senadanya tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perilaku Abdullah ibn Umar yang banyak melakukan puasa sepanjang hari dan shalat atau membaca al-Qur‟an di malam harinya. Sahabat lain yang terkenal dengan hal itu antara lain Abu al- Darda‟, Abu Dzar al-Ghiffari, Bahlul ibn Zaubaid, dan Kahmas al-Hilali.7

Pada paruh kedua Abad ke-1 Hijriyah, muncul nama Hasan Basri (642- 728M), seorang tokoh zahid pertama dan termasyhur dalam sejarah tasawuf.

Hasan Basri tampil pertama dengan mengajarkan ajaran khauf (takut) dan raja‟

(berharap), setelah itu diikuti oleh beberapa guru yang mengadakan gerakan pembaharuan hidup kerohaniahan dikalangan muslimin.8

Kemudian pada abad II Hijriyah, muncul zahid perempuan dari Basrah-Irak Rabi‟ah al-Adawiyah (w. 801M/185 H). Dia memunculkan ajaran cinta kepada Tuhan (Hubb al-Ilah).18 Dengan ajaran ini dia menghambakan diri sepenuhnya

5 Sholihin M. Muchlis, Ilmu Akhlaq dan Tasawwuf (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2009), 124.

6 Mustofa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Cet. 1 (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), 130.

7 Syukur, Menggugat Tasawuf, h.30.

8 Ibid.,

(10)

kepada Allah Swt tanpa atau menghilangan harapan imbalan atas surga dan karena takut atas ancaman neraka.9 Pada abad ini tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya, yakni bercorak kezuhudan. Meski demikian, pada abad ini juga mulai muncul beberapa istilah pelik yang antara lain adalah kebersihan jiwa, kemurnian hati, hidup ikhlas, menolak pemberian orang, bekerja mencari makan dengan usaha sendiri, berdiam diri, melakukan safar, memperbanyak dzikir dan riyadlah. Tokoh yang mempernalkan istilah ini antara lain Ali Syaqiq al-Balkhy, Ma‟ruf alKarkhy dan Ibrahim ibn Adham.10

Masa pengembangan ini terjadi pada kurun antara abad ke-III dan ke-IV H.

Pada kurun ini muncul dua tokoh terkemuka, yakni Abu Yazid al-Bushthami (w.261 H.) dan Abu Mansur al-Hallaj (w. 309 H.). Abu Yazid berasal dari Persia, dia memunculkan ajaran fana‟ (lebur atau hancurnya perasaan),11 Liqa‟ (bertemu dengan Allah Swt) dan Wahdah al-Wujud (kesatuan wujud atau bersatunya hamba dengan Allah Swt). Sementara Al-Hallaj menampilkan teori Hulul (inkarnasi Tuhan), Nur Muhammad dan Wahdat al-Adyan (kesatuan agmaagama). Selain itu, para sufi lainnya pada kurun waktu ini juga membicarakan tentang Wahdat al- Syuhud (kesatuan penyaksian), Ittishal (berhubungan dengan Tuhan), Jamal wa Kamal (keindahan dan kesempurnaan Tuhan), dan Insan al-kamil (manusia sempurna).

Dengan kata lain, pada kurun ini muncul dua madzhab yang saling bertentangan, yakni madzhab tasawuf Sunni (al-Junaid) dan madzhab Tasawuf semi-Falsafi (Abu Yazid dan al-Hallaj). Perlu diketahui pula bahwa pada kurun ini tasawuf mencapai peringkat tertinggi dan jernih serta memunculkan tokoh- tokoh terkemuka yang menjadi panutan para sufi setelahnya. Dengan kata lain, pada kurun ini muncul dua madzhab yang saling bertentangan, yakni madzhab tasawuf Sunni (al-Junaid) dan madzhab Tasawuf semi-Falsafi (Abu Yazid dan al-

9 Che Zarrina Binti Sa‟ri, “Tokoh Sufi Wanita Rabi‟ah al-„Adawiyyah: Motivator ke Arah Hidup Lebih Bermakna”, dalam Jurnal Usuluddin, Bil 12, 2007, h. 29-43.

10 Syukur, Menggugat Tasawuf, h.31.

11 Menurut Baldick, pada data-data awal, al-Bustomi tidak ditemukan mengajarkan doktrin Fana‟, baru pada sumber-sumber terkemudianlah doktrin Fana‟ terdapat dalam kisah Sindi yang mengajari al-Bustomi. Baldick, Islam Mistik, h. 53. Aly Mashar, Tasawuf : Sejarah, Madzhab.

(11)

Hallaj). Perlu diketahui pula bahwa pada kurun ini tasawuf mencapai peringkat tertinggi dan jernih serta memunculkan tokoh-tokoh terkemuka yang menjadi panutan para sufi setelahnya.12

Masa yang berjalan pada kurun abad V M. ini sebenarnya kelanjutan dari pertarungan dua madzhab pada kurun sebelumnya. Pada kurun ini pertarungan dimenangkan oleh madzhab tasawuf Sunni dan madzhab saingannya tenggelam.

Madzhab tasawuf Sunni mengalami kegemilangan ini dipengaruhi oleh kemenangan madzhab teologi Ahl Sunnah wa al-Jama‟ah yang dipelopori oleh Abu Hasan alAsy‟ari (w. 324 H). Dia melakukan kritik pedas terhadap teori Abu Yazid dan al-Hallaj sebagaimana yang tertuang dalam syathahiyat mereka yang dia anggap melenceng dari kaidah dan akidah Islam. Singkatnya, kurun ini merupakan kurun pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasan awalnya, al-Qur‟an dan al-Hadis. Tokoh-tokoh yang menjadi panglima madzhab ini antara lain AlQusyairi (376-465 H), Al-Harawi (w. 396 H), dan Al-Ghazali (450- 505H).

Al-Qusyairi adalah sufi pembela teologi Ahlu Sunnah dan mampu mengompromikan syari‟ah dan hakikah. Dia mengkritik dua hal dari para sufi madzhab semi-falsafi, yakni syathahiyat dan cara berpakaian yang menyerupai orang miskin padahal tindakan mereka bertentangan dengannya. Menurut al- Qusyairi kesehatan batin dengan memegang teguh ajaran al-Qur‟an dan al-Hadis lebih penting dripada pakaian lahiriyah.

Tokoh kedua ialah Al-Harawi. Dia bermadzhab Hanabilah, maka tidak heran jika dia bersikap tegas dan tandas terhadap tasawuf yang dianggap menyeleweng. Hal yang dikritik oleh Al-Harawi atas ajaran tasawuf semi-falsafi adalah ajaran fana‟ yang dimaknai sebagai kehancuran wujud sesuatu yang selain Allah Swt.

Kemudian tokoh yang terakhir ialah Al-Ghazali. Dia merupakan tokoh pembela teologi sunni terbesar, bahkan lebih besar dibanding sang pendirinya,

12 Muzakkir, Tasawuf dalam Kehidupan Kontemporer: Perjalanan NeoSufisme, dalam Jurnal Usuluddin, Bil. 26, 2007, h. 63-70.

(12)

Abu Hasan Al-Asy‟ari.13 Al-Ghazali menjauhkan ajaran tasawufnya dari gnostis sebagaimana yang mempengaruhi para filosog muslim, sekte Isma‟iliyah, Syi‟ah, Ikhwan Shafa dan lain-lain. Ia juga menolak konsep ketuhanan Aristoteles, yakni emanasi dan penyatuan. Terkait teori kesatuan, al-Ghazali menyodorkan teori baru tentang ma‟rifat dalam taqarrub ila Allah, tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya.14

2.3 Proses Dari Zhud Ke Tasawuf A. Pengertian Zuhud

Secara etimologis, zuhud berarti ragaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi al dunya berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Orang yang melakukan zuhud disebut zahid, zuhhad atau zahidun. 15

Zuhud memiliki banyak arti beberapa ulama memiliki pendapat yang berbeda namun intinya sama. Menurut M. Saifulloh Al Aziz dalam bukunya menjelaskan pengertian zuhud menurut beberapa ulama diantaranya, menurut Khalifah Ali bin Abi Thalib, zuhud adalah hendaklah tidak terpengaruh dan iri hati terhadap orang-orang yang serakah terhadap keduniaan, baik dari orang mukmin atau dari orang kafir.2Menurut Syaikh Abul Qasim al junaidi al Baghdadi, zuhud adalah bersifat dermawan dari harta yang dimiliki sehingga tidak memiliki harta, serta tidak mempunyaisifat serakah.

Secara umum, zuhud berarti lebih meyakini bahwa apa-apa yang ada di sisi Allah lebih baik dari pada apa yang ada di tangan kita.16 Menurut pendapat yang lain zuhud artinya sikap menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Seorang yang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau

13 Michael E. Marmura, “Ghazali and Ash‟arism Revisited”, dalam Arabic Sciences and Philosophy, Vol. 12, 2002, h. 91-110.

14 Ibid., h. 36-39.

15 M. Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 1

16 Ali Akbar bin Aqil, “Hidup Sederhana Dengan Zuhud” dalam Cahaya Nabawiy Majalah Dakwah Islam Menuju Ridho Ilahi, Edisi No. 147 Th. IX, hlm. 104.

(13)

tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikannya sebagai tujuan. Hanya sarana untuk menuju derajat ketakwaan yang merupakan bekal untuk akhirat.17

B. Proses Menuju Tasawuf: Sebuah Perjalanan Spiritual dari Zuhud

Zuhud dan tasawuf ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam perjalanan spiritual seorang Muslim. Zuhud menjadi landasan awal menuju tasawuf, bagaikan gerbang yang membuka jalan menuju kedekatan dengan Allah SWT. Mari kita telusuri proses transformasi ini:

1. Kebangkitan Kesadaran:

Titik awal proses ini adalah kebangkitan kesadaran tentang kefanaan dunia dan pentingnya akhirat. Seorang individu mulai mempertanyakan makna hidup, tujuannya di dunia, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan sejati.Kesadaran ini memicu keinginan untuk berbenah diri dan mencari jalan yang lebih hakiki.

2. Memasuki Zuhud:

Individu mulai mempraktikkan zuhud, yaitu meninggalkan kesenangan duniawi dan hidup sederhana. Hal ini dilakukan dengan cara:

a) Mengurangi harta benda dan fokus pada kebutuhan pokok.

b) Menghindari kemewahan dan kesenangan yang berlebihan.

c) Menjaga kesederhanaan dalam berpakaian, makan, dan gaya hidup.

Tujuan utama zuhud adalah mengendalikan diri, menghilangkan keterikatan duniawi, dan memfokuskan diri pada akhirat.

3. Membuka Pintu Gerbang Tasawuf:

Zuhud menjadi pintu gerbang menuju tasawuf. Dengan melepaskan diri dari keterikatan duniawi, individu membuka ruang untuk penyucian jiwa

17 M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 14.

(14)

dan pengembangan spiritual. Tasawuf menyediakan metode dan panduan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. Mendalami Tasawuf:

Individu mulai mempelajari dan mempraktikkan berbagai metode tasawuf, seperti:

a) Zikir (mengingat Allah SWT.) b) Muraqabah (introspeksi diri) c) Riyadhah (latihan spiritual)

d) Beribadah dengan penuh kesadaran dan ikhlas e) Mengkaji ilmu tasawuf dan filsafat Islam

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas ibadah, mempersuci jiwa, dan mencapai kedekatan dengan Allah SWT.

5. Mencapai Ma'rifatullah:

Melalui proses tasawuf yang panjang dan tekun, individu diharapkan mencapai ma'rifatullah, yaitu pengetahuan tentang Allah SWT. dan hakikatnya. Ini merupakan tingkatan spiritual tertinggi yang dicapai seorang sufi, di mana mereka merasakan kedekatan dan cinta yang mendalam kepada Allah SWT.

Dalam bahasa zuhud berasal dari kata zahida, zahada, zahuda-zuhdan yang berarti meninggalkan dan tidak menyukai. Maka ada istilah zahida fi aldunya yang berarti menjauhkan diri dari kesenangan dunia untuk beribadah. Seorang yang melaksanakan zuhud disebut dengan al-zahid yaitu orang yang meninggalkan kehidupan dan kesenangan duniawi dan lebih untuk memilih akhirat. Dalam Islam mereka juga disebut dengan istilah orang-orang yang bertakwa. Al-zahid diyakini mampu mengendalikan nafsunya, juga harus menjaga kebersihan serta kebersihan hatinya. Dalam kitab minhaj al-atqiya, ‟, ada aḥwal al-qulub yang terpuji antara lain takwa, qanaah ‟ , zuhud, tawakkal, ikhlas, shabar, dan ḥusn al-khulq (akhlaq yang baik). Sedang aḥwal al-qulub yang tercela antara lain ḥubb al-dunya , riya‟,ujub, ḥasad, dan menghina orang lain.

(15)

Menurut KH Shaleh Darat seorang mukmin yang sempurna adalah orang yang bertakwa kepada Allah, yaitu orang yang melaksanakan perintah serta menjauhi larangan. Sedangkan ibadah dan taat dapat sempurna hanyalah dengan meninggalkan maksiat, seorang mukmin tidak akan dapat meninggalkan maksiat kecuali harus melakukan zuhud dari dunia dan harta benda. 15 Dan jalan yang bisa menghantarkan seseorang agar bisa menghasilkan ridha dan rahmat atau anugerah Allah haruslah melaksanakan syariat, tarekat, dan hakikat. Dan dalam tahapan itu menurut para ahli tasawuf dianggap sebagai lautan intan yang sangat berharga. Sebagaimana syariat yang diumpamakan seperti kapal. Tarekat diumpamakan sepeti lautan. Dan hakikat diumpamakan seperti intan yang terpendam di dalam lautan. Adapun kapal bagaikan alat yang dapat menghantarkan seseorang kepada tujuan tempat kebahagiaan yang abadi.

Sedangkan tarekat bagaikan lautan yang penuh misteri dan tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan ma‟rifah dan mahabbah.18

KH Sholeh Darat memiliki alasan untuk meyakinkan seorang hamba yang awam bahwa seorang hamba tidak seharusnya mengira-ngira dan menerka-nerka suatu peristiwa yang belum terjadi.Adapun sekiranya ada sepuluh alasan yang di jelaskan oleh KH Sholeh Dart yaitu: Pertama, Allah telah menjamin keberlangsungan hidup manusia sejak dari manusia itu berasa didalam kandungan ibunya, maka denga itu Allah juga telah mengatur kehidupannya sebelum manusia itu ada.,Kedua, Manusia harus memasrahkan diri hanya kepada Allah sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman-Nya “barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, maka Allah yang akan mencukupinya”,Ketiga, Sesungguhnya ketentuan dan ketetapan Allah itu melampaui perkiraan manusia itu sendiri., Keempat, Manusia harus mengetahui bahwa sesungguhnya Allah yang maha menguasai seluruh semesta termasuk dengan tujuh langit, tujuh bumi arsy, dan kursyi. Kesemuanya akan patuh kepada sang khaliq dan tentunya tidak ada satupun yang tidak patuh dan pasrah terhadap perintah dan ketentuan Allah, maka tidak sepatutnya manusia yang hanya sebagai

18 Muhammad Shalih ibnu Umar as-Samarani, Minhaj al-Atqiyâ‟ fi Syarh Ma‟rifah alAzkiyâ‟ ila Tharîq al-Auliyâ‟, Bombay: Muhammadi, 1317, hal. 2-4.

(16)

bagian kecil dari ciptaaann-Nya tidak mau menerima ketentuannya., Kelima, Manusia harus mengetahui bahwasanya dia hanyalah milik Allah, dan manusia tidak akan bisa mengurus dirinya sendiri. Karena diri manusia bukanlah kepemilikan dirinya sendiri maka yang berhak untuk menentukan adalah pemiliknya atau penciptanya. Jika tidak, yang terjadi adalah goshob., Keenam, Manusia harus sadar mengetahui bahwasanya manusia hanyalah tamu Allah yan hanya bersinggah di desa yaitu dunia. Maka yang berhak untuk memikirkan yang akan dihidangkan adalah tuan rumah, bukan tamu yang berusaha untul menyajikannya sendiri, atau dengan kata lain Allah sebagai tuan rumah Allah ajan menyediakan segala keperluan dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tamunya.

Dan ketahuilah bahwasanya tuan rumah adalah raja yang sangat kaya yang tidak akan bisa menandinginya., Ketujuh, Mengetahui bahwasanya Allah adalah Sang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri. Dia yang menanggung kehidupan seluruh manusia di dunia ini berupa rezeki, nikmat dan di akhirat berupa pahala., Kedelapan, yaitu untuk menghindari sikap tadbir manusia hendaknya menyibukan diri dengan melakukan ibadah kepada Allah swt. Kesembilan, Sebagai seorang hamba manusia seharusnya mengetahui antara hak dan kewajiban sebagai seorang hamba dan hak dan kewajiban untuk tuannya. Sehingga manusia tidak seharusnya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh tuannya. Tugas inti dari seorang hamba adalah melayani perintah tuannya dan tuannyalah yang berhak akan memperkirakan pemberian untuk hambanya., Kesepuluh, sesungguhnya manusia tidak mengetahui bahwa suatu hal itu punya suatu akhir yang bermanfaat atau madlarat. Maka dari itu hendaknya manusia tidak perlu tadbir dan menerima ketentuan Tuhan.19 KH. Sholeh Darat juga mengajarkan ilmu tasawuf, dimana ilmu tasawuf merupakan sama halnya seperti psikoterapi yang memiliki tujuan untuk menghilangkan sifat- sifat yang negatif, dan membantu seseorang manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan masyarakatnya. Dengan bertujuan untuk mengubah sifat-sifat buruk kepribadian sehingga dapat membuka hati, untuk berhubungan dengan kearifan yang mendalam di dalam diri, dan untuk

19 Muhammad Sholih ibn Umar al-Samaroni, Hadza al-Kitab Matn al-Hikam, hal. 12-16.

(17)

mendekatkan diri kepada Allah.20 Di dalam kalangan kaum sufi atau para pemula yang akan melakukan ajaran tasawuf, mereka berusaha untuk mencapai kejernihan, kebersihan dan kesucian hati, dengan melakukan langkah takhalliyah an-nafs, tahalliyah an-nafs, dan tajalliyah an-nafs. 21 Tasawuf pada intinya merupakan salah satu ajaran di dalam Islam yang membahas tentang jiwa, juga tentang amalan yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan jiwa. 22 KH. Sholeh Darat juga menjelaskan bahwasanya ilmu tasawuf merupakan Ilmu yang membersihkan hati dari sifat-sifat madzmudah (sikap yang tercela) untuk dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah (sifat yang terpuji).23

2.4 Macam-Macam Aliran Dalam Tasawuf A. Tasawuf Akhlaki

Pengertian Tasawuf Akhlaki

Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau

“salingmembersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang membutuhkan

objek. Objek tasawuf adalah akhlak manusia.24

Kemudian kata “ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna

perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak ada lah sifat yangtertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudahtanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.

20 Dewi Mardliyah Ainul, Terapi Psikospiritual Dalam Kajian Sufistik„, Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 14.2 (2017), hal.234.

21 Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal.163.

22 Jarman Arroisi, Maulida‟ Izzatul Amin, Rohmah Akhirul Mukharom, Sufistic Phsycoteraphy;

Telaah Metode Psikoterapi Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Volume 21.

No. 2, Desember 2021, h. 253-278, hal 273.

23 Sholeh Darat, Tarjamah Sabilul’Abid Ala Jauharah at-Tauhid,(Depok: Sahifa,2017),hal 23.

24 Dalam buku pengantar ilmu tasawuf Istilah tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa

– yatashowwafu -tashowwuf” mengandung makna (menjadi) berbulu yang banyak, yakni menjadi seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu domba/wol (suf).

(18)

Jadi, jika kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermaknamembersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.

Tasawuf akhlakiadalah tasawuf yg konsentrasinya lebih menitik beratkan pada sikap dan perilaku serta budi pekerti ajaran tasawuf itu sendiri.25

Karakteristik Tasawuf Akhlaki

Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:

1. Melandaskan diri pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam ajaran-ajarannya, cenderung memakai landasan Qur’ani dan Hadis sebagai kerangka pendekatannya.

2. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara tasawuf (sebagaiaspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai aspek lahirnya).

3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia.

4. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwadengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan tajalli).

5. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat. Terminologi- terminologi yangdikembangkan lebih transparan.

Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki

25 Alwi Shihab, Islam Sufistik : Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia, (Bandung : Mizan, 2001),hal.32.

(19)

1. Hasan Al-Bashri

Bernama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Adalah seorang zahid26 yang amat mashyur di kalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada 110 H (728 H).

Ajaran-Ajaran Tasawufnya

Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut:

 Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa tenteramyang menimbulkan perasaan takut.

 Dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah dari nya. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertam bal dengan dunia, ia akansengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya.

 Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha mengerjakannya.

2. Al-Muhasibi

Bernama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al- Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781 M) dan meninggal tahun 243H (857).27

Ajaran-Ajaran Tasawufnya A. Makrifat

Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut:

26 zahid' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Ar n orang yang (telah) meninggalkan kehidupan yang adahubungannya dengan keduniaan (hidup hanya untuk beribadah, bertapa, dan sebagainya).

27 M.Abdul Mujieb , Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, jakarta selatan,2019 hlm.133

(20)

a) Taat.

b) Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati.

c) Khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepda setiap orang yang telahmenempuh kedua tahap di atas.

B. Khauf dan Raja’

Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’

(pengharapan)

menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa.

Kahuf dan raja’ dapat dilakukan dengan sempurna hanya dengan berpegang teguh pada Al-Qurandan As-Sunnah.

B. TASAWUF AMALI

Pengertian Tasawuf Amali

Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana caramendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan didalam kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yangmendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yangharus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah. Setiap kelompk tarekat memiliki metode, cara danamalan yang berbeda satu sama lain.

Berikut macam-macam maqom yang harus dilaluiseorang sufi, yaitu:

 Al-Maqamat

Untuk mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang panjangdan berat, perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui tahapan-tahapan tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat (stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu dibagi kepada 7 macam, yaitu: Al-Taubah, Al-Wara’,Al-faqr, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan Al-Ridho.

(21)

 Al-Ahwal

Al-Ahwal adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karuniaAllah, bukan dari usahanya.

Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali

1) Rabiah Al-Adawiah

Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah.Lahir tahun 95 H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafattahun 185 H (801 M).28

Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatatsebagai peletak dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.

2) Dzu Al-Nun Al-Mishr

Bernama lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratantinggi Mesir tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M).Al-Mishri membedakan ma’rifat menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah pendekatanmenggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekAtan yang menggunakan akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah(penyaksian hati), sebab maa’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia.

C. TASAWUF FALSAFI

Pengertian dan Perkembangan Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visimistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafimenggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya.

28 Rosihan anwar dan muhtar sholihin, ilmu tasawuf, (Bandung: Cv.pustaka setia,2007) hlm 119

(22)

Terminologi falsafitersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi paratokohnya.

Menurut At-Taftazani,29 tasawuf falsafi mulai muncul dalam khazanah Islamsejak abad keenam Hijriah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah seabadkemudian. Sejak saat itu, tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang terutama dikalangan para sufi yang juga filsuf. Menurut At- Taftazani, ciri umum tasawuf falsafiadalah ajarannya yang samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapatdipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidakdapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa(dzauq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertiannyayang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.

Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi 1) Ibnu Arabi

Bernama lengkap Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath- Tha’i Al-Haitami. Lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 M. Di antara karyamonumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang di tulis tahun 1201, dan masih banyak karya lainnya.

Ajaran-Ajaran Tasawufnya a) Wahat Al Wujud

Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdat al-wujusd (kesatuan wujud).Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud 29 At-Taftazani Adalah cendekiawan muslim di abad ke 8 Hijriah bernama

Mas’ud bin Umar kelak ialebih dikenal dengan nama Sa’dudin Taftazani, lahir di Nisa, kota kecil di di Turkmenistan, lima abadsebelumnya di kota ini pula lahir Imam Nasai penyusun Sunan (kumpulan Hadits-hadits).Di Indonesia,mungkin orang familiar dengan Taftazani karena syarahnya atas Tashrif Izzi atau syarah Taftazani atasRisalah Syamsiyah (Mantiq). Taftazani adalah murid Al Iji, Al Iji adalah murid Nahki, sementara Nahkiadalah murid Baidhawi.

(23)

makhluk pada Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk padahakikatnya adalah wujud Khaliq.

b) Haqiqah Muhammadiyyah

Ibnu Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dariajaran Haqiqah Muhammadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapankejadian proses penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapatdijelaskan sebagai berikut:

Pertama

, wujud tuhan sebagai wujud mutlak yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajatkepada suatu apapun.

Kedua

, wujud Haqiqah Muhammadiyyah sebagai emansi (pelimpahan) pertama dariwujud Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud dengan proses tahapan- tahapannya.

2) Al-Jili

Bernama lengkap ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al

-Jili. Lahir pada tahun 1365 M diJilan (Gilan) sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspi dan wafat tahun 1417 M.

Ajaran-Ajaran Tasawufnya

a) Insan Kamil

Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusiasempurna). Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan. Lebih lanjutia mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan

dengan insan kamil

adalah bagaikan cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk diriny a sendiri,kecuali melalui cermin itu.

b) Maqamat (Al-Martabah)

(24)

Al-Jili merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yangmenurut istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat- tingkat ituadalah: islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.

KESIMPULAN

Tasawuf meskipun dalam pertumbuhan dan perkembangannya terpengaruh oleh kebudayaan umat-umat lain, akan tetapi tetap mempunyai keterkaitan secara internal dengan ajaran-ajaran Islam sendiri. tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah, Pada abad kedua Hijriyah itu belum dikenal adanya orang-orang yang disebut sufi.

Masa yang berjalan pada kurun abad V M. Singkatnya, kurun ini

merupakan kurun pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasan awalnya, al-Qur‟an dan al-Hadis.

Secara umum, zuhud berarti lebih meyakini bahwa apa-apa yang ada di sisi Allah lebih baik dari pada apa yang ada di tangan kita. Seorang yang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikannya sebagai tujuan.

Tasawuf akhlaki ini bermaknamembersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan

(25)

didalam kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yangmendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yangharus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafimenggunakan terminologi filosofis dalam

pengungkapannya.

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Akhlak tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Ni‘am, Syamsun.”Tasawuf Di Tengah Perubahan Sosial”(studi Tentang Peran Tarekat Dalam Dinamika Sosial-Politik Di Indonesia).”harmoni 15, no. 2 (2016): 123– 137.

Ni‘am, Syamsun..Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf. Ar-Ruzz Media, 2014.

Nicholson, Reynold Alleyne. The Mystics of Islam. Sacramento, CA: Murine Press, 2007.

Sa‟ri, Che Zarrina Binti. “Tokoh Sufi Wanita Rabi‟ah al-„Adawiyyah: Motivator ke Arah Hidup Lebih Bermakna”, dalam Jurnal Usuluddin, Bil 2007, h. 29-43.

(26)

Shah, Hazrat Mohammad Khadim Hasan, “Tasawuf”, Trans. Syed Mumtaz Ali.

Dalam artikel yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Tasawuf smt. II, Konsentrasi Filsafat Islam, Fak. Agama dan Filsafat, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Syaifan Nur, M.A., 5 Feb 2010.

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1990)

Ihsan, Nur Hadi,”Hamka’s Doctrine of Zuhud,”Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam. Vol.1,no.1,September 2002.

Alwi Shihab, Islam Sufistik : Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia, (Bandung : Mizan, 2001)

Dr. H. Badrudin, M. Ag, Pengantar ilmu tasawuf, (serang : A-Empat puri Kartika Banjasari, 2015)

Asmara As, Pengantar Studi tasawuf , Jakarta, Raja Grafindo persada, 1996 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB)

M.Abdul Mujieb, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, jakarta selatan,2019 Rosihan anwar dan muhtar sholihin , ilmu tasawuf , (Bandung: Cv.pustaka

setia,2007)

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Kedudukan tasawuf dalam ajaran islam merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan di dalam ajaran islam, yaiu iman, islam, dan ihsan. Dan kedudukan

8 Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam. yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf

Fungsi : fungsi kelompok ilmu pemikiran islam termasuk ilmu tasawuf, ilmu islam dan filsafat adalah merupakan landasan bagi ilmu-ilmu terapan. Tujuan : ilmu tasawuf, ilmu kalam

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulan bahwa para ulama telah membuat kralifikasi ilmu tasawuf dalam islam. Kedudukan ilmu tasawuf saat ini merupakan bagian

Tasawuf mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang ajaran tasawuf

Jika ilmu tasawuf tidak ditemukan pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlak, pendidikan jiwa, hubungan dengan Allah, nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam islam.. Ajaran

Dokumen ini membahas tentang konsep mentoring dalam konteks pendidikan

Di lihat dari persfektif Islam konsep dasar perenialisme dapat ditemukan dalam ajaran tasawuf falsafi yaitu adalah ajaran wahdat al-adyan ajaran ini adanya tujuan yang sama dari semua