• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika terhadap kedua orang tua studi ana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika terhadap kedua orang tua studi ana"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA TERHADAP KEDUA ORANG TUA

I. PENDAHULUAN

Orang tua adalah wasilah utama eksistensi manusia di alam dunia. Oleh karenanya, berbakti kepada keduanya adalah harga mati. Dewasa ini, fenomena berbakti kepada kedua orang tua mulai terkikis oleh budaya barat yang dalam kenyataannya tidak menempatkan kedua orang tua di posisi terhormat. Degradasi moral seperti ini melanda sebahagian besar generasi muda, dan tentu saja sangat bertentangan dengan budaya timur secara umum.

Etika, merupakan refleksi kritis dan logis mengenai nilai dan norma moral yang keberadaannya dapat dilihat dalam tingkah laku manusia baik secara komunal maupun universal. Menurut Profesor Syahrin Harahap, etika perlu dibicarakan, karena disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya:

Pertama, manusia saat ini hidup dalam suatu masyarakat yang semakin pluralis. Kedua, manusia pada zaman kita dihadapkan pada transformasi, masyarakat yang luarbiasa, dimana perubahan yang terjadi akibat hantaman gelombang modernisasi yang tak terelakkan sehingga mampu mengubah budaya dan rohani manusia. Ketiga, sebagai akibat dari semua itu, seringkali muncul tindakan subjektif, motivasi yang tak jelas pamrih. Banyak orang yang terbiasa dengan sikap hipokrit (munafik), berkata “ya” untuk “tidak”, berkata “tidak” untuk “ya”.

(2)

II. PEMBAHASAN

A. Definisi Etika dan Pembagianya

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani adalah “ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom), etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.1

Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.

Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:

 Susila (Sansekerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan

hidup (sila) yang lebih baik (su).

 Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.

 Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang

pembahasan Etika, sebagai berikut:

 Terminius Techicius,pengertian etika dalam hal ini adalah,etika dipelajari

untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusiat.

Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya, antara lain:

1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the sciene of good and the nature of the raight).

(3)

2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct recognize in respect to a particular class of human actions)

3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The sciene of human character in it ideal state, and moral principles as of and individual)

4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The sciene of duty)

5. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesama dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

 Menurut Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia

dalam berperilaku menurut ukuran dan dan nilai yang baik.

 Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori

tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, jauh yang dapat ditentukan oleh akal.

 Menurut Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang

berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

 Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul etika, 1994. Yaitu secara umumnya

sebagai berikut:

1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya.

2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya.

3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.

4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.

Menurut Meryani & Ludigdo : etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkanyang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau prifasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

(4)

membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.2

Menurut Kamus Webster: etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.

Menurut Ahli Filosofi: Etika adalah sebagai suatu studi formal tentang moral. Menurut Ahli Sosiologi: Etika adalah dipandang sebagai adat istiadat,kebiasaan dan budaya dalam berperilaku.

Pembagian definisi tentang etika dapat di klasifikasikan menjadi tiga jenis definisi, yaitu sebagai berikut :

 Jenis Pertama, Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus

membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

 Jenis Kedua, Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang

membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.  Jenis Ketiga, Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat

normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya. Pengertian Etika dalam kamus umum bahasa indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance index or reference for our control system”

Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah:

 Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban

moral.

Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak

 Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat. Pada akhirnyaa, penulis meringkas pengertian Etika terbagi atas dua hal :

1. Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik buruknya suatu tindakan.

2. Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan lainya) B. Definisi Orang Tua

(5)

Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.”3

Sedangkan dalam penggunaan bahasa arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi.

$

uZøŠ¢¹urur

z`»|¡SM}$#

Ïm÷ŠyŠÏ9ºuqÎ/

çm÷Fn=uHxq

¼çmŠBé&

$·Z÷dur

4Šn?tã

9`÷dur

¼çmè=»|ÁÏùur

ŠÎû

Èû÷ütB

%tæ

Èbr&

öŠ

à6ô©$#

ŠÍ<

y7÷ŠyŠÏ9ºuqÎ9ur

¥Šn<Î)

犊ÅÁyJø9$#

ÇÊÍÈ

Artinya: “ Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik)kepada dua orang ibu bapaknya ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman : 14)

Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat pada perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.”4

Maksud dari pendapat di atas, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir serta bergerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Seorang ahli psikologi Ny. Singgih D Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan, “Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup

(6)

bersama dengan membawa pandangan pendapat dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.”5

Dalam hidup berumah tangga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan lainya. Perbedaan dari sifat dan tabiat, perbedaan dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi gaya hidup anak-anaknya, sehingga akan memberikan warna tersendiri dalam keluarga. Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada kedua orang tua ini akan mempengaruhi kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut.

Pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution adalah: “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.”6

Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah diurarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya baik dari segi psikologis maupun pisiologis. Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.

C. Pembahasab Ayat

1. Surah Al-‘Ankabut Ayat 8



ŠŠŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠŠŠŠŠŠ



Š

ŠŠŠŠŠ Š

 

ŠŠ

ŠŠŠŠŠ

ŠŠ



Š

ŠŠ

ŠŠŠŠŠŠŠ



ŠŠŠŠŠ

Š

ŠŠ

Š

ŠŠŠŠŠ

Š

Š

ŠŠ

Š

ŠŠŠ

ŠŠ

Š

ŠŠ



ŠŠŠŠŠŠŠŠŠ

ŠŠ



Š

ŠŠŠ

ŠŠŠŠŠŠŠ

Š

ŠŠŠ



ŠŠŠ

ŠŠ

ŠŠŠ

ŠŠŠ

ŠŠ

ŠŠŠŠ

ŠŠŠŠŠ

ŠŠŠ

5 Psikologi Untuk Keluarga, Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D.Gunarsa, Gunung Mulia (1976), Hal . 27.

(7)

“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Kosa Kata Penting7



ŠŠŠŠŠ

Š

Š

dan Kami

wajibkan

ŠŠŠŠŠ

Berbuat Baik

Š

ŠŠŠŠŠŠŠ

jika (keduanya)

memaksamu

ŠŠ



ŠŠŠŠŠ

Š

agar engkau

menyekutukan ku

ŠŠŠ

ŠŠŠŠŠŠŠ

tempat kembali

kalian

Š

ŠŠŠ



ŠŠŠ

ŠŠ

maka akan ku

beritakan kepada

kalian

Asbabun Nuzul

Beberapa riwayat menyatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan adanya larangan orang tua terhadap anak-anaknya untuk memeluk islam sambil menyatakan bahwa anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Diriwayatkan bahwa Hamnat bin Abi Sufyan, ibu Sa’ad bin Abi Waqqash sangat marah ketika anaknya itu memeluk Islam dan bersumpah tidak akan berteduh, tidak juga makan dan minum sampai Sa’ad murtad kembali. Setelah berlalu tiga hari, Sa’ad melapor kepada Rasul Š, maka turunlah ayat ini. Rasul kemudian memerintahkan Sa’ad tetap berbakti kepada orantuanya namun tidak memenuhi permintaan itu. Sa’ad sendiri berkata: “Ibuku, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu keluar satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agamaku. Maka makanlah atau tidak usah makan.” Ketika sang ibu merasa bahwa Sa’ad tidak mungkin merubah pendiriannya, ia pun makan dan minum.8

Munasabah

7 Al-Qur’anul Karim Terjemahan Tafsir Perkata, Syaamilul Qur’an (Bandung: Insan Kamil, 2007) Hal. 397

(8)

Pada ayat yang lalu dijelaskan tentang pengampunan dosa dan pemberian ganjaran lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Pada ayat ini, Allah Š menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan atau berbakti kepada kedua orang tua dalam rangka menunjukkan keimanan dan ketaqwaan dan tidak boleh keluar dari koridor ketaatan kepada-Nya.

Isi Kandungan

Dr. ‘Aidh Al-Qarni di dalam Tafsir Muyassar menjelaskan bahwa di dalam ayat

ini Allah Š telah berpesan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang

tua dengan cara berbakti, bersikap dengan lemah lembut, dan menyanyangi keduanya dalam rangka menaati Allah. Jika kedua orang tua menyuruh anaknya melakukan kemusrikan terhadap Allah atau menyuruh untuk menjadi kafir maka kepatuhan kepada keduanya tidak boleh dilakukan. Tempat kembali manusia adalah kepada Allah yang akan menghitung amal perbuatan mereka. Apabila amal perbuatannya baik maka akan berbuah kebaikan dan jika amal perbuatannya jelek maka akan buruk pula balasannya.9

Sementara Dr. Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni di dalam Safwah al-Tafaasir

menerangkan bahwa Allah memerintahkan manusia dengan perintah yang sangat

untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebab mereka adalah penyebab adanya manusia dan mereka mempunyai jasa yang tinggi kepada nya. Ayah telah memberi nafkah dan ibu telah memberi kasih sayang dengan mengandung dan melahirkan. As-Shawi berkata: Allah memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya, bukan sebaliknya, sebab anak berwatak kasar dan tidak taat kepada orangtua. Itulah sebabnya Allah membebani anak denga hal yang berlawanan dengan wataknya. Sedangkan orangtua berwatak kasih sayang kepada anaknya. Karena itu Allah menyerahkan urusan kepada watak asli orang tua.10

Beliau melanjutkan, Jika kedunya mencurahkan seluruh kemampuannya dan sangat ingin agar kamu kafir kepada Allah Š, dan mempersekutukan dengan Allah sesuatu yang tidak layak menjadi tuhan, maka janganlah kamu menuruti mereka dalam hal ini, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk maksiat kepada Allah. Allah Š melanjutkan, kepada Ku lah seluruh makhluk akan kembali, baik yang mukmin maupun yang kafir, yang taat maupun yang durhaka, lalu aku

(9)

balas masing-masing dari mereka dengan apa yang mereka perbuat. Ini adalah janji Allah yang menyenangkan bagi seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya serta mengikuti hidayah, dan merupakan ancaman bagi anak yang durhaka kepada orangtuanya dan mengikuti jalan kesesatan.11

Di dalam Tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka menjelaskan ayat ini dengan

terperinci. Hamka menyatakan bahwa kalau pesan itu datangnya dari Tuhan maka itu dinamakan wasiat, artinya, supaya hendaklah selalu bersikap baik kepada ayah bunda. Karena denggan perantara keduanya lah Allah menjadikan asal usul kejadian manusia dimuka bumi ini. Ayah mencarikan segala perlengkapan hidup. Ibu mengasuh dan menjaga rumah.

Kendati demikian, di dalam surah Al-Isro ayat 23 telah dijelaskan bahwa seorang anak harus menolak ajakan orang tuanya jika mereka menyeru untuk mempersekutukan Allah Š dengan sesuatu yang lain. bagaimanapun kerasnya ajakan yang dilayangkan oleh mereka. Ayah dan bunda wajib di hormati, tetapi mereka tidak boleh dipatuhi dalam hal pelanggaran akidah. Jika bertemu hak Allah dan hak orang tua yang tidak bisa dikompromikan lagi. Maka hak Allah lah yang lebih baik untuk didahulukan.12

“Kepada Ku lah kamu akan kembali”. Begitulah firmah Allah selanjutnya. “maka aku akan beritakan kepada mu dari hal apa yang telah engkau kerjakan”. Di hadapan Allah lah kelak keimanan dan kekufuran seseorang akan dipisahkan sejelas-jelasnya. Meskipun ayah kandung dan ibu kandung. Kalau mereka tidak mempercayai keesaan tuhan, dia akan dimasukkan ke tempat orang musyrik, jauh terpisah dari anaknya yang telah beriman.13

2. Surah Al-Ahqaf Ayat 15



ŠŠŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠŠŠŠŠŠ



Š

ŠŠŠŠŠ Š

 

ŠŠ

ŠŠŠŠŠŠ

Š

Š

Š



Š

ŠŠ

Š

Š

ŠŠŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠŠŠ

ŠŠ

Š

Š



Š

Š

ŠŠ

Š Š

ŠŠŠŠ

Š ŠŠŠŠŠŠ



ŠŠ

ŠŠŠŠŠŠ

ŠŠŠŠ

ŠŠŠ

Š



Š

ŠŠ

ŠŠŠŠŠ

Š



Š



Š

ŠŠŠŠŠŠ

ŠŠŠ

Š



ŠŠŠ

11 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwah al-Tafaasir hal. 416

12 Prof. Dr Hamka, Tafsir Azhar, Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte. Ltd. Cet. V 2003 Hal. 5004

(10)

Š



Š

ŠŠ



Š

ŠŠŠŠŠŠŠŠŠŠŠ

ŠŠŠ

ŠŠŠ

ŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠŠŠŠ

ŠŠŠŠŠ



ŠŠŠŠŠŠŠŠŠ

ŠŠ



ŠŠ

Š



ŠŠ

Š

ŠŠŠ

Š

Š

Š

ŠŠŠ



Š

Š



ŠŠŠ

ŠŠŠ Š

ŠŠ

Š



ŠŠŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠ



Š ŠŠ

ŠŠŠ

ŠŠŠŠŠŠŠŠŠŠŠ

ŠŠ

ŠŠ

ŠŠŠ

Š

Š

ŠŠŠ

Š

ŠŠ

ŠŠ



Š

ŠŠŠ

ŠŠŠŠ

Š

ŠŠŠŠŠ



ŠŠŠŠ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkan dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo‘a: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni‘mat Engkau yang telah Engkau berikan kepada ku dan kepada Ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau Ridhai, berilah kebaikan kepada ku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Kosa Kata Penting14



ŠŠŠŠŠ

Š

Š

dan Kami

wajibkan

ŠŠŠŠŠŠ

Š

Berbuat Baik

Š

Š



Š

(Ibunya)

mengandugnya

ŠŠŠŠŠ

Susah payah

Š

Š

ŠŠŠŠ

Š

Š

Dan (ia)

melahirkan

Š Š

ŠŠŠŠ

Š

Dan menyapihnya

ŠŠ

ŠŠŠŠŠ

Masa dewasanya

ŠŠŠŠŠŠŠŠŠŠ

Beri aku petunjuk

ŠŠ

ŠŠŠ

Š

Aku mensyukuri

Š

Š

ŠŠŠ



Š

Beri kebaikan

ŠŠŠŠŠŠŠŠŠŠ

Anak keturunanku

ŠŠ

Š

Aku bertaubat

Munasabah

Pada ayat yang lalu dijelaskan bahwa kelak Allah akan memberikan ganjaran berupa kenikmatan surga bagi orang-orang yang mampu istiqamah dalam tauhid

(11)

dan ama shaleh. Kemudia pada ayat ii diteragkan bahwa anak yang sholeh selalu berdoa untuk kebahagia dunia dan akhirat baik untuk dirinya, kedua orang tuanya dan anak keturunannya.

Isi Kandungan

Al-Qarni menjelaskan bahwa Allah Š berpesan kepada manusia bahwa

setiap mereka wajib berbuat baik kepada kedua orang tuanya semasa hidup mereka dengan cara bersikap lemah lembut kepda mereka berdua, juga berbuat baik kepada mereka berdua sepeninggalan mereka dengan cara mendoakan dan bersedekah serta melakukan berbagai kebajikan untuk mereka jika mereka berdua muslim.

Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah serta menanggung rasa sakit ketika melahirkannya. Masa mengandung dan menyusui total mencapai waktu tiga puluh bulan. Karena itulah seorang ibu memiliki hak yang lebih besar dibanding ayah atas kebaktian anaknya.

Ketika sang anak telah genap mencapai usia empat puluh tahun, dia berdoa kepada Rabb-nya, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepada ku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepada ku dan kepada kedua orangtua ku. Berikanlah taufiq kepada ku untuk melakukan amal-amal sholeh yang Engkau ridhai, yaitu amalan yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai sunnah Rasulullah Š dan perbaikilah sanak keturunan ku agar mereka bisa melakukan ketaatan dalam beragama. Aku bertobat kepada-Mu dari segala keburukan yang telah ku perbuat dan aku tunduk pada perintah-Mu serta kekuasaan-Mu dan berserah diri dalam mengikuti syariat-Mu”15

As-Shabuni melanjutkan komentarnya tentang ayat ini bahwa Kami (Allah Š) perintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua Ibu Bapaknya, karena ridha Allah terdapat pada ridha keduanya, begitu juga murka Allah ada pada murka keduanya. Maka Allah Š mendorong hamba-Nya untuk untuk berbakti kepada mereka. Kami (Allah Š) perintahkan manusia dengan perintah yang kuat dan pasti untuk berbakti kepada mereka dengan menyebutkan alasannya “Ibunya mengandung dengan susah payah dan melahirkan dengan

(12)

susah payah (pula)” ibunya mengandung dengan susah dan sulit dan melahirkan dengan susah dan sulit. Masa melahirkan dan menyusuinya adalah dua tahun setangah, ibu selalu merasakan letih selama itu. Ibnu Kathir berkata: “yakni karena anak, ibu mengalami letih dan payah ketika megandung, mengidam, berat dan sedih serta hal lainnya. Ibu juga melahirkan dengan susah payah karena sakit saat melahirkan. Ayat ini dengan ayat yang terdapat dalam surah Luqman ayat 14, ‘dan menyapihnya dalam dua tahun” ulama menyimpulkan hukum bahwa kehamilan minimal enam bulan, ini pengambilan hukum yang tepat.16

”sehingga apabila dia telah dewasa’; ketika anak itu sudan mencapai kesempurnaan dalam kekuatan dan akal pikirannya, “dan umurnya sampai empat puluh tahun”; dia terus menerus muda dan kuat hingga mencapai usia empat puluh tahun, akhir kesempurnaan akal fikiran. Inilah sebabnya beberapa ulama berpendapat bahwa tidak ada nabi yang diutus sebelum usia empat puluh tahun. “Ia berdo’a: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah Engkau berikan kepada ku dan kepada Ibu Bapakku”; dia berkata: berilah aku ilham untuk bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku dan kedua orang tua ku yang telah mendidikku ketika kecil. “dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridha”; dan berikah aku taufiq untuk berbuat amal shaleh sehingga Engkau idha kepada ku. “berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku”; jadikanlah anak cucuku dan keturunan ku orang yang shaleh. Syaikh Zadah berkata: “hamba pendoa itu meminta tiga hal kepada Allah. Pertama, taufiq Allah agar bisa mensyukuri nikmat. Kedua, taufiqnya agar dia bisa menunaikan ibadah yang diridhai. Ketiga, Allah membuat atau menjadikan anak cucunya shaleh. Yang ketiga ini adalah sebuah kesempurnaan dan kebahagian manusia. “Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”; Tuhan, saya bertaubat kepada-Mu dari segala dosa dan saya termasuk orang yang berpegang teguh kepada Islam.

Di akhir pemaparan, beliau mengutip pendapat Ibnu Kathir yang mengatakan bahwa ayat ini mengandung pelajaran bagi orang yang mencapai

(13)

usia empat puluh tahun agar senantiasa memperbaharui taubatnya dan kembali kepada Allah Š.17

Sementara penafsiran Buya Hamka untuk ayat ini sangat panjang, sebagai berikut: “Dan Kami wasiatkan kepada manusia supaya dengan kedua ibu Bapak nya, hendaklah berbuat baik”. Inilah wasiat, atau perintah utama kepada manusia, sesudah perintah percaya kepada Allah sebagai dasar kehidupan. Dengan percaya kepada Allah, kalau manusia hendak menegakkan budi baik dalam dunia ini, maka perintah kedua setelah berbakti kepada Allah adalah menghormati orangtua. Sebab pertalian darah, pertalian keturunan dan tabiat baik secara manusiawi maupun hewani. Ayah dan ibu menumpahkan kasih sayangnya, cintanya yang murni dan tidak mengharapkan balasan dari anak-anaknya yang lahir dari hubungan mereka. Keinginan memperoleh anak adalah idamana bagi setiap perempuan yang sehat akal fikirannya. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa seorang anak hendaklah berbakti kepada kedua orantuanya. Manusia yang sehat mempunya perasaan yang halus, mempunyai perasaan kasih sayang dan cinta.

”ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan telah melahirkan dengan susah payah”. Ini diperingatkan terlebih dahulu oleh Allah kepada insan berbudi, diperingatkan akan kesusah-payahan ibu mengandung dan dan melahirkannya! Semua kita melihat sendiri kesusahan itu. Seorang ibu menderita karena mengandung dan melahirkan, namun kesusah-payahan menambah kuat cintanya.

Bahkan tidak sedikit seorang ibu yang subur, melahirkan tahun ini, menyusui tahun depan, melahirkan tahun berikutnya, menyusui lagi tahun sesudahnya. Kian tahun tubuhnya kian lemah, namun cintanya tak pernah berkurang.

Kerap sekali orang mengambil burung “pelikan”, yang menghisap darahnya sendiri untuk minuman anaknya, dan ketika darahnya habis dia pun mati dan anaknya hidup, namun dia tidak menyesal. Kita melihat banyak ibu yang demikian. Saya sendiri mengalami istri saya, ibu dari anak-anak saya,

(14)

anak yang hidup berjumlah sepuluh orang, tujuh laki-laki, 3 perempuan, dua yang meninggal, dua lagi yang keguguran sedang hamil, sehingga berjumalh empat belas orang. Akhirnya berhenti sendiri dan tidak beranak lagi tetapi badannya sudah sangat lemah dan berbagai penyakit tak terhindarkan lagi. Beliau wafat dalam usia lima puluh tujuh tahun.18

Maka banyak sekali wasiat Allah agar manusia menghormati, berbuat bakti dan khidmat kepada ibu dan bapak. Dan tidak lah kita temui dalam Qur-an maupun Hadisr yQur-ang memerintahkQur-an supaya sseorQur-ang ayah atau ibu memelihara anaknya dengan baik. Sebab, memelihara anak walau tidak ada perintah, pasti akan dilakukan oleh mereka karena didorong oleh rasa kasih sayang. Kadang, makanan yang telah ada di dalam mulut pun dikeluarkan kembali dan diberikan kepada anaknya yang meminta makanan tersebut, sekalipun sang ibu merasa sangat lapar.

Allah memerintahkan demikian karena banyak anak yang terlupa kepada ibu bapaknya, bila ia merasa telah dewasa. Kalau dilihat di lain sisi, anak tidak sempat mebalas jasa dan kebaikan orangtua sebab ia pun akan menumpahkan kasih sayang pula kepada anaknya sendiri. Karenanya, seorang anak tidak akan pernah bisa membalas budi ayah ibunya sebagaimana yang dilakukan oleh mereka waktu sang anak masih kecil. semua akah ditumpahkan pula kepada anaknya sendiri ketika sang anak berumah tangga.

Ayat ini menonjolkan pengorban luarbiasa seorang ibu yang tidak akan pernah bisa dibalas dan dibayar dengan apapun. Allah yang maha kuasa, maha Rahman dan Rahim yang mencurahkan kasih sayang ke dalam hati seorang ibu. Sehingga “Telah mengandung akan dia ibu nya dengan susah payah dan telah melahirkan ia pula dengan susah payah”. Dan mengandungnya dan menyapihnya selama tiga puluh bulan.”

Telur yang kecil di dalam sperma itu melekat dalam rahim si Ibu. Ditakdirkan Allah Š tidak akan tanggal lagi sampai waktu dia lahir. Dan selama dia melekat dalam rahim itu ia akan menghisap makanan yang dikonsumsi sang ibu. Ia menghisap darah ibunya untuk makanan yang pokok.

(15)

Semakin hari semakin besar, berendam dalam darah ibu dan menghisap makanannya. Sejak mengandung, telah terasa oleh sang ibu bagaimana anak itu menghisap saripati makanan yang menjadikan sang ibu sangat lemah, menjadi berubah selera, karena semua yang dikonsumsi menjadi asupan makanan bagi sang janin. Terutama bila janin telah mulai tumbuh tulang setelah melalu masa nutfah, ‘alaqah, sampai kepada mudhghah dalam waktu empat bulan sepuluh hari. Semakin besar semakin meminta diberikan banyak asupan makanan yang membuat sang ibu benar-benar merasa lemah. Dalam kepayahan tersebut, sang ibu tetap tersenyum dan memperlihatkan kepada suaminya bahwa anak dalam kandungannya mulai nakal dan bergerak-gerak.

Ketika sang anak dilahirkan, dalam rintihan sakit yang tiada tara, sang ibu tetap menyunggingkan senyum sebagai lambang ketulusan cintanya. Sang ayah gelisah memikirkan istri dan calon anaknya, menunggu berita dari bidan sambil berdoa semoga istri dan anaknya selamat. Setelah melalu perjuangan yang sangat melelahkan. Maka tibalah saatnya mereka memulai kepayahan baru. Yaitu, kepayahan mengasuh dan membesarkan anaknya, mendengar tangisannya, menyuci kotorannya, memandikannya, dan kepayahan demi kepayahan lainnya. Namun hati tetap senang. Kira-kira dua bulan setelah perawatan yang melelahkan itulah, baru sang anak akan memberikan obat penawar, atau obat jerih dari kepayahan ibu bapak. Dia mulai tersenyum.19

Dan apakah yang dapat dibalas oleh seorang anak sebagai ucapan terimakasih? Al-Bazzar meriwayatkan sebuah hadist dari Buraidah yang diriwayatkan dari ayahnya bahwa suatu hari Rasulullah bertawaf di sekeling ka‘bah. Terlihat olehnya seorang laki-laki berbadan gempal sedang menggendong ibunya yang telah tua bertawaaf mengelilingi ka‘bah. Setelah tawaf, ia pun menuju maqam ibrahim dengan masih menggendong ibunya. Diturunkan ibunya dari gendongan dan kemudian mereka sholat bersama Rasulullah Š, lalu Rasul bertanya kepadanya: Puaskah engkau melakukan tugas menggendong ibu mu mengerjakan ibadah ini? Lelaki itu menjawab: “Belum, belum terbalas jasanya, walau buat sekali saja meneguk air susunya!”

(16)

“Sehingga setelah ia mencapai dewasanya dan mencapai empat puluh tahun, Ia berkata: Tuhanku, Berilah aku kesempatan untuk bersyukur atas nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan atas ku” ayat ini menjelaskan bahwa setelah manusia berumuh empat puluh tahun, barulah mantap tumbuhnya kedewasaan, barulah manusia mensyukuri nikmat kehidupan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Karena pada umumnya Sebelum mencapai empat puluh tahun, kebanyakan manusia masih ingin menang sendiri, merasa benar sendiri dan setelah masa ini lah atau ketika manusia mencapai umur empat puluh tahin barulah manusia mencapai kematangan dan kemanpatan sebagai insan. Maka tepat sekali apa yang dikatakan oleh seorang pangeran terkemuka dari Bani Umayyah, Al-Hajjaj bin Abdullah al-Hakami, “Empat puluh tahun pertama masa hidupku aku meninggalkan dosa karena malu terhadap manusia. Tetapi setelahnya, aku meninggalkan dosa karena malu kepada Allah”. Maka semakin tua usia kita, semakin terasa mendalam kebenaran dari ucapan al-Hakami ini.

”dan atas kedua ibu bapak-ku,” aku syukuri nikmat Engkau ya Allah, baik atas diriku sendiri maupun atas kedua orangtua ku. Sebab, manakala seorang anak telah mencapai empat puluh tahun, ia mulai merasakan apa yang dirasakan oleh ibu-bapaknya. Penderitaan, pengorbanan, kasih sayang, kesukaran atau kemudahan hidup dalam membesarkan anaknya. Oleh karenanya, bertambah dewasalah seseorang dan bertambah insaf dan kasih sayang terhadap ibu-bapaknya.20

Doa itu masih dilanjutkan dalam kalimat setelahnya: “Dan supaya aku berbuat amah shalih yang engkau ridhai.” Maka setelah bersukur karena telah dilahirkan ke dunia oleh kedua orang tua yang baik, kita wajib berbuat baik dan berkhidmat kepada beliau berdua dikala hidupnya dan mendoakannya dikala mereka sudah meninggal. Maka dilanjutan ayat ini, kita pun berdoa kepada Allah agar kita dapat menyambung kebaikan beliau berdua dengan keturunan yang baik pula. “Dan perbaikilah aku dan keturunanku” jangan lah kiranya terhenti sejarah kebajikan dalam hidup kami, teruslah turun temurun hingga menjadi sejarah yang membanggakan.21

(17)

Dalam megarungi hidup yang berbelit, mendaki dan menurun, terkadang berjaya dan terkadang sengsara, adakalnya aku melakukan kabaikan, tapi dilain waktu aku berbuat dosa, maka, “Sesungguhnya, aku bertaubat kepada-Mu” atas kesalahan yang terlanjur aku perbuat disebabkan oleh kealpaan ku. Namun, aku selalu berusaha untuk menjadi orang baik, “Dan, aku adakah seorang muslim”.

Kekurangan ku banyak, engkaulah yang meluruskannya. Kealpaan ada pada ku, Engkaulah yang mengingatkannya. Bagaimanu pun juga, aku tetaplah seorang muslim. Aku menyerah, aku pasrah.22

Menurut D. M. Makhyaruddin, M.A23, ketiga Ayat yang penulis cantumkan di atas (Luqman: 14 Al-Ankabut: 8, dan Al-Ahqaf:15) memiliki konteks pembahasan masing-masing. Surah Luqman ayat 14 menjelaskan tentang taat dan berbuat baik kedua orang tua dalam kontek syukur kepada Allah. Dalam ayat ini, syukur kepada Allah lebih dominan dari pada syukur kepada kedua orang tua. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai rasa syukur seorang anak kepada orang tua melebihi rasa syukurnya kepada Allah.

Sementara ayat ke delapan pada Ankabut, konteknya adalah fitnah atau cobaan bagi seorang yang beriman dalam menghadapi orang tua kafir yang

ber-mujahadah untuk menjadikan anaknya kufur kepada Allah, ini sesuai dengan ayat kedua pada Surah ini.

Š

ŠŠŠ

Š

ŠŠ

ŠŠ



ŠŠ



ŠŠŠ



ŠŠ

ŠŠ

ŠŠ



ŠŠŠ Š

Š

ŠŠ

ŠŠŠ



Š ŠŠŠŠ

Š Š

ŠŠŠŠŠŠ

Š

ŠŠ ŠŠŠ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami beriman”, Sedang mereka tidak diuji lagi”

Oleh karena konteksnya fitnah, maka kalimat yang digunakan dalam ayat ini

adalah “Husna”, bukan “ihsaana”. Artinya, kebaikan yang dilakukan seorang anak kepada orang tua adalah kebaikan biasa sebagaimana kebaikan kepada

22 Prof. Dr Hamka, Tafsir Azhar, Hal. 6656

(18)

orang lain secara umum. untuk lebih memahami perbedaan penggunaan “husna dan “ihsaana” kita bisa melihat ayat 83 dari surah Al-Baqarah.

Sedangkan ayat 15 pada surah Al-Ahqaf berbicara dalam konteks berbuat baik secara total kepada orang tua, karena tidak terdapat pembahasan tentang upaya orang tua untuk meng-kufur-kan sang anak. oleh karenanya, kalimat yang dipakai adalah “ihsaana”. Berbuat baik disini dilakukan khusus kepada orang tua yang benar-benar terlihat kesholehan dan kesungguhannya dalam perjuangan membesarkan dan membimbing kita.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan-kesimpulan berikut:

1. Taat kepada kedua orang tua adalah wajib, selama tidak keluar dari koridor syariat dan tidak menjerumuskan seorang anak kepada kemusyrikan dan kekufuran.

2. Orang tua dapat dikategorikan kedalam tiga tingkatan, Pertama:

Orang tua yang biasa, yang tidak begitu peduli akan keimanan anaknya. Kedua: orang tua yang membawa fitnah atau memberi cobaan yang berusaha untuk menjadikan anaknya kufur. Ketiga:

orang tua yang shaleh dan ikhlas berjuangan membesarkan dan mendidik anaknya menjadi generasi penerus yang sholeh pula.

(19)

Al-Qur’anul Karim, Terjemahan Tafsir Perkata, Syaamil Al-Qur’an (Bandung: Insan Kamil, 2007)

Al-Qarni, ‘Aidh, Tafsir Muyassar, (Jakarta: Qishti Press, 2008) Cet. I,

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Shafwah al-Tafaasir, (Makkah Al-Mukarromah, Daar Ash-Shabuuni, 2013) Cet. XIII

Gunarsa, Singgih D. dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia 1976)

Kartono, Kartini, Teori Kepribadian, (Badung: Mandar Maju 1982)

Najihan, Bannan Naylin: Kompilasi Makalah Tafsir Maudhu‘i, (Jakarta, Institut PTIQ, 2014)

Nasution, Thamrin, Peranan Orangtua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: Gunung Mulia 1986)

Nichomachean Ethics: Aristotle with an introduction by Hye-Kyum Kim, terj. F.H Peters di Oxford, 1893. (Barnes & Noble, 2004)

Poewadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka 2003.)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya aktor dapat menentukan apakah sebuah struktur itu akan membatasi (constraining) atau justru menjadi kemungkinan peluang (enabling). Dengan berdasarkan pada

Tahap pertama pengguna admin untuk memasukkan data gardu, dimana dalam penginputan tersebut data yang dimasukkan adalah wilayah, nama gardu dan keterangan seperti

Hasil yang didapat adalah terjadi interaksi pada rata-rata jumlah daun akibat perlakuan pemberian urea dan urine kelinci pada pengamatan ke-5, pemberian urea

Penggunaan Macam Mulsa Organik memberikan dampak postif bagi pertumbuhan tanaman karena dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban dan mempertahankan ketersediaan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran Pimpinan Ranting Muhammadiyah dalam menanamkan ideologi Muhammadiyah dan faktor-faktor apa saja yang menjadi

Shalat gerhana disyariatkan kepada setiap muslim, baik dalam keadaan muqim di negerinya atau dalam keadaan safar, baik untuk laki-laki atau untuk perempuan. Atau

 Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan maret 2014 merata. Dimana di seluruh wila- yah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal terhadap rata-ratanya. Berdasarkan

Menyiapkan #emua kelengkapan yang dibutuhkan untuk pro#e# ru&#34;ukan8 34 Mematuhi ke#epakatan per&#34;an&#34;ian ker&#34;a#ama yang telah di#epakati.. Sudah ada tempat tidur