• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi (1)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

-YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN

LOKASI TPA BENOWO

SURABAYA

DISUSUN OLEH:

FARIDA PUSPITA RINI

ANISA HAPSARI KUSUMASTUTI

ALI WIJAYA

AZIZAH FARIDHA ELIZA

3613100009

3613100020

3613100021

3513100046

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

(2)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan rahmadnya kami dapat menyelesaikan tugas menyusun makalah mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan yang mana membahas mengenai pemilihan lokasi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya ”. Makalah ini berisi tentang analisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi TPA. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan urutan prioritas sub kriteria yang menjadi pertimbangan pemilhan lokasi TPA Benowo Surabaya.

Ucapan terima kasih tak lupa kami berikan kepada bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg dan Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST. MT. M.Sc sebagai dosen dari mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan yang turut membimbing dalam penyelesaian tugas ini. Juga kepada rekan – rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan masukan-masukan kepada kami dalam menyelesaikan tugas. Tugas ini merupakan ulasan mengenai apa yang sudah survei dan kami kaji. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Surabaya, 29 Mei 2015

(3)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Sampah ... 4

2.2 Sumber Sampah ... 4

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulan Sampah ... 5

2.4 Pembuangan Akhir Sampah ... 6

2.5 Teori Lokasi ... 7

2.5.1 Teori Tempat Lokasi ... 7

2.5.2 Teori Walter Christaller (1933) ... 8

2.5.3 Teori Weber (1909) ... 8

2.5.4 Teori Lokasi Fasilitas Umum ... 9

2.6 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (SNI 03-3241-1994) ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

3.1 Pendekatan Penelitian ... 12

3.2 Jenis Penelitian ... 12

3.3 Variabel Penelitian ... 12

3.4 Populasi dan Sampel ... 14

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.6 Metode Analisis ... 16

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 17

4.1 Kondisi Fisik ... 18

4.2 Pelayanan ... 18

4.3 Penanggulangan Dampak Pencemaran ... 18

(4)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

iii

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Analisis Faktor Pemilihan Lokasi Menurut Preferensi Stakeholder... 22

5.2 Kombinasi Analisis Faktor Penentuan Lokasi TPA Benowo ... 27

5.3 Kesesuaian Kriteria dengan TPA Benowo ... 32

5.4 Rekomendasi ... 33

BAB VI PENUTUP ... 34

6.1 Kesimpulan ... 34

6.2 Lesson Learned ... 34

(5)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo ... 17

Gambar 2. Diagram faktor penentu pemilihan lokasi TPA Benowo ... 22

Gambar 3. Pembobotan Kriteria ... 27

Gambar 4. Pembobotan Sub Kriteria Kondisi Tanah ... 27

Gambar 5. Pembobotan Sub Kriteria Pelayanan ... 28

Gambar 6. Pembobotan Sub Kriteria Penanggulangan Dampak Pencemaran ... 29

Gambar 7. Urutan prioritas sub kriteria keseluruhan ... 30

DAFTAR TABEL Tabel 1. Definisi Operasional Variabel ... 13

Tabel 2. Karakteristik TPA Benowo ... 18

Tabel 3.Kepadatan dan jumlah penduduk Kecamatan Benowo tahun 2013 ... 19

Tabel 4. Stakeholder dalam analisis faktor lokasi TPA Benowo ... 21

Tabel 5. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Bappeko Surabaya ... 23

Tabel 6. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut DKP Kota Surabaya ... 24

Tabel 7. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Kecamatan Benowo ... 25

Tabel 8. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Akademisi ... 26

(6)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kota. Adanya tingkat pertumbuhan kota yang cukup pesat dan beragam aktivitas, penduduknya selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah merupakan buangan berupa padat yang merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya alam, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya (Tchobanoglous, 1993).

Di kota-kota besar, masalah sampah seringkali dikaitkan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang merupakan tempat terakhir menimbun sampah. Kehadiran TPA dengan sistem open dumping (menumpuk sampah di lahan terbuka) seringkali mengakibatkan konflik sosial warga sekitarnya akibat penurunan lingkungan. Tetapi tidak dapat dipungkiri oleh masyarakat bahwa keberadaan TPA ini sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah persampahan, mengingat kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah domestiknya sendiri (Pedoman Pemanfaatan Kawasan TPA Sampah, 2000). Pembangunan TPA merupakan suatu dilema, yaitu disatu sisi keberadaannya mengganggu tetapi disisi lain TPA juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah persampahan di perkotaan.

Hal ini juga dialami oleh Kota Surabaya Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia memiliki luas sekitar 326,37 km2 dan memiliki jumlah penduduk 3.221.119 jiwa. Setiap harinya Surabaya memproduksi sampah sebanyak 8.700 M3. Selama ini pengelolaan sampah yang dilakukan yakni dengan menyingkirkan sekitar 70% - 85% sampah kota dan membuang pada TPA Benowo. Menurut mantan Ketua Tim Konsultan Pembangunan TPA Benowo dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya Wahyono Hadi, TPA Benowo memiliki luas lahan 33.3 Ha dan lahan yang telah terpakai adalah 26 Ha, didesain untuk 16 tahun dengan penggunaan tinggi bukit sampah maksimun 32 m. Hal ini berarti bahwa dengan tidak adanya pengolahan sampah yang terus menumpuk, akan dapat memperpendek umur TPA Benowo sehingga pemerintah Surabaya harus mempersiapkan lahan kosong baru sebagai alternatif pembuangan sampah selain di TPA Benowo.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu studi untuk mengetahui kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA Benowo. Sehingga bisa diketahui apakah lokasi yang dipilih memenuhi kriteria faktor lokasi yang sesuai dengan standard dan teori yang relevan , sehingga diharapkan dapat membantu menjawab dalam penentuan lokasi TPA serta persoalan persampahan yang dihadapi oleh masyarakat Kota Surabaya.

(7)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

2

1.2 Rumusan Masalah

Keberadaan TPA Benowo Kota Surabaya telah megalami beberapa permasalahan terkait dengan keberadaaannya saat ini terhadap masyarakat sekitarnya. Kondisi Tempat Pembuangan Akhir sampah di Benowo sekarang telah mengalami penumpukan sampah yang overload. Dari uraian beberapa permasalahan tersebut, diperlukan studi untuk mengetahui kesesuaian faktor-faktor standard dan teori yang relevan yang mempengaruhi penentuan lokasi TPA sampah Benowo, sehingga bisa digunakan sebagai studi dalam evaluasi TPA Benowo dan penentuan TPA baru.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor lokasi dan kesesuaian pemilihan lokasi dengan faktor yang ditentukan dalam suatu wilayah dan kota dengan studi kasus TPA Benowo Kota Surabaya. Adapun sasaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi faktor lokasi yang berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA

b. Penentuan kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA, untuk mengetahui apakah lokasi TPA Benowo memenuhi kriteria faktor lokasi berdasarkan standard dan teori yan relevan atau tidak

c. Penentuan penskalaan (scalling) untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi

d. Analisis hasil temuan empirik dengan teori mengenai lokasi TPA

1.4 Ruang Lingkup Penelitian  Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wiayah dalam penelitian ini yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Surabaya terletak di Kelurahan Romokalisari yang dibuka pada tahun 2001 namun sering disebut dengan TPA Benowo dengan luas lahan 37 Ha.

 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan prasarana sampah perkotaan. Penelitian ini membahas tentang kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA, untuk mengetahui apakah lokasi TPA Benowo memenuhi kriteria faktor lokasi berdasarkan standard dan teori yan relevan atau tidak.

(8)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

3

Subsatansi dalam pembahasan penelitian ini menyangkut dua materi, pertama mengenai karakteristik TPA Benowo yaitu berupa kajian tentang karakteristik TPA berdasarkan studi literature terkait dan studi lapangan.

Materi yang kedua adalah analisa mengenai kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi TPA, untuk mengetahui apakah lokasi TPA Benowo memenuhi kriteria faktor lokasi berdasarkan standard dan teori yan relevan atau tidak, serta analisis hasil temuan empirik dengan teori mengenai lokasi TPA.

1.5 Manfaat Penelitian  Manfaat Praktis

Memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Surabaya terkait dengan kesesuaian lokasi TPA Sampah Benowo dengan analisis lokasi dan keruangan berdasarkan standard dan teori yang relevan.

 Manfaat Akademis

(9)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sampah

Menurut American Public Health Association (APHA, 1980), sampah adalah segala sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, dan tidak dsenangi yang dibuang dan berasal dari aktivitas manusia yang tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan menurut Hadiwiyoti (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian-bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi nilai sosial ekonomis yang sudah tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikatakan oleh para ahli tersebut, dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pengertian sampah secara umum adalah suatu benda yang berwujud padat yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi dan berasal dari aktivitas manusia.

2.2 Sumber Sampah

Sumber sampah pada umumnya berkaitan dengan tata guna lahan, seperti berasal dari daerah perumahan dan permukiman, perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan komersial, dan lain-lain. Sumber-sumber sampah ini dapat dikembangkan sejalan dengan perkembangan tata guna lahannya. Menurut Hadiwiyoto (1983), sumber sampah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain:

 Daerah perumahan dan permukiman

Sampah yang berasal dari daerah perumahan dan permukiman biasanya adalah sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga ini berasal dari aktivitas rumah atau dapur serta aktivitas rumah tangga lainnya. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan sampah kering atau debu.

 Daerah komersial

Sampah yang dihasilkan dari daerah komersial ini biasanya berasal dari aktivitas perdagangan dan jasa, misalnya dari pasar, pertokoan, restoran, dan perusahaan.  Daerah non komersial

Sumber sampah dari daerah non komersial ini biasanya berasal dari perkantoran, sekolah, tempat peribadatan, dan rumah sakit. Jenis sampah yang dihasilkan dari daerah non komersial ini biasanya berupa sampah kering

 Sampah jalan dan tempat-tempat terbuka

(10)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

5

Sumber sampah dari kategori ini berasal dari penyapuan jalan-jalan, trotoar, dan taman. Jenis sampah yang biasanya dihasilkan sampah jalan pada umumnya adalah berupa sampah organic dan debu-debu jalanan.

 Daerah industri

Sumber sampah ini berasal dari perusahaan bidang indusstri berat, industri ringan, dan pabrik-pabrik. Jenis sampah yang dihasilkan tergantung dari bahan baku yang digunakan industri tersebut. Rata-rata jenis-jenis sampah yang berasal dari daerah industri ini adalah berupa limbah.

 Daerah tempat pembangunan, pemugaran, dan pembongkaran

Sampah yang berasal dari tempat-tempat ini rata-rata adalah berupa sampah material atau bahan-bahan bangunan yang mangkrak di sekitar daerah pembangunan. Jenis sampah yang dihasilkan dari lokasi ini biasanya tergantung dari bahan bangunan yang digunakan. Misalnya yaitu beton-beton, kayu, batu bata, dan yang lain-lain

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulan Sampah

Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu aktivitas dalam kurun waktu tertentu, atau dengan kata lain banyaknya sampah yang dihasilkan dalam satuan berat (kilogram) atau volume (liter) (Tchobanoglous, George et. al. 1993). Manfaat mengetahui banyaknya timbulan sampah adalah untuk menunjang penyusunan sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah, data yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan penyusun solusi akternatif sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien. Selain itu, informasi mengenai timbulan sampah yang diketahui akan berguna untuk menganalisis hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah, yaitu pemilihan peralatan, perencanaan rute pengangkutan, fasilitas untuk daur ulang, dan luas serta jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Menurut Slamet (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya timbulan sampah antara lain adalah:

a. Jumlah penduduk

Semakin banyak penduduk yang menempai suatu wilayah, maka akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Bentuk pengelolaan sampah ini semestinya mengacu oleh faktor laju pertambahan penduduk di suatu wilayah b. Keadaan sosial ekonomi masyarakat

(11)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

6

kualitas ampah ini tergantung pada bahan-bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.

c. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah karena pemakaian bahan baku yang semakin banyak dan beragam, cara pengepakan dan poduk manufaktur yang semakin beragam pula.

2.4 Pembuangan Akhir Sampah

Pembuangan akhir merupakan proses akhir dalam sistem pengolahan sampah pada suatu tempat yang telah disiapkan dengan pertimbangan keamanan dan tidak mengganggu lingkungan yang berada di sekitarnya. Kegiatan pembuangan akhir sampah merupakan kegiatan operasional tahap akhr dan sistem pengolahan sampah dimana sampah diamankan di suatu tempat (Tempat Pembuangan Akhir)agar dapat mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan yang berada di sekitarnya (Wulansari, 2005).

Dalam proses pembuangan akhir sampah terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, diantaranya adalah:

a. Metode Landfill

Penimbunan merupakan salah satu cara dalam pembuangan sampah yang sudah lama dan banyak dilakukan oleh kebanyakan orang karena caranya yang mudah dan tidak memerlukan banyak biaya. Penimbunan sampah sebenarnya tidak akan merusak dan menimbulkan masalah lingkungan jika dilakukan dengan control yang baik serta pembuangannya dilakukan pada tempat yang aman. Agar proses pembuangan akhir sampah tidak mengganggu masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, maka penimbunan sampah harus dilakukan pada tempat-tempat yang memenuhi persyaratan. Menurut data yang diperoleh dari Pengembangan Teknologi Pengelolaan Persampahan (2007), persyaratan lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat penimbunan sampah adalah:

- Jauh dari permukiman penduduk, sehingga bau busuk, asap kebakaran, dan berbagai organisme yang berkembang pada sampah tidak mengganggu penduduk

- Jauh dari lokasi, sehingga dapat dibuat jalur tersendiri dan dihindarkan dari jalan sempit yang dikiri dan kanannya adalah permukiman penduduk

- Tidak mengganggu sumber daya alam yang ada di sekitar tempat pembuangan sampah, seperti sumber air penduduk, perikanan, dan makhluk hidup lainnya - Jauh dari jalan raya dan rel kereta api

(12)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

7

Menurut Wulansari (2005) dalam proses pembuangan akhir sampah jenis Landfill terdapat bermacam-macam cara, yaitu:

a. Open Dumping

Open Dumping merupakan sistem tertua yang dikenal dalam proses pembuangan sampah, dimana sampah hanya dibuang begitu saja tanpa dilakukan pengamanan terhadap kesehatan lingkungan, seperti terjadinya perkembangan vector penyakit dalam timbulan sampah. Sistem ini lebih lain diterapkan pada lokasi yang memiliki topografi rendah, seperti pada daerah lembah, demikian air yang merembas dari sampah tersebut tidak akan mengganggu sumber air penduduk

b. Controlled Landfill

Controlled Landfill merupakan sistem pembuangan sampah yang memodifikasi dari proses pembuangan sampah jenis open dumping. Dalam proses pembuangan akhir sampah ini, sampah dibuang diatas lubang yang dibuat dengan traktor, kemudia setelah penuh baru ditutup dengan lapisan tanah sebesar kurang lebih 15-30 cm c. Sanitary Landfill

Sanitary Landfill adalah salah satu pengolahan sampah yang terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Mula-mula sampah dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Kemudian sampah dipadatkan dengan menggunakan traktor dan ditimbun dengan menggunakan tanah agar polusi udara akibat timbulan sampah dapat hilang. Pada bagian bawah (dasar) dibuat suatu sistem saluran leachate yang nantinya limbah akan diolah sebelum dibuang ke sungai atau lingkungan. Selain itu dalam proses ini prasarana juga dilengkapi dengan penyediaan pipa gas untuk mengalirkan gas yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas penguraian sampah tersebut. Dalam proses sanitary landfill ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

- Penyediaan dan pemilihan lokasi buangan harus memperhatikan dampak lingkungan

- Instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas harus dipersiapkan tersebih dahulu

- Memerlukan lahan yang luas

- Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir - Memerlukan pemantauan secara terus-menerus - Aspek sosial juga harus diperhatikan

-2.5 Teori Lokasi

2.5.1 Teori Tempat Lokasi

(13)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

8

dan sumber daya, serta hubungannya dengan lokasi berbagai kegiatan seperti perumahan, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambanga, rumah ibadah, dan lain-lain. Salah satu hal yang dibahas dalam teori loasi ini adalah pengaruh jarak terjadap intensitas orang bepergian dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat kegiatan tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tertentu. Salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik atau tidak untuk dikunjungi adalah tingkat aksesibilitas suatu lokasi.

Dalam usahanya untuk meminimumkan biaya angkut, suatu perusahaan harus memilih lokasi yang tepat. Kecenderungan perusahaan yang menjual dagangannya adalah dengan mendekati konsumen, tetapi beda dengan produsen yang masih harus melakukan produksi barang yang nantinya akan dijual. Barang yang diproduksi memerlukan bahan mentah serta tenaga kerja yang belum tentu berada tempat yang sama, sehingga dibutuhkan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya angkut bahan mentah dengan perolehan tenaga kerjanya.

Faktor endowment merupakan faktor produksi secara kualitatif maupun kuantitatif yang meliputi tanah, tenaga kerja, dan modal. Faktor endowment tentang penempatan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dikriteria kan menjadi pemilihan kondisi fisik dasar yang dapat menitikberatkan pada pengurangan resiko bencana dan pencemaran.

2.5.2 Teori Walter Christaller (1933)

Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan pada umumnya tersebar didalam wilayah yang membentuk suatu pola segi enam (heksagonal). Keadaan tersebut akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat, yaitu wilayah topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur pengangkutan serta kehidupan ekonomi yang jomogen dan tidak memungkinkan diadakannya produksi primer. Teori Christaller menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam suatu wilayah. Model Christaller menjelaskan model perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi (Priyarsono, 1990).

Jika dikaitkan dengan penempatan lokasi pembuangan akhir sampah, model teori Christaller adalah biaya angkut yang dikenakan pada masing-masing pengangkutan sampah yang dinilai dari jauh dekatnya lokasi pengelolaan sampah terhadap masing-masing TPS. Semakin dekat lokasi sumber sampah (TPS) terhadap jarak TPA, maka biaya angkut akan minimal sehingga jarak terdekat dengan sumber sampah merupakan lokasi TPA optimal.

2.5.3 Teori Weber (1909)

(14)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

9

membuat biaya terkecil adalah bobot total pergerakan pengumpulan berbagai input dan pendistribusian minimum. Tujuan dari teori ini adalah meminimumkan ongkos transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut.

Dalam kaitannya dengan penempatan lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPA), biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus dengan jarak tempuh dan berat barang, sehingga lokasi biaya terkecil adalah bobot total pergerakan dan pendistribusian minimum. Untuk menguatkan aglomerasi, di sekitar lokasi penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dibangun suatu industri daur ulang sampah. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja tidak ada relevansinya dengan kriteria penempatan lokasi pengelolaan sampah ini.

2.5.4 Teori Lokasi Fasilitas Umum

Penyediaan fasilitas umum pada dasarnya merupakan kewajiban pemerintah. Dari mulai menentukan kuantitas dan kualitas pelayanan, distribusi masing-masing pelayanan secara spasial harus diperhatikan secara detail agar nantinya lokasi fasilitas umum dapat bermanfaat secara efektif dan efisien sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat. Penyediaan fasilitas umum mengandung potensi konflik, baik itu dari sisi jenisnya, jumlah, dan dimana tempat disediakannya.

Salah satu kriteria yang penting dalam menentukan lokasi fasilitas umum adalah minimasi jarak rata-rata dari wilayah permukiman ke lokasi fasilitas umum. Bagi masyarakat, lokasi penempatan lokasi yang baik adalah lokasi yang memiliki aksesibilitas yang baik dan mudah dijangkau oleh semua kalangan (Effendi, 2007). Kriteria dari lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat diantaranya adalah:

- Total jarak terhadap fasilitas terdekat adalah minimum

- Jarak terjauh permukiman dari fasilitas terdekat adalah minimum

- Jumlah penduduk di wilayah yang berdekatan di sekitar tempat fasilitas adalah seimbang

- Jumlah penduduk di wilayah yang berdekatan di sekitar tempat fasilitas selalu lebih banyak dibanding sekelompok tertentu

- Jumlah penduduk di wilayah yang berdekatan di sekitar tempat fasilitas selalu kurang dibanding sekelompok tertentu

(15)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

10

2.6 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (SNI 03-3241-1994)

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap akhir dalam pengelolaannya, dimana diawali dari sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan kerusakan atau dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan penyediaan fasilitas dan penanganan yang benar agar pengelolaan sampah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah harus mengikuti persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI nomor 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA sampah. Berdasarkan Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (SNI 03-3241-1994), kriteria penggolongan lokasi TPA dapat dibagi ke dalam 3 bagian yaitu:

1. Kriteria Regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak layak sebagai berikut:

a. Kondisi geologi

- Tidak berlokasi di zona golocene fault - tidak boleh di zona bahaya geologi b. Kondisi hidrogeologi

- Tidak boleh mempunyai muka tanah kurang dari 3 meter - Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm/det

- Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran

- Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masukan teknologi

c. Kemiringan zona harus kurang dari 20%

d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter untuk penerbangan turbojet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis lain e. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan di daerah banjir dengan

periode ulang 25 tahun

2. Kriteria Penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut:

a. Iklim

- Hujan: intensitas hujan semakin kecil dinilai semakin baik

(16)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

11

c. Lingkungan biologi

- Habitat: kurang bervariasi dinilai semakin baik

- Daya dukung: kurang meunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai semakin baik

d. Kondisi tanah

- Produktivitas tanah: tidak produktif dinilai lebih baik

- Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik

- Ketersediaan tanah penutup: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik

- Status lahan: makin bervariasi dinilai tidak baik

e. Demografi: kepadatan penduduk lebih rendah dinilai semakin baik f. Batas administrasi: dalam batas administrasi dinilai semakin baik g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

i. Estetika: semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik

j. Ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah(per m3/ton) dinilai semakin baik

(17)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalisme dengan menggunakan kebenaran metode theoretical analytic dan empirical analytic. Pendekatan tersebut digunakan dalam menguji empirik obyek spesifikasi, berpikir tentang empirik yang teramati, yang terukur dan dapat dieliminasikan serta dapat dimanipulasikan, dilepaskan dari satuan besarnya (Muhadjir, 1990). Metode theoretical analytic menjadikan teori sebagai batasan lingkup kemudian mengidentifikasi faktor empiris sebagai faktor yang berpengaruh dalam penentuan kriteria lokasi TPA sampah.

Dalam persiapan penelitian, terlebih dahulu dirumuskan teori pembatasan lingkup, definisi secara teoritik dan empirik yang berkaitan dengan identifikasi kriteria penentuan lokasi lokasi TPA sampah berdasarkan studi dan penelitian yang pernah ada. Selanjutnya, teori manapun studi tersebut dirumuskan menjadi sebuah konseptualisasi teoritik yang melahirkan variabel penelitian. Tahap yang terakhir adalah tahap generalisasi hasil, yang bertujuan menarik sebuah kesimpulan berdasarkan hasil analisis kajian karakteristik pengelolaan sampah yang dikomparasikan kriteria umum yang didapat dari teori lokasi dan standart penentuan lokasi TPA sampah.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan tujuan untuk mengetahui kriteria-kriteria penentu lokasi TPA dalam suatu fakta di lapangan. Keberadaan TPA yang ada sekarang belum memiliki sebuah dasar pertimbangan penentuan lokasi sehingga dilakukan penelitian dengan jenis ekploratif yang kemudian dapat menjadi acuan dalam pengembangan agar lebih efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatannya. Selain itu digunakan pula pendekatan kualtitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah faktor atau hal yang diamati yang memiliki ukuran, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan kriteria adalah ukuran, prinsip atau standart yang dapat digunakan untuk menilai sesuatu atau mengambil keputusan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan survey pendahuluan, didapatkan beberapa variabel, kriteria dan definisi operasional yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses analisis. Dari kriteria tersebut didapatkan definisi operasional dan tingkat pengukuran preferensi terhadap

(18)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

13

responden agar data yang diperoleh lebih mikro dan proses penggalian analisis lebih mendalam dan tepat sasaran. Berdasarkan tinjauan teori,didapatkan variabel, kriteria dan definisi operasional dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Variabel Kriteria Definisi Operasional

Amenitas

Daerah yang tidak berbakat banjir atau rawan banjir minimal 25 tahun karena banjir dapat merusak sarana dan prasarana TPA sampah serta dapat menyebabkan pencemaran.

Jarak perumahan terhadap TPA

Jarak TPA sampah terhadapnpermukiman ditetapkan 500 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan bising yang ditimbulkan dari TPA.

Jarak dari badan air

Jarak TPA sampah terhadap sungai ditetapkan 100 meter sebagai buffer tidak layak. Sungai yang dimaksud adalah sungai permanen.

Kepadatan penduduk

Daerah dengan kepadatan penduduk terendah merupakan lokasi TPA optimal, dimana kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayahnya.

Kondisi tanah (fisik dasar)

Kemiringan tanah/ kelerengan tanah

Kemiringan lereng berkaitan erat dengan

kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 30% dianggap tidak layak.

Tidak dalam wilayah lindung

Daerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA sampah.

Wilayah yang terbangun

Lahan kosong yang luas (luasan cukup untuk didirikan TPA) yang tidak ada kegiatan apapun didalamnya yaitu pertanian dan perkebunan.

(19)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

14

permeabilitas tanah dan napal mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau kristalin. Batu gamping dianggap paling tidak layak untuk menjadi TPA karena batuan ini umumnya berongga. Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi).

Tidak berada pada zona bahaya geologi

Daerah yang rentan terhadap gerakan tanah

merupakan daerah yang tidak layak bagi lokasi TPA, karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infrastrukturnya sendiri maupun memicu terjadinya penyebaran pencemaran dan membahayakan operasinya.

Pelayanan

Jarak terdekat dengan sumber sampah

Satuan panjang perkilometer yang dihitung berdasarkan kedekatan antara sumber sampah dengan lokasi TPA, jarak terpendek merupakan lokasi optimal.

Lokasi mudah diakses

Semakin dekat jarak ruas jalan lokal menuju lokasi TPA dan kondisi prasarananya bagus, semakin bagus pula lokasi TPA tersebut.

Jauh dari jaringan jalan utama

Jarak TPA terhadap jalan raya ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap daerah

estetika. Jalan yang diberi buffer adalah jalan utama.

3.4 Populasi dan Sampel

(20)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

15

pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel dengan mengambil sample orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu. (Djarwanto,1998). Metode tersebut dipilih karena sampel memiliki kriteria khusus yang disesuaikan dengan penelitian yang hendak dilakukan sehingga pengambilan sampel tidak dapat dilakukan secara acak (random) melainkan ditentukan sendiri oleh peneliti. Dengan demikian, sampel yang dipilih akan sesuai dan relevan dengan rancangan penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan cara-cara yang digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian yang diangkat, terutama dalam hubungannya dengan instrument yang akan digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi

Data Primer

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara kepada beberapa pihak yang berpengaruh dan

berkepentingan dalam penelitian. Selain itu juga dilakukan survey lapangan untuk lebih mengetahui kondisi lapangan dan mencari data pendukung dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut :

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan bentuk pertanyaan yang disusun berdasarkan tulisan. Jenis kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dimana jawabannya sudah tersedia sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana metode ini dilakukan dengan cara Tanya jawab lisan. Metode ini dilakukan oleh dua orangatau lebih dengan kondisi langsung bertemu dan berhadap-hadapan. Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan pada stakeholder yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian.

Data Sekunder

(21)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

16

pengumpulan data sekunder ini adalah keakuratan data dan validitas sumber data. Studi literatur atau kepustakaan dilakukan dengan meninjau isi dari literatur yang bersangkutan dengan tema penelitian ini, diantaranya berupa buku, hasil penelitian, dokumen rencana tata ruang, tugas akhir, serta artikel di internet dan media massa.

3.6 Metode Analisis

(22)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

17

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Lokasi TPA Benowo terletak di Kelurahan Romokalisari yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik, dengan luas lahan ± 37 Ha sudah termasuk daerah pengembangan seluas 3,43 Ha. Saat ini pengelolaan timbunan sampah di TPA Benowo dibagi dalam 5 (lima) sel, dimana 2 (dua) sel timbunan sampah yaitu sel IA dan IB dalam tahap stabilisasi dan 3 (tiga) sel lainnya masih dilakukan penambahan timbunan sampah. Total volume sampah pada 2 (dua) sel timbunan sampah yang telah ditutup tersebut adalah

± 312.960 m3. Sel timbunan sampah yang ditutup tersebut kemudian dilapisi tanah liat (clay) setebal 30 cm dan dipadatkan dengan bantuan mesin pemadat tanah.

Batas lokasi tapak yang merupakan luasan dan ruang untuk TPA Benowo saat ini, adalah meliputi :

 Sebelah Utara : Sebagian besar berupa tambak garam dan tambak ikan milik penduduk atau lahan pemukiman penduduk berkepadatan rendah.

 Sebelah Selatan : Kawasan stadion Surabaya Barat.

 Sebelah Timur : Lahan kosong berupa tambak milik penduduk.  Sebelah Barat : Jalan Tambak Dono.

Gambar 1. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo Sumber :www.wikimapia.org

BAB IV GAMBARAN UMUM

(23)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

18

4.1 Kondisi Fisik

Daerah TPA Benowo merupakan lahan kosong yang luas (luasan cukup untuk didirikan TPA) yang tidak ada kegiatan apapun didalamnya yaitu pertanian dan perkebunan. Status kepemilikan lahan di wilayah TPA Benowo dan sekitarnya adalah milik perseorangan, swasta (insvestor/developer), maupun Pemerintah dan sebagian besar sudah bersertifikat. Status lahan TPA Benowo saat ini sudah sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya, tetapi untuk kebutuhan lahan penimbunan sampah dan area terbuka hijau untuk mereduksi bau dan kebutuhan meningkatkan estetika lokasi yang direncanakan berjarak 500 m hingga 2 km sekeliling TPA maka dibutuhkan luas daerah yang lebih besar lagi untuk dibebaskan.

Kemiringan lereng tanah pada daerah TPA berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 20% dianggap tidak layak. TPA tidak berada pada daerah lindung. Daerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA sampah.

4.2 Pelayanan

Jarak terdekat dari sumber sampah merupakan satuan panjang perkilometer yang dihitung berdasarkan kedekatan antara sumber sampah dengan lokasi TPA, jarak terpendek merupakan lokasi optimal. Menurut data BPS tahun 2013, jarak dari sumber sampah yakni 35 kilometer. Lokasi TPA yang mudah diakses semakin dekat jarak ruas jalan lokal menuju lokasi TPA dan kondisi prasarananya bagus, semakin bagus pula lokasi TPA tersebut. TPA Benowo ini memiliki akses yang menghubungkan Jalan arteri , yaitu Jl. Tambakdono, Jl. Pakal dan Jl. Tandes – Benowo. Jalan Tol Surabaya – Gresik, mulai dari Jl. Margomulyo sampai dengan Romokalisari.

Tabel 2. Karakteristik TPA Benowo

Sumber : BPS 2013

4.3 Penanggulangan Dampak Pencemaran

Jarak dari badan air, Jarak TPA sampah terhadap sungai ditetapkan 100 meter sebagai buffer tidak layak. Sungai yang dimaksud adalah sungai permanen. Penggunaan

Sistem

pengolahan Luas (Ha)

Jarak dari sumber sampah

Jarak dari permukiman terdekat

Sasnitary Landfill

(24)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

19

tanah untuk untuk prasarana berupa sungai dan saluran drainase di wilayah TPA Benowo terdiri dari Kali Lamong, Kali Sememi, Saluran Benowo, Saluran Rejosari dan saluran irigasi tambak ikan atau tambak garam.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang/tempat yang luas dan disyaratkan jauh dari permukiman penduduk. Jarak TPA sampah terhadap permukiman ditetapkan 500 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan bising yang ditimbulkan dari TPA. Keberadaan TPA harus cukup jauh dari permukiman untuk menghindari dari pencemaran udara dan penyakit. Menurut data BPS tahun 2013, jarak dari permukiman terdekat yaitu 250 meter. Daerah dengan kepadatan penduduk terendah merupakan lokasi TPA optimal, dimana kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayahnya. Kepadatan penduduk menentukan jumlah muatan sampah, dan luas penampungan. Kepadatan penduduk pada Kecamatan Benowo sebesar 2147 Jiwa/Km².

Tabel 3.Kepadatan dan jumlah penduduk Kecamatan Benowo tahun 2013 Kepadatan Penduduk 2147 Jiwa/Km2

Jumlah Penduduk

Laki-laki 39652 Jiwa Perempuan 38682 Jiwa Sumber : www.surabaya.go.id

4.4 Kondisi Tata Guna Lahan Sekitar TPA Benowo

Penggunaan tanah di wilayah perencanaan terdiri dari industri dan pergudangan, permukiman, fasilitas umum, tambak ikan dan tambak garam, rel kereta api, serta sungai dan saluran drainase.

Industri dan Pergudangan

Daerah industri dan pergudangan banyak ditemui dan merupakan kegiatan yang mendominasi daerah sekitar TPA Benowo, khususnya yang terletak di sebelah Timur jalan tol PT. MASPION IV merupakan daerah industri dan pergudangan yang letaknya paling dekat dengan TPA Benowo.

Pemukiman

(25)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

20

dalam perjalanan waktu akhirnya dibangun menjadi perumahan yang permanen, berubah status kepemilikan dan pada akhirnya sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal. Daerah pemukiman yang penduduknya padat dan berkembang menjadi perkampungan dapat ditemui di wilayah Tambak Dono yang terletak di sebelah barat dan juga di sebelah selatan di sepanjang jalan Tandes – Benowo.

Fasilitas Umum

Fasilitas umum yang terdapat pada wilayah studi diantaranya adalah masjid dan tanah lapangan. Fasilitas umum ini terletak di perkampungan penduduk di daerah Tambak Dono dan Benowo.

Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka yang ada di wilayah studi berupa tanah kosong (tambak), di sepanjang tepian Kali Lamong yang berlokasi di Kelurahan Tambak Dono, Pakal dan Benowo. Berdasarkan RTRW Kota Surabaya, wilayah sepanjang tepian Kali Lamong direncanakan sebagai kawasan konservasi / Ruang Terbuka Hijau.

Perikanan dan Tambak

Daerah perikanan dan tambak banyak dijumpai dan menjadi batas TPA Benowo dengan pemanfaatan wilayah dikelola oleh masyarakat setempat. Bentuk daerah ini berupa rawa dan tambak ikan atau tambak garam, dimana banyak ditemui di sekitar lokasi TPA bagian Selatan, Barat, Timur dan Utara. Pada masa-masa tertentu masyarakat di daerah ini memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan tambak garam.

Jalan

- Jalan arteri, yaitu Jl. Tambakdono, Jl. Pakal dan Jl. Tandes – Benowo

- Jalan Tol Surabaya – Gresik, mulai dari Jl. Margomulyo sampai dengan Romokalisari.

Rumija berkisar antara 40 m hingga 80 m, dimana Rumija sebesar 40 m berada disekitar km 6 dan Rumija sebesar 80 m di sekitar gerbang tol Romokalisari.

Sungai dan Saluran Drainase

(26)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

21

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Proses analisis faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi TPA Benowo dilakukan menggunakan alat analisis AHP. Analisis AHP dilakukan dengan melihat penilaian faktor-faktor berupa kriteria dan sub kriteria yang mempengaruhi keputusan penentu lokasi TPA Benowo menurut preferensi stakeholder. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa dalam pengelolaan TPA Benowo melibatkan banyak pihak terkait.

Adapun stakeholder yang digunakan pada penelitian ini adalah dari pihak pemerintah, masyarakat, dan akademisi. Dalam analisis yang dilakukan pada stakeholder yang berbeda tersebut tersebut bertujuan agar menemukan perbedaan preferensi yang signifikan mengenai faktor apa yang paling diperhatikan dari masing-masing stakeholder dalam menentukan suatu lokasi TPA. Agar proporsi preferensi antar stakeholder seimbang makan dilakukan analisis AHP secara terpisah. Berikut adalah stakeholder dalam analisis faktor penentuan lokasi TPA Benowo:

Tabel 4. Stakeholder dalam analisis faktor lokasi TPA Benowo

No STAKEHOLDER

1 Bappeko Surabaya

2 Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya

3 Kecamatan Benowo

4 Akademisi

Sumber: Hasil analisis 2015

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan, penentuan atau pemilihan teknik analisis faktor yang akan digunakan adalah didasarkan pada kemampuan teknik tersebut dalam menjelaskan data yang ada serta tingkat keakuratan model analisis. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam analisis faktor ini adalah dengan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) dan teknik analisis deskriptif. Adapun kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan dalam kuesioner tersebut sebagai berikut :

 Kondisi Tanah sebagai variabel dengan sub kriteria sebagai berikut :

Kemiringan tanah/kelerengan tanah, tidak dalam wilayah lindung, tidak berada pada zona bahaya geologi, dan kelulusan tanah/jenis kepadatan tanah.

 Pelayanan sebagai variabel dengan sub kriteria sebagai berikut :

Jarak terdekat dengan sumber sampah, lokasi mudah diakses, dan jauh dari jaringan jalan utaman.

BAB V ANALISIS DAN

(27)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

22

- Lokasi mudah diakses

- Jauh dari jaringan jalan utama

 Penanggulangan Dampak Pencemaran sebagai variabel dengan sub kriteria sebagai berikut :

Jarak dari badan air, jarak perumahan terdekat, kepadatan penduduk, dan bebas banjir

Gambar 2. Diagram faktor penentu pemilihan lokasi TPA Benowo Sumber: Hasil analisis 2015

Dari kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan berdasarkan study literature pada bab tinjauan pustaka telah dilakukan analisis AHP menggunakan aplikasi expert choice dan didapatkan hasil berupa kriteria dan sub kriteria yang sangat berpengaruh terhadap penentu pemilihan lokasi TPA Benowo.

5.1 Analisis Faktor Pemilihan Lokasi Menurut Preferensi Stakeholder A. Bappeko Surabaya

Berikut adalah hasil analisis faktor pemilihan lokasi menurut preferensi BAPPEKO Surabaya. Dari hasil analisis AHP menggunakan aplikasi expert choice, baik hasil AHP kriteria maupun sub kriteria dapat disimpulkan beberapa faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo. Adapun aktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo menurut preferensi Bappeko Surabaya disajikan pada tabel berikut ini:

SASARAN

KRITERIA

(28)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

23

Tabel 5. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Bappeko Surabaya

No Kriteria Bobot (A) Sub Kriteria Bobot (B) AxB Prioritas prioritas faktor penentu lokasi TPA Benowo berdasarkan preferensi Bappeko Surabaya. Dapat dilihat pada tabel bahwa prioritas utama faktor yang paling mempengaruhi penentuan lokasi adalah bebas banjir. Selanjutnya prioritas kedua adalah jarak terdekat dengan sumber sampah juga sangat berpengaruh. Sedangkan prioritas ketiga adalah lokasi mudah diakses. Sedangkan yang termasuk prioritas terakhir meliputi kelulusan tanah, jauh dari jaringan utama, dan jarak perumahan terdekat.

Setelah didapatkan bobot faktor yang merupakan sub kriteria dari beberapa kriteria berdasarkan hasil analisis AHP di atas. Untuk menambah keyakinan, faktor tersebut diuji lagi dengan analisis sensitivitas yang juga menggunakan aplikasi expert choice. Pengujian dilakukan dengan meningkatkan salah satu bobot pada kriteria. Dan hasil dari uji sensitifitas tersebut menunjukkan bahwa hasil tersebut masih konsisten. Maka dari itu nilai bobot yang diperoleh layak diteruskan sebagai bahan dasar penelitian.

B. DKP Kota Surabaya

(29)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

24

berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo menurut preferensi DKP Kota Surabaya disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut DKP Kota Surabaya

No Kriteria Bobot (A) Sub Kriteria Bobot (B) AxB Prioritas prioritas faktor penentu lokasi TPA Benowo berdasarkan preferensi DKP Kota Surabaya. Dapat dilihat pada tabel bahwa prioritas utama faktor yang paling mempengaruhi penentuan lokasi adalah jauh dari jaringan jalan utama. Selanjutnya prioritas kedua adalah bebas banjir juga sangat berpengaruh. Sedangkan prioritas ketiga adalah jarak dari badan air. Sedangkan yang termasuk prioritas terakhir meliputi lokasi mudah diakses, jarak terdekat dengan sumber sampah, dan kelulusan tanah.

Setelah didapatkan bobot faktor yang merupakan sub kriteria dari beberapa kriteria berdasarkan hasil analisis AHP di atas. Untuk menambah keyakinan, faktor tersebut diuji lagi dengan analisis sensitivitas yang juga menggunakan aplikasi expert choice. Pengujian dilakukan dengan meningkatkan salah satu bobot pada kriteria. Dan hasil dari uji sensitifitas tersebut menunjukkan bahwa hasil tersebut masih konsisten. Maka dari itu nilai bobot yang diperoleh layak diteruskan sebagai bahan dasar penelitian.

C. Kecamatan Benowo

(30)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

25

yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo. Adapun aktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo menurut preferensi Kecamatan Benowo disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Kecamatan Benowo

No Kriteria Bobot (A) Sub Kriteria Bobot (B) AxB Prioritas prioritas faktor penentu lokasi TPA Benowo berdasarkan preferensi DKP Kota Surabaya. Dapat dilihat pada tabel bahwa prioritas utama faktor yang paling mempengaruhi penentuan lokasi adalah tidak berada pada zona bahaya geologi. Selanjutnya prioritas kedua adalah kemiringan tanah juga sangat berpengaruh. Sedangkan prioritas ketiga adalah kelulusan tanah. Sedangkan yang termasuk prioritas terakhir meliputi lokasi mudah diakses, jarak terdekat dengan sumber sampah, dan kelulusan tanah.

Setelah didapatkan bobot faktor yang merupakan sub kriteria dari beberapa kriteria berdasarkan hasil analisis AHP di atas. Untuk menambah keyakinan, faktor tersebut diuji lagi dengan analisis sensitivitas yang juga menggunakan aplikasi expert choice. Pengujian dilakukan dengan meningkatkan salah satu bobot pada kriteria. Dan hasil dari uji sensitifitas tersebut menunjukkan bahwa hasil tersebut masih konsisten. Maka dari itu nilai bobot yang diperoleh layak diteruskan sebagai bahan dasar penelitian.

D. Akademisi

(31)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

26

sub kriteria dapat disimpulkan beberapa faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo. Adapun aktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo menurut preferensi akademisi disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Akademisi

No Kriteria Bobot (A) Sub Kriteria Bobot (B) AxB Prioritas prioritas faktor penentu lokasi TPA Benowo berdasarkan preferensi akademisi. Dapat dilihat pada tabel bahwa prioritas utama faktor yang paling mempengaruhi penentuan lokasi adalah kemiringan tanah. Selanjutnya prioritas kedua adalah tidak berada pada zona bencana geologi juga sangat berpengaruh. Sedangkan prioritas ketiga adalah kelulusan tanah. Sedangkan yang termasuk prioritas terakhir meliputi jauh dari jaringan jalan utama, jarak terdekat dengan sumber sampah, dan bebas banjir.

(32)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

27

5.2 Kombinasi Analisis Faktor Penentuan Lokasi TPA Benowo

Setelah dikombinasikan data hasil analisis faktor penentuan lokasi TPA Benowo dari kuisioner AHP diperoleh hasil berupa kriteria dan sub kriteria yang berpengaruh terhadap penentu pemilihan lokasi TPA Benowo. Berikut adalah hasil analisis faktor pemilihan lokasi berdasarkan analisis dari seluruh responden yang dilibatkan. Dari hasil analisis AHP menggunakan aplikasi expert choice, baik hasil AHP kriteria maupun sub kriteria dapat disimpulkan beberapa faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo.

A. Pembobotan Kriteria

Gambar 3. Pembobotan Kriteria Sumber: Hasil analisis 2015

Penentuan lokasi TPA Benowo memiliki 3 kriteria yaitu kondisi tanah, pelayanan, dan penanggulangan dampak pencemaran. Dari 3 kriteria tersebut dapat dilihat pada gambar di atas bahwa kriteria kondisi tanah memiliki prioritas yang paling tinggi dengan bobot 0,391. Kriteria kondisi tanah bisa memiliki bobot paling tinggi karena kondisi tanah sangat berpengaruh terhadap penempatan dan keberlangsungan suatu Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini dikarenakan pembuangan sampah sebelum diolah harus sesuai dengan kondisi tanahnya, apabila tidak sesuai akan menimbulkan banyak masalah seperti pencemaran tanah dan kerusakan lingkungan, selain itu status dari tanah tersebut juga harus dipertimbangkan. Kriteria pelayanan memiliki prioritas kedua dengan bobot 0.359. Hal ini dapat dilihat bahwa pelayanan juga mempunyai pengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo. Sedangkan kriteria yang memiliki prioritas paling rendah adalah penanggulangan dampak pencemaran dengan bobot 0,250. Hal ini dikarenakan pencegahan dari pencemaran dengan mempertimbangkan aspek lainnya seperti kondisi tanah dianggap lebih prioritas karena bersifat preventif, dengan kata lain penanggulangan masih belum prioritas dibanding dengan pencegahan.

B. Pembobotan Sub Kriteria  Kondisi Tanah

(33)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

28

Kriteria kondisi tanah memiliki 4 sub kriteria yaitu tidak berada pada zona bahaya geologi, kemiringan tanah, tidak dalam wilayah lindung, dan kelulusan tanah. Dari 4 sub kriteria tersebut dapat dilihat pada gambar di atas bahwa sub kriteria tidak berada pada zona bahaya geologi memiliki prioritas yang paling tinggi dengan bobot 0.312. Sub kriteria tidak berada pada zona bahaya geologi karena bisa memiliki bobot paling tinggi karena sub kriteria tersebut sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA. Hal tersebut dikarenakan zona bahaya geologi merupakan daerah yang rentan terhadap gerakan tanah atau erupsi gunung api yang merupakan daerah yang tidak layak bagi lokasi TPA karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infratrukturnya maupun memicu terjadinya penyebaran pencemaran dan membahayakan operasinya.

Sedangkan sub kriteria yang memiliki prioritas paling rendah adalah subkriteria kelulusan tanah dengan bobot 0.312 Ha. Sub kriteria kelulusan tanah berguna dalam hal penanggulangan dampak pencemaran yang akan terjadi pada lokasi TPA. Akan tetapi kub kriteria ini masih kecil dibanding dengan sub kriteria lainnya yang sama-sama membahas mengenai kondisi tanah di TPA Benowo.

 Pelayanan

Gambar 5. Pembobotan Sub Kriteria Pelayanan Sumber: Hasil analisis 2015

(34)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

29

jangkauan pelayanan sampah. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi prioritas dalam penentuan lokasi TPA Benowo karena sumber sampah di Kota Surabaya sendiri mayoritas berada di tengah kota.

 Penanggulangan Dampak Pencemaran

Gambar 6. Pembobotan Sub Kriteria Penanggulangan Dampak Pencemaran Sumber: Hasil analisis 2015

Sub kriteria penanggulangan dampak pencemaran memiliki 4 sub kriteria yang jika diurutkan menurut prioritas paling tinggi ke paling rendah adalah bebas banjir, kepadatan penduduk, jarak dari badan air, dan yang terakhir adalah jarak perumahan terdekat. Sub kriteria bebas banjir bisa menjadi prioritas pertama karena memang faktor bebas banjir sangat berpengaruh dalam keberlangsungan suatu TPA. Hal tersebut dikarenakan genangan air terutara banjir harus dihindari dari sebuah pembangunan TPA, karena dengan terjadinya banjir di wilayah tersebut maka akan menimbulkan pencemaran air dan penyakit pada masyarakat sekitar yang terbawa oleh sampah yang terkena banjir tersebut. Kemudian prioritas terakhir adalah sub kriteria jarak perumahan terdekat. Sebuah TPA harus memiliki jarak dari perumahan di sekitarnya, akan tetapi hal tersebut masih lebih rendah prioritasnya dibanding dengan sub kriteria lainnya dalam kriteria penanggulangan dampak pencemaran. C. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo

Dari penjelasan hasil analisis AHP menggunakan aplikasi expert choice sebelumnya, baik hasil AHP kriteria maupun sub kriteria per stakeholder yang kemudian dikombinasikan menjadi satu dapat disimpulkan beberapa faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi menurut prioritas. Adapun faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi TPA Benowo disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Faktor-faktor penentu lokasi TPA Benowo

No Kriteria Bobot (A) Sub Kriteria Bobot (B) AxB Prioritas

1 Kondisi Tanah 0.391

Kemiringan Tanah 0.278 0.131 3

Tidak Dalam Wilayah

Lindung

0.216 0.102 4

Tidak Berada pada

Zona Bahaya Geologi

0.312 0.147 1

Kelulusan Tanah 0.194 0.092 6

2 Pelayanan 0.359 Jarak Terdekat dengan

Sumber Sampah

(35)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

30

Lokasi Mudah Diakses 0.526 0.135 2

Jauh dari Jaringan Jalan

Utama

0.291 0.075 7

3

Penanggulangan

Dampak

Pencemaran

0.250

Jarak dari Badan Air 0.248 0.068 9

Jarak Perumahan

Terdekat

0.139 0.038 11

Kepadatan Penduduk 0.268 0.073 8

Bebas Banjir 0.345 0.094 5

Sumber: Hasil analisis 2015

Dari hasil perhitungan bobot kriteria dan sub kiriteria pada tabel di atas didapatkan prioritas faktor penentu lokasi TPA Benowo. Nilai bobot dari masing-masing sub kriteria dikalikan dengan bobot kriterianya, kemudian akan didapat bobot tiap sub kriteria secara keseluruhan yang bisa diurutkan prioritasnya berdasarkan besarnya bobot tiap sub kriteria. Untuk urutan prioritas yang dihasilkan dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 7. Urutan prioritas sub kriteria keseluruhan Sumber: Hasil analisis 2015

(36)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

31

Kemudian prioritas kedua adalah lokasi mudah diakses. Adanya kemudahan akses bertujuan untuk mempermudah proses pengangkutan sampah dari sumber sampah. Hal tersebut juga sesuai dengan SNI 03-3241-1994. Kondisi eksisting di TPA Benowo juga sudah sesuai dengan prioritas tersebut, di TPA Benowo terdapat akses yang mudah untuk bisa menuju ke TPA nya. Prioritas ketiga dalam penentuan lokasi TPA Benowo adalah sub kriteria kemiringan tanah. Sub kriteria ini penting dalam pertimbangan penentuan TPA karena berpengaruh pada kondisi aliran air lindi. Selain itu kemiringan tanah juga berkaitan dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA tersebut. Kemiringan tanah yang layak dijadikan sebagai TPA adalah kemiringan zona harus kurang dari 20%, jika lebih dari 20% maka tempat tersebut tidak layak untuk dijadikan TPA. Penentuan tersebut berdasarkan atas SNI 03-3241-1994 dan standard tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah (SKSNI-7-11-1991-03) yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Penentuan tersebut juga sudah sesuai dengan kondisi eksisting TPA Benowo yang memiliki kemiringan tanah dibawah 20%, TPA tersebut berada di Kota Surabaya yang merupakan pesisir dan daratan rendah sehingga kemiringan tanahnya termasuk datar.

Selain itu masih ada beberapa prioritas setelah 3 sub kriteria yang telah dijelaskan diatas. Untuk kriteria-kriteria dengan prioritas terbawah seperti jarak terdekat dengan sumber sampah dan jarak perumahan terdekat juga dapat dipertimbangkan dalam penentuan lokasi TPA, akan tetapi lebih optimal jika disesuaikan dengan prioritas yang telah dianalisis. Semua sub kriteria yang dianalisis merupakan faktor dalam penentuan lokasi TPA, dalam hal ini adalah TPA Benowo. Dalam analisis ini diketahui urutan prioritas dalam penentuan lokasi TPA yang dapat digunakan.

D. Analisis Sensitivitas Sub Kriteria Pemilihan Lokasi TPA Benowo

(37)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

32

5.3 Kesesuaian Kriteria dengan TPA Benowo

Berdasarkan hasil analisis AHP sebelumnya, di dapat prioritas kriteria yang telah ditentukan. Kemudian dianalisis lagi kesesuaiannya dengan kondisi eksisting di TPA Benowo sebagai berikut:

 Kriteria Kondisi Tanah

Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa sub kriteria pada kriteria kondisi tanah yang paling prioritas adalah tidak berada pada zona bahaya geologi. Sub kriteria tersebut sudah sesuai dengan keadaan di lokasi TPA Benowo yang merupakan zona aman dari bahaya geologi. Prioritas selanjutnya adalah kemiringan tanah, kemiringan tanah di TPA Benowo sudah sesuai karena TPA Benowo memiliki kemiringan tanah dibawah 20%. Kemudian prioritas ketiga adalah tidak berada pada wilayah lindung, status TPA Benowo bukan sebagai kawasan lindung akan tetapi sebagai lahan budidaya. Prioritas terakhir adalah kelulusan tanah, jenis kerapatan tanah di TPA Benowo masih bisa mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi). Secara umum, berdasarkan kriteria kondisi tanah dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi tanah di lokasi TPA Benowo sesuai untuk dijadikan tempat pembuangan akhir.

 Kriteria Pelayanan

Berdarkan hasil analisis AHP terhadap kriteria pelayanan, diketahui prioritas sub kriteria dari keriteria pelayanan. Prioritas pertama adalah lokasi mudah diakses, di lokasi TPA Benowo sendiri telah memiliki akses yang baik untuk menuju ke lokasi, terutama untuk akses truk sampah. Dengan kata lain, kemudahan akses di TPA Benowo sudah sesuai. Prioritas kedua adalah jauh dari jaringan jalan utama, jaringan jalan sebelum mencapai lokasi TPA merupakan jalan kolektor. Kemudian prioritas terakhir adalah jarak terdekat dengan sumber sampah. TPA Benowo termasuk TPA yang berlokasi jauh dari sumber sampah, jarak terdekat dengan sumber sampah adalah 35 km. Diasumsikan bahwa sumber sampah dari TPA Benowo adalah dari pusat kota, sedangkan jika TPA Benowo ditempatkan mendekati pusat kota maka akan menimbulkan masalah baru. Secara umum, lokasi TPA benowo berdasarkan kriteria pelayanan sudah sesuai, hanya saja jarak TPA Benowo dengan sumber sampah masih jauh.

 Kriteria Penanggulangan Dampak Pencemaran

(38)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

33

hujan. Hal tersebut belum begitu sesuai dengan subkriteria bebas banjir. Prioritas kedua adalah kepadatan penduduk, kepadatan penduduk pada Kecamatan Benowo sebesar 2147 Jiwa/Km² dan diklasifikasikan dalam kepadatan penduduk rendah. Proritas ketiga adalah jarak dari badan air, jarak TPA Benowo dengan badan air cukup dekat yang bisa digunakan untuk pembuangan limbah hasil pengolahan. Kemudian prioritas terakhir adalah jarak dengan perumahan terdekat, jarak antara TPA Benowo dengan perumahan terdekat adalah 250 meter, sedangkan jarak TPA sampah terhadap permukiman ditetapkan 500 meter sebagai buffer tidak layak. Untuk sub kriteria jarak dengan permukiman terdekat di TPA Benowo kurang sesuai. Secara umum, pemilihan lokasi di TPA Benowo berdasarkan kriteria penanggulangan dampak pencemaran kurang sesuai karena masih bermasalah dengan sub kriteria bebas banjir dan jarak permukiman warga.

5.4 Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan berdasarkan analisis dan kesesuaian lokasi TPA benowo adalah sebagai berikut:

 Dalam menentukan lokasi TPA harus mempertimbangkan kriteria kondisi tanah, pelayanan, dan penanggulangan dampak pencemaran.

 Di TPA Benowo, kriteria penanggulangan dampak pencemaran masih belum sesuai dengan lokasinya. Ketidak sesuaian tersebut berupa masih adanya titik genangan setelah hujan dan lokasi TPA Benowo yang dekat dengan permukiman warga. Diperlukan suatu kebijakan terkait hal tersebut.

 Melakukan antisipasi terhadap genangan air hujan yang ada di lokasi TPA Benowo, bisa menggunakan teknologi yang mendukung.

 Mempertimbangkan kembali keberadaan permukiman warga yang berjarak 250 meter dari TPA Benowo.

(39)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi TPA Benowo Surabaya

34

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pembuangan akhir merupakan proses akhir dalam sistem pengolahan sampah pada suatu tempat yang telah disiapkan dengan pertimbangan keamanan dan tidak mengganggu lingkungan yang berada di sekitarnya. Penentuan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah harus mengikuti persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI nomor 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA sampah. TPA Benowo adalah TPA yang ada di Surabaya. Lokasi TPA Benowo terletak di Kelurahan Romokalisari yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik. Ada beberapa kriteria dan sub kriteria yang digunakan untuk analisis pemilihan lokasi TPA tersebut. Proses analisis faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi TPA Benowo dilakukan menggunakan alat analisis AHP dengan melibatkan beberapa stakeholder yang terkait menjadi responden. Dari hasil analisa menggunakan AHP, diketahui prioritas kriteria dan sub kriteria yang digunakan untuk penentuan lokasi TPA. Menurut bobot nya, sub kriteria yang paling diprioritaskan adalah tidak berada dalam zona bahaya geologi. Terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting di lapangan dengan prioritas sub kriteria yang digunakan dalam analisis pemilihan lokasi TPA Benowo. Hasil dari analisis yang mempengaruhi pemilihan lokasi TPA Benowo yang berbentuk urutan prioritas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rencana pembangunan TPA.

6.2 Lesson Learned

Pembelajaran yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah:

 Diperlukan suatu dasar teori sebagai bahan untuk pemilihan suatu lokasi

 Dalam menentukan lokasi TPA, ada beberapa kriteria dan sub kriteria yang digunakan

 Ada tata cara pemilihan lokasi TPA yang telah ditentukan dalam SNI

 Dalam proses analisis faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi TPA Benowo dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP.

 Analisis AHP dilakukan dengan melihat penilaian faktor-faktor berupa kriteria dan sub kriteria yang mempengaruhi keputusan penentu lokasi TPA Benowo menurut preferensi stakeholder.

 Ada kepentingan dan pengaruh beberapa stakeholder dalam penentuan dan pengelolaan TPA Benowo

 Diperlukan analisis sensitivitas untuk menguji konsistensi hasil analisa

Gambar

Gambar 1. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo
Tabel 4. Stakeholder dalam analisis faktor lokasi TPA Benowo
Gambar 2. Diagram faktor penentu pemilihan lokasi TPA Benowo
Tabel 5. Faktor-faktor Penentu Lokasi TPA Benowo menurut Bappeko Surabaya
+6

Referensi

Dokumen terkait

Karenanya, kegiatan seren taun tidak lagi semata bersifat reflektif- evaluatif, dalam arti bermakna transendental dan berorientasi pada aspek magis-religius yang hanya

Rasio Profitabilitas mengalami penurunan yaitu untuk profit margin 12% menjadi 7%,BEP 9,23% menjadi 7,73% ,ROA 7,25% menjadi 5,39% dan ROE 20,11% menjadi 17,6%

[r]

Sedangkan dengan kecepatan aliran yang relative besar akan menghasilkan aliran yang tidak laminar melinkan komplek (lintasan gerak partikel individual adalah komplek dan saling

Dari hasil penelitian “Analisis Isi Perilaku Prososial dan antisosial dalam Film Arisan2!” , didapatkan 110 potongan gambar atau 50% tayangan yang menggambarkan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan teknik self- management untuk mereduksi prokrastinasi akademik pada peserta didik kelas X Pondok