BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika dilihat dari makna bahasa dari yunani yakni kata ethos yang berarti kebiasaan (custom) atau karakter (character). Sedangkan secara terminologi etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dan yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah tentang dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Etika Ekonomi?
2. Apa saja Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi? 3. Apa Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka, tujuan penulisan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah :
1. Memberitahukan Apa Pengertian dari Etika Ekonomi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Etika Ekonomi
Etika ekonomi adalah prilaku ekonomi yang mempunyai norma-norma dalam ekonomi baik secara pribadi, insitusi serta dalam mengambil keputusan dibidang ekonomi, supaya dapat terwujudnya ekonomi yang jujur dan dapat melahirkan persaingan yang sehat dan dapat mendorong terbentuknya kerja sama untuk membantu perekonomian yang lebih maju. Mengingat aktivitas ekonomi yang dijalankan sebagian orang, kelompok masyarakat, atau negara di dunia dan Indonesia pada khususnya, sudah sering melabrak etika dan mengoyak nilai-nilai kemanusiaan, membumikan etika ke dalam jiwa-jiwa pelaku ekonomi sangat keharmonisan, tindakan ekonomi perlu tetap berada dalam koridor hukum etika dan evaluasi tindakan ekonomi secara mendalam. Nilai-nilai etika akan membantu para pelaku ekonomi untuk tidak terperangkap ke dalam ide, gagasan, atau pemikiran yang merusak kegiatan ekonomi. Spirit etika akan memotivasi para pelaku ekonomi menunaikan kewajibannya bagi sesama dan mencegah mereka dari metode, cara berpikir, praktik, perilaku yang tidak terhormat, dan tidak adil serta menyakiti orang lain.
B. Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi
1) Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini, salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya adalah:
Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan
tuntutan mereka;
Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk
pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan
pelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan terhadap produk dan jasa perusahaan;
Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,
memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik, karena kebebasan adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggap baik, otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya. Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada diri kita sendiri dan juga tentunya pada stakeholder.
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnisnya, baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Pelaku bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu
antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
3) Prinsip Keadilan
sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang
yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi
ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.
5) Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan.
C. Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi
Berdasarkan teori ekonomi, perusahaan dalam suatu pasar bebas yang menggunakan sumber daya yang langka atau faktor produksi (tenaga kerja, bahan baku, dan modal) dalam rangka menghasilkan barang dan jasa (output). Permintaan atas barang dan jasa tersebut ditentukan oleh preferensi konsumen secara individu untuk memilih diantara barang dan jasa yang tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan kepuasan dari preferensinya yang disebut utility. Perusahaan juga berusaha untuk memaksimalkan preferensinya atau utility dengan menaikkan outputnya sampai dengan titik tertentu dimana jumlah yang mereka terima dari penjualan barang dan jasa sama dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja, membeli bahan baku, modal dan berbagai pengeluaran lainnya, dimana pendapatan marjinal (marginal revenues) sama dengan biaya marjinal (marginal costs). Ilmu ekonomi menyediakan berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan berbagai pilihan yang bersifat ekonomi baik bagi individu maupun perusahaan.
Alasan utama berkaitan dalam berbagai pilihan adalah untuk memaksimalkan utility. Etika memberikan berbagai pertimbangan selain pertimbangan bersifat ekonomi dengan berbagai alasannya, termasuk kebenaran, keadilan dan nilai-nilai diluar ekonomi.
Justifikasi Terhadap Sistem Pasar (Justification of the Market System)
seluruh biaya produksi harus direfleksikan dalam harga yang dibayar baik oleh perusahaan maupun individu.
Berbagai Kondisi Untuk Pasar Bebas (Some Conditions for Free Market)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah.
2. Etika ekonomi adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan ekonomi yang etik.
3. Paradigma etika dan ekonomi adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan ekonomi atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika ekonomi merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/14/17665/pentingnya-etika-dalam-berekonomi/#.VuqtSkCKq9c
http://ekonomibisnispancasila.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-etika-dalam-ekonomi-dan.html