https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 1/15 FINY“LFIN”LOG
5 Konsep Balance Yang Perlu Dikuasai
Orang Accounting
Posted on 9 Januari by nyal nblog
Semua orang accounting tahu balance adalah kata keramat, segalanya, tidak boleh ditawar‑tawar, harga mati! Demikian keramatnya sampai‑sampai ada pemeo diantara orang accounting sendiri
yang menyebutkan
”alance belum tentu benar, tetapi kalau tidak balance sudah pasti salah!
“rtinya, jika anda staf accounting maka saat tutup buku di akhir bulan/tahun tidak boleh pulang sebelum Neraca Saldo dalam kondisi balance. Kalau perlu lembur sampai jam malam! Sebab jika belum balance bisa dipastikan buku anda mengandung kesalahan.
Dan jika anda seorang cash accountant, maka aturan yang sama berlaku setiap sore hari menjelang penutupan buku kas tidak boleh pulang sebelum rekonsiliasi kas menghasilkan saldo yang balance antara sik dengan buku catatan . Sebab jika belum balance maka bisa dipastikan ada yang tidak beres dengan ”uku Kas anda.
Sifat keramat itu lah yang membuat balance menjadi semacam mantra ajaib berkekuatan magis. ”ayangkan
“nda akan merasakan kelegaan luar biasa begitu berhasil menemukan biang kerok selisih yang sempat membuat buku tak balance berhari‑hari. Sariawan yang sempat mewabah dan membuat seisi ruangan bisu mendadak sembuh begitu buku terlihat balance.
Malah ada yang bilang, nemu balance itu rasanya seperti
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 2/15 Nemu duit milyar atau
Mendapat jawaban I love you too untuk pertamakalinya setelah tahun kirim sms I Love you namun tak pernah dibalas.
Intinya “nda belum bisa disebut orang accounting jika belum pernah pusing gara‑gara urusan balance‑atau‑unbalance.
“h, biasa aja tuh. Saya nggak pernah dipusingkan oleh urusan balance, apalagi setelah pakai software akuntansi kata admin Unyu.
Ya, saya sendiri juga sudah jarang dipusingkan oleh urusan debit‑credit balance yang lumrah dialami oleh pemula. ”ukan tidak samasekali, tapi jarang. ”ukan karena software, tapi karena sudah terbiasa saja wis kulino kalau istilahnya Mas fiong.
Tantangan utama belajar akuntansi, ya, membiasakan diri dengan debit‑credit dan balance itu kata Unyu. Saya setuju dengan Unyu. Namun, seperti sudah sering saya sampaikan, khususnya kepada rekan‑rekan yang sudah cukup lama bekerja di accounting, jangan merasa puas hanya karena sudah tidak dipusingkan oleh urusan balance terkait jurnal‑menjurnal dan laporan keuangan saja. Sebab, semakin lama anda berkarir di wilayah akuntansi, semakin besar tanggungjawab yang anda pikul, akan semakin banyak urusan balance lainnya penting untuk dipahami.
Setidaknya ada macam balance yang perlu dipahami oleh orang accounting, seperti saya tuliskan di bawah.
1. ‘Debit–Credit’ Balance
Seperti kata Mas Unyu, debit‑dan‑kredit memang konsep balance yang paling fundamental, thus wajib dikuasai oleh orang accounting. Dengan kata lain, seseorang bisa dipastikan gagal belajar akuntansi bila tidak paham konsep debit‑credit balance ini.
Nah, bagaimana caranya memahami konsep debit‑credit balance?
Pertama, anda pahami persamaan akuntansi berikut ini “ = L + E
Dari struktur persamaan di atas jelas terlihat, “ pada sisi Kiri pasti selalu sama dengan L + E di sisi Kanan. Dengan kata lain, “ di sisi Kiri selalu dalam kondisi seimbang balance dengan L+E yang ada di sisi Kanan. Thus, setiap perubahan pada “ pasti diikuti oleh perubahan pada L+E.
Contoh “ = L + E
= +
= Seimban alias balance
Jika “ di sisi kiri kita tambah dengan angka , maka L+E di sisi Kanan juga harus ditambah angka
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 3/15 + = + +
= Seimbang alias balance
“tau, jika “ di sisi kiri kita kurangi dengan angka , maka L+E di sisi kanan juga harus dikurangi , maka
‑ = + ‑
= Seimbang alias balance
Doktrinnya Setiap perubahan di sisi K“N“N mesti, kudu, harus, wajib, selalu, always, disertai oleh perubahan sebesar yang sama di sisi KIRI, dan sebaliknya, sehingga posisinya selalu seimbang
balance . Harus balance. ”alance. Dan balance. Jika tidak berarti salah!
Persamaan “=L+E yang selalu balance di atas mewakili kondisi Laporan Posisi Keuangan
=Neraca suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
”agaimana “kuntansi menerapkan konsep seimbang balance di atas?
Kembali ke persamaan, “ = L + E
Dimana
“ = Aset = Kekayaan perusahaan yang wujudnya bisa jadi berupa Kas, Piutang, Persediaan, Tanah, ”angunan, Kendaraan, Mesin, Merk Dagang dan aset tak berwujud lainnya.
L = Liabilitas = Kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang wujudnya bisa jadi Utang Jangka Pendek kepada supplier yang biasa disebut Utang Dagang, Utang Gaji, Utang Pajak
hp //jurnalakuntansikeuangan.com/category/akuntansi/akuntansi‑pajak/ , Utang Sewa, Utang ”unga dan Pokok Cicilan kepada Finance, Utang Jangka Panjang kepada ”ank dan Lembaga Pemberi Pinjaman lainnya.
E = Ekuitas kadang disebut Ekuitas Pemilik = Nilai bersih investasi dari para pemegang saham setelah dikurangi kewajiban dan utang yang berupa Modal
hp //jurnalakuntansikeuangan.com/category/keuangan/manajemen‑modal‑dividen/ Saham dan Laba Ditahan.
Maka
“set “ = Liabilitas L + Ekuitas E
Dalam penerapannya, persamaan ini bisa dibaca
“set perusahaan, sebagiannya merupakan hak kreditur liabilitas dari sisi perusahaan dan sebagiannya lagi merupakan hak dari pemegang saham ekuitas dari sisi perusahaan “T“U “set Perusahaan, sebagiannya didanai dari Liabilitas Kewajiban dan Utang dan sebagiannya lagi dari Ekuitas Penjualan saham
Kedua deskripsi di atas mengandung pengertian yang sama, yakni
Jika semua aset perusahaan dijual pada nilia pasar wajar maka hasil penjualannya sebagaian harus dibayarkan kepada kreditur vendors, suppliers, bank, lembaga pembiayaan, Ditjen Pajak, pegawai, dll yang memberi perusahaan pinjaman/utang, dan sisanya dibayarkan kepada para pemegang saham yang
menginvestasikan dananya pada perusahaan.
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 4/15 Secara teknis, dalam menerapkan sistim double‑entry, anda harus memasukkan jurnal yang
mencerminkan kondisi seimbang di atas, pada setiap transaksi yang anda akui catat dalam operasional perusahaan sehari‑hari.
Misalnya
Tgl / / , para pemegang saham menyetorkan modal sebesar Rp , , , ke dalam kas perusahaan, anda mencatat transaksi tersebut dengan jurnal yang debit dan kreditnya dalam kondisi balance sebagai berikut
[Debit]. Kas = Rp , , , “set
[Kredit]. Modal Saham= Rp , , , Ekuitas
Lalu, tgl / / , perusahaan menerima pinjaman tunai dari bank untuk memperbesar dana operasional perusahaan sebesar Rp , , , , maka anda mencatatnya dengan jurnal
[Debit]. Kas = Rp , , , “set
[Kredit]. Utang ”ank = Rp , , , Liabilitas
Selanjutnya, tgl / / , perusahaan mulai membeli aktiva tetap berupa Tanah dan ”angunan Kantor untuk menunjang operasional perusahaan sebesar Rp , , , anda catat transaksi tersebut dengan jurnal sbb
[Debit]. Tanah dan ”angunan Kantor = Rp , , “set [Kredit]. Kas = Rp , , “set
Tanggal / / , perusahaan juga membeli Kendaraan untuk menunjang operasional perusahaan senilai Rp , , , maka transaksi tersebut anda catat dengan jurnal
[Debit]. Kendaraan = Rp , , “set [Kredit]. Kas = Rp , , “set
”erikutnya, Tgl / / , perusahaan mulai membeli Persediaan ”arang Jadi untuk dijual nantinya senilai Rp , , dengan cara berhutang pada Toko “”C, transaksi ini anda catat dengan jurnal
[Debit]. Persediaan = Rp , , “set
[Kredit]. Utang Toko “”C = Rp , , Liabilitas
Demikian seterusnya, setiap transaksi yang anda akui dicatat dalam format double‑entry yang mencerminkaan kondisi seimbang sesuai dengan persamaan akuntansi di atas.
Jika semua contoh transaksi di atas saya rangkum, jadinya sbb tetap balance/seimbang
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 5/15 Itu baru contoh transaksi yang melibatkan akun‑akun Laporan Posisi Keuangan Neraca . ”agaimana dengan transaksi‑transaksi yang melibatkan akun‑akun Laporan Laba/Rugi?
Kedua, pahami persamaan L“”“/RUGI di bawah ini Laba/Rugi tahun ”erjalan = Pendapatan ”iaya
hp //jurnalakuntansikeuangan.com/category/akuntansi/akuntansi‑biaya/ /”eban
Ketiga, pahami hubungan Laporan Laba/Rugi dengan Laporan Posisi Keuangan =Neraca , sbb Ekuitas di Neraca = Modal Saham + Saldo Laba Ditahan Dividend
Sementara,
Saldo Laba Ditahan = “kumulasi Laba Ditahan + Laba/Rugi Tahun ”erjalan
Jika digambarkan dengan diagram debit‑kredit, pola hubungan di atas akan nampak sbb
Contoh Praktikal
Pada tanggal / / , perusahaan menjual keseluruhan Persediaan ”arang Jadinya kepada pelanggan DEF seharga Rp , , dengan HPP , , dan ”eban Operasional untuk periode yang sama sebesar Rp , , . “tas transaksi tersebut dicatat
[Debit]. Piutang Dagang DEF = Rp , , “set berupa Piutang di Neraca bertambah [Kredit]. Pendapatan = Rp , , Pendapatan berupa Penjualan di Laba/Rugi bertambah
Jurnal untuk mengakui penjualan dan Piutang
Dan
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp , , ”iaya berupa HPP di Laba/Rugi bertambah [Kredit]. Persediaan ”arang Jadi = Rp , , “set berupa Persediaan ”arang Jadi di Neraca berkurang
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 6/15 Jurnal untuk mengakui penurunan nilai persediaan dan timbulnya HPP
Serta
[Debit]. ”eban Operasional = Rp , , ”eban di Laba/Rugi bertambah
[Kredit]. Utang Usaha = Rp , , Liabilitas berupa Utang di Neraca bertambah
Jurnal untuk mengakui timbulnya beban operasional yg menimbulkan utang usaha di sisi lainnya karena belum dibayar .
Jika semua akun kelompok Laporan Posisi Keuangan =Neraca dikumpulkan maka hasilnya menjadi sbb
[Debit]. Piutang Dagang DEF = , , “set bertambah [Kredit]. Persediaan ”arang Jadi = , , “set berkurang [Kredit]. Utang Usaha = Rp , , Liabilitas bertambah
“rtinya, di sisi “set bertambah Juta, tetapi di sisi Liabilitas hanya bertambah juta. “rtinya juga, Laporan Posisi Keuangan Neraca tidak dalam kondisi seimbang! ada selisih lagi
juta Pertanyaannya Dimanakah selisih yang lagi 50 juta tersebut?
Mari kita tengok pada kelompok Laba/Rugi . Jika jurnalnya dikumpulkan jadinya sbb [Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp , , ”iaya L/R
[Debit]. ”eban Operasional = Rp , , ”eban L/R [Kredit]. Pendapatan = Rp , , Pendapatan L/R Jika dimasukkan ke dalam Persamaan Laba/Rugi jadinya Laba/Rugi = Pendapatan ”iaya ”eban
Laba/Rugi = juta juta juta “da Laba sebesar Rp juta!
Nah, angka Laba inilah masuk ke akun Laba Ditahan pada kelompok Laporan Posisi Keuangan =Neraca sebesar Rp juta. Tentu bukan merangkak lalu tiba‑tiba masuk ke Neraca, melainkan melalui proses TUTUP ”UKU di akhir periode.
Esensi dari tutup buku, semua saldo akun kelompok Laba/Rugi biasa disebut Temporary “ccount dinol ‑kan dengan jurnal pembalik. Untuk semua terkait laba/rugi di atas dijurnal balik, sbb [Debit]. Pendapatan = , , pendapatan diletakkan di sisi debit
[Kredit]. HPP = , , HPP diletakkan di sisi kredit
[Kredit]. ”eban Operasional = , , ”eban OP diletakkan di sisi kredit [Kredit]. Laba/Rugi = , , muncul saldo Laba/Rugi baru
Dengan dimasukkannya jurnal pembalik di atas maka Saldo akun Pendapatan menjadi nol
Saldo akun HPP menjadi nol
Saldo ”eban OP juga menjadi nol dan
Muncul akun baru bernama Laba/Rugi dengan saldo kredit sebesar Rp juta.
Catatan akun laba/rugi bersaldo kredit artinya perusahaan membukukan laba , sedangkan jika bersaldo debit berarti perusahaan membukukan rugi .
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 7/15 Selanjutnya, akun Laba/Rugi bersaldo kredit juta yang baru muncul itupun juga harus ditutup alias di‑ nol ‑kan dengan jurnal pembalik
[Debit]. Laba/Rugi = Rp juta saldo akun Laba/Rugi di kelompok Laba/Rugi menjadi nol [Kredit]. Laba Ditahan = Rp juta masuk Ekuitas di kelompok Neraca
Dengan jurnal pembalik terakhir ini maka
Semua akun di kelompok Laba/Rugi menjadi bersaldo inilah yang disebut ditutup buku dan
Saldo Laba Ditahan pada Ekuitas bertambah sebesar Rp juta dan membuat Laporan Posisi Keuangan Neraca menjadi seimbang alias balance.
Seperti Mas Unyu bilang, sebagai orang accounting minimal anda harus menguasai konsep dan teknik Debit‑Credit ”alance di atas. Gagal memahaminya, maka bisa dipastikan anda akan selalu pusing tujuh keliling setiap menjelang tutup buku sedikit ada selisih anda akan kesulitan dalam melakukan penelusuran.
Pertanyaannya “pakah menguasai Debit‑Credit ”alance saja sudah cukup bagi orang accounting? Untuk posisi staff entah itu Cash “ccountant, “/R “ccountant, “/P “ccountant, Fixed “sset “ccountant, Junior “uditor Internal dan Junior “uditor External , Y“, cukup. Namun untuk posisi management Chief “ccountant, Chief Internal “uditor ke atas, NO, tidak cukup. Masih ada setidaknya konsep balance lainnya yang penting untuk anda pahami untuk bisa sukses menjalankan fungsi di management level.
Kita masuk ke konsep balance yang kedua…
2. ‘Reliability–Relevancy’ Balance
Tagline sebuah brand tertentu menyebutkan sebab kualitas adalah segalanya.
Hal yang sama juga berlaku di “ccounting. Produk utama yang dihasilkan oleh proses accounting, yakni Laporan Keuangan , harus berkualitas!
Namun, ada dua parameter kualitas Laporan Keuangan yang seringkali berbenturan, yaitu antara Keandalan reliability dan Ketepatwaktuan relevancy .
Di satu sisi Laporan Keuangan harus akurat dan tidak mengandung salahsaji bersifat material thus tidak menyesatkan pengguna, alias bisa diandalkan reliable . Namun di sisi lainnya juga harus disajikan secara tepatwaktu relevant . Masalahnya, untuk memastikan keandalan perlu proses validasi, veri kasi, check‑and‑recheck, dan proses audit yang bisa jadi mengkonsumsi waktu ekstra lama.
Pertanyaannya Jika waktu yang diperlukan untuk memastikan keandalan laporan keuangan sampai melewati batas ketepatwaktuan, apa yang harus anda lakukan?
Jawabannya Mencari titik trade‑off yang paling imbang balance !
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 8/15 Dimana titik‑imbangnya?
Jika saat ini masih di staff‑level, apalagi masih entry‑level, maka titik imbang yang anda cari adalah
apa kata boss saja. Maksud saya, anda tidak punya kewajiban untuk ikut pusing memikirkan hal rumit seperti ini tinggal nurut apa kata atasan saja. Disuruh validasi ulang ya anda validasi ulang, disurug veri kasi ya veri kasi, disuruh cepat‑cepat ya anda kerjakan secepat‑cepatnya. ”egitu saja lebih baik.
Di Marketing Dept Dilemma antara memberikan pelayanan ekstra untuk customer satisfaction dengan ”udgeted Marketing Cost yang tentu saja ada batasnya. “tau antara credit policy yang longgar untuk meningkatkan customer loyalty dengan dengan sistim penagihan yang agresif
untuk menekan bad‑debt , dlsb.
Di Production Dept Dilemma antara kualitas dengan volume produksi. Jika speed digenjot sudah pasti akan mengorbankan kualitas. Sementara jika kualitas diketatkan maka sudah pasti
menurunkan kecepatan yang artinya akan mengorbankan leadtime thus delivery time yang sudah dikomitmenkan. “tau mengadopsi teknologi baru untuk mempercepat proses tanpa mengorban kualitas namun dibatasi oleh manufacturing overhead. “tau tambah shift waktu kerja untuk menggenjot volume tanpa mengorbankan kualitas namun dibatasi pula oleh Labor Cost, dlsb. Saya bisa teruskan sampai ke R&D, Store Front, HRD, IT, hingga satpam dan officeboy. Tapi cukuplah. Yang jelas ini sesuatu yang biasa, klasik, dan terjadi dimana‑mana, bukan hanya di accounting saja .
Lalu dimana titik trade‑off yang paling ideal, mana yang harus diperoritaskan dan mana yang sebaiknya dikorbankan?
Titik trade‑off untuk semua dilemma di atas termasuk antara reliability dan relevancy pada laporan keuangan kuncinya ada pada RISIKO! Konkretnya
Mana yang mengandung risiko paling tinggi jika dikorbankan , maka itulah yang harus diperioritaskan “T“U
Mana yang mengandung risiko paling rendah jika dikorbankan , maka itulah yang terpaksa dikorbankan.
Nah, antara Keandalan reliability dan Ketepatwaktuan relevancy pada Laporan Keuangan, mana yang lebih tinggi potensi risikonya jika dikorbankan?
Normatifnya Semuanya penting. Tidak ada standard dan kode etik yg menyebutkan boleh
mengorbankan salahsatunya. fihy? Tidak tepatwaktu berisiko disanksi atau bahkan didenda oleh pihak luar. Sedangkan jika mengandung kesalahan apalagi ada skandal , risiko nya malah lebih besar lagi, salah‑salah bisa masuk bui. Itu sebabnya anda tidak akan pernah memperoleh jawaban pasti meskipun sudah cari keliling dunia. Para suhu enggan memberitahu para junior secara terang‑terangan, mana yang lebih penting antara reliability dan relevancy.
Fragmatisnya Risiko jangka pendek lebih penting untuk dihindari. Dengan kata lain, ketepatwaktuan relevancy diutamakan. Sebab begitu anda langgar batas akhir pelaporan otomatis anda kena masalah. Sedangkan risiko jangka panjang ketidakakuratan dan skandal
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 9/15 butuh waktu lama hingga timbul ke permukaan yang sementara itu mungkin sudah keburu
kedaluarsa atau sudah sempat direvisi.
Menurut anda, mana yang lebih baik; pendekatan normative atau pragmatis? Silahkan dipertimbangkan.
Sayapun sebenarnya juga enggan memberitahu. Tapi, well, di J“K saya share sajalah. Ini tidak berlaku universal, tapi saya ingin menawarkan pointers sebagai bahan pertimbangan
Pertama, laporan keuangan beserta segala data yang ada di dalamnya adalah informasi penting bisa digunakan sebagai input dalam proses pengambilan keputusan bisnis. ”ener nggak? Nah, yang namanya informasi apapun itu dan sebagus apapun kualitasnya T“K “D“ GUN“NY“ bila sudah TID“K RELEV“N!
Kedua, khususnya risiko kepatuhan compliance‑risk terhadap Ditjen Pajak, sebenar‑dan‑ sebagus apapun laporan anda sampai mengorbankan ketepatwaktuan misalnya tetap saja akan diperiksa, official assessment tetap jalan, hanya persoalan waktu. Dan sekali mereka turun memeriksa maka pantang pulang dengan tangan kosong. fihy? Sebab mereka turun pemeriksaan juga ada beban operasional, siapa suruh nanggung? Iya kan? Dengan kata lain P“STI “D“
TEMU“N! Dan temuan oleh auditor DJP ya sudah pasti risiko kurang bayar plus denda .
Rekomendasi Idealnya, anda harus punya cara apapun itu agar bisa menyajikan laporan keuangan yang selalu berkualitas sekaligus tepatwaktu. Tetapi kita tidak hidup di era yang serba ideal shit can happened, right? Jika bisa, minta tambahan waktu. Jika tidak, maka artinya ketepatwaktuan
relevancy lebih kritikal!
3. ‘ShortLong Term Profit’ Balance
Tujuan utama perusahaan adalah laba pro t . ”etul? Iya lah. Masa orang accounting nggak tahu.
Masalahnya, pro t saja tidak cukup. Yang paling diharapkan adalah pro t yang terus meningkat dari waktu ke waktu, dari periode ke periode, dari tahun buku ke tahun buku berikutnya, sehingga
perusahaan terus bertumbuh growth .
Pertumbuhan itulah yang kemudian melahirkan macam orientasi dalam pencapaiannya, yakni pro t jangka pendek short‑term pro t dan pro t jangka panjang long‑term pro t .
“nda yang bekerja sebagai akuntan di K“P kecuali berposisi sebagai Partner tentu tidak perlu tahu hal‑hal seperti ini. Sebab fungsi anda di sana hanya memeriksa laporan keuangan klien apakah sesuai PS“K atau tidak. Tetapi, bila anda bekerja di dalam suatu perusahaan non‑K“P, terutama yang sudah management‑level, akan seringkali dihadapkan pada dilemma prioritas antara Laba jangka pendek short‑term pro t dengan Laba Jangka Panjang long‑term pro t .
Dilemma itulah yang kerap membuat para akuntan manajemen berbenturan dengan anggota manajemen lainnya. Kadang berkembang menjadi kon ik pribadi berpanjangan.
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 10/15 Pada sesi pemangkasan beban/biaya cost cu�ing , dalam rangka memperbaiki/menaikkan laba, misalnya. Yang terjadi, biasanya, orang accounting cenderung berorientasi jangka pendek short‑ term mereka menawarkan cost‑cuing yang sifatnya aggressive. Misalnya
Untuk mengatasi pembengkakan ”eban Operasional Gaji PHK sebagian staff OP!
Untuk mengatasi pembengkakan HPP Labor Cost stop overtime!
Untuk mengatasi pembengkakan HPP Overhead Electricity Turunkan daya listrik!
Untuk mengatasi pembengkakak Capital Expense Fixed “sset Purchase Repair no purchase !
Untuk menekan bad‑debt Stop credit sales!
Dan lain sebagainya. Hasilnya?
Impressive! Penurununan cost bisa langsung terlihat di periode berikutnya. Namun dampak jangka panjang yang timbul juga tak kalah impressivenya
Yang paling segera muncul setelah PHK pastinya ”iaya Pesangon Pegawai Employee s
Saverence . Lalu beberapa minggu kemudian operasional mulai berjalan pincang karena sebagian pegawai terPHK tergolong berfungsi vital. Thus ”OP Gaji turun tapi bengkak di outsourcing cost, karena terpaksa mempekerjakan pegawai paruh waktu untuk memuluskan operasional. Dan ketika perusahaan beroperasi secara normal kembali, timbul beban rekrutmen dan training yang sungguh tak terduga. General Manager hanya geleng‑geleng kepala sambil ngedumel, no no no..
Overtime dihentikan begitu saja akibatnya volume produksi menurun, production leadtime thus deliverytime morat‑marit, banyak pelanggan complain, sebagiannya minta diskon karena telat penyerahan, bahkan ada pula yang membatalkan pesanan. Hasilnya, HPP Labor Cost memang turun drastic tetapi juga diikuti oleh penurunan revenue yang drastic akibat diskon dan
pembatalan. Production dan Marketing Manager ngamuk‑ngamuk, semua masalah dikembalikan ke accounting!
Dampak dari penurunan daya listrik, Overhead listrik memang turun tapi overhead genset plus solar meningkat tajam. ”elum lagi mesin‑mesin tertentu menjadi sering ngadat karena running dengan daya yang tidak stabil, biaya maintenance membengkak. Engineering uring‑uringan setiap hari, bolak‑balik masuk bengkel.
Kebijakan repair only no purchase untuk xed asset, di satu sisi menurunkan capital expense akibat pembelian xed baru secara drastic tetapi juga menaikkan ”eban Pemeliharaan
Maintenance di sisi lainnya. Fraud kickback yang menyertai pembelian xed asset baru bisa ditekan sampai ke titik nol, tapi apakah tidak ada fraud kickback yang menyertai wilayah maintenance? You bet it.
Lalu bad‑debt, memang bisa ditekan, hasilnya langsung terlihat di periode berikutnya, akan tetapi penurunan sales mulai terlihat karena banyak pelanggan yang merasa kecewa akibat tidak bisa memperoleh fasilitas credit lagi. Menjadi parah bila keresahan beberapa pelanggan mewabah ke pelanggan yang selama ini sangat loyal. Dan yang tak pernah diduga oleh orang accounting, pelanggan yang beli tunai, jauh jauh lebih rewel dibandingkan yang beli kredit apalagi yang terpaksa , ada saja yang di complain. “kibatnya? ”eban customer relation bengkak!
Tidak mudah memang. ”utuh perhitungan cermat dan komprehensif untuk menentukan titik paling imbang balance ketika harus memilih antara kebijakan berorientasi short‑term dengan long‑term pro t. Misal
PHK sebagaian pegawai bulanan okay untuk menurunkan ”OP Gaji, tetapi perlu pilah‑pilah, harus dihubungkan dengan sistim penilaian kinerja, sehingga bisa dipastikan pegawai yang dieliminasi memang benar‑benar menjadi beban bagi operasional perusahaan selama ini.
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 11/15 Pertimbangkan juga untuk mengirimkan mereka ikut workshop agar lebih terampil, lebih tinggi outputnya, thus tidak menjadi beban lagi.
Overtime biasanya terjadi karena over‑capacity. Labor Cost tinggi bukan karena penambahan waktu, melainkan karena rate tarif upah lembur yang berlipat‑ganda. Ini bisa diatasi dengan menambah shift kerja, sehingga rate‑nya tetap sama. Taka kalah pentingnya, setiap kali ngomong beban manusia persoalan utama seringkali efekti tas kinerja. Sehingga, sebelum berpikir utk menghentikan overtime, sebaiknya berpikirlah tentang production planning, production setup, costing system, layout ruang kerja, dan sejenisnya. Optimalkan wilayah ini terlebih dahulu. Ketika Overhead listrik bengkak, biang keroknya memang penggunaan listrik berlebih, tentu karena selalu ada daya yang melimpah, sehingga dengan mudah diboroskan. Penurunan daya listrik idealnya memang bisa memaksa production dept untuk lebih kreatif dalam
menggunakan listrik tanpa mengganggu operasional di production sendiri. Hanya saja, perlu disadari bahwa yang namanya manusia cenderung cari gampangnya. Nggak cukup daya ya sudah, berapapun ouputnya ya segitu saja begitu kira‑kira mindsetnya. Perlu diingat
penggunaan listrik terkait dengan panjangnya waktu, thus sama seperti overtime. Oleh sebab itu gunakan pendekatan system perbaiki production planning, production setup, costing system, layout, dlsb.
Capital Expense terkait pembelian xed asset baru. Yang masalah bukan pembelian xed
assetnya, melainkan pembelian xed asset yang tidak disertai cost‑and‑bene t, payback, ”EP dan ROI analysis. Yang bermasalah lainnya adalah pembelian xed asset yang tidak melalui adu‑ harga tender , kolusi, kickback, dlsb. “tasi itu, bukan melarang xed asset purchase.
Penghentikan penjualan kredit untuk menekan bad‑debt bagus. Tetapi sebelum itu harus ada customer‑ranking analysis. Sehingga penghentian fasilitas kredit benar‑benar hanya diberlakukan terhadap pelanggan yang bermasalah saja. ”ukan inversal.
Dan seterusnya.
Secara kesuluruhan, orang accounting khususnya yang bekerja di dalam perusahaan perlu memahami short‑long term pro t balance. Jangan mentang‑mentang orang accounting lalu
conservatism principle nya selalu dikedepankan. Ingat, balance!
4. ‘Historical–Future’ Balance
“kuntansi Keuangan Financial Accounting berorientasi pada data historis semua angka yang disajikan dalam laporan keuangan adalah rangkuman dari transaksi di masa yang telah lewat. Sementara “kuntansi Manajemen Management Accounting berorientasi pada data masa kini dan masa depan costing data masa kini, budget dan forecast menggunakan data masa kini dan masa depan.
“kuntan yang bekerja di Kantor “kuntan Publik K“P , termasuk auditor, sudah pasti berorientasi pada data historis tidak punya kewajiban terhadap kejadian ekonomis dimasa yang akan datang. Sedangkan akuntan yang bekerja di dalam perusahaan mau tidak mau harus dihadapkan pada data historis sekaligus masa kini dan masa depan.
Staff accounting di dalam perusahaan, dari Clerk Data Entry sampai Chief “ccountant, juga hanya fokus pada data historis saja. “da nota bukti transaksi yang sudah terjadi dengan menggunakan bekal Debit‑Credit ”alance bisa anda analisa, ukur, akui dan sajikan menjadi Laporan Keuangan. Misalnya pada tanggal Desember tahunya perusahaan sudah punya
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 12/15 Statements of Financial Position Per ‑Des‑ historis
Income Statements Jan s/d Des historis Cash Flow Statements Jan s/d Des historis
“salkan ketiganya sudah akurat, tidak mengandung salahsaji bersifat material, dan disampaikan tepatwaktu, selesai perkara!
Tetapi, setelah menjadi seorang Financial Controller FC atau CFO, itu saja tidaklah cukup. Kelak jika anda menjadi seorang FC dan CFO aamiin , disamping memastikan Laporan Keuangan
sudah tersaji secara andal dan relevan, anda juga bertanggungjawab untuk memastikan minimal ”udgeted Financial Statement bisa terealisasi seperti yang diharapkan. Thus,
rampungnya tutup buku per tanggal Desember , bukan akhir dari persoalan. “nda masih harus
Pertama, membandingkan antara Financial Statements dengan ”udgeted Financial
Statements yang sudah tersusun sejak Desember , untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan sudah sesuai rencana? “pakah ada perbedaan dan penyimpangan
differences/discrepancies ? Diamana penyimpangan terjadi? Mengapa terjadi? Dan seterusnya. Ini harus dipertanggungjawabkan oleh CFO dan Chief Executive Officer CEO di hadapan Rapat Tahunan Dewan Direksi ”oard of Director “nnual Meeting .
Kedua, mulai menyusun ”udgeted Financial Statements untuk dibandingkan dengan Financial Statements nanti pada tanggal Desember tentunya . Pada tugas kedua inilah anda dihadapkan pada dilemma antara berorientasi pada data historis atau yang akan datang.
CEO dan para pemegang saham sudah pasti mengharapkan Laba dan Key Performance Indicators KPIs yang terus meningkat baca progressive. Mereka cenderung menuntut para direktur untuk bekerja dengan target yang setinggi mungkin. Sebagai FC atau CFO, anda juga diharapkan mampu
mengawal rencana tersebut sehingga benar terealisasi di akhir nanti.
“rtinya, anda dipaksa untuk berorientasi pada data masa depan Forecast dan ”udget !
Sebagai bagian dari management anda wajib mendukung rencana tersebut, thus anda juga harus mampu berorientasi pada data masa depan. Namun di sisi lainnya, bagaimanapun juga anda orang accounting, anda tahu bahwa data historis sangat bermanfaat sebagai input dalam membuat rencana masa depan budget yang lebih realistis.
CEO dan pemegang saham boleh saja mematok target yang tinggi, anda juga perlu menyikapinya secara positive. Namun harus disadari pula bahwa target yang terlalu tinggi, disamping mustahil untuk dicapai thus akan menjadi target kosong , juga menimbulkan distress berlebih. Dalam kondisi distress berlebih, semua awak management akan cenderung mengambil keputusan yang tidak
masuk‑akal termasuk earning management yang sifatnya illegal!
Di sini anda dituntut untuk mampu menemukan titik yang paling seimbang balance antara data historis dengan data masa depan.
Dimana titik imbangnya? Jawaban Positive‑Realistic! Konkretnya
Yang namanya budget sudah pasti data masa depan belum terjadi , mau tidak mau anda harus menggunakan budget. Ini tidak masalah, sebab ”udget basisnya element utama, yaitu
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 13/15 Penjualan Sales yang sudah ada kontrak con rmed , namun belum diserahkan not delivered yet karena jasa/baranya belum ready sehingga belum menjadi Piutang Receivable . Tingkat kepastiannya berkisar antara hingga 9 %. Tinggal anda pastikan tentunya dengan
pemantauan ketat perusahaan bisa merealisasikan penjualan ini tanpa hambatan. Penjualan Sales yang sudah diserahkan delivered , sehingga sudah menjadi Piutang
Receivables , namun belum jatuh tempo not due yet , thus tingkat kepastiannya sudah mencapai 9 %. Tinggal anda pastikan collection berjalan efektif sehingga bad‑debt bisa diminimalkan.
Pembelian Purchase atas barang/jasa yang sudah diterima Received oleh perusahaan, sehingga sudah menjadi Utang Payables , hanya saja belum jatuh tempo not due yet . Ini bisa anda
asumsikan pasti % conservatism principles .
Pembelian Purchase yang sudah ada kontraknya con rmed , tetapi belum diterima oleh perusahaan not delivered yet sehingga belum menjadi Utang Payables . Tingkat kepastiannya anda hitung % juga conservatism principles .
”udgeted HPP, Overhead dan ”OP agak tricky, jadi anda harus taktis di sini. Untuk volume dan consumption anda gunakan data historis sebagai patokan, tetapi rate per unit/headcount harus mempertimbangkan data masa depan e.g. kenaikan harga barang akibat in asi, kenaikan UMR, dslb .
”udgeted Cash Flow, sudah pasti mengikuti Sales dan Purchase di atas.
Yang repot adalah ketika CEO menyelipkan unsur Peramalan Forecast ke dalam ”udgeted Financial Statements. Disamping untuk mengenjot target kerja para direktur, hal ini juga lumrah dilakukan untuk meyakinkan para pemegang saham dan menggaet calon investor serta calon kreditur. Ini murni khayalan thus tidak bisa disebut sebagai data. Probabilitas antara terealisasi dengan gagalnya . Sebagai orang accounting anda tidak bisa menerima ini. Ini samasekali tidak realistic, anda harus yakinkan CEO bahwa ini tidak bisa masuk ke ”udgeted Financial Statements. Sebagai gantinya anda buatkan Projected Financial Statements yang menggunakan data Forecast sebagai basisnya!
Overall, anda harus bisa bermain cerdas antara menggunakan data historis‑atau‑masa depan. Cari titik yang paling imbang balance !
5. ‘Common–Best Practice’ Balance
Saya juga orang accounting. Jadi saya tahu kalau kata kreatif berkonotasi negatif di wilayah accounting. ”eda jauh jika dibandingkan dengan wilayah lain seperti seni misalnya, khusus di accounting anda dilarang TERL“LU KRE“TIF, salah‑salah bisa dinilai melakukan praktek creative accounting.
Persepsi ini membuat orang accounting menjadi terlalu rigid dalam menjalankan proses akuntansi tidak berani menggunakan cara berbeda selain yang sudah lazim digunakan.
Misalnya Merekonsiliasi buku ”uku Kas Perusahaan dengan Catatan ”ank.
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 14/15 anda jalankan setelah tanggal . “kibatnya? “nda tutup buku tanpa rekonsiliasi kas paling nanti diadjust kalau rekening Koran sudah datang , iya kan? “tau lebih parahnya lagi, anda hanya tutup buku di akhir Desember. Nah, ini contoh common practice yang buruk. ”andingkan dengan best practice di berikut ini.
”est Practice Sekarang hampir semua bank sudah ada fasilitas internet banking, thus perusahaan bisa melihat saldo rill kas di bank kapan saja. Thus anda tidak harus mengikuti petunjuk buku
membandingkan saldo catatan dengan saldo di printout rekening koran . Rekonsiliasi bisa anda lakukan setidaknya setiap menjelang akhir pekan. Dengan cara ini, di akhir bulan anda tinggal merekonsiliasi transakdi minggu terakhir yang jumlahnya mungkin hanya beberapa baris. Lebih efektif, cepat, akurat, tanpa melanggar standar.
Contoh lain, pengakuan Pajak Tangguhan misalnya.
Common Practice ”ila Laba‑“kuntansi lebih tinggi dibandingkan Laba‑Fiskal disebabkan oleh beda‑waktu timming difference , maka akui Laba sesuai Laba‑Fiskal dan akui Liabilitas Pajak Tangguhan sebesar selisihnya. ”ener nggak? Dan bila sebaliknya Laba Fiskal lebih tinggi
dibandingkan Laba‑“kuntansi maka akui Laba sesuai Laba‑Fiskal dan akui “set Pajak Tangguhan sebesar selisihnya. Ini common practicenya. “pa yang hasil dari common practice ini? Setidaknya dari pengalaman saya pribadi, terutama di perusahaan menengah, hampir selalu terjadi penumpukan. “set Pajak Tangguhan nongkrong dan kian membesar dari periode‑ke‑ periode tanpa pernah terealisasi. Terbersit dalam pikiran saya, mau sampai kapan aset pajak tangguhan nongkrong di sini? Tandatanya besar. Sangat meragukan legitimasinya. Disamping itu Laporan Posisi Keuangan perusahaan menjadi aneh dan nampak buruk.
”est Practice Konsep pajak tangguhan bagus dalam teori, namun tidak praktikal. Nyatanya jarang hampir tak pernah terealisasi. Menurut saya, tidak usah mengakui pajak tangguhan, kecuali sudah ada komitmen dari Kantor Pajak DJP . Tapi ya rasanya nggak mungkin dapat komitmen. Menurut saya nggak usah.
Contoh terakhir mungkin, penentuan costing system yang akan diterapkan di dalam perusahaan. Common practice “nda pilih salahsatu jenis costing system yang ada. Hasilnya? “nda terpaksa menerima kelemahan dari system yang anda pilih.
”est practice anda bisa mix beberapa costing system dan terapkan mereka secara hybrid,
sehingga menghasilkan informasi cost yang lebih akurat dan rinci. Semakin rinci informasi cost, semakin mudah anda kendalikan.
”est practices bukan sesuatu yang perlu untuk ditabukan. Namun bukan berarti semua common practice itu buruk.
Pertanyaan Dimana titik imbangnya? Jawaban Standard‑and‑Legal Compliance!
Sepanjang patuh pada PS“K/IFRS dan UU Pajak, best practice selalu baik untuk diadopsi.
”agaimanapun juga lingkungan bisnis terus berubah, kian lama kian kompleks. Cara kerja akuntansi juga perlu adaptif mengikuti perubahan yang ada, tanpa melanggar standard.
Itulah beberapa konsep balance yang perlu anda pahami. Debit‑credit balance adalah pondasi thus menjadi skill dasar bagi kita di accounting. Namun semakin jauh melangkah dan menggali semakin banyak model balance yang perlu kita pahami dan praktekkan, baik di lingkungan bisnis maupun lingkungan pribadi sehari‑hari.
To become really good, you need to live it, breathe it, and sleep it ~Tony Hsieh CEO of Zappos.com //Zappos.com
https://finyalfinblog.wordpress.com/2016/01/19/5konsepbalanceyangperludikuasaiorangaccounting/ 15/15 Untuk benar‑benar ahli di bidang akuntansi, anda perlu mewujudkannya dalam perilaku hidup sehari‑hari. ”ayangkan semua kejadian bisa anda terjemahkan ke dalam prinsip‑prinsip dan cara kerja akuntansi.
Saat berangkat ke kampus misalnya, bayangkan uang saku dan semua pengorbanan orang tua di sisi debit, lalu apa yang akan mengimbanginya di sisi kredit sehingga menjadi balance? Saat berharap kenaikan gaji,dari perusahaan, tempatkan angka kenaikan itu di sisi kredit buku anda, lalu apa yang bisa anda taruh di sisi debit sehingga balance thus fair bagi perusahaan? Saat pegawai/bawahan bekerja sedemikian keras hingga mengabaikan kehidupan sosialnya, tempatkan pengorbanan mereka di sisi kredit buku anda, lalu imbal balik apa yang bisa anda bisa berikan di sisi debit?
Saat anak‑anak selalu memaklumi kesibukan anda di kantor hingga jarang punya waktu untuk mereka, tempatkan pengertian mereka di sisi kredit buku anda, lalu apa yang bisa anda berikan di sisi debit?
Saat anda diberikan tubuh yang sehat, kehidupan yang tenang, keluarga yang harmonis, rejeki yang cukup, sahabat yang peduli, tetangga yang ramah, pacar/istri/suami yang setia, itu semua masuk ke sisi kredit buku anda. Nah, kira‑kira, apa yang akan anda masukkan ke sisi debit? Hint sukur, banyak memberi dan melayani, mau berbuat lebih, memuliakan dan menjaga kehormatan diri sendiri sekaligus orang lain, setia pada kebenaran, dan selalu jujur.
Tinggalkan komentar
”uat situs web atau blog gratis di fiordPress.com.