BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
dan interaksinya dengan stockholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,
sosial, dan lingkungan. Suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan
permasalahan sosial dan lingkungan dalam interaksinya dengan pemangku
kepentingan secara sukarela.
CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya
keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial
dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Tanggung jawab
sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan mengenai kebijakan ekonomi,
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam
konteks pembangunan berkelanjutan.
Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki
komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham (shareholders), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan,
karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam
jangka panjang.
Adapun tujuan dari CSR adalah :
a. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya
secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental
adalah baik,
b. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya
kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak
sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial,
c. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya
adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan kini mulai ramai diperbicangkan, namun belum terdapat kesamaan definisi dari berbagai kalangan.
CSR adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keperilakuan (behavioural ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development), bekerja dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu
diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat.
2. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak
pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure) adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan
dalam periode tertentu. Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalam
media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan tanggung jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan.
Menurut Ebert dan Griffin dalam Saputri (2011) pengungkapan adalah
“suatu usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen – komitmennya
terhadap kelompok dan individual dalam lingkungan perusahaan”. Hal tersebut
memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran
tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal,
khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa
perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari
laba untuk pemegang saham. ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda
perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin
diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional.
Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai
pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung
membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan
alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat
dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama
kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Menurut Murtanto (2006) dalam Media Akuntansi, “pengungkapan kinerja
perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure) oleh perusahaan”. Ada beberapa alasan-alasan perusahaan mengungkapkan kinerja
sosialnya secara sukarela.
a. Internal decision making. Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan
sosial perusahaan.Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun
analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.
b. Product differentiation. Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial
kepada masyarakat. Hal tersebut mendorong perusahaan yang peduli sosial
untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat
c. Enlightened self interest. Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.
Menurut Saputri (2011),
Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit).
3. Faktor – faktor pelaporan pengungkapan tanggung jawab sosial
Menurut Saputri (2011),
Ada dua jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Adapun ungkapan yang pertama adalah ungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara. Ungkapan yang kedua adalah ungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada.
Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi
yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar
modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang dikelola
oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan keluasan dalam
kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat.
Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini belum
berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat sendiri
model pelaporan pertanggungjawaban sosialnya.
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan diidentifikasikan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut :
a. Lingkungan
Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan
pelestarian lingkungan hidup dan pengendalian terhadap polusi,
pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan dan
pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
b. Energi
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi
dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi
terhadap produk perusahaan dan konservasi energi, efisien energi.
c. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) pada perusahaan seharusnya melingkupi segi lingkungan, kesehatan dan kenyamanan sehingga dapat mewariskan kondisi kehidupan
yang layak bagi generasi muda mendatang yang bekerja di perusahaan
tersebut. Selain itu juga dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat
sekitar dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk industri. Tenaga kerja dapat terjamin kesehatan
menguntungkan dari faktor beban kerja, beban tambahan akibat
lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
d. Lain-lain tentang tenaga kerja
Tanggung jawab sosial lain-lain tentang tenaga kerja meliputi
antara lain mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan,
persentasi gaji untuk pensiun, jumlah staf, rencana pembagian keuntungan,
program untuk kemajuan dan lain-lain.
4. Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan sosial
diproksikan kedalam profitabilitas, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham publik.
a. Profitabilitas
“Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan
maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal
sendiri (shareholders equity)” (Raharjaputra, 2009: 205). Hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Pian KS (2010),
paling baik diekspresikan dengan profitabilitas, hal itu disebabkan karena pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaanmemperoleh laba. Selain itu tingkat profitabilitas dapat menunjukkan seberapa baik pengelolaan manajemen perusahaan, oleh sebab itu semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka cenderung semakin luas corporate social responsibility disclosure.
yang diperoleh perusahaan dalam satu periode, mengetahui posisi laba perusahaan
tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, mengetahui perkembangan laba dari
waktu ke waktu, mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri, mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
b. Leverage
Leverage mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak tertagihnya
suatu utang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para
debtholders. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung ingin melaporkan laba lebih tinggi agar dapat mengurangi kemungkinan perusahaan
melanggar perjanjian utang.
Anggraini (2006) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat leverage
(rasio utang/ ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar
perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi.
Perusahaan akan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan
informasi sosial”.
c. Ukuran perusahaan (size)
Size perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan skala pengukuran atas suatu perusahaan baik dari
merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan,
maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang
lebih luas.
d. Kepemilikan saham publik
Anggraini (2006) menemukan hubungan signifikan antara persentase
kepemilikan saham dengan pengungkapan informasi sosial. Semakin besar
kepemilikan saham oleh publik dalam suatu perusahaan, maka semakin besar pula
tanggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
Persentase jumlah saham ini dapat dilihat dalam annual report. Kepemilikan saham adalah kekuasaan seseorang atau suatu kelompok yang didukung secara
sosial untuk memegang kontrol terhadap sejumlah saham yang dimiliki secara
eksklusif terhadap suatu perusahaan dan menggunakannya untuk tujuan pribadi.
Rasio kepemilikan saham publik yang tinggi diprediksikan akan
melakukan tingkat pengungkapan sosial yang lebih, hal ini dikaitkan dengan
tekanan dari pemegang saham, agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung
jawabnya terhadap masyarakat.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Nama dan Tahun Penelitian
Variable Penelitian Hasil Penelitian
1. Sembiring (2005)
Variabel Independen :
Ukuran perusahaan, tipe industri (profile), ukuran dewan komisaris,
Variabel ukuran perusahaan, tipe industri, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif sedangkan profitabilitas, tingkat leverage
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan yang tercatat di BEJ.
2. Romasita (2007)
Variabel Independen:
Persentase kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran
Menunjukkan kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan (size), dan profitabilitas secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur.
3. Sitepu (2008)
Variabel Independen:
Ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas.
Variabel Dependen :
Pengungkapan informasi sosial.
Ukuran dewan komisaris, tingkat
leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara bersama-sama atau simultan memiliki kemampuan mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
4. Marpaung (2010)
Variabel Independen:
Kepemilikan saham, tingkat leverage,
profitabilitas, size, ukuran perusahaan.
Variabel Dependen:
Variabel struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan berpengaruh negatif sedangkan tingkat leverage
Pengungkapan sosial. laporan tahunan. 5. Saputri
(2011)
Variabel Independen :
Profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan (size), kepemilikan saham publik.
Variabel Independen :
Pengungkapan tanggung jawab sosial.
Variabel profitabilitas, leverage,
ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik secara simultan
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
6. Sari (2012)
Variabel Independen :
Tipe industri (profile), ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan perusahaan (growth)
Variabel Dependen :
Pengungkapan tanggung jawab sosial.
Variabel tipe industri, ukuran
perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSRD, sedangkan leverage dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap CSRD pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia.
7. Politon (2013)
Variabel Independen :
Ukuran perusahaan, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris,
leverage, kepemilikan institusional, kepemilikan asing.
Variabel Dependen :
Pengungkapan tanggung jawab sosial.
Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, tipe industri, dewan komisaris, leverage, kepemilikan institusional, kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur.
1. Eddy Rismanda Sembiring (2005)
Eddy Rismanda Sembiring (2005) dengan judul penelitian “Karakteristik
Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada
Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah ukuran perusahaan (size), profitabilitas, tipe industri (profile), ukuran dewan komisaris, leverage sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
tahun 2002.Uji yang digunakan adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini
menunjukan ukuran perusahaan, tipe industri, ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif sedangkan profitabilitas, tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
2. Hardhina Rosmasita (2007)
Hardhina Rosmasita (2007) dengan judul penelitian ” Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur”. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah presentase kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan (Size), profitabilitas, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan informasi lingkungan. Data yang digunakan
adalah data sekunder, berupa laporan keuangan tahun 2004-2005. Uji yang
digunakan dalam penelitian adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini
menunjukkan kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan (Size), dan profitabilitas secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan
manufaktur.
3. Andre Christian Sitepu (2008)
Andre Christian Sitepu (2008) dengan judul penelitian ” Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Variabel
komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas,
sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan sosial.
Data yang digunakan adalah berupa laporan keuangan pada tahun 2007. Uji
yang digunakan adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara bersama-sama atau simultan memiliki kemampuan
mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
4. Anggita Zoraya Marpaung (2010)
Anggita Zoraya Marpaung (2010) dengan judul penelitian ” Analisis Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Keuangan
Tahunan”. Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan saham,
tingkat leverage, profitabilitas, size, ukuran perusahaan, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan sosial. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2006-2008. Uji yang
digunakan adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukan struktur
kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan berpengaruh
negatif sedangkan tingkat leverage berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan.
5. Ririn Saputri (2011)
Ririn Saputri (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
yang digunakan adalah profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham public sedangkan variabel dependen yang digunakan
adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Data yang
digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan 2007-2009. Uji yang
digunakan adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukan
profitabilitas, ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik berpengaruh
positif sedangkan tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur.
6. Rizkia Anggita Sari (2012)
Rizkia Anggita Sari (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Variabel
independen yang digunakan adalah karakteristik perusahaan yang diproksikan
dengan tipe industri (profile), ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage
dan pertumbuhan perusahaan (growth) sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility Disclosure). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan 2008-2010. Uji yang digunakan adalah
uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukan tipe industri, ukuran
perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSRD, sedangkan
leverage dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap CSRD. 7. Sontry Oktaviana Politon (2013)
Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
Manufaktur Go Public”. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (size), profitabilitas, tipe perusahaan (profile), ukuran dewan komisaris, leverage, kepemilikan institusional, kepemilikan asing sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab
sosial (Corporate Social Responsibility Disclosure). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan 2010-2011. Uji yang digunakan
adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukan ukuran perusahaan,
profitabilitas, tipe industri, dewan komisaris, leverage, kepemilikan institusional, kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka konseptual
Menurut Erlina (2008) ”kerangka teoritis adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Berdasarkan latar belakang
masalah, tinjauan teoritis , dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan bahwa profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham publik memiliki pengaruh dalam pengungkapan tanggung jawab sosial.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar diatas merupakan kerangka konseptual yang merupakan model
yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor- faktor yang
penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Model yang terdiri dari
Profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham publik yang merupakan variabel X, memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial. Kerangka Konseptual akan menghubungkan secara teoritis
antara variabel- variabel penelitian yaitu dengan variabel terikat.
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi kepentingannya sendiri, tapi juga harus memberi manfaat bagi
stakeholder. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Semakin
tinggi tingkat leverage (rasio hutang/ekuitas) semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan
Ukuran perusahaan (X3) Profitabilitas (X1)
Financial leverage (X2)
Kepemilikan saham publik (X4)
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
laba sekarang lebih tinggi oleh karena itu perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
Size perusahaan diukur melalui total aktivanya, apabila jumlah aktivanya
besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan besar. Semakin besar
perusahaan maka semakin luas pengungkapan sosialnya. Publik sebagai salah satu
stakeholder juga wajib mengetahui tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh satuan perusahaan. Sebagai salah satu stakeholder, peran publik sebagai pemegang saham bisa menjadi salah satu dorongan perusahaan untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Semakin besar
kepemilikan saham oleh publik dalam suatu perusahaan, maka semakin besar pula
tanggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
2. Hipotesis penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007) hipotesis merupakan “proposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis merupakan
penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah
terjadi atau akan terjadi”. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka
konseptual, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
tangugung jawab sosial perusahaan manufaktur.
H2 : Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur.
tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur.
H4 : Kepemilikan Saham Publik berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur.
H5 : Profitabilitas, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan tanggung