• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 554e00a0fd BAB X11. BAB 10 Aspek Kelembagaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 554e00a0fd BAB X11. BAB 10 Aspek Kelembagaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 1 10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Dalamrangka pelaksanaan reformasi birokrasi, berikut akan disajikan beberapa ketentuan

yang menjadi landasan hukum pengembangan kelembagaan, yaitu:

1. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam Undang–Undang nomor 32/2004 digariskan bahwa pemerintah daerah

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi

seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejatraan masyarakat, pelayanan umum

dan daya saing daerah. Untuk membantu kepala daerah dalam melaksanakan otonomi,

dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah

adanya urusan pemerintahan yang harus ditangani/dikelola oleh suatu organisasi

tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya

mempertimbang-kan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi

sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja

dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian

dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh

karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah

tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah ini menjelaskan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan

bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerinah berkewajiban

untuk melakukan pembiayaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. Peraturan

Pemerintah ini memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah

kabupaten/kota unuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya,

sebagaimana yang digariskan pada Bab III Pasal 7 yaitu :

Bab

10

ASPEK KELEMBAGAAN PEMBANGUNAN

(2)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 2 “(1) Urusan Wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan

pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten kota, berkaitan dengan pelayanan dasar .

“(2) Urusan Wajib sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi : antara

lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Pasal tersebut menegaskan bahwa, bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah. Dalamrangka pelaksanaan tugas wajib

tersebut, diperlukan suatu instrumen yang dapat dijadikan Standar Operasional dan

Prosedur (SOP), yaitu berupa Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya. Melalui Dokumen

RPI2JM, diharapkan dapat dijadikan acuan bersama bagi seluruh pemangku

kepentingan diseluruh tingkatan.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41/2007, Bidang Pekerjaan Umum meliputi

Bidang Bina Marga, Bidang Pengairan, Bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang.

Bidang Pekerjaan Umum merupakan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas.

Berdasarkan lingkup tugas, Dinas dibentuk atas tiga bagian (bidang) dan

masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, dapat ditempuh melalui upaya perkuatan

ketatalaksanaan instasi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur

(SOP) dan penerapan e-government dibeberapa instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kenerja di lingkungan instasi pemerintah. Seluruh instansi

pusat dan daerah diharapkan secara bertahap memperbaiki sistem ketatalaksanaan

dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif,

dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025.

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara

telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30

Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan dan Pembinaan Reformasi

(3)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 3 birokrasi pada pemerintah daerah di laksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan

secara bertahap dan berkerkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.

Peraturan Menteri ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta

prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan dan pembinaan pelaksanaan reformasi

birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi dilingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

dimulai sejak Tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga)

pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan dan Sumber Daya Manusia

(SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program yaitu :

1. Program Menejemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen

perubahan dan strategi komonikasi K/L dan pemda, sosialisasi dan internalisasi

menejemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi.

2. Program penataan peraturan Perundang-undangan meliputi : penataan berbagai

peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda.

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi meliputi : restrukturisasi tugas dan

fungsi unit kerja yang menangani organisasi tata laksana, pelayanan publik,

kepegawaian dan diklat.

4. Penataan Tata Laksana meliputi : penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan

fungsi serta pembangunan dan pengembangan e-government.

5. Penatan sistem manajemen SDM Aparatur, meliputi penataan sistem rekrutmen

pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,

asesmen individu berdasar kompentisi.

6. Penguatan pengawasan meliputi : penerapan sistem pengendalian intern,

pemerintah (SPIP) dan peningkatan peran Aparat Pengawasan Item Pemerintah

(APIP).

7. Penguatan Akuntabilitas meliputi : penguatan akuntanbilitas kinerja instasi

pemerintah, pengembangan sistem mamajemen kinerja organsasi dan penyusunan

Indikator Kinerja Utama (IKU).

8. Penguatan Pelayanan Publik meliputi : penerapan standar pelayanan pada unit

kerja masing-masing, penerapan SPM pada kabupaten / kota.

(4)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 4 6. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional.

Di dalam Intruksi Presiden ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam

seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan

fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah ditingkat pusat dan daerah.

Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarasutamaan gender guna

terselenggaraannya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang berspektif gender sesuai sesuai

dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing - masing.

Terkait PUG Kementerian Pekerjaan Umum dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya

telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu

perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan Bidang Cipta Karya untuk

memasukan prinsip–prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2JM

Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini menekankan tentang target pelayanan dasar

Bidang Pekerjaan Umum yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

Target pelayanan dasar yang dietapkan dalam Peraturan Menteri ini yaitu pada Pasal 5

ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggung jawab kelembagaan yang

menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk Sub. Bidang Cipta Karya yang

dituangkan di dalam dokumen RPI2JM. Dalam Peraturan Menteri ini juga disebutkan

bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan

dasar Bidang Pekerjaan Umum, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum. Koordinasi dan

penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat

(5)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 5 adalah Peraturan Daerah (PERDA). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD

provinsi ditetapkan dengan PERGUB dan SKPD kabupaten/Kota dengan

Perbup/Perwal.

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman

Standar Pelayanan Perkotaan.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk

memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan

minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan

tempat permukiman perkotaan, termasuk didalamnya jenis pelayanan bidang

keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,

persampahan dan air limbah.

10. Keputusan Menteri PAN Nomor 75 tahun 2004 Tentang Pedoman Perhitungan

Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan

Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam

menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan

formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus

diperhatikan adalah : beban kerja, standar kemampun rata - rata dan waktu kerja.

Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan

perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan

pelayanan kabupaten dan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas maka dimungkinkan untuk mengeluarkan

peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya

untuk urusan pemerintahan pada Sub. Bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu

kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada Bidang / Sub.

Bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan

(6)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 6 10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum di Kota Bengkulu

diatur dalam Peraturan Daerah Nomor …. Tahun 2013. Adapun kedudukan, tugas dan

fungsi dari dinas tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana tugas otonomi daerah di Bidang

Pekerjaan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah

dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

(2) Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum.

Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum adalah :

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya di Bidang Pekerjaan

Umum.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya di Bidang Pekerjaan Umum.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya di Bidang

Pekerjaan Umum dan.

d. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan lingkup

tugasnya di Bidang Pekerjaan Umum.

Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari :

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat.

c. Bidang Penyusunan Program.

d. Bidang Pengairan.

e. Bidang Bina Marga.

f. Bidang Cipta Karya dan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

(a) Sekretariat membawahi :

a. Sub. Bagian Umum.

b. Sub. Bagian Kepegawaian dan.

c. Sub. Bagian Keuangan.

(7)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 7 a. Seksi Perencanaan.

b. Seksi Pelaporan dan.

c. Seksi Monitoring dan Evaluasi.

(c) Bidang Pengairan membawahi :

a. Seksi Pengairan Irigasi dan Rawa.

b. Seksi Sungai dan Pantai dan.

c. Seksi Pemeliharaan Irigasi, Rawa, Sungai dan Pantai.

(d)Bidang Bina Marga membawahi :

a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan

b. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jembatan dan Gorong–Gorong.

c. Seksi Pemeliharaan Jalan, Jembatan, Gorong–Gorong, Alat dan

Perlengkapan.

(e)Bidang Cipta Karya membawahi :

a. Seksi Perumahan dan Permukiman.

b. Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan.

c. Seksi Tata Bangunan

10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tatalaksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja

antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan

dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan

kinerja.

Prinsip-prinsip hubungan kerja antar keorganisasian pemerintah kota, khususnya

menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan.

Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing-masing

instansi dalam penyelenggaraan kegiatan Bidang Cipta Karya. Selain itu guna memperjelas

pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tata laksana dan tata

hubungan kerja antara satuan kerja serta Standar Oprasi dan Prosedur (SOP) untuk setiap

pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam dalam melakukan

tugasnya. Dengan mengisi tabel berkut bisa dicantumkan inventarisasi SOP Bidang Cipta

(8)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 8 Tabel 10.1

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

Unit / Bagian yang menangani Pembangunan Bidang CK

1 BAPPEDA

2 Dinas PU

3 Dinas Tata Kota

4 Dinas Kebersihan dan Pertamanan

5 Dinas Kesehatan

6 Badan Lingkungan Hidup

Tabel 10.2

Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi Dalam BOP

Pengembangan Permukiman 1.

Dst.

Penataan Bangunan dan Lingkungan 1.

Dst.

Pengembangan Air Minum 1.

Dst.

Pengembangan PLP 1.

Dst.

SOP Non - Teknis 1.

Dst.

10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitan dengan reformasi birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur

merupakan program ke – 5 (lima) dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi yang perlu

ditingkatkan, tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan

kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani Bidang Cipta Karya, yang dapat

dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja

(9)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 9 10.3 Analisis Kelembagaan

10.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui keorganisasian Bidang Cipta

Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun tingkat kompetensi aparatur

dalam penyelenggaraan tugas-tugas Bidang Cipta Karya. Analisis deskriftif dapat

dilakukan dengan cara diskusi antar anggota Satgas RPI2-JM.

PERAN SERTA PARA PELAKU PEMBANGUNAN

Pelaku penyelenggaraan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

di Kota Bengkulu adalah :

a. Pemerintah, terdiri dari:

- Pemerintah Pusat

- Pemerintah Propinsi Bengkulu

- Pemerintah Kota Bengkulu

b. Swasta, terdiri dari:

- BUMN : Perumnas, PT. Telkom, PT. PLN

- BUMD: PDAM, perusahaan daerah lainnya

- Swasta Murni: Pengembang, kontraktor dan investor lainnya

- Koperasi

c. Masyarakat, melalui swadaya, swadana dan swakelola

- Kelompok Masyarakat

- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

- Organisasi Sosial Kemasyarakatan

10.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan Bidang Cipta Karya adalah

untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi dalam

melaksanakan tufoksi Bidang Cipta Karya.

10.3.3 Analisais Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM

Bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi dalam melaksanakan

(10)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 10 10.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang

digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi

keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari

peluang yang ada (strategi S - O), bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah

keuntungan dari peluang yang ada (strategi W - O), bagaimana kekuatan mampu

menghadapi ancaman yang ada (strategi S - T) dan terakhir adalah bagaimana cara

mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan

sebuah ancaman baru (strategi W - T). Selengkapnya tentang analisis swot dapat

diperlihatkan seperti pada Tabel 10.3.

Berdasarkan matriks SWOT tersebut, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal),

kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan

organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan Bidang Cipta Karya.

b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis

SWOT yaitu sebagai berikut :

- Mengembangkan strategi SO (kuadran 1) yaitu strategi agar kekuatan yang

dimiliki organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada.

- Mengembangkan strategi ST (kuadran II) yaitu dengan kekuatan yang dimiliki

organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh

eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.

- Mengembangkan Strategi WO (kuadran III) yaitu memperbaiki kelemahan -

kelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.

- Mengembangkan strategi WT (kuadran IV) untuk strategi ini maka diperlukan

upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang

ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman - ancaman

(11)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 11 Tabel 10.3

Matriks analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT

strategi Strength (Kekuatan) (S) Weakness (Kelemahan) (W)

Internal

Eksternal

a. Kuantitas SDM Aparatur dan Tenaga harian yang memadai

b. Formasi Jabatan struktural sudah terisi.

c. Komitmen dari pimpinan dalam mengarahkan dan membimbing pelaksanaan teknis operasional. d. Adanya program asuransi tenaga

kerja.

e. Adanya kerjasama yang baik antar personil.

a. Rendahnya disiplin sebagai SDM.

b. Belum cukupnya sarana dan prasarana guna menunjang operasional.

c. Dana yang tersedia belum mencukupi.

d. Pengolahan sampah, air limbah dan limbah tinja masih secara tradisional.

Opportunities (O) Strategi (S/O) Strategi (W/O)

a.Adanya peraturan perundang – undangan tentang pengelolaan sampah.

b.Adanya komitmen Pemkot Bengkulu dan DPRD dalam hal Kebersihan dan Keindahan.

c.Tersedianya lahan untuk pengelolaan sampah. d.Adanya partisipasi dari masyarakat.

e.Adanya keinginan pihak swasta untuk bekerjasama dalam hal pengelolaan sampah.

a. Mengoptimalkan SDM Aparatur yang memadai.

a. Memanfaatkan dana yang ada dengan bekerjasama dengan para pegawai dan tenaga harian.

Threats (T) Strategi (S/T) Strategi (W/T)

a.Adanya bahaya banjir/ dari DAS Drainase. b.Masih adanya sebagian masyarakat yang belum

mendukung program Kebersihan dan Pertamanan. c.Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar

retribusi kebersihan.

d.Laju inflasi dikaitkan dengan biaya operasional. e.Sering terjadinya kerusakan pada alat berat secara

tiba – tiba (Buldozer dan Jonder) f.Masih adanya jalan lingkungan yang rusak g.Masih adanya permukiman kumuh h.Belum adanya aturan tentang tata bangunan i. Masih ada masyrakat yang belum terlayani air

bersih

j. Jaringan perpipaan air bersih yang sudah tua k.Tangkapan air baku dari mata air berkurang l. Air tanah tercemar

a. Mengoptimalkan SDM Aparatur yang memadai dan meningkatkan

profesional yang mengantisipasi alat – alat berat yang rusak.

d. Memperbaiki sarana prasarana jalan lingkungan permukiman

e. Penataan kawasan permukiman kumuh

f. Penegakan peraturan tata bangunan gedung

g. Pengadaan jaringan air bersih dengan perpipaan dan non perpipaan d. Revitalisasi jaringan pipa air

bersih

e. Pembangunan sarana tangkapan air yang baru

f. Pengolahan air limbah secara terpadu.

(12)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 12 10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

10.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan

evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan

jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda. Serta menyusun analisis jabatan

dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan

satuan organisasi dimasing-masing unit kerja dilingkungan pemerintah daerah, khususnya

Bidang Cipta Karya.

10.4.2 Rencana Pengembangan Tatalaksana

Untuk merumuskan rencana pengembangan tatalaksana, diperlukan evaluasi tatalaksana,

pengembangan standar operasi dan prosedur, serta pembagian kerja dan program yang

jelas antar unit dilingkungan Bidang Cipta Karya.

Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud ideal peranserta masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang

bertumpu pada hubungan/relasi yang saling menunjang dan saling menguntungkan, serta

saling menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha

memiliki potensi, kemampuan dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran, jenis,

sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku usaha juga memiliki kelebihan dan

kekurangannya. Dengan kelebihan dan kekurangan itu timbul kebutuhan kerjasama dan

kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipatgandakan dengan

memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan

dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan kerjasama

yang saling menutupinya.

Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam

perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang

timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan

adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya.

Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung

jawab serta peranan dari masing-masing pelaku. Menjadi tantangan kita bersama untuk

mengembangkan semangat dan suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan

mengembangkan pola-pola yang praktis dan menarik,serta menjamin keuntungan bagi

(13)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 13 Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena,

kemitraan harus dapat diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab. Meskipun semua pihak

memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa, paling tidak untuk

menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan:

a) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin

baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators).

b) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik

pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di

antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog.

c) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi erat

kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal

mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan.

d) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup

kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat,

sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan

pembangunan.

e) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi

pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.

f) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan

terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.

Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu:

Pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang

sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang semula

merupakan tugas pemerintah, atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin pemanfaatan

aset milik pemerintah (konsesi) kepada pihak swasta dan masyarakat untuk digunakan

dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum. Kedua,

kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui pengembangan

formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak.

Dalam rangka ini dikembangkan pola-pola kerjasama kemitraan yang mencakup

(14)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 14 Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam

persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya

mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap

spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih

mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang.

Baru-baru ini, Bappenas bersama Bank Dunia telah menyelenggarakan konferensi

internasional tingkat tinggi mengenai infrastruktur, yang tujuannya adalah mencari jalan

yang tepat untuk mendorong kemitraan dan partisipasi swasta dalam pembangunan

prasarana. Dari hasil konperensi tersebut telah disimpulkan bahwa yang terpenting

bukanlah dana, tetapi justru perlunya kebijakan dan kerangka yang jelas untuk membangun

kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur. Adanya

kerangka itu dapat mengurangi ketidakpastian yang sampai sekarang ini dirasakan,

khususnya di kalangan swasta, misalnya kerangka tentang kelembagaan, kontrak, dan

produksi termasuk jasa.

Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan

kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam

pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh

makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan

perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan

masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih

baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan

dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.

Di kabupaten/kota, kegiatan yang digerakkan oleh swasta dan masyarakat mencapai sekitar

60-70 persen. Saat ini pihak swasta telah melaksanakan kegiatan pembangunan dalam

berbagai sektor, dalam skala mikro maupun makro serta secara mandiri maupun bermitra

dengan pemerintah. Peran swasta itu dapat diperkirakan akan terus meningkat. Selama ini

kemitraan telah berkembang dalam prasarana ekonomi yang kelayakannya tinggi, seperti

jalan tol, listrik, telepon. Namun, khusus di kota-kota besar, peluang kemitraan dalam

penyediaan air bersih, prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, persampahan, jalan

kota, rumah sakit, sekolah-sekolah unggulan, dan prasarana serta sarana sosial lainnya

(15)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 15 Berdasarkan cara pandang kabupaten/kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/

kawasan, maka hendaknya kab./kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri

secara individual, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan

dengan peningkatan peran swasta dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar seperti

pembangunan perumahan, kota baru, kota satelit dan lain-lain, maka kegiatannya perlu

dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem perkotaan yang lebih luas, di samping

pembangunan sistem internal kotanya sendiri.

Dengan demikian, dapat terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan

antara kota yang berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun

yang dibangun oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam

kota intinya dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.

Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus

diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak swasta.

Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro, tetapi sudah

sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti pengembangan permukiman

skala besar atau kota baru, penyediaan sistem telekomunikasi melalui satelit, pembangunan

pusat-pusat tenaga listrik, dan sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai

partisipasi swasta dalam pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka

sinkronisasi investasi pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal

antara berbagai pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat

dihilangkan. Di sisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi ‘gap’ atau kekosongan dari

suatu kegiatan pembangunan.

Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang

seluas-luasnya yang ingin didorong dalam pembangunan. Kemitraan juga dapat memberi

solusi atas efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan

pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu. Kemitraan haruslah didorong tidak

saja antara pemerintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi,

serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah

usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar,

(16)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 16 Berdasarkan kajian kelembagaan, bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih

ditemukan beberapa persoalan, diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan

ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan yang sejalan dengan semangat

reformasi, mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan

kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan sistem

pemerintahan, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur

keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan

dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi,

lemahnya koordinasi antar instansi dan antar daerah otonom, dapat menimbulkan pola

pengelolaan keciptakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan.

Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat

terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat

yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada tahun 2018

berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai

dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal

kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang

menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor

produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam

bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.

10.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dengan

mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perlukan perencanaan kariel setiap

pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan

pelayanan kepegawaian maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis

jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang

pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan, sesuai

dengan lingkup kegiatan atarterdapat beberapa pelatihan yang yang diadakan oleh

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referinsi dipaparkan

(17)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014 10 - 17 Tabel 10.6

Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan teknis penyelenggaraan bangunan gedung negara 3 Bimbingan teknis pengelolaan rumah negara golongan III

4 Training of trainers (TOT) bidang penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan. 5 Training of Trainer (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundang- undangan Bangunan Gedung dan

Lingkungan

6 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL, bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetisi dan Pelatihan Konstruksi

7 Pembinaan Tekhnis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dalam Bidang Tata Persurata

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

10 Pembina Teknis Peningkatan Kemampuan Aparat Negara dalam Tanggap Darurat Bencana 11 Pembina Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

12 Pembina Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK,BMN 13 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetisi Pegawai 14 Pembinaan Teknis Penetapan Kopetisi Pegawai 15 Diklat Pejabat Inti Salker (PNS)

16 Diklat Jabatan Fungsional

Berkenaan dengan Sumberdaya Manusia yang ada di Bidang Cipta Karya saat ini, personil

yang ada dianggap belum mumpuni untuk melaksanakan tugas dengan baik. Saat ini

personil yang ada di Bidang Cipta Karya hanya 6 orang, 2 diantaranya adalah tenaga

honorer. Kondisi personil seperti ini diperburuk lagi oleh seringnya mutasi jabatan.

Berdasarkan struktur organisasi Bidang Cipta Karya sebagaimana yang disajikan

terdahulu, Bidang Cipta Karya terdiri dari 3 seksi, yaitu:

Seksi Pengembangan Permukiman

Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman

Tata Bangunan dan Lingkungan

Dari data personil yang ada, memperlihatkan bahwa SDM di Bidang Cimpta Karya belum

Gambar

Tabel  10.1
Tabel 10.3 Matriks analisis SWOT Kelembagaan
Tabel 10.6

Referensi

Dokumen terkait

Akan terdapat dua jenis skala dalam penelitian ini, yaitu skala quality of work life dan skala keterlibatan kerja.. Masing- masing dari skala tersebut akan

Ketiga, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah guru

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Perbedaan Psychological Well-Being Guru

Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi serial synchrounous kecepatan tinggi yang dapat digunakan pada banyak.. mikrokontroler,

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar- syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang

melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja pada setiap langkah penekanan menghasilkan beberapa jenis pengerjaan dan setiap stasiun kerja

Menetapkan kegiatan pembelajaran yang tepat yang mampu mengaktualisasikan potensi dan kreativitas peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Prinsip kerja dinamometer yang akan dipergunakan pada penelitian ini adalah, putaran roda belakang motor bakar disambungkan langsung terhadap belt , belt ini berfungsi