• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATENKOTA 10.1 Petunjuk Umum - DOCRPIJM 1503391634bab. 10 Kelembagaan daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATENKOTA 10.1 Petunjuk Umum - DOCRPIJM 1503391634bab. 10 Kelembagaan daerah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB X

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

10.1 Petunjuk Umum

Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana Kabupaten Poso bidang PU/Ciptakarya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal oleh Pemerintah Kabupaten Poso serta terjamin keberlanjutannya.

Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana Kabupaten, wilayah kegiatan pembangunan lebih dari satu wilayah Kabupaten, maka aspek kelembagaan perlu di bahas ditingkat propinsi dan tingkat nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan fungsi koordinasi dan kerja sama antar daerah.

Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana Kabupaten, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi /instansi. Kelembagaan di Kabupaten perlu dioptimalkan dan dikoordinasikan serta disinkronisasikan uraian jabaran dan fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasaran Kabupaten termasuk di dalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll.

10.2 Kelayakan kelembagaan untuk investasi Pembangunan Daerah

10.2.1 Batasan

1. Kelayakan adalah hasil telaah (assesment) tentang kapasitas suatu subyek yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan tujuan yang ditetapkan. 2. Kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjukkan kepada

(2)

tujuan-tujuan yang ditetapkan.

3. Investasi adalah salah satu masukan dalam propses pembangunan untuk mampu melahirkan menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.

4. Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek dan sekaligus juga

subyek untuk memenuhi tuntutan “stakeholder”-nya, bagi tercapainya masyarakat

yang adil, tentram dan sejahtera di Daerah .

10.2.2 Perlunya Kelayakan

Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggung jawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya. sangat penting artinya bagi tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin layak ia makin tinggi tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya demikian juga sebaliknya.

John L. Tailor, Ph.D dalam “Indonesia Urban Infrastrukutre Development: A

Practical Guide for Urban Manager, hal XII-7 menulis bahwa berdasarkan paradigma baru tentang pemerintahan desentralisasi di Indonesia, perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:

a. Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance” termasuk di

dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilaitas, tanggap, demeokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek lainnya dari masyarakat madani.

b. Sistem yang dikembangkan meliputi keterlibatan kelompok “stakeholders”

atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas, termasuk masyaraakt lokal, pemerintah daerah, wira swasta, LSM dan lain-lainnya.

c. Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced

partnership system”) , melibatkan konsultasi dan arus dua arah dalam

(3)

LSM dan furum Kabupaten, sebagaimana berlangsung di tingkat pemerintah yang lebih tinggi.

Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru atau

kapasitas tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi “layak” (mampu

secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas-tugasnya. Dan masih banyak alasan-alasan lainya, seperti kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut perlunya selalu kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan.

Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup denganmemandang “lembaga‟

sebagai wadah, dengan struktur aaorganisasinya dll-nya, karena itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”, lembaga mempunyai “spirit” atau

dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh itu berada pada manusia-manusianya, yang

mendadi anggota lembaga tersebut. Sehingga upaya meningkatkan kelayakan suatulembaga, tidak cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal lainya yang bersifat fisik saja, tetapi juga penting untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orang- orang yang bertugas dalam lembaga tersebut.

10.2.3 Kendala Pelaksanaan Otonomi

Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

(4)

instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan penyusunan peraturan-peaturan dan pedoman baru) belum berjalan dengan baik. Sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang dikeluarkan.

3. Kendala persepsi, Proses keterbukaan yang berkembang telah berdampak pada munculnya kecenderungan keragaman persepsi dalam menyikapi otonomi luas, sehingga menimbulkan friksi pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan distribusi kewenangan;

4. Kendala Waktu, Euporia otonomi daerah yang begitu menggebu-gebu di era reformai ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang tinggi untuk menyusun berbagai peraturan dan kebijakan yang diperlukan. Sementara pemerintah (Pusat dan Daerah) tidak punya cukup waktu untuk melakukannya, walaupun sadar bahwa yang ada memang belum lengkap.

5. Kendala keterbatasan sumberdaya, Rendahnya kualitas/kapasitas SDM jelas merupakan faktor yang dominan dalam ketidakmampuan memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya penyedia jasa/layanan (service provider) untuk mendukung percepatan desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan kemampuan keuangan untuk membiayai penyelenggaraan dresentralisasi, yang ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.

10.3 Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)

10.3.1 Pengertian Dan Tujuan

Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam UU 22/1999 dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.

Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana

(5)

(KNP2K) dalam rangka mendukung Desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Mentri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas, 6 Nopember 2002 merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas SDM, ketrampilan dan kualifikasinya, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanan

“good governance”, sistem administrasi dan mekanisme partisipasi dalam

pembangunan, agar dapat memenuhi tuntutan untuk lebih dalam melaksanakan demokrasi.

Lebih jauh dirumuskan bahwa tujuan KNP2K adalah: (i) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (ii) penataan secara proporsional tugas, fungsi sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah, (iii) mobilisasi sumber dana Pemerintah, Daerah, dan lainnya, dan (iv) penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan efisien.

10.3.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas

(6)

Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.

10.3.3 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga tingkatan intervensi (three level intervension) agar pencapaian peningkatan kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective dan sustainable) , yakni : (i) pada tingkat (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii) pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, mekanisme tata-kerja, instrumen manajemen, tata-hubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingakatan (level) individu, yakni peningkatan ketrampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan, sikap, etika, dan motivasi kerjanya.

Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni:

a. Pengembangan peraturan perundangan yang dibutuhkan untuk mendukung desentralisasi

b. Pengembangan Kelembagaan Daerah c. Pengembangan personil daerah d. Pengembangan keuangan daerah

e. Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP, dan Organisasi Kemasyarakatan

f. Pengembangan Sistem Peencanaan g. Pengembangan Ekonomi Daerah dan

(7)

Adapun program-program nasional yang terkait dengan aspek pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi adalah,. Meliputi:

1. Bidang Pembangunan Hukum

a. Program pembentukan Peraturan Perundangan

2. Bidang Pembangunan ekonomi

a. Program implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

3. Bidang Pembangunan Politik

a. Program peningkatan kualitas Proses Politik b. Program Pengawasan Aparatur Negara

c. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan d. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik e. Program Peningkatan Kapasitas SDM

4. Bidang Pembangunan Daerah

a. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah b. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Derah c. Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah

d. Program penguatan Lembaga Non Pemerintah e. Program Peningkatan Ekonomi Wilayah f. Program Pembangunan Perkotaan g. Program Penataan Ruang

h. Program Pengelolaan Pertanahan

(8)

10.3.4 Tahapan

Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai berikut:

a. Mengidentifikasikan dan merumuskan kebutuhan-kebutuhan pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.

b. Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa-prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas.

c. Menetapkan rencana tindak (action plan) pengembangan dan peningkatan kapasitas secaa keseluruhan yang terkoordinar dan efisien.

d. Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan anggaran nguna mendukung precepatan pelaksanaan otonomi daerah.

e. Pelaksanan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

f. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan g. Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

10.3.5 Koordinasi Pelaksanaan

Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama dari berbagai instansi dan lembaga non pemerintah, baik di pusat dan di daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar departemen di pusat (Tim Keppres No- 157 tahun 2000) untuk mendukung pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja, dimana salah satu nya adalah sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi prakarsa-prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas, termasuk prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.

(9)

kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut:

a. Mengkoordinasikan informasi berkaitan dengan program/kegiatan

pengembangan dan peningkatan kapasitas kepada semua „stakeholders”

b. Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategi- strategi dan program-program pengembangan dan peningkatan kapasitas.

c. Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai oleh pemerintah dan bila diperlukan dari lembaga-lembaga Donor.

d. Melakukan identifikasi dan koordinasi program program pengembangan dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan dilakukan oleh Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan baik.

e. Mengkaji kebutuhan-kebutuhan Daerah (need assesment) akan pengembangan dan peningkatan kapasitas serta memperbaharui/merevisi strategi-strategi dan program-program berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi Pusat.

f. Melakukan Identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi mengenai lembaga poenyedia pelayanan (service provider) untuk pengembangan dan peningaktan kapasitas.

Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah dan DPRD, Asosiali profesional, ORNOP, dan lembaga kemasyarakatan lainnya, dan masyarakat donor (Donor Community) serta pihak-pihak lainya yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningaktan kapasitas.

10.4 Kondisi Kelembagaan

10.4.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten

(10)

pembangunan terdiri dari 17 (Tujuh belas) dinas, 13 (Tiga Belas) badan / Kantor yang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dimana setiap fungsi dari dinas masing-masing akan di koordinasikan oleh Assisten Sekretaris Daerah yang terkait. Struktur Organisasi Daerah sebahagian besar masih berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor:15 Tahun 2003 yang implementasinya akan dikaji sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan tugas organisasi. terutama dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Berikut adalah struktur organisasi yang ada dilingkup Pemerintah Kabupaten Poso sesuai Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 :

1. Dinas Pekerjaan Umum,

2. Dinas Perumahan Dan kebersihan Kota 3. Dinas Penanaman Modal Daerah, 4. Dinas Kesehatan,

5. Dinas Pendidikan dan Pengajaran,

6. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, 7. Dinas Perhubungan,

8. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, 9. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

10. Dinas Kehutanan,

11. Dinas Sumber Daya Mineral, 12. Dinas Pariwisata,

13. Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan, 14. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,

15. Dinas Kesejahteraan Sosial,

(11)

18. Badan Penanggulangan Bencana, 19. Badan Penanggulangan Narkotika *) No.11 & 17 telah mengacu Pada PP.41

1. Organisasi penyelenggara RPIJM di Kabupaten Poso

Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana, pelaksana dengan merumuskan aspek teknis dan manajemen kegiatan keciptakaryaan. Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral yang ada sekarang dibentuk melalui Peraturan Daerah Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 tentang Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Poso. dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan tugas umum Pemerintah, pelayanan kemasyarakat dan pelaksanaan pembangunan dibidang Permukiman dan penataan wilayah. Sesuai dengan Visi dan Misinya yaitu :

Visi : Terwujudnya Penyehatan lingkungan Permukiman dan Penataan Wilayah yang dinamis dan fungsional

Misi : 1. Menciptakan Penyehatan lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan;

2. Mandirinya masyarakat melalui pembangunan dibidang Permukiman dan Penataan Wilayah

(12)

Wilayah. Dalam penyelenggaran tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi sesuai Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/2568/ Tahun 2003 sbb :

a. Merumuskan Kebijakan teknis di bidang Keciptakaryaan;

b. Pemberian bimbingan, Perizinan, Perjanjian dan Pelaksanaan Pelayanan Umum;

c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas d. Pengelolaan urusan ketata usahaan;

e. Pelaksanaan tugas pembantuan

Kewenangan :

a. perencanaan di bidang CiptaKarya, Bangunan gedung, Bangunan Rakyat, dan Bangunan-bangunan sipil lainnya;

b. Pengujian bahan bangunan;

c. Perumusan, perencanaan, Kebijakan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan, Pembinaan, Bimbingan dan Perizinan di bidang perumahan, bangunan kantor, gedung lainnya dan penyehatan lingkungan serta tata permukiman/tata kota; d. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Keciptakaryaan

pembangunan gedung, bangunan rakyat dan bangunan sipil lainnya serta Tata Ruang / Tata Kota;

e. Perencanaan dengan pengawasan teknis pembangunan Sarana Air Bersih Kabupatan;

f. Pengelolaan kebersihan dan Pertamanan, penerangan, pemakaman dan kebakaran;

g. Perencanaan dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang; h. Pemberian dan penerbitan izin pemanfaatan ruang untuk pembinaan; i. melakukan penelitian dan pencadangan areal permukiman;

(13)

Untuk mengetahui Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 10 Tahun 2003.

2. Program dan Kegiatan yang menjadi Tupoksi Dinas Pekerjaan Umum :

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh unit satuan kerja dalam hal ini dinas KIMTAWIL adalah sebagai berikut :

a) Program Pengembangan Perumahan

Program ini dimaksudkan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikbertkan kepada kepada masyarakat berpendapatan rendah, dan aparat pemerintah kabupaten Poso dengan sasaran meningkatkan jumlah perumahanyang disediakan untuk masyarakat.

Program ini bersifat program SKPD karena hanya Dinas Permukiman dan Penataan Wilayah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program ini khususnya yang berhubungan dengan pengembangan perumahan bagi masyarakat.

b) Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perumahan sehingga terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan dengan sasaran tertatanya lingkungan permukiman perumahan yang serasi yang ditandai dengan adanya sistem pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran, adanya sistem pengamanan lingkungan, adanya sistem pengelolaan air limbah, jaringan jalan setapak dan lingkungan dilengkapi dengan drainase serta MCK dan saraan pendukung lainnya.

(14)

fungsi sesuai pendistribuaian kewenangan yang ada. Dan berperan langsung mulai dari perencanaan pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan operasinal. Berupa tugas dari masing-masing Subdin yang ada :

Sub Din Program :

Tugas : Melaksanakan tugas dibidang program yang meliputi urusan penyusunan rencana dan program, data dan informasi, pemantauan dan pengendalian serta pelaporan

Untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut Subdin tersebut mempunyai fungsi

a. penataan penyelenggaraan tugas dibidang program

b. pengkoordinasian terhadap penyelenggaran tugas dibidang program c. pengevaluasian terhadap penyelenggaraan tugas dibidang program

Sub Din Permukiman dan Tata Ruang:

Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang permukiman dan tata ruang, meliputi urusan penyelenggaraan penyehatan lingkungan dan permukiamn, peneglolaan perizinan penggunaan ruang dan pendirian bangunan serta melakukan pengaturan pengawasan bangunan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :

a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas seksi pengendalian dan evaluasi

(15)

dan pengawasan, serta pengendalian dan evaluasi

e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program pemukiman dan penataan wilayah f. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan melaporkan

pelaksanaan tugas seksi penataan

Sub Din Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran

Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang kebersihan, pemakaman dan kebakaran serta urusan pengelolaan kebersihan kota dan pertamanan, penerangan jalan serta pengelolaan pemakaman dan penanganan bahaya kebakaran.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :

a. mengelola administrasi dan penyusunan program kerja tahunan Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;

c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran

d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran,

e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program kebersihan, pemakaman dan kebakaran

(16)

Untuk menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, pendistribusian pelaksanannya melekat pada subdin masing-masing yang berada dalam struktur organisasi dinas KIMTAWIL dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas.

Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM

Awal proses perencanaan, pelaksanaan dan operasional kegiatan di bidang keciptakaryaan secara sistimatis, Dinas KIMTAWIL bersama dengan organisasi pelaksana lainnya yang terkait saling melakukan koordinasi, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Fungsi koordinasi ini akan lebih efektif dan berdaya guna, jika setiap tahapan kegiatan telah melibatkan unsur terkait untuk saling berkoordinasi agar tercipta singkronisasi kegiatan sesuai tujuan yang diharapkan.

(17)

Gambar 10.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM SUMBER DAYA AIR

BIDANG SUMBER DAYA AIR

SEKSI AIR MINUM, DRAINASE

DAN PLP SUNGAI, PANTAI &

RAWA

SEKSI PEMELIHARAAN JALAN

DAN JEMBATAN

SEKSI PERIZINAN DAN JASA

KONSTRUKSI

SEKSI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

(18)

Gambar 10.2 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN POSO EKONOMI DAN KERJASAMA

BIDANG

DAN STATISTIK

(19)

Gambar 10.3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN POSO SUB BAGIAN PROGRAM

DAN PELAPORAN PARIWISATA DAN SENI

BUDAYA

SUB BIDANG

AGAMA DAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN

SUB BIDANG

SUM BER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA LAUT

SUB BIDANG TRANSMIGRASI DAN KB

SUB BIDANG

TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KB

SUB BIDANG

PERTAMBANGAN DAN ENERGI

(20)

Gambar 10.4 STRUKTUR ORGANISASI PDAM KABUPATEN POSO

Lampiran : Keputusan Direksi Perubahaan Daerah Air Minum Kabupaten Poso

Nomor : 08/Skep/PDAM-Ps/VII/2007 Tanggal : 02 Juli 2007

BUPATI POSO

DIREKTUR UTAMA Muchlas A. Cening, S.Sos

BADAN PENGAWAS

CABANG TENTENA RAMLAN RAJAGUGUK

CABANG PENDOLO

KABAG ADM /KEUANGAN Catur Wiratno,, S.Sos

SUBAG UMUM DAN PERSONALIA Ibrahim Kombangkila SUBAG KEUANGAN

Mercy T, SH.

SUBAG HUBLANG Hapsa Lasaudju

SEKSI KAS Hanasus T, S.Sos.

SEKSI PEMBUKUAN

Sahludin Pando‟o.

SEKSI REKENING Sahrini

SEKSI PENYAMBUNGAN

SEKSI BACA METER Arbein Melvin Lauo

SEKSI PERSONALIA

Andias Wongkar, S.Sos

SUBAG PERALATAN Arifin Abd. Rahim S.Sos. SUBAG

SEKSI PENGOLAHAN/LAB Yohanes Toding

SEKSI SUMBER Tugiran Saridjan

SEKSI PERPIPAAN

SEKSI PERENCANAAN

SEKSI PENGAWASAN Darfin

SEKSI MEKANIK DAN LISTRIK

SEKSI PEMELIHARAAN Makruf

(21)

Gambar 10.5 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN POSO KONSERVASI SUMBER

(22)

1. Sumber Daya Manusia

Menguraikan secara sistematis tentang jumlah tenaga yang ada meliputi kualitas pendidikan dan pengalaman personil pada tiap instansi penyelenggara RPIJM.

2. Prasarana dan Sarana Kerja

Menguraikna secara sistematis tentang kondisi prasana fisik diantaranya menyangkut peralatan yang menunjang organisasi seperti, tanah, ruang kantor, dan sebagainya.

Tabel 10.6 Latar Belakang Manajemen yang menduduki Jabatan struktural Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso Tahun 2013

Nama

Struktural Golongan Umur

(23)
(24)
(25)

10.4.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Menguarikan kondisi kelembagaan non-pemerintah yang terkait dengan RPIJM sehingga terjalin kerja sama yang baik dalam rangka mensukseskan pengembangan infrastruktur bidang PU /Cipta Karya.

Tabel 10.7 Kondisi Kelembagaan Non-Pemerintah Terkait dengan RPIJM

No NAMA

10.5 Masalah Analisis Dan Usulan Program

Setiap organisasi dibahas dalam sub bab. Pemdahasan meliputi masalah analisis dan usulan untuk rencana tindakan peningkatan kemampuan kelembagaan. Organisasi atau instansi yang dibahas adalah yang telah di daftar atau di disinggung dalam bagian I.

10.5.1 Masalah Yang Dihadapi

Menguraikan masalah yang dihadapi dalam kelompok:

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi meliputi tugas dan wewenang dan tanggung jawab instansi;

(26)

3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya kuantitas dsb; 4. Prasarana fisik yang meliputi masalah-masalah yang mengenai kurangnya

kualitas dan kuantitas prasaran kantor.

10.5.2 Usulan Program

Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara lain dengan: 1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi

Menguraikan tentang rincian kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana Kabupaten

2. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di Instansi Pemerintah

Menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana Kabupaten di daerah.

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia

Menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan training.

4. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja

Menguraikan usulan tentang penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan

10.6 Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi

A. Kedudukan,Fungsi,Tugas Dalam Pelaksanaan RPIJM

Menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar instansi yang terkait dalam RPIJM sebsagai draft surat keputusan untuk ditanda tangani Bupati.

B. Diagram Hubungan Antar Instansi

(27)

Tabel 10.8 Instansi terkait kegiatan Bidang Cipta Karya

No Sektor Kegiatan Instansi

1 Bangkim

Penyusunan SPPIP Penyusunan RPKPP

Penanganan Kawasan Kumuh Kota Pembangunan Rusunawa

Penanganan Kawasan Perdesaan Kawasan Agropolitan

Kawasan Minapolitan

2 PBL

Revitalisasi Kawasan sejarah/wisata Revitalisasi Bangunan Bersejarah Pembangunan RTH

Penanggulangan Kebakaran

3 PLP

Penanganan Air Limbah Penanganan Persampahan Penanganan Drainase

4 Air Minum

Fasilitasi PDAM

Gambar

Gambar 10.1.  STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM
Gambar 10.2 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH  KABUPATEN POSO
Gambar 10.3  STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH  KABUPATEN POSO
Gambar 10.4  STRUKTUR ORGANISASI  PDAM KABUPATEN POSO
+5

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional

pembangunan bidang keciptakaryaan terkait erat satu sama lain, baik instansi pada.. pemerintah Kabupaten, maupun instansi vertikal yang ada di Kabupaten Pasaman

SUB BIDANG PENDAPATAN, EVALUASI DAN PELAPORAN SUB BIDANG PEMERINTAHAN UMUM, KESEJAHTERAAN UMUM DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SUB BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SUB BIDANG

UMUM DAN PERLENGKAPAN BIDANG TATA RUANG BIDANG CIPTA KARYA BIDANG PENGAIRAN BIDANG BINA MARGA BIDANG SARANA DAN PRASARANA SEKSI PERENCANAAN TATA RUANG DAN TATA

Rencana program Investasi Infrastuktur Jangka Menengah 2015-2019 10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya.. Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi,

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

Instansi pemerintahan yang berwenang dalam kegiatan pengelolaan dan pengembangan prasarana dan sarana dalam mendukung pembangunan wilayah Kabupaten Lamongan yaitu

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Sorong VII - 22 Adapun analisis SWOT yang dilakukan terhadap instansi atau lembaga.. yang berhubungan langsung