• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN - Retikulosit Hemoglobin (Ret-He) Sebagai Parameter Diagnostik Yang Potensial Dalam Mendeteksi Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN - Retikulosit Hemoglobin (Ret-He) Sebagai Parameter Diagnostik Yang Potensial Dalam Mendeteksi Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Metabolisme Besi

2.1.1. Komposisi Besi dalam Tubuh

Besi merupakan mineral penting bagi semua sel tubuh manusia.

Kemampuan besi untuk berubah pada reaksi oksidasi stabil, yaitu Fe2+

dan Fe3+, dalam kondisi fisiologis membuatnya ideal untuk reaksi katalisis

biokimia dan sejumlah besar enzim tergantung pada besi untuk fungsi

biologis mereka. Dampak negatifnya adalah logam ini mampu

mengkatalisis reaksi yang mengarah ke produksi radikal bebas, terutama

ketika berada dalam jumlah yang berlebihan.

Sangatlah penting untuk memasok zat besi yang cukup untuk

memenuhi persyaratan metabolisme sel, tetapi juga penting untuk

mencegah kelebihan zat besi karena hal ini dapat menempatkan sel di

bawah tekanan stress oksidatif.18 Pada orang dewasa, jumlah besi yang

hilang dari tubuh relatif kecil. Laki-laki kehilangan kira-kira 0.6 mg/hari,

sedangkan pada perempuan kehilangannya lebih besar dengan rata-rata

dua kali angka tersebut karena penambahan kehilangan besi dalam darah

selama mensturasi.19 Kadar besi dalam tubuh seorang dewasa normal

berkisar antara 35-45 mg/kgBB, dimana laki-laki lebih tinggi daripada

(2)

Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh, berupa

senyawa besi fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang

berfungsi dalam tubuh, besi cadangan, yaitu senyawa besi yang

dipersiapkan bila masukan besi berkurang, besi transport, yaitu besi yang

berikatan dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk mengangkut besi

dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya.

Besi terdapat dalam dua bentuk yaitu heme dan non heme. Sekitar

70% zat besi dalam tubuh ditemukan dalam bentuk heme, khususnya

hemoglobin dan mioglobin, walaupun dapat juga ditemukan pada enzim

hidroperoksidase dan sitokrom. Zat besi nonheme paling banyak disimpan

sebagai feritin (sekitar 1 g pada pria dewasa) atau hemosiderin dalam

makrofag dan hepatosit. Hanya sebagian kecil (sekitar 0,1%) berada

transit dalam plasma, terikat dengan protein pembawanya transferin.

Jumlah yang sangat kecil terdapat dalam enzim peroksidase dan

Hemoglobin Transport oksigen 2600 65.0

Mioglobin Simpanan otot 130 6.0

Transferin Transport besi 3 0.1

Feritin Cadangan besi 520 13.0

Hemosiderin Cadangan besi 480 12.0

Katalase,

(3)

2.1.2. Absorpsi Besi

Besi lebih mudah diserap dalam bentuk Ferro (Fe2+) tetapi

kebanyakan besi yang dimakan berada dalam bentuk Ferri (Fe3+).19

Hanya sedikit sekali besi yang diserap dalam lambung, tetapi di dalam

lambung besi dalam bentuk Ferri (Fe+3) akan diubah menjadi Ferro (Fe+2)

oleh ferric reductase dengan bantuan kofaktor duodenal cytochrom b-like

(DCYTB).20

Perubahan ini sangat penting, karena duedonal metal transporter 1

(DMT1) memungkinkan hanya divalen logam (terutama besi, tetapi juga

Cu, Pb, dan Mn) yang dapat melalui membran apikal enterosit duedonal.

Namun, DMT1 bukan molekul satu-satunya yang memfasilitasi

transportasi besi melalui membran enterosit. Heme carrier protein

merupakan molekul penting yang mengangkut besi heme dari permukaan

apikal ke enterosit. Besi heme akan terikat oleh reseptor heme di

membran brush border dan didalam sel akan dilepaskan oleh heme

oxygenase sebelum memasuki penampungan besi labil dan kemudian

akan mengikuti jalur yang sama dengan besi non-heme. 22

Di dalam enterosit sebagian besi disimpan sebagai feritin, dan

sebagian lagi menuju ke membrane basolateral ke sirkulasi melalui

basolateral transporter dalam bentuk Fe2+ yang disebut ferroportin.20

Ferroportin juga dapat ditemukan pada permukaan membran makrofag.

Jika total besi dalam tubuh tinggi, sintesis hati terhadap hepsidin akan

(4)

menyebabkan internalisasi, ubiquitinasi dan degradasi dari ferroportin.

Akibatnya, besi yang ditransfer ke sirkulasi akan menurun. Ferroportin,

seperti DMT1 bersifat permeabel hanya untuk besi dalam bentuk Ferro

(Fe+2). Di sisi lain, besi harus berada dalam bentuk Ferri (Fe+3) agar dapat

terikat dengan transferin. Oleh karena itu, oksidasi besi dari bentuk Ferro

(Fe+2 ) menjadi Ferri (Fe+3 ) oleh ferrooxidase atau hephaestin sangat

diperlukan.20,22

Seruloplasmin adalah homolog hephaestin menetap di membran

makrofag dekat dengan ferroportin, melakukan kerja yang sama dengan

hephaestin. Singkatnya, besi ferro yang berasal dari enterosit dioksidasi

oleh hephaestin, dan besi ferro yang berasal dari makrofag akan

dioksidasi oleh seruloplasmin dengan cara yang sama.22

Gambar 2.1. Mekanisme absorpsi besi 23

2.1.3. Transport Besi

Transferin (Tf) adalah protein utama yang mengikat dan

menyalurkan zat besi ke jaringan. Setiap molekul transferin dapat

(5)

salah satu transferrin reseptor (TfR) pada membran sel, TfR1 atau TfR2.

Setiap reseptor transferin mengikat 2 molekul transferin.20,22 Transferrin

reseptor 1 ada dalam semua jaringan kecuali eritrosit yang matang.

Transferrin reseptor 2 paling banyak berada di hati. Meskipun struktur

protein dari TfR1 dan TfR2 hampir sama tetapi fungsi dan regulasinya

berbeda. Ekspresi dari TfR1 diatur sangat ketat oleh kadar zat besi seluler

melalui human hemochromathosis protein (HFE). Namun, kadar zat besi

seluler tidak berpengaruh pada TfR2. TfR2 diatur oleh saturasi transferin

dan berfungsi meregulasi ekspresi hepsidin.

Setelah pengikatan diferric-Tf ke TFR, kompleks diferric-Tf/TFR

bersama dengan DMT 1 pada membran sel yang dilapisi clathrin akan

diinternalisasi secara endositosis. Dalam endosome, proses pengasaman

melalui pompa proton ATPase (pH 5,5-6) akan mengakibatkan ikatan Fe3+

dan Tf terlepas. Sebuah protein disebut STEAP3 (Six-Transmembrane

Epithelial Antigen of Prostate 3) akan mengubah Fe+3 menjadi Fe+2 di

dalam prekursor sel eritroid. Konversi ini diperlukan karena DMT1 hanya

mengangkut divalent logam dari endosome ke sitoplasma seperti pada

enterosit.22,24 Besi di dalam sel eritroid hampir seluruhnya akan menuju

mitokondria dimana akan bergabung dengan protoporphyrin membentuk

heme, sedangkan pada sel lain besi akan disimpan dalam bentuk feritin

dan hemosiderin.25 Kompleks tansferin/TfR yang sudah tidak berikatan

dengan besi (Apotransferrin) akan didaur ulang ke permukaan sel di

(6)

perubahan pH ini mengakibatkan terlepasnya ikatan antara apotransferrin

dari TfR. Apotransferin akan dilepaskan keluar dari sel menuju sirkulasi

dan berfungsi kembali menjadi pengangkut besi, sedangkan TfR akan

menjadi truncated transferrin receptor atau soluble transferrin receptor

(sTfR).20,26 Seluruh siklus diselesaikan dalam hitungan menit dan terjadi

sekitar 100-200 dalam durasi hidup sebuah molekul transferin.24

Gambar 2.2. Siklus transferin 25

2.1.4. Besi di dalam Sel Eritroid

2.1.4.1. Pengambilan Besi oleh Sel Eritroid

Nasib besi yang terikat dengan plasma transferin telah

dipelajari dengan menyuntikkan sejumlah radioaktif 59Fe yang

diikat dengan transferin. Sekitar 85% dari 59Fe memasuki sel

prekursor eritroid untuk digunakan dalam pembentukan

hemoglobin.

Dua sampai tiga juta sel darah merah diproduksi setiap detik

(7)

per sel. Jumlah zat besi yang dikirim ke masing-masing prekursor

eritroid tergantung pada jumlah monoferric dan diferric transferrin

yang ditemukan dalam sirkulasi serta kepadatan TfR1 pada

permukaan sel. Biasanya, setiap prekursor eritroid memiliki lebih

dari satu juta TfR1 pada membran karena kebutuhan yang tinggi

untuk sintesis hemoglobin.

Bentuk terlarut dari reseptor ini dapat terdeteksi dalam

serum. Konsentrasi sTfR1 pada serum biasanya ditemukan

sebanding dengan jumlah yang ditemukan pada permukaan sel.

Pada anemia defisiensi besi, kepadatan TfR1 pada permukaan sel

meningkat sehingga meningkatkan konsentrasi soluble TfR1

(sTfR1). 23,24

Dalam keadaan normal, afinitas TfR1 dengan diferric

transferrin lebih besar daripada monoferric transferrin. Namun,

afinitas ini akan berkurang apabila pasokan zat besi berkurang.

Monoferric transferrin adalah bentuk dominan transferin yang

beredar saat saturasi transferin menurun. Molekul monoferric

transferrin menghantarkan zat besi yang lebih sedikit ke prekursor

eritroid dibandingkan diferric transferrin. Hal ini memungkinkan

sejumlah besar prekursor eritroid untuk menerima sebagian kecil

dari besi. Penemuan ini konsisten dengan fakta bahwa MCV akan

(8)

besi. Transfer besi langsung dari makrofag ke eritroblas

(rhopheocytosis) kini dianggap tidak begitu signifikan.24

Pada keadaan normal, sekitar 80 sampai 90% dari besi yang

masuk ke prekursor eritroid akan diambil oleh mitokondria dan

dimasukkan ke dalam heme, sisanya akan disimpan dalam bentuk

feritin.23,25 Granul feritin dalam eritrosit dapat kadang-kadang dapat

dideteksi dengan cara reaksi Prusisian blue.21

Semua sel darah merah yang imatur sampai retikulosit

memiliki kemampuan untuk mengambil besi, sedangkan eritrosit

matur tidak. Pronormoblast dan basofilik normoblast memiliki

kapasitas terbesar untuk menyerap zat besi. Secara in vitro,

transfer besi dari transferin ke eritrosit imatur akan menurun apabila

saturasi transferin menurun sampai di bawah 30%.27

2.1.4.2. Penggunaan Besi dalam Pembentukan Heme

Hampir 80-90% besi yang dibawa ke eritroblast akan

dikonversi menjadi heme dalam waktu 1 jam. Setiap besi yang

melebihi kebutuhan untuk sintesis heme akan disimpan dalam

bentuk feritin. Oleh karena itu feritin akan meningkat ketika sintesis

hemoglobin terganggu, seperti dalam thalassemia atau anemia

sideroblastik. 23

Heme terdiri dari sebuah cincin protoporfirin dengan atom

besi di pusatnya. Heme disintesis dari prekursor suksinil CoA dan

(9)

(ALA). Enzim yang mengkatalisis reaksi ini, ALA-synthase (ALAS)

tampaknya merupakan enzim penentu kecepatan jalur metabolik

ini. Piridoksal fosfat (vitamin B6) adalah koenzim untuk reaksi ini.

Reaksi ini dirangsang oleh adanya hormon eritropoetin dan

dihambat oleh pembentukan heme. Jalur ini dimulai di mitokondria.

Dua molekul ALA menyatu untuk membentuk porphobilinogen.21

Empat molekul porphobilinogen akan terkondensasi di

bawah pengaruh deaminase porphobilinogen (PBGD) dan

uroporphyrinogen cosynthase untuk membentuk cincin tetrapyrrole

yang disebut uroporphyrinogen III. Senyawa ini akan diubah

menjadi coproporphyrinogen dan akan diubah menjadi

protoporphyrin IX. Akhirnya zat besi dalam bentuk ferro dengan

bantuan enzim ferrochelatase akan berikatan dengan

protoporphyrin IX membentuk heme.

Mitokondria memegang peranan utama dalam sintesis heme

karena mengandung enzim synthase, coproporphyrinogen oksidase

dan ferrochelatase. Urutan-urutan enzim dari ALA menjadi

coproporphyrinogen terletak di sitoplasma. Sel darah merah yang

matang tidak memiliki mitokondria, oleh karena itu tidak dapat

(10)

Gambar 2.3. Skema pembentukan hemoglobin 23

2.4.1.3. Penghancuran Eritrosit

Eritrosit yang sudah tua akan dihancurkan oleh sistem

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Kemampuan

penghancuran ini sekitar 20% dalam beberapa jam.28,29 Di dalam

RES eritrosit akan difagositosis oleh makrofag, heme akan dipecah

oleh heme oxygenase (HMOX1) untuk melepaskan besi. Besi

kemudian bisa disimpan dalam bentuk feritin atau melalui

Ferroportin 1 dilepas ke dalam plasma. Di dalam plasma, untuk

dapat berikatan dengan transferin, besi harus berada dalam

bentuk ferri, perubahan ini difasilitasi oleh enzim ferrooxidase

seruloplasmin. Pelepasan besi dari makrofag dikendalikan oleh

hepsidin dimana apabila hepsidin terdapat dalam kadar yang tinggi,

seperti dalam peradangan atau kelebihan zat besi, terjadi

pengurangan dari pelepasan besi. Perubahan dalam pelepasan

(11)

dimana konsentrasi besi serum tertinggi terdapat pada pagi hari

dan terendah di malam hari.23

2.2. Retikulosit

Sel darah merah manusia dimulai dari sel berinti dan akhirnya

menjadi tidak berinti. Perkembangan ini berada didalam sum-sum tulang

dan membutuhkan waktu 5 hari sampai akhirnya sel-sel prekursor

menghasilkan sel yang lebih kecil. Beberapa bentuk dari sel darah merah

yang berubah secara dramatis adalah berkurangnya perbandingan inti :

sitoplasma (N:C), kromatin menjadi lebih padat dan warna sitoplasma juga

berubah sesuai dengan proses hemoglobinisasi yang semakin dominan.30

Prekursor-prekursor eritroid berasal dari CFU-GEMM. Prekursor

selanjutnya yang secara spesifik bekerja dalam lini eritroid adalah

Burst-Forming-Unit (BFU-E), diikuti oleh pembentukan Colony-Forming-Unit

(CFU-E). Prekursor eritrosit awal yang dapat dikenali adalah rubriblast,

yang ditandai dengan nukleus yang menempati hampir 80% dari sel, dan

pinggir sitoplasma yang basofilik. Pada tahap ini hanya sedikit jumlah

hemoglobin yang ditemukan.21 Tahap pematangan selanjutnya adalah

prorubrisit kemudian menjadi rubrisit. Prekursor bernukleus terakhir adalah

metarubrisit dimana sitoplasmanya hampir penuh dengan hemoglobin.

Setelah inti diekstrusi, sel ini dikenal sebagai retikulosit. Sel-sel ini agak

lebih besar dari eritrosit dengan diameter 7-10 µm, mungkin volumenya

(12)

ribonukleat (RNA). Retikulosit mungkin tetap dalam sumsum tulang

selama 3 hari untuk kemudian dilepaskan ke sirkulasi.26

2.3. Pemeriksaan Status Besi

2.3.1. Retikulosit Hemoglobin (RET-HE)

Penilaian besi yang terkait eritropoiesis dapat dilakukan dengan

penilaian pada sum-sum tulang tetapi tindakan ini terlalu invasif . Sel-sel

darah merah yang secara aktif menggunakan besi untuk sintesa

hemoglobin berada di dalam sumsum tulang, tidak di dalam sirkulasi

perifer. Retikulosit adalah sel-sel darah merah yang belum matang tetapi

yang paling dekat yang dapat dengan mudah dinilai dan diidentifikasi di

darah perifer.30 Ketika produksi sel darah merah dalam keadaan normal,

retikulosit akan berada dalam sirkulasi hanya 1 sampai 2 hari tapi

mencerminkan status besi yang ada 3 sampai 4 hari sebelum

penggabungan besi ke hemoglobin berada pada saat maksimum.11,14,16

Dengan demikian, ketersediaan besi fungsional untuk dimasukkan ke

dalam sel darah merah pada sumsum tulang selama proses pembentukan

sel darah merah beberapa hari sebelumnya tercermin dari jumlah

hemoglobin dalam retikulosit.30,31 Hal ini lebih berguna daripada

pewarnaan besi yang merupakan perkiraan deposit di sistem

retikuloendotelial.12

Dengan demikian, jumlah hemoglobin dalam retikulosit adalah

refleksi yang cukup baik dari seberapa banyak zat besi yang tersedia.

(13)

mungkin berada di mana saja antara 1 sampai 120 hari, hemoglobin

retikulosit akan memberikan gambaran berapa banyak besi tersedia untuk

produksi sel darah merah dalam jangka waktu yang relevan secara klinis.

Oleh karena itu, secara teoritis retikulosit hemoglobin merupakan penanda

yang cukup baik.31

Karena ukuran rata-rata sel digunakan untuk perhitungan retikulosit

hemoglobin maka pengukuran ini memiliki keterbatasan diagnostik.

Retikulosit hemoglobin sering rendah pada pasien thalasemia yang

sedang diberi terapi besi dan hemoglobinopati yang dapat menyebabkan

anemia mikrositer. Retikulosit hemoglobin dapat pula meningkat pada

pasien defisiensi besi yang bersamaan dengan anemia megalobastik

karena MCV tinggi yang terkait dengan megaloblastik.16

2.3.2. Feritin

Besi seluler yang tidak langsung digunakan akan disimpan dalam

bentuk feritin. Feritin adalah protein yang memiliki berat 480 kDa yang

terdiri dari 24 monomer apoferitin. Feritin dapat mengikat hingga 4500

atom besi yang tersimpan dalam bentuk Fe3+. Feritin ditemukan hampir di

seluruh sel walaupun umumnya akan ditemukan di dalam sel hepatosit

hati, makrofag pada sum-sum tulang dan limfa yang berfungsi untuk

menyediakan besi untuk sintesa hemoglobin..32,33

Feritin dalam jumlah kecil juga akan terdapat di dalam darah. Pada

orang sehat dan penderita defisiensi besi tahap awal, konsentrasi feritin di

(14)

setiap 1 µg/L serum feritin mengindikasikan kurang lebih 8 mg dari besi

yang tersimpan. Meskipun demikian, hubungan langsung antara besi yang

dikonsumsi dengan feritin tidak begitu baik. Hal ini disebabkan oleh

karena feritin juga merupakan protein reaktan fase akut yang kadarnya

akan meningkat apabila terjadi proses infeksi, inflamasi, keganasan dan

penyakit hati. Cut-off feritin untuk defisiensi besi menurut WHO adalah

<15 µg/L, tetapi apabila didapati infeksi cut off defisiensi besi adalah < 30

µg/L.1,20,24

2.3.3. Serum Iron

Serum iron adalah banyaknya besi yang diangkut oleh

apotransferin.13 Secara fisiologis, konsentrasi besi serum memiliki irama

diurnal, dimana besi serum akan berkurang di sore dan malam hari,

mencapai titik nadir dekat pukul 9 malam dan meningkat menjadi

maksimum antara pukul 7 dan 10 pagi. Meskipun berbagai penelitian

menunjukkan bahwa variasi diurnal terjadi, sangat diragukan apakah hal

ini cukup penting secara klinis untuk mewajibkan semua nilai besi serum

diambil pada pagi hari. Konsentrasi besi serum berkurang dengan adanya

proses inflamasi baik akut maupun kronis, infeksi, dan keganasan.26,28,34

2.3.4. Total Iron Binding Capacity (TIBC)

Besi akan ditransportasikan di dalam plasma dan cairan

ekstraseluler oleh transferin. Metaloprotein ini memiliki afinitas yang

sangat tinggi terhadap besi. Hampir seluruh besi dalam plasma akan diikat

(15)

plasma transferin secara indirek dengan mengukur jumlah total iron

binding capacity (TIBC) yang merupakan jumlah total ikatan besi dengan

tranferin.24 Hanya sepertiga bagian dari transferin yang berikatan dengan

besi, sehingga masih tersedia cadangan yang cukup banyak untuk

berikatan dengan besi apabila terjadi kelebihan besi.20 TIBC akan

meningkat apabila terjadi pengurangan simpanan besi. TIBC akan

berkurang apabila terjadi infeksi, inflamasi ataupun keganasan.29

2.3.5. Saturasi Transferin (TfSat)

Konsentrasi besi dalam serum dan saturasi transferin akan turun

seiring dengan pasokan besi yang menurun. Level saturasi dibawah 16%

mengindikasikan ketidakcukupan besi untuk mempertahankan sintesa

hemoglobin dalam kadar yang normal. 29 Persen saturasi transferin

dengan besi ditentukan dengan membagi serum besi dengan TIBC dikali

100. 20

%  !"#$%"&'   !"#$% =

!"#$%  !"#$

!"!#$  !"#$  !"#$"#%  !!"!#$%&    ×  100%

2.4. Perubahan-Perubahan pada Wanita Hamil

2.4.1. Kebutuhan Besi selama Kehamilan

Ketersediaan besi sangat penting bagi proses pematangan janin.

Hampir 1000 mg besi diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan

pematangan janin selama kehamilan. Untuk mengatasi kebutuhan besi,

penyerapan besi di duodenum meningkat lebih dari dua kali lipat selama

(16)

Kebutuhan janin terhadap besi sangat tinggi, oleh karena itu

plasenta akan mengambil besi dari plasma ibu sejauh yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan janin. Mobilisasi cadangan besi ibu

membantu memenuhi kebutuhan itu apabila absorpsi besi pada saluran

pencernaan tidak cukup. Rata-rata terjadi mobilisasi sekitar 8% dari

cadangan besi terjadi selama usia kehamilan 280 hari. Hasilnya adalah

menipisnya cadangan zat besi ibu sampai dapat menimbulkan defisiensi

besi.

Transferin dalam sirkulasi akan mengikat dan mentransportasikan

besi ke semua sel dalam tubuh. Umumnya, sumsum tulang adalah tujuan

utama sebab hampir 90% besi digunakan untuk produksi heme. Pada

kehamilan, plasenta merupakan tujuan kedua. Besi yang dikirim ke

plasenta meningkat seiring usia kehamilan.21,35

2.4.2. Perubahan Hematologi selama Kehamilan

Terdapat dua perubahan hematologi yang paling menonjol selama

kehamilan yaitu, peningkatan volume plasma dan jumlah sel darah merah.

Volume plasma meningkat sekitar 30% sedangkan jumlah sel darah

merah meningkat hanya sekitar 20%, hasilnya adalah penurunan

hematokrit, karena variabel ini didefinisikan sebagai volume sel darah

merah dalam volume plasma tertentu. 21,35

Penurunan hematokrit ini disebut anemia fisiologis atau dilutional

anemia. Kenaikan volume plasma dimulai sekitar minggu ke-6

(17)

sekitar minggu ke-30. Volume plasma sekitar 1200 mL (hampir 50%) lebih

besar daripada di saat tidak hamil. Jumlah sel darah merah juga

meningkat pada waktu ini, dengan kenaikan sekitar 250 sampai 400 mL

(20% sampai 30%) dibandingkan saat tidak hamil.

Hematokrit biasanya menurun sampai trimester kedua, tapi naik

perlahan-lahan setelahnya. Akibatnya, nilai hemoglobin akan berfluktuasi

selama kehamilan, sehingga dapat menimbulkan kebingungan. Cara yang

paling baik adalah untuk menetapkan kadar hemoglobin 11 g/dL sebagai

batas bawah dari nilai hemoglobin normal selama kehamilan.

Kenaikan nilai eritropoietin tampaknya menjadi faktor kunci

terjadinya peningkatan jumlah sel merah selama kehamilan. Eritropoietin

dapat meningkat sekitar 50% saat trimester kedua sampai akhir semester

tiga. Kenaikan eritropoietin lebih tinggi pada wanita yang kekurangan

besi.21,35

2.4.3. Penilaian Defisiensi Besi selama Kehamilan

Sama seperti perubahan pada jumlah sel darah merah dan volume

plasma yang diakibatkan oleh kehamilan, perubahan juga terjadi pada

parameter penilaian cadangan besi. Kehamilan meningkatkan nilai serum

feritin, sehingga menurunkan nilai diagnostiknya dalam menilai cadangan

besi. Penggunaan besi dalam pembentukan heme sebagai akibat dari

ekspansi jumlah sel darah merah ibu akan mengakibatkan penurunan

(18)

kehamilan ini mengurangi penggunaan dua kunci parameter laboratorium

dalam menganalisa defisiensi besi.

Peningkatan jumlah prekursor eritroid akan meningkatkan jumlah

transferin reseptor dalam tubuh serta jumlah soluble transferin reseptor

dalam sirkulasi. Kehamilan hanya sedikit mengganggu kadar soluble

trasnferin reseptor, membuat indeks ini menjadi penanda penting dalam

deteksi defisiensi besi pada ibu hamil.37

Defisiensi besi menghambat sintesis hemoglobin oleh prekursor

eritroid sehingga menurunkan mean corpuscular hemoglobin

concentration (MCHC) dan mean corpuscular volume (MCV). Namun

penilaian MCHC dalam mendeteksi defisiensi besi bukan merupakan

indeks yang baik. Kesulitannya terletak dalam waktu paruh sel darah

merah. Seiring dengan perkembangan defisiensi besi, sel-sel merah

dengan nilai MCHC rendah bercampur dengan sel-sel yang sudah lebih

tua dalam sirkulasi dengan nilai MCHC normal.

Penilaian retikulosit hemoglobin menghilangkan masalah ini.

Retikulosit berada di sirkulasi selama 2-3 hari sebelum menjadi eritrosit

matang. Karena retikulosit baru saja muncul dari sumsum tulang,

retikulosit adalah jendela untuk status eritropoiesis saat ini. Kekurangan

zat besi untuk proses eritropoesis menghasilkan retikulosit dengan kadar

hemoglobin rendah. Retikulosit hemoglobin menyediakan ketersediaan

(19)

2.5. Defisiensi Besi

Defisiensi besi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh

berkurangnya cadangan besi tubuh akibat asupan yang tidak adekuat,

kebutuhan meningkat, atau perdarahan menahun.

2.5.1. Penyebab Defisiensi Besi

Defisiensi besi umumnya terjadi oleh karena tiga faktor yang

mempengaruhi keseimbangan zat besi, yaitu :

1. Kehilangan darah

Kehilangan darah umumnya merupakan penyebab paling

utama dari anemia defisiensi besi di nengara-negara berkembang.

Perdarahan gastrointestinal merupakan penyebab tersering pada

pria dan wanita postmenapause. Perdarahan menstrual yang berat

merupakan penyebab yang sering pda wanita-wanita usia

reproduksi.

2. Diet

Kekurangan zat besi terjadi ketika asupan tidak seimbang

dengan penggunaan dan kehilangan zat besi. Di seluruh dunia,

penyebab paling umum adalah rendahnya kadar zat besi makanan,

terutama dalam bentuk yang mudah diserap seperti daging.

Kejadian kekurangan zat besi relatif tinggi pada wanita remaja,

seiring dengan meningkatnya kebutuhan zat besi karena

(20)

3. Malabsorpsi

Malabsorpsi adalah penyebab defisiensi besi yang kurang

umum. Beberapa pasien dengan short bowel syndrome, dan

dengan riwayat gastrektomi tidak dapat menyerap zat besi secara

normal. 30,38

2.5.2. Tahapan Defisiensi Besi

Perjalanan defisiensi besi melalui 3 tahapan, tahap :

1. Tahap iron depletion

Ketika tubuh berada dalam kekurangan besi, peristiwa

pertama yang terjadi adalah pengurangan dari penyimpanan besi

tubuh, yang digunakan untuk produksi hemoglobin. Penyerapan zat

besi meningkat ketika simpanan dikurangi, sebelum anemia

berkembang dan bahkan ketika tingkat zat besi dalam serum masih

normal, meskipun serum feritin sudah turun.

2. Tahap iron deficient erythropoiesis

Apabila kekurangan zat besi terus berlanjut saturasi

transferin akan menurun hingga dibawah 15% karena peningkatan

konsentrasi transferin dan penurunan besi serum. Hal ini akan

berkembang menjadi tahap kekurangan besi untuk eritropoiesis.

Terjadi pula peningkatkan konsentrasi reseptor transferin dan red

cell protoporfirin. Pada tahap ini, hemoglobin, MCV dan MCH

mungkin masih dalam batas normal meskipun dapat meningkat

(21)

3. Tahap iron deficiency anemia

Tahap selanjutnya adalah tahapan anemia defisiensi besi.

Sel-sel darah merah menjadi jelas mikrositik hipokromik dan

poikilositosis lebih nyata dijumpai. MCV dan MCH berkurang dan

dapat pula dijumpai sel target. Saturasi transferin biasanya kurang

dari 10% diakibatkan jumlah besi serum yang semakin menurun

dan kenaikan TIBC. Jumlah eritroblast yang mengandung besi

(sideroblas) berkurang pada tahap awal sampai akhirnya sama

sekali tidak dijumpai pada tahap ini. 21,26,38,39

2.5.3. Diagnosa

Diagnosa defisiensi besi adalah sebagai berikut :

Jenis kelamin/Umur (tahun) Hemoglobin <g/dL Laki-laki dewasa < 13

Perempuan dewasa tidak hamil < 12 Perempuan hamil < 11 Anak umur 6 - 12 tahun < 12 Anak umur 6 bulan - 6 tahun < 11

Feritin < 15 µg/L sTfR > 8.5 mg/L Saturasi Transferin < 16% Mean cell volume (MCV) < 82/85 fL* RDW > 14% Eritrosit protoporfirin > 70 µg/dL * <15tahun/ >15 tahun

(22)

2.6. Kerangka Konseptual

Cadangan Besi : Feritin dan Hemosiderin

Besi dalam plasma : Serum Iron, TIBC,

Saturasi Transferin

Eritropoesis

: sTfR, MCV,MCH,Hb,Ht, RDW, Eritrosit Protoporphrin, RET-HE

Usia Kehamilan Inhibitor

Intake

Enhancer

Gambar

Tabel 2.1 Komponen Besi dalam Tubuh lainnya 21
Gambar 2.1. Mekanisme absorpsi besi 23
Gambar 2.2. Siklus transferin 25
Gambar 2.3. Skema pembentukan hemoglobin 23

Referensi

Dokumen terkait

Simpanan besi yang cukup, maka kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi, namun jika jumlah simpanan zat besi kurang dan jumlah zat

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan Pemberian Suplemen Zat Besi dengan Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester III” dan telah

Sedangkan pada ibu yang meminum zat besi lebih dari 90 tablet selama kehamilan kejadian BBLR-nya sebesar 4% Besar risiko faktor yang bermakna pada kejadian BBLR

Ibu hamil anemia maupun tidak anemia pada penelitian ini mengkonsumsi pangan sumber besi heme dalam frekuensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi konsumsi

Penelitian ini melakukan segmentasi citra sel darah merah untuk membantu proses diagnosa anemia defisiensi besi berdasarkan ciri morfologi bentuk dan ukuran untuk

70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses eritropoesis menjadi hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk feritin dan sisanya 5 – 15%

oksigen tinggi, umumnya dalam bentuk ferri (Fe 3+ ) karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan. sintesis heme , besi

ABSTRAK Pengaruh Pemberian Dadih Terhadap Nilai Reticulocyte Hemoglobin Equivalent Ret-He dan Soluble Transferrin Receptor sTfR Untuk Pencegahan Anemia Defisiensi Besi Pada Remaja