• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (2)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI

PROPINSI JAWA BARAT

Oleh : Lili Masli

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketimpangan Regional antar kabupaten/kota se-Propinsi Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan data sekunder berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat tahun 1993-2006 serta menggunakan pendekatan deskriptif untuk: Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Tipologi Klassen, Indeks Williamson, Indeks Entropi Theil. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: (1) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama periode penelitian antara periode tahun 1993-2006 serta menunjukan arah yang negatif dibandingkan dengan awal periode penelitian. (2) Pada umumnya kabupaten/kota di Jawa Barat pada periode penelitian antara tahun 1993-2006 menurut analisis Tipologi Klassen termasuk klasifikasi daerah relatif tertinggal sebesar 36,6 persen serta daerah berkembang cepat sebesar 32,6 persen, daerah maju dan tumbuh cepat sebesar 16,3 persen dan daerah maju tapi tertekan sebesar 14,5 persen. (3) Dari hasil perhitungan data PDRB tahun 1993-2006, dengan menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil cenderung meningkat.

Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto, Pertumbuhan ekonomi, Ketimpangan Regional

Latar Belakang

(2)

Ketimpangan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat bisa saja terjadi karena perbedaan besar sumbangan sektor unggulan propinsi Jawa Barat. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 1993-2006. Apakah bahasan tersebut saling berkaitan dan seperti apa kaitannya satu dengan yang lainnya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pokok yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat ?

2. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat menurut Tipologi Klassen ?

3. Berapa besar tingkat ketimpangan regional antar kabupaten dan antar wilayah di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat berdasarkan Indeks Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil ?

4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat.

LANDASAN TEORI

Pada umumnya para ekonom memberikan pengertian yang sama mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai kenaikkan GDP/GNP saja tanpa memandang apakah kenaikkan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

Terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peranan sektor-sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Untuk melihat sektor-sektor yang memberikan peran utama bagi perkembangan perekonomian daerah, Menurut Richardson (2001) dan Glasson (1997), salah satu cara atau pendekatan model ekonomi regional adalah analisis basis ekonomi (economic base), model ini dapat menjelaskan struktur ekonomi daerah atas dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Model economic base menekankan pada ekspansi ekspor sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi daerah.

(3)

kemajuan teknologi, kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkan (Sukirno, 1995).

Peroux dalam Arsyad, mengemukakan sebuah teori Pusat Pertumbuhan (Pole Growth) merupakan teori yang menjadi dasar dari strategi kebijakan pembangunan industri daerah yang banyak terpakai di berbagai negara dewasa ini. Pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah ada waktu yang bersamaan, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori ini adalah adanya industri unggulan yang merupakan penggerak dalam pembangunan ekonomi daerah. Selanjutnya timbul daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif (Arsyad, 1999). Menurut Fisher dan Kindleberger dalam Djojohadikumo, bahwa pertumbuhan ekonomi biasanya disertai dengan pergeseran permintaan dari sektor primer ke sektor sekunder . Pendapat Fisher ini kemudian didukung oleh Clark dengan menggunakan data Cross Sectional dari beberapa negara. Clark menyusun struktur kesempatan kerja menurut sektor produksi dan tingkat pendapatan nasional per kapita. Hasilnya adalah semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita nasional suatu negara, makin kecil peranan sektor primer dalam menyediakan kesempatan kerja (Djojohadikusumo, 1994). Perubahan struktur ekonomi yang terjadi pada suatu daerah memiliki keterkaitan dengan terjadinya perkembangan sektor-sektor ekonomi yang ada pada daerah tersebut. Dari perubahan struktur ekonomi yang terjadi, berdasarkan hasil studi empiris dari para ahli yang telah dikemukakan pada umumnya suatu negara atau daerah akan mengalami transformasi ekonomi menuju industrialisasi, yang ditandai dengan semakin meningkatnya peranan sektor non primer khususnya sektor industri terhadap Gross National Product (GNP) dan menurunnya peranan sektor primer, seiring dengan pertumbuhan ekonominya.

(4)

Keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sangat berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah. Oleh karena itu prioritas pembangunan daerah harus sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga akan terlihat peranan dari sektor-sektor potensial terhadap pertumbuhan perekonomian daerah, sebagaimana yang diperlihatkan pada perkembangan PDRB dan sektor-sektornya.

Pola pertumbuhan ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Tipologi Klassen (Widodo, 2006) dapat diklasifikasikan menjadi: (a) Daerah yang Maju dan Tumbuh Cepat (Rapid Growth Region) ; (b) Daerah Maju tetapi Tertekan (Retarted Region); (c) Daerah Berkembang Cepat (Growth Region); (d) Daerah Relatif Tertinggal (Relatively Backward Region).

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antara daerah. Untuk menghitung ketimpangan regional digunakan Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil (Kuncoro , 2004).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kebijakan ekonomi daerah provinsi Jawa Barat di masa yang akan datang. Kebijakan yang harus dilakukan yaitu kebijakan yang memihak ke sektor Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM), peningkatan, perluasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi dengan mempertimbangkan keserasian pertumbuhan antar daerah, mendukung pembangunan sektor swasta di daerah-daerah relatif tertinggal. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan pembangunan ekonomi daerah bermanfaat bagi masyarakat provinsi Jawa Barat.

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan analisis data sekunder. 2. Lokasi Penelitian

(5)

3. Jenis dan Sumber Data

Untuk memahami permasalahan penelitian, dalam pembahasannya akan dicoba untuk melihat hubungan variabel-variabel penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Data yang dipergunakan sebagai bahan analisis berupa data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi seperti: Badan Pusat Statistik, Bapeda Provinsi Jawa Barat dan Instansi lainnya yang terkait. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan kajian yang dilakukan.

4. Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan dalam penelitian ini adalah semua variabel yang terkait dalam rumusan hipotesis. Untuk menghindari salah persepsi dan pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis, maka akan diberikan batasan terhadap variabel-variabel berikut ini:

1) Pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan per kapita atau PDRB suatu masyarakat yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka panjang.

2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sejumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap daerah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9 sektor lapangan usaha. Data PDRB yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB tahun 1993-2006.

3) Struktur perekonomian dalam penelitian ini merupakan komposisi/kontribusi dari kegiatan produksi secara sektoral menurut lapangan usaha yang mengacu pada klasifikasi yang telah dibuat oleh Biro Pusat Statistik .

4) Laju pertumbuhan ekonomi daerah berarti besar kecilnya persentase peningkatan produksi barang dan jasa masyarakat menurut sektor produksi suatu daerah.

5) Ketimpangan regional yaitu ketimpangan yang didasarkan kepada perhitungan Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil.

(6)

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat (BPS, 2007) tahun 1993-2006, digunakan rumus :

PDRBt – PDRB(t-1)

Pertumbuhan Ekonomi = x 100 % PDRB(t-1)

Keterangan:

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t

PDRB(t-1) = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t-1

2) Analisis Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Klassen

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola pertumbuhan ekonomi daerah (Widodo, 2006). Dan diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Wilayah yang Maju dan Tumbuh Cepat (Rapid Growth Region); (2) Wilayah Maju dan Tertekan (Retarted Region); (3) Wilayah yang Sedang Tumbuh (Growth Region) dan (4) Wilayah yang Relatif Tertinggal (Relatively Backward Region).

Daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita rendah dibandingkan rata-rata daerah di wilayah referensi. Tabel 1. dibawah ini menunjukkan klasifikasi wilayah menurut Tipologi Klassen:

Tabel 1. Klasifikasi Wilayah Menurut Tipologi Klassen yi > y yi < y

ri > r Wilayah Maju dan Tumbuh Cepat

Wilayah yang Sedang Tumbuh

ri < r Wilayah Maju tetapi Tertekan

Wilayah Relatif Tertinggal

Keterangan :

y

(7)

ri = Laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah i yi = PDRB perkapita wilayah i

r = Laju pertumbuhan PDRB wilayah referensi y = PDRB perkapita wilayah referensi

2) Analisis Ketimpangan Regional

Untuk melihat ketimpangan regional digunakan rumus dari :

a. Indeks dari Jeffery G. Williamson (Upall dan Sri Handoko, 1986):

 ( Yi – Yr ) 2 . Pj/P

VW =

Yr Keterangan :

VW = Indeks KetimpanganWilliamson Yj = PDRB per kapita kabupaten/kota j Yr = PDRB per kapita provinsi Jawa barat

Pj = Jumlah penduduk kabupaten/kota j di provinsi Jawa Barat.

P = Jumlah penduduk di provinsi Jawa Barat

Indeks Ketimpangan Williamson (VW) yang diperoleh terletak antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Jika VW mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara daerah merata. Jika VW mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antar derah tidak merata.

b. Indeks Ketimpangan Entropi Theil (Kuncoro, 2004):

(8)

Keterangan :

Bila nilai indeks Entropi Theil = 0 maka kemerataan sempurna dan bila nilai indeks semakin menjauh dari nol maka terjadi ketimpangan yang semakin besar.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2 : Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Periode Tahun

Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi

(9)

Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui perbedaan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dari tahun ke tahun dengan angka rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat sebesar 3,34 persen.

Untuk melihat klasifikasi dan pola pertumbuhan berdasarkan analisis Tipologi Klassen dapat dilihat dari Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3: Klasifikasi dan Pola Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen

Periode Daerah

maju tapi tertekan

Daerah maju dan tumbuh cepat

Daerah berkembang cepat

Daerah relatif tertinggal

1993-1994 13,5 % 13,5 % 38 % 36 %

2000-2006 15 % 21 % 30 % 34 %

1993-2006 14,5 % 16,3 % 32,6 % 36,6 % Sumber : Data diolah dari penelitian

Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Untuk mengetahui ketimpangan regional digunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil, serta hasilnya tertera dalam Tabel 4 berikut ini :

(10)

Sumber : data diolah dari perhitungan

Dari Tabel 4 diatas menunjukan perbedaan angka ketimpangan dengan menggunakan data yang berbeda. Dari data tersebut diperoleh hasil yang sama yaitu antar kabupaten/kota di Jawa Barat terjadi ketimpangan regional berdasarkan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil. Data tersebut menunjukan untuk Indeks ketimpangan Williamson berfluktuasi tetapi secara umum mengalami peningkatan. Untuk Indeks Ketimpangan dari Entropi Theil juga berfluktuasi tetapi secara umum mengalami kenaikan.

5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

TAHUN I W I E T

1993 0,953139745 1,220095384

1994 0,660697771 0,848660042

1995 0 1,2700878

1996 0,949981177 1,159234721

1997 0,957627401 1,306580732

1998 0,954513199 1,226521295

1999 0,955884039 1,242484083

2000 0,95822545 1,390682326

2001 0,957114762 1,372173383

2002 0,345890364 1,381231934

2003 0,962167477 1,564148224

2004 0,962050558 1,628494881

2005 0,313989782 1,711294483

2006 0,962411001 1,634620126

Jumlah 10,89369273 18,95630941

(11)

1. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama periode penelitian antara periode tahun 1993-2006 mengalami fluktuasi dan menunjukan arah yang negatif apabila dibandingkan pada awal penelitian. Faktor–faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat adalah : teknologi, peningkatan sumber daya manusia, penemuan material baru, peningkatan pendapatan dan perubahan selera konsumen.

2. Pada umumnya kabupaten/kota di Jawa Barat pada periode penelitian antara tahun 1993-2006 menurut analisis Tipologi Klassen termasuk klasifikasi daerah relatif tertinggal. Penyebabnya adalah terjadinya aliran investasi dari daerah relatif miskin ke daerah relatif kaya. Gejala ini disebabkan oleh mekanisme pasar, dimana terjadi kombinasi dua faktor yaitu: (1) Tabungan yang ada di daerah miskin walaupun jumlah jumlahnya kecil, tidak dapat digunakan secara efektif karena kurangnya permintaan investasi daerah tersebut; (2) Tabungan akan diinvestasikan ke daerah yang relatif kaya, karena akan lebih terjamin dan memberikan keuntungan yang lebih besar. Sehingga dalam proses pembangunan, daerah miskin akan semakin sulit untuk berkembang menjadi daerah kaya atau semakin timpang. Untuk hal ini, harus dilakukan percepatan dalam mengejar ketertinggalan dengan dipenuhinya infrastruktur dasar masyarakat, pemberian bantuan modal serta melakukan penguatan kelembagaan masyarakat di pedesaan.

(12)

Implikasi

Implikasi ini diharapkan dapat membantu kebijakan ekonomi daerah Provinsi Jawa Barat di masa yang akan datang adalah sebagai berikut : 1. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik diperlukan

kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya manusia, penemuan material baru, dan peningkatan pendapatan.

2. Untuk daerah relatif tertinggal berdasarkan analisis Tipologi Klassen, diperlukan kebijakan atau campur tangan pemerintah antara lain dengan mengadakan peningkatan, perluasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi dengan mempertimbangkan dan memperhatikan daerah-daerah yang relatif tertinggal dengan sasaran menyerasikan pertumbuhan antar daerah.

3. Diperlukan adanya program yang memadai dalam menjalankan kebijakan seperti prioritas pembangunan daerah terutama dalam sarana dan prasarana ekonomi untuk kabupaten/kota yang tertinggal agar dapat mengurangi tingkat ketimpangan karena baik Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil telah menunjukan kecenderung arah peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

---. 2005. Pendapatan Regional Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 1995 –2004. BPS Provinsi Jawa Barat.

---. 2004. PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat. BPS Provinsi Jawa Barat kerjasama dengan Bapeda Provinsi Jawa Barat.

---. 2007. PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat. BPS Provinsi Jawa Barat kerjasama dengan Bapeda Provinsi Jawa Barat.

Anwar, Moh. Arsyad. 1987. Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan, dalam Hendra Asmara, Jakarta: PT. Gramedia.

Arsyad, Lincolyn.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.

(13)

Cahyono, Bambang Tri. (1983). Ekonomi Indonesia: Beberapa Masalah Pokok. Yogyakarta: Ananda.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Friedman, J., and Alonso. 1964. Regional Economics Development and Planning. London: MT Press.

Glasson, J. 1977. An Introduction to Regional Planning. Terjemahan Paul Sitohang, 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Jakarta: LPFE-UI.

Hirschman, Albert O. 1973. The strategy of Economic Development. Sixteenth Printing, Yale University Press.

Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta. UPP AMP YKPN.

--- a. 2004. Ekonomi Pembangunan : Teori , Masalah dan Kebijakan. Yogjakarta: UPP AMP YKPN

---b. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muta’ali, Luthti. 1997. Masalah dan Prospek Perekonomian Indonesia Menuju Persaingan Bebas. Paper seminar Nasional HIMASEPA UPN “Veteran” Yogjakarta, 11 September.

Nafsiger E, Wayne. 1977. The economics of Developing Countries. Third Edition. Kansas: Prentice Hall International Inc.

Prasasti, Diah. 2006. Perkembangan Produk Domestik Regional Per-kapita 30 Propinsi di Indonesia Periode 1993-2003: Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 21, 4 : 344-360.

Richardson, Harry W. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional : Terjemahan oleh Paul Sitohang. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV Alfabeta.

Susanti , Hera. 1995. Indikator-indikator Makroekonomi, Jakarta: LPFE UI.

Suhargo. 2004. Pertumbuhan dan Kesenjangan Ekonomi Antar Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Tesis Pascasarjana Unsoed tidak dipublikasikan. Purwokerto.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, Jakarta: LPFE UI .

Thee Kian Wie. 1981. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan : Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES.

---.1981. Pemerataan Kemiskinan Ketimpangan, Beberapa Pemikiran tentang Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

(14)

Undang–Undang Republik Indonesia No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Daerah

Uppal, J.S. dan Sri Handoko, Budiono. (1986). Regional Income Disparities in Indonesia. Jurnal E K I, Vol XXXIV No 3.

Wibisono, Yusuf. 2001. Konvergensi di Indonesia: Beberapa Temuan Awal dan Implikasinya, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan vol 51 Januari : 53 – 82.

---. 2003. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan 52- 83.

---. 2005. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia 1984-2000, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, KANOPI.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pemberian CMA dengan dosis 15 g/polybag dan 20 g/polybag lebih baik terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun bibit manggis dibanding

JUDUL SKRIPSI : Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Dari Kreativitas Hasil Belajar Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Siswa Kelas

keluaran logika rendah maksimal 0,5 volt. Pada tabel 4.9 tegangan masukan dan tegangan keluaran sistem telah sesuai dengan datasheet yaitu tegangan 4,4 volt dan 2,7 volt

Inovasi baru dalam pembuatan kerajinan dari pelepah pohon pisang selain memanfaatkan pelepah pohon pisang yang biasanya dibuang begitu saja hingga menghasilkan

Conclusion: There was a decrease in haemoglobin, leukosit, eritrocyte, and thrombocyte level after 1 cycle chemoradiotherapy Terjadi penurunan kadar Hb, leukosit,

Sedangkan beberapa saran yang diberikan adalah sebagai berikut: peninjauan kembali atas pemisahan tanggung jawab dari setiap divisi dalam perusahaan untuk mencegah penyalahgunaan

Oleh karena itu kepada Seluruh penyedia diharapkan dapat menekan harga serendah-rendahnya dengan menghilangkan pos-pos anggaran yang tidak diperlukan. Penawaran paling lambat

Untuk melihat perubahan gambaran darah tepi sebelum dan sesudah pemberian kemoradioterapi pada penderita karsinoma nasofaring guna untuk menunjang pengambilan