2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPS
Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa “pembelajaran
IPS adalah pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui
pembelajaran IPS siswa diberikan pembelajaran mengenai
fenomena-fenomena atau masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungannya dan
diharapkan siswa mampu menganalisis kondisi sosial di masyarakat yang
nantinya akan dijadikannya bekal untuk memasuki kehidupan
bermasyarakat. Pada tahap SD, siswa diberikan pembelajaran IPS dengan
muatan disiplin ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi sebagai
bekal memasuki kehidupan bermasyarakat, sehingga ruang lingkup
pembelajaran IPS di SD hanya berisikan : 1) manusia, tempat, dan
lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan
budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah).
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
IPS di SD adalah
siswa mempunyai kemampuan-kemampuan dalam mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas, hendaknya
mengenalkan siswa dengan konsep-konsep yang ada di lingkungan dan
kehidupan masyarakat melalui cara yang mendorong siswa untuk berfikir
logis dan kritis untuk menemukan permasalahan sosial yang terjadi serta
menemukan solusi dalam permasalahan tersebut yang mendorong
munculnya kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan yang nantinya akan dijadikan bekal dalam berkomunikasi,
bekerjasama, dan berkompetisi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam pembelajaran IPS, demi tercapainya tujuan pembelajaran
maka disusunlah pedoman yang dalam Permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
yang disebut dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).
Standar kompetensi (SK) adalah “ukuran kemampuan minimal yang
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai,
diketahui, dan mahir dilakukan oleh siswa pada setiap tingkatan dari suatu
materi yang diajarkan”, sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah “penjabaran standar kompetensi siswa yang cakupan materinya lebih sempit”. Dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas 4 SD semester II,
dirumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai pedoman
mencapai tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPS SD kelas 4 semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi
di lingkungan
kabupaten / kota dan provinsi.
2.1.Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
2.2.Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.3.Mengenal perkembangan teknologi produksi
komunikasi dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya.
2.4.Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Sumber : Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Pendekatan pembelajaran saintifik pertama kali muncul pada tahun
1939, yaitu Almadk (1939) yang mengatakan bahwa”metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran”. Permendikbud No. 65 tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah
mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran perlu dipandu dengan
pendekatan ilmiah/saintifik. Daryanto (2014:51) mendefinisikan bahwa “pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum
atau prinsip”. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
pembelajaran saintifik guru hanya sebagai pemberi fasilitas dalam
pembelajaran agar siswa mampu mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip dengan kemampuan mereka.
Sependapat dengan itu, Kurniasih, Imas, dkk (2014:29-30)
mengartikan pendekatan pembelajaran saintifik adalah “pembelajaran
yang memberikan siswa kesempatan berperan secara aktif membangun
konsep, hukum atau prinsip dengan melibatkan keterampilan proses dalam
kegiatan pembelajaran”. Pembelajaran yang berlangsung hendaknya
memfasilitasi dan mendorong siswa untuk mencari tahu informasi dari
berbagai sumber, bukan diberi tahu oleh guru.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh H.Nurul dalam Marjan,
Johari (2014:4) yang menyebutkan pembelajaran berpendekatan saintifik
merupakan “pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan
inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu
maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan
pembelajaran”. Dengan demikian tugas guru adalah mengarahkan proses
belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep
dan prinsip yang didapatkan siswa. Dari beberapa pendapat di atas
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah
pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menggunakan pendekatan
memberikan keterampilan proses agar siswa secara aktif menemukan dan
mengkonstruk konsep dan prinsip.
Dalam Permendikbud RI No. 81A tahun 2013 lampiran IV tentang
implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai
prinsip-prinsip:
a. Berpusat pada siswa.
b. Mengembangkan kreativitas siswa.
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.
d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran saintifik tersebut
perlu dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Tujuan dari penggunaan
pendekatan pembelajaran saintifik menurut Kurniasih, Imas (2014:33-34)
adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Selain tujuan pendekatan pembelajaran saintifik di atas, Daryanto
(2014:54) juga menyebutkan bahwa “tujuan pendekatan pembelajaran
saintifik adalah agar terjadi peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan siswa untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak”.
Demi mewujudkan prinsip-prinsip serta mencapai tujuan dari
pendekatan pembelajaran saintifik. Dalam Permendikbud RI No. 81A
tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran (2013:35) pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai
langkah-langkah yaitu:
Mengamati, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan menemukan masalah dan informasi melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat dengan atau tanpa alat peraga. Menanya, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan mengumpulkan informasi dengan cara melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, maupun wawancara dengan nara sumber.
Mengasosiasi, adalah kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan.
Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan menyampaikan kseimpulan hasil pengamatan berdasarkan hasil analisis secara lisan maupun tertulis.
Selain itu, Kurniasih, Imas (2014:38-53) menyebutkan bahwa
pendekatan pembelajaran saintifik dapat dilaksanakan dengan
langkah-langkah seperti berikut:
Mengamati (observasi), yaitu kegiatan menemukan fakta tentang hubungan keterkaitan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.
Menanya, adalah kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Mengasosiasikan, adalah kegiatan menemukan keterkaitan dan pola satu informasi dengan informasi lainnya.
Mengkomunikasikan, adalah kegiatan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Sependapat dengan itu, Daryanto (2014:60-80) menyebutkan bahwa
pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut:
Mengamati, adalah kegiatan mencari dan menemukan fakta keterkaitan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.
Menanya, yaitu kegiatan memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat.
Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Mengasosiasikan, adalah kegiatan memproses informasi yang sudah dikumpulkan.
Menarik kesimpulan, adalah kegiatan membuat kesimpulan berdasarkan data atau informasi yang telah diolah.
Mengkomunikasikan, adalah kegiatan siswa menyampaikan tentang apa saja yang telah mereka pelajari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa
langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik adalah:
Mengamati (kegiatan mencari dan menemukan fakta melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat dengan atau
tanpa alat peraga).
Menanya ( kegiatan siswa bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca, atau dilihat).
Mengumpulkan informasi (kegiatan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara).
Mengasosiasikan (kegiatan mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan).
Menarik kesimpulan (kegiatan membuat kesimpulan berdasarkan
Mengkomunikasikan (kegiatan siswa menyampaikan apa saja yang
telah mereka terima dari pembelajaran).
Pada keenam langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan
pembelajaran saintifik, pada dasarnya untuk mengembangkan
keterampilan berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan yang
muncul dari pengamatan pada hakekatnya untuk mendalami atau
memperluas ilmu. Oleh karena itu, dalam proses pendalaman mencakup
aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk meyakinkan bahwa
ilmu pengetahuan yang telah siswa ketahui teruji kebenarannya. Eksplorasi
dalam pendekatan pembelajaran saintifik adalah kegiatan pembelajaran
mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi. Elaborasi dalam
pendekatan pembelajaran saintifik adalah kegiatan pembelajaran
mengasosiasikan. Konfirmasi dalam pendekatan pembelajaran saintifik
adalah kegiatan pembelajaran menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.
2.1.3. Keterampilan Belajar
Keterampilan belajar merupakan salah satu aspek untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mencakup beberapa aspek,
yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Pendapat
Benyamin S.Bloom yang kemudian direvisi oleh Krathwoll pada tahun
2001 dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012:94-134) menyatakan
bahwa
aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan pemerolehan pengrtahuan dan penalaran yang terdiri dari
Benyamin S.Bloom dalam Sudrajat, Akhmad (2008:2)
mendefinisikan bahwa “keterampilan psikomotorik adalah hasil belajar
yang pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot
dan kekuatan fisik”. Sependapat dengan itu, Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012:134) mendefinisikan bahwa “keterampilan psikomotor adalah
keterampilan melakukan kegiatan yang melibatkan anggota badan/gerak
fisik”. Dalam hal ini semua perubahan yang nampak pada siswa pada saat
pembelajaran yang melibatkan adanya gerakan dari anggota tubuh atau
anggota gerak siswa merupakan suatu pencapaian dari tujuan
pembelajaran pada aspek psikomotor. Sependapat dengan itu, Djemari M.
(2004: 4-5) mendefinisikan bahwa keterampilan ranah psikomotorik
adalah keterampilan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Hal ini
berarti bahwa keterampilan belajar adalah keterampilan yang memerlukan
koordinasi antara otot pada anggota gerak tubuh dan otak. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa keterampilan belajar adalah
salah satu hasil belajar yang pencapaiannya melibatkan kekuatan otot
dalam gerakan anggota tubuh dan otak.
Demi tercapai tujuan pembelajaran pada keterampilan belajar siswa,
dibuatlah kata kerja operasional (KKO) sebagai indikator dari
ketercapaiann tujuan pembelajaran keterampilan belajar siswa. Menurut
Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay dalam Wardani, Naniek
Sulistya, dkk (2012:115-116)keterampilan belajar dibagi seperti berikut:
a. Persepsi : menunjukkan kepada proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, membau, serta gerak dari urat syaraf kita. Demi tercapainya keterampilan belajar kategori persepsi diterapkan kata kerja operasional seperti: melihat, mendengar, menyentuh, mengecap, membau, memegang.
melakukan, menimbang, mengerjakan, menjawab, memecahkan, memperlihatkan.
c. Respon terpimpin : dengan persepsi dan kesiapan di atas, mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan. Dalam keterampilan belajar kata kerja operasional yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah: menirukan, meragakan, menggerakkan, menggunakan, memisahkan, mengubah, menyusun, membuat, merangkaikan, menyingkat, menyimpulkan.
d. Mekanisme: penggunaan sejumlah skill dalam dalam aktivitas yang kompleks meliputi 1, 2, dan 3 di atas. Dalam keterampilan belajar kategori mekanisme ini kata kerja operasional yang dapat diterapkan adalah memilih, menentukan, memasang, menggunakan, memperbaiki, melakukan, mengubah, menyusun, membentuk.
e. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan pengalaman 1, 2, 3, dan 4 di atas, penggunaan perencanaan tes, mengembangkan model. Dalam keterampilan belajar kategori respons yang kompleks dapat digunakan kata kerja operasional seperti menyesuaikan, merencanakan, menggunakan, melakukan, melaporkan, dan menjelaskan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam rangka untuk mengetahui tingkat ketercapaian keterampilan
belajar, perlu diadakan pengukuran. Menurut Wardani, Naniek Sulistya,
dkk (2012:60) pengukuran adalah “proses penetapan angka bagi suatu gejala untuk memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan
karakteristik pada seorang siswa menurut aturan tertentu”.
Dalam pengukuran terdapat dua teknik yang digunakan, yaitu teknik
tes dan non tes. Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk
(2012:70) mendefinisikan bahwa teknik tes adalah suatu pernyataan/tugas
atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang atribut pendidikan, setiap butir pernyataan tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Teknik tes digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa yang bersifat kuantitatif, yaitu aspek kognitif
siswa. Sedangkan teknik non tes menurut Wardani, Naniek Sulistya, dkk
(2012:73) adalah teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes
dan menggunakan pengamatan secara teliti tanpa menguji siswa dan tidak
Pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran pada aspek
keterampilan belajar menggunakan teknik non tes karena data yang
diperoleh bersifat kualitatif tanpa adanya pernyataan benar atau salah.
Teknik pengukuran non tes mempunyai beberapa cara seperti : Pengamatan
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:2) mengartikan bahwa
pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan. Lembar pengamatan dapat berbentuk daftar
periksa/check list, skala penilaian (rating scale), dan portofolio. Daftar
periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya
tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan
aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja siswa atau menilai kualitas pelaksanaan
aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu,
misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa
yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan
kemampuan siswa dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi
tertentu.
Wawancara
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:11) mendefinisikan bahwa
wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak
dengan nara sumber, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang
telah ditentukan.
Angket
Yusuf dalam Mangelep, Navel, O (2012:13) menyatakan bahwa
kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan
dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:21) mengartikan bahwa
pemeriksaan dokumen adalah cara memperoleh data dengan cara
memeriksa daftar riwayat hidup untuk mendapatkan informasi guna
melakukan evaluasi tercapainya hasil belajar siswa. Studi kasus.
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:21) mengartikan bahwa
studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara
terus menerus untuk melihat perkembangannya.
Pengukuran keterampilan belajar IPS pada pembelajaran IPS yang
menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik menggunakan teknik
pengamatan berupa lembar pengamatan daftar periksa/check list yang
berisi sembilan indikator keterampilan belajar IPS yang diperoleh dari kata
kerja operasional yang disampaikan oleh Norman E. Grounlund dan R.W.
de Maclay.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan
penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun
penelitian yang terdahulu di antaranya sebagai berikut:
E-jurnal program pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
program studi pendidikan dasar (Volume 4 Tahun 2014) yang ditulis oleh Ida
Ayu Km Mirah Wartini, I Wayan Lasmawan, A.A.I.N Marhaeni pada tahun
2014 yang berjudul “Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap
Sikap Sosial dan Hasil Belajar PKN di Kelas VI SD Jembatan budaya, Kuta.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik mampu meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar PKn
siswa kelas VI SD Jembatan budaya, Kuta. Dalam hal hasil belajar PKn,
kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya perbedaan rata-rata skor hasil
belajar PKn siswa pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan
pembelajaran berbasis guru. Pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik
rata-rata skor hasil belajar PKn sebesar 33,87, sedangkan rata-rata skor hasil
kelebihan dalam penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran yang memberikan pengaruh positif bagi hasil belajar siswa.
Namun terdapat kelemahan dalam penelitian ini, yaitu penelitian tidak
melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang muncul pada
saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilaksanakan akan
melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa.
Jurnal pendidikan teknik elektro volume 03 nomor 02 tahun 2014
Universitas Negeri Surabaya yang dilaksanakan oleh Nurul Hidayati dan Endyansyah yang berjudul “pengaruh penggunaan pendekatan ilmiah (scientific approach ) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas
XII TITL 1 SMK Negeri 7 Surabaya pada standar kompetensi mengoperasikan sistem kendali elektromagnetik” pada tahun 2014. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada standar kompetensi mengoperasikan sistem kendali
elektromagnetik. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai thitung sebesar 12,656
dengan signifikansi 0,000. Kelebihan lain adalah pada analisis respon siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang didapat dari angket
diperoleh rata-rata tiap indikator sebesar 82,56%, sehingga dapat diartikan
respon siswa tinggi. Namun pada penelitian ini terdapat kelemahan, yaitu
tidak adanya penilaian ranah psikomotor atau keterampilan belajar siswa yang
sebenarnya dapat terlihat pada saat siswa mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilaksanakan akan
menilai keterampilan belajar siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik atau pendekatan ilmiah.
E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yang dilaksanakan oleh Johari Marjan pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh pembelajaran pendekatan saintifik terhadap hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat”. Dalam penelitian ini
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil
skor hasil belajar pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebesar
69,43 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 92. Sedangkan rata-rata
skor hasil belajar pada pembelajaran langsung sebesar 51,48 dengan nilai
minimum 24 dan nilai maksimum 80. Dari segi keterampilan proses sains
dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik menunjukkan nilai rata-rata
73,93 dengan nilai minimum 32 dan nilai maksimum 100. Sedangkan
keterampilan proses sains dalam kegiatan pembelajaran langsung
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 64,24 dengan nilai minimum 23 dan nilai
maksimum 96.
2.3. Kerangka Berpikir
Pada masa sekarang pembelajaran IPS yang berlangsung dalam
kegiatan pembelajaran di SD adalah pembelajaran yang menggunakan guru
sebagai sumber belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung adalah
pembelajaran dengan guru memberikan informasi kepada siswa melalui
ceramah. Kondisi yang demikian membuat partisipasi siswa menjadi sangat
minim karena sebagian besar waktunya dalam pembelajaran IPS dihabiskan
untuk mendengar ceramah guru, sehingga siswa akan merasa bosan dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa sering mengobrol dan bermain dengan teman
sewaktu kegiatan pembelajaran. Keadaan yang demikian akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, termasuk keterampilan belajar siswa.
Keterampilan belajar adalah salah satu hasil belajar yang pencapaiannya
melibatkan kekuatan otot dalam gerakan anggota tubuh dan otak.
Pembelajaran berbasis guru seperti keadaan di atas adalah pembelajaran
yang didominasi oleh guru tanpa memperhatikan interaksi siswa. Guru
menghabiskan waktu dalam pembelajaran hanya untuk memberikan
penjelasan saja, sehingga interaksi siswa dalam pembelajaran sangat dibatasi
karena penjelasan guru melalui ceramah. Guru pada akhirnya hanya akan
menilai hasil belajar dari pengetahuan saja, tanpa melakukan penilaian pada
proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang
bersikap objektif dan rasional serta memberikan keterampilan proses agar
siswa secara aktif menemukan dan mengkonstruk konsep dan prinsip.
Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik yang berlangsung
berpusat pada aktivitas siswa. Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah
sebagai berikut: a) mengamati gambar pemukiman penduduk, b) menanya
permasalahan yang muncul dari pemukiman yang padat penduduk, c)
menyimak teks tentang pemukiman padat penduduk “sempitnya ruang gerakku”, d) menyimak teks jenis-jenis masalah sosial “masalah-masalah di sekitar kita”, e) mengumpulkan bentuk masalah sosial di lingkungan, f) mengklasifikasikan bentuk masalah sosial sesuai jenisnya, g) menganalisis
cara mengatasi masalah sosial sesuai jenisnya, h) menarik kesimpulan, dan i)
mempresentasikan hasil diskusi tentang cara mengatasi masalah sosial.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik guru
diharapkan untuk melakukan penilaian tidak hanya pada aspek pengetahuan
siswa saja, namun juga keterampilan belajarnya melalui. Penilaian terhadap
keterampilan belajar dalam pembelajaran ini menngunakan instrumen sebagai
berikut: 1) terampil melihat gambar, 2) terampil mendengar penjelasan, 3)
terampil bertanya, 4) terampil menyimak teks, 5) terampil mengumpulkan
informasi, 6) terampil mengklasifikasikan, 7) terampil menganalisis, 8)
terampil menyimpulkan, dan 9) terampil menjelaskan. Skor keterampilan
belajar IPS diperoleh dari hasil pengukuran keterampilan belajar IPS berupa
jumlah melakukan aktivitas keterampilan belajar IPS. Secara rinci dapat
Pembelajaran tanpa pendekatan saintifik
KD: Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya.
KD: Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. masalah sosial “masalah-masalah
di sekitar kita”.
Gambar 2.1.
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah “terdapat pengaruh yang positif pendekatan
pembelajaran saintifik terhadap keterampilan belajar IPS siswa kelas 4A SDN