• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik terhadap Keterampilan Belajar IPS Siswa Kelas 4A SDN Bringin 01 Kabupaten Semarang S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik terhadap Keterampilan Belajar IPS Siswa Kelas 4A SDN Bringin 01 Kabupaten Semarang S"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPS

Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa “pembelajaran

IPS adalah pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui

pembelajaran IPS siswa diberikan pembelajaran mengenai

fenomena-fenomena atau masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungannya dan

diharapkan siswa mampu menganalisis kondisi sosial di masyarakat yang

nantinya akan dijadikannya bekal untuk memasuki kehidupan

bermasyarakat. Pada tahap SD, siswa diberikan pembelajaran IPS dengan

muatan disiplin ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi sebagai

bekal memasuki kehidupan bermasyarakat, sehingga ruang lingkup

pembelajaran IPS di SD hanya berisikan : 1) manusia, tempat, dan

lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan

budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas nomor 22

tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah).

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran

IPS di SD adalah

siswa mempunyai kemampuan-kemampuan dalam mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas, hendaknya

(2)

mengenalkan siswa dengan konsep-konsep yang ada di lingkungan dan

kehidupan masyarakat melalui cara yang mendorong siswa untuk berfikir

logis dan kritis untuk menemukan permasalahan sosial yang terjadi serta

menemukan solusi dalam permasalahan tersebut yang mendorong

munculnya kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan yang nantinya akan dijadikan bekal dalam berkomunikasi,

bekerjasama, dan berkompetisi di dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam pembelajaran IPS, demi tercapainya tujuan pembelajaran

maka disusunlah pedoman yang dalam Permendiknas nomor 22 tahun

2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

yang disebut dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).

Standar kompetensi (SK) adalah “ukuran kemampuan minimal yang

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai,

diketahui, dan mahir dilakukan oleh siswa pada setiap tingkatan dari suatu

materi yang diajarkan”, sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah “penjabaran standar kompetensi siswa yang cakupan materinya lebih sempit”. Dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas 4 SD semester II,

dirumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai pedoman

mencapai tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:

Tabel 2.1.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPS SD kelas 4 semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi

di lingkungan

kabupaten / kota dan provinsi.

2.1.Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.

2.2.Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.3.Mengenal perkembangan teknologi produksi

komunikasi dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya.

2.4.Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Sumber : Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan

(3)

2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Pendekatan pembelajaran saintifik pertama kali muncul pada tahun

1939, yaitu Almadk (1939) yang mengatakan bahwa”metode ilmiah

adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,

pengesahan dan penjelasan kebenaran”. Permendikbud No. 65 tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah

mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran perlu dipandu dengan

pendekatan ilmiah/saintifik. Daryanto (2014:51) mendefinisikan bahwa “pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum

atau prinsip”. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan

pembelajaran saintifik guru hanya sebagai pemberi fasilitas dalam

pembelajaran agar siswa mampu mengkonstruksi konsep, hukum atau

prinsip dengan kemampuan mereka.

Sependapat dengan itu, Kurniasih, Imas, dkk (2014:29-30)

mengartikan pendekatan pembelajaran saintifik adalah “pembelajaran

yang memberikan siswa kesempatan berperan secara aktif membangun

konsep, hukum atau prinsip dengan melibatkan keterampilan proses dalam

kegiatan pembelajaran”. Pembelajaran yang berlangsung hendaknya

memfasilitasi dan mendorong siswa untuk mencari tahu informasi dari

berbagai sumber, bukan diberi tahu oleh guru.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh H.Nurul dalam Marjan,

Johari (2014:4) yang menyebutkan pembelajaran berpendekatan saintifik

merupakan “pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan

inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu

maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan

pembelajaran”. Dengan demikian tugas guru adalah mengarahkan proses

belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep

dan prinsip yang didapatkan siswa. Dari beberapa pendapat di atas

disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah

pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menggunakan pendekatan

(4)

memberikan keterampilan proses agar siswa secara aktif menemukan dan

mengkonstruk konsep dan prinsip.

Dalam Permendikbud RI No. 81A tahun 2013 lampiran IV tentang

implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai

prinsip-prinsip:

a. Berpusat pada siswa.

b. Mengembangkan kreativitas siswa.

c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.

d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.

e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran saintifik tersebut

perlu dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang

menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Tujuan dari penggunaan

pendekatan pembelajaran saintifik menurut Kurniasih, Imas (2014:33-34)

adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih siswa mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

f. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Selain tujuan pendekatan pembelajaran saintifik di atas, Daryanto

(2014:54) juga menyebutkan bahwa “tujuan pendekatan pembelajaran

saintifik adalah agar terjadi peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan siswa untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang

memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak”.

Demi mewujudkan prinsip-prinsip serta mencapai tujuan dari

(5)

pendekatan pembelajaran saintifik. Dalam Permendikbud RI No. 81A

tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum

Pembelajaran (2013:35) pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai

langkah-langkah yaitu:

 Mengamati, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan menemukan masalah dan informasi melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat dengan atau tanpa alat peraga.  Menanya, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan

kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

 Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan mengumpulkan informasi dengan cara melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, maupun wawancara dengan nara sumber.

 Mengasosiasi, adalah kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan.

 Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan menyampaikan kseimpulan hasil pengamatan berdasarkan hasil analisis secara lisan maupun tertulis.

Selain itu, Kurniasih, Imas (2014:38-53) menyebutkan bahwa

pendekatan pembelajaran saintifik dapat dilaksanakan dengan

langkah-langkah seperti berikut:

 Mengamati (observasi), yaitu kegiatan menemukan fakta tentang hubungan keterkaitan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.

 Menanya, adalah kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.

 Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

 Mengasosiasikan, adalah kegiatan menemukan keterkaitan dan pola satu informasi dengan informasi lainnya.

(6)

 Mengkomunikasikan, adalah kegiatan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.

Sependapat dengan itu, Daryanto (2014:60-80) menyebutkan bahwa

pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai langkah-langkah sebagai

berikut:

 Mengamati, adalah kegiatan mencari dan menemukan fakta keterkaitan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.

 Menanya, yaitu kegiatan memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat.

 Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

 Mengasosiasikan, adalah kegiatan memproses informasi yang sudah dikumpulkan.

 Menarik kesimpulan, adalah kegiatan membuat kesimpulan berdasarkan data atau informasi yang telah diolah.

 Mengkomunikasikan, adalah kegiatan siswa menyampaikan tentang apa saja yang telah mereka pelajari.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa

langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik adalah:

 Mengamati (kegiatan mencari dan menemukan fakta melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat dengan atau

tanpa alat peraga).

 Menanya ( kegiatan siswa bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dibaca, atau dilihat).

 Mengumpulkan informasi (kegiatan menggali dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara).

 Mengasosiasikan (kegiatan mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan).

 Menarik kesimpulan (kegiatan membuat kesimpulan berdasarkan

(7)

 Mengkomunikasikan (kegiatan siswa menyampaikan apa saja yang

telah mereka terima dari pembelajaran).

Pada keenam langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan

pembelajaran saintifik, pada dasarnya untuk mengembangkan

keterampilan berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan yang

muncul dari pengamatan pada hakekatnya untuk mendalami atau

memperluas ilmu. Oleh karena itu, dalam proses pendalaman mencakup

aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk meyakinkan bahwa

ilmu pengetahuan yang telah siswa ketahui teruji kebenarannya. Eksplorasi

dalam pendekatan pembelajaran saintifik adalah kegiatan pembelajaran

mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi. Elaborasi dalam

pendekatan pembelajaran saintifik adalah kegiatan pembelajaran

mengasosiasikan. Konfirmasi dalam pendekatan pembelajaran saintifik

adalah kegiatan pembelajaran menarik kesimpulan, dan

mengkomunikasikan.

2.1.3. Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar merupakan salah satu aspek untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mencakup beberapa aspek,

yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Pendapat

Benyamin S.Bloom yang kemudian direvisi oleh Krathwoll pada tahun

2001 dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012:94-134) menyatakan

bahwa

aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan pemerolehan pengrtahuan dan penalaran yang terdiri dari

(8)

Benyamin S.Bloom dalam Sudrajat, Akhmad (2008:2)

mendefinisikan bahwa “keterampilan psikomotorik adalah hasil belajar

yang pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot

dan kekuatan fisik”. Sependapat dengan itu, Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012:134) mendefinisikan bahwa “keterampilan psikomotor adalah

keterampilan melakukan kegiatan yang melibatkan anggota badan/gerak

fisik”. Dalam hal ini semua perubahan yang nampak pada siswa pada saat

pembelajaran yang melibatkan adanya gerakan dari anggota tubuh atau

anggota gerak siswa merupakan suatu pencapaian dari tujuan

pembelajaran pada aspek psikomotor. Sependapat dengan itu, Djemari M.

(2004: 4-5) mendefinisikan bahwa keterampilan ranah psikomotorik

adalah keterampilan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau

tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Hal ini

berarti bahwa keterampilan belajar adalah keterampilan yang memerlukan

koordinasi antara otot pada anggota gerak tubuh dan otak. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa keterampilan belajar adalah

salah satu hasil belajar yang pencapaiannya melibatkan kekuatan otot

dalam gerakan anggota tubuh dan otak.

Demi tercapai tujuan pembelajaran pada keterampilan belajar siswa,

dibuatlah kata kerja operasional (KKO) sebagai indikator dari

ketercapaiann tujuan pembelajaran keterampilan belajar siswa. Menurut

Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay dalam Wardani, Naniek

Sulistya, dkk (2012:115-116)keterampilan belajar dibagi seperti berikut:

a. Persepsi : menunjukkan kepada proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, membau, serta gerak dari urat syaraf kita. Demi tercapainya keterampilan belajar kategori persepsi diterapkan kata kerja operasional seperti: melihat, mendengar, menyentuh, mengecap, membau, memegang.

(9)

melakukan, menimbang, mengerjakan, menjawab, memecahkan, memperlihatkan.

c. Respon terpimpin : dengan persepsi dan kesiapan di atas, mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan. Dalam keterampilan belajar kata kerja operasional yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah: menirukan, meragakan, menggerakkan, menggunakan, memisahkan, mengubah, menyusun, membuat, merangkaikan, menyingkat, menyimpulkan.

d. Mekanisme: penggunaan sejumlah skill dalam dalam aktivitas yang kompleks meliputi 1, 2, dan 3 di atas. Dalam keterampilan belajar kategori mekanisme ini kata kerja operasional yang dapat diterapkan adalah memilih, menentukan, memasang, menggunakan, memperbaiki, melakukan, mengubah, menyusun, membentuk.

e. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan pengalaman 1, 2, 3, dan 4 di atas, penggunaan perencanaan tes, mengembangkan model. Dalam keterampilan belajar kategori respons yang kompleks dapat digunakan kata kerja operasional seperti menyesuaikan, merencanakan, menggunakan, melakukan, melaporkan, dan menjelaskan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam rangka untuk mengetahui tingkat ketercapaian keterampilan

belajar, perlu diadakan pengukuran. Menurut Wardani, Naniek Sulistya,

dkk (2012:60) pengukuran adalah “proses penetapan angka bagi suatu gejala untuk memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan

karakteristik pada seorang siswa menurut aturan tertentu”.

Dalam pengukuran terdapat dua teknik yang digunakan, yaitu teknik

tes dan non tes. Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk

(2012:70) mendefinisikan bahwa teknik tes adalah suatu pernyataan/tugas

atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi

tentang atribut pendidikan, setiap butir pernyataan tersebut mempunyai

jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Teknik tes digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa yang bersifat kuantitatif, yaitu aspek kognitif

siswa. Sedangkan teknik non tes menurut Wardani, Naniek Sulistya, dkk

(2012:73) adalah teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes

dan menggunakan pengamatan secara teliti tanpa menguji siswa dan tidak

(10)

Pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran pada aspek

keterampilan belajar menggunakan teknik non tes karena data yang

diperoleh bersifat kualitatif tanpa adanya pernyataan benar atau salah.

Teknik pengukuran non tes mempunyai beberapa cara seperti :  Pengamatan

Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:2) mengartikan bahwa

pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan

sasaran pengamatan. Lembar pengamatan dapat berbentuk daftar

periksa/check list, skala penilaian (rating scale), dan portofolio. Daftar

periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya

tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan

aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan

untuk menilai unjuk kerja siswa atau menilai kualitas pelaksanaan

aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu,

misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa

yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan

kemampuan siswa dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi

tertentu.

 Wawancara

Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:11) mendefinisikan bahwa

wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak

dengan nara sumber, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang

telah ditentukan.

 Angket

Yusuf dalam Mangelep, Navel, O (2012:13) menyatakan bahwa

kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan

dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.

(11)

Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:21) mengartikan bahwa

pemeriksaan dokumen adalah cara memperoleh data dengan cara

memeriksa daftar riwayat hidup untuk mendapatkan informasi guna

melakukan evaluasi tercapainya hasil belajar siswa.  Studi kasus.

Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:21) mengartikan bahwa

studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara

terus menerus untuk melihat perkembangannya.

Pengukuran keterampilan belajar IPS pada pembelajaran IPS yang

menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik menggunakan teknik

pengamatan berupa lembar pengamatan daftar periksa/check list yang

berisi sembilan indikator keterampilan belajar IPS yang diperoleh dari kata

kerja operasional yang disampaikan oleh Norman E. Grounlund dan R.W.

de Maclay.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun

penelitian yang terdahulu di antaranya sebagai berikut:

E-jurnal program pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

program studi pendidikan dasar (Volume 4 Tahun 2014) yang ditulis oleh Ida

Ayu Km Mirah Wartini, I Wayan Lasmawan, A.A.I.N Marhaeni pada tahun

2014 yang berjudul “Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap

Sikap Sosial dan Hasil Belajar PKN di Kelas VI SD Jembatan budaya, Kuta.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan saintifik mampu meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar PKn

siswa kelas VI SD Jembatan budaya, Kuta. Dalam hal hasil belajar PKn,

kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya perbedaan rata-rata skor hasil

belajar PKn siswa pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan

pembelajaran berbasis guru. Pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik

rata-rata skor hasil belajar PKn sebesar 33,87, sedangkan rata-rata skor hasil

(12)

kelebihan dalam penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik dalam

pembelajaran yang memberikan pengaruh positif bagi hasil belajar siswa.

Namun terdapat kelemahan dalam penelitian ini, yaitu penelitian tidak

melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang muncul pada

saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran dengan

pendekatan saintifik. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilaksanakan akan

melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa.

Jurnal pendidikan teknik elektro volume 03 nomor 02 tahun 2014

Universitas Negeri Surabaya yang dilaksanakan oleh Nurul Hidayati dan Endyansyah yang berjudul “pengaruh penggunaan pendekatan ilmiah (scientific approach ) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas

XII TITL 1 SMK Negeri 7 Surabaya pada standar kompetensi mengoperasikan sistem kendali elektromagnetik” pada tahun 2014. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada standar kompetensi mengoperasikan sistem kendali

elektromagnetik. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai thitung sebesar 12,656

dengan signifikansi 0,000. Kelebihan lain adalah pada analisis respon siswa

terhadap pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang didapat dari angket

diperoleh rata-rata tiap indikator sebesar 82,56%, sehingga dapat diartikan

respon siswa tinggi. Namun pada penelitian ini terdapat kelemahan, yaitu

tidak adanya penilaian ranah psikomotor atau keterampilan belajar siswa yang

sebenarnya dapat terlihat pada saat siswa mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan saintifik. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilaksanakan akan

menilai keterampilan belajar siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan

saintifik atau pendekatan ilmiah.

E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yang dilaksanakan oleh Johari Marjan pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh pembelajaran pendekatan saintifik terhadap hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat”. Dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil

(13)

skor hasil belajar pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebesar

69,43 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 92. Sedangkan rata-rata

skor hasil belajar pada pembelajaran langsung sebesar 51,48 dengan nilai

minimum 24 dan nilai maksimum 80. Dari segi keterampilan proses sains

dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik menunjukkan nilai rata-rata

73,93 dengan nilai minimum 32 dan nilai maksimum 100. Sedangkan

keterampilan proses sains dalam kegiatan pembelajaran langsung

menunjukkan nilai rata-rata sebesar 64,24 dengan nilai minimum 23 dan nilai

maksimum 96.

2.3. Kerangka Berpikir

Pada masa sekarang pembelajaran IPS yang berlangsung dalam

kegiatan pembelajaran di SD adalah pembelajaran yang menggunakan guru

sebagai sumber belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung adalah

pembelajaran dengan guru memberikan informasi kepada siswa melalui

ceramah. Kondisi yang demikian membuat partisipasi siswa menjadi sangat

minim karena sebagian besar waktunya dalam pembelajaran IPS dihabiskan

untuk mendengar ceramah guru, sehingga siswa akan merasa bosan dalam

mengikuti pembelajaran. Siswa sering mengobrol dan bermain dengan teman

sewaktu kegiatan pembelajaran. Keadaan yang demikian akan berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa, termasuk keterampilan belajar siswa.

Keterampilan belajar adalah salah satu hasil belajar yang pencapaiannya

melibatkan kekuatan otot dalam gerakan anggota tubuh dan otak.

Pembelajaran berbasis guru seperti keadaan di atas adalah pembelajaran

yang didominasi oleh guru tanpa memperhatikan interaksi siswa. Guru

menghabiskan waktu dalam pembelajaran hanya untuk memberikan

penjelasan saja, sehingga interaksi siswa dalam pembelajaran sangat dibatasi

karena penjelasan guru melalui ceramah. Guru pada akhirnya hanya akan

menilai hasil belajar dari pengetahuan saja, tanpa melakukan penilaian pada

proses pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang

(14)

bersikap objektif dan rasional serta memberikan keterampilan proses agar

siswa secara aktif menemukan dan mengkonstruk konsep dan prinsip.

Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik yang berlangsung

berpusat pada aktivitas siswa. Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah

sebagai berikut: a) mengamati gambar pemukiman penduduk, b) menanya

permasalahan yang muncul dari pemukiman yang padat penduduk, c)

menyimak teks tentang pemukiman padat penduduk “sempitnya ruang gerakku”, d) menyimak teks jenis-jenis masalah sosial “masalah-masalah di sekitar kita”, e) mengumpulkan bentuk masalah sosial di lingkungan, f) mengklasifikasikan bentuk masalah sosial sesuai jenisnya, g) menganalisis

cara mengatasi masalah sosial sesuai jenisnya, h) menarik kesimpulan, dan i)

mempresentasikan hasil diskusi tentang cara mengatasi masalah sosial.

Dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik guru

diharapkan untuk melakukan penilaian tidak hanya pada aspek pengetahuan

siswa saja, namun juga keterampilan belajarnya melalui. Penilaian terhadap

keterampilan belajar dalam pembelajaran ini menngunakan instrumen sebagai

berikut: 1) terampil melihat gambar, 2) terampil mendengar penjelasan, 3)

terampil bertanya, 4) terampil menyimak teks, 5) terampil mengumpulkan

informasi, 6) terampil mengklasifikasikan, 7) terampil menganalisis, 8)

terampil menyimpulkan, dan 9) terampil menjelaskan. Skor keterampilan

belajar IPS diperoleh dari hasil pengukuran keterampilan belajar IPS berupa

jumlah melakukan aktivitas keterampilan belajar IPS. Secara rinci dapat

(15)

Pembelajaran tanpa pendekatan saintifik

KD: Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi

serta pengalaman menggunakannya.

KD: Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. masalah sosial “masalah-masalah

di sekitar kita”.

Gambar 2.1.

(16)

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang

dapat dirumuskan adalah “terdapat pengaruh yang positif pendekatan

pembelajaran saintifik terhadap keterampilan belajar IPS siswa kelas 4A SDN

Gambar

Tabel 2.1.
gambar (p1)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah (1) Penerapan model RBL dengan pendekatan Saintifik terdiri dari enam langkah pembelajaran yaitu: a) Exposure Stage disertai observing , b)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pendekatan saintifik dengan media grafis dilaksanakan dengan langkah-langkah: (a) mengamati media grafis, (b) menanya

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan santifik dengan model.. pembelajaran Think Talk Write untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang di. tekankan adalah hasil

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik dengan media grafis untuk meningkatkan hasil belajar IPS dalam materi aktivitas

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian dapat lebih terarah sehingga permasalahan dibatasi pada eksperimentasi pengaruh pendekatan saintifik melalui

Berdasarkan permasalah tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui signifikansi pengaruh penggunaan pendekatan saintifik melalui model Problem Based

Pengembangan Bahan Ajar Tematik Integratif Subtema 1 Tema 7 Berdasarkan Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar.. Program Studi PGSD Universitas Kristen

Oleh karena itu, penerapan pendekatan saintifik melalui model discovery learning dengan permainan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dan bersifat menyenangkan