• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 7e553b4444 BAB III03 Arahan Pengembangan RTRW KSB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 7e553b4444 BAB III03 Arahan Pengembangan RTRW KSB"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-2 Pada bab ini ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW

Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada

RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan

kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan

spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan

khusus, antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota tersebut

termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).

3.1 Arahan RTRW Nasional

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

A. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

A. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan

ekspor-impor yang mendukung PKN,

B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang

melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

A. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan

negara tetangga,

B. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,

C. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan

wilayah sekitarnya, dan/atau

D. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

A. Pertahanan dan keamanan,

1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara

(3)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-3 geostrategi nasional,

2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan

amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem

persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

3) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

B. Pertumbuhan Ekonomi

1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional,

3) memiliki potensi ekspor,

4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan nasional,

7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal

C. Sosial Budaya

1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional,

2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

4) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional,

5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

D. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi 1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi, sumber daya alam strategis

nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

3) memiliki sumber daya alam strategis nasional

4) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

5) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

6) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

E. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan

(4)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-4 3) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara,

4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualita lingkungan hidup

6) rawan bencana alam nasional

7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas

terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah

(PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Provinsi NTB memiliki Kota

Mataram yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW) Praya, Raya, Sumbawa Besar.

3.2 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB)

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah

Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk

penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah rencana struktur dan rencana pola ruang.

Berikut akan dipaparkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang di Provinsi NTB

3.2.1 Arahan Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Rencana Struktur ruang yang ditetapkan pada RTRW Provinsi NTb terbagi menjadi 2 (dua),

yaitu: a. Rencana sistem perkotaan dan Rencana sistem jaringan:

- Rencana Sistem Perkotaan:

Sistem perkotaan terdiri dari sistem perkotaan nasional yang ada di wilayah provinsi

terdiri dari PKN dan PKW, dan sistem perkotaan wilayah provinsi yaitu PKL.Sistem

perkotaan nasional yang ada di provinsi NTB terdiri dari PKN berada di Mataram dan

PKW berada di Praya, Sumbawa Besar, dan Raba. Ibukota kabupaten lainnya

dijadikan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Gerung,

Tanjung, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha. Sistem perkotaan provinsi PKL

berada di Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik,

(5)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-5 Sistem perkotaan kabupaten/kota yaitu Pusat Pelayanan Lokal (PPL). PPL

ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota berdasarkan usulan pemerintah kecamatan dan memperhatikan

potensi wilayah. PPL memiliki kriteria

1. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan;

dan/atau

2. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/ kelurahan.

- Rencana Sistem Jaringan:

Rencana system jaringan yang diatur di Provinsi NTB meliputi sistem jaringan

transportasi;, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi,

sistem jaringan sumber daya air, sistem jaringan persampahan dan sistem jaringan

sanitasi. Berikut akan dipaparkan rencana system jaringan.

1. Sistem Jaringan Transportasi

A. Sistem jaringan transportasi nasional yang ada di wilayah provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) terdiri dari sistem transportasi darat, laut dan udara,

meliputi:

1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan

jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan;

2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan

prasarana lalu lintas angkutan jalan;

3) jaringan jalan nasional terdiri dari jalan arteri primer dan jalan kolektor primer;

4) jaringan prasarana terdiri dari Terminal Penumpang Kelas A berada di

Mataram, Gerung, Sumbawa Besar dan Raba;

5) pelabuhan pengumpul berada di Lembar, Labuhan Lombok, dan Bima;

6) pelabuhan penyeberangan lintas provinsi berada di Lembar, Bima dan Sape;

7) pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berada di Teluk Awang;

8) bandar udara pusat pengumpul skala sekunder berada di Selaparang/Praya;

dan

9) bandar udara pusat pengumpul skala tersier berada di Muhammad

(6)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-6 B. Sistem jaringan transportasi provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari sistem

transportasi darat, laut dan udara, meliputi:

1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan

jaringan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP);

2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan

prasarana lalu lintas angkutan jalan;

3) jaringan jalan provinsi, meliputi: jalan lintas utama Pulau Lombok, jalan lintas

utama Pulau Sumbawa, jalan lintas utara Pulau Lombok, jalan lintas selatan

Pulau Lombok, jalan lintas utara Pulau Sumbawa dan jalan lintas selatan

Pulau Sumbawa;

4) jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan, meliputi: terminal penumpang

Kelas B berada di Tanjung, Praya, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha;

5) pelabuhan pengumpan berada di Bangsal Pemenang, Labuhan Haji, Tanjung

Luar, Benete, Badas, Calabai, Kempo, Waworada, Cempi, dan Sape;

6) pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota berada di Labuhan Lombok,

Telong-elong, Pototano, Benete, Pulau Moyo, Lua Air;

7) pelabuhan khusus penumpang berada di pesisir pantai Kota Mataram; dan

8) bandar udara pusat pengumpan berada di Brang Biji dan Sekongkang.

C. Mengembangkan sarana prasarana transportasi laut pendukung ALKI II (Alur

Laut Kepulauan Indonesia) yang melintasi Selat Lombok.

2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Pembangkit tenaga listrik yang saat ini terdapat di Provinsi Nusa Tenggra Barat

(NTB) terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit

Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), Pembangkit Listrik Tenaga

Arus Laut (PLTAL), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE).

Berikut adalah arahan lokasi pusat pembangkit listrik di Provinsi NTB. Tabel 3.1 Arahan Sistem Pembangkit Listrik di Provinsi NTB NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi

1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

- PLTD Ampenan (Kota Mataram), - PLTD Taman (Kota Mataram),

(7)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-7 NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi

- PLTD Gili Air (Kab. Lombok Utara), - PLTD Gili Meno (Kab. Lombok Utara), - PLTD Maringkik (Kab. Lombok Timur), - PLTD Taliwang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Klawis (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Sekongkang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Labuhan I (Kab. Sumbawa),

- PLTD Alas I (Kab. Sumbawa), - PLTD Sebotok (Kab. Sumbawa),

- PLTD Labuhan Haji (Kab. Lombok Timur), - PLTD Lebin (Kab. Sumbawa),

- PLTD Bugis Medang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lunyuk (Kab. Sumbawa),

- PLTD Empang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lantung (Kab. Sumbawa), - PLTD Mamak (Kab. Sumbawa), - PLTD Dompu (Kab. Dompu), - PLTD Kempo (Kab. Dompu), - PLTD Kwangko (Kab. Dompu), - PLTD Pekat (Kab. Dompu),

- PLTD Sampungu (Kab. Bima), - PLTD Sape (Kab. Bima), - PLTD Monta (Kab. Bima), - PLTD Kore (Kab. Bima), Pembangkit Listrik Tenaga

Uap (PLTU)

- PLTU Jeranjang (Kabupaten Lombok Barat) - PLTU IPP Tahap I (Kab. Lombok Timur ) - PLTU IPP Tahap II (Kab. Lombok Barat) - PLTU Loan (Kab. Lombok Timur)

- PLTU IPP Alas (Kab. Sumbawa) - PLTU APLN (Kab. Bima)

- PLTU Bonto (Kota Bima) Pembangkit Listrik Tenaga

Bayu (PLTB)

Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, dan Bima

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

- PLTA Kokoq Putih (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Muntur (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Pekatan (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Brangbeh (Kabupaten Sumbawa) - PLTA Batulanteh (Kabupaten Sumbawa) Pembangkit Listrik Tenaga

Mikro Hidro (PLTMH)

Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah Lombok Timur,

Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, dan Bima Pembangkit Listrik Tenaga

Surya (PLTS)

Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok

Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Bima.

(8)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-8 NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi

Panas Bumi (PLTPB)

- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Maronge (Kabupaten

Sumbawa). Pembangkit Listrik Tenaga

Gelombang Laut (PLTGL)

Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Bima.

Seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Nusa Tenggara Barat

Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat 2009 - 2029

3. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pada system jaringan telekomunikasi telah direncanakan lokasi dan lokasi yang ada akan dipertahankan. Pada perencanaan lokasi mengenai system jatingan

telekomunikasi yang ditetapkan oleh RTRW Provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Telekomunikasi Provinsi NTB NO Jenis Jariingan Lokasi

Jaringan Mikro Digital Perkotaan

Di wilayah Kota Mataram yaitu Selagalas-Mataram sepanjang 6 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Barat

 Batulayar-Lembah Sari sepanjang 4 km dan Batulayar- Senteluk sepanjang 2 km.

 Gerung-Kebon Ayu

 Gunungsari-Dopang, Gunungsari-Guntur Macan (2km),

 Gunungsari-Kekeri (5km), Gunungsari-Mambalan (3km), Gunungsari-Mekarsari (1,5 km),

Gunungsari- Penimbung (3 km).

 Kayangan ke masing-masing: Dangiang (2 km), Gumantar (4 km), Salut ( 3 km).

(9)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-9 NO Jenis Jariingan Lokasi

Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Utara

 Bayan-Sambik Elen sepanjang 7 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Tengah

 Batukliang-Tampaksiring sepanjang 3 km.  Batukliang Utara ke masing-masing: Aik Berik (3

km), Aik Bukaq (2 km), Karang Sidemen (3 km), Lantan (2 km), Mas-mas (3 km) dan Setiling (3,5 km).

 Janapria-Selebung Rembiga sepanjang 6 km.  Kopang-Lendang sepanjang 4 km.

 Praya ke masing-masing: Mertak Tombok (6 km) dan Semayan (3 km)

 Praya Barat-Banyu Urip sepanjang 3 km.  Praya Barat Daya ke masing-masing : Kabul (3

km) dan Montong Sapah (3,5 km).

 Praya Tengah ke masing-masing: Beraim (6 km),  Gerantung (7 km), Lajut (3 km), Pejanggik (2 km),

dan Sasake (2,5 km).

 Peringgarata ke masing-masing: Murbaya (2 km), dan Sepakek (2,5 km).

 Jerowaru-Sepapan sepanjang 6 km.  Keruak-Mendana sepanjang 3 km.

 Masbagik-Masbagik Utara sepanjang 2 km  Sembalun-Sambelia sepanjang 20 km. Jaringan Mikro

Digital Perkotaan di Kabupaten

Sumbawa

 Alas ke masing-masing: Juru Mapin (4 km), Labuan Burung (7 km), Matemega (6 km) dan Tarusa (6 km).

 Badas-Labuan Aji sepanjang 6 km.

 Batu Lanteh ke masing-masing: Bao Desa ( 6 km) dan Batu Dulang (10 km).

 Empang ke masing-masing: Batu Lanteh (5 km), Labuan Aji (8 km), Labuan Jambu (100 km), Mata (21 km) dan Tolo Oi (27 km).

 Labuan Badas ke masing-masing: Moyo Medang (24 km) dan Labuan Aji (16 km).

 Lape Lopok-Labuan Kuris/Labuan Terata sepanjang 8,5 km.

 Lunyuk ke masing-masing: Jamu (4 km), Mungkin (4,5 km) dan Kelais (6 km).

(10)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-10 NO Jenis Jariingan Lokasi

 Rhee-Rhee Loka sepanjang 1,5 km.

 Sumbawa ke masing-masing: Jorok (1,5 km), Kerato (2 km), Kerekeh (3 km) dan Pelat (4,5 km).  Utan-Labuan Bajo sepanjang 1,5 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten

Sumbawa Barat

 Sekongkang ke masing-masing: Ai Kangkung (13 km) dan Tatar (11 km)

 Seteluk-UPT Tambak Sari sepanjang 7,5 km.  Taliwang-Sampir sepanjang 4 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Dompu

 Dompu-Ambalawi sepanjang 40 km.

 Kempo ke masing-masing: Kesi (24 km), So Nggaja (38 km) dan Tolokalo (29 km).

 Kilo ke masing-masing Karama (21 km) dan Kiwu (28 km)

 Manggalewa-Nangatumpu sepanjang 30 km  Pajo-UPT Woko sepanjang 20 km

 Pekat ke masing-masing: Pancasila (15 km) dan Tambora (20 km).

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Bima dan Kota Bima

 Ambalawi ke masing-masing: Kole (2 km), Mawu (4 km), Rite (6 km) dan Talapati (9 km). Lambuwu ke masing-masing : Hidirasa (3 km), Kaleo (5 km), Lambo (3 km), Mangga (4 km) dan Nggelu (7 km).

 Langgudu ke masing-masing : Doro O’o (3,5 km), Dumu (6 km, Kalodu (9 km), Kangga (4 km), Karampi (13 km), Kawuwu (16 km), Rumpe (19 km), UPT Doro O’o (23 km), UPT Laju (21 km), UPT Waworada (24 km), dan Waduroka (2 km).  Madapangga ke masing-masing: Mpuri (4 km),

Ndano (11 km), Tonda (3 km) dan Woro (11 km).  Monta ke masing-masing : Pela (3 km) dan Tolo

Oi (6 km).

 Soromandi ke masing-masing: Sai (3 km) dan Sampungu (6 km).

 RasanaE Barat ke masing-masing: SambinaE (3 k m), dan Santi (6 km).

 RasanaE Timur ke masing-masing: Kendo (6 km), Lampe (8 km), Nitu (S15 km), Ntobo (16 km), Nungga (10 km) dan PananaE (13 km).  Sanggar-Oesaro sepanjang 7 km.

(11)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-11 NO Jenis Jariingan Lokasi

(21 km).

 Tambora ke masing-masing: Kawinda NaE (9km), Kawinda Toi (12 km), Labuhan Kenanga (16 km) dan Oi Panihi (19 km).

 Wawo ke masing-masing : Kaboro (4 km), Kawa (6 km), Kuta (7 km), Ntori (8 km), Raba (11 km), Sambori (13 km) dan Tarlawi (19 km).

 Wera ke masing-masing: Bala (14 km) dan Oitui (17 km);

 Woha ke masing-masing: Rabakodo (8 km) dan Waduwani (17 km).

Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2010 – 2030 4. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Rencana pengelolaan sistem jaringan prasarana sumberdaya air wilayah provinsi terdiri dari

sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah provinsi dan rencana

pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi.

Pada Sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa

Tenggara Barat meliputi :

A. Wilayah Sungai (WS) strategis nasional adalah WS Pulau Lombok yang meliputi

Daerah Aliran sungai (DAS) Dodokan, DAS Menanga, DAS Putih dan DAS Jelateng;

B. Sistem jaringan irigasi nasional meliputi: Bendungan Batujai, Bendungan Pengga,

Bendungan Mamak, Bendungan Batu Bulan, Bendungan Tiu Kulit, Bendungan Gapit,

Bendungan Pelaparado, Bendungan Sumi, dan Bendungan Plara; dan

C. Daerah Irigasi (DI) nasional meliputi : DI nasional lintas kabupaten/kota dan DI

nasional utuh kabupaten/kota.

Sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi NTB terdiri dari :

A. WS Lintas kabupaten/kota meliputi WS Sumbawa dan WS Bima- Dompu;

B. sistem jaringan irigasi provinsi meliputi bendungan, bendung, jaringan saluran irigasi,

dan daerah irigasi; dan

C. sistem jaringan air bersih provinsi meliputi jaringan perpipaan air minum, saluran

perpipaan air baku, dan instalasi air minum.

WS Sumbawa meliputi: DAS Moyo Hulu, DAS Rhee, DAS Jereweh, DAS Beh, DAS Bako,

DAS Ampang, dan DAS Moyo. WS Bima-Dompu meliputi: DAS Baka, DAS Hoddo, DAS

Banggo, DAS Parado, DAS Rimba dan DAS Sari.

5. Sistem Jaringan Persampahan

Sistem jaringan prasarana persampahan Provinsi NTB meliputi:

A. Tempat Pembuangan Akhir Kebon Kongok (Kab. Lombok Barat) dengan sistem

(12)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-12 B. Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir lintas kabupaten/kota lainnya.

6. Sistem Jaringan Sanitasi

Sistem jaringan prasarana sanitasi wilayah Provinsi NTB meliputi :

A. sistem perpipaan air limbah provinsi di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian

wilayah Kabupaten Lombok Barat);

B. instalasi pengolahan air limbah di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian

wilayah Kabupaten Lombok Barat); dan

C. pengembangan instalasi pengolahan air limbah lintas kabupaten/kota

D. lainnya.

Pada subbab ini memiliki muatan rencana kawasan lindung dan budidaya yang direncanakan

pada Provinsi NTB. Berikut akan dijelaskan rencana yang ditetapkan.

- Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Kawasan lindung nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi:

1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya nasional meliputi Hutan Lindung, dan Kawasan resapan air;

2. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya nasional meliputi: Cagar Alam (CA.), Suaka Margasatwa (SM.), Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani, Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa dan Taman Wisata Alam (TWA); dan

3. kawasan lindung nasional lainnya adalah Taman Buru (TB) Pulau Moyo dan Taman Buru (TB) Tambora Selatan.

Sedangkan Kawasan Lindung pada provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 3.3 Penetapan Rencana Luasan Kawasan Lindung NO JENIS JARINGAN LOKASI

1 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya

a. Hutan Lindung (HL)  Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara seluas ±

35.785,16 ha

 Kabupaten Lombok Tengah seluas ± 10.857,54 ha  Kabupaten Lombok Timur seluas ± 31.498,67 ha  Kabupaten Sumbawa seluas ± 168.667,68 ha  Kabupaten Sumbawa Barat seluas ± 66.230,71 ha  Kabupaten Dompu seluas ± 51.482,59 ha

 Kabupaten Bima seluas ± 83.189,91 ha

b. Kawasan Resapan Air Diarahkan di Kawasan Gunung Rinjani, Kawasan Selatan Pulau Lombok; dan Kawasan Gunung Tambora

(13)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-13 NO JENIS JARINGAN LOKASI

(KSA), Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Nasional

 KSA Pulau Panjang seluas ± 1.641,25 ha. berada di

Kabupaten  Sumbawa.

 CA. Pulau Sangiang seluas ± 7.492,75 ha. berada di

Kabupaten  Bima.

 CA. Tambora Selatan seluas ± 23.840,81 ha. berada di

Kabupaten

 Bima dan Kabupaten Dompu.

 CA. Pedauh seluas ± 543,5 ha. berada di Kabupaten

Sumbawa  Barat.

 CA. Tofo Kota Lambu seluas ± 3.338 ha. berada di

Kabupaten  Bima.

 KSA Jereweh seluas ± 3.718,868

Suaka Margasatwa (SM.) yang meliputi :

 SM. Lunyuk seluas ± 3.000 ha. berada di Kabupaten

Sumbawa.

 SM. Tambora Selatan seluas ± 11.670 ha. berada di

Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

 Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani seluas ± 41.330 ha.

berada di

 Kabupaten Lombok Utara seluas ±10.210 ha, di Kabupaten

Lombok Tengah seluas ± 3.675 ha dan Kabupaten Lombok Timur seluas ± 27.445 ha.

 Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa seluas ± 3.155 ha.

berada di Kabupaten  Lombok Barat.

Taman Wisata Alam (TWA.) yang meliputi :

 TWA Bangko Bangko seluas ± 2.169 ha. berada di

Kabupaten Lombok Barat.

 TWA. Danau Rawa Taliwang seluas ± 1.406 ha. berada di

Kabupaten Sumbawa Barat.

 TWA. Gunung Tunak seluas ± 624 ha. berada di Kabupaten

(14)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-14 NO JENIS JARINGAN LOKASI

 TWA. Kerandangan seluas ± 320 ha. berada di Kabupaten

Lombok  Barat.

 TW Perairan Laut Gili Meno- Air-Trawangan seluas ± 2.954

ha. berada di Kabupaten Lombok Utara.

 TWA Laut Pulau Moyo seluas ± 6.000 ha. berada di

 TWA. Suranadi seluas ± 52 ha berada di Kabupaten Lombok

Barat.

 TWA Tanjung Tampa seluas ± 2000 ha berada di Kabupaten

Sumbawa.

 TWA Laut Gili Banta seluas ± 7.896 ha berada di Kabupaten

Bima.

 TWA Laut Gili Sulat seluas ± 999,003 ha dan Gili Lawang

seluas ± 669,174 ha berada di Kabupaten Lombok Timur.

Kawasan Lindung Lainnya Nasional adalah Taman Buru (TB.)

 TB. Pulau Moyo seluas ± 22.250 ha berada di Kabupaten

Sumbawa.

 TB. Tambora Selatan seluas ± 26.130,15 ha berada di

Kabupaten Bima dan di Kabupaten Dompu .

Kawasan Perlindungan Setempat

 Kawasan sempadan pantai, diarahkan pada kawasan

sepanjang tepian pantai sejauh antara 30 - 250 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai;

 Kawasan sempadan sungai, diarahkan pada sungai-sungai

(15)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-15 NO JENIS JARINGAN LOKASI

 Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh

kawasan sekitar danau dan waduk yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa (Segara Anak, Batujai, Mujur, Pandanduri Swangi, Pengga, Beringin Sila, Labangka, Mamak, Lebok, Taliwang, Bintang Bano, Tiu Kulit, Batu Bulan, Pelara, Gapit, Pelaparado, Campa, Rababaka, Sumi), lebarnya berimbang dengan bentuk kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat;  Kawasan Hutan Kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan pada seluruh ibukota Kabupaten dan Kota.

Sumber: Rencana Tata Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2009 - 2029

-

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pada rencana Kawasan Budidaya, Provinsi NTB memeiliki beberapa bagian yang direncanakan. Pada rencana kawasan budidaya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kawasan budidaya yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB dan kawasan budidaya provinsi NTB.

Kawasan budidaya nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB meliputi :

1. Kawasan Andalan terdiri dari:

A. Kawasan Andalan Lombok dan sekitarnya dengan sector unggulan : pertanian, perikanan laut, pariwisata, industri, dan pertambangan;

B. Kawasan Andalan Sumbawa dan sekitarnya dengan sector unggulan: pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan perikanan

C. Kawasan Andalan Bima dan sekitarnya dengan sektor unggulan : pertanian, pariwisata, perikanan, industri dan pertambangan.

2. Kawasan Andalan Laut adalah Kawasan Andalan Perairan Selat Lombok dengan sektor unggulan : perikanan laut dan pariwisata.

Sedangkan, untuk Kawasan Budidaya yang direncanakan pada Provinsi NTB adalah:

1. kawasan peruntukan hutan produksi tetap dan terbatas

2. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura;

Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura berada di kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, dan kawasan pertanian hortikultura.

3. kawasan peruntukan perkebunan

(16)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-16 4. kawasan peruntukan peternakan

Kawasan peruntukan peternakan berada tersebar di wilayah provinsi untuk alokasi peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak.

5. kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral logam, mineral bukan logam dan batuan berada pada zona tertentu di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

6. kawasan peruntukan pariwisata

A. Pulau Lombok, meliputi: Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya; dan

B. Pulau Sumbawa, meliputi: Maluk dan sekitarnya; Pulau Moyo dan sekitarnya; Hu’u dan sekitarnya, Teluk Bima dan sekitarnya, Sape dan sekitarnya; Gunung Tambora dan sekitarnya.

7. kawasan peruntukan perikanan, kelautan dan pulau-pulau kecil

A. Pulau Lombok, meliputi: Gili Indah dan sekitarnya, Senggigi dan sekitarnya, Lembar dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Teluk Sepi dan sekitarnya, Kuta, Awang dan sekitarnya, Tanjung Luar dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya, dan Labuhan Lombok dan sekitarnya; dan

B. Pulau Sumbawa, meliputi: Alas - Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya ; Teluk Saleh dan sekitarnya; dan Labuhan Lalar, Maluk dan sekitarnya; Teluk Sanggar dan sekitarnya; Teluk Cempi dan sekitarnya; Waworada dan sekitarnya; Teluk Bima dan sekitarnya; dan Sape dan sekitarnya.

8. kawasan peruntukan industry

A. Kawasan Agroindustri berada di Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayangan, Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru, Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape, dan RasanaE; dan

B. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri, Gerung, Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji, Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape, dan Pajo.dan RasanaE.

9. kawasan peruntukan permukiman; dan

(17)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-17 B. kawasan permukiman perdesaan berada diluar kawasan perkotaan yang didominasi oleh

penggunaan lahan sawah dan perkebunan. 10. kawasan peruntukan lainnya.

3.3 Kabupaten Sumbawa Barat

Rencana tata ruang wilayah kabupaten Sumbawa barat menghasilkan suatu rencana struktur

dan pola ruang yang harus diacu pada periode RTRW yang ada. Berikut akan dibahas

mengenai rencana struktur ruang dan pola ruang di Kabupaten Sumbawa Barat.

3.3.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa Barat

Berdasarkan pertimbangan yang mengaju kepada RPJP, pembagian Wilayah

Pengembangan (WP) dibagi menjadi tiga. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel.

Tabel 3.4 Wilayah Pengembangan di Kabupaten Sumbawa Barat No Wilayah Pengembangan Cakupan Pelayanan (Kecamatan)

1 Wilayah Pengembangan Utara Pototano, Seteluk

2 Wilayah Pengembangan

Tengah

Taliwang, Brang Ene dan Brang Rea

3 Wilayah Pengembangan

Selatan

Sekongkang, Jereweh, dan Maluk

Sumber : RTRW KSB, 2011 - 2030

Pengembangan wilayah bagian Utara yang meliputi kecamatan Seteluk dan

kecamatan Poto Tano adalah disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang dimiliki

wilayah tersebut. Kecamatan Poto Tano merupakan pintu gerbang menuju

Kabupaten Sumbawa Barat. Wilayah ini menunjukkan karakteristik yang sangat

beragam. Mengingat lokasi pelabuhan berada di daerah tersebut maka berpotensi

membangkitkan berbagai kegiatan perekonomian antara lain industri, pergudangan,

jasa dan perdagangan. Wilayah Utara sangat potensial untuk dikembangkan sebagai

daerah industri, pergudangan, perdagangan dan jasa.

Pengembangan wilayah bagian Tengah yang meliputi kecamatan Taliwang yang

merupakan ibukota kabupaten, kecamatan Brang Ene, dan kecamatan Brang Rea

adalah mutlak dilakukan, mengingat wilayah ini merupakan jantung Kabupaten

Sumbawa Barat dengan fungsi utamanya sebagai pusat pemerintahan dan pusat

perekonomian (jasa dan perdagangan). Wilayah ini diharapkan dapat menjadi pemicu

terhadap perkembangan bagian wilayah lainnya, karena memiliki dukungan

(18)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-18 Sementara pengembangan wilayah bagian Selatan yang meliputi kecamatan Maluk,

Kecamatan Jereweh dan kecamatan Sekongkang, disesuaikan dengan karakteristik

wilayah yang berorientasi pada kegiatan utamanya adalah pertambangan. Sebagian

wilayah ini berkembang karena adanya kegiatan pertambangan PT. Newmont Nusa

Tenggara, terutama di kawasan Maluk, dimana saat ini telah berkembang kegiatan

perdagangan dan jasa skala sub wilayah. Namun beberapa kawasan lain di bagian

selatan kondisinya saat ini boleh dikatakan masih terisolir karena belum didukung

dengan prasarana jalan yang memadai.

Sistem perkotaan di kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari :

1. Sistem perkotaan wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten Sumbawa Barat, yaitu :

a. Kota Taliwang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)

Taliwang sebagai Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat, dalam struktur tata ruang

provinsi ditetapkan sebagai PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah Promosi).

Saat ini Kota Taliwang merupakan ibukota kabupaten Sumbawa Barat dengan

fungsi utama sebagai pusat pemerintahan dan pusat jasa dan perdagangan.

Fungsi lain yang mendukung Kota Taliwang sebagai PKWp adalah sebagai simpul

transportasi, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta pusat pelayanan

umum dan sosial skala regional dan atau kabupaten.

b. Perkotaan Jereweh sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Jereweh dalam struktur tata ruang provinsi ditetapkan sebagai PKL (Pusat

Kegiatan Lokal), namun sesuai dengan kondisi yang ada saat ini dan

perkembangan kedepan orientasi kegiatan di wilayah ini lebih mengarah ke Maluk

yang relatif lebih lengkap fasilitasnya dan lebih maju karena adanya pertambangan

skala internasional PT. NNT di wilayah ini.

c. Perkotaan Poto Tano sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Poto Tano dalam struktur tata ruang provinsi ditetapkan sebagai PKL (Pusat

Kegiatan Lokal) dengan didukung adanya pelabuhan Poto Tano, yang saat ini

berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota.

2. Sistem perkotaan wilayah kabupaten, yaitu :

a. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berada di : 1) Perkotaan Maluk

Maluk merupakan kecamatan yang terletak di bagian selatan kabupaten Sumbawa

Barat yang relatif lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan

disekitarnya. Hal ini disebabkan karena di kecamatan ini terdapat lokasi

(19)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-19 pelabuhan khusus Benete yang menghubungkan kabupaten Sumbawa Barat dengan

kabupaten Lombok Timur (pulau Lombok).

2) Perkotaan Seteluk

Seteluk merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara kabupaten Sumbawa

Barat yang relatif lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan

disekitarnya. Hal ini disebabkan karena kecamatan ini memiliki lokasi yang strategis

yaitu berdekatan dengan Ibukota Kabupaten dan Pelabuhan Poto Tano serta

memiliki potensi lahan pertanian yang relatif subur.

b. Ibukota Kecamatan lainnya, yaitu Brang Ene, Brang Rea, dan Sekongkang dijadikan sebagai PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa di sekitarnya.

c. Desa-desa pusat pertumbuhan (DPP) dijadikan sebagai PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala antar desa. Desa-desa tersebut adalah desa Ai Suning, Labuhan

Lalar, Sekongkang Bawah, dan Ai Kangkung.

3.3.2 Rencana Pola Ruang Kabuapten Sumbawa Barat

Kawasan budidaya memiliki beberapa jenis pemanfaatan antara lain sebagai

kawasan pertanian, perindustrian, permukiman, hutan produksi, pariwisata,

pertambangan, eksploitasi sumberdaya air dan mineral, pesisir dan pulau-pulau kecil,

dansebagainya.

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

a. Hutan Produksi Terbatas seluas ± 36.155,07 ha yang berada di Kecamatan Brang

Rea, Brang Ene dan Sekongkang

b. Hutan Produksi Tetap seluas ± 18.753,24 ha yang berada di Kecamatan Brang

Rea, Brang Ene dan Sekongkang

c. Hutan Rakyat direncanakan seluas ± 3.179 ha tersebar di Kecamatan Jereweh,

(20)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-20 2. Kawasan Peruntukan Pertanian

a. Kawasan pertanian lahan basah meliputi :

- Lahan sawah beririgasi teknis seluas ± 4.013 ha berada di :Kecamatan Taliwang, Brang Rea, Brang Ene

- Lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas ± 2.081 ha berada di : Kecamatan Seteluk, Jereweh, Maluk, Sekongkang

- Lahan sawah beririgasi sederhana PU seluas ± 1.067 ha berada di :

Kecamatan Taliwang, Brang Rea, Brang Ene, Jereweh, Sekongkang

- Lahan sawah beririgasi sederhana non PU seluas ± 589 ha berada di :

Kecamatan Seteluk, Jereweh, Poto Tano, Maluk

b. Kawasan Pertanian Tadah Hujan seluas ± 1.655 ha berada di : Kecamatan

Taliwang, Brang Rea, Brang Ene, Seteluk, Jereweh, Poto Tano, Maluk,

Sekongkang

3. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Agroindustri Poto Tano dan Kawasan Berikat di sekitar kawasan

agroindustri poto tano

4. Kawasan Peruntukan Permukiman

a. Permukiman Perkotaan

Alokasi kawasan peruntukan permukiman perkotaan dialokasikan pada wilayah

perkotaan : Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Brang Ene, Poto Tano, Maluk, Jereweh,

Sekongkang

Kawasan permukiman perkotaan skala besar di Kabupaten Sumbawa Barat

diarahkan di Kawasan Belisung dan sekitarnya, serta Kawasan Seteluk

b. Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman tersebar diseluruh kecamatan di kabupaten Sumbawa Barat

(21)
(22)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-22 5. Kawasan Peruntukan Lainnya

a. Kawasan Perdagangan dan Jasa

Penggunaan lahan untuk fasilitas perdagangan dan jasa di Kabupaten Sumbawa

Barat yang memiliki skala regional dan atau nasional (pelayanan primer)

direncanakan pada wilayah Perkotaan Taliwang. Sedangkan penggunaan lahan

untuk fasilitas perdagangan dan jasa yang memberikan pelayanan lokal dan atau

regional, direncanakan pada Perkotaan Maluk, Poto Tano, dan Seteluk.

Penggunaan lahan untuk fasilitas perdagangan dan jasa yang memberikan

pelayanan lokal kecamatan direncanakan pada Perkotaan Brang Rea, Brang Ene,

Jereweh, dan Sekongkang.

b. Kawasan Pusat Pemerintahan

- Kawasan perkantoran dinas-dinas daerah kabupaten Sumbawa Barat berada di Kompleks KTC.

- Kawasan perkantoran instansi vertikal, unsur legislatif dan yudikatif berada di

Kawasan Telaga Bertong.

- Kawasan perkantoran tingkat kecamatan berada di masing-masing Ibukota

Kecamatan.

3.4 Masterplan

Percepatan

dan

Perluasan

Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan

strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode

15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi

dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang

diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat

atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI

dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang

sama.

Berdasarkan Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) menurut Arahan Perpres

Nomor 32 Tahun 2011. NTB masuk ke dalam koridor ekonomi Bali - Nusa Tenggara. Pada

Koridor Bali dan Nusa Tenggara dalam pengembangan ekonomi terlebih dahulu melihat

kontribusi PDRB di tiap kawasan di Bali dan Nusa Tenggra. Untuk Kontribusi PDRB pada tiap

(23)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-23 Sumber: Bahan Presentasi “Konsep Pembangunan Kepariwisataan Koridor Ekonomi Bali-NTB-NTT”, Kemenbudpar, 2011

Dari gambar di atas diketahui bahwa kegiatan Pariwisata, Perikanan dan Peternakan

berkontribusi besar terhadap PDRB masing-masing provinsi yaitu sebesar 47 persen (Bali),

36 persen (NTB) dan 56 persen (NTT). Dengan rata-rata peningkatan kontribusi terhadap

PDRB sebesar 11 persen per tahun selama lima tahun terakhir, ketiga kegiatan tersebut

dapat berpotensi untuk menjadi mesin penggerak perekonomian di Koridor Ekonomi Bali–

Nusa Tenggara. Berikut akan dipaparkan arah strategi pengembangan sector Pariwisata,

Perikanan dan peternakan didasarkan pada masalah yang dihadapai di Koridor Bali – Nusa

Tenggara

3.4.1 Sektor Pariwisata

Beberapa strategi umum untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal

wisatawan selama berkunjung ke Bali – Nusa Tenggara, antara lain:

 Meningkatkan keamanan di dalam Koridor Bali – Nusa Tenggara, antara lain melalu

penerapan system keamanan yang ketat;

 Melakukan pemasaran dan promosi yang lebih fokus dengan target pasar yang lebih

jelas. Strategi pemasaran untuk setiap negara asal wisatawan perlu disesuaikan dengan menerapkan tema ”Wonderful Indonesia, Wonderful Nature, Wonderful Culture, Wonderful People, Wonderful Culliner,dan Wonderful Price”. Kegiatan pemasaran dan promosi ini diharapkan dapat membuat Bali menjadi etalase pariwisata dan

meningkatkan

 citra Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia;

 Memberdayakan Bali Tourism Board untuk mengkoordinasikan usaha pemasaran dan

promosi Bali;

 Meningkatkan pengembangan destinasi pariwisata di wilayah Bali Utara dalam rangka

(24)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-24  Meningkatkan destinasi pariwisata di luar Bali (Bali and Beyond) dengan menjadikan

Bali sebagai pintu gerbang utama pariwisata Indonesia seperti wisata pantai (Bali,

Lombok, NTT), wisata budaya (Bali), wisata pegunungan (Jatim, Bali, Lombok), dan

wisata satwa langka (Pulau Komodo). Kunci sukses dari strategi ini adalah dengan

pengadaan akses seperti peningkatan rute penerbangan ke daerah-daerah pariwisata

di sekitar Bali, yang disertai pemasaran yang kuat dan terarah;

 Meningkatkan kualitas dan kenyamanan tinggal para wisatawan dengan meningkatkan

sarana dan prasarana seperti ketersediaan air bersih, listrik dan transportasi serta

komunikasi;

 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal terutama SDM pariwisata di NTB dan

NTT, serta mengembangkan gerakan sadar wisata khususnya di wilayah Nusa

Tenggara.

Selain meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Koridor Ekonomi Bali – Nusa

Tenggara, faktor lain untuk meningkatkan pendapatan kegiatan ekonomi utama ini adalah

meningkatkan jumlah pembelanjaan wisatawan. Perubahan pola ekonomi dunia juga mempunyai dampak pada pariwisata daerah. Oleh karena itu, pemerintah dan industri

pariwisata harus secara proaktif mengidentifikasi dan mengeksplorasi pasar-pasar baru yang

bisa mendorong laju pertumbuhan pariwisata di masa mendatang. Untuk meningkatkan citra

kepariwisataan dan pengembangan kepariwisataan up market pada koridor ini adalah menjadikan Bali sebagai destinasi wisata utama MICE, cruise dan yacht serta Nusa Tenggara sebagai etalase wisata ekologis, petualangan, budaya dan bahari serta kepariwisataan yang

berbasis UKM.

Dalam rangka melaksanakan strategi umum tersebut, diperlukan dukungan regulasi dan

kebijakan berikut:

 Kemudahan perluasan pemberian Visa Entry, Visa on Arrival dan Visa on Board bagi

wisatawan mancanegara serta perpanjangan visa bagi pengguna kapal layar yacht

asing;

 Pengembangan standar pembangunan terminal cruise dan marina sekaligus sebagai

port of entry;

 Mempermudah pemberlakuan CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory) bagi

wisatawan asing pengguna kapal layar yacht;

 Mengurangi/menghilangkan biaya impor sementara bagi pelaku asing wisata bahari

(kapal layar yacht) yang masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia;

 Meninjau kembali RTRW Bali, NTB dan NTT untuk mendukung rencana pengembangan

(25)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-25

 Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) percepatan perizinan dan

penyediaan Pelayanan Terpadu Satu Atap untuk semua perizinan untuk

pengembangan kawasan wisata.

Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas

untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama pariwisata, dilakukan melalui:

 Peningkatan kapasitas dan pelayanan bandar udara, seperti pengembangan bandar

udara di Lombok yang dapat diberdayakan sebagai “matahari kembar” selain Bandara

Ngurah Rai (untuk membagi beban lalu lintas penumpang yang ada di koridor ekonomi

ini, karena jumlah pengunjung yang akan masuk ke koridor ini diproyeksikan akan

melebihi kapasitas Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun 2020);

 Peningkatan kapasitas dan pembangunan infrastruktur jalan, seperti rencana

pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Benoa;

 Peningkatan akses jalan perlu ditingkatkan untuk menghubungkan daerah-daerah

pariwisata di luar Bali bagian selatan dan di dalam wilayah NTB dan NTT;

 Pembangunan Kereta Api Wisata Lingkar Bali (dalam rencana jangka panjang);

 Peningkatan pelabuhan dan marina yang telah ada agar memenuhi standar (seperti

kapal cruise dan kapal layar yacht);

 Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik

bagi Bali dan Nusa Tenggara.

3.4.2 Sektor Perikanan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan perikanan dibagi menjadi tiga

aspek utama yaitu penangkapan/budidaya, pengolahan dan distribusi hasil pengolahan

perikanan. Terdapat beberapa tantangan yang berkaitan dengan tiga aspek pengembangan

kegiatan perikanan di atas, antara lain:

 Tidak terpetakannya potensi perikanan kelautan secara akurat serta lemahnya kontrol

implementasi rencana tata ruang yang menyebabkan penggunaan lahan yang tidak

sesuai dengan peruntukkannya;

 Terbatasnya suplai perikanan laut sehingga membutuhkan efisiensi produksi melalui

pengembangan bibit unggul perikanan;

 Sebagian besar armada dan peralatan penangkapan ikan masih sangat sederhana;

 Rendahnya minat investor untuk pengembangan perikanan, terutama dalam kegiatan

(26)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-26

 Rendahnya nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan kelautan;

 Rendahnya kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam produksi penangkapan

dan budidaya perikanan serta dalam pengolahannya;

 Terbatasnya permodalan untuk masyarakat setempat sehubungan dengan

pengembangan kegiatan perikanan berbasis masyarakat;

 Terbatasnya jalur distribusi dan pemasaran produk perikanan dan olahannya;

 Belum terpenuhinya kebutuhan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung

(antara lain jalan, air bersih dan listrik) terutama untuk melayani industri pengolahan

produk perikanan kelautan. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi perikanan

dan produk olahannya;

 Minimnya akses yang menghubungkan antara lokasi-lokasi penghasil produk

perikanan kelautan dengan lokasi industri pengolahannya serta dengan pasar regional

dan fasilitas ekspor.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, strategi umum dan langkah aksi yang akan

dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara adalah:

1. Meningkatan produksi hasil perikanan, yang meliputi penangkapan tuna,budidaya

udang, dan budidaya rumput laut. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki

potensi perikanan yang sangat besar, oleh karena itu untuk meningkatkan produksi

perikanan perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi:  Pemetaan potensi sumber daya perikanan dan kelautan;  Pengawasan penerapan RTRW;

 Pembentukan pusat benih;

 Revitalisasi tambak yang sudah ada;

 Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi;  Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan.

2. Meningkatan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi hasil perikanan, yang

meliputi pembekuan udang, pengalengan ikan, pengolahan tepung ikan, dan

pengolahan keraginan (tepung rumput laut). Nilai tambah produk olahan perikanan

pada saat ini masih sangat kecil. Peningkatan nilai tambah ekonomis produk olahan

perikanan dapat dilakukan dengan:

 Pengembangan klaster industri perikanan yang melingkupi industri produksi bahan

baku;

 Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan

(27)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-27  Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan

pengetahuan pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian

skema micro credit PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan.

3. Meningkatkan produksi garam dengan mengoptimalkan lahan yang memiliki potensi

untuk pengembangan kegiatan usaha garam. Pengembangan industri garam

merupakan kegiatan prioritas saat ini karena Indonesia masih belum dapat memenuhi

kebutuhan domestik dan masih mengandalkan impor garam. Sebagai upaya untuk

meningkatkan produksi garam dalam negeri, sentra garam akan dikembangkan di

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Regulasi dan Kebijakan Dalam rangka melaksanakan strategi umum peningkatan

produksi perikanan dan pengembangan usaha garam, diperlukan dukungan regulasi

dan kebijakan sebagai berikut:

 Penyiapan dan pengawasan pelaksanaan RTRW;

 Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan

kelautan (Jepang dan Thailand) untuk pemasaran hasil budidaya;

 Penjalinan kerjasama antara industri garam dengan pembudidaya garam

setempat dalam penyediaan bahan baku industri garam.

Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan

konektivitas untuk mendukung peningkatan produksi perikanan dan pengembangan

usaha garam, dilakukan melalui:

 Perbaikan level of service jalan lintas kabupaten, terutama untuk wilayah NTT dan

peningkatan akses dari dari dermaga pendaratan ikan ke jalan lintas kabupaten

terdekat;

 Peninjauan kembali kapasitas pelabuhan setempat guna mendukung aktivitas

industri;

 Percepatan program penambahan kapasitas energi listrik dengan peningkatan

kapasitas PLTU/PLTP;

 Pengembangan Bandar Udara Mbai di Kabupaten Nagekeo, NTT yang digunakan

untuk mengangkut hasil perikanan dan kelautan yang bernilai tinggi namun harus

cepat dikonsumsi;

 Percepatan pembangunan instalasi pengolahan air bersih terutama di wilayah

NTT untuk mendukung pengembangan kegiatan budidaya dan industri

(28)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-28 SDM dan IPTEK Upaya peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha

garam, dilakukan melalui:

 Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi;  Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan;

 Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan

pengetahuan pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian

skema micro credit PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan;

 Penjalinan kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Universitas setempat untuk

pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan dan kelautan yang bernilai

jual lebih tinggi (kualitas lebih baik);

 Penjalinan kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Universitas setempat untuk

pengembangan teknologi budidaya garam (agar tidak tergantung pada cuaca);  Pendirian pusat pelatihan budidaya garam dengan skala layanan kabupaten untuk

diseminasi teknik dan kemungkinan integrasi penggunaan lahan tambak garam

dengan budidaya perikanan.

3.4.3 Sektor Peternakan

Jenis populasi ternak yang paling potensial dikembangkan di koridor ini adalah Sapi Bali

yang sudah dikenal luas sebagai sapi potong asli Indonesia. Sapi potong dapat

dikembangkan untuk menghasilkan tujuh jenis emas, yaitu emas merah (daging), emas putih

(susu), emas putih batangan (tulang), emas kuning (urin), emas cokelat (kulit), emas biru

dan emas hijau (kotoran). Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan

kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan energi biogas.

Pertumbuhan populasi ternak sapi potong di Nusa Tenggara Barat cukup pesat dari tahun

2009 hingga tahun 2010, namun hal yang serupa tidak terjadi di Bali dan Nusa Tenggara

Timur. Sebaliknya, pertumbuhan produksi sapi potong di Bali dan Nusa Tenggara Barat

mengalami penurunan di tahun 2008 dimana Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan

yang sangat drastis. Penurunan produksi ini diakibatkan maraknya pemotongan sapi betina

produktif, penyelundupan sapi, maupun penurunan kualitas bibit sapi itu sendiri. Selain itu,

tantangan terbesar dalam pengembangan kegiatan peternakan juga meliputi terbatasnya

infrastruktur yang dapat mendukung distribusi produk ternak sapi, kurangnya modal usaha

dan lemahnya sumber daya manusia dan kelembagaan peternakan.

Saat ini terdapat sentra pemurnian dan pembibitan Sapi Bali di tiap provinsi yang umumnya

dikelola secara individual. Dengan tingginya jumlah rumah tangga yang terlibat dalam

kegiatan peternakan, diharapkan pengembangan kegiatan peternakan ini akan dapat

mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara

(29)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-29 Regulasi dan Kebijakan Dalam rangka melaksanakan strategi pengembangan kegiatan

ekonomi utama peternakan, diperlukan dukungan regulasi dan kebijakan sebagai berikut:

 Meningkatakan industri hilir dengan meningkatkan nilai tambah ternak sapi

potong, yang dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi produk yang

memanfaatkan kulit, tulang, darah, kotoran, dan urin melalui penguatan industri

kecil;

 Memberikan perlindungan usaha ternak dengan kebijakan pengurangan impor

daging secara bertahap dan kebijakan pengendalian harga daging yang atraktif

dan terjangkau;

 Menyediakan daging dengan kualitas ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal);

 Mengembangkan kebijakan usaha tani sapi-tanaman yang terintegrasi (integrated rice-livestock system) dan berkelanjutan dengan mengoptimalisasi prinsip Low

External Input Sustainable Agriculture (LEISA), atau pendekatan zero waste yang

menghasilkan produk 4F (Food, Feed, Fertilizer & Fuel);

 Memberikan jaminan tata ruang untuk lahan peternakan dan lahan

penggembalaan ternak;

 Mempermudah akses finansial bagi peternak melalui penguatan koperasi simpan

pinjam;

 Memberikan sanksi yang tegas kepada oknum-oknum yang terbukti melakukan pemotongan sapi betina produktif.

Hal lain adalah pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas

untuk mendukung produksi peternakan, yang dilakukan melalui:

 Penyediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan peternakan melalui PPP;  Penguatan jalan untuk mengangkut produk peternakan dari sentra industri

pengolahan daging dan non daging ke pelabuhan lokal terdekat;

 Penguatan pelabuhan lokal terdekat untuk mengangkut dan memasarkan produk

ternak sapi ke wilayah lain terutama Jakarta dan Surabaya. Pelabuhan laut

Marapokot di Kabupaten Nagekeo akan dikembangkan untuk mendistribusikan

hasil peternakan dan perikanan;

 Penguatan Bandar Udara Mbai atau dikenal dikenal dengan nama Bandara

Surabaya II yang akan difungsikan untuk mengangkut produk peternakan dan

perikanan;

 Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan

listrik khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara;

 Penyediaan air bersih untuk menjamin ketersediaan pakan ternak terutama pada

(30)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-30 SDM dan IPTEK Upaya peningkatan produksi dan pengembangan peternakan dilakukan

melalui:

 Menjamin ketersediaan pakan sepanjang tahun dengan teknologi pakan murah

untuk pemenuhan kebutuhan daging lokal dari produksi dalam negeri;

 Mengadakan pelatihan dan pendampingan kelompok peternak dalam rangka

penerapan program Good Breeding Practice;

 Mengembangkan teknologi untuk perbaikan mutu bakalan melalui metode

inseminasi buatan, embrio transfer atau rekayasa genetika dalam waktu panjang.

Pengembangan kegiatan ekonomi utama peternakan di Koridor Ekonomi Bali - Nusa

Tenggara akan difokuskan pada pengembangan kawasan agribisnis dengan industri utama

pengolahan daging sapi (food animal industry) dan industri pendukung yaitu industri tepung

tulang, kulit, pupuk organik dan biogas (non food animal industry). Produk peternakan tidak

Gambar

Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Telekomunikasi Provinsi NTB
Tabel 3.3 Penetapan Rencana Luasan Kawasan Lindung
Tabel 3.4 Wilayah Pengembangan di Kabupaten Sumbawa Barat

Referensi

Dokumen terkait

Harahap (2008 : 190) menjelaskan pengertian analisis laporan sebagai berikut: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

Khusus pada pembentukan komisi kebenaran di tingkat lokal, kami berpedapat bahwa terlepas dari polemik dan pro kontra terkait bagaimana KKR Aceh dapat berdiri –meski tidak di

(2) Setiap orang dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan kegiatan penambangan bahan galian golongan C wajib melakukan kegiatan pencegahan pencemaran dan

Berdasarkan aduan pelajar dan tindakan pembaikan yang telah dilaksanakan oleh pihak kontraktor didapati terdapat jenis-jenis kerosakan yang boleh dielak atau dicegah

Jadi tujuan dari proses pengkayaan (enrichment) bijih Fe ini adalah untuk mendapatkan konsentrat Fe dengan kadar kemurnian >60% dan ukuran tertentu yang

Skripsi yang berjudul Pengaruh Penambahan Serum dan atau DNase dalam Medium Disosiasi terhadap Jumlah dan Viabilitas Spermatogonia Ikan Gurame (Osphronemus gouramy

akan terjangkau serta masyarakat yang tidak memiliki kartu fisiknya, mereka masih tetap bisa berobat dengan menggunakan mobile JKN dengan aplikasi pintar tersebut. f.) jenis

Kelompok ini pada bulan Januari 2017 mengalami deflasi sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar -0,04 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,33 pada bulan Desember