• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI Syifa Fem IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI Syifa Fem IPB"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PADA MAYARAKAT

HUTAN HARAPAN DI DESA BUNGKU, KECAMATAN BAJUBANG,

KABUPATEN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

Oleh :

Syifa Selvia Sulistyoningrum I34090113

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Dengan ini menyatakan bahwa proposal skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Syifa Selvia Sulistyoningrum

NIM : I34090113

Judul Proposal Skripsi : Ketahanan Pangan Rumah Tangga pada Mayarakat Hutan Harapan di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi

Telah memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan dengan penelitian lapangan

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Titik Sumarti MC, MS. NIP. 19610927 19860 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(3)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Syifa Selvia Sulistyoningrum lahir di Bekasi pada tanggal 15 Januari 1992, anak terakhir dari tiga bersaudara dari pasangan Martono Dharma Wihardja dan Rusmiyarti. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Cut Meutia Bekasi pada tahun 1996-1997, SDN Pengasinan 1 Bekasi pada tahun 1997-2003, SMPN 2 Bekasi pada tahun 2003-2006, dan SMA Yadika 8 Jatimulya pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi berjudul “Ketersediaan Pangan Rumahtangga Dan Upaya Pemenuhannya Pada Komunitas Batin Sembilan di Hutan Harapan Jambi”. Proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana ketersediaan pangan rumah tangga dan upaya pemenuhannya pada komunitas batin sembilan di hutan harapan Jambi. Tujuan lainnya adalah untuk menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Ir Titik Sumarti, MC MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan, saran dan sabar membimbing peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Tak lupa kepada ayahanda Martono Dharma Wihardja, ibunda Rusmiyarti, serta kedua kakak Taufiq Wisnu Wihardja dan Maradona Bagus Budi Dharma atas segala bentuk doa dan dukungan juga dorongan semangat yang sangat besar kepada peneliti. Juga kepada sahabat-sahabat terbaik KPM angkatan 46 terutama Gressayana Suciari, Ajeng Intan Purnamasari, Hamdani Pramono, Ai Nurasiah Zhakiyah, Lulu Hanifah, Anggi Lestari Utami, Faris Budiman Annas, Indra Setiyadi, Arif Rachman, Nina Lucellia, Firda Emiria Utami, Rafi Nugraha, Yanitha Rahmasari, Puti Bunga Hadian, Novia Fridayanti, Muhammad Septiadi, Dini Dwiyanti, Siska Oktavia, Rizka Andini, Bahari Ilmawan, Iqbaludin Akbar, Rizka Amalia, Ananndita Rostu, Fadil Afrianto, Oki Wanarijki, Elbie Yudha Pratama, dan Ade Martha atas saran, masukan, dan pelajaran yang diberikan kepada peneliti. Teman satu bimbingan Yuli Dwi Anggraeni dan Linda Dessy Kania untuk masukan, saran, candaan dan kebersamaannya. Terima kasih juga kepada sahabat terbaik Sanggar Juara, komunitas BicaraDesa.com, dan Indonesian Future Leaders yang sudah seperti keluarga yang setia memberi doa dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Peneliti mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, 12 April 2013

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR LAMPIRAN...vii

1. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Masalah Penelitian...3

1.3 Tujuan Penelitian...4

1.4 Kegunaan Penelitian...4

2. PENDEKATAN TEORETIS...6

2.1 Tinjauan Pustaka...6

2.1.1 Konsep Ketahanan Pangan...6

2.1.2 Ketahanan Pangan...7

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat...9

2.1.4 Partisipasi...11

2.2 Kerangka Pemikiran...12

3. PENDEKATAN LAPANGAN...16

3.1 Lokasi dan Waktu...16

3.2 Teknik Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data...17

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data...17

DAFTAR PUSTAKA...19

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian...13

Lampiran 2. Wawancara Mendalam...14

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Kerangka pemikiran Partisipasi Suku Anak Dalam di Jambi dalam Program Ketahanan Pangan...

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Peta Hutan Harapan Desa Bungku Kecamatan Bajubang

(9)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat alih fungsi ataupun penggundulan hutan di Indonesia sedang disorot seksama oleh dunia. Betapa tidak, Indonesia yang separuh wilayahnya terdiri dari hutan (primer dan terkelola) menyumbang 18,7 miliar ton emisi karbon dan efek rumah kaca, hanya satu tingkat di bawah Brasil di urutan pertama. Demikian data Food and Agricultural Organization (FAO) melingkup termin waktu sejak 1990 hingga 2010. Indonesia yang pada akhir 1890-an dikagumi sebagai paru-paru Dunia dengan Borneo sebagai sumber oksigen terbesar, kini terancam penggundulan dan alih fungsi hutan yang memprihatinkan. FAO mencatat sebesar 51% atau 94.432.000 hektare lahan Indonesia adalah hutan. Setengahnya adalah hutan primer dan sebanyak 3.549.000 hektare hutan perkebunan. Antara 1990 hingga 2010, Indonesia kehilangan 1,02% luas hutan per tahun, yang berarti total penggundulan atau alih fungsi dalam 20 tahun terakhir sebesar 20,3%.1

Penggundulan dan alih fungsi lahan hutan, atau istilahnya deforestasi, untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit ditunding sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Hutan yang didalamnya terdapat beranekaragam jenis pohon dirubah menjadi tanaman monokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan keseimbangan ekologis di areal tersebut. Laju deforestasi hutan di Indonesia menurut perkiraan FAO mencapai 1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%).2

Deforestrasi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit juga dialami oleh Hutan Harapan. Hutan Harapan merupakan proyek restorasi hutan produksi yang terletak di perbatasan Provinsi Jambi-Sumatera Selatan yang mempuanyai luas sekitar 101.000 Ha. Sejak 2004, konsorsium PT Restorasi Ekosistem Konservasi Indonesia memperoleh konsesi dari pemerintah untuk merestorasi hutan tersebut. Di hutan ini juga terdapat sekitar 280 jenis burung, 69 jenis di antaranya hampir punah. Selain itu, terdapat 159 jenis pohon. Salah satu di antaranya sudah rentan, yaitu jenis kayu bulian dan juga terdapat 49 jenis binatang mamalia dan 43 jenis binatang amfibi. Di wilayah Hutan Harapan juga terdapat permukiman komunitas Batin Sembilan. Komunitas ini merupakan suku asli tertinggal yang telah menetap di dalam hutan sejak ratusan tahun lalu, yang hingga kini masih mengandalkan hutan sebagai tempat tinggal dan mencari makan.3

PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) sebagai pengelola ekosistem Hutan Harapan Jambi menyatakan bahwa 100.000 Ha kawasan itu rusak akibat maraknya perambahan untuk perkebunan sawit. Menurut Kepala Jagawana Hutan Harapan, dalam satu bulan, perambah bisa menanam 300-400 Ha sawit. Tujuan utama pengelolaan Hutan Harapan yang membentang di Provinsi Jambi dan Sumatra Selatan itu adalah untuk mengembalikan dan meningkatkan fungsi hutan sebagaimana semula. Hanya saja, upaya ini cukup berat karena maraknya gangguan dari luar, khususnya perambah. Banyak kelompok tertentu datang dari berbagai daerah luar Provinsi Jambi untuk kemudian membuka lahan dikawasan Hutan Harapan. Ironisnya, sebagian besar perambah dari luar itu mengatasnamakan sebagai petani. Bahkan sebagian mengatasnamakan komunitas Batin Sembilan yang sejak awal justru telah dibina oleh PT REKI dalam upaya pelestarian hutan.

Terjadinya perambahan hutan menyebabkan perubahan aktivitas nafkah pada komunitas Batin Sembilan. Mereka yang terbiasa mengandalkan hutan sebagai tempat tinggal dan mencari makan kini setelah deforestasi hutan menjadi perkebunan sawit komunitas Batin 1

http://green.kompasiana.com/polusi/2013/03/07/dunia-sorot-hutan-indonesia-539963.html

(10)

Sembilan tak lagi mencari makan dengan berburu dan meramu namun dengan berupaya memiliki penghasilan untuk membeli makanan.

Menurut Rosyani (2009) perkembangan pemanfaatan lahan di Provinsi Jambi saat ini, sangat memprihatinkan, ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Perkembangan perkebunan kelapa sawit, disatu sisi meningkatkan pendapatan asli daerah, namun di sisi lain, akan mengkhawatirkan kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa sekitar perusahaan dan perusahaan perkebunan hidup dalam ruang yang sama. Pola-pola yang dikembangkan dalam kerjasama dengan petani pedesaan, telah menghancurkan kebiasaan pola diversifikasi usaha yang sejak lama dikembangkan. Praktek-praktek tanaman monokultur yang sekarang berkembang dengan pesat akan menghancurkan kehidupan petani, lahan pangan berganti, dan ada kecendrungan petani beralih ke tanaman monokultur, peristiwa terakhir ini akan mengancam lingkungan hidup sekitar masyarakat desa sekitar perusahaan. Sehingga muncul permasalahan salah satunya yaitu kerawanan pangan.

Pemberian ruang seluas-luasnya kepada komodotas-komoditas Industri, salah satunya adalah komoditas kelapa sawit telah membuka ruang bagi terus tersingkirnya tanaman-tanaman pangan dari lahannya sendiri. Ada ketimpangan tata kuasa ruang dipropinsi Jambi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan beras seluruh penduduk propinsi Jambi yang mencapai 3.088.618 jiwa (data sensus 2010) hanya ditopang dari lahan pangan yang luasnya tidak lebih dari 3% dari total luas propinsi Jambi.4 Dari 202 desa yang diperkirakan beresiko rawan pangan (berdasarkan data Satuan Kerja Perangkat Daerah dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi), sampai saat ini baru 74 desa yang tersentuh program Desa Mandiri Pangan. Masalah-masalah akses pangan pada umumnya banyak disebabkan karena masih tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya tingkat pengetahuan tentang pangan dan gizi. Kepala BKKBN Provinsi Jambi, Dra Retno Munfaati, MM, mengungkapkan jumlah pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri dan berkelanjutan. Dinas Pertanian Provinsi Jambi telah melakukan program pemanfaatan lahan pekarangan untuk ketahanan pangan rumahtangga di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari. Dalam implementasinya, setiap kebijakan yang dilakukan setiap instansi seyogyanya harus memperhatikan partisipasi masyarakat untuk mengukur dan melihat keberdayaan masyarakat tersebut.

Penelitian ini berfokus pada upaya memahami bagaimana perubahan ketersedian pangan rumah tangga pada masyarakat Desa Bungku yang mengalami perubahan alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Hutan yang awalnya berfungsi sebagai penyedia pangan semakin berkurang peranannya. Oleh karena itu perlu dikaji pula bagaimana penguasaan sumber daya rumah tangga mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga, termasuk sejauh keterlibatan pihak luar sebagai aktor lain dalam mendukung ketahanan pangan Desa Bungku. Hal ini menarik minat peneliti untuk mengkaji upaya masyarakat Desa Bungku dalam pemenuhan kebutuhan pangan untuk menyelamatkan rumah tangganya dari kerawanan pangan.

4 http://setarajambi.org/index.php?

(11)

1.2 Masalah Penelitian

Perumusan masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

Tiga hal pokok yang menjadi dasar analisis ketahanan pangan yakni (1) ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman, (2) distribusi, dimana pasokan pangan dapat menjangkau keseluruhan wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga, dan (3) konsumsi, yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi kaidah kaidah gizi dan kesehatan, serta prevensinya. Pengalihfungsian lahan di Desa Bungku yang menyebabkan lahan pangan berganti menjadi perkebunan sawit dan karet menyebabkan masalah kerawanan pangan. Untuk itu penting untuk diketahui bagaimana kondisi terkini ketersediaan pangan rumah tangga pada komunitas Batin Sembilan dan mengapa demikian?

Pemberian ruang seluas-luasnya kepada komodotas-komoditas Industri, salah satunya adalah komoditas kelapa sawit telah membuka ruang bagi terus tersingkirnya tanaman-tanaman pangan dari lahannya sendiri. Oleh karena itu masyarakat Batin Sembilan harus memiliki strategi dalam membangun sistem ketahanan pangannya yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan produktivitas saja, tetapi juga pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui program-program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat Batin Sembilan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu dirumuskan bagaimana upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumahtangga pada komunitas Batin Sembilan? Sejauh mana peran wanita dalam upaya tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis ciri demografis rumah tangga dan hubungannya terhadap ketahanan rumah tangga komunitas Batin Sembilan di Desa Bungku.

2. Menganalisis upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumahtangga dan kualitas sumber daya wanita dalam rumah tangga komunitas Batin Sembilan di Desa Bungku. 3. Menganalisis keterlibatan pihak luar dalam mendukung ketahanan pangan komunitas

Batin Sembilan di Desa Bungku.

4. Menganalisis strategi pemenuhan pangan rumah tangga komunitas Batin Sembilan di Desa Bungku.

1.4 Kegunaan Penelitian

(12)

2. PENDEKATAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Ketahanan Pangan

Pengertian mengenai konsep ketahanan pangan terus mengalami perkembangan. Tahun 1974 dalam World Food Conference di Roma dirumuskan bahwa ketahanan pangan merupakan kemampuan suatu negara dan wilayah-wilayahnya di dalamnya untuk memenuhi target konsumsi pangan dari tahun ke tahun. Pengertian tersebut disadari hanya terbatas pada peningkatan peningkatan produksi saja, Falcon et al. (1980) dalam Alfiasari (2007) mengembangkan konsep ketahanan pangan tersebut. Ketahanan pangan bukan hanya ditinjau dari aspek suplai (ketersediaan) saja tetapi juga dalam aspek demand, dalam hal ini konsumsi pangan. Aspek suplai (ketersediaan) mencakup kestabilan stok pangan, impor, dan bahkan pemanfaatan pangan di masa depan, termasuk juga peningkatan produksi domestik. Aspek konsumsi pangan merujuk pada pencapaian peningkatan pendapatan ekonomi bagi keluarga miskin. World Food Conference berikutnya pada tahun 1996 menghasilkan rumusan tentang ketahanan pangan yang baru, yakni kondisi dimana semua orang, setiap orang, mempunyai akses fisik dan ekonomi, untuk memperoleh pangan yang cukup, aman, dan bergizi, guna memenuhi kebutuhan pangan dan prevensinya untuk kehidupan yang aktif dan sehat (FAO 1997).

Pengertian lain mengenai ketahanan pangan lebih detail dijelaskan oleh Suryana 2011 dalam Gunawan (2009), yakni:

1. Terpenuhinya pangan yang cukup, yang diartikan sebagai ketersediaan pangan dalam arti luas bukan hanya beras tetapi mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi manusia.

2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis kimia dan benda zat lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta aman dari kaidah agama.

3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dapat diartikan pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.

4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh oleh setiap rumah tangga dengan harga terjangkau.

Pangan dalam setiap pendefinisian dalam konsep ketahanan pangan adalah pengertian pangan dalam arti luas. Pangan tidak terbatas pada beras yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Undang-undang Ketahanan Pangan juga telah mendefinisikan pangan sesuai dengan apa yang di ungakpkan Suryana di atas, yakni pangan bukan berarti hanya beras dan komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan lain-lain), namun juga mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan, baik produk primer maupun turunannya. Dengan demikian pengertian pangan dapat dipahami dengan makna yang sangat luas.

Sebagai indikator ketahanan pangan, Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian (BKP Deptan 2006) merumuskan tiga hal pokok yang menjadi dasar analisis ketahanan pangan yakni:

1. Ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman.

(13)

3. Konsumsi, yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi kaidah kaidah gizi dan kesehatan, serta prevensinya. Cung et al. (1997) sebagaimana di kutip oleh Sofiati (2009) juga mengemukakan indikator katahanan pangan sesuai dengan aspek ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan. Faktor ketersediaan dan kestabilan pangan tergantung pada sumberdaya (alam, manusia, dan sosial) serta produksi pangan. Akses pangan manunjukkan jaminan bahwa setiap rumah tangga dan individu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan norma gizi. Akses pangan tercermin dari kemampuan rumah tangga meningkatkan pendapatan dan produksi pangan. Akses pemanfaatan meliputi konsumsi pangan dan status gizi.

2.1.2 Ketahanan Pangan

Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) merupakan respon dari deklarasi PBB tentang Hak Asazi Manusia (HAM) tahun 1948, bahwa hak atas pangan adalah salah satu elemen utama untuk menjalani kehidupan secara ideal. Dalam hal ini, kebutuhan pangan masyarakat dilihat dalam konteks pendekatan hak (right-based), yang bermakna bahwa pemerintah wajib untuk menghormati, melindungi dan memenuhi kecukupan pangan tersebut. Menghormati berarti bahwa pemerintah tidak boleh menghilangkan akses masyarakat terhadap pangan yang cukup. Melindungi berarti bahwa pemerintah harus melindungi masyarakat dari keadaan kehilangan akses tersebut. Pemerintah secara proaktif harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk dapat mandiri, apabila masyarakat belum mampu melakukannya, maka pemerintah harus menjamin ketersediaan pangannya.

Berdasarkan Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996 yang diselenggarakan oleh FAO, definisi ketahanan pangan adalah “food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food to meet their distary needs and food preferences for an active and healthy life” (Dewan Ketahanan Pangan, 2011). Makna yang terkandung dalam definisi tersebut adalah setiap orang pada setiap saat memiliki aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan agar dapat hidup produktif dan sehat.

Indonesia kemudian mengadopsi rumusan ketahanan pangan tersebut dan dituangkan ke dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. Berdasarkan UU tersebut, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Pangan merupakan komoditas penting, hal ini karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia (Husodo dan Muchtadi dalam Qoriah 2008). Qoriah (2008) menyatakan kecukupan pangan menentukan kualitas sumber daya manusia dan ketahanan suatu bangsa. Oleh karena itu usaha untuk mencapai kecukupan pangan harus dilakukan secara bersungguh-sungguh. Untuk membentuk manusia yang berkualitas pangan harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, merata, aman, bermutu, bergizi, beragam dan dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Perwujudan ketahanan pangan tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah tetapi semua lapisan masyarakat.

(14)

ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing dengan memperhatikan pedoman, norma, standar dan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah masih sangat penting dalam mencapai ketahanan pangan, walaupun akhir-akhir ini terdapat kecenderungan semakin pentingnya fungsi sektor swasta dan kelembagaan pasar. Pemerintah pusat menentukan arah kebijakan, strategi yang akan ditempuh, dan sasaran yang akan dicapai menuju tingkat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Ketidakjelasan dan keterputusan antara hierarki level politis-strategis, organisasi, dan implementasi sangat mempengaruhi perjalanan serta kualitas ketahanan pangan, yang meliputi dimensi ketersediaan, aksesibilitas dan stabilitas harga, serta utilisasi produk pangan di Indonesia.

Secara umum ketahanan pangan mencakup empat aspek, yaitu kecukupan (sufficiency), akses (acces), keterjaminan (security) dan waktu (time).

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas:

1. Subsistem ketersediaan, dipengaruhi oleh sumber daya dan produksi pangan

2. Subsistem kemudahan memperoleh pangan, dipengaruhi oleh kesempatan kerja, pendapatan rumah tangga dan sarana transportasi.

3. Subsistem pemanfaatan pangan, dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan status gizi. Ketahanan pangan yang baik memberikan ruang bagi rumah tangga untuk memperoleh gizi yang cukup bagi seluruh anggota rumah tangganya yang sangat penting untuk pemnagunan generasi yang berkualitas. Ketahanan pangan merupakan prasyarat bagi bangsa Indonesia untuk dapat membangun sektor lainnya, karena bila kebutuhan masyarakat yang paling asasi ini belum terpenuhi akan sangat mudah terjadinya kerawanan pangan.

Kerawanan pangan terjadi manakala rumah tangga, masyarakat atau daerah tertentu mengalami ketidakcukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan para individu penurunan akses terhadap pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara temporer. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana alam.

Kebijakan di bidang ketahanan pangan dan gizi merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan nasional. Dalam membangun sistem ketahanan pangan yang handal dan berkelanjutan tidak terlepas dari upaya-upaya yang meningkatkan pembangunan manusia dan mengatasi kemiskinan. Oleh karena itu strategi dalam membangun sistem ketahanan pangan tidak hanya berorientasi pada peningkatan produktivitas saja, tetapi juga pada peningkatan SDM melalui pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri secara mandiri dan berkelanjutan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan

Membahas ketahanan pangan tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi. Dari berbagai sumber pustaka yang diperoleh dirangkum beberapa faktor yang baik secara langsung ataupun tidak, berdampak pada ketahanan pangan. Faktor-faktor tersebut adalah peluang dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai ketahanan pangan. Faktor yang menjadi tantangan dalam mencapai ketahanan pangan adalah tekanan penduduk dan degradasi lingkungan.

(15)

pangan untuk mencukupi pertumbuhan penduduk tersebut. Secara matematis perhitungan untuk memenuhi kebutuhan tambahan pangan tersebut adalah dengan melakukan penambahan lahan pertanian penghasil padi dan sereal sebanyak 100.000 hektar, belum termasuk ribuan hektar untuk memproduksi pertanian lain (Krisnamurti et al. 2003).

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai permasalahan. Sanusi (2003) mengemukakan permasalahan yang akan timbul akibat tekanan jumlah penduduk adalah berupa peningkatan biaya hidup masyarakat yang menambah beban secara ekonomi, pemenuhan gizi dengan kualitas dan kuantitas memadai yang makin sulit, masalah dalam pendidikan karena biaya tinggi, dan pemenuhan lapangan kerja yang semakin sulit.

Tekanan penduduk secara nyata juga berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas pertanian sebagai satu-satunya sumber pangan bagi manusia. Degradasi lingkungan mengalami peningkatan akibat kondisi lahan yang mendapatkan pemaksaan produksi melalui penggunaan bahan-bahan yang dapat merusak lahan. Sejalan dengan kerusakan secara kualitas, terjadi pula konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Laju konversi lahan di Indonesia rata-rata mencapai 110.000 hektar pertahun (Kompas nline 14 Januari 2012). Konersi lahan dan degradasi lingkungan tentu akan menjadi tantangan yang harus dihadapi guna mewujudkan ketahanan pangan.

Disamping faktor yang menjadi tantangan, ada pula faktor pendukung yang menjadi peluang tercapainya ketahanan pangan. Faktor peluang tersebut adalah modal sosial dan diversifikasi pangan. Memenuhi kebutuhan hidup mutlak harus memiliki modal ekonomi atau modal alam. Keterbatasan kedua modal tersebut membuat kasus rawan pangan banyak terjadi khususnya daerah urbanisasi pinggiran kota. Di beberapa desa di tanah air, hal tersebut justru tidak terjadi. Masyarakat yang memiliki keterbatasan modal ekonomi dan alam tetap masih bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Tanpa disadari lingkungan dimana mereka tinggal dapat memberikan bantuan yang menyebabkan mereka terbebas dari rawan pangan.

Alfiasari et al. (2009) menganalisis kasus di atas dengan modal sosial. Konsep modal sosial dalam penelitian tersebut dijelaskan dalam tiga komponen utama yang dikonseptualisasikan oleh Putman, yaitu kepercayaan, jejaring sosial, dan norma sosial. Modal sosial dapat terbentuk karena adanya hungan sosial. Hubungan sosial masyarakat di pedesaan umumnya adalah hubungan ketetanggaan. Basis lain kedekatan masyarakat adalah kekerabatan, yakni di mana masyarakat memiliki hubungan keluarga luas satu dengan yang lain.

Masih menurut Alfiasari et al. (2009) mekanisme modal sosial dalam penguatan ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat dari: (1) kepercayaan, di mana komponen kepercayaan yang mempunyai hubungan signifikan dengan ketahanan pangan rumah tangga miskin adalah kepercayaan diri rumah tangga untuk menjalin kerja sama tanpa rasa saling curiga. (2) Sifat jaringan sosial, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua rumah tangga miskin responden memiliki jaringan sosial yang bersifat informal, baik dalam hubungan sosial keseharian maupun dalam hubungan sosial dalam pemenuhan kebutuhan pangan. (3) Basis jaringan sosial, kekerabatan dan pertetanggaan merupakan basis jaringan sosial yang penting bagi rumah angga miskin untuk pemenuhan pangan.

Penelitian sebelumnya di Amerika Serikat berhasil menjelaskan bahwa hubungan sosial yang diukur dari kepercayaan, hubungan sosial, dan timbal balik pada tingkat rumah tangga berhubungan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa modal sosial pada tingkat komunitas berhubungan signifikan dengan penurunan resiko kelaparan pada rumah tangga miskin berpendapatan rendah (Alfiasari et al. 2009).

(16)

tergantung pada satu jenis pangan saja, tapi lebih pada berbagai bahan pangan mulai dari aspek produksi, pengolahan, aspek distribusi, hingga aspek konsumsi pada tingkat rumah tangga. Suyastiri (2008) mengungkapkan ada tiga hal manfaat utama dari diversifikasi pangan, yaitu: (1) Dalam lingkup nasional pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif terhadap ketergantungan impor beras dari negara lain, (2) diversifikasi konsumsi pangan akan mengubah alokasi sumberdaya ke arah yang efisien, fleksibel, dan stabil kalau didukung oleh pemanfaatan potensi lokal, (3) diversifikasi konsumsi pangan penting dilihat dari segi nutrisi untuk dapat mewujudkan pola pangan harapan.

Keberagaman sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menghasilkan banyak pilihan untuk membantu mendorong dalam usaha diversifikasi beras. Beberapa makanan pokok pengganti yang jumlahnya melimpah adalah singkokng, ubi jalar, sagu, kentang, jagung, sukun, dan kacang-kacangan. Variasi makanan pokok tidak hanya akan mengurangi beban produksi beras, namun juga dapat meningkatkan citra makanan-makanan pokok alternatif yang ada di Indonesia.

Beberapa faktor lain yang dapat mendukung pencapaian ketahanan pangan adalah keterlibatan instansi luar seperti LSM dan institusi pendidikan. Kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh institusi tersebut menjadi salah satu pendorong yang memberikan motivasi dan bantuan kepada masyarakat guna mencapai ketahanan pangan di daerahnya.

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut Swift dan Levin (1987) dalam Mardikanto (2010) menunjuk pada kemampuan orang, khususya kelompok rentan dan lemah, untuk:

1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan.

2. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

Dari pengertian yang disebutkan Mardikanto (2010) diatas, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti: (1) perbaikan ekonomi, terutama kecakupan pangan; (2) perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan); (3) kemerdekaan dari segala bentuk penindasan; (4) terjaminnya keamanan; (5) terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran; (6) dan lain-lain.

(17)

Ketahanan

Menurut prosiding seminar hasil-hasil penelitian oleh Sumarti (2009) dalam Model Pemberdayaan Petani Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Dan Sejahtera (Kajian Kebijakan Dan Sosial Ekonomi Tentang Ketahanan Pangan Pada Komunitas Desa Rawan Pangan Di Jawa), (1) Berdasarkan indikator keberhasilan pemberdayaan kelompok afinitas, perkembangan kelompok di kabupaten Garut relatif lebih baik dibandingkan di kabupaten Klaten; (2) Salah satu faktor penentu keberhasilan adalah kesesuaian antara usaha yang dikembangkan dengan kontekstual setempat, yang dipengaruhi oleh dinamika sosial ekonomi politik dan ekologi tata kelola ketahanan pangan masyarakat; (3) Kelembagaan ketahanan pangan (kelompok afinitas) mengalami perkembangan yang berbeda di tiap wilayah mengikuti tahap persiapan dan penumbuhan kelompok sebelumnya, dan dipengaruhi oleh kelembagaan asli dan kelembagaan atas desa. (4) Model pemberdayaan petani di setiap desa juga spesifik menurut dinamika masyarakat, perkembangan kelembagaan kelompok afinitas, serta tahapan perkembangan implementasi program mapan. Situasi konflik politik dan kepentingan aktor turut mempengaruhi kegiatan pemberdayaan petani.

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan melihat sejauh mana ketersediaan pangan rumahtangga dan upaya pemenuhannya pada komunitas Batin Sembilan di hutan harapan jambi khususnya di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Bagaimana hubungan ketahanan pangan komunitas Batin Sembilan berdasarkan ciri demografis rumah tangga yaitu dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan ukuran rumah tangga. Kemudian melihat hubungan kualitas sumber daya wanita dalam rumah tangga terhadap ketahanan pangan, yang diukur dari kualitas sumber daya wanita rumah tangga yaitu tingkat pendidikan, tinkat kemampuan bertani, modal sosial, dan luas lahan.

(18)

Keterangan: Menunjukkan hubungan

Diuji secara kualitatif

pangan rumah tangga komunitas Batin Sembilan

10

Gambar 1. Ketersediaan Pangan Rumah Tangga dan Upaya Pemenuhannya Pada Komunitas Suku Anak Dalam di Hutan Harapan Jambi

Hipotesis Penelitian

1. Diduga ciri demografi berhubungan nyata dengan status ketahanan pangan rumah tangga di Desa Bungku

2. Diduga kualitas sumber daya wanita dalam rumah tangga berhubungan nyata dengan status ketahanan pangan rumah tangga di Desa Bungku

Definisi Operasional

1. Ciri demografis rumah tangga adalah ciri-ciri khas yang dipunyai oleh masing-masing rumah tangga yakni ukuran rumah tangga, pendapatan, dan pengeluaran.

a. Ukuran rumah tangga adalah jumlah seluruh individu yang tinggal/menetap bersama dalam satu atap dan hidup dari penghasilan yang sama.

 Kecil (≤ 4 orang) = 1  Sedang (5 – 6 orang) = 2  Besar (> 6 orang) = 3

b. Pendapatan adalah akumulasi jumlah pendapatan rumah tangga dalam satuan rupiah. Skala pengukuran tingkat pendapatan akan disesuaikan dengan data di lapangan.  Kecil (pendapatan x-x) = 1

 Sedang (pendapatan x-x) = 2  Besar (pendapatan x-x) = 3

c. Pengeluaran adalah banyaknya uang yang dikeluarkan dalam satu periode waktu untuk membayar barang atau jasa, dibandingkan antara pengeluaran pangan dengan non pangan.

 Rendah (> 60 persen pengeluaran untuk konsumsi)

 Sedang (40 persen ≤ pengeluaran untuk konsumsi ≤ 60 persen)  Tinggi (< 40 persen pengeluaran untuk konsumsi)

2. Kualitas sumber daya wanita dalam rumah tangga diartikan kemampuan yang dimiliki wanita dalam mendapatkan atau mengakses sumberdaya yang memungkinkan melaksanakan aktivitas yang menunjang ketahanan pangan rumah tangga

a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditamatkan oleh responden, dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

(19)

b. Tingkat kemampuan bertani: kemampuan bertani yang dimiliki masyarakat mulai dari menyiapkan lahan hingga memanen dan memasarkan hasil pertanian.

 Rendah (9-17) = skor 1  Sedang (18-26) = skor 2  Tinggi (27-36) = skor 3

c. Modal sosial adalah nilai-nilai positif yang dimiliki masyarakat dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Diukur berdasarkan, tingkat kepercayaan, kuatnya pengaruh norma sosial.

 Rendah (15-29) = skor 1  Sedang (30-44) = skor 2  Tinggi (44-60) = skor 3

d. Luas lahan garapan: total luas lahan yang dikuasai dan diusahakan untuk menghasilkan kebutuhan pangan, baik berupa sawah, ladang atau kebun. Luas penguasaan lahan didasarkan pada rataan luas lahan yang dimiliki masyarakat.

 Rendah (≤ 0,25 hektar) = 1  Sedang (> 0,25-0,99 hektar) = 2  Tinggi (> 0,99 hektar) = 3

3. Status ketahanan pangan rmah tangga adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan rumah tangga dalam jumlah maupun mutunya. Diukur dengan mengkombinasikan antara ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan rumah tangga.

(20)

1. PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Desa Bungku terdiri dari Dusun Tanjung Mandiri, Dusun Kunangan Jaya I, dan Dusun Kunangan Jaya II. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan (Tabel 1). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Rencana jadwal penelitian akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Rencana Jadwal Penelitian

Kegiatan

2013

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif didukung data kualitatif. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh rumah tangga yang ada di desa Bungku. Kerangka sampling adalah rumah tangga yang terlibat dalam pelaksanaan program ketahanan pangan yang dilakukan pihak luar. Sample diambil secara acak non proposional, yaitu sebanyak 60 orang dari tiga etnis yaitu, n Suku Anak Dalam = 20 orang, n Suku Anak Dalam-Semendo = 20 orang, dan n etnis luar = 20 orang. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu rumah tangga dengan unit sasarannya kepala rumah tangga.

(21)

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan pengambilan data dan melakukan teknik sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner (Lampiran 2). Data sekunder yaitu data pendukung yang di dapat dari literatur baik dokumen ilmiah, jurnal, dokumen yang berhubungan dengan keadaan wilayah, demografi penduduk, karakteristik desa dan lain-lain yang dapat digunakan dalam menunjang penelitian.

1.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan melalui data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan mengukur ketahanan pangan rumah tangga pada masyarakat Desa Bungku. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan dianalisis disesuaikan dengan metode yang digunakan. Teknik pengolahan data dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh yaitu menggunakan Korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antara variabel dengan data yang berbentuk ordinal - ordinal dan atau menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel dengan data yang berbentuk ordinal – nominal. Uji statistik ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan dari partisipasi masyarakat dengan pelaksanaan program dari tahap perencanaan hingga pelaporan terhadap ketahanan pangan masyarakat Desa Bungku. Analisis Data dilakukan dengan Metode Tabulasi Frekuensi, Tabulasi Silang, dan Grafik yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan ketersediaan data.

Data kualitatif berupa data primer dan sekunder akan dianalisis secara kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data (menggolongkan data sehingga dapat disimpulkan), penyajian data (dalam bentuk table atau deskriptif) dan penarikan kesimpulan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten (Sitorus 1998).

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Irwanto. Kerusakan Hutan di Indonesia. [Dikutip tanggal 22 februari 2013]. Dapat diunduh dari:

http://www.irwantoshut.net/kerusakan_hutan_indonesia.html

Hanani N. 2012. Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan Keluarga. E-Journal Ekonomi Pertanian. Volime 1 No. 1 Januari 2012. [Dikutip tanggal 17 maret 2013]. Dapat diunduh dari: http://perhepi.org/wp-content/uploads/2012/01/E-Journal-2012-Perhepi.pdf

Nasdian FT. 2006. Modul Pengembangan Masyarakat: Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat [ID] : (tidak diterbitkan) [IPB] Institut Pertanian Bogor.

Nasution AH. 2012. Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Peranan Kepemimpinan di Dea Ciaruteun Ilir. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Rizki F. 2012. Sekitar 100.000 Ha Hutan Harapan Jambi Rusak Akibat Dirambah. [Dikutip tanggal 22 februari 2013]. Dapat diunduh dari: http://www.aktual.co/sosial/192103sekitar-100.000-ha-hutan-harapan-jambi-rusak-akibat-dirambah

[Pemerintah Provinsi Jambi]. Hutan Harapan. [Dikutip tanggal 22 februari 2013]. Dapat diunduh dari:

http://www.jambiprov.go.id/?show=direktori&id=hutan-harapan

Prathivi M. 2012. Strategi Pengembangan Konsumsi Pangan di Kota Jambi. [Thesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Qoriah SN. 2008. Analisis Gender dalam Program Desa Mandiri Pangan (Studi Kasus Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten-Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Rofiq R. dan Hidayat R. 2013. Swasembada Pangan; Bukan Basa Basi. [Dikutip tanggal 17 maret 2013]. Dapat diunduh dari: http://setarajambi.org/index.php? option=com_content&view=article&id=63:opini&catid=43:news

[Sekretarian DKP Provinsi Jambi]. Tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. [Dikutip tanggal 17 maret 2013]. Dapat diunduh dari: http://bkp.jambiprov.go.id/show/read/4

Sido F. (2013). Dunia Sorot Hutan Indonesia. [Internet]. [Dikutip tanggal 22 februari 2013]. Dapat diunduh dari: http://green.kompasiana.com/polusi/2013/03/07/dunia-sorot-hutan-indonesia-539963.html

Singarimbun M. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES.

Sofiati EL. 2009. Analisis Kerawanan Pangan di Tingkat Kecamatan Kota Bogor. [Tesis]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor.

Suyastiri NM. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Bebasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. [Jurnal]. [Internet]

(23)

Tambunan T. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia, Mengidentifikasi Beberapa Penyebab. [Jurnal]. [Internet]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17567/2/Reference.pdf

Uphoff N. 1986. Local Institutional development: an analitical sourcebook with cases. Conecticut, Kumarian Press

(24)

Peta Hutan Harapan Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

(25)

KUESIONER STRATEGI NAFKAH DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang benar/sesuai, ATAU isi jawaban pada bagian yang disediakan I. Identitas Lokasi

4. Jumlah Beban Tanggungan : ………..

III. Karakteristik Rumahtangga

No

. Nama Anggota Rumahtangga Hub KK JK Umur

Pekerjaan Tk Pendidiakan dan lama sekolah (thn) Utama Tambahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

V. Penguasaan Sumber Daya Rumah Tangga

1. Aset Sumberdaya Alami (kebun, pekarangan, air)

1. Luas lahan pekarangan………. m2

2. Luas Kebun……… m2

3. Status penguasaan lahan kebun?

(1) Milik suami (2) Milik isteri (3) Bagi Hasil (4) Menyewa (5) Tanah Adat (6) Warisan (7)lainnya…. 4. Asal Bibit untuk berkebun?

(1) Kebun milik sendiri/tetangga (2) Dinas (3) Swasta (4)lainnya…… 5. Sumber air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga?

(1) Keperluan rumah tangga (2) Mandi, cuci

(3) Berkebun/bertani (4) lainnya………

6. Akses untuk memperoleh air untuk keperluan rumah tangga? (1) sulit (2) biasa saja (3) mudah

(26)

6. Apakah anda memiliki ook/warung?

1. Organisasi Kemasyarakatan apakah yang terdapat di desa Anda ?

(1) Tidak ada (4) Kelompok Tani (7) Kelompok Rohani (2) Karang Taruna (5) Kelompok wanita (8) Lubung Desa

(3) Kelompok Taruna Tani (6) Kelompok wanita Tani (9) Lainnya,... 2. Sebutkan 2 (dua) organisasi dan kelompok yang paling penting bagi keluarga Anda?

(a) ... (b) ... 3. Apa alasan Bapak/Ibu/Saudara, mengapa organisasi tersebut dianggap penting?

……….

4. Dari dua organiasi yang dianggap penting tersebut, dalam hal apa mayoritas anggotanya memiliki kesamaan? (1) Agama (2) Gender (3) Suku (4) Pekerjaan (5)Profesi

5. Apakah organisasi tersebut memiliki hubungan kerjasama dengan organisasi sosial diluar desa ? (1) Ya (2) Tidak (3) Tidak tahu

6. Apakah organisasi tersebut mempunyai anggota dari luar desa ? (1) Ya (2) Tidak (3) Tidak tahu

7. Sebutkan peran atau dukungan yang Anda berikan pada organisasi tersebut ?

……….

8. Sebutkan manfaat yang Anda peroleh dari organisasi tersebut ?

……….

9. Bila suatu ketika keluarga Anda membutuhkan bantuan ekonomi seperti pinjaman, meminta pekerjaan, dll, kepada siapa Anda meminta bantuan?

(1). Sanak keluarga (4). Pegurus koperasi/PHBM (7). Teman luar desa (2). Tetangga dekat rumah (5). Tokoh Masyarakat (8). Lainnya,

(3). Sesama anggota kelompok (6). Tengkulak Sebutkan ... 10. Bila suatu ketika keluarga Anda membutuhkan bantuan sosial seperti penyelesaian pertikaian dalam keluarga,

sengketa tanah, dll, kepada siapa Anda meminta bantuan?

(1). Sanak keluarga (4). Pegurus koperasi/PHBM (8). Lainnya,

(2). Tetangga dekat rumah (5). Tokoh Masyarakat Sebutkan ... (3). Sesama anggota kelompok (7). Teman luar desa

11. Selama setahun ini, apakah ada pertemuan untuk membicarakan masalah warga yang muncul di dalam lingkup RT/RW/Dusun dimana Anda tinggal?

(1) Ya (2) Tidak (langsung ke no 16) (3) Tidak tahu 12. Pernahkan Anda hadir dalam pertemuan-pertemuan tersebut?

(27)

(1) Ya (2) Tidak (langsung ke no 18) (3) Tidak tahu 14. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara ikut serta dalam kegiatan tersebut?

(1) Tidak pernah (3) Ya, beberapa kali (3) Ya, banyak kali (4) Tidak tahu 15. Dari pernyataan berikut, mana yang lebih sesuai dengan keadaan saat ini.

(1) Sebagian besar orang bisa dipercaya

(2) Perlu berhati-hati (waspada) dalam berhubungan dengan orang lain (3) Tidak tahu

pertanian pertanianNon Hari/mgg Mgg/bln Bln/th Rp/bln Rp/th

Keterangan:

*) Jenis Pekerjaan : (1) PNS (2) pegawai pabrik (3) buruh pabrik (4) buruh kebun kelapa sawit (5) buruh minyak (6) pedagang besar (7) pedagang kecil (8) lainnya…..

5. Aset Sumberdaya Manusia

1. Apakah anda pernah mengalami sakit serius? (1) Ya (2) Tidak

2. Seberapa sering anda mengalami sakit dalam setahun? (1) Sering (2) Jarang (3) Tidak Pernah

VI. Pekarangan dan Infrastruktur

1. Apakah saudara memiliki tanaman di lahan pekarangan ? (1) Ya (2) Tidak 2. Jika memiliki tanaman, tanaman apa yang ditanam di lahan pekarangan?

a………. c. ... e. ... 7. Jika beternak, ternak apa yang diusahakan dan berapa jumlahnya ?

a. ayam ...ekor d. kambing ...ekor f. Kelinci...ekor b. bebek...ekor e. sapi...ekor g. Lainnya, ...ekor c. babi...ekor

8. Apakah saudara memiliki kolam ikan lahan di pekarangan ? (1) Ya (2) Tidak 9. Jika memelihara ikan, ikan apa yang diusahakan dan berapa jumlahnya ?

a. Ikan ...ekor c. Ikan ...ekor 16. Jika Ya, sebutkan usaha apa ………

17. Apakah ada penyuluhan atau pelatihan mengenai mengenai UMKM di desa Anda? (1) Ya (2) Tidak 18. Jika Ya, apakah Anda mengikutinya? (1) Ya (2) Tidak (3) Kadang-kadang 19. Apakah Anda ingin mengembangkan UMKM ? (1) Ya (2) Tidak 20. Jika Ya, usaha apa yang ingin Anda kembangkan ? ...

21. Berapa modal yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha tersebut ? Rp... 22. Apakah ada anggota keluarga yang terampil mengelola pekarangan (1) Ada (2) Tidak 23. Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengikuti pelatihan atau mempunyai pengalaman dalam mengelola

UMKM ? (1) Ada (2) Tidak

24. Apakah akses dan transportasi menuju desa Anda baik ? (1) Ya (2) Tidak (3) Sebagian 25. Apa infrastruktur yang belum ada dalam desa Anda?

(28)

27. Waktu Anda yang dipakai untuk bekerja dan istirahat di rumah ...jam Waktu luang Anda ...jam 28. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki waktu luang ? (1) Ada (2) Tidak 29. Jika ada, berapa banyak waktu luangnya ...jam

XI. Ketahanan Pangan Rumah Tangga

1.

Makanan apa yang dikonsumsi sehari-hari sebagai makanan pokok ?

(1) Beras (nasi) (4) Jagung (7) Ubi Jalar

(2) Tepung terigu atau olahannya (5) Singkong (8) Lainnya,...

(3) Tepung sagu (6) Sagu

2.

Makanan pokok alternatif apa yang dimakan jika tidak ada makanan pokok tersebut ?

(1) Beras (nasi) (4) Jagung (7) Ubi Jalar

(2) Tepung terigu atau olahannya (5) Singkong (8) Lainnya,...

(3) Tepung sagu (6) Sagu

3. Darimana sumber makanan pokok yang biasa dimakan ?(1) Produksi sendiri (3) Bantuan

(2) Membeli di pasar/warung (4) Lainnya,...

4. Apakah kebutuhan makanan pokok keluarga Anda mudah diperoleh ? (1) Ya (2) Tidak

5. Bila tidak, kenapa ? ...

6. Apakah kebutuhan lauk pauk keluarga Anda mudah diperoleh ? (1) Ya (2) Tidak

7. Bila tidak, kenapa ? ...

8. Apakah kebutuhan sayur dan buah keluarga Anda mudah diperoleh ? (1) Ya (2) Tidak

9. Bila tidak, kenapa ? ... 10. Apakah Anda memiliki persediaan beras/sumber makanan pokok yang cukup untuk 3 hari ke depan sebagai bahan makanan rumah tangga? (1) Ya (2) Tidak

11. Apakah beras/sumber makanan pokok yang Anda miliki memiliki kulitas yang baik untuk dikonsumsi ?(1) Ya (2) Tidak 12. Apakah Anda kesulitan untuk mendapatkan beras/sumber makanan pokok di desa ini ? (1) Ya (2) Tidak 13. Apakah Anda menghasilkan beras/sumber makanan pokok rumah tangga sendiri ? (1) Ya (2) Tidak 14. Apakah Anda cukup berjalan kaki untuk membeli beras/sumber makanan pokok di desa ini?(1) Ya (2) Tidak

15. Apakah harga beras/sumber makanan pokok yang Anda beli di desa ini tidak berbeda jauh dengan harga beras di pasar? (1) Ya (2) Tidak

16. Apakah harga beras/sumber makanan pokok di desa ini masih terjangkau untuk rumah tangga Anda?(1) Ya (2) Tidak 17. Apakah Anda belum pernah kekurangan uang untuk membeli sumber makanan pokok? (1) Ya (2) Tidak 18. Apakah Anda pernah melihat dan merasakan desa ini kehabisan persediaan beras/sumber makanan pokok ?(1) Ya (2) Tidak

19. Apakah anda memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga?(1) Ya (2) Tidak

20. Apakah anda menggunakan hasil panen sebagai penghasil utama untuk kebutuhan pangan rumah tangga ?(1) Ya (2) Tidak

21. Hasil panen yang diperoleh apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan panen rumah tangga?(1) Ya (2) Tidak

22. Apakah konsumsi makanan sehari-hari Anda rasa cukup ? (1) Ya (2) Tidak

23. Siapakah yang paling menentukan menu makan sehari-hari di rumah ?(1) Bapak (2) Ibu (3) Anak (4) Lainnya,...

24. Siapakah yang paling berperan dalam mengelola pengeluaran rumahtangga ?(1) Bapak (2) Ibu (3) Bapak dan ibu

X. Keterlibatan Pihak Luar

A. Intensitas Pemberian Bantuan

1. Apakah Anda mendapat program bantuan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga yang diberikan oleh sebuah lembaga/pemerintahan? (1) Ya (2) Tidak

2. Program bantuan pemerintah apakah yang Anda dapat ?

(1) Tidak ada (7) Keluarga Harapan

(29)

(4) Askeskin (10) Bantuan teknologi (5) Sembako murah (11) Kredit

(6) Bantuan Operasional Sekolah (untuk anak sekolah) (12) Lainnya,... 3. Seberapa sering Anda mendapat bantuan tersebut?(1) Sering (2) Kadang-kadang

4. Apakah bantuan yang Anda dapatkan membantu dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari ?(1) Ya (2) Tidak (3) Kadang-kadang

B. Intensitas Pembinaan

5. Apakah Anda mengikuti program Ketahanan Pangan yang dilakukan dari sebuah lembaga?(2) Ya (2) Tidak

6.

Sebutkan program Ketahanan Pangan yang Anda ketahui dan pendapat Anda tentang keberhasilannya

N

o Nama Program Penyelenggara Berhasil(√) Berhasil (√)Tidak Tidak Tahu(√) Alasan

7. Seberapa sering Anda mendapat bantuan tersebut?(2) Sering (2) Kadang-kadang

8. Apakah program yang Anda ikuti dapat membantu dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari ?(1) Ya (2) Tidak (3) Kadang-kadang

XI. Intensitas Kerawanan Pangan Rumahtangga

1. Khawatir persediaan makanan pokok di rumah habis 2. Persediaan makanan pokok sedikit dan tidak punya uang

untuk membeli

3. Tidak dapat menyediakan makanan bergizi seimbang (empat sehat) untuk rumahtangga

4. Tidak dapat menyediakan makanan bergizi seimbang (empat sehat) untuk anak

5. Anak-anak tidak memperoleh makanan yang cukup 6. Merasa sangat lapar dan tidak ada makanan di rumah 7. Ada anggota keluarga selain anak yang mengurangi

makan karena tidak cukup makanan

8. Mengurangi porsi makan untuk anak karena tidak cukup makanan

9. Ada anggota keluarga selain anak tidak makan seharian karena tidak punya uang

10. Ada anak tidak makan karena tidak punya uang 11. Ada anak yang mengalami penurunan berat badan

karena kurang makan atau tidak mampu membeli makanan

12. Ada anggota keluarga dewasa mengalami penurunan berat badan karena kurang makan atau tidak mampu membeli makanan

XII. Upaya Bertahan Hidup (Coping Strategy)

No Upaya Bertahan Hidup (Coping Strategy) TidakYa/ Urutan*Skor

Kapan terakhir

1. Mengalihkan pangan pokok utama ke jenis lain yang lebih murah (misal dari beras ke ubi kayu/jagung)

2. Mengurangi jumlah pangan yang dimakan

(30)

5. Meminjam uang pada saudara/kerabat

6. Meminjam uang pada orang lain (rentenir, hutang di warung, dll) 7. Membeli makanan yang murah

8. Menghutang ke warung untuk membeli makanan

9. Meminta kebutuhan pangan/makanan kepada tetangga atau saudara

10. Bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan makan rumah tangga

11. Menjual aset non produktif (TV, radio, baju,dll) 12. Tidak membayar biaya/uang sekolah anak

13. Ada anggota keluarga mencari pekerjaan di kota/ tempat lain (ke luar desa/kota)

14. Menjual aset produktif (tanah, alat pertanian, ternak, dll) 15. Menghentikan pendidikan/sekolah anak

16. Upaya lain:

Keterangan: * beri skor 1 – 12, skor 1 untuk yang paling dulu dilakukan sampai 12 yang paling akhir dilakukan XIII. Pendapatan Bersih Menurut Jenis Pekerjaan (Rp)

ART Jenis pekerjaan

Hari Minggu Bulan*

Rp/hr Hr/mg Rp/mg Mg/bln Rp/bln Bln/thn Rp/thn

1. Suami

Keterangan* : dekati dari musim jika penghasilan menurut musim dan dibagi lamanya (bulan)

(31)

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka

Ketahanan Pangan Partisipasi

Kerangka Pemikiran Hipotesis

Definisi Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Teknik Sampling Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Profil Kabupaten Batanghari

Profil Desa Bungku

Profil Etnis Suku Anak Dalam

Profil Etnis Suku Anak Dalam - Semendo Profil Etnis luar

Kondisi Geografis Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial

Karakteristik Penduduk

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DESA BUNGKU DALAM PROGRAM MANDIRI PANGAN

Analisis Partisipasi Masyarakat Analisis Partisipasi Berdasarkan Etnis

Analisis Perbedaan Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Etnis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI

MASYARAKAT

Analisis Karakter Individu Analisis Tingkat Pendidikan Analisis Tingkat Pendapatan PENUTUP

Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Gambar

Tabel 1. Rencana Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Buku Database Ketahanan Pangan Tahun 2014 merupakan salah satu kegiatan rutin pada Badan Ketahanan Pangan di Sumatera Barat yakni dalam rangka memenuhi

Berdasarkan hasil analisa dalam studi ini, maka dapat diambil suatu kesimpulan pokok tentang Analisa Ketersediaan Air Batang Tarusan Memenuhi Kebutuhan Air Bagi Penduduk

Rawan pangan adalah kondisi suatu daerah, masyarakat, atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan

pakan satwa, yakni (1) cukup, artinya jumlah pakan yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan satwa, (2) sempurna, artinya mutu pakan harus sesuai yang diperlukan,

Apabila ketersediaan air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih seluruh penduduk Desa Sunyalangu, maka dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 0,88%

• Masyarakat sehat dan bergizi baik dapat dicapai melalui pembangunan ketahanan pangan dan gizi daerah dengan tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat untuk

Menurut Gardjito dan Rauf (2009), tujuan dari pembangunan ketahanan pangan adalah terwujudnya kemandirian pangan yang cukup dan berkelanjutan bagi seluruh penduduk melalui