• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Seminar Ilmiah Ensiklik Laudato

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Seminar Ilmiah Ensiklik Laudato"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAUDATO SI’

,

MI’ SIGNORE

TERPUJILAH ENGKAU, YA TUHANKU

MAKALAH SEMINAR ILMIAH

ENSIKLIK

LAUDATO SI’

: TANGGAPAN GEREJA KATOLIK

ATAS KRISIS EKOLOGIS GLOBAL

OLEH TIM STUDI KSM

FR. LEONARDUS LARATMASE MSC

FR. STEFANUS ARDI WATUSEKE MSC

FR. CAROL JOHANES SOMPOTAN MSC

FR. FERDINANDUS TARAN MSC

SKOLASTIKAT MSC PINELENG,

▸ Baca selengkapnya: jelaskan apa tujuan paus fransiskus menyampaikan ensiklik fratelli tutti

(2)

1

ENSIKLIK LAUDATO SI’: TANGGAPAN GEREJA KATOLIK ATAS KRISIS EKOLOGIS GLOBAL1

PENDAHULUAN

Pada tanggal 24 Mei 2015, di basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus mempromulgasikan ensiklik Laudato Si’ tentang perawatan bumi sebagai rumah kita bersama. Pada tanggal 18 Juni 2015 terjemahan ensiklik Laudato Si’ diterbitkan dalam delapan bahasa serentak, yakni Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Prancis, Polandia, Portu, dan Arab. Setelah itu beredar terjemahan-terjemahan dalam bahasa lain, antara lain dalam bahasa Indonesia oleh P. Martin Harun OFM yang diterbitkan secara gratis, dan diedarkan secara elektronik oleh Penerbit OBOR. Sebagai kelompok studi Skolastikat MSC Pineleng, Tim Studi Kelompok Studi Mitra (KSM) mempelajari, membahas, dan mempresentasikan pokok-pokok penting dan praktis dalam ensiklik

Laudato Si’.

Pembahasan terdiri dari lima bagian. Bagian pertama berisi uraian tentang latar belakang gagasan-gagasan dasar ensiklik Laudato Si’. Bagian kedua berisi dasar biblis dari pandangan-pandangan ekologis ensiklik Laudato Si’. Bagian ketiga berisi ekologi Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’. Bagian keempat berisi solusi yang ditawarkan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik

Laudato Si’. Bagian kelima berisi rekomendasi Tim Studi KSM bagi praksis pastoral ekologis dalam hidup bersama di tengah umat, masyarakat dan lingkungan sekitar.

1

(3)

2

BAGIAN I: LATAR BELAKANG ENSIKLIK LAUDATIO SI’

(Oleh fr. Leonardus Laratmase MSC)

Pandangan ekologis Paus Fransiskus tidak terlepas dari keadaan bumi dan umat manusia pada masa sekarang ini. Persoalan-persoalan kritis di bidang sosial dan lingkungan hidup mempengaruhi kehidupan bersama di bumi, yang bukan hanya dirasakan oleh manusia tapi oleh seluruh penghuni bumi. Paus Fransiskus yang mengagumi Santo Fransiskus Asisi menanggapi keadaan kritis bumi sebagai rumah kita bersama, dengan mengeluarkan ensiklik Laudato Si’ bagi semua orang yang berkehendak baik.

1. Pengaruh St. Fransiskus Asisi

Pandangan Paus Fransiskus tentang ekologi dalam ensiklik Laudato Si’ sangat dipengaruhi oleh spiritualitas St. Fransiskus Asisi. Pada awal ensikliknya Paus Fransiskus mengakui hal itu,

Saya tidak ingin menulis ensiklik ini tanpa kembali ke model yang menarik dan mampu memotivasi kita. Namanya saya ambil sebagai panduan dan inspirasi ketika saya terpilih sebagai Uskup Roma. Saya percaya bahwa Santo Fransiskus adalah contoh unggul dalam melindungi yang rentan dan dalam suatu ekologi yang integral, yang dihayati dengan gembira dan otentik (LS 10).

(4)

3

Sungguh menarik jika menyimak karya-karya St. Fransiskus Asisi. Ia tidak menulis uraian teologis yang sistematis dan abstrak tentang alam. Tulisannya lebih banyak berupa doa dan mazmur. Walaupun demikian, karya-karyanya itu sangat berkualitas dan memiliki makna spiritual yang sangat dalam. Selain itu juga karya-karyanya itu menunjukkan keluhuran budi dan keagungan hatinya.

Salah satu di antara kidung St. Fransiskus Asisi yang terkenal, yakni

Kidung Saudara Matahari. Syair kidung ini diambil oleh Paus Fransiskus sebagai judul ensikliknya tentang ekologi. Berikut isi dari Kidung Saudara Matahari,

Yang Mahatinggi, Mahakuasa, Tuhan yang baik,

Milik-Mulah pujian, kemuliaan dan hormat dan segala pujian. Pada-Mu saja, Yang Mahatinggi, semuanya itu patut disampaikan, Dan tiada seorangpun yang layak menyebut nama-Mu.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,

Bersama semua makhluk-Mu terutama Tuan Saudara Matahari, yang membuat siang hari, dan menerangi kami dengan sinarnya; Sebab ia indah dan dan bercahaya dengan sinarnya yang cemerlang; Dan ia adalah lambang dari-Mu, Allah Mahatinggi

Terpujilah Engkau Tuhanku,

Karena Saudari Bulan dan semua bintang: Di cakrawala Engkau menempatkan mereka, Cemerlang, megah dan indah.

Terpujilah Engkau Tuhanku karena Saudara Angin

Dan karena udara, awan dan langit yang cemerlang dan setiap cuaca, Melaluinya Engkau menopang hidup ciptaan-Mu

Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Air:

(5)

4

Terpujilah Engkau, Tuhanku karena Saudara Api, Dengannya Engkau menerangi malam;

Karena ia indah dan cerah ceria, kuat dan perkasa. Terpujilah Engkau, Tuhanku

Karena Saudari kami Ibu Pertiwi, Yang menopang dan mengasuh kami, Dan menumbuhkan berbagai jenis buah, Beserta bunga warna-warni dan rerumputan. Terpujilah Engkau, Tuhanku

Melalui mereka yang mengampuni demi kasih-Mu Dan menanggung sakit dan duka derita.

Diberkatilah mereka yang menanggungnya dalam damai

Sebab mereka, O Allah Mahatinggi, akan dimahkotai oleh Engkau. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Kami Maut Badani, Dari padanya tiada insan hidup yang luput.

Celakalah mereka yang mati dalam dosa berat;

Tetapi berbahagialah mereka yang didapati setia pada kehendak-Mu yang tersuci

Karena kematian kedua tidak akan menimpa mereka. Puji dan Pujilah Tuhanku,

Bersyukurlah pada-Nya dan mengabdilah pada-Nya dengan kerendahan hati yang agung.

(6)

5

dan menderita. Ia memuji mereka yang taat dan mengingatkan siapapun supaya tidak mati dalam keadaan dosa berat.

Kedua, relasi yang disemangati oleh cinta kasih. Paus Fransiskus

berpendapat: ―Tanggapannya terhadap dunia di sekelilingnya jauh melampaui apresiasi intelektual dan perhitungan ekonomi, karena baginya setiap makhluk adalah saudari yang bersatu dengannya dalam ikatan kasih sayang‖ (LS 11). Cinta kasihlah yang mampu membuka mata Fransiskus untuk menyapa matahari sebagai saudara dan bulan sebagai saudari. Cinta kasihlah yang membuka mata Fransiskus melihat karya Allah dalam diri setiap ciptaan. Cinta kasihlah yang membuat Fransiskus melihat kebijaksanaan, kemahakuasaan, keagungan Allah. Cinta kasih Fransiskus tergambar dalam pujiannya yang tulus dan sapaan yang akrab nan mesra. Cinta kasih itu juga tergambar dalam pandangannya yang positif dan penuh kekaguman terhadap ciptaan lainnya.

Ketiga, Iman akan Tuhan. Frasa yang paling banyak diulang dalam

kidung di atas adalah ―Terpujilah Engkau, ya Tuhanku.‖ Kiranya inilah inti

(7)

6

2. Keadaan Bumi, Rumah Kita Bersama

Kemunculan ensiklik Laudato Si’ tidak terlepas dari fakta kemerosotan ekologis. Secara umum realitas yang diangkat Paus pada bagian awal ensiklik

Laudato Si’ dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni kemerosotan lingkungan alam dan lingkungan manusia. Keduanya saling terhubung satu dengan yang lainnya.

Lingkungan manusia dan lingkungan alam merosot bersama-sama, dan kita tidak dapat secara memadai menangani kemerosotan lingkungan alam jika kita tidak memperhatikan sebab-sebab yang berkaitan dengan kemerosotan manusia dan masyarakat (LS. 48).

Mengenai kemerosotan lingkungan alam, Paus mengangkat beberapa pokok yakni poulsi (LS 20-22), perubahan iklim (LS 23-26), masalah air (LS 27-31) dan hilangnya keankeragaman hayati (LS 32-42). Mengenai lingkungan manusia, Paus mengangkat persoalan mengenai penurunan kualitas hidup manusia dan kemerosotan kehidupan sosial (LS 43-47), serta ketimbangan global (LS 48-52).

a.Kemerosotan Lingkungan Alam

(8)

7

Perubahan iklim merupakan tantangan besar pada zaman ini dan seringkali menjadi pembicaraan dalam pertemuan internasional, baik oleh pemerintah maupun oleh organisasi-organisasi yang peduli dengan alam. Secara umum, perubahan iklim disebabkan oleh dua hal yakni aktivitas alam dan aktivitas manusia (LS 23), yakni penggunaan bahan bakar fosil yang menimbulkan konsentrasi gas rumah kaca, yang diperparah oleh perambahan hutan (deforestasi). Korban dari perubahan iklim adalah masyarakat kecil yang menggantungkan hidup pada pertanian, perikanan, dan kehutanan (LS 25), juga tumbuhan dan hewan yang mati ataupun berimigrasi karena sudah tidak mampu lagi beradaptasi.

Masalah air disebabkan oleh tiga faktor berikut: pencemaran limbah industri, privatisasi air dan cara hidup boros. Limbah industri yang dipenui zat kimia mencemari sungai dan air bawah tanah sehingga persediaan air kurang higienis dan menimbulkan penyakit. Privatisasi air adalah penguasaan terhadap air dan komersialiasi yang membatasi akses orang miskin pada air. Paus menyatakan dengan tegas bahwa dunia kita memiliki utang sosial kepada orang miskin yang tidak memiliki akses ke air minum (LS 30). Pemborosan jelas berkaitan dengan cara hidup yang kurang berbudaya. Cara hidup seperti ini disebabkan oleh tak adanya kesadaran terhadap perilaku sedemikian sebagai sebuah ketidakadilan yang besar (LS 31).

(9)

8

b.Kemerosotan Lingkungan Manusia

Kemerosotan sosial tampak dalam kualitas kehidupan di perkotaan, yakni masalah transportasi, polusi visual, kebisingan, kepadatan, dan ruang hijau yang

kurang memadai. Paus menyebut ―penduduk bumi ini tidak dimaksudkan untuk

hidup terhimpit oleh beton, aspal, kaca dan logam, hingga kehilangan kontak

fisik dengan alam‖ (LS 44). Menurut Paus Fransiskus kemerosotan kehidupan

sosial dipengaruhi oleh dua faktor penting, yakni teknologi dan media massa – dunia digital. Kemajuan teknologi mempengaruhi lapangan kerja, pengucilan sosial, ketimpangan dalam distribusi dan konsumsi energi, fragmentasi sosial, peningkatan kekerasan, kemunculan bentuk baru agresi sosial, dan perdagangan narkoba serta penggunaannya di kalangan muda (LS 46). Sedangkan media sosial dan dunia digital, menurut Paus, bisa menghalangi orang untuk hidup dengan kebijaksanaan, untuk berpikir mendalam dan untuk mencintai dengan murah hati (LS 47). Akumulasi data yang disajikan menimbulkan kejenuhan dan kebingungan. Relasi dunia maya membuat banyak orang memilih atau memutuskan hubungan semaunya.

(10)

9

BAGIAN II: PENDASARAN BIBLIS ENSIKLIK LAUDATO SI’

(Oleh fr. Stefanus Ardi Watuseke MSC)

Ensiklik ini mau menyapa, serentak menegur setiap pribadi yang telah mendiami bumi, namun merusaknya dengan ketidakadilan ekologis. Paus paham bahwa manusia pada zaman ini terdiri dari aneka pribadi yang membentuk aneka pemahaman dan keyakinan. Ada yang secara tegas menolak kisah penciptaan dan Penciptanya. Namun adalah sebuah kearifan bila menghadapi kerusakan alam dengan menghimpun dan mendengarkan pelbagai kebijaksanaan, baik yang ditawarkan oleh agama maupun oleh ilmu pengetahuan. Di sinilah relevansi aktual antara iman dan rasio: bersama-sama mengembangkan ekologi yang mampu menanggulangi apa yang telah dirusak oleh manusia. (LS 62-63). Dalam ensiklik yang ditujukan kepada seluruh manusia ini, Paus Fransiskus menunjukkan komitmen iman Kristen yang peduli terhadap masalah ekologis (LS 64).

1. Hikmat Cerita-cerita Alkitab

Ada pandangan yang keliru mengenai perspektif orang-orang Kristen terhadap alam. Padahal dalam ajaran iman yang termaktub dalam Alkitab dikatakan bahwa Allah menciptakan alam dan manusia sama baiknya (Kej. 1:31), dimana manusia mempunyai peran khusus (Kej. 1:26) yang

(11)

10

Dalam cerita Alkitab dikatakan bahwa manusia mempunyai tiga relasi yang saling berkaitan, yakni dengan Allah, dengan sesama, dan dengan bumi. Sejarah memperlihatkan bahwa relasi ini hancur karena dosa, sehingga memberikan pemahaman yang keliru untuk menaklukkan bumi (Kej. 1:28). Padahal Allah juga berfirman bahwa manusia harus mengusahakan dan memeliharanya (Kej.2:15). Hubungan yang dulu akrab berubah menjadi konflik (Kej. 3:17-19).

Manusia bukanlah Allah. Bumi telah lebih dulu ada sebelum manusia. Paham ini bisa dipakai untuk menjawab tuduhan terhadap pemahaman orang Kristen dan Yahudi yang berdasar pada Kej. 1:28: untuk ―berkuasa atas seluruh bumi‖ sehingga menyebabkan eksploitasi besar-besaran. Paus Fransiskus mengajak kita untuk menafsirkan dan memahami dengan tepat (hermeneutika) narasi dalam Kej. 2:15. Kata ―mengusahakan‖ berarti menggarap, membajak dan mengerjakan. Sedangkan kata ―memelihara‖ berarti melindungi, menjaga, melestarikan, merawat dan mengawasi. Artinya, ada tanggungjawab timbal balik antara manusia dan alam (LS 67). Sebab bukan manusia yang empunya bumi, melainkan Allah (Mzm. 24:1 dan Ul.10:14). Manusia hanyalah pendatang yang menggarap tanah milik Allah (Im.25:23).

Tanggungjawab kepada milik Allah membuat manusia diberkati dan dituntun dengan akal budi, hukum alam, dan keseimbangan dengan semua makhluk. Norma yang diberikan Allah bukan hanya mengatur manusia dengan Allah dan sesama, melainkan juga dengan alam ciptaan. Perintah Allah untuk beristirahat kepada manusia juga dikenakan kepada makhluk ciptaan. Karena itu, Alkitab tidak mengizinkan antroposentrisme diktatorial yang tak acuh kepada makhluk lain. (LS 68)

(12)

11

Gereja Katolik menegaskan, ―Setiap makhluk memiliki kebaikan dan kesempurnaanya sendiri...yang memancarkan kebijaksanaan dan kebaikan Allah

yang tak terbatas‖ (KGK 2416).

Dalam cerita Kain dan Habel (Kej. 4:9-11) ditegaskan bahwa Allah menghubungi Kain untuk mencari Habel. Bukan karena Allah tidak tahu melainkan karena seluruh ciptaan berelasi dan berkaitan, termasuk antara alam ciptaan dan manusia. Paham Sabat, baik secara mingguan (Kej.2:2-3; Kel. 16:23; 20:10), maupun tahunan (Im.25:14) menegaskan keterkaitan dan relasi antara alam dan sesama manusia (Im.19:9-10) dengan mengedepankan nilai keseimbangan dan keadilan. Sehingga yang memuji Allah bukan hanya manusia (Mzm.136:6) melainkan juga alam (Mzm.148:3) (LS 70-72).

Manusia memilki krisis dalam hidup. Pengalaman sejarah bangsa Israel yang dibuang ke Babel menjadi representasi manusia yang hidup dalam situasi yang pelik. Namun Allah Sang Pencipta semesta selalu membebaskan dan menyelamatkan (Yer.3:17-21). Ia pula yang memberi semangat dan kekuatan (Yes. 40:28-29). Manusia mengalami ketidakadilan, begitu juga dengan alam. Maka Allah yang sama pula akan bertindak di tengah dunia ini dan mengalahkan segala jenis kejahatan dan ketidakadilan. Karena itu, jika ada spiritualitas yang tidak mengakui Allah sebagai Pencipta maka pada saat yang sama ia akan menempatkan manusia sebagai penguasa absolut yang memaksakan aturan demi kepentingannya sendiri (LS 73-75).

2. Misteri Alam Semesta dan Persekutuan Universal (LS 76-83)

(13)

12

adalah sosok yang ilahi dan mengharapkan komitmen kita yang lebih terhadap perawatan alam ciptaan.

Alam semesta terdiri dari sistem yang saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Manusia dan alam saling berkomunikasi. Manusia yang perkembangan intelektualnya berkembang secara positif ternyata memberikan berkat sekaligus tantangan. Di satu sisi ada kebebasan, pertumbuhan, keselamatan dan cinta, sedangkan di sisi lain ada pembusukan dan kehancuran. Keduanya bergerak seiring. Walaupun kita melakukan yang ‗jahat‘ tetapi Allah

dapat menarik sesuatu yang ‗baik‘ daripadanya karena kuasa Roh yang mampu

memecahkan masalah yang paling rumit sekalipun.

Walaupun ada pengandaian tentang proses evolusi, tetapi manusia memilki kebaruan yang tidak dapat dijelaskan oleh proses evolusi itu sendiri. Contohnya, kemampuan berpikir, berargumentasi, berkreasi, menafsirkan, mengembangkan seni, dan hal-hal kualitatif lainnya. Hal ini menegaskan apa yang bisa kita tarik dari Alkitab: manusia itu subjek dan tidak pernah menjadi objek. Hal ini juga berlaku untuk semua ciptaan. Ciptaan lainnya bukanlah objek yang bisa disewenang-wenangkan.

Pantas diingat bahwa seluruh perjalanan alam semesta ditemukan dalam kepenuhan Allah, yang telah dicapai oleh Kristus, ukuran kematangan segala sesuatu. Manusia, yang dikaruniai akal budi, dipanggil untuk mengantar semua makhluk kepada kepenuhan Pencipta mereka. Kita semua adalah milik Allah (Keb.11:26) dan kembali kepada Allah.

3. Tatapan Yesus (LS. 96-100): Kepenuhan dalam Kristus

(14)

13

(Luk.12:6); burung di udara yang selalu dipelihara (Mat.6:26). Ketika Yesus sedang berjalan-jalan menyusuri negeri-Nya Ia selalu mengajak para murid untuk memiliki kesadaran akan alam ciptaan lain (Yoh.4:35) dan menggunakan alam ini sebagai bahan pengajaran iman (Mat. 13:31-32). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memilki harmoni dengan alam ciptaan. Ia tidak terpisah dari dunia melainkan hidup dalam realitas dunia: makan-minum, bekerja, dan mempunyai keluarga (Mat.11:9; Mrk. 6:3).

Dengan memahami realitas Yesus yang sungguh ‗membumi‘, maka sekali lagi manusia diingatkan bahwa seluruh ciptaan diciptakan melalui Dia dan untuk Dia (Kol. 1:16). Dia yang adalah awal (Yoh.1:1) kemudian menjadi daging (Yoh.1:4), berjejak di bumi dan kemudian mati di salib. Dialah yang memanggil semua ciptaan kepada kepenuhan.

Perjanjian Baru tidak hanya berbicara mengenai relasi Yesus dengan manusia, bumi dan alam ciptaan. Tapi menegaskan juga bahwa Allah menjadi semua dalam semua (1 Kor.15:28) sehingga semua yang ada di bumi ini bukan melulu realitas alamiah, melainkan suatu realitas rohani karena kuasa kebangkitan-Nya (Kol. 1:19-20).

4. Catatan-catatan Lain:

(15)

14

BAGIAN III: EKOLOGI DALAM ENSIKLIK LAUDATO SI’

(Oleh fr. Carol Johanes Sompotan MSC)

Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ tidak lagi berteori tentang apa itu ekologi. Gejala-gejala alam yang ditandai antara lain dengan polusi dan perubahan iklim ekstrim, masalah air, hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan dan pemerosotan kualitas hidup manusia dan masyarakat dunia sudah secara kuat membangkitkan kesadaran publik bahwa bumi adalah rumah bersama dari segenap makhluk yang harus dirawat secara bersama-sama. Ekologi bukan lagi sekadar isu teoretis, tapi suatu gerakan praktis, suatu gaya hidup yang harus dipahami dengan baik dan dipraktekkan secara konsisten agar tidak terjadi bencana global yang lebih dahsyat.2

1. Akar Masalah Krisis Ekologis Global

Fakta dewasa ini yang didukung oleh hasil penelitian-penelitian ilmiah, menunjukkan bahwa bumi sedang berada dalam situasi krisis. Polusi dan perubahan iklim, masalah air, hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan dan pemerosotan kualitas hidup manusia secara global disebabkan tidak hanya oleh kelangsungan proses alamiah dalam alam, tapi terutama disebabkan oleh intervensi yang berlebihan dari manusia.

Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ mengangkat dua persoalan pokok sebagai akar atau penyebab dari krisis ekologis global dewasa ini. Sebab pertama adalah dominasi paradigma teknokratis. Paus Fransiskus menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya adalah hasil yang indah dari kreativitas manusia, yang tidak lain telah diberikan oleh Allah kepada

2

Paus Fransiskus mengingatkan, ―Ramalan-ramalan tentang malapeteka tidak boleh

lagi diremehkan atau ditanggapi secara ironis … Tingkat konsumsi, limbah, dan kerusakan

(16)

15

setiap manusia. Dalam perkembangan sejarah, teknologi telah membantu manusia dalam mengatasi hal-hal buruk yang membatasi manusia, terutama di bidang kedokteran, teknik, dan komunikasi (LS 102). Hasil-hasil teknologi juga membangkitkan suatu cita rasa akan keindahan, antara lain dalam ketakjuban akan keindahan pesawat terbang, bangunan-bangunan pencakar langit, dan sederetan karya seni dan musik (LS 103). Tapi, ternyata teknologi juga memberikan kekuasaan yang luar biasa, terutama pada sebagian orang yang memiliki pengetahuan dan kekuatan ekonomi untuk memahami dan memiliki barang-barang teknologi. Persoalan terjadi ketika manusia yang memiliki pengetahuan serta alat-alat teknologi menciptakan dan memanfaatkan teknologi tanpa batasan-batasan moral yang kuat. Paradigma teknokratis mempropagandakan bahwa manusia bisa hidup dengan mengandalkan teknologi saja, tanpa memerlukan etika dalam penggunaannya. Bahkan persoalan-persoalan hidup manusia bisa diatasi hanya dengan mengandalkan kemajuan teknologi (LS 110). Teknologi bukan lagi ditempatkan sebagai sarana penunjang kualitas hidup manusia, tapi bergeser menjadi tujuan hidup manusia. Paus

Fransiskus menyadari bahwa, ―Paradigma teknologi sudah menjadi begitu

dominan sehingga akan sangat sulit untuk mengabaikan segala sumber dayanya, dan lebih sulit lagi untuk menggunakannya tanpa dominasi oleh pola pikirnya‖ (LS 108).

Sebab kedua dari krisis ekologis global dewasa ini adalah penerimaan paham antroposentrisme modern.3 Paham antroposentisme modern yang dimaksudkan oleh Paus Fransiskus ini bertolak belakang dengan paham antropologi kristiani perihal relasi manusia dengan alam. Antroposentrisme modern menaruh pola pikir teknis di atas realitas alam yang sebenarnya, dimana manusia melihat alam sebagai objek kegunaan semata, sebagai ruang dan bahan

3

(17)

16

untuk dieksploitasi. Kodrat alam sebagai ciptaan tidak dihargai. Demikian alam dipandang sebagai barang mati melulu, sementara yang hidup hanyalah manusia yang berakal budi, yang mampu mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi (LS 115). Amat berbeda dengan pandangan sedemikian, antropologi Kristen justru mewajibkan manusia untuk mengolah alam secara bertanggung jawab. Allah menganugerahkan kualitas-kualitas manusia kepada diri manusia sendiri. Sehingga dengan kualitas-kualitas manusiawinya, yakni akal budi, kehendak bebas, dan hati nuraninya, manusia mestinya mengolah alam dengan penuh hormat. Relasi manusia dengan alam mestinya menjadi relasi saling menolong, bukan relasi konfrontatif yang malah membangkitkan pemberontakan alam (LS 117).

Atas dasar iman dan keyakinan akan nilai luhur manusia, Paus Fransiskus menegaskan bahwa paham antroposentrisme sesat tak perlu digantikan dengan paham biosentrisme.4 Manusia perlu ditempatkan secara benar dalam pemahaman akan ekologi yang lebih integral. Nilai luhur manusia mesti diakui. Paus Fransiskus menegaskan bahwa,

Tidak ada ekologi tanpa antropologi yang memadai. Apabila pribadi manusia dianggap sebagai salah satu makhluk dari antara yang lain saja, hasil dari suatu permainan yang kebetulan atau dari determinisme fisik, kesadaran akan tanggung jawabnya terancam

berkurang dalam diri manusia … Manusia tidak dapat diharapkan

4

Biosentrisme adalah teori ekologi yang mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan, entah pada manusia atau pada makhluk hidup lainnya. Dalam paham ini, peran manusia tidak lebih istimewa dari peran makhluk-makhluk hidup lainnya. Pusat perubahan bukan pertama-tama terletak pada manusia, tapi pada seluruh makhluk yang hidup. Bdk. Ibid., hlm. 66-68. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate mengingatkan akan bahaya paham panteisme baru, yang mengagungkan alam di atas daya hidup manusia.

―Tetapi harus juga ditekankan bahwa adalah suatu yang bertentangan dengan perkembangan otentik untuk melihat alam sebagai sesuatu yang lebih penting daripada manusia. Pandangan ini mengarah kepada sikap neo-paganisme atau paganisme/pantheisme baru—keselamatan manusia tidak dapat datang dari alam saja, yang dimengerti di dalam arti naturalistik yang

(18)

17

melibatkan diri penuh hormat ke dalam dunia, jika tidak serentak ada pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuannya yang unik berupa pengetahuan, kehendak, kebebasan, dan tanggung jawab (LS 118).

Wujud dari penghayatan paham antroposentrisme sesat adalah apa yang disebut Paus Fransiskus sebagai relativisme praktis. Relativisme praktis adalah gaya hidup manusia individualis yang memberikan prioritas tertinggi pada kepentingannya yang sesaat. Kesombongan gaya hidup macam ini dilatarbelakangi oleh suatu cara pandang yang merelatifkan segala sesuatu. Allah sebagai yang absolut tidak lagi dihiraukan. Dosa atau perbuatan baik tidak lagi dibatasi oleh norma-norma moral. Cara berpikir demikian mendukung gaya hidup konsumtif, atas dasar logika ―pakai dan buang‖ yang menghasilkan begitu banyak sampah. Amat mengerikan bahwa dengan gaya hidup sedemikian, manusia pun diperlakukan sebagai sampah seperti yang dialami oleh anak-anak korban eksploitasi seksual, orang-orang lanjut usia yang ditelantarkan anak-anak mereka, atau embiro manusia yang dibunuh dalam tindakan aborsi (LS 120, 123).

2. Pendekatan Ekologi Integral

(19)

18

kehidupan secara keseluruhan. Deep ecology tidak hanya memusatkan perhatian pada kepentingan jangka pendek, tapi jangka panjang. Deep ecology tidak bersifat fragmentaris, tapi holistik demi kepentingan seluruh komunitas ekologis.5

Secara khusus, ekologi integral Paus Fransiskus memberi perhatian serius pada tema kemiskinan, sebagai salah satu krisis ekologis global, sekaligus sebagai salah satu pintu masuk untuk memulihkan krisis ekologis global dewasa ini. Menurutnya,

Tidak ada dua krisis terpisah, yang satu menyangkut lingkungan dan yang lain sosial, tetapi satu krisis sosial-lingkungan yang kompleks. Solusi hanya mungkin melalui pendekatan komprehensif untuk memerangi kemiskinan, memulihkan martabat orang yang dikucilkan, dan pada saat yang sama melestarikan alam (LS 139).

Oleh karena itu dibutuhkan suatu ekologi lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, dan kebiasaan hidup sehari-hari untuk memulihkan kemiskinan dan krisis ekologis global dewasa ini. Perlu disadari bahwa setiap organisme adalah makhluk ciptaan Allah yang baik dan mengagumkan dalam dirinya sendiri. Semua itu berfungsi sebagai satu sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia bisa hidup dan bertindak karena terlebih dahulu telah ada realitas lingkungan yang telah disediakan Allah untuk didiami dan diolah oleh manusia. Dalam kerangka pemahaman sedemikian, aktivitas ekonomi manusia mestinya turut mempertimbangkan realitas alam secara keseluruhan. Perlindungan lingkungan harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dipandang lepas daripada itu. Kegiatan-kegiatan ekonomi dipraktekkan bukan pertama-tama demi mencari keuntungan sebesar-besarnya (big money), tapi untuk humanisasi atau peningkatan kualitas hidup manusia. Ekologi sosial mesti pertama-tama dimulai dari dalam keluarga, kemudian melalui komunitas

5

(20)

19

lokal, bangsa, hingga ke masyarakat internasional. Ekologi budaya mesti dikembangkan dengan memberi perhatian serius pada kehidupan masyarakat adat dan budaya lokal mereka (LS 144). Masyarakat adat yang kaya akan tradisi budaya mesti menjadi mitra dialog utama, terutama ketika dikembangkan proyek-proyek besar yang mempengaruhi wilayah mereka. Sebab bukan orang lain, melainkan mereka yang tinggal di wilayah mereka sendirilah yang melestarikan alam mereka dengan paling baik (LS 146). Pada akhirnya, semua kembali pada gaya hidup masing-masing individu. Manusia membutuhkan ekologi hidup sehari-hari yang menekankan kearifan, kesederhanaan, dan keramahan dalam berelasi dengan diri sendiri, sesama manusia, Allah Pencipta, dan lingkungan sekitar (LS 147).

Paus Fransiskus mengundang setiap manusia agar bersikap positif dan murah hati terhadap tetangga sekitarnya, agar sekalipun hidup dalam lingkungan yang bisa jadi tidak menguntungkan, mereka dapat saling membangun kebersamaan dalam komunitas di mana anggota-anggotanya saling menghargai, saling mengakui, dan saling mengasihi satu sama lain (LS 148). Kota mestinya menjadi suatu ruang publik yang ramah, di mana setiap orang dapat merasa at home dan berarti. ―Di lingkungan perkotaan maupun pedesaan patutlah dilestarikan beberapa tempat yang dikecualikan dari campur tangan

(21)

20

Angkutan umum mesti lebih diprioritaskan daripada mobil-mobil pribadi. Konsekuensinya pemerintah dan pengusaha mesti memberi perhatian serius bagi perbaikan sistem transportasi yang lebih layak dan ramah lingkungan (LS 153). Penduduk daerah pedesaan yang sulit mendapatkan akses pelayanan dasar, mesti diperhatikan. Perkembangan kota mesti tidak mengabaikan hak dan martabat penduduk miskin di daerah pedesaan (LS 154). Tubuh manusia, sebagai laki-laki dan sebagai perempuan mesti dirawat dan dihormati. Kekuasaan mutlak atas tubuh sendiri maupun atas tubuh orang lain merupakan penghinaan dan penolakan terhadap kodrat manusia sendiri. Sehingga, dengan belajar menerima tubuh sendiri, merawat dan menghormati seluruh maknanya, manusia memberi kontribusi yang amat berarti bagi ekologi manusia sejati. Sekali lagi proses humanisasi amat menentukan bagi proses pelestarian alam semesta (LS 155).

(22)

21

BAGIAN IV: DIALOG, PENDIDIKAN, DAN SPIRITUALITAS EKOLOGIS SEBAGAI SOLUSI PENANGANAN KRISIS EKOLOGIS GLOBAL

(Oleh fr. Ferdinandus Taran MSC)

Perbaikan lingkungan membutuhkan perubahan baik dari pikiran, perasaan dan tindakan yang konkret. Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ menggariskan beberapa jalur utama dialog untuk keluar dari spiral penghancuran rumah kita. Paus Fransiskus juga mengemukakan poin-poin penting mengenai pendidikan dan spiritualitas ekologis.

1. Dialog tentang Lingkungan dalam Politik Internasional

Pandangan bahwa dunia kita interdependen (saling-berelasi/saling-tergantung) menyadarkan manusia untuk mengusulkan solusi-solusi yang bersifat global. Solusi-solusi yang ditawarkan bukan untuk melindungi daerah atau negara masing-masing dari bahaya kerusakan lingkungan, melainkan untuk menjaga keutuhan bumi. Untuk itu, bumi membutuhkan suatu konsensus global. Misalnya, perlu dirancang suatu program pertanian yang berkelanjutan untuk mengembangkan bentuk-bentuk energi yang terbarukan dan kurang mencemarkan lingkungan, mendorong penggunaan energi yang lebih efisien, dan manajemen sumber daya alam dan laut (LS 164).

Pertemuan-pertemuan tingkat dunia tentang lingkungan hidup memerlukan:

 Kemauan politik agar prinsip-prinsip yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan efektif dan fleksibel (LS 167).

(23)

22

 Hubungan antar negara yang menjaga kedaulatan masing-masing, tetapi juga membangun jalur-jalur kesepakatan untuk mencegah bencana lokal yang akhirnya menimpa semua orang (LS 173).

 Kerangka peraturan global untuk memaksakan kewajiban dan mencegah tindakan yang tidak dapat diterima. Misalnya, limbah industri yang sangat mencemari negara-negara lain (LS 173).

 Perbaikan sistem manajemen laut, terutama problem sampah laut dan perlindungan wilayah laut (LS 174).

2. Dialog untuk Kebijakan Baru Nasional dan Lokal

Cinta akan lingkungan tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan nasional maupun lokal. Diperlukan dialog antara kebijakan nasional dan lokal, karena pemerintah lokal kadang terpengaruh oleh kuasa dari tingkat yang lebih tinggi. Maksud dari dialog ini adalah

 Adanya suatu hukum yang menetapkan aturan-aturan perilaku yang dapat diterima dalam perspektif kesejahteraan umum (LS 177).

 Memasukkan agenda lingkungan hidup dalam agenda publik pemerintahan (LS 178).

 Mengembangkan hukum-hukum lokal dalam masyarakat adat (LS 179).

 Mendorong bentuk penghematan energi dengan manajemen transportasi, daur ulang sampah, perlindungan spesies, pengembangan teknik pertanian ramah lingkungan, dll. (LS 180).

(24)

23

3. Dialog dan Transparansi dalam Pengambilan Keputusan

Penilaian dampak aneka usaha dan proyek terhadap lingkungan menuntut suatu proses politik yang transparan dan berupa dialog. Dialog yang mesti ditempuh adalah

 Dialog secara interdisipliner, transparan dan independen dari segala tekanan politik dan ekonomi (LS 183).

 Dialog yang memberi tempat khusus bagi penduduk setempat di meja diskusi (LS 183).

 Dialog dan diskusi ilmiah-politis yang jujur, tanpa membatasi diri pada pertimbangan apa yang diizinkan atau tidak oleh undang-undang (LS 183).

 Dialog yang mendasarkan keputusan pada perbandingan antara resiko dan manfaat (LS 184).

4. Dialog Politik dan Ekonomi untuk Pemenuhan Manusia

Politik tidak harus tunduk pada ekonomi, begitu juga sebaliknya. Dialog menjadi sangat penting demi kesejahteraan umum. Langkah-langkah yang perlu ditempuh:

 Memungkinkan usaha-usaha kecil dan menengah untuk berkembang dan menciptakan lapangan kerja (LS 189).

 Memilih gaya hidup yang ugahari (LS 193).

 Menciptakan sistem politik yang berpandangan luas dan yang dapat mengajukan pendekatan kompherensif; mampu mengintegarasikan berbagai aspek dari krisis ke dalam suatu dialog interdisipliner (LS 197).

(25)

24

5. Dialog Agama-Agama dengan Ilmu Pengetahuan

Seluruh solusi teknis yang diklaim oleh ilmu-ilmu tidak cukup untuk perbaikan lingkungan dan kesejahteraan bersama. Perlu ada kompas yang mengarahkan dan kompas itu adalah agama (LS 199). Pada dasarnya, motivasi manusia adalah untuk hidup bersama, berkorban, dan berbuat baik (LS 200). Kesadaran akan motivasi dasar hidup umat manusia disampaikan melalui bahasa agama. Untuk itu, perlu dialog terbuka antara ilmu-ilmu dan mendorong agama untuk memperjuangkan kesejahteraan umum (LS 201).

6. Pendidikan dan Spiritualitas Ekologis

Banyak hal harus diarahkan kembali tetapi yang paling utama dari semua itu adalah manusia harus berubah. Kesadaran manusia mesti terarah pada asal kita bersama, pada rasa saling memiliki, dan pada masa depan yang harus dibagi dengan semua makhluk (LS 202).

a. Menuju Gaya Hidup Baru

Pasar menjual produk yang membangkitkan dorongan untuk menerima dan menuju ke konsumerisme. Perlu perubahan gaya hidup yang memperhatikan hal-hal berikut:

 Perubahan dari paradigma lama yang memandang manusia bebas selama mempunyai kebebasan untuk mengkonsumsi (LS 203).

 Melepaskan egoisme karena ketika terpusat pada diri sendiri, keserakahan akan meningkat (LS 204).

 Kesadaran akan martabat sebagai manusia (LS 205).

(26)

25

 Mengatasi individualisme agar gaya hidup alternatif dapat benar-benar dikembangkan dan perubahan besar menjadi mungkin dalam masyarakat (LS 208).

b. Pendidikan untuk Perjanjian antara Manusia dan Lingkungan

Kesadaran terhadap krisis budaya dan ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam kebiasaan baru. Banyak kalangan muda yang bergerak untuk membela lingkungan teapi mereka hidup dalam lingkungan konsumtif sehingga sulit untuk mengembangkan kebiasaan lain untuk menjaga keutuhan ekologis (LS 209). Yang perlu diperhatikan:

 Pendidikan tidak hanya terfokus pada pemberian informasi ilmiah, penigkatan kesadaran, dan pencegahan resiko, tetapi lebih lagi pada kritik terhadap mitos modernitas (individualisme, konsumerisme, dll) (LS 210).

 Meningkatkan pendidikan lingkungan dengan memperhatikan keseimbangan ekologis: internal dengan diri sendiri, sosial dengan orang lain, alami dengan semua makhluk, dan spiritual dengan Allah (LS 210).

 Menumbuhkan kebajikan kukuh dan pemberian diri dalam komitmen ekologis (a.l. menggunakan pakaian hangat dibanding menghidupkan pemanas), serta menjadikannya sebagai suatu gaya hidup (LS 211).

(27)

26

 Belajar untuk mengatakan terima kasih sebagai ungkapan penghargaan dan meminta maaf ketika telah menyebabkan kerugian (LS 213).

 Menghargai, memperhatikan, dan mencintai, membantu kita keluar dari sikap mencari kegunaan praktis (LS 215).

c. Pertobatan Ekologis

Krisis ekologis merupakan panggilan untuk pertobatan batin yang mendalam. Pertobatan ekologis diperlukan agar kita,

 tidak hanya berbicara melalui ide-ide saja tanpa melibatkan motivasi yang lahir dari spiritualitas (LS 216).

 Tidak hanya berdoa tanpa ada kepeduliaan terhadap lingkungan. Artinya, membiarkan hubungan atau pertemuan dengan Allah berkembang dalam hubungan dengan dunia sekitar (LS 217).

 Seperti St. Fransiskus, menjalin hubungan yang sehat dengan dunia ciptaan, sebagai salah satu dimensi pertobatan manusia yang utuh (LS 218).

 Seperti pesan para Uskup Australia, memeriksa hidup dan mengakui bagaimana kita telah membawa kerugiaan kepada ciptaan Allah dengan tindakan kita dan kegagalan kita untuk bertindak. Kita perlu mengalami suatu pertobatan, perubahan hati (LS 218).

(28)

27

d. Sukacita dan Damai

Spiritualitas Kristen mewawarkan suatu cara lain untuk memahami kualitas hidup dan mendorong sebuah gaya hidup kenabian dan kontemplatif. Langkah-langkahnya:

 Menempuh jalan kembali ke kesederhanaan yang memungkinkan kita untuk berhenti dan menghargai hal-hal kecil, berterima kasih atas kesempatan yang ditawarkan oleh kehidupan, tanpa menjadi terikat pada apa yang kita miliki, atau sedih atas apa yang kita miliki (LS 222).

 Perlu kesahajaan dan kerendahan hati dengan menempatkan Allah dalam hidup kita untuk menggantikan ego kita (LS 224) dan berdamai dengan diri sendiri (LS 225).

 Meluangkan waktu untuk menemukan kembali suatu keselarasan yang jernih dengan dunia ciptaan, untuk merenungkan gaya hidup kita, dan cita-cita kita, untuk menatap Pencipta yang hidup di tengah kita dan dalam lingkungan kita. Kehadiran-Nya ―tidak boleh

dibuat-buat melainkan ditemukan dan disingkapkan‖ (LS 225).

 Contoh: sejenak berhenti untuk bersyukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan (LS 227).

e. Cinta dalam Bidang Sipil dan Politik

Pelestarian alam adalah bagian dari suatu gaya hidup yang meliputi kemampuan untuk hidup bersama dan dalam persekutuan (LS 228). Untuk mewujudkannya diperlukan,

 Kesadaran bahwa kita saling membutuhkan, memiliki tanggungjawab terhadap orang lain dan dunia (LS 229).

(29)

28

 Cinta sosial yang mendorong kita untuk merancang strategi besar yang secara efektif dapat menghentikan perusakan lingkungan dan mendorong budaya perlindungan yang meresapi seluruh masyarakat (LS 231).

 Tindakan komunal untuk memajukan kesejahteraan umum dengan menjaga lingkungan alam dan perkotaan (LS 232).

f. Tanda-Tanda Sakramental dan Istirahat yang Dirayakan

Allah dapat ditemukan dalam segalah makhluk hidup di luar kita. Allah dapat ditemukan dalam sehelai daun, setitik embuk, dalam wajah orang miskin dan lainnya (LS 233). Tanda-tanda ini dirayakan secara mulia dalam ekaristi. Dalam ekaristi: dunia ciptaan menemukan keagungan terbesar, langit dan bumi dipersatukan, Tuhan merangkul dan meresapi seluruh ciptaan, menjadi sumber terang, serta mendorong kepedulian kita terhadap lingkungan, dan mengajak kita untuk menjadi penjaga seluruh ciptaan (LS 236).

Istirahat pada hari Minggu membuka mata kita untuk dunia yang lebih luas dan memungkinkan kita untuk mengakui hak-hak dari yang lain. Hari istirahat yang dirayakan dengan berpusat pada ekaristi, memancarkan cahayanya bagi seluruh minggu dan mendorong kita untuk lebih memperhatikan perlindungan alam dan kaum miskin (LS 237).

g. Allah Tritunggal dan Hubungan Antara Makhluk

(30)

29

h. Ratu Seluruh Dunia Ciptaan

Maria, bunda yang merawat Yesus, sekarang merawat dunia yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu (LS 241). Berdoa kepada Maria turut membantu kita untuk memandang dunia ini dengan mata yang lebih besar (LS 241). St. Yusuf mengajarkan kita untuk melindungi. Ia memotivasi kita untuk bekerja dengan murah hati dan lembut untuk melindungi dunia yang dipercayakan Allah kepada kita (LS 242).

i. Melampaui Matahari

Di akhirat nanti kita akan menemukan diri kita berhadapan muka dengan keindahan Allah yang tak terbatas. Perjumpaan ini memberikan rasa kagum akan segala rahasia alam semesta. Sementara ini, kita bersatu padu untuk menanggung rumah yang dipercayakan kepada kita untuk kemudian diangkat ke pesta surgawi. Bersama dengan semua makhluk, kita berjalan di bumi ini untuk mencari Allah. Mari kita berjalan sambil bernyanyi! Semoga perjuangan dan kepedulian kita untuk planet ini tidak mengambil sukacita pengharapan dari kita. Terpujilah Dia!

BAGIAN V: REKOMENDASI BAGI PRAKSIS PASTORAL EKOLOGIS

(Oleh Tim Studi KSM)

(31)

30

1. Bagi Paroki-paroki

 Menciptakan lingkungan gereja dan pastoran yang bersih dan hijau, baik di dalam gereja, pastoran, maupun di halaman sekitar gereja dan pastoran.

 Memasukkan kegiatan-kegiatan cinta lingkungan dalam program kerja Dewan Pastoral Paroki (DPP).

 Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan dalam gereja dan pastoran, antara lain dengan meminimalisasi penggunaan AC dan listrik.

2. Bagi Sekolah-sekolah

 Memasukkan materi pendidikan ekologis dalam kurikulum dan kegiatan rutin sekolah.

 Menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang bersih dan hijau.

 Menyediakan hari khusus untuk kegiatan cinta lingkungan, antara lain dengan menanam pohon bersama, menanam tanaman dalam kebun sekolah, mengadakan live in, rekoleksi, dan retret dengan tema cinta lingkungan hidup.

3. Bagi Para Pengusaha

 Memegang teguh sikap jujur dan adil dalam membangun usaha, antara lain dalam pengajuan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), penyejahteraan karyawan, dan penghargaan nilai-nilai kehidupan masyarakat lokal.

 Memberi perhatian serius bagi penanganan limbah, antara lain dengan mendaur ulang sampah dan limbah.

(32)

31

4. Bagi Pemerintah

 Memegang teguh sikap jujur dan adil dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan kelestarian alam dan lingkungan hidup masyarakat lokal, antara lain dalam penyetujuan/penolakan AMDAL dari proposal usaha tertentu.

 Mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekologis yang menunjang kelestarian alam dan lingkungan hidup masyarakat lokal.

 Menyediakan kawasan publik yang hijau dan ramah lingkungan, seperti menyediakan taman kota yang luas dan hijau.

5. Bagi Para Petugas Pastoral (Uskup, Pastor, Frater, Bruder, Suster,

Katekis, Aktivis Awam)

 Memasukkan pesan-pesan ekologis dalam pewartaan firman setiap kali memberi renungan atau berkhotbah di hadapan umat beriman.

 Memfasilitasi kegiatan-kegiatan rekoleksi dan retret yang memuat materi dan praktek pendidikan ekologis.

6. Bagi Orang Muda Katolik

 Mengadakan kegiatan-kegiatan orang muda yang bertemakan ekologi dan cinta lingkungan hidup, seperti seminar, rekoleksi, retret, dan bakti sosial ekologis.

(33)

32

PENUTUP

Ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus sudah diedarkan secara luas di seluruh dunia. Kita bisa membaca dan menafsirkan pesan-pesan Paus Fransiskus dalam ensiklik sosio-ekologis tersebut. Tim Studi KSM telah berusaha mempelajari, membahas, dan memaparkan pokok-pokok penting dan praktis dalam ensiklik Laudato Si’. Sadar akan kekurangan dan keterbatasan, demikian kami mengundang diskusi dan tanggapan yang antusias dari para pembaca dan pendengar sekalian. Partisipasi dan diskusi kita akan turut memperkaya pemahaman, dan mendorong kita semua untuk secara bersama-sama melesatarikan bumi sebagai rumah kita berbersama-sama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aman OFM, Dr. Peter C. (ed.). Iman yang Merangkul Bumi. Mempertanggungjawabkan Iman di Hadapan Persoalan Ekologi. Jakarta: Obor, 2013.

Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010.

National Geographic Indonesia. Maaf. Tak Ada Gambar Indah untuk Perubahan Iklim. Mampukah Kita Bertahan? Edisi Spesial. November 2015.

Paus Benediktus XVI. ―Ensiklik Caritas in Veritate.‖ Dalam katolisitas.org. Diunduh pada 5 November 2015.

Paus Fransiskus. Ensiklik Laudato Si’ tentang Perawatan Rumah Kita Bersama. Diterjemahkan oleh Martin Harun OFM. Jakarta: Obor, 2015.

(34)

33 Filsafat Seminari Pineleng. Menjalankan tugas tahun pastoral di Paroki Stella Maris Siantan, Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat, selama tahun 2014-2015. Saat ini menjalani masa pembinaan mayor di Skolastikat MSC Pineleng sebagai calon imam MSC.

Frater Stefanus Ardi Watuseke MSC

Lahir di Ternate, 27 Februari 1989. Mengikrarkan kaul pertama dalam Tarekat Para Misionaris Hati Kudus Yesus pada tahun 2009. Memperoleh gelar sarjana filsafat (S. Fil.) pada tahun 2013 di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng. Menjalankan tugas tahun pastoral di Paroki Santa Perawan Maria, Purworejo, Keuskupan Purwokerto, Jawa Tengah, selama tahun 2013-2015. Saat ini menjalani masa pembinaan mayor di Skolastikat MSC Pineleng sebagai calon imam MSC.

Frater Carol Johanes Sompotan MSC

Lahir di Tomohon, 15 Oktober 1989. Mengikrarkan kaul pertama dalam Tarekat Para Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) pada tahun 2010. Memperoleh gelar sarjana filsafat (S. Fil.) pada tahun 2014 di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng. Menjalankan tugas tahun pastoral di Paroki Hati Kudus Tanah Merah, Boven Digoel, Keuskupan Agung Merauke, Papua, selama tahun 2014-2015. Saat ini menjalani masa pembinaan mayor di Skolastikat MSC Pineleng sebagai calon imam MSC.

Frater Ferdinandus Taran MSC

(35)

34

TERIMA KASIH ATAS KEHADIRAN,

KEBERSAMAAN, DAN PARTISIPASI SAUDARA/I

DALAM SEMINAR ILMIAH

LAUDATO SI’

:

TANGGAPAN GEREJA KATOLIK

ATAS KRISIS EKOLOGIS GLOBAL

___________________________________

―Semoga Dikasihilah Hati Kudus Yesus di mana-mana. Terdorong oleh keinginan memberikan obat mujarab

kepada masyarakat sekarang yang secara buta sedang menuju jurang kesesatan,

Tuhan Yesus Kristus telah membuka Hati-Nya bagi dunia, dan kitalah yang diutus untuk menyampaikan obat ini kepada dunia,‖

— Pater Jules Chevalier MSC —

Pendiri Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC)

Referensi

Dokumen terkait

We have developed a methodological framework which utilizes Fuzzy Set theory to capture and describe the effect of urban features upon urban growth and applies

Dalam hal ini yang dimaksud data adalah sesuatu mengenai informasi atau keterangan yang dapat berupa fakta dan yang ada kaitannya dan mendukung suatu penelitian yang

Dalam hal ini tidak diperlukan lagi penyulaman (Anonimus, 1985). Untuk jenis rotan manau yang tumbuh soliter, jumlah tanaman per hektar ditentukan lebih banyak dari pada jenis

ItjNo& g alidalam Kumpulan Cerpen Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye dengan menggunakan kajian feminisme moderat. Citra Perempuan dalam Aspek Psikis a. Ketabahan

Sehingga dapat diketahui bahwa penanaman modal asing memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan dapat disimpulkan bahwa

Penelitian ini membahas tentang acara pengucapan syukur (Thanksgiving) pada masyarakat Amerika dan Tana Toraja melalui pendekatan Etnografi komunikasi oleh Hymes

Deretan angka atau bilangan 666 itu dikenal oleh manusia pada umumnya dan merupakan nama inisial atau jati diri dari sang Antikristus yang sekaligus akan menjadi tanda

d) Keempat musim yang ada adalah akibat dari rotasi bumi pada porosnya yang miring 23,45 derajat terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari. Selama setengah tahun,