LAPORAN PENDAHULUAN HEACTING PERINEUM
1. Anatomi Perineum
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibenuk oleh otot- otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari otot penting, yaitu : m.puborektalis, m.pubokoksigis dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.( Bonica, 1995)
Perineum berbatas sebagai berikut :
Ligamentum arkuata dibagian depan tengah
Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan
Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang
Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu :
Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat m.sfingter ani eksterna yang
melingkari anus.
Regio urogenitalis. Disini terdapat m.bulbokavernosus, m.transversus perinealis superfisialis dan m.iskiokavernosus.
Perineal body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persarafan perineum berasal dari segmen sakral 2,3,4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung membentuk nervus pudendus.
Syarat ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang dinding sampai fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock, n.pudendus terbagi menjadi 3 bagian/cabang utama, yaitu n.hemorrhoidalis inferior di regio anal, n.perinealis yang juga membagi diri menjadi n.labialis posterior dan n.perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan cabang ketiga adalah n.dorsalis klitoris.( Bonica, 1995) Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan saraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a.hemorrhoidalis inferior, a.perinealis dan a.dorsalis klitoris.(Bonica, 1995)
2. Konsep Heacting Perineum
2.1 Definisi/ Definisi
Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa (Dorland, 1994). Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, 1999).Heating perineum merupakan cara yang di lakukan untuk menutup luka/robekan pada perineum melalui jahitan. Pada persalinan dengan kondisi tertentu perineum dapat terjadi robekan, baik robekan perineum secara spontan dan robekan perineum secara di sengaja
2.2 Etiologi
disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.
Robekan perineum ada 2, yaitu :2
a. Anterior : labia, vagina anterior, uretra atau klitoris
b. Posterior : dinding posterior vagina, otot perineum, spincter ani, mukosa rektum.
2.2.2 Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi) Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum.
Episiotomi ialah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik) RUPTUR PERINEUM SPONTAN
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot_otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.
Faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum (Harry Oxorn) Faktor maternal, mencakup :
a. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)
c. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
d. Edema dan kerapuhan pada perineum.
e. Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan perineum.
f. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
g. Perluasan episitomi.
Faktor janin mencakup : a. Bayi yang besar
b. Posisi kepala yang abnormal, ex : presentasi muka c. Kelahiran bokong
d. Ekstraksi forceps yang sukar e. Dystocia bahu
f. Anomali kongenital, seperti hidrocephalus
Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :
a. Tingkat I : robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
b. Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
c. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani.
d. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan mukosa rectum
2.4 Macam-macam Heating
2.4.1 Menjahit Luka Episiotomi Medialis
lender adalah catgut chromic, sedang untuk kulit perineum dipakai benang sutera.
2.4.2 Menjahit Luka Episiotomi Mediolateralis
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri, tergantung kepada orang yang melakukannya, panjang insisi kira-kira 4 cm, teknik menjahit sama pada luka episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
2.4.3 Menjahit Luka Episiotomi Lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam, teknik ini sering tidak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan komplikasi, teknik penjahitan sama dengan luka episiotomi mediolateralis (Prawirohardjo 2000)
Obat-obatan yang diberikan sebelum heating perineum : Nama: Lidokain
Nama Dagang: xylocaine, zingo Sediaan: larutan injeksi
4%
5%
8%
1%
2%
Kelas: anestesi lokal
Obat yang termasuk kelas anestesi lokal: artikain/epinefrin, bupivakain, kloroprokain, mepivakain
Dosis dan Indikasi untuk Dewasa Infiltrasi Anestesi
perkutaneus: 1-60 mL larutan 0,5-1% (5-300 dosis total mg)
Regional IV: 10-60 mL 0,5% larutan (50-300 mg dosis total)
Blok Saraf Perifer
Saraf Brakialis: 15-20 mL larutan 1,5% (225-300 dosis total mg)
Interkosta (sela iga): 3 mL larutan 1% (dosis 30 mg Total)
Paravertebral: 3-5 mL 1% larutan (30-50 mg dosis total)
Pudendeal (setiap sisi): 10 mL larutan 1% (dosis 100 mg Total)
analgesia obstetrik Paraservikal (setiap sisi): 10 mL larutan 1% (dosis 100 mg Total)
Blok Saraf Simpatis
Serviks (ganglion stellata): 5 mL larutan 1% (dosis 50 mg Total)
Lumbar: 5-10 mL 1 solusi% (50-100 mg dosis total)
Blok Saraf Pusat / Epidural
Anestesi General/umum: 2-3 ml / dermatom untuk anestesi
Anelgesia Thoraks: 20-30 mL 1 solusi% (200-300 dosis total mg)
analgesia lumbal: 25-30 mL 1 solusi% (250-300 dosis total mg)
anestesi lumbal: 15-20 mL% larutan 1,5 (225-300 mg), atau 10-15
ml 2% larutan (200-300 mg dosis total)
Pertimbangan Dosis
Gunakan persiapan bebas pengawet untuk anestesi spinal atau epidural
Dapat dibuffer dengan rasio 9: 1 dengan natrium bikarbonat, untuk
mengurangi rasa sakit pada injeksi (misalnya mengambil 2 ml 1% lidokain dari 20 mL botol, dan tambahkan 2 mL larutan natrium bikarbonat ke dalam vial)
Dosis maksimum: 4,5 mg / kg, sampai 300 lidokain mg tanpa
epinefrin; atau 7 mg / kg, sampai 500 mg lidokain dengan epinefrin
Dosis dan Indikasi untuk Anak Infiltrasi
perkutaneus: 4-4,5 mg / kg maksimum
2.5 Pathway
Kala II
Ruptur perineum spontan/ disengaja
Tingkat I Tingkst II Tingkat III Tingkat IV
Cedera jaringan lunak setelah persalinan
Reparasi dengan jahitan perineum
Nyeri Resiko infeksi
2.6 Komplikasi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
3. Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Data Biografi 3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
b. Riwayat kesehatan sekarang: c. Riwayat kesehatan sebelumnya: d. Riwayat heating :
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
3.1.3 Riwayat Kehamilan 3.1.4 Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga 3.1.6 Pemeriksaan fisik: Head To toe
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6) c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
1) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
2) Sistem cardiovaskuler
a) Inspeksi: apakah Adanya sianosis, kulit pucat,konjungtiva anemis.
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Nadi: biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher:apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
3) Sistem Reproduksi
4) Sistem integument perkemihan 5) Sistem persarafan
6) Sistem Pencernaan 7) Pemeriksaan penunjang
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: nyeri akut (00132)
3.2.1 Definisi
Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
3.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif:
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif:
- Posisi untuk mengindari nyeri
- Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak bertenaga
- Perubaan selera makanPerilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau aktifitas lain, aktivitas berulang
- Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang
- Wajah topeng; nyeri
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan proses piker, interaksi menurun.
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan tidak menyeringai
3.2.3 Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis
Diagnosa 2: Resiko infeksi
3.2.1 Definisi : berisiko terhadap invasi organism patogen 3.2.2 Faktor Resiko
a. Penyakit kronis
b. Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan pathogen c. Perubahan peristaltic
d. Kulit rusak (mis : pemasangan kateter intravena, prosedur invasif) e. Rupture membrane amnionprematur
f. Rupture membrane amnion lama g. Jaringan mengalami trauma h. Penurunan hemoglobin
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: nyeri akut (00132)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC a. Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut: 1. tidak pernah 2. jarang
4. sering 5. selalu
Indikator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
b. Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1. sangat berat 2. berat
3. sedang 4. ringan 5. tidak ada
Indikator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah Gelisah atau ketegangan otot Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis Gelisah
- Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
- Mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
- Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
- Melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
- Melaporkan pola tidur yang baik
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar rujukan)
a. Pemberian analgetik
Rasional: Menggunakan agen-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
b. Manajemen Medikasi
c. Manajemen Nyeri
Rasional: Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien (patient controlled analgetik (PCA)
Rasional: Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan analgetik oleh pasien.
e. Manajemen sedasi
Rasional: Memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan memberikan dukungan fisiologi yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik atau terapeutik.
Diagnosa 2: Resiko Infeksi
2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
a. Faktor resiko infeksi akan hilang b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
d. Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan pemntauan
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC a. Perawatan luka/ heating
Rasional: menghindari kuman penyebab infeksi b. Pemantauan tanda dan gejala infeksi:
Rasional: Menghindari tanda-tanda infekis seperti dulor, rubor, kolor,
c. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (mis: usia, imun, malnutrisi)
Budisantoso. 2006. Panduan Diagnosis Keperawatan Nanda 2005-2006. Primamedika, Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC, Jakarta.
Irfana, Tri Wijayanti. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti Utama Pati.
Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Pelaihari, Agustus 2017
Preseptor Laporan, Preseptor Lapangan,
(…………...………) (…………...………)
Preseptor Akademik,